Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

39
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP Kelompok 4.3 Aria Y. Kusuma G1A010095 Eka Wijaya W. G1A010112 Intan Puspita H G1A010109 Nurul Apriliani G1A010084 Rona Lintang H. G1A010094 Silvia Rosyada G1A010035 Tika Wulandari G1A010114 Vici Muhammad A. G1A010091 Yessy Dwi Oktavia G1A010108 Asisten Wienda Dida Prihandani G1A008010 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET. dalam sistem endokrin dan metabolisme.

Transcript of Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

Page 1: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN

BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP

Kelompok 4.3

Aria Y. Kusuma G1A010095

Eka Wijaya W. G1A010112

Intan Puspita H G1A010109

Nurul Apriliani G1A010084

Rona Lintang H. G1A010094

Silvia Rosyada G1A010035

Tika Wulandari G1A010114

Vici Muhammad A. G1A010091

Yessy Dwi Oktavia G1A010108

Asisten

Wienda Dida Prihandani G1A008010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

Lembar Pengesahan

Pemeriksaan Glukosa Darah Metode God-Pap

Oleh:

Aria Y. Kusuma G1A010095

Eka Wijaya W. G1A010112

Intan Puspita H G1A010109

Nurul Apriliani G1A010084

Rona Lintang H. G1A010094

Silvia Rosyada G1A010035

Tika Wulandari G1A010114

Vici Muhammad A. G1A010091

Yessy Dwi Oktavia G1A010108

Disusun untuk memenuhi persyaratan ujian praktikum Biokimia Kedokteran

Blok Endokrin dan Metabolisme di Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu

Kesehatan

Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Diterima dan disahkan

Purwokerto, September 2011

Asisten

Wienda Dida Prihandani

G1A008010

Page 3: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

BAB I

PENDAHULUAN

1. Judul Praktikum

Pemeriksaan glukosa darah metode GOD-PAP

2. Tanggal Praktikum

Jumat, 14 Oktober 2011

3. Tujuan Praktikum

1. Dapat mengukur kadar glukosa darah dengan metode GOD-PAP.

2. Dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada praktikum

dan membandingkannya dengan nilai normal.

3. Dapat melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang berkaitan kadar

glukosa darah abnormal (patologis) dengan bantuan hasil praktikum

yang dilakukan.

Page 4: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam

kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan

karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun

polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi

glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah

satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Berdasarkan

bentuknya, molekul glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu

molekul D-Glukosa dan L-Glukosa. Faktor yang menjadi penentu dari

bentuk glukosa ini adalah posisi gugus hidrogen (-H) dan alkohol (–OH)

dalam struktur molekulnya. Glukosa yang berada dalam bentuk molekul D

& L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistEm tumbuh-tumbuhan,

sedangkan sistEm tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan D-Glukosa.

Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus

kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran

darah. Di dalam tubuh,glukosa tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk

glikogen di dalam otot & hati namun juga dapat tersimpan pada plasma

darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Di dalam tubuh selain

akan berperan sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme, glukosa juga

akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak. Melalui

proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian

akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate)

yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh.

Dalam konsumsi keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 50—75%

dari total kebutuhan energy tubuh.Untuk dapat menghasilkan energi,

proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2mekanisme utama

yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme

secara anaerobic akan berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm)

Page 5: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

sedangkan proses metabolisme anaerobik akan berjalan dengan

mengunakan enzim ysebagai katalis di dalam mitoKondria dengan

kehadiran Oksigen (Irawan, 2007).

B. Metabolisme Glukosa

1. Proses Glikolisis

Tahap awal metabolisme konversi glukosa menjadi energi di dalam

tubuh akan berlangsung secara anaerobik melalui proses yang

dinamakan Glikolisis (Glycolysis). Proses ini berlangsung dengan

mengunakan bantuan 10 jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis di

dalam sitoplasma (cytoplasm) yang terdapat pada sel eukaryotik

(eukaryotic cells). Inti dari keseluruhan proses glikolisis adalah untuk

mengkonversi glukosa menjadi produk akhir berupa piruvat. Pada

Page 6: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

proses Glikolisis, 1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon

pada rantainya (C H O ) akan terpecah menjadi produk akhir berupa 2

molekul piruvat (pyruvate) yang memiliki 3 atom karbom (C H O ).

Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi yang disertai

dengan terbentuknya beberapa senyawa antara seperti Glukosa 6-fosfat

dan Fruktosa 6-fosfat. Selain akan menghasilkan produk akhir berupa

molekul piruvat, proses glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul

ATP serta molekul NADH (1 NADH 3 ATP). Molekul ATP yang

terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh sel-sel tubuh sebagai

komponen dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis ini 4 buah

molekul ATP dan 2 buah molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan

serta pada awal tahapan prosesnya akan mengkonsumsi 2 buah

molekul ATP sehingga total 8 buah ATP akan dapat terbentuk (Irawan,

2007).

2. Respirasi Selular

Tahap metabolisme energi berikutnya akan berlangsung pada

kondisi aerobik dengan mengunakan bantuan oksigen (O ). Bila

oksigen tidak tersedia maka molekul piruvat hasil proses glikolisis

akan terkonversimenjadi asam laktat. Dalam kondisi aerobik, piruvat

hasil proses glikolisis akan teroksidasi menjadi produk akhir berupa H

O dan CO di dalam tahapan proses yang dinamakan respirasi selular

(cellular respiration). Proses respirasi selular ini terbagi menjadi 3

tahap utama yaitu produksi Acetyl-CoA, proses oksidasi Acetyl-CoA

dalam siklus asam sitrat (Citric-Acid Cycle) serta Rantai Transpor

Elektron (Electron Transfer Chain/OxidativePhosphorylation).Tahap

kedua dari proses respirasi selular yaitu siklus asam sitrat merupakan

pusat bagi seluruh aktivitas metabolisme tubuh. Siklus ini tidak hanya

digunakan untuk memproses karbohidrat namun juga digunakan untuk

memproses molekul lain seperti protein dan juga lemak (Irawan,

2007).

Page 7: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

a. Produksi Acetyl-CoA / Proses Konversi Piruvat

Sebelum memasuki siklus asam sitrat (citric acid cycle) molekul

piruvat akan teroksidasi terlebih dahulu di dalam mitokondria

menjadi Acetyl-Coa dan CO. Proses ini berjalan dengan bantuan

multi enzim pyruvate dehydrogenase complex (PDC) melalui 5

urutan reaksi yang melibatkan 3 jenis enzim serta 5 jenis coenzim.

3 jenis enzim yang terlibat dalam reaksi ini adalah enzim Pyruvate

Dehydrogenase (E1), dihydrolipoyl transacetylase (E2) dan

dihydrolipoyl dehydrogenase (E3), sedangkan coenzim yang telibat

dalam reaksi ini adalah TPP, NAD+, FAD, CoA dan Lipoate.

Gambar dibawah ini akan memperlihatkan secara sederhana proses

konversi piruvat.

Page 8: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

Dari gambar juga dapat dilihat bahwa proses konversi

piruvat tidak hanya akan menghasilkan CO dan Acetyl-CoA

namun juga akan menghasilkan produk samping berupa NADH

yang memiliki nilai energi ekivalen dengan 3xATP.

b. Proses oksidasi Acetyl-CoA (Citric-Acid Cycle)

Molekul Acetyl CoA yang merupakan produk akhir dari

proses konversi Piruvat kemudian akanmasuk kedalam siklus asam

sitrat. Secara sederhana persamaan reaksi untuk 1 siklus asam sitrat

(citric acidcycle) dapat dituliskan :

Acetyl-CoA + oxaloacetate + 3 NAD + GDP + Pi +FAD -->

oxaloacetate + 2 CO + FADH + 3 NADH + 3 H + GTP

Siklus ini merupakan tahap akhir dari proses metabolisme

energi glukosa. Proses konversi yang terjadi pada siklus asam sitrat

berlangsung secara aerobik di dalam mitokondria dengan bantuan 8

jenis enzim. Inti dari proses yang terjadi pada siklus ini adalah

untuk mengubah 2 atom karbon yang terikat didalam molekul

Acetyl-CoA menjadi 2 molekul karbondioksida (CO ),

membebaskan koenzim A serta memindahkan energi yang

dihasilkan pada siklus ini kedalam senyawa NADH, FADH dan

GTP. Selain menghasilkan CO dan GTP, dari persamaan reaksi

dapat terlihat bahwa satu putaran Siklus Asam Sitrat juga akan

menghasilkan molekul NADH dan molekul FADH. Untuk

Page 9: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

melanjutkan proses metabolisme energi, kedua molekul ini

kemudian akan diproses kembali secara aerobik di dalam membran

sel mitokondria melalui proses rantai transpor elektron untuk

menghasilkan produk akhir berupa ATP dan air (H2O) (Irawan,

2007).

c. Proses /Rantai Transpor Elektron

Proses konversi molekul FADH dan NADH yang

dihasilkan dalam siklus asam sitrat (citric acid cycle) menjadi

energi dikenal sebagai proses fosforilasi oksidatif (oxidative

phosphorylation) atau juga rantai transpor elektron (electron

transport chain). Di dalam proses ini, elektron-elektron yang

terkandung didalam molekul NADH & FADH ini akan

dipindahkan ke dalam aseptor utama yaitu oksigen (O). Pada akhir

tahapan proses ini, elektron yang terdapat di dalam molekul NADH

akan mampu untuk menghasilkan 3 buah molekulATP sedangkan

Page 10: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

elektron yang terdapat dalam molekul FADH akan menghasilkan 2

buah molekul ATP (Irawan, 2007).

C. Energi Metabolisme Glukosa

Secara keseluruhan proses metabolisme Glukosa akan

menghasilkan produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air

(H2O). Karbon dioksida dihasilkan dari siklus Asam Sitrat sedangkan air

(H2O) dihasilkan dari proses rantai transport elektron. Melalui proses

metabolisme, energi kemudian akan dihasilkan dalam bentuk ATP dan

kalor panas. Terbentuknya ATP dan kalor panas inilah yang merupakan

inti dari proses metabolisme energi. Melalui proses glikolisis, siklus asam

sitrat dan proses rantai transpor elektron, sel-sel yang tedapat di dalam

tubuh akan mampu untuk mengunakan dan menyimpan energi yang

dikandung dalam bahan makanan sebagai energi ATP. Secara umum

proses metabolisme secara aerobik akan mampu untuk menghasilkan

energi yang lebih besar dibandingkan dengan proses secara anaerobik.

Dalam proses metabolisme secara aerobik, ATP akan terbentuk sebanyak

36 buah sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan 2 buah

ATP. Ikatan yang terdapat dalam molekul ATP ini akan mampu untuk

menghasilkan energi sebesar 7.3 kilokalor per molnya (Irawan, 2007).

D. Homeostasis Gula Darah

Semua organ bagian tubuh membutuhkan suplai glukosa, tidak

semua jaringan membutuhkan insulin untuk menerima glukosa. Otak,

hepar, usus, dan tubulus ginjal tidak membutuhkan insulin untuk

menstranfer glukosa ke sel-selnya. Otot skelet, otot jantung, dan jaringan

adiposa membutuhkan insulin untuk menghantarkan glukosa ke sel-sel.

Normalnya kadar glukosa darah seimbang pada orang yang sehat melalui

reaksi insulin dan glukagon. Sel beta pankreas menstimulasi untuk

menghasilkan insulin dengan cara meningkatkan kadar glukosa darah,

tetapi meningkatkan kadar asam amino plasma dan asam lemak juga

Page 11: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

menstimulasi pengeluaran insulin. Seperti sel-sel otot jantung, otot sklelet,

dan jaringan adipose menerima glukosa, kadar nutrisi plasma menurun dan

menstimulasi untuk menekan produksi insulin. Jika kadar glukosa darah

menurun, glukagon dikeluarkan untuk menjadikan glukosa dalam batas

normal. Epineprin, hormon pertumbuhan, tiroksin, dan glukokortikoid

juga menstimulasi dengan meningkatnya glukosa pada saat hiperglikemia,

stress, pertumbuhan dan meningkatnya kebutuhan metabolisme.

Normalnya kadar glukosa darah pada klinik bervariasi tergantung hasil

pemeriksaan laboratorium (Burke dan Lemon, 2005).

`

Page 12: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Spuit 3 cc

b. Torniquet

c. Plakon

d. Eppendorf

e. Sentrifugator

f. Tabung reaksi 3 ml

g. Rak tabung reaksi

h. Mikropipet (10μl-100 μl)

i. Mikropipet (100 μl-1000 μl)

j. Yellow tip

k. Blue tip

l. Kuvet

m. Spektrofotometer

2. Bahan

a. Plasma

b. Reagen GOD

B. Tata Urutan Kerja

1. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit

2. Darah dimasukkan ke dalam vacuum med dan disentrifugasi dengan

kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serumnya

untuk sampel.

3. Sampel (serum) sebanyak 10 µl kemudian dicampur dengan GOD

reagen sebanyak 1000 µl.

Page 13: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

4. Campuran diinkubasi selama 10 menit dalam suhu ruangan (20-25°C),

kemudian diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang

546 nm dan nilai faktor 200.

Dipusingkan dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit

Serum 10 μl diambil dengan yellow tip kemudian dimasukan ke dalam kuvet

Darah 3 cc dimasukan ke dalam vacuum med

Diukur kadar memakai spektrofotometer dengan λ = 546 nm dengan nilai faktor 200

10 μl serum dicampur dengan reagen GOD sebanyak 1000 μl kemudian diinkubasi selama 10 menit dalam suhu ruangan (20-250C)

Page 14: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Identitas probandus

Nama : Aria Y. Kusuma

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Hasil dari pemeriksaan fragilitas eritrosit yang telah kami laksanakan

tertera dalam tabel di bawah ini:

Volume

Plasma

Volume

GOD-PAP

Hasil

PemeriksaanNilai Normal Interpretasi

10 μl 1000 μl 97 mg/dl 75-115 mg/dl Normal

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah menggunakan

metode GOD-PAP, diketahui bahwa glukosa darah probandus yaitu 97

mg/dl. Bila dibandingkan dengan nilai normal 75-115 mg/dl, maka nilai

tersebut menunjukkan bahwa hasilnya normal. Artinya bahwa probandus

tidak mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh glukosa darah

baik itu peningkatan ataupun penurunan gula darah. Pada dasarnya

keseimbangan antar jaringan antara penggunaan dan penyimpanan

glukosa, lemak, dan protein juga dipengaruhi oleh hormon metabolik,

kadar metabolit yang beredar dalam darah, dan sinyal neuron (Marks,

2000).

Adapun hormon yang terlibat dalam pengaturan glukosa dalam

tubuh:

1. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu

adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.

Page 15: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

a. Insulin dihasilkan oleh sel-sel β. Insulin memiliki efek penting

pada metabolism karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini

menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino

dalam darah serta mendorong penyimpanan nutrien-nutrien

tersebut. Sewaktu molekul-molekul nutrien ini memasuki darah

selama keadaan absortif, insulin meningkatkan penyerapan

mereka oleh sel dan konversi, masing-masing menjadi

glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin menjalankan efeknya

yang beragam dengan mengubah transportasi nutrien spesifik

dari darah ke dalam sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-

enzim yang terlibat dalam jalur metabolik tertentu. Secara garis

besar efek yang ditimbulkan insulin pada karbohidrat yaitu

penyerapan glukosa dari saluran pencernaan, transportasi

glukosa ke dalam sel, pembentukan glukosa oleh sel (terutama

di hati), secara abnormal ekskresi glukosa oleh urin,

menurunkan glukosa darah, dan meningkatkan penyimpanan

karbohidrat (Sherwood, 2001).

b. Glukagon dihasilkan oleh sel-sel α. Glukagon mempengaruhi

banyak proses metabolik yang juga dipengaruhi oleh insulin,

tetapi umumnya efek glukagon berlawanan dengan efek

insulin. Glucagon bekerja terutama di hati, tempat hormon ini

menimbulkan berbagai efek pada metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein. Efek glukagon terhadap metabolisme

karbohidrat yaitu efek hiperglikemik dengan menurunkan

sintesis glikogen, meningkatkan glikogenolisis, dan

merangsang glukoneogenesis (Sherwood, 2001).

c. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta pada pankreas, tetapi

juga dihasilkan di hipotalamus. Fungsi somatostatin yaitu

menghambat sekresi hormon pertumbuhan dan TSH. Selain itu,

somatostatin dihasilkan dihasilkan oleh sel-sel yang

membentuk lapisan dalam saluran pencernaan, tempat ini

Page 16: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

diperkirakan bekerja lokal sebagai zat parakrin untuk

menghambat sebagian besar proses pencernaan. Somatostatin

pankreas juga menimbulkan berbagai efek inhibisi terhadap

saluran pencernaan, yang efek keseluruhannya adalah untuk

menghambat pencernaan nutrien dan mengurangi penyerapan

nutrien. Di pankreas, somatostatin dikeluarkan sebagai respon

langsung terhadap peningkatan glukosa dan asam amino darah

selama penyerapan makanan. Dengan menimbulkan efek

inhibisi, somatostatin pankreas bekerja secara umpan balik

negatif untuk mengerem kecepatan pencernaan dan penyerapan

makanan, sehingga tidak terjadi peningkatan berlebihan kadar

nutrien di dalam plasma. Selain itu, somatostatin pankreas

mungkin berperan penting dalam pengaturan lokal sekresi

hormon pankreas (Sherwood, 2001).

2. Hormon yang dihasilkan oleh glandula suprarenal (dirangsang ACTH)

yaitu epineprin dan norepineprin yang akan menghalangi pelepasan

insulin. Epineprin meningkatkan glikogenolisis, glukoneogenesis,

meningkatkan inhibisi insulin, dan meningkatkan sekresi glukagon.

Adapun kortisol, glukokortikoid utama adrenal dapat meningkatkan

konsentrasi gula darah dengan mengorbankan simpanan protein dan

lemak (Sherwood, 2001).

3. Hormon pertumbuhan cenderung menaikkan glukosa darah, antagonis

dengan kerja insulin. Hormon pertumbuhan memiliki efek anabolik

protein dan otot yaitu penyerapan glukosa oleh otot. Tidur yang dalam,

stress, olahraga, dan hipoglikemia berat merangsang pengeluaran

hormone pertumbuhan, mungkin untuk menyediakan asam lemak

sebagai sumber energy dan untuk menghemat glukosa bagi otak pada

keadaan-keadaan tersebut (Sherwood, 2001).

Page 17: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

Glukosa Darah

Penyerapan glukosa dari saluran pencernaan

Pembentukan glukosa oleh hati:Melalui glikogenolisisMelalui glukoneogenesis

Pemindahan glukosa ke dalam sel:Untuk digunakan sebagai sumber energiUntuk disimpan sebagai glikogen melalui glikogenesissebagai trigliserida

Ekskresi glukosa melalui urin (terjadi hanya dalam keadaan abnormal, sewaktu kadar glukosa darah terlalu tinggi melebihi kemampuan tubulus ginjal mereabsorbsinya selama pembentukan urin)

Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Glukosa Darah (Sherwood, 2001)

Sumber-sumber kesalahan pada sebuah hasil pemeriksaan bisa

disebabkan oleh banyak hal. kita perlu menyadari bahwa mungkin terdapat

variasi berdasar fisiologis dan populasi terhadap kadar analit, harus pula

diperhatikan dengan melakukan pengulangan pemeriksaan pada zat yang

sama, pada sampel yang sama. Fakto-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kualitas dan variasi tes laboratorium diantaranya yaitu

persiapan pasien (puasa, tidak puasa), pengumpulan spesimen (teknik

pungsi vena, tabung yang tepat untuk vena, plasma, serum), pelabelan

sampel, pengisian tabung), penanganan spesimen (transport, pemrosesan,

penyimpanan), Analisis (ketepatan metode, keakuratan metode, manual

atau otomatis), dan pelaporan (kalkulasi, transkripsi, cara pelaporan)

(Sacher, 2004).

Untuk zat-zat yang berfluktuasi dalam sirkulasi dengan suatu

variasi diurnal, waktu pengambilan bahan juga menjadi penting. Baru

makan juga sangat penting dalam pemeriksaan glukosa. Teknik pungsi

vena penting dalam mendapatkan spesimen dengan kualitas baik.

Pemakaian tourniquet yang terlalu lama akan berakibat asidosis dan

hemokonsentrasi. Tabung untuk menampung spesimen harus sesuai.

Penanganan juga harus terlatih untuk mendapatkan sampel darah lengkap

yang bebas dari bekuan-bekuan minor untuk pemeriksaan darah perifer

lengkap dan bekuan plasma. Kesalahan manusia menyebabkan variasi

Page 18: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

laboratorium. Kesalahan tersebut antara lain dalam melakukan

pemeriksaan biasanya diminimalisasi dengan menggunakan perlatan yang

diotomatisasi (Sacher, 2004).

C. Aplikasi Klinis

1. Hipoglikemia Iatrogenik

Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah

harga normal. Hipoglikemia spontan yang patologis mungkin terjadi

pada tumor yang mensekresi insulin atau insulin-like growth factor

(IGF). Dalam keadaan ini hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa

<50 mg% (2.8 mmol/L) atau bahkan <40 mg% (2,2 mmol/L).

Walaupun demikian berbagai studi fisiologis menunjukkan bahwa

gangguan fungsi otak sudah dapat terjadi pada kadar glukosa darah

55mg% (3 mmol/L) (Hull, 2008).

Hipoglikemia merupakan keadaran yang jarang terjadi pada

neonates, tetapi harus senantiasa dipertimbangkan pada setiap kejang

tanpa demam, teruatama yang terjadi pada pagi hari dan sesudah puasa

jangka panjang. Kadar gula darah kurang dari 2,2 mmol/l dapat

memastikan diagnosis. Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan terhadap

adanya keton. Pemeriksaan tersebut penting untuk membedakan dua

keadaan yang dapat menyebabkan hipoglikemia: defisiensi subtract

dan hiperinsulinisme. Pada anak yang ditemukan dasar penyebab

hipoglikemia yang jelas, perlu dilakuakan pemantauan ketat pada

periode puasa dengan melakukan pemeriksaan serial terhadap kadar

glukosa, insulin, kortisol, hormon pertumbuhan, beta-hidroksibutirat

dan asam laktat di dalam plasma (Hull, 2008).

Hipoglikemia ketotik. Keadaan ini merupakan penyebab tersering

hipoglikemia sesudah satu tahun pertama kehidupan. Anak yang

terkensa biasanya kecil, kurus, dan lebih rentan terhadap serangan saat

menderita penyakit lain. Pasien akan mengalami kejang pada malam

hari yang disertai dengan muntah penurunan kesadaran, serta ketonuria

Page 19: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

yang mencukup mencolok. Pemantauan pada saat puasa/kelaparan

akan memeberikan gambaran hipoglikemia dan ketonemia yang lebih

berat, tetapi kadar insulin sangat rendah. Hipoglikemia dapat dihindari

dengan makan makanan kecil secara teratur saat sebelum tidur dan

minum tambahan glukosa pada saat sakit. Keadaan ini akan sembuh

spontan dengan bertambahnya usia (Hull, 2008).

Nesodioblastosis merupakan keadaan yang jarang terjadi pada bayi

kecil berupa perkembangan sel islet yang kacau dan pelepasan insulin

yang tidak sesuai, sehingga mengakibatkan hipoglikemia refrakter.

Pelepasan insulin yang tidak sesuai tersebut sebagian dapat diatasi

dengan pemberian infus glukosa secara terus menerus dan diazoksid.

Terapi jangka panjang yang paling berhasil adalah resekresi 75 sampai

80 persen pancreas (Hull, 2008).

Insulinoma merupakan penyebab hiperinsulinisme yang tersering

pada bayi yang lebih besar dan anak-anak. Pada keadaan ini juga

terdapat indikasi untuk melakukan reseksi pankreas yang luas (Hull,

2008).

2. Diabetes Melitus

Arti diabetes mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi

darah madu. Kata ini digunakan karena pada pasien diabetes mellitus,

meningginya kadar gula darah termanifestasi juga dalam air seni.

Ginjal tidak dapat lagi menahan kadar gula darah yang tinggi (Tobing,

2008).

Pembuangan glukosa melalui ginjal selalu disertai dengan

pembuangan air, maka salah satu ciri diabetes mellitus adalah

meningkatnya kuantitas dan frekuensi buang air seni. Kadar glukosa

dalam darah tentu jauh lebih tinggi dari kadar glukosa dalam urin (10

mmol/liter). Pembuangan gula lewat ginjal pada setiap orang berbeda.

Diabetes mellitus disebabkan oleh gangguan dalam meregulasi kadar

glukosa dalam darah dan gangguan pada proses transportasi glukosa

dari darah ke dalam sel-sel. Walaupun kadar glukosa meningkat,

Page 20: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

proses pembakaran lemak dan protein tetap meninggi yang pada

akhirnya meningkatkan keton dalam darah (aseton) dan sampah

metabolisme sehingga terjadi proses toksifikasi zat asam. Oleh karena

itu diabetes mellitus dapat dikatakan sebagai keadaan di mana kadar

gula darah meniggi akibat kekurangan insulin. Hal ini disebabkan

kondisi berikut :

a. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi

sehingga tidak dapat disimpan dalam hati dan sel otot (glikogen)

b. Gula dalam darah tidak bias maksimal masuk dalam sel

c. Hormon lainnya terlah banyak mengubah zat-zat seperti

karbohidrat dan protein menjadi glukosa sehingga kadar gula

dalam darah meningkat.

(Tobing, 2008)

Apabila penyakit diabetes mellitus dibiarkan tidak terkendali atau

penderita tidak menyadari penyakitnya maka akan timbul berbagai

macam komplikasi kronis yang dapat berakibat fatal. Penyakit jantung,

terganggunya fungsi ginjal, kebutaan, pembusukan kaki yang kadang

memerlukan amputasi, hingga impotensi (Tobing, 2008).

Pada dasarnya setiap orang membutuhkan glukosa dalam darah.

Gula dalam sel penting untuk membentuk energi. Fungsi insulin ialah

mendorong gula dalam darah masuk kedalam sel dan menyimpan gula

yang berlebihan di hati (lever). Konsentrasi gula pada orang sehat

berada di sekitar 70-120 mmg/liter. Situsi ini akan bertahan selama

produksi insulin atau fungsi pankreas cukup baik (Tobing, 2008).

Tanda pasti dari diabetes mellitus adalah adanya kenaikan kadar

gula darah yang lebih dari normal. Pada individu yang normal kadar

gula dalam keadaan puasa berkisar 60-80 mg/dl dan setelah makan

berkisar 120-160 mg/dl (Tobing, 2008).

Glukosa terbentuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari

(terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak). Tepung, nasi, kentang,

dan makanan manis lainnya sangat kaya karbohidrat. Terlebih jika

Page 21: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

banyak menggunakan gula, hanya akan meningkatkan kalori tanpa

memberikan unsur-unsur makanan sehat lainnya (Tobing, 2008).

Glukosa diserap melalui dindinhg usus dan disalurkan dalam

darah. Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi,

melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pemebentukan energi

tubuh (Tobing, 2008).

Menurut kebutuhan insulin pada diabetes mellitus, diabetes

mellitus tebagi 2 empat jenis, yaitu sebagai berikut :

a. DM tipe I (DM tergantung insulin/DMTI) = insulin dependent

DM/ IDDM

Kelompok ini adalah penderita penyakit DM yang sangat

tergantung pada suntikan insulin. Kebanyakan penderitanya

masih muda dan tidak gemuk. Gejala biasanya timbul pada

masa anak-anak dan puncaknya pada usia akil baliG. Tipe ini

disebabkan oleh kerusakan sel beta panKreas sehingga terjadi

kekurangan insulin absolute. IDDM umumnya diderita oleh

orang-orang dibawah umur 30 tahun, dan gejalanya mulai

tampak pada usia 10-13 tahun. Penyebab IDDM belum begitu

jelas, tetapi diduga kuat disebabkan oleh infeksi virus yang

menimbulkan auto-imun yang berlebihan untuk menumpas

virus. Faktor keturunan juga menjadi faktor penyebab (Tobing,

2008).

b. DM tipe II (DM tidak tergantung insulin/DMTTI) = non-

insulin dependent DM=NIDDM

Kelompok diabetes mellitus tipe II tidak tergantung insulin.

Kebanyakan timbul pada penderita usia di atas 40 tahun.

Penderita DM tipe II ini yang terbanyak di Indonesia.

Pengobatannya diutamakan dengan perencanaan menu

makanan yang baik dan latihan jasmani secara teratur. Pankreas

relatif cukup menghasilkan insulin, tetapi insulin yang ada

bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin

Page 22: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

akibat kegemukan. Penyakit DM tipe II biadanya dapat

terkendali dengan menurunkan obesitas, Obat semacam oral

hipoglikemik dan suntikan insulin kadang menjadi kebutuhan

bagi penderita (Tobing, 2008).

Pada pasien NIDDM yang tidak menderita kegemukan,

insulin yang dihasilkan memang kurang mencukupi untuk

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas-batas

normal. Bagi penderita yang sudah kronis, penurunan kadar

gula darah harus dibantu dengan injeksi insulin. Secara medis

dapat dikatakan diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh

gangguan sekresi insulin yang progresif karena resistensi

insulin. NIDDM diduga disebabkan oleh faktor genetis dan

dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat (Tobing, 2008).

3. Insulinoma

Neoplasma sel pulau yang paling umum, insuinoma, berasal dari

sel beta. Hiperinsulinema menyebabkan hipoglikemia berat.

Menimbulkan konvulsi, depresi, koma. Glukosa segera membalikkan

gejala. Triad Whipple: hipoglikemia puasa (,50 mg/dl) selama

serangan, perubahan system saraf sentral dan gejala hipoglikemia

ditimbulkan oleh puasa, pembalikan perubahan dengan glukosa;

diagnostik untuk insulinoma. Pemeriksaan akan memperlihatkan

insulin tidak cukup tinggi untuk glikemia ambien. Delapan puluh

persen adalah adenoma jinak, 15%. Lima belas persen multiple.

Kebanyakan 1-3 cm. Dapat terlihat dalam sindrom adenomatosis

endokrin multiple, tipe I (MEA-I) (5%) (Schwartz, 2000).

Karena sejumlah keadaan bisa menyebabkan hipoglikemia, maka

pemeriksaan spesifik diperlukan untuk diagnosis insulinoma.

Pemeriksaan ini mencakup:

1. Respon terhadap puasa 72 jam (yang menunjukkan peningkatan

kadar insulin yang tidak tepat yang muncul selama hipoglikemia).

Page 23: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

2. Tes respon tolbutamid atau tes infuse kalsium (yang

memperlihatkan pelepasan insulin berlebihan dengan

hipoglikemia).

3. Peningkaan kadar sirkulai proinsulin atau peptide-C.

4. Lokalisasi fokus sekresi insulin yang belebihan dengan

pengambilan contoh vena transhepatik perkutis.

(Sabiston, 1994)

Keluhan dan gejala insulinoma meliputi kebingunan yang

ditimbulkan oleh hipoglikemia, stupor dan kehilangan kesadaran.

Serangan ini segera dapat diesmbuhkan dengan pemeberian glukosa

per-oral atau pemberian infuse glukosa. Hiperinsulinsme dapat pula

disebabkan oleh hyperplasia difus pulau-pulau Langerhans yang

paling seing terlihat pada neonates serta bayi dan terjadi sekunder

karena diabetes maternal, sindrom Beckwith-Wiedemann, serta

kelainan metabolik yang langka (Robbins, 2008).

Page 24: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

BAB V

KESIMPULAN

1. Hasil pemeriksaan glukosa darah probandus yaitu 97 mg/dl.

2. Jika hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar normal 75-115

mg/dl maka hasil tersebut normal.

3. Tidak ditemukan adanya kelainan yang disebabkan oleh glukosa darah.

Adapun penyakit yang berhubungan dengan kadar glukosa darah

diantaranya hipoglikemia iatrogenik, diabetes mellitus, dan insulinoma.

Page 25: Glukosa Darah, dan pembahasannya - blok ENMET

DAFTAR PUSTAKA

Cryer, Philip E. 2005. Perspectives In Diabetes Mechanisms Of Hypoglycemia-

Associated Autonomic Failure And Its Component Syndromes In Diabetes.

Diabetes, Vol. 54, December 2005

Hull, David, dan Johnston, Derek I. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed.3. Jakarta :

EGC.

Irawan, M. Anwari. 2007. Glukosa & MetabolismeEnergi. Sport Science Brief

Volume 01 (2007) No. 06.

Lely S., Ay, T. Indirawati. 2004. Pengaruh Kadar Glukosa Darah Yang

Terkontrol Terhadap Penurunan Derajat Kegoyahan Gigi Penderita

Diabetes Mellitus Di Rs Persahabatan Jakarta. Media Litbang Kesehatan

Volume Xiv No 3

Lemon, P, & Burke, K (2002). Medical Surgical Nursing : Critical thinking in

client care. (2th Ed). Prenince Hall. New Jersey

Marks, Dawn B., Marks, Allan D., Smith, Collen M. 2000. Biokimia Pendekatan

Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC

Michele et all. 2006. Gamma-Cyclodextrin Lowers Postprandial Glycemia and

Insulinemia without Carbohydrate Malabsorption in Healthy Adults.

Journal of the American College of Nutrition, Vol. 25, No. 1, 49–55

Published by the American College of Nutrition

Robbins, Cotran. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC

Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah : (Sabiston’s Essentials Surgery).

Jakarta : EGC

Sacher, Ronald A. dan McPherson Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta, EGC

Schwartz, Seymour. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta:EGC

Tobing, Ade. 2008. Care Your Self : Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar Plus