Post on 27-Mar-2019
65
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dan
pengembangan atau Research and Development
(R&D). Jenis penelitian ini digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi suatu produk
pendidikan, yang terdiri dari tiga langkah, yaitu:
a) studi pendahuluan, b) desain dan
pengembangan produk, c) pengujian produk
(Sukmadinata, 2011: 190).
Produk yang dikembangkan adalah desain
pelatihan menggunakan CEM yang dilengkapi
dengan silabus pelatihan, RPP pelatihan,
panduan pelatihan, dan materi pelatihan.
3.2 Subjek & Wilayah
Subjek penelitian ini adalah Kepala dan
Kasubag TU UPT Dikdas LS dan Guru-guru SD
se-Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali.
Wilayah yang digunakan untuk penelitian ini
adalah Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali,
dengan melibatkan 10 SD yaitu SDN Temon,
SDN 1 Tempuran, SDN Wates, SDN 1
Talakbroto, SDN Pentur, SDN Jaten, SDN
66
Blagung, SDN 1 Simo, SDN Putri, dan SDN
Ngrandu.
3.3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan
3.3.1 Model R&D menurut Sukmadinata
Sukmadinata (2011: 190) mengelompokkan
prosedur R&D menjadi tiga langkah yaitu tahap
studi pendahuluan, tahap desain dan
pengembangan produk, serta pengujian produk.
Skema prosedur R&D ini dapat dilihat pada bagan
3.1 berikut.
Rincian tahapan penelitian beserta tujuan,
instrumen, sumber data dan pengolahan data
pengembangan desain pelatihan pembelajaran
tematik integratif SD sebagai berikut.
a. Studi Pendahuluan
1) Studi Pustaka, Studi lapangan dan Analisis
Kebutuhan
Studi pustaka dilakukan dengan mengkaji
literatur mengenai model-model pelatihan, desain
pelatihan dan hakikat pembelajaran tematik
integratif. Selanjutnya dilakukan studi lapangan
untuk melihat bagaimana desain pelatihan yang
selama ini digunakan di SD Kecamatan Simo.
Langkah selanjutnya merumuskan kebutuhan
pelatihan guru SD di Kecamatan Simo berkaitan
dengan implementasi Kurikulum 2013 yang
67
sekaligus menjadi kebutuhan sekolah sebgai
institusi.
Prosedur R&D Desain Pelatihan CEM untuk
meningkatkan Kompetensi Guru dalam
mengembangkan Pembelajaran Tematik
Penyusunan Draf Produk:
Desain Pelatihan CEM
(Silabus, RPP, materi,
panduan, perangkat evaluasi
pelatihan)
Uji Coba Terbatas
melibatkan 10 guru SD di
Kec. Simo
Produk Hipotetik
Validasi produk:
1. Dua orang ahli desain
pelatihan 2. Dua orang ahli materi
pelatihan
Revisi
Revisi
Produk Operasional
Desain dan
Pengemba-
ngan
Produk
Studi
Pendahu-
luan
Analisis Kebutuhan
Studi Pustaka
1. R&D
2. Hakikat
Pembelajaran
tematik
integratif
3. Kompetensi
pedagogik
guru
4. Pelatihan
menggunakan
CEM
Studi Lapangan
1. Desain
pelatihan
aktual
2. Kompetensi
pedagogik
guru
68
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian dan Pengembangan,
diadaptasi dan dimodifikasi dari Sukmadinata (2016: 189)
2) Data dan Sumber data
Data yang dikumpulkan pada tahap
studi pendahuluan ini berupa data primer dan
informasi literatur. Data primer berupa data
hasil wawancara kepada kepala UPT Dikdas LS
dan hasil angket kepada 20 guru kelas 4 SD
Kecamatan Simo dan informasi literatur
berupa deskripsi tentang model pelatihan yang
digunakan selama ini.
3) Teknik dan Instrumen Pengumpulan data
Pada tahapan studi pendahuluan teknik
pengambilan data menggunakan teknik non
tes. Instrumen yang digunakan dalam tahap
ini berupa pedoman wawancara untuk
mengetahui kebutuhan sekolah dalam hal
kompetensi guru menerapkan pembelajaran
tematik dan angket untuk mengetahui
kebutuhan guru SD dalam hal pembelajaran
tematik integratif. Adapun kisi-kisi pedoman
wawancara dan angket yang digunakan adalah
seperti tertera pada tabel 3.1 dan 3.2 berikut.
69
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik
Integratif
Butir Pertanyaan No.
Item
1. Apakah SD-SD di Kec. Simo sudah banyak yang
menerapkan Kurikulum 2013? Berapa jumlah
SD yang sudah menerapkan Kurikulum 2013?
1
2. Bagaimana kompetensi guru dalam
mengembangkan pembelajaran tematik?
2
3. Upaya apa yang telah dilakukan UPT Dikdas LS
Kec. Simo untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam mengembangkan pembelajaran
tematik?
3
4. Apakah pernah dilakukan pelatihan? Seberapa
sering pelatihan itu dilakukan?
4
5. Pelatihan yang dilakukan bersifat top down
atau bottom up?
5
6. Apakah didasari oleh kebutuhan guru? 6
7. Apa kelemahan pelatihan yang dilaksanakan
selama ini?
7
70
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Studi Kebutuhan
Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik
Integratif
Aspek Indikator
No.
Item
1. Kebutuhan
akan
pelatihan
a. Keikutsertaan dalam pelatihan
Kurikulum 2013
b. Penilaian terhadap pelatihan
selama ini
c. Pemahaman terhadap
Kurikulum 2013
d. Kebutuhan akan pelatihan
1
2
3
4-6
2. Penguasaan
kompetensi
pedagogik
a. Pemahaman terhadap model-
model desain pembelajaran
tematik
b. Keterampilan dalam
mentabulasi SKL, KI, KD dan
Silabus
c. Keterampilan dalam menyusun
jaring tema
d. Keterampilan dalam memilih
model-model pembelajaran
e. Keterampilan merancang
skenario pembelajaran
f. Keterampilan menyusun
instrumen penilaian
7-9
10
11
12-
13
14
15-
16
71
Jumlah 16
4) Analisis data
Analisis data dalam studi pendahuluan
dalam penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif persentase. Hasil dari analisis data
pada tahapan ini adalah inventarisasi
permasalahan guru dalam mengembangkan
pembelajaran tematik integratif SD.
Berdasarkan analisis data tersebut nampak
adanya kebutuhan akan pelatihan yang efektif
meningkatkan kompetensi guru dalam
mengembangkan pembelajaran tematik
intergratif SD. Hasil analisis data ini akan
menjadi masukan pada tahapan selajutnya
yaitu mengembangkan desain pelatihan.
b. Desain dan Pengembangan Produk Desain
Pelatihan
1) Model Desain Pengembangan
Model pelatihan sekaligus menjadi
model pengembangan desain pelatihan adalah
CEM yang dicetuskan oleh Nadler (1988).
Pendekatan CEM ini terdiri atas delapan tahap,
yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan lembaga,
(2) spesifikasi pelaksanaan pekerjaan, (3)
72
mengidentifikasi kebutuhan peserta, (4)
menentukan tujuan, (5) memilih kurikulum, (6)
menentukan strategi pembelajaran, (7)
menentukan sumber-sumber pembelajaran,
dan (8) melakukan pelatihan.
2) Penyusunan Draft Awal Desain Pelatihan
Pembelajaran Tematik Integratif
Rancangan penelitian dan pengembangan
desain pelatihan pembelajaran tematik
integratif kurikulum 2013 Kelas 4 SD
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam
mengembangkan pembelajaran tematik
integratif di SD Kecamatan Simo, agar mutu
pembelajaran dalam menerapkan
Kurikulum 2013 dapat ditingkatkan.
2. Menspesifikasikan kinerja guru, dalam hal
ini adalah merumuskan tugas guru dalam
mengembangkan pembelajaran tematik
integratif yang memudahkan siswa belajar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan guru tentang
pemahaman dan keterampilan dalam
73
mengembangkan pembelajaran tematik
integratif.
4. Menentukan tujuan pelatihan; Diawali
dengan merumuskan indikator pelatihan
kemudian diturunkan menjadi tujuan
pelatihan. Tujuan pelatihan ini adalah
untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam mengembangkan pembelajaran
tematik integratif di SD Kecamatan Simo.
5. Memilih kurikulum, dalam langkah ini
adalah dilakukan pemilihan materi
pelatihan yang berkaitan langsung dengan
kompetensi guru dalam mengembangkan
pembelajaran tematik integratif. Materi
pelatihan yang digunakan adalah materi
yang dikembangkan oleh Kemendikbud
dengan materi pokok berupa: a) Model-
model desain pembelajaran tematik
integratif; b) analisis SKL, KI-KD, dan
silabus pembelajaran tematik integratif; c)
analisis model-model pembelajaran tematik
integratif; d) Mengembangkan penilaian
hasil belajar; e) Merancang rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
74
6. Memilih strategi pembelajaran, dalam hal
ini adalah memilih strategi pelatihan,
berupa aktivitas instruktur dan peserta
pelatihan dalam mengembangkan
pembelajaran tematik integratif.
7. Menentukan sumber-sumber pembelajaran,
yaitu menentukan sumber daya manusia,
sumber daya fisik, dan finansial. Sumber
daya manusia meliputi instruktur yaitu
pelatih pengembangan pembelajaran
tematik integratif kurikulum 2013 di SD
dan peserta yaitu guru-guru SD yang sudah
maupun akan menerapkan kurikulum
2013; sumber daya fisik berupa sarana dan
peralatan pelatihan; dan finansial untuk
opersional pelaksanaan program pelatihan.
8. Melakukan pelatihan. Kegiatan melakukan
pelatihan merupakan langkah menguji-
cobakan desain pelatihan yang telah
dikembangkan.
Pada pada setiap langkah selalu diakhiri
dengan evaluasi dan umpan balik. Hal ini
bertujuan untuk menghindari pemborosan
waktu dan usaha, serta berkontribusi pada
rancangan program pelatihan yang lebih baik.
75
3) Validasi Desain Pelatihan Pembelajaran
Tematik Integratif SD
Setelah draft awal desain pelatihan
pembelajaran tematik integratif telah lengkap,
selanjutnya dilakukan uji validasi desain
pelatihan kepada para ahli. Uji validasi
berkaitan dengan tujuan validasi dan aspek
validasi ahli.
a) Tujuan Validasi
Tujuan uji validasi desain pelatihan adalah
untuk memperoleh penilaian dan masukan
dari ahli. Hasil penilaian akan digunakan
sebagai dasar apakah draft produk layak
untuk diuji-cobakan dan masukan akan
digunakan untuk perbaikan draft produk.
b) Aspek validasi
Aspek validasi mencakup desain pelatihan
yang dituangkan dalam silabus dan RPP.
Adapun komponen uji validasi desain pelatihan
menggunakan CEM meliputi: 1) Kesesuaian
teori dan tujuan desain pelatihan
menggunakan CEM; 2) Prosedur pelaksanaan
desain pelatihan menggunakan CEM; 3)
76
Kelengkapan silabus pelatihan; 4) Kesesuaian
indikator pelatihan dengan kompetensi peserta
pelatihan; 5) Kesesuaian kegiatan pelatihan
dengan indikator pencapaian kompetensi; 6)
Kesesuaian instrument penilaian dengan
indikator pencapaian kompetensi; 7)
Kelengkapan Rencana Pelaksanaan Pelatihan
(RPP); 8) Kekonsistenan Rencana Pelaksanaan
Pelatihan (RPP) dengan silabus; dan 9)
Sistematika skenario pelatihan.
Aspek lain yang divalidasi adalah materi
pelatihan tentang pembelajaran tematik
integratif SD. Adapun komponen uji validasi
materi pelatihan mencakup: 1) Kesesuaian
materi pelatihan dengan indikator pencapaian
kompetensi; 2) Kekayaan pengalaman belajar
yang ditawarkan; 3) Keakuratan materi
pelatihan; 4) Kemutakhiran materi pelatihan;
5) Kelayakan penyajian materi pelatihan; dan
6) Kualitas kebahasaan materi pelatihan.
c) Sumber Data
Sumber data uji validasi desain pelatihan
menggunakan CEM berasal dari 4 orang ahli,
terdiri dari 2 orang ahli dibidang desain
pelatihan yaitu Prof. Dr. Slameto, M.Pd dan
77
Endang Purwaningsih, M.Pd serta 2 orang ahli
dibidang materi pembelajaran tematik
integratif yaitu Dr. Mawardi, M.Pd dan Drs.
Abdul Basith, M.Pd.I
d) Instrumen Uji Validasi
Instrumen uji validasi ahli terhadap kualitas
desain pelatihan menggunakan rubrik
penilaian yang terdiri dari 8 item untuk menilai
Silabus dan 10 item untuk menilai RPP
Pelatihan. Sedangkan instrumen validasi ahli
materi pembelajaran tematik integratif
menggunakan rubrik penilaian yang terdiri
dari 25 item yang mencakup 6 aspek. Kisi-kisi
instrumen uji validasi desain pelatihan dan
materi pelatihan dipaparkan berturut-turut
pada tabel 3.3 dan tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Uji Validasi Ahli Desain
Pelatihan Menggunakan CEM
Desain Aspek No
Item
Silabus
Pelatihan
1. Kelengkapan identitas silabus
2. Kualitas perumusan Kompetensi
Dasar
3. Kualitas perumusan indikator
1
2
3
78
4. Relevansi antara KD, indikator,
materi dan evaluasi
5. Kualitas pengembangan materi
pelatihan
6. Kejelasan kegiatan pelatihan
7. Kesesuaian jenis dan deskripsi
bahan dengan materi
8. Ketepatan penentuan alokasi
waktu
4
5
6
7
8
RPP
Pelatihan
1. Kelengkapan RPP pelatihan
2. Kesesuaian rumusan tujuan
dengan indikator
3. Ketepatan perumusan tujuan
dalam mencapai kompetensi
4. Cakupan materi
5. Kejelasan skenario pelatihan
6. Urutan langkah-langkah
pembelajaran
7. Ketepatan metode pembelajaran
8. Kesesuaian pemilihan alat dan
bahan dengan metode pelatihan
9. Ketepatan penentuan alokasi
waktu dengan materi
10. Kesesuaian teknik penilaian
dengan indikator
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Item (17 + 9) 26
79
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi
Pembelajaran Tematik Integratif
Aspek No
Item
1. Kesesuaian materi dengan indikator
2. Kekayaan materi yang ditawarkan
3. Keakuratan materi pelatihan
4. Kemutakhiran materi pelatihan
5. Kelayakan penyajian materi pelatihan
6. Kualitas kebahasaan materi pelatihan
1-3
4-5
6-11
12-15
16-18
19-5
Jumlah Item 25
e) Analisis data
Analisis data hasil uji validasi menggunakan
teknik deskriptif persentase dan kategoris
untuk menentukan kelayakan desain pelatihan
menggunakan CEM. Skor hasil penilaian dari
Ahli dijumlahkan, kemudian skor tersebut
dipersentase dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
Skor Aktual
SP = --------------- X 100%
Skor Ideal
80
SP : Skor Persentase
Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh
validator ahli
Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali
antara jumlah item dengan
skor maksimal masing-
masing item
Skor persentase tersebut selanjutnya
dikelompokan menjadi lima kategori berikut
ini:
Interval Kategori
81 – 100% Sangat tinggi
61 – 80% Tinggi
41 – 60% Cukup
21 – 40% Rendah
1 – 20% Sangat rendah
Berdasarkan kategori di ata
s, maka hasil uji validasi desain pelatihan
pengembangan pembelajaran tematik integratif
SD dapat dikatakan layak untuk diujicobakan
apabila persentase minimal mencapai kategori
tinggi (≥ 61%).
4) Revisi Desain Pelatihan berdasarkan
masukan dari Ahli
81
Setelah dilakukan validasi desain
pelatihan dan materi oleh Ahli maka tahap
selanjutnya penulis melakukan revisi sesuai
saran dan rekomendasi Ahli dan teman sejawat
dengan mempertimbangkan kecocokan antara
saran dan rekomendasi ahli tersebut dengan
skor yang diberikan.
5) Uji Coba Terbatas
a) Jenis dan Desain Penelitian pada Uji Coba
Terbatas
Pada uji coba terbatas ini jenis penelitian
yang digunakan adalah pre-eksperimental
designs (Gay, 1987: 285). Desain penelitian ini
menggunakan teknik pretest - postest only.
b) Subjek Uji Coba
Subjek yang ikut berpartisipasi dalam uji
coba terbatas yaitu 10 guru kelas 4 SD di Kec.
Simo (peserta pelatihan), 1 pengawas sekolah
dasar (instruktur pelatihan), 1 Kepala UPT
Dikdas LS Kec. Simo (supervisor pelatihan),
dan 7 orang Staff UPT Dikdas LS Kec. Simo
(pengelola pelaksanaan pelatihan).
Terdapat beberapa karakteristik guru
kelas 4 SD sebagai subyek penelitian, yaitu: a)
82
guru-guru sama-sama memiliki kebutuhan
dalam hal mengmbangkan pembelajaran
tematik integratif, b) guru-guru berasal dari
daerah-daerah kecamatan yang memiliki
pengetahuan yang relatif sama, c) para guru
belum pernah mendapatkan pelatihan yang
berdasarkan kebutuhan guru. Berdasarkan
pertimbangan persamaan karakteristik
tersebut, peneliti memandang bahwa hasil
penelitian ini dapat digeneralisasi kepada
seluruh guru di sekolah masing-masing.
Arikunto (2002: 119) menyatakan bahwa
teknik sampling dengan cara memilih subjek
yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi
tertentu, tanpa menghiraukan darimana asal
subjek dalam populasi itu disebut quota
sampling. Maka dalam penelian ini
menggunakan teknik quota sampling, dengan
pertimbangan: a) Pelatihan yang dilakukan
adalah tentang Kurikulum 2013, sehingga
dipilih guru-guru SD yang sudah menerapkan
Kurikulum 2013; b) Teknik random akan
memberikan peluang kepada guru-guru yang
belum menerapkan Kurikulum 2013 sebagai
subjek penelitian, hal ini akan menyulitkan
83
peneliti untuk menentukan job performance
subjek; c) Dipilih guru kelas 4 SD, karena di
Kecamatan Simo implementasi kurikulum
2013 telah banyak diterapkan pada kelas 4.
Langkah penentuan sampel, pada
awalnya ditentukan sampel sekolah yang
sudah menerapkan Kurikulum 2013. Di
Kecamatan Simo terdapat 6 Gugus dimana
setiap Gugus terdapat 5 SD. Dari 5 SD
tersebut terdapat 2 SD yang sudah
menerapkan Kurikulum 2013. Maka dipilihlah
guru kelas 4 karena Kurikulum 2013 telah
diterapkan pada kelas 4.
c) Waktu dan Tempat Uji Coba
Uji coba terbatas pada penelitian ini
dilakukan setelah mendapatkan hasil
penilaian dari ahli tentang desain dan materi
pelatihan. Uji coba terbatas dilakukan di SDN
Tempuran Kecamatan Simo, Kabupaten
Boyolali.
d) Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini ada dua yaitu variabel independent (bebas)
dan variabel dependent (terikat). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan
84
menggunakan desain CEM. Definisi operasional
variabel ini adalah pelatihan yang bersifat
terbuka dan setiap tahapannya selalu diikuti
dengan evaluasi dan follow up sebagai input
pada tahapan berikutnya. Desain pelatihan
CEM dalam penelitian ini merupakan
pengembangan secara sistematis komponen-
komponen pelatihan yang khusus
dikembangkan untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam mengembangkan
pembelajaran tematik integratif di SD.
Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kompetensi guru dalam
mengembangkan pembelajaran tematik
integratif di SD. Definisi operasional variabel
ini adalah hasil pelatihan menggunakan desain
CEM berupa meningkatnya kompetensi yang
dimiliki guru dalam mengembangkan
pembelajaran tematik integratif di SD.
e) Jenis Data
Jenis data penelitian pengembangan pada
tahap uji coba terbatas ini adalah data
kualitatif dan kuantitatif berupa informasi
empirik proses pelatihan dan kompetensi hasil
belajar peserta pelatihan.
85
f) Teknik dan Instrumen pengumpulan data
Dalam uji coba lapangan terbatas yaitu
teknik pengumpulan data menggunakan teknik
tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk
mengukur kompetensi hasil pelatihan. Teknik
non tes untuk mengukur tingkat kualitas
proses pelatihan. Instrumen untuk mengukur
kompetensi hasil pelatihan pada penelitian ini
menggunakan pretest dan posttest serta
analisis soal menggunakan anates. Sedangkan
instrumen untuk mengukur tingkat kualitas
proses pelatihan menggunakan angket
tanggapan peserta dan instruktur.
Tes kompetensi hasil pelatihan dalam
penelitian ini dirancang dalam rangka
mengetahui pencapaian kompetensi guru.
Kompetensi yang dimaksud meliputi:
menguasai secara luas dan mendalam hakikat
pembelajaran tematik integratif yang
mendukung pembelajaran tematik integratif di
SD dan mampu mengembangkan pembelajaran
tematik integratif sesuai lingkungan sekolah.
Sebelum menyusun instrument soal tes,
peneliti menyusun kisi-kisi soal tes yang
86
mencakup lima materi pelatihan. Kisi-kisi soal
tes dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Uji Coba
Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik
Integratif
Materi Indikator Ting.
Ranah
No.
Item
Unit 1:
Merancang
Jaring Tema
1. Menentukan karakteristik
model-model desain
pembelajaran tematik
integratif.
2. Menentukan kelebihan dan
kelemahan model-model
desain pembelajaran
tematik integratif di SD.
3. Memilih model desain
pembelajaran tematik
integratif yang cocok
diterapkan di SD
C1
C4
C4
1-3,
5-7,
9
4, 8
10
Unit 2:
Analisis SKL, KI-
KD, dan Silabus
1. Menyebutkan butir-butir
SKL, KI, KD, dan Silabus.
2. Memerinci butir-butir SKL,
KI, KD, dan Silabus.
3. Mentabulasikan SKL, Ki,
KD, dan Silabus
C1
C4
11-14
15-16
17-20
87
Unit 3:
Analisis Model-
Model
Pembelajaran
Tematik
Integratif
1. Menjelaskan pengertian
pembelajaran dengan
pendekatan Saintifik, PBL,
PjBL, dan Discovery
Learning.
2. Membedakan karakteristik
pembelajaran dengan
pendekatan Saintifik, PBL,
PjBL, dan Discovery
Learning..
3. Memilih model
pembelajaran tematik
sesuai dengan materi
pembelajaran.
C1
C2
C4
21, 30
22-26
27-29
Unit 4:
Mengembangkan
Instrumen
Penilaian
1. Menjelaskan teknik
penilaian sikap,
pengetahuan, dan
keterampilan.
2. Menentukan teknik
penilaian sikap,
pengetahuan, dan
keterampilan.
C1
C2
31-34
35-38
Unit 5:
Merancang
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
1. Menelaah prinsip
penyusunan RPP.
2. Menyusun RPP kelas 4 SD
untuk 1 (satu) kali
pembelajaran dilengkapi
dengan materi
pembelajaran.
C4
C5
41, 47
43-45
42,46,
48-50
Jumlah Item 50
Hasil pengujian 50 item soal tes
ditemukan bahwa nilai reliabilitas sebesar
0,87. Menurut Azwar (2011: 98) sebuah
instrumen tes yang memiliki koefisien korelasi
kurang dari 0,6 dinyatakan kurang baik; 0,7
dapat diterima; dan lebih dari 0,8 dinyatakan
88
reliabel. Berdasar pada aturan yang
dinyatakan Azwar tersebut, maka instrumen
tes yang akan digunakan dalam Pelatihan
Pengembangan Pembelajaran Tematik
Integratif ini dinyatakan reliabel, karena nilai
reliabilitas 0,87>0,600. Artinya instrumen tes
yang disusun peneliti akan memberikan hasil
yang relatif sama apabila digunakan berulang-
ulang. Oleh karena itu soal tes ini dapat
digunakan untuk penelitian.
Berkaitan dengan uji validitas, sebuah
instrumen tes dinyatakan valid apabila nilai
korelasi skor butir dengan skor total lebih
besar daripada nilai koefisien korelasi product
moment minimal sebesar 0,300 pada taraf
signifikansi 5% (Azwar, 2011: 158).
Berdasar pada kriteria tersebut, 30 item
dinyatakan valid karena nilai korelasi skor
butir dengan skor total untuk semua item tes
>0,300. Nomor item tes yang valid adalah 1, 3,
4, 6, 8, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 27, 29, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 43,
44, 46, 48, dan 50. Item-item inilah yang akan
digunakan untuk penelitian. Sedangkan 20
item, yaitu nomor 2, 5, 7, 9, 12, 13, 15, 25, 26,
89
28, 30, 31, 32, 33, 35, 40, 41, 45, 47, dan 49
tidak valid karena nilai korelasi skor butir
dengan skor total kurang dari 0,300. Oleh
karena setiap indikator telah terwakili oleh
item soal yang valid, maka soal yang tidak
valid tersebut di drop. Secara lengkap, output
Anates hasil uji reliabilitas dan validitas pretes
dan postes dilampirkan dalam lampiran
tersendiri.
Instrumen untuk mengukur tingkat
kualitas proses pelatihan menggunakan angket
tanggapan peserta dan supervisor. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen angket peserta dan
instruktur disajikan berturut-turut pada tabel
3.6 dan tabel 3.7.
Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Tanggapan Peserta
Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif
No Komponen Indikator
No
Item
1 Materi
Pelatihan
1. Kesesuaian bahan ajar
dengan tujuan pelatihan
2. Kejelasan materi
pelatihan
1
2-5
2 Instruktur 1. Kehadiran instruktur
2. Penjelasan instruktur
3. Perlakuan instruktur
kepada peserta
6
7-11
10,
12-17
90
3 Panitia 1. Informasi dari panitia
2. Layanan panitia
18
19-21
4 Sarana dan
Prasarana
1. Kondisi ruang pelatihan
2. Perlengkapan pelatihan
22-24
25-27
Jumlah 27
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Tanggapan Supevisor
Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif
No Indikator No Item
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penjelasan pra Pelatihan
Pemahaman terhadap tujuan pelatihan
Pemahaman terhadap Silabus
Pemahaman terhadap RPP
Penguasaan materi pelatihan
Penyajian materi pelatihan
Perlakuan instruktur terhadap peserta
Pengelolaan kelas
Evaluasi terhadap kompetensi peserta
1-2
3
4
5
6
7
8-11, 14-15
12-13
16-18
Jumlah 18
g) Teknik Analisis data
Teknik analisis data berupa deskriptif
kategoris dan uji Wilcoxon untuk melihat
signifikansi pelatihan dalam meningkatkan
kompetensi guru sebagai peserta pelatihan.
91
Teknik deskriptif kategoris dilakukan
untuk mendeskripsikan tingkat kompetensi
pedagogik guru setelah melakukan pelatihan
berdasarkan kategori tertentu. Kategori
tersebut adalah:
Interval
Skor
Kategori
Kompetensi guru
81 – 100 Sangat tinggi
61 – 80 Tinggi
41 – 60 Cukup
21 – 40 Rendah
1 – 20 Sangat rendah
Teknik uji Wilcoxon (Wilcoxon Signed
Rank Test atau Wilcoxon Match Pair Test)
merupakan uji statistik nonparametrik yang
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
dua kelompok berhubungan yang jumlah
sampelnya sedikit (Singgih Santoso, 2004: 387
dan 407; Sutriyono, Kriswandani, Inawati dan
Helty, 2011: 191). Dalam penelitian ini data
yang diuji adalah data pretes dan postes guru
SD sebagai peserta pelatihan. Prosedur uji
Wilcoxon menggunakan bantuan program
SPSS for Windows.
92
Langkah-langkah uji Wilcoxon
menggunakan program SPSS: 1) pada menu
utama SPSS buka file pilih New, kemudian klik
Data dan pilih Variable View; 2) pada menu
Variable View baris pertama ditulis variabel
“sebelumpelatihan” dengan lebar kolom 8 dan
desimal 0, pada baris kedua ditulis
“sesudahpelatihan” dengan lebar kolom 8 dan
desimal 0; 3) pengisian data: pilih Data View
kemudian isikan data skor pretes untuk
variabel “sebelumpelatihan” dan postes untuk
variabel “sesudahpelatihan”; 4) pengolahan
data: a) pada menu utama SPSS pilih Analyze,
kemudian pilih submenu Nonparametric Test
dan klik 2 Related Samples, b) pada kolom Test
Variable List isikan variabel “sebelumpelatihan”
dan “sesudahpelatihan dengan cara klik
tombol panah, selanjutnya tekan OK untuk
mendapatkan output olahan SPSS.
Selanjutnya, teknik analisis data evaluasi
keterlaksanaan dan keterterimaan pelatihan
menggunakan teknik deskriptif persentase dan
kategoris untuk menentukan kualitas
keterlaksanaan dan keterterimaan pelatihan
pengembangan pembelajaran menggunakan
93
CEM. Skor hasil penilaian dijumlahkan,
kemudian skor tersebut dipersentase dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
SP : Skor Persentase
Skor
Aktual
: Skor yang diberikan oleh
Supervisor
Skor
Ideal
: Skor maksimal hasil kali
antara jumlah item dengan
skor maksimal masing-
masing item
Skor persentase tersebut selanjutnya
dikelompokan menjadi lima kategori berikut ini:
Interval Kategori
81 – 100% Sangat tinggi
61 – 80% Tinggi
41 – 60% Cukup
21 – 40% Rendah
1 – 20% Sangat rendah
Pengelompokan kategori di atas,
digunakan untuk menentukan tingkat kualitas
katerlaksanaan dan keterterimaan pelatihan
Skor Aktual
SP = --------------- X 100%
Skor Ideal
94
dengan membandingkan skor persentase yang
diperoleh dengan kategori tersebut.
Secara lebih jelas, tahapan penelitian
disajikan dalam tabel 3.8 berikut.
95
Tabel 3.8 Pemetaan Tahapan Penelitian
Tahapan
Penelitian Tujuan Sumber Data
Teknik
Pengum
pulan
Data Instrumen
Jenis
Data
Teknik Analisis
Data
T NT
1. Studi
Pendahuluan: a. Studi
pustaka
b. Studi
Lapangan
Untuk mengetahui
desain pelatihan aktual;
kebutuhan institusi dan
guru
Ka. UPT Dikdas
LS, Ka. SD,
guru-guru kelas 4
SD Kec. Simo
√
Wawancara
Angket
Kl dan
Kn
Deskriptif
Presentase
2. Desain dan
Pengembanga
n Desain: a. Draft awal
b. Validasi
ahli
c. Uji coba
terbatas
Untuk mengembangkan
produk awal desain
pelatihan;
Mendapatkan validasi
ahli dan menyempurnakan
desain;
Untuk melihat efektifitas
desain dan mendapatkan
balikan untuk perbaikan
Ahli Desain dan
Ahli Materi Pelatihan
Ka. UPT Dikdas
LS, Pengawas SD,
Guru-guru kelas 4
SD Kec. Simo
√
√
Rubrik
Penilaian
Soal Pilihan
Ganda;
Angket
Kn dan
Kl
Kn
Deskriptif
Presentase
Deskriptif
Presentase
menggunakan Uji
Wilcoxon
Ket: T: Tes NT: Non Tes Kn: Kuantitatif Kl: Kualitatif