Post on 31-Oct-2020
65
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran PT Oto Multiartha Malang
1. Bidang Usaha Lembaga Pembiayaan di PT Oto Multiartha Malang
PT Oto Multiartha adalah salah satu Perseroan Pembiayaan Otomotif
Independen terkemuka. Usaha utama Perseroan adalah di bidang pembiayaan
konsumen, antara lain pembiayaan kepemilikan mobil baik baru maupun bekas.
Perseroan ini di dirikan di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1994, bernama PT
Manunggal Multi Finance. Bulan September 1995 Perseroan mengubah
namanya menjadi PT Oto Multiartha. Perubahan ini mencerminkan fokus usaha
khusus pada pembiayaan mobil. Tahun 1996 Sumitomo Corporation, Jepang
bergabung sebagai pemegang saham baru. Selanjutnya sebagai wujud
komitmen, sejak September 1998 Sumitomo Corporation menjadi pemegang
saham utama hingga sekarang.73
PT Oto Multiartha Malang selain bergerak dibidang sewa guna usaha
juga bergerak dibidang pembiayaan konsumen. Wilayah kerja PT Oto
Multiartha Malang melokalisir setiap proses pembiayaan konsumen khususnya
diwilayah kota malang, akan tetapi wilayah kerja PT Oto Multiartha Malang
dapat ekspansi ketika ada debitur yang berkedudukan diluar kota malang yang
tidak terdapat kantor cabang, sehingga hal tersebut menjadi kewenangan PT Oto
Multiartha Malang untuk melaksanakan pembiayaan konsumen.
73 Dokumen Profil PT Oto Multiartha Malang
66
2. Visi dan Misi PT Oto Multiartha Malang
a. Visi
Menjadi Perseroan pembiayaan yang terkemuka di Indonesia dengan
menciptakan nilai-nilai yang terbaik bagi seluruh stakeholder.
b. Misi
Memberikan kemudahan fasilitas kredit kendaraan bermotor yang
terjangkau dan dapat diandalkan melalui kerjasama yang saling
menguntungkan serta berkesinambungan dengan mitra bisnis dan
melakukan pengelolaan bisnis yang prima.74
74 Laporan Tahunan 2013 Pt Oto Multiartha
67
3. Struktur Organisasi PT Oto Multiartha Malang
Bagan 1
Struktur Organisani PT Oto Multiartha Malang
Sumber Data : Dokumen PT Oto Multiartha Malang Tahun 2016 (diolah)
Berdasarkan data diatas dapat deketahui bahwa sub bidang yang
memiliki otoritas dalam proses penyelesaian terjadinya wanprestasi yaitu
Internal Collection yang terdiri dari Collection Head (kepala koleksi),
Coordination Collection (kordinasi koleksi), Field Collection (koleksi
lapangan), Problem Account Officer (masalah pembayaran).
BRANCH MANAGER
(CABANG MENEJER)
M. TANJUNG
COLLECTION HEAD
(KEPALA KOLEKSI)
WALUYO
COORDINATOR
COLLECTION
(KORDINASI KOLEKSI)
ARIF
MARKETING HEAD
(KEPALA MARKETING)
RUDI HARTONO
MARKETING
ADMIN HEAD
(KEPALA ADMIN)
LINDA
SUPERVISOR ADMIN
(PENGAWAS ADMIN)
YULI
FIELD COLLECTION
(KOLEKSI LAPANGAN)
HERU CANDRA. K
PROBLEM ACCOUNT OFFICER
(MASALAH PEMBAYARAN)
EDY. W
ADMIN STAFF
68
B. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT Oto Multiartha
Malang
1. Para Pihak Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Proses pembiayaan barang terhadap debitur yang dilakukan PT Oto
Multiartha Malang termuat kewajiban sepihak yang dilaksanakan dan
dibebankan pada debitur, akan tetapi dalam proses pembiayaan berdasarkan
hasil wawancara dengan Rudi Hartono dapat diketahui, tidak hanya pihak
kreditur dan debitur yang memiliki peran dalam proses pembiayaan lebih
tegasnya menjelaskan para pihak yang terkait dalam transaksi pembiayaan
konsumen dan data-data tentang jumlah pembiayaan dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 1. Jumlah Debitur
No Jumlah Debitur PT Oto
Multiartha Malang
Bulan Februari
2016
Bulan Maret
2016
1 76 14 62
Sumber data : Dokumen PT Oto Multiartha Malang Bulan Februari dan
Maret 2016 (diolah)
Prosedur pembiayaan konsumen yaitu sebagai berikut :
Bagan 2. Pihak Terkait dalam Transaksi Pembiayaan Konsumen
Sumber data : Wawancara dengan Heru Candra (Pejabat Field Collection)
PT Oto Multiartha Malang Tahun 2015 (diolah).
Perusahaan
Pembiayaan
PT Oto Multiartha
Malang
( Kreditur )
Supplier
Konsumen
( Debitur )
3
1
2
69
Dari data gambar diatas dapat diketahui posisi para pihak yaitu:
1. Konsumen (debitur) terhadap Supplier dalam perjanjian pembiayaan
konsumen yaitu berkedudukan sebagai pembeli atas barang yang
menjadi objek pembiayaan konsumen yang proses pelunasan
pembayaran dilakukan dengan sistem angsuran.
2. Konsumen (debitur) terhadap PT Oto Multiartha Malang sebagai
badan hukum yang melakukan perjanjian piutang atas proses
pembiayaan konsumen terhadap barang (mobil) dengan proses
pelunasan secara angsuran.
3. PT Oto Multiartha Malang terhadap Supplier berkedudukan sebagai
badan yang melakukan proses jual beli terhadap kendaraan bermotor
yang setelah adanya proses pelunasan dilakukan angsuran oleh pihak
debitur Principle. Sehingga hubungan hukum antara pihak Supplier
dengan PT Oto Multiartha Malang berakhir setelah adanya proses
pelunasan.
Dalam proses pembiayaan konsumen posisi dari penjelasan diatas dapat
diketahui secara singkat bahwa konsumen merupakan pihak yang
berkepentingan sebagai pembeli terhadap kendaraan bermotor dengan proses
pelunasan secara angsuran, Supplier merupakan pihak yang berkepentingan
sebagai pengadaan kendaraan bermotor, PT Oto Multiartha Malang
berkedudukan sebagai pihak yang memberikan fasilitas proses angsuran
pembiayaan terhadap barang yang ingin dibeli oleh debitur.
70
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa adanya :
1. Hubungan hukum debitur (konsumen) dengan Supplier
Antara pihak konsumen dengan supplier terdapat hubungan jual beli
(bersyarat), pihak Supplier menjual barang kepada konsumen selaku
pembeli dengan syarat, bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga
yaitu pihak pemberi biaya.
2. Hubungan hukum debitur (konsumen) dengan perusahaan pembiayaan
konsumen PT Oto Multiartha Malang
Hubungan antara pihak debitur (konsumen) dengan perusahaan
pembiayaan konsumen PT Oto Multiartha Malang adalah hubungan
yang bersifat kontraktual, yang artinya didasarkan pada kontrak yang
dalam hal ini adalah kontrak pembiayaan konsumen. Pihak
perusahaan pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberi
sejumlah uang untuk pembelian sesuatu barang konsumsi, sedangkan
pihak konsumen sebagai penerima biaya berkewajiban utama untuk
membayar kembali uang tersebut secara cicilan/angsuran kepada
pihak pemberi biaya.
3. Hubungan hukum perusahaan pembiayaan konsumen PT Oto
Multiartha Malang dengan Supplier
Hubungan antara pihak perusahaan pembiayaan konsumen PT Oto
Multiartha Malang dengan Supplier tidak ada hubungan hukum yang
khusus, kecuali pihak penyedia dana hanya pihak ketiga yang
disyaratkan untuk menyediakan dana dan digunakan dalam perjanjian
jual beli antara pihak Supplier dengan konsumen.
71
Dapat diketahui bahwa para pihak dalam proses pembiayaan sudah jelas
terkait tugas yang harus dilakukan. Kreditur dalam hal ini pihak PT Oto
Multiartha Malang membuat kontrak pembiayaan terhadap suatu barang. Pihak
Supplier menyediakan barang dalam proses pembiayaan. Berdasarkan
wawancara dengan Heru Candra, “pihak Supplier adalah dealer resmi seperti
dealer Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi, dan Toyota”.75
Dari data tersebut
pihak PT Oto Multiartha Malang bekerja sama dengan dealer resmi khusunya
wilayah kota Malang untuk menyelenggarakan pembiayaan konsumen.
Hubungan para pihak dalam proses pembiayaan terhadap barang antara
pihak kreditur PT Oto Multiartha Malang dengan konsumen, konsumen dengan
Supplier, kreditur dengan Supplier yang masing-masing memiliki tugas dalam
proses pembiayaan.
2. Bentuk Perjanjian Pembiayaan Konsumen
a. Bentuk Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT Oto Multiartha
Malang
Dalam menjalankan kegiatan usaha pembiayaan konsumen untuk
melindungi hak dan kewajiban kedua belah pihak, berdasarkan data yang
diperoleh dari lokasi penelitian melalui hasil wawancara dengan Rudi Hartono
selaku Marketing Head di PT Oto Multiartha Malang yang menyatakan bahwa
“bentuk perjanjian yang dibuat oleh PT Oto Multiartha Malang merupakan
bentuk perjanjian baku”.76
Berkaitan dengan bentuk perjanjian baku di dalam
perjanjian pembiayaan konsumen yang klausula dalam perjanjian tersebut
75 Wawancara dengan Heru Candra selaku Pejabat Field Collection PT. Oto Multiartha,
Malang, 2 February 2016
76 Wawancara dengan Rudi Hartono, Selaku Maketing Head PT. Oto Multiartha, Malang, 2
February 2016
72
terkait hak dan kewajiban ditentukan salah satu pihak yaitu PT Oto Multiartha
Malang selaku kreditur dalam perjanjian pembiayaan konsumen.
Ditinjau dari perspektif Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Pasal 18
Tentang Perlindungan Konsumen maka bentuk perjanjian baku dalam proses
pembiayaan konsumen yang terdapat di dalam isi klausula PT Oto Multiartha
Malang sesuai dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang No 8 Tahun
1999 Pasal 18 Tentang Perlindungan Konsumen disebutkan sebagai berikut:
1. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli konsumen
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang
dibeli oleh konsumen
d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha
baik secara langsung, maupun tidak langsung untuk melakukan
segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli
oleh konsumen secara angsuran
e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen
f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa
atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek
jual beli jasa
g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang
dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya
h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha
untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan
terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran
2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti.
73
3. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada
dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dinyatakan batal demi hukum.
4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan
dengan Undang-Undang ini.
Merujuk pada ketentuan Perundang-Undangan diatas dan
dikomparasikan isi klausula yang diatur di dalam perjanjian pembiayaan
konsumen PT Oto Multiartha Malang dengan debitur tidak bertentangan dengan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Salah satu
contoh Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 18 ayat 1 dan ayat 3 sesuai dengan bunyi yang diatas dan sama halnya
dengan perjanjian pembiayaan konsumen yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak antara debitur dan kreditur yang tertuang dalam pasal 4 perjanjian
pembiayaan konsumen tentang pengakuan hutang “debitur sekarang dan
dikemudian hari mengaku secara sah berhutang kepada kreditur sejumlah uang
dibuktikan dengan suatu pernyataan tertulis”.77 Dan isi dari pasal 9 perjanjian
pembiayaan konsumen tentang kewajiban debitur selama berlakunya perjanjian
debitur dengan ini berjanji dan menyetujui serta mengikatkan diri tidak
memindahkan, merubah, menghilangkan, merusak atau dengan cara lain
menggangu nomer mesin, nomer rangka yang terletak pada kendaraan atau pada
setiap bagiannya. Dan tidak akan menjual, menyewakan, memindahtangankan,
mengalihkan hak atau menjaminkan kendaraan pada pihak lain.
Sebab perjanjian baku tersebut merupakan perjanjian yang substansinya
berkaitan hak dan kewajiban ditentukan sepihak, dalam hal ini PT Oto
77 Dokumen Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pt. Oto Multiartha Malang, Hal 1
74
Multiartha Malang. Dengan kata lain, debitur harus tunduk dan patuh pada
ketentuan yang dimuat dalam perjanjian baku tersebut.
Hal yang berkaitan dengan bentuk perjanjian di atas, dapat diketahui
bahwa secara umum perjanjian kredit (pokok) tersebut telah sesuai atau tidak
bertentangan dengan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata Tentang Asas
Kebebasan Berkontrak, dan perjanjian tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal
1320 KUHPerdata Tentang Syarat Sahnya Perjanjian yang menyebutkan bahwa:
1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak
Keduanya secara bersama-sama disebut para pihak, bahwa debitur
telah mengajukan permohonan kepada kreditur yang dengan ini telah
menyetujui untuk memberikan fasilitas pembiayaan konsumen untuk
keperluan pembelian kendaraan bermotor karenanya para pihak
sepakat dan setuju untuk membuat perjanjian pembiayaan konsumen
dengan ketentuan-ketentuan syarat-syarat yang disepakati kedua belah
pihak.
2. Cakap hukum
Hal yang menentukan terhadap pihak debitur layak atau tidaknya
mendapatkan fasilitas pembiayaan dari kreditur harus memenuhi
beberapa syarat seperti halnya debitur berusia diatas 18 tahun (sesuai
dengan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 Tahun
1963), melampirkan surat bukti nikah (Sesuai dengan, Pasal 31 ayat 2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan) serta
bukti mempunyai penghasilan tetap (sesuai dengan Peraturan OJK
75
(Otoritas Jasa Keuangan) Nomor 29/POJK.05/Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Konsumen).
3. Suatu hal tertentu
Hal tertentu pada dasarnya menyangkut pokok perjanjian yang
memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak. Namun lebih khusus
lagi bahwa pokok perjanjian haruslah disebutkan dan barangnya dapat
dihitung dan ditentukan. Adapun jika dilihat dari perjanjian
Pembiayaan Konsumen yang dilakukan oleh PT Oto Multiartha
Malang dengan Nomor Perjanjian 10-321-12-01454 yang menjadi
objek perjanjian yang dapat dihitung dan ditentukan adalah mengenai
barang yang diperjanjian untuk dapat diperdagangkan yaitu sebuah
kendaraan roda empat bermerek Daihatsu Terios seri TX 1.5 M/T MC
dengan Tahun 2012 yang memiliki Nomor Rangka
MHKG2CJ2JCK069223 serta Nomor Mesin DDG0980. Sesuai
dengan perjanjian pembiayaan tersebut, pembayarannya dilakukan
secara angsuran sebagaimana ketentuan pada Pasal 3 yang terdapat
pada halaman 1 tersebut juga menunjukkan hal-hal yang menjadi
pokok perjanjiannya. Dapat dilihat pada Pasal 3 berisi mengenai Para
Pihak dan Ketentuan Pokok Fasilitas Pembiayaan. Di dalam Pasal
merupakan pokok yang diperjanjikan berisi mengenai spesifikasi
barang yang diperdagangkan, harga barang, jumlah pinjaman, suku
bunga, metode atau hari hitung bunga, jangka waktu, metode bayar
angsuran, besaran angsuran, asuransi, biaya lain yang berkaitan
dengan pembayaran di muka dan biaya lain mengenai suatu keadaan
76
tertentu. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pada syarat ketiga
mengenai syarat sahnya perjanjian sebagaimana tercantum dalam
Pasal 1320 KUHPerdata telah terpenuhi sehingga perjanjian
pembiayaan konsumen tersebut masih dapat dianggap sah dan masih
berlaku mengikat bagi para pihak.
4. Sebab yang halal
Yang dimaksud dengan klausula halal ini obyek kendaraan bermotor
yang dijadikan jaminan bukan berasal dari hasil atau perbuatan yang
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, dan obyek tersebut tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku, misalnya hasil dari
pencurian, penggelapan, dan perjudian.
Ditinjau dari peraturan perlindungan konsumen, kewajiban bagi pelaku
usaha untuk mendengarkan segala pendapat dari konsumen yang nantinya dapat
diikut sertakan dalam pembuatan perjanjian pembiayaan konsumen, karena hal
tersebut merupakan tanggung jawab yang memang seharusnya dilaksanakan.
b. Bentuk Perjanjian Pembebanan Jaminan Fidusia PT Oto Multiartha
Malang
Berdasarkan isi di dalam klausula pasal 4 perjanjian pembiayaan
konsumen PT Oto Multiartha Malang tentang pengakuan hutang disebutkan
bahwa78
“debitur sekarang dan untuk dikemudian hari mengaku secara sah
berhutang kepada kreditur sejumlah uang yang dari waktu ke waktu cukup
dibuktikan dengan suatu pernyataan tertulis dari kreditur yang menyebutkan
jumlah hutang yang didasarkan pada catatan-catatan pembukuan kreditur
sendiri, pernyataan mana menjadi bukti yang sah dan mengikat debitur dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari perjanjian”.
78 Ibid, Hal 2
77
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pengakuan hutang debitur
sekarang dan untuk dikemudian hari mengakui secara sah bahwa debitur
berhutang kepada kreditur sejumlah uang yang cukup dibuktikan dengan suatu
pernyataan atau perjanjian secara tertulis. Maka bentuk perjanjian hutang
piutang yang penulis peroleh dari lokasi penelitian di PT Oto Multiartha Malang
adalah bentuk perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak
yang bersangkutan saja dan perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam
perjanjian.
Perjanjian tertulis yang dibuat oleh PT Oto Multiartha Malang dalam
melakukan pembuatan perjanjian secara tertulis mengacu pada salah satu asas
hukum kontrak yaitu asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak
diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yang berbunyi semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya.
Menurut Salim didalam buku hukum kontrak, asas kebebasan berkontrak
dijabarkan yaitu suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk:79
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian pada siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d. Menentukan bentuknya perjanjian, tertulis atau lisan
Pada poin D PT Oto Multiartha Malang mengacu pada penjabaran asas
kebebasan berkontrak yang mana perjanjian bisa berbentuk tertulis.
Setelah disepakatinya perjanjian pembiayaan konsumen maka timbulah
perjanjian ikutan sebagai pembebanan jaminan fidusia. Jaminan tersebut
79 Op.Cit. Hal 9
78
dibebankan pada debitur sebagai bentuk utang yang harus dipenuhi dalam
proses pembiayaan konsumen terhadap obyek pembiayaan (mobil). Debitur
menyepakati perjanjian pembebanan jaminan fidusia yang telah disiapkan oleh
PT Oto Multiartha Malang di hadapan notaris dan untuk biaya pembebanan
jaminan fidusia telah ditanggung oleh PT Oto Multiartha Malang dan debitur
yang termasuk dalam biaya administrasi, kemudian biaya administrasi itu tidak
dijabarkan secara rinci tapi PT Oto Multiartha Malang mengakumulasi semua
biaya yang timbul dimasukkan ke dalam nilai pembiayaan kendaraan (nilai
kredit yang diajukan debitur).
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia, Fidusia merupakan perjanjian ikutan
sebagaimana diatur pada pasal 4 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia, bahwa “jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dan suatu
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk
memenuhi suatu prestasi”. Sehingga pembebanan jaminan fidusia dalam
perjanjian pembiayaan konsumen antara PT Oto Multiartha Malang dengan
debitur atas kendaraan bermotor tidak menciderai ataupun tidak bertentangan
dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
Pendaftaran jaminan fidusia antara pihak PT Oto Multiartha Malang
dengan debitur, didaftarkan oleh notaris yang telah ditunjuk oleh PT Oto
Multiartha Malang ke kantor pendaftaran fidusia. Berdasarkan wawancara
dengan Heru Candra yang diperoleh di lokasi penelitian bahwa “perusahaan
pembiayaan konsumen wajib mendaftarkan jaminan fidusia ke kantor
pendaftaran fidusia dan perusahaan pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan
79
fidusia pada kantor pendaftaran fidusia paling lama 30 hari terhitung sejak
tanggal perjanjian pembiayaan konsumen”. 80
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi
Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk
Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia pada Pasal 1 ayat 1
menjabarkan “Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen
untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib
mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia,
sesuai Undang-Undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia”.
Penjabaran isi Pasal 2 yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi
Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk
Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia yaitu “Perusahaan
Pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran
Fidusia paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal
perjanjian pembiayaan konsumen”. Maka pendaftaran jaminan fidusia di PT Oto
Multiartha Malang telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012
Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang
Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan
Pembebanan Jaminan Fidusia.
80 Wawancara dengan Heru Candra selaku Pejabat Field Collection PT. Oto Multiartha,
Malang, 2 February 2016
80
Selain diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan
Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan
Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia juga diatur pada Pasal 11 ayat 1
Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia yang
mendefinisikan “benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib
didaftarkan”. Dengan demikian Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan
Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan
Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia dan Undang-Undang No 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah sesuai atau tidak bertentangan
dengan pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia di PT Oto Multiartha Malang.
3. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Dalam proses pembiayaan yang dilakukan oleh PT Oto Multiartha
Malang (kreditur) kepada debitur terhadap barang (mobil) terikat dalam suatu
perjanjian pembiayaan yang memuat hak dan kewajiban antara PT Oto
Multiartha Malang (kreditur) dengan debitur.
Hak dan kewajiban dari para pihak dalam proses pembiayaan. Yang
pertama dari pihak PT Oto Multiartha Malang (kreditur) berkaitan dengan
perjanjian yang sudah disepakati yaitu, sebagai berikut: 81
a. Hak dan kewajiban PT Oto Multiartha Malang selaku kreditur
1. Hak PT Oto Multiartha Malang selaku kreditur
81 Op.Cit, Hal 1
81
a) Penyerahan hak milik atas kendaraan sebagai jaminan dari
debitur, termasuk segala sesuatu yang menjadi bagian dan
perlengkapan kendaraan baik yang sudah ada pada saat
pembelian maupun yang akan ada di kemudian hari, (pasal 6
ayat 1)
Dari klausula hak diatas menjelaskan bahwa kreditur berhak atas hak
milik atas kendaraan sebagai jaminan dan menerima pelunasan piutang dari
debitur yang menjadi obyek pembiayaan konsumen barang (mobil) dengan cara
angsuran sampai angsuran terlunasi.
b) Kreditur berhak untuk menerima dan tanpa harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari debitur mempergunakan uang
klaim ganti kerugian asuransi untuk memperhitungkan,
membayar dan melunasi hutang, (pasal 7 ayat 4)
Dari klausula hak diatas menjelaskan bahwa kreditur berhak menerima
atas ganti kerugian asuransi untuk memperhitungkan, membayar dan melunasi
hutang atas uang klaim tanpa harus mendapatkan persetujuan dari debitur
terlebih dahulu.
2. Kewajiban PT Oto Multiartha Malang selaku kreditur
a) Kreditur akan mencairkan fasilitas pembiayaan konsumen
sebesar nilai pembiayaan, (pasal 2 ayat 1 huruf a-d)
Dari klausula kewajiban diatas menjelaskan bahwa kreditur berkewajiban
mencairkan fasilitas yang dimaksud adalah debitur telah menandatangani
perjanjian dan memenuhi kewajibannya dengan baik, debitur telah menyerahkan
dokumen yang dipandang perlu oleh kreditur, debitur telah membayar uang
82
muka, premi asuransi, administrasi dan debitur telah menerima kendaraan dari
penjual.
b. Hak dan kewajiban pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur: 82
1. Kewajiban pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur
a) Selama perjanjian ini berlangsung debitur wajib membayar
angsuran sesuai dengan jadwal pembayaran angsuran, (pasal 3
ayat 1)
Selama perjanjian berlangsung antara kedua belah pihak yaitu pemohon
pembiayaan konsumen selaku debitur dan PT Oto Multiartha Malang selaku
kreditur, pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur wajib membayar
angsuran yang telah ditentukan oleh pihak PT Oto Multiartha Malang selaku
kreditur
b) Tidak akan menjual, menyewakan, memindahtangankan,
mengalihkan hak atau menjaminkan kendaraan kepada pihak
lain. (pasal 9 ayat 1)
Pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur berkewajiban tidak akan
menjual, menyewakan, memindahtangankan, mengalihkan hak atau
menjaminkan kendaraan kepada pihak lain.
c) Tidak mengirim atau mengijinkan kendaraan dikirim atau
dibawa keluar wilayah republik indonesia dan tidak akan
memindahkan atau mengubah pendaftaran kendaraan. (pasal 9
ayat 2)
82 Ibid, Hal 2
83
Pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur berkewajiban tidak
mengirim atau mengijinkan kendaraan dikirim atau dibawa keluar wilayah
republik indonesia dan tidak akan memindahkan atau mengubah pendaftaran
kendaraan.
d) Tidak memindahkan, merubah, menghilangkan, menambah,
merusak atau dengan cara lain mengganggu nomer mesin,
rangka, pendaftaran atau nomer-nomer seri atau setiap plat merk
dagang atau plat tanda pengenal yang terletak pada kendaraan
atau pada setiap bagiannya. (pasal 9 ayat 3)
Pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur berkewajiban tidak
memindahtangankan, merubah, menghilangkan, menahmbah, merusak atau
dengan cara lain mengganggu nomer mesin, rangka, pendaftaran atau nomer-
nomer seri atau setiap plat merk dagang atau plat tanda pengenal yang terletak
pada kendaraan atau pada setiap bagian dari kendaraan (mobil).
e) Menggunakan kendaraan sebagaimana mestinya dan tidak
mengizinkan dalam keadaan apapun seseorang mengendarai,
memakai atau menjalankan kendaraan tanpa memiliki surat izin
mengemudi yang sah, atau memakai kendaraan untuk maksud-
maksud yang melawan hukum. (pasal 9 ayat 4)
Pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur berkewajiban
menggunakan kendaraan sebagaimana mestinya dan tidak mengizinkan dalam
keadaan apapun seseorang mengendarai, memakai atau menjalankan kendaraan
tanpa memiliki surat izin mengemudi yang sah, atau memakai kendaraan untuk
maksud yang melawan hukum.
84
f) Dengan biaya sendiri menguasai dan memelihara kendaraan
agar senantiasa berada dalam keadaan baik dan dapat
dipergunakan serta mengganti semua suku cadang yang tidak
sempurna, habis, hilang, atau rusak dengan suku cadang yang
mutu dan nialainya sama. (pasal 9 ayat 5)
Pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur berkewajiban membiayai
sendiri menguasai dan memelihara kendaraan agar senantiasa berada dalam
keadaan baik dan dapat dipergunakan serta mengganti semua suku cadang yang
tidak sempurna, habis, hilang, atau rusak dengan suku cadang yang mutu dan
nialainya sama.
g) Segera memperbarui pendaftaran kendaraan dan mentaati
Undang-Undang dan peraturan-peraturan mengenai lalu lintas
jalan serta memenuhi semua kewajiban biaya dan denda
berkenaan dengan hal tersebut. (pasal 9 ayat 6)
Pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur berkewajiban
memperbarui pendaftaran kendaraan dan mentaati Undang-Undang dan
peraturan-peraturan mengenai lalu lintas jalan serta memenuhi semua kewajiban
biaya dan denda berkenaan dengan hal tersebut.
h) Memperlihatkan atau memberitahukan letak keberadaan
kendaraan apabila diminta oleh kreditur dan memberi izin
kepada kreditur untuk setiap saat memasuki tanah pekarangan
dan bangunan, dimana diperkirakan atau diduga kendaraan
berada, disimpan dan/ atau dipakai, guna pemeriksaan atau
pengujian atau pengambilan kendaraan dalam hal terjadi
85
peristiwa cidera janji sebagaimana dimaksud dalam pasal 10.
(pasal 9 ayat 7)
Pemohon pembiayaan konsumen selaku debitur berkewajiban
memperlihatkan atau memberitahukan letak keberadaan kendaraan apabila
diminta oleh kreditur dan memberi izin kepada PT Oto Multiartha Malang
selaku kreditur untuk setiap saat memasuki tanah pekarangan dan bangunan,
dimana diperkirakan atau diduga kendaraan berada, disimpan dan/atau dipakai,
guna pemeriksaan atau pengujian atau pengambilan kendaraan dalam hal terjadi
peristiwa cidera janji atau wanprestasi.
i) Menyerahkan kepada kreditur :
a. Kuintansi blanko 3 (tiga) rangkap dibubuhi materai
secukupnya dengan nama dan tanda tangan pemilik jaminan.
Debitur menyerahkan kwitansi blangko kepada kreditur 3 rangkap
dilengkapi materai secukupnya dengan nama dan pemilik jaminan yaitu debitur
selaku pemohon pengajuan kredit apabila proses pembelian barang dalam
keadaan bekas.
b. Asli buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) dan
tembusan faktur. Yang selanjutnya akan diserahkan kembali
kepada debitur apabila hutang telah lunas. BPKB yang tidak
diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak hutang
dinyatakan lunas akan dikenakan biaya penitipan BPKB
sebesar RP. 10.000 (sepuluh ribu) perbulan. (pasal 9 ayat 8)
Penyerahan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) dan tembusan
faktur atau catatan penyerahan barang kepada kreditur yang nantinya akan
86
deserahkan kembali kepada debitur ketika hutang telah lunas. Akan tetapi dalam
jangka waktu 1 bulan tidak diambil oleh debitur maka dinyatakan sebagai
bentuk pentitipan surat kendaraan bermotor (BPKB) dan dikenanakan biaya
penitipan Rp 10.000 (sepuluh ribu) perbulan.
j) Memberikan secara tertulis kepada kreditur apabila debitur atau
pemilik jaminan mengadakan perubahan alamat tinggal, usaha,
anggaran dasar, pemegang saham dan pengurus. (pasal 9 ayat 9)
Debitur diwajibkan memberikan laporan secara tertulis kepada kreditur
apabila mengadakan perubahan alamat tinggal, usaha dalam artian keadaan yang
memiliki implikasi terhadap pembiayaan konsumen, anggaran dasar dalam
artian ada perubahan terhadap peraturan dasar yang dibuat oleh debitur, dalam
hal ini debitur adalah yang berbadan hukum. Pemegang saham dan pengurus
pengertiannya yaitu apabila ada perubahan pemegang saham melaporkan kepada
pihak kreditur dan ketika ada perubahan pengurus di dalam perusahaan sebagai
debitur perjanjian pembiayaan konsumen maka harus dilaporkan kepada
kreditur.
k) Menyatakan dan menjamin bahwa telah menyerahkan dengan
lengkap dan benar anggaran dasar debitur berikut perubahannya
dan terhadap anggaran dasar tersebut saat ini tidak atau belum
diadakan perubahan lagi. (pasal 9 ayat 10)
Debitur dalam hal ini perusahaan menyatakan dan menjamin bahwa telah
menyerahkan dengan lengkap dan benar anggaran dasar debitur (perusahaan)
tidak dalam perubahan atau yang terakhir.
87
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dalam poin kewajiban debitur
angka 1 sampai 3 ditegaskan bahwa debitur tidak boleh menjual, menyewakan,
memindahtangankan, mengalihkan hak atau menjaminkan kendaraan kepada
pihak lain, tidak mengirim atau mengijinkan kendaraan dikirim atau dibawa
keluar wilayah Republik Indonesia dan tidak akan memindahkan atau mengubah
pendaftaran kendaraan. Tidak memindahkan, merubah, menghilangkan,
menambah, merusak atau dengan cara lain mengganggu nomer mesin, rangka,
pendaftaran atau nomer-nomer seri atau setiap plat merk dagang atau plat tanda
pengenal yang terletak pada kendaraan atau pada setiap bagiannya.
4. Klausula Tentang Wanprestasi Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT
Oto Multiartha Malang
Peristiwa-peristiwa di bawah ini merupakan peristiwa cidera janji
(Wanprestasi) debitur dalam melaksanakan perjanjian di PT. Oto Multiartha
Malang yang tertera pada pasal 10 tentang cidera janji (Wanprestasi), tanpa
perlu didahului dengan surat peringatan khusus atau suatu penetapan dari
pengadilan, melainkan cukup telah terbukti dengan ini:83
a. Debitur tidak membayar angsuran, denda dan/atau biaya- biaya lain
atas suatu jumlah uang yang telah jatuh tempo sesuai perjanjian yang
dalam hal lewatnya waktu saja telah memberi bukti yang cukup bahwa
debitur telah melalaikan kewajibannya menurut perjanjian ini,
sehingga peringatan dengan juru sita atau surat-surat lain serupa itu
tidak diperlukan lagi
b. Kendaraan dijual, disewakan, dipindah tangankan, dialihkan atau
dijaminkan kepada pihak lain
c. Suatu pernyataan, keterangan atau dokumen-dokumen yang diberikan
oleh debitur dan/atau pemilik jaminan kepada kreditur sehubungan
dengan perjanjian ini ternyata tidak benar atau palsu
d. Debitur atau pemilik jaminan tidak melaksanakan kewajiban atau lalai
untuk memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian
83 Ibid, Hal 3
88
Klausula di atas menunjukkan keadaan-keadaan apa yang dimaksud
dengan wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. Oto
Multiartha Malang. Klausula perjanjian ini sudah memenuhi ketentuan
mengenai perjanjian pembiayaan konsumen, karena walaupun apabila pihak
debitur wanprestasi, seluruh hutang debitur harus dibayar dengan sekaligus oleh
debitur kepada kreditur, dan berhak ditagih dengan seketika dan sekaligus oleh
kreditur, tanpa memerlukan pemberitahuan, teguran, atau tagihan dari kreditur
atau juru sita pengadilan atau pihak lain yang ditunjuk oleh kreditur.
Mengenai tidak diberlakukannya pemberitahuan, teguran, atau tagihan
dari kreditur, walaupun memang membuat kedudukan debitur terlihat semakin
lemah, namun hal ini telah sesuai dengan ketentuan pasal 1238 KUHPerdata
yang disebutkan bahwa “debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau
dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu
bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan”.
Berdasarkan perjanjian pembiayaan konsumen yang dibuat PT. Oto
Multiartha Malang yang telah disetujui dengan pihak debitur-debiturnya telah
dinyatakan beberapa tindakan-tindakan atau hal-hal apa yang dapat dianggap
sebagai perbuatan wanprestasi atau lalai. Sehingga apabila nantinya debitur
melakukan perbuatan wanprestasi maka kreditur diperbolehkan untuk tidak
memberikan pemberitahuan, teguran ataupun somasi terlebih dahulu, karena
dianggap debitur telah mengetahui konsekuensi yang terjadi apabila ia lalai atau
wanprestasi, apalagi apabila telah diperjanjikan terlebih dahulu sebelumnya.
89
Akibat wanprestasi dari pihak debitur yang tercantum dalam klausul
tersebut diatas, maka kendaraan yang berada dalam kekuasaan debitur sebagai
jaminan akan diambil kembali oleh kreditur. Jika pengambilan barang (mobil)
tersebut tidak dihambat oleh debitur, maka tidak ada sesuatu masalah yang akan
timbul.
C. Upaya Penyelesaian PT Oto Multiartha Malang Apabila Debitur
Wanprestasi
1. Upaya PT Oto Multiartha Malang Terhadap Debitur Wanprestasi
Dalam menyelesaikan sengketa terkait debitur yang wanprestasi di PT.
Oto Multiartha Malang, melalui wawancara dengan Heru Candra yang
menyatakan bahwa ada beberapa proses yang dilakukan oleh PT. Oto Multiartha
Malang, dalam menyelesaikan wanprestasi yaitu sebagai berikut:84
1. Sebelum jatuh tempo/sampai tanggal jatuh tempo.
Kepala koleksi PT. Oto Multiartha Malang mengingatkan debitur melalui
sms interaktif pada nomor hand phone masing- masing konsumen, bahwa
tanggal pembayaran angsuran telah jatuh tempo.
2. Tanggal jatuh tempo (1-3 hari)
Bagian Kordinasi Koleksi (Coordinator Collection) PT. Oto Multiartha
Malang mengingatkan kembali debitur, serta melakukan konfirmasi melalui
telepon bahwa tanggal pembayaran angsuran telah jatuh tempo dan meminta
debitur untuk segera melakukan pembayaran.
3. Debitur Over Due (4-15 hari)
Debitur yang terlambat melakukan pembayaran untuk kategori Over Due
4-15 hari, akan mendapat kunjungan dari Pegawai lapangan (Field Collection)
84 Wawancara Dengan Heru Candra, Selaku Field Collection Pt Oto Multiartha Malang, 2
Februari 2016
90
dan akan diberikan surat peringatan 1 atau somasi 1. Pegawai lapangan (Field
Collection) PT. Oto Multiartha Malang akan menjelaskan mengenai jatuh
tempo pembayaran, serta mengingatkan debitur untuk segera membayar
angsuran serta memberitahukan sanksi-sanksi apabila debitur terlambat
melakukan kewajibannya tersebut. Untuk debitur pembayaran dimuka (First
Payment Default) akan dilakukan survey ulang guna memastikan apakah
keterlambatan tersebut terjadi karena faktor kesalahan survey yang dilakukan
oleh surveyor, ataukah memang kesalahan debitur yang bersangkutan. Hasil
survey ulang tersebut akan dilaporkan kepada bagian masalah pembayaran
(Problem Account Officer Operational).
4. Debitur Over Due ( 16-30 hari )
Debitur dengan kategori keterlambatan pembayaran 16 sampai 30 hari
juga akan mendapat kunjungan pegawai lapangan (Field Collection), dan akan
diberikan Surat Peringatan 2 atau Somasi 2. Bagian Masalah pembayaran
(Problem Account Officer Operational ) harus melakukan pengawasan terhadap
kondisi lapangan (Cross Check) apakah obyek pembiayaan (mobil) masih ada
pada debitur atau tidak, di pakai oleh siapa, di mana keberadaannya, apakah ada
pengalihan kepada pihak lain atau tidak, serta mengingatkan kepada debitur
untuk tetap bertanggung jawab terhadap kewajibannya. Apabila dari informasi
debitur diketahui bahwa obyek pembiayaan telah dialihkan kepada pihak lain,
maka akan dilakukan pelacakan lebih lanjut sampai obyek pembiayaan
ditemukan. Namun jika debitur maupun obyek pembiayaan (mobil) sudah tidak
dapat ditemukan (raib), maka bagian masalah pembayaran (Problem Account
Officer Operational) harus mencari informasi di lingkungan sekitar tempat
91
tinggal debitur. Untuk kasus obyek pembiayaan yang telah dipindahtangankan
atau raib, maka bagian masalah pembayaran (Problem Account Officer
Operational) wajib memberitahukan kepada kepala koleksi (Collection Head)
untuk segera melakukan langkah-langkah penarikan obyek pembiayaan (mobil),
dengan meminta bantuan pegawai lapangan (Field Collection). Disertakan pula
analisa kasus dari debitur yang bersangkutan.
5. Debitur Over Due (31-60 hari)
Debitur dengan keterlambatan pembayaran (Over Due) 31 sampai 60 hari
akan tetap mendapat kunjungan dari pegawai lapangan (Field Collection) serta
akan mendapat surat panggilan. Pada kondisi ini, bagian masalah pembayaran
(Problem Account Officer) harus sudah dapat menganalisa penyebab
keterlambatan (Over Due) termasuk dimana posisi obyek pembiayaan dan
keberadaan debitur. Bagian masalah pembayaran (Problem Account Officer)
melakukan usaha penagihan sesuai dengan dasar analisa penyebab
keterlambatan (Over Due).
6. Debitur keterlambatan (Over Due) 61-90 hari
Pada kategori keterlambatan (Over Due) yang memasuki 61 sampai 90
hari tidak lagi ditangani oleh bagian masalah pembayaran (Problem Account
Officer), tetapi akan ditangani lebih lanjut oleh bagian pegawai lapangan (Field
Collection). Apabila tidak ada tanda-tanda debitur akan membayar angsuran dan
kendaraan masih berada ditangan debitur, maka pegawai lapangan (Field
Collection) melalui Eksekutor akan melakukan penarikan terhadap obyek
pembiayaan (mobil). Sebelum dilakukan penarikan maka akan dipersiapkan
terlebih dahulu data-data dan dokumen pendukung. Pada proses penarikan
92
obyek pembiayaan (mobil), dilakukan pendekatan kepada debitur secara baik-
baik (negosiasi secara kekeluargaan) sehingga proses penarikan dapat berjalan
dengan lancar. Dalam proses penarikan tersebut apabila diperlukan dapat
melibatkan aparat desa seperti ketua RT/ RW/ kepala desa setempat. Segera
setelah penarikan obyek pembiayaan dari debitur dilakukan, maka disiapkan
Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BASTK) sambil menunggu reaksi dari
debitur untuk menyelesaikan permasalahan di kantor PT. Oto Multiartha
Malang.
7. Debitur keterlambatan (Over Due) lebih dari 91 hari.
Debitur dalam posisi ini sudah mendapat penanganan serius dari pegawai
lapangan (Field Collection). Apabila sampai saat ini obyek pembiayaan (mobil)
belum ditemukan keberadaannya maupun debitur melakukan tindakan
perubahan no rangka, no mesin serta mengurangi bagian dari bentuk awal obyek
pembiayaan yang telah diperjanjikan, maka pegawai lapangan (Field Collection)
harus segera melakukan tindakan untuk memproses melalui pengacara
(Lawyer), atau aparat kepolisian. Bila perlu melakukan proses hukum
penahanan karena telah melakukan tindak pidana penggelapan kendaraan
jaminan. Pegawai lapangan (Field Collection) juga akan bekerjasama dengan
aparat kepolisian untuk mencari keberadaan kendaraan bermotor, dan membuat
surat pemblokiran STNK/BPKB ke DIRLANTAS setempat.
8. Debitur Over Due lebih dari 150 hari.
Debitur yang berada dalam posisi ini akan dilakukan pemutihan atau
blacklist, dimana obyek pembiayaan (mobil) biasanya telah hilang dan tidak
dapat ditemukan. Namun tetap wajib dilakukan usaha-usaha pemutihan. Kepala
93
koleksi (Collection Head) akan melakukan kerjasama dengan eksekutor (Debt
Collector) dan aparat kepolisian untuk mencari keberadaan kendaraan.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa upaya yang
dilakukan oleh PT. Oto Multiartha Malang dalam menyelesaikan permasalahan
wanprestasi. Merujuk pada data nomor 6 upaya PT Oto Multiartha Malang
menangani debitur wanprestasi merupakan proses penyelesaian melalui mediasi
dengan menekankan pada solusi jalan tengah. Melalui berbagai pertimbangan
yang bertujuan pada suatu kebijaksanaan bersama dalam penyelesaian
wanprestasi.
Apabila selama proses mediasi tidak mencapai kesepakatan kedua belah
pihak antara kreditur dengan debitur maka PT Oto Multiartha Malang selaku
kreditur tetap menarik obyek pembiayaan (mobil) karena debitur telah
menyepakati perjanjian pembiayaan konsumen. Perjanjian Pembiayaan
Konsumen sesuai dengan Pasal 6 ayat 2 menyatakan “bahwa untuk menjamin
kembali angsuran dengan tertib dan pelunasan seluruh hutang maka debitur atau
pemilik jaminan dengan ini menyerahkan hak milik atas kendaraan sebagai
jaminan kepada kreditur, termasuk segala sesuatu yang menjadi bagian dan
perlengkapan kendaraan baik yang sudah ada pada saat pembelian maupun yang
akan ada dikemudian hari”. 85
Dari penjelasan diatas telah sesuai dengan Undang-Undang No 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 30 yang menyatakan “pemberi fidusia
wajib menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia”.
85 Op.Cit, Hal 2
94
Sedangkan hasil yang diperoleh dari lokasi penelitian, pada no 7 dan 8
diatas telah dijelaskan upaya yang dilakukan PT Oto Multiartha Malang
menangani debitur yang wanprestasi dalam hal tindakan menjual sebelum
proses pelunasan, merubah no rangka, no mesin serta mengurangi bagian dari
bentuk awal obyek pembiayaan yang telah diperjanjikan diawal perjanjian
pembiayaan konsumen maka dapat diberlakukan sanksi pidana sesuai dengan
Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia tepatnya pada
Pasal 35 yang menyatakan bahwa “setiap orang yang dengan sengaja
memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan
keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu
pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan Fidusia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah)”.
Upaya yang dilakukan PT Oto Multiartha Malang tersebut memberikan
cukup kontribusi dalam penyelesaian kasus wanprestasi. Dari data diatas dapat
disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
95
Tabel 2
Upaya Penyelesaian PT Oto Multiartha Malang
No Jenis
Wanpres
tasi
Debitur
Upaya Penyelesaian PT Oto Multiartha
Malang
Jumlah Penyelesaian Per Bulan
Februari
2016
Maret
2016
Ka
sus
Ter
sele
saik
an
Prose
ntase
(%)
Ka
sus
Ter
sele
saik
an
Prose
ntase
(%)
1 Kredit
Macet
Pegawai lapangan (Field Collection)
melakukan penarikan obyek pembiayaan
(mobil) sesuai dengan perjanjian fidusia
4
2
50% 3 2 80%
2 Telat
Angsuran
Debitur akan mendapat pemberitahuan
dari PT Oto Multiartha Malang bahwa
angsuran telah jatuh tempo serta akan
mendapat surat pemberitahuan
keterlambatan
6 2 35% 16 13 50%
3 Menyewa
kan
Obyek
Jaminan
Apabila debitur diketahui bahwa obyek
pembiayaan telah dialihkan kepada pihak
lain, maka akan dilakukan penarikan
obyek pembiayaan (mobil) sesuai dengan
perjanjian pembiayaan dan perjanjian
fidusia
2 2 100% 8 8 100%
4 Merubah
bagian
dari
kendaraa
n
bermotor
yang
menjadi
Obyek
Jaminan
Debitur dalam posisi ini mendapat
penanganan serius dari pegawai lapangan
(Field Collection) apabila melakukan
tindakan perubahan no rangka, no mesin
serta mengurangi bagian dari bentuk awal
obyek pembiayaan yang telah
diperjanjiakan di dalam perjanjian
pembiayaan konsumen dan perjanjian
fidusia, apabila terjadi perubahan salah
satu unsur diatas akan dilakukan
penarikan obyek jaminan (mobil)
-
-
-
1
1
100%
5 Menjual
sebelum
Proses
Pelunasa
n
PT Oto Multiartha Malang akan segera
melakukan penarikan unit (mobil) dan
debitur akan diproses pidana melalui
aparat kepolisian karena telah melakukan
tindak pidana penggelapan. PT Oto
Multiartha Malang akan bekerjasama
dengan kepolisian untuk mencari
keberadaan kendaraan bermotor, dan
membuat surat pemblokiran STNK/BPKB
ke DIRLANTAS setempat.
- - - 2 2 100%
Sumber data : Data debitur Field Collection PT Oto Multiartha Malang
Bulan Februari dan Maret 2016 (diolah).
96
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada bulan Februari dan
bulan Maret 2016 mengalami kenaikan debitur yang wanprestasi. Adapun
beberapa jenis wanprestasi pada bulan Februari 2016 yaitu kredit macet
berjumlah 4 debitur dan terselesaikan 2 debitur sedangkan sisa 2 debitur pada
bulan Februari ditambahkan ke bulan Maret 2016 yang berjumlah 3 debitur dan
terselesaikan 2 debitur pada bulan Maret 2016. Telat angsuran untuk pembelian
kendaraan pada bulan Februari 2016 berjumlah 6 debitur terselesaikan hanya 2
debitur yang 4 debitur mengarah pada kredit macet, sedangkan pada bulan
Maret 2016 ada 16 debitur terselesaikan 13 debitur dan 2 debitur mengarah ke
kredit macet. Dalam hal ini debitur yang menyewakan obyek jaminan pada
bulan Februari 2016 berjumlah 2 debitur yang terselesaikan 2 debitur,
sedangkan pada bulan Maret 2016 ada 8 debitur, kasus debitur yang
menyewakan obyek jaminan terselesaikan semuanya. Dengan ini debitur
beralasan obyek yang disewakan tersebut untuk memperoleh tambahan
pemasukan bagi debitur. Debitur yang merubah bagian dari kendaraan bermotor
dibulan Februari 2016 tidak ada, sedangkan pada bulan Maret 2016 ada 1
debitur yang melakukan tindakan perubahan serta mengurangi bagian dari
bentuk awal obyek pembiayaan (mobil). Pegawai lapangan (Field Collection)
melakukan penarikan obyek pembiayaan (mobil). Dan yang terakhir debitur
menjual sebelum pelunasan pada bulan Februari 2016 nihil, akan tetapi pada
bulan Maret 2016 debitur menjual sebelum pelunasan berjumlah 2 debitur.
Upaya penyelesaian PT Oto Multiartha Malang selaku kreditur segera
melakukan penarikan obyek jaminan yang terindikasi debitur tersebut
97
melakukan tindak pidana penggelapan dan debitur tersebut diproses pidana
melalui aparat kepolisian.
Upaya penyelesaian PT Oto Multiartha Malang terhadap debitur
wanprestasi dibulan Februari dan Maret 2016 berdasarkan tabel diatas sangat
efektif karena jika melihat dari tabel diatas upaya PT Oto Multiartha Malang
dalam menangani kasus wanprestasi selalu terealisasi setiap bulannya untuk
menyelesaikan penanganan kasus wanprestasi.
Berdasarkan ketentuan Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang tertulis
pada isi klausula perjanjian untuk permasalahan wanprestasi kredit macet dan
telat angsuran yaitu tertera pada pasal 3 menyebutkan bahwa “selama perjanjian
ini berlangsung debitur wajib membayar angsuran sesuai dengan jadwal
pembayaran angsuran (pasal 3 ayat 1)”.86 Klausula yang mengatur terkait tidak
dibolehkan menyewakan dan merubah bagian dari kendaraan bermotor yang
menjadi objek pembiayaan konsumen diatur dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen pasal 9 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa :87
1. Tidak akan menjual, menyewakan, memindahtangankan, mengalihkan
hak atau menjaminkan kendaraan kepada pihak lain (pasal 9 ayat 1)
2. Tidak memindahkan, merubah, menghilangkan, menambah, merusak
atau dengan cara lain mengganggu nomer mesin, rangka, pendaftaran
atau nomer-nomer seri atau setiap plat merk dagang atau plat tanda
pengenal yang terletak pada kendaraan atau pada setiap bagiannya
(pasal 9 ayat 3).
Ketentuan diatas menjelaskan mengenai kewajiban yang memang
seharusnya debitur lakukan sebagai bentuk memenuhi prestasi dalam proses
pembiayaan konsumen.
86 Ibid, Hal 1
87
Ibid, Hal 2
98
Wanprestasi tidak selalu terjadi dengan sendirinya, maka untuk dapat
mengantisipasi debitur yang wanprestasi kreditur lebih cermat dalam memilih
debitur agar tidak terjadi wanprestasi serupa dikemudian hari. Untuk
mengantisipasi wanprestasi serupa pada debitur alangkah baiknya jika kreditur
lebih memaksimalkan surveyor di lapangan pada calon debitur dan membentuk
tim independensi untuk memeverifikasi data yang disetor oleh surveyor.
Seperti halnya lembaga keuangan bank, maka lembaga pembiayaan
konsumen juga tidak lepas dari masalah kredit bermasalah. Sebenarnya tingkat
kredit bermasalah pada lembaga pembiayaan konsumen cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan lembaga keuangan perbankan.
Namun seberapapun tingkat permasalahan kredit, nyatanya setiap
lembaga pembiayaan pasti mengalami yang namanya kredit bermasalah, dan
mereka berusaha agar kredit bermasalah tersebut tidak terjadi dan dapat
diantisipasi dari awal.
2. Faktor Pendukung
Berdasarkan wawancara dengan Waluyo, selaku Collection Head PT.
Oto Multiartha Malang menyatakan bahwa “Faktor pendukung dalam proses
penyelesaian wanprestasi yaitu secara kapasitas PT Oto Multiartha Malang
memiliki pegawai yang fokus dalam hal penyelesaian wanprestasi, pada sub
bidang Collection Head.”88
Dari data diatas dapat diketahui bahwa faktor
pendukung penyelesaian wanprestasi secara garis besar PT Oto Multiartha
Malang melalui sub bidang Collection Head yang dalam kapasitas sumber daya
88 Wawancara dengan Bapak Waluyo, selaku Collection Head PT. Oto Multiartha, Malang,
10 February 2016
99
manusia (SDM) harus memiliki kompetensi dalam negoisasi untuk penyelesaian
proses wanprestasi.
3. Faktor Penghambat
Faktor utama yang menjadi penghambat dalam penyelesaian wanprestasi
kredit kendaraan bermotor, dilihat dari segi kepribadian debitur yang tidak
memiliki itikad baik meskipun latar belakang ekonomi mumpuni tapi debitur
terkesan meremehkan permasalahan wanprestasi.
Obyek jaminan telah dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa
sepengetahuan PT Oto Multiartha Malang. Alasan konsumen melakukan
pengalihan hak kendaraan bermotor tanpa sepengetahuan perusahaan ini
disebabkan karena konsumen membutuhkan dana secara cepat karena ada
kebutuhan yang sangat mendesak, sehingga konsumen terpaksa melakukan
pengalihan hak tanpa sepengetahuan perusahaan, sedangkan konsumen
merentalkan kendaraan motornya disebabkan konsumen ingin memiliki
tambahan uang karena gajinya tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
Adapun alasan debitur terhadap kendaraan bermotor yang hilang ini
bukan kesalahan yang disengaja oleh konsumen karena kendaraan bermotornya
hilang pada saat tidak terduga dan telah memperhatikan pengamanannya.
Apabila terjadi salah satu dari peristiwa diatas, maka pihak debitur harus
melaporkan kejadian tersebut paling lambat 2 x 24 jam terhitung sejak saat
kejadian kepada PT. Oto Multiartha Malang. Debitur harus melengkapi
dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Laporan kehilangan dari kantor polisi setempat.
2. Fotocopi KTP dan SIM C tertanggung
100
3. STNK asli dan kunci kontak kendaraan
4. Formulir klaim
5. Surat kuasa pengurusan pemblokiran STNK dan BPKB kepada
perusahaan asuransi.
Menghadapi hambatan-hambatan yang timbul dan penyelesaiannya,
maka pihak PT Oto Multiartha Malang mengambil langkah-langkah sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati bersama dan menjadi dasar yang
mengikat para pihak serta berlaku sebagai Undang-Undang. Hal ini diatur dalam
Pasal 1338 KUHPerdata. Dan faktor penghambat lainnya yaitu kurangnya
ketelitian dari tim analisa PT Oto Multiartha Malang dalam melakukan survei
calon debitur dilapangan, tim analisa sebenarnya sudah mengetahui kondisi
calon debitur, akan tetapi demi mendapatkan keuntungan finasial pribadi maka
tim surveyor meloloskan calon debitur tersebut.