Post on 24-Oct-2019
7
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ysng dilakukan oleh Ginanjar (2005) meneliti tentang Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Konveksi (Study kasus
di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta), variabel bebas yang digunakan yaitu jam
berdagang, modal dagang dan pengalaman berdagang. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil pembahasan diketahui
secara bersama modal dagang, jam berdagang dan pengalam berdagang sangat
mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi atau secara serentak berpengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang konveksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Devisa Setiawati (2008) dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tempe pada Sentra Industri Tempe
Di kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal” dengan menggunakan alat analisis
regresi linier berganda, yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel
modal, tenaga kerja, dan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen hasil produksi. Secara parsial variabel modal dan tenaga kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi tempe sedangkan bahan baku
berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi tempe pada sentra industri tempe
di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Sri Yuniartini (2011) dengan judul
“Pengaruh modal, tenaga kerja dan teknologi terhadap produksi industri kerajinan
8
ukiran kayu di Kecamatan Ubud” menyatakan bahwa hasil analisis data
menunjukkan secara serempak modal, tenaga kerja dan teknologi berpengaruh
signifikan terhadap produksi industri kerajinan ukiran kayu, sementara modal dan
tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi industri
kerajinan kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Adapun peneliti mengambil data dari penelitian terdahulu adalah sebagai
bahan perbandingan karena memiliki kesamaan menganalisis pendapatan usaha
dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, namun yang membedakan
dari penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian yang diteliti.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Pendapatan
Pengertian pendapatan menurut Abdurrachman (1991: 518) menyatakan
bahwa: “Pendapatan (revenue) adalah Uang, barang-barang, materi atau jasa-jasa
yang diterima selama satu jangka waktu tertentu, biasanya merupakan hasil dari
pemakaian kapital, pemberian jenis-jenis perseorangan atau beberapa orang”.
Yang termasuk pendapatan adalah upah. Gaji, sewa tanah, pembayaran bunga,
pensiun dan gaji tahunan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diterima oleh suatu rumah tangga
yang berasal dari pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan.
Winardi (1998: 241) mendefinisikan pendapatan adalah nilai hasil kerja
seseorang pada suatu daur waktu tertentu termasuk didalamnya hasil usaha sendiri
yang tidak dijual tetapi dipakai untuk konsumsi sendiri. Dalam pendapatan masih
9
dibedakan antara pendapatan kotor dan pendapatan bersih, yaitu penambahan
netto dari kekayaan pribadi selama periode apakah dari akumulasi tabungan atau
tabungan netto selama periode itu atau penambahan dalam nilai hak milik.
Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan sejumlah uang yang
diterima oleh perusahaan dari pelanggan sebagai hasil penjualan dari barang dan
jasa. Pendapatan juga dapat diartikan sebagai jumlah penghasilan baik dari
perorangan maupun kelompok dalam bentuk uang yang diperolehnya dari jasa
maupun hasil penjualan barang, atau dapat juga diartikan sebagai suatu
keberhasilan usaha suatu perusahaan atau industri (Arifini, 2013).
Menurut Arsyad (1997: 136) menyatakan pengertian dari pendapatan
adalah:
1. Pendapatan kotor adalah jumlah penerimaan total (TR) yang diperoleh
dalam jangka waktu tertentu sebelum dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan (TC).
2. Pendapatan bersih adalah penerimaan total (TR) yang diperoleh dalam
jangka waktu setelah total biaya yang dikeluarkan (TC).
Berdasarkan hal tersebut diatas perlu dibedakan antara penerimaan
(revenue) dari pendapatan. Penerimaan (revenue) merupakan penghasilan yang
diterima oleh individu atau perusahaan berupa penghasilan kotor yang belum
dikurangi biaya atau pengeluaran. Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan
adalah penghasilan bersih yang diterima oleh individu atau perusahaan yang telah
dikurangi biaya dan pengeluaran.
10
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan.
Pertama, gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut
melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu
minggu atau satu bulan. Kedua, pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai
total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan
usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa kapital
milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan. Ketiga,
pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan
tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan sampingan, antara lain pendapatan
dari hasil menyewakan aset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak
lain, pendapatan pensiun, dan lain-lain (Jaya, 2011).
Penerimaan pedagang dapat dilihat dari laba atau keuntungan yang
diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan. Dimana laba yang diperoleh
adalah hasil dari penerimaan total dikurangi biaya total. Penerimaan Total (TR)
adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya, yaitu output (Q)
dikali harga output (𝑃0), sedangkan biaya total (TC) adalah biaya yang
dikeluarkan dalam satu unit produksi, yaitu biaya rata-rata produksi (AC) dikali
output (Q) (Sumardi, 1999).
Klasifikasi pendapatan berdasarkan golongan usaha dapat dilihat dari tabel
dibawah ini:
11
Klasifikasi Kekayaan bersih
Kecil s.d Rp. 200.000.000
Menengah Rp. 200.000.000 – Rp. 1.000.000.000,00
Besar Diatas Rp. 1.000.000.000,00
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995
adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta
dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,-.
Usaha Menengah sebagaimana dimaksud adalah usaha bersifat produktif
yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari
Rp.200.000.000,00. Sedangkan untuk usaha besar yang memenuhi kriteria
kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp. 1.000.000.000,00.
Menurut Simanjutak (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pendapatan seseorang, yaitu:
1. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja seseorang sangat mendukung ketrampilan dan
kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga tingkat kesalahan
akan semakin berkurang. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin
banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka semakin
12
terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Jam kerja
Jam kerja seseorang semakin cepat dalam menyelesaikan tugasnya,
maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk bekerja, dengan
sedikitnya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya maka
dapat mengambil pekerjaan lain atau dapat menyelesaikan tugas yang lain.
3. Produktivitas kerja
Produktivitas kerja yang diciptakan oleh seseorang pekerja pada
waktu tertentu, yang nantinya pula akan berpengaruh pula pada jumlah
pendapatan yang diperoleh. Semakin banyak seorang pekerja dalam
menghasilkan barang produksi maka pendapatan yang diperoleh akan
semakin banyak.
4. Jumlah tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan keluarga yang tinggi pada suatu rumah tangga,
tanpa dibarengi dengan peningkatan dari segi ekonomi, akan
mengharuskan anggota keluarga selain kepala keluarga untuk mencari
nafkah dan tidak terkecuali wanita.
5. Kualitas dan kemampuan bekerja
Kualitas dan kemampuan kerja dipengaruhi oleh pendidikan,
latihan dan kemampuan fisik. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan
saja langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk
mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang
13
ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Semakin tinggi pendidikan
semakin tinggi produktivitas kerja, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pendapatan pekerja tersebut.
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Pemberdayaan dan pengembangan UMKM merupakan upaya yang
ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.
Menurut Rudjito (2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan
oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan
usaha rumah tangga. Besarnya pinjaman yang dapat diterima oleh usaha ini adalah
Rp. 50 juta. Usaha mikro ini adalah usaha produktif secara individu atau
tergabung dalam lembaga koperasi.
Ciri-ciri usaha mikro :
1. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak terlalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti.
2. Tempat usahanya tidak menetap, sewaktu-waktu bisa pindah tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha, sumber daya
manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
14
Sedangkan definisi dari usaha menengah menurut Instruksi Presiden
Nomor 10 tahun 1999 yang dikuti oleh Suharjono adalah kegiatan ekonomi rakyat
dimana kegiatan ekonomi tersebut mempunyai kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha) lebih dari Rp. 50.000.000,- sampai paling
banyak Rp.500.000.000,-. Namun hal tersebut masih menjadi perdebatan antara
bank-bank di Indonesia. (Ibid, halaman 35)
Beberapa kriteria atau batasan mengenai usaha mikro, kecil dan menengah:
Badan Pusat Statistik
Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut badan pusat statistik adalah:
1. Usaha mikro, usaha yang memiliki pekerjaan kurang dari 5 orang, termasuk
tambahan anggota keluarga yang tidak dibayar.
2. Usaha kecil, usaha yang memiliki pekerja 5 sampai 19 orang.
3. Usaha menengah, usaha yang memiliki pekerja 19 sampai 99 orang.
Bank Indonesia
Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Indonesia adalah:
1. Usaha mikro, (SK. Direktur BI No.31/24/Kep/DER tgl 5 Mei 1998). usaha
yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin.
2. Usaha kecil, dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan tehnologi
sederhana. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki atau dikuasai.
3. Usaha menengah, (SKDir. BI No.30/45/Dir/Uk tgl 5 Jan 1997). Omzet
tahunan dibawah 3 milyard, mempunyai asset sebesar 5 milyard untuk
15
sektor industri. Dan asset sebesar 600 juta di luar tanah dan bangunan untuk
sektor non industri manufacturing.
Bank Dunia
Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Dunia adalah:
1. Usaha kecil, usaha yang memiliki pekerja kurang dari 20 orang.
2. Usaha menengah, usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 250 orang dan
asset = US$ 500 ribu diluar tanah dan bangunan.
Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu
memberikan peluang lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat karena
setiap individu dapat melakukannya dengan mudah sehingga usaha mikro
dipandang sebagai usaha yang mampu mensejahterakan masyarakat. Oleh
karenanya, usaha ini bisa dijadikan sebagai usaha jangka panjang dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai peran yang penting dalam
pembangunan ekonomi, karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan
investasi yang lebih kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam
menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha
mikro tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat mengurang
impor dan memiliki kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan
usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada diservikasi ekonomi dan
perubahan struktur sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang
stabil dan berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja
16
lebih tinggi pada usaha mikro dari pada yang terjadi diperusahaan besar (Sutrisno
dan Sri, 2006 dalam Afifah, 2012).
Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
Indonesia paling tidak bisa dilihat dari (Kementerian Koperasi dan UKM, 2005
dalam Afifah, 2012) adalah sebagai berikut:
1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi diberbagai
sektor.
2. Penyedia lapangan kerja terbesar.
3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat.
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.
5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan
ekspor.
3. Modal
Pengertian Modal
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Dalam
pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama dengan faktor-
faktor produksi tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa baru.
Modal atau biaya adalah faktor yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala
kecil, menengah maupun besar (Tambunan, 2002).
Modal adalah sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat
oleh manusia. Modal juga dapat diartikan pengeluaran sektor perusahaan untuk
17
membeli atau memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern
atau untuk menggantikan barang-barang modal lama yang sudah tidak digunakan
lagi atau yang sudah usang. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau
uang yang bersama-sama faktor produksi tanahdan tenaga kerja menghasilkan
barang-barang baru (Mubyarto, 1985).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia modal usaha adalah uang yang
dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang dan sebagainya;
harta benda (uang, barang dan sebagainya) yang dapat digunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Uang dalam sebuah usaha
sangat dibutuhkan dan pentingnya untuk mengelola modal secara optimal dapat
menentukan berjalan tidaknya usaha.
Menurut Bambang Riyanto (1998 : 10) Modal adalah hasil produksi yang
digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya kemudian
modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau
menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.
Macam-macam Modal
1.) Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri adalah
modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari
tabungan, sumbangan, hibah dan lain sebagainya. Kelebihan modal sendiri adalah:
a. Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak
menjadi beban perusahaan;
18
b. Tidak tergantung dengan pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari
setoran pemilik modal;
c. Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang
relatif lama;
d. Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan
pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik
modal mau mengalihkan ke pihak lain.
Kekurangan modal sendiri adalah:
a. jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu
sangat tergantung dari jumlahnya relatif terbatas;
b. perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru
(calon pemegang saham baru) sulit karena mereka akan
mempertimbangkan kinerja dari prospek usahanya;
c. kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal
sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan modal asing.
2.) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh
dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan
modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam
jumlah banyak. disamping itu dengan menggunakan modal pinjaman biasanya
timbul motivasi dari pihak menagemen untuk mengerjakan usaha dengan
sungguh-sungguh.. sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
19
a. Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun
pemerinyahan atau perbankan asing;
b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, koperasi,
modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun, atau lembaga pembiayaan
lainnya;
c. Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Kelebihan modal pinjaman adalah:
a. Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan modal
pinjaman ke berbagai sumber. Selama dana yang diajukan perusahaan
layak, perolehan dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak menawarkan
dananya ke perusahaan yang dinilai memiliki prospek cerah;
b. Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan
modal sendiri. Jika menggunakan modal pinjaman motivasi pemilik dalam
memajukan usaha tinggi, ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman.. selain itu, perusahaan juga berusaha
menjaga image dan kepercayaan perusahaan yang memberi pinjaman agar
tidak tercemar.
Kekurangan modal pinjaman adalah:
a. Dikenakan berbagai biaya seperti biaya bunga dan biaya administrasi.
Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai berbagai
kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya administrasi, biaya
komisi, materai dan asuransi;
20
b. Harus dikembalikan. Modal asing wajib dikembalikan dalam jangka waktu
yang telah disepakati. Hal ini bagi perusahaan yang sedang mengalami
likuiditas merupakan beban yang harus ditanggung;
c. Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang
mengakibatkan kerugian akan berdampak pada pinjaman sehingga
menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan dibayar (Kasmir,
2007:91).
3.) Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha
dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan
menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang teman atau
beberapa orang (yang berperan sebagai mitra usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah harta
yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan usaha dengan tujuan
memeperoleh laba yang optimal sehingga diharapakan bisa meningkatkan
pendapatan usaha kecil mikro menengah.
4. Tenaga Kerja
Pengertian Tenaga Kerja
Mulyadi (3003:59) mengemukakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu
negara yang sapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap
tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.
Sedangkan pendapat Rosyidi (2004:57) bahwa tenaga kerja merujuk pada
21
kemampuan manusia yang dapat disumbangkan untuk memungkinkan
dilakukannya produksi barang-barang dan jasa. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 16-64 tahun) atau
tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diliuar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Menurut Arfida (2003:205) perminataan tenaga kerja berkaitan dengan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instasi tertentu.
menurut Afrida ( 2003:44) mengidentifikasikan bahwa permintaan determinasi
permintaan tenaga kerja, yaitu: (1) Tingkat upah; (2) Teknologi; (3) Produktivitas;
(4) Kualitas tenaga kerja; (5) Fasilitas modal.
Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting
untuk diperhatikan dalam proses produksi jumlah yang cukup, bukan saja dilihat
dari ketersediaannya lapangan kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja
(Machfud, 2009:97). Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
tenaga kerja adalah: (1) Ketersediaan lapangan kerja; (2) Kualitas tenaga kerja; (3)
Jenis kelamin akan menentukan pekerjaan; (4) Tenaga kerja yang bersifat
temporer atau musiman dalam sektor pertanian; (5) Upah tenaga kerja laki-laki
dan perempuan berbeda.
Klasifikasi Tenaga Kerja
Klasifikasi tenaga kerja adalah pengelompokan akan ketanagakerjaan yang
sudah tersusun berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan, yaitu:
Berdasarkan penduduknya
22
1) Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-undang Tenaga Kerja mereka yang dikelompokkan sebagai
tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun.
2) Bukan tenaga kerja
Adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja,
meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-undang Tenaga Kerja
No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk diluar usia yaitu mereka
yang berusia dibawah 15 tahun dan berusia diatas 64 tahun. Contoh
kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia dan anak-anak.
Berdasarkan kualitasnya
1) Tenaga kerja terdidik
Adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2) Tenaga kerja terlatih
Adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan
melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan
secara berulang-ulangsehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
23
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli bangunan, buruh angkut,
dan sebagainya.
5. Lama Usaha
Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lamanya
seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi
produktivitasnya (kemampuan/keahliannya), sehingga dapat menambah efisiensi
dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari pada hasil penjualan.
Semakin lama menekuni bidang usaha akan semakin meningkatkan pengetahuan
tentang selera ataupun perilaku konsumen. Ketrampilan usaha akan semakin
bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil
dijaring. Banyaknya pengalaman seorang akan memperluas wawasannya, dengan
demikian hal tersebut juga akan meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal
baru yang akan meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan ketrampilan
seseorang (Wicaksono, 2011).
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seorang produsen dalam
bertingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatan seorang
diwaktu yang lalu atau dapat dipelajari, sebab dengan belajar dari masa lalu
seseorang dapat memperoleh pengalaman. Menurut Swastha dan Irawan,
penafsiran dari peramalan proses belajar produsen merupakan kunci untuk
mengetahui perilaku seorang konsumen. Lama usaha merupakan lamanya
pedagang berkarya pada usaha perdagangan yang sedang dijalani saat ini (Asmi,
2008). Keahlian kewirausahaan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
24
untuk mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain dalam kegiatan
memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat (Sukirno, 1994).
6. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pengembangan sumber daya manusia. Dalam pendidikan sendiri terdapat tiga
jenis pendidikan. Yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan
nonformal. Sehubungan dengan hal ini Coombs (1973) membedakan pengertian
ketiga jenis pendidikan itu sebagai berikut:
1. Pendidikan Formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang,
dimulai dari sekolah dasarsampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf
cengannya.
2. Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga
setiap orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk
didalmnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga,
lingkungan pekerjaan dan permainan, serta hal lainnya.
3. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis,
diluar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau merupakan
kegiatan penting yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu didalam mencapai tujuan pembelajarannya.
Asumsi dasar teori Human Capital menyebutkan bahwa seseorang dapat
meningkatkan penghasilannya melalui pendidikan. Setiap tambahan satu tahun
sekolah berarti disatu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat
25
penghasilan seseorang. Secara teoritis pembangunan masyarakatnya dapat
meningkat yakni dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Sumber daya manusia ini dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja
yang dapat menguasai teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas
perekonomian. Untuk mencapai sumber daya manusia yang berkualitas
dibutuhkan pembentukan modal manusia (Human capital). Pembentukan modal
manusia ini merupakan suatu untuk memperoleh sejumlah manusia yang memiliki
karakter kuat yang dapat digunakan sebagai modal penting dalam pembangunan,
karakter ini dapat berupa tingkat keahlian dan tingkat pendidikan masyarakat.
7. Hubungan Modal Terhadap Pendapatan
Modal merupakan hak milik yang dimiliki oleh pengusaha yang digunakan
untuk biaya operasi usaha pada saat bisnis tersebut dijalankan dengan selisih
kewajiban atau modal pinjaman yang digunakan dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Besarnya modal yang diperlukan tergantung dari jenis usaha yang akan
digarap, dalam kenyataan sehari-hari kita mengenal adanya usaha kecil, usaha
menengah dan usaha besar. Masing-masing jenis menentukan besarnya jumlah
modal yang diperlukan (Mubyarto, 1985).
Sumber modal dilihat dari asalnya yaitu modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri dapat diperoleh dari uang pribadi atau tabungan dan
cadangan laba yang belum digunakan. Sedangkan modal pinjaman adalah modal
yang diperoleh dari pihak luar usaha dan biasanya diperoleh dari pinjaman
(Kasmir, 2008).
26
Modal adalah jumlah uang atau barang yang dapat digunakan baik
langsung maupun tidak langsung, bentuknya yang sekali pakai maupun yang
dapat dipakai berulang-ulang untuk memproduksi barang dan jasa yang bernilai
ekonomi. Semakin besar modal usaha ynag digunakan akan diikuti dengan
meningkatnya pendapatan usaha. Asumsinya bahwa dengan modal yang besar
maka usaha yang dimiliki akan memungkinkan bertambah jenis produksinya,
sehingga akan menarik minat pembeli dan mampu menambah pendapatan usaha
(Ardiansyah, 2010)
8. Hubungan Tenaga Kerja terhadap Pendapatan
Tenaga kerja merajuk pada kemampuan manusiawi yang disumbangkan
untuk memungkinkan dilakukannya produksi barang-barang dan jasa, atau setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan baik diluar maupun didalam hubungan
kerja guna menghasilkan jasa atau barang guna memenuhi kebutuhan masyarakat
(Rosyidi, 2004:57).
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau instasi tertentu, yang didefinisikan bahwa
permintaan tenaga kerja, yaitu: a) tingkat upah; b) teknologi; c) produktivitas; d)
kualitas tenaga kerja; e) fasilitas modal. Faktor produksi tenaga kerja merupakan
faktor produksi yang penting untuk diperhatikan dalam proses produksi dalam
jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya lapangan kerja tetapi juga
kualitas dan macam tenaga kerja (Machfudz, 2009:97).
Jumlah tenaga kerja merupakan hal yang penting dalam kegiatan usaha
kecil maupun besar. Jumlah tenaga kerja juga mempunyai hubungan yang positif
27
terhadap pendapatan. Yaitu semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
cenderung semakin meningkatkan pendapatan dengan penghasilan output yang
semakin besar. Dalam penelitian Rio (2013) juga menyebutkan bahwa tingkat
pendapatan akan meningkat untuk setiap tambahan satu tenaga kerja.
9. Hubungan Lama Usaha Terhadap Pendapatan
Semakin lama usaha seseorang dalam membuka usaha, semakin terampil
melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berfikir dan sikap dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu lama
usaha yang dijalani oleh seseorang akan meningkatkan produktifitas usaha
tersebut. Dalam penelitian terdahulu disebutkan bahwa lama seseorang dalam
membuka usahanya mempunyai dampak atau pengaruh yang positif terhadap
pendapatan usaha.
Teori Schumpeter menyebutkan bahwa kemajuan ekonomi suatu
masyarakat bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para inovator. Kemajuan
ekonomi dalam hal ini diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat yang
pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan. Pengalaman seorang dalam
menekuni usaha akan mempengaruhi kemampuannya, yang akan meningkatkan
pengetahuan sehingga akan dapat menunjang kreativitasnya untuk melakukan
inovasi dari segi produk, pasar, dan sebagainya sehingga akan mampu
meningkatkan pendapatan dalam usaha (Arsyad, 1999).
10. Hubungan tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan tidak saja menambah
28
pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan
demikian juga akan meningkatkan produktivitas kerja (Simanjutak, 1988).
Pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dengan tingkat
penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja
sehingga memungkinkan akan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi juga.
Asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat
meningkatkan penghasilannya melalui pendidikan. Setiap tambahan satu tahun
sekolah berarti disatu pihak mampu meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat
penghasilan seseorang. Secara teoritis sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang dapat
menguasai tekhnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian.
11. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan acuan untuk memfokuskan dalam
penelitian. Kerangka juga merupakan penyederhanaan dan menjadi landasan
dalam tujuan penelitian. Selain itu kerangka pemikiran dalam penelitian
merupakan suatu konsep kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistematis
untuk mendapatkan jawaban dari hipotesa yang diambil dari obyek penelitian
untuk menentukan deskripsi atas suatu masalah yang dieksploirasi dalam
penelitian. Berdasarkan substansi permasalahan dan hipotesis yang telah
dikemukakan dari hasil survey lapangan untuk dilakukan analisis secara
kuantitatif maupun kualitatif, sehingga hasil dalam penelitian dapat dijadikan
sebagai referensi maupun acuan oleh berbagai pihak seperti halnya oleh produsen
usaha makanan ringan di Desa Talok Kabupaten Malang dan oleh usaha lainnya
29
pada daerah lain. Maka selanjutnya konsep dari variabel yang akan dianalisis
dapat digambarkan pada kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran
12. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam
penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu
hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua
variabel atau lebih (J. Supranto, 1997). Berdasarkan rumusan masalah, tujuan
masalah dan kajian teoritis penelitian yang telah diuraikan. Maka dari itu hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Diduga Modal kerja berpengaruh terhadap tingkat pendapatan industri
kecil makanan ringan di Desa Talok Kecamatan Turen Kabupaten Malang.
• Diduga Tenaga Kerja berpengaruh terhadap tingkat pendapatan industri
kecil makanan ringan di Desa Talok Kecamatan Turen Kabupaten Malang.
Modal
Tenaga Kerja
Lama Usaha
Pendapatan Industri
Kecil makanan ringan
Tingkat Pendidikan