BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Penelitian Terdahulu
Dari beberapa penelitian terdahulu yang memberikan pengetahuan luas
mengenai variabel-variabel yang terkait dengan produktivitas tenaga kerja.
Produktivitas tenaga kerja merupakan kondisi dimana sumberdaya manusia
dimanfaatkan dengan baik agar bisa menghasilkan output yang maksimal
kemudian akan berpengaruh terhadap kesejahteraan perusahaan tersebut maupun
tenaga kerja itu sendiri.
Penelitian dari Ketut Alit Wiantara (2015) meneliti tentang hubungan
tingkat upah dengan produktivitas kerja pada perusahaan kecap sumber rasa di
desa temukus tahun 2014. Hasil pengujian menunjukkan bahwa upah
berhubungan signifikan (+) terhadap produktivitas sebesar 0,000>0,05. Dalam
penelitian ini variabel upah berhubungan terhadap produktivitas kerja sebesar
0,862 (8,62%) dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan
dalam penelitian ini. Hal ini berarti semakin tinggi upah, maka produktivitas kerja
juga akan semakin tinggi.
Penelitian dari Toma Mandani (2010) meneliti tentang analisis produktivitas
tenaga kerja pada pekerjaan pasangan bata. Dari hasil penelitian dengan
mengambil beberapa variabel yang telah ditentukan yaitu umur, pengalaman
kerja, pekerja, manajerial, dan komposisi kelompok kerja secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan (+) terhadap besarnya produktivitas.
8
Penelitian dari Syaiful Rizal Ramadhan (2013) meneliti tentang analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pada tenaga kerja (Studi Kasus CV.
Mukkadimah Agro Medica Desa Sawahan Kecamatan Turen Kabupaten Malang).
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa peningkatan produksi maka akan
berdampak juga pada usaha peningkatan produksi pertanian disekitar kabupaten
Malang dan juga di provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian, secara bersama-sama
ketiga faktor tersebut (upah, jam kerja, usia) berpengaruh (+) terhadap tingkat
produksi di CV. Mukkadimah Agro Medica jam kerja merupakan pengaruh
terbesar dalam meningkatkan produksi, pengaruh jam kerja terhadap tingkat
produksi pada tenaga kerja sangat penting dalam berlangsungnya kegiatan
produksi di CV. Mukkadimah Agro Medica.
Penelitian dari Tuti Sumarningsih (2014) meneliti tentang pengaruh kerja
lembur pada produktivitas tenaga kerja kontruksi. Dari hasil penelitian
menyatakan bahwa penerapan jam kerja lembur bermanfaat untuk mempercepat
jadwal penyelesaian proyek atau mengejar ketertinggalan jadwal, namun demikian
akan menurunkan produktivitas, yang mengakibatkan peningkatan biaya upah
tenaga kerja. Penerapan jam kerja lembur selaa 2 jam per hari menurunkan
produktivitas sekitar 10% dan kenaikan upah tukang sebesar 60-80%. Angka-
angka ini bervariasi untuk durasi pelaksanaan lembur yang berbeda. Semakin
panjang durasi lembur, penurunan produktivitas akan semakin tajam.
9
B. TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
1. Teori Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang
sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
Menurut Marzuki (2010), dalam laporan Bank Dunia (World Bank, 1980),
dikemukakan bahwa pendidikan merupakan unsur yang mencakup semua aspek
pembangunan dan memiliki implikasi sebagai berikut:
1. Pendidikan harus meliputi spectrum yang luas, mulai dari pengetahuan
dasar sampai dengan riset.
2. Sekolah umum adalah sangat penting atau esensial guna mencapai tujuan
pembangunan seperti juga latihan dan keterampilan khusus atau specific
skills.
3. Investasi di bidang lain sehingga pembelajaran dapat terlibat dalam
tugas-tugas produktif dalam pertumbuhan ekonomi.
4. Kesamaan hak dan keadilan dalam pendidikan dan pembangunan
ekonomi nasional saling konsisten.
Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh Agus (2001),
pendidikan merupakan usaha sistematis dan berkelanjutan secara terus menerus
dalam jangka waktu tertentu untuk menyampaikan, menumbuhkan, dan
mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan (skill) kepada manusia
10
sebagai tenaga kerja (man power). Melalui kegiatan ini aspek kualitas hidup
manusia dapat diperbaiki. Di tambahkan oleh Tajjudin (1995), tinggi rendahnya
pendidikan tenaga kerja akan mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja itu
sendiri akan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan mengelola sumber
daya yang ada dalam suatu daerah yang berguna bagi proses produksi dan
akhirnya berdampak pada peningkatan penghasilan ekonomi tenaga kerja.
Pengertian pendidikan bila dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja menurut
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), “Pendidikan sebagai penyiapan tenaga
kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki
bekal dasar untuk bekerja:. Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarmiyanti (2001)
bahwa melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal untuk
mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat
memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.
1.1 Ruang Lingkup Pendidikan
Maria Asti Adhanari (2005) pada hakekatnya pendidikan merupakan proses
yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung njawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan menurut
pelaksanaanya dibagi menjadi pendidikan formal/sekolah dan pendidikan non
formal/luar sekolah.
Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 10)
mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:
11
1) Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang
pendidikandari tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.
2) Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas:
a. Pendidikan non formal, mencakup lembaga pendidikan diluar
sekolah, misalnya kursus, seminar, kejar paket A.
b. Pendidikan informal, mencakup pendidikan keluarga, masyarakat
dan program-program sekolah, misalnya ceramah di radio atau
telivisi dan informasi yang mendidik dalam surat kabar atau majalah.
Dari jenis pendidikan diatas, pendidikan informal adalah yang paling dahulu
dikenal dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam masyarakat
sederhana satu-satunya bentuk pendidikan yang dikenal adalah pendidikan
informal.
Syaiful (2013) pendidikan dan pelatihan dianggap suatu investasi di bidang
sumberdaya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari
tenaga kerja. Jadi pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor penting
dalam organisasi perusahaan. Pentingnya pendidikan dan pelatihan disamping
berkaitan dengan berbagai dinamika atau perubahan yang terjadi dalam
lingkungan perusahaan seperti perubahan teknologi, produksi, dan tenaga kerja,
juga berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakan. Manfaat tersebut antara lain
meningkatkan produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan
pengawasan dan menstabilkan tenaga kerja.
12
Syaiful (2013) agar penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berhasil secara
efektif dan efesien, maka ada lima hal yang harus dipahami:
1) Adanya perbedaan individual
2) Berhubungan dengan analisa pekerjaan
3) Motivitasi
4) Pemilihan peserta didik
5) Pemilihan metode yang tepat
2. Teori Upah
Pengertian upah menurut PP 0.8/1981, suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan atas dasar
suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar
suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan itu sendiri maupun
untuk keluarganya.
Upah akhir berupa berupa pembayaran gaji bulanan untuk suatu unit waktu
(tiap jam). Dengan demikian , pendapatan berpengaruh pada seluruh upah dan
lama waktu pekerjaan yang dilakukan. Penghasilan seluruh kelebihan sumber
daya seseorang atau keuangan selama periode waktu (biasanya setahun) termasuk
seluruh penghasilan baik penghasilan yang diterima tanpa kerja, harta dari
penarikan penerima atas investasi dan penerimaan transfer bayaran sebulan, dan
kerugian pekerja yang menganggur Sonny Sumarson (2009:158).
13
Penetapan upah pada berbagai industri di Indonesia menunjukkan pola yang
berbeda-beda. Upah pekerja pada industri padat karya sering kali lebih rendah
daripada upah minimum provinsi (UMP). Hal ini memicu protes serta unjuk rasa
oleh para pekerja industri padat karya kepada manajemen perusahaan untuk dapat
menaikkan upah mereka. Tingkat upah yang mereka dapatkan dinilai tidak
mampu mencukupi kebutuhan hidup layak para buruh serta keluarganya ((Joko
Susanto, 2010) Dikutip dari Muhammad Hafid, 2014).
Sumarsono (2003) mengemukakan bahwa upah merupakan sumber utama
penghasilan seorang pekerja, sehingga upah harus cukup memenuhi kebutuhan
pekerja dan keluarganya dengan wajar. Batas kewajaran tersebut dalam kebijakan
Upah Minimum di Indonesia dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup
Minimum (KHM) atau seringkali saat ini disebut dengan Kebutuhan Hidup Layak
(KHL).
Sadono Sukirno (2010) di dalam jangka panjang kecenderungan yang sering
berlaku adalah keadaan dimana harga barang maupun upah terus mengalami
kenaikan. Tetapi kenaikan tersebut tidaklah serentak dan juga tingkat kenaikannya
berbeda. Hal ini mengakibatkan terdapatnya gap antara kenaikan harga barang
dengan upah pekerja yang berdampak langsung pada tingkat kesejahteraan
pekerja. Maka dari itu ahli ekonomi membuat dua pengertian terkait masalah upah
yang diterima oleh pekerja, yaitu: upah nominal dan upah riil.
Teori upah menjelaskan bahwa upah ditentukan oleh pertemuan antara
permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dari sisi permintaan (pengusaha), faktor-
14
faktor yang mempengaruhi tingkat upah antara lain karateristik sektor usaha
usaha, tingkat teknologi, organisasi produksi, dan kondisi perusahaan. Sementara
dari sisi penawaran (pekerja), faktor yang menentukan tingkat upah berkaitan
dengan jumlah dan karateristik tenaga kerja Lasmi, dan Sugiarti (2002).
2.1 Upah Sebagai Imbalan
Payaman j. Simanjuntak (1998:297) teori Neoklasik mengemukakan bahwa
dalam rangka memaksimumkan keuntungan, tiap-tiap pengusaha menggunakan
faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang
dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil
marjinal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha
memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai
pertambahanhasil marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima orang
tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh pengusaha adalah:
………………………….. (1)
W = tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada
pekerja;
P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang;
= marginal physical product of labor atau pertambahan hasil marjinal
pekerja atau karyawan.
= value of marginal physical product of laboratau nilai pertambahan
hasil marjinal pekerja atau karyawan.
15
Nilai pertambahan hasil marjinal pekerja , merupakan nilai jasa yang
diberikan oleh pekerja kepada pengusaha. Sebaliknya upah, W, dibayarkan oleh
pengusaha kepada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa pekerja yang diberikan
kepada pengusaha.
Gambar 2.1
Fungsi Permintaan terhadap Tenaga Kerja
Upah
---------------------
W
----------------------------------------------
O A N B Penempatan
Pekerja
Sumber: Payaman J. Simanjuntak (1998)
Sebagaimana ditunjukkan dengan gambar 2.1, selama ini pertambahan hasil
marjinal pekerja lebih besar daripada upah yang dibayarkan oleh pengusaha
( >W), pengusaha dapat menambah keuntungan dengan menambah
pekerja. Di pihak lain, pengusaha tentu tidak bersedia membayar upah yang lebih
besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja kepada pengusaha. Dilihat dari
segi pekerja, mereka tidak bersedia menerima upah yang lebih rendah daripada
16
nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang lebih rendah
dari nilai usaha kerja pekerja, maka pekerja tersebut akan mencari pekerjaan di
tempat lain yang mampu membayar sama dengan usaha kerjanya. Dengan kata
lain, dengan asumsi adanya mobilitas sempurna, pekerja akan memperoleh upah
senilai pertambahan hasil marjinalnya sebagaimana dinyatakan dalam persamaan
…………………………………… (2)
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori Neoklasik, pekerja
memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marjinalnya. Dengan kata
lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan
seorang tersebut kepada pengusaha. Dalam rangka memaksimumkan keuntungan,
pengusaha memberikan imbalan kepada setiap faktor produksi sebesar nilai
tambahan hasil marjinal masing-masing faktor produksi tersebut. Imbalan
terhadap modal dinamakan rendemen. Tingkat rendemen mencerminkan harga
satu unit modal. Seperti halnya tingkat upah dalam persamaan (1), maka tingkat
rendemen sama dengan nilai tambahan hasil marjinal dari satu unit modal. Jadi:
……………………………………… (3)
adalah tingkat rendemen modal, VMPPL adalah nilai pertambahan hasil
marjinal modal atau value of marginal physical product of capital, dan P adalah
harga jual barang produksi.
Dengan asumsi bahwa terdapat mobilitas sempurna atas tenaga pekerja dan
modal, maka tingkat upah di berbagai perusahaan seharusnya sama, dan tingkat
rendemen di berbagai alternatif investasi juga sama.
17
2.2 Fungsi Upah
Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan
ditetapkan. Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga
fungsi upah, yaitu: Sarwoto (1983)
1) Menjamin kehidupan yang layak bagi karyawan dan keluarganya.
2) Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang.
3) Menyediakan insentif untuk mendorong produktivitas kerja.
3. Teori Waktu Kerja
Hari kerja menurut sensus ekonomi BPS (2006) ditentukan dengan paling
sedikit satu orang yang melakukan kegiatan usaha secara terus menerus paling
sedikit satu jam dalam sehari. Jam kerja adalah jangka waktu yang dinyatakan
dalam jam yang digunakan untuk bekerja/ melakukan kegiatan perusahaan/ usaha
(tidak termasuk istirahat resmi), yang dimulai dari menyiapkan pekerjaan sampai
dengan usaha di tutup.
Sonny Sumarson (2009:75) ukuran lain yang mencerminkan keputusan
masyarakat untuk kerja adalah jam-jam kerja, dan sebagian kecil orang-orang
yang bekerja paruh waktu juga merupakan ukuran-ukuran yang menunjukkan
bentuk menarik. Adalah merupakan hal yang tidak wajar bagi orang-orang untuk
memikirkan pekerjaan sebagai hal yang disediakan baginya berubah-ubah yang
berlaku sebagai pilihan pekerjaan.
18
Kemapanan yang Nampak pada jam kerja oleh pekerja industry manufaktur
sejak perang dunia II meliputi dua perkembangan yang menarik dalam masalah
jam kerja diantara populasi tenaga kerja yang lebih umum selama periode ini.
Perkembangan yang pertama yaitu permintaan secara menyeluruh , sebab hal ini
tercermin pada perubahan pengamatan tentang rata-rata partisipasi kekuatan
buruh: jam kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Zaeni Asyhadie (2008: 97-98), waktu kerja adalah waktu efektif di
mana pekerjaatau buruh hanya melaksanakan pekerjaanya. Waktu kerja tersebut
harus dislingi waktu istirahat paling sedikit 30 menit (tiga puluh) menit setelah
pekerja atau buruh bekerja selama 4 (empat) jam berturut-turut. Waktu kerja
merupakan jaminan perlindungan pekerja atau buruh di tempat kerja, guna
menghindari adanya perlakuan tidak manusiawi atas pekerjaan atau buruh pada
jam kerja berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan.
Pemahaman pada kesehatan dan keselamatan, mencakup fisik dan mental atau
psikologi, karena keduanya akan berpengaruh terhadap produktivitas dan daya
kerja pekerja ata buruh (Agusmidah, 2010: 71).
3.1 Pengaturan Jam Kerja
Dalam menentukan jadwal kerja, perusahan terikat oleh peraturan
ketenagakerjaan yang dikeluarkan ILO (International Labor Organizational) yang
menetapkan perusahaan memperkerjakan pegawainya selama 40 jam/minggu.
Bank atau perkantoran lainnya, waktu kerjanya siang hari selama 8 jam dengan
istirahat 1 jam (pukul 08.00 – pukul 16.00) kalau lebih dari 40 jam, maka
19
kelebihan itu harus dimasukkan sebagai lembur (overtime) dan hari Sabtu hanya
setengah hari. Bagi perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerjanya lebih dari 8
jam per hari akan menimbulkan biaya tambahan, karena:
i. Kelebihan kerja dari 8 jam dimasukkan sebagai overtime yang diitung
per jam. Jam pertama 1,5 kali jam kerja biasa, jam kedua dan seterusnya
dihitung 2 kali jam kerja biasa.
ii. Memungkinkan timbulnya kecelakaan akibat kelelahan. Kecelakaan
iii. kerja ini harus di tanggung sepenuhnya oleh perusahaan.
iv. Memungkinkan pekerja jatuh sakit karena kecapaian sehingga harus
digantikan oleh pekerja lain selama sakit.
v. Sering terjadinya kecelakaan atau sakit akan berakibat buruknya
produktivitas, karena jadwal yang berubah, penurunan kualitas, dan
produk yang cacat.
Pengukuran produktivitastenaga kerja pada dasarnya digunakan untuk
mngetahui sejauhmana tingkat efektivitas dan efesiensi kerja karyawan dalam
menghasilkan suatu produk. Dalam usaha untuk dapat mengukur tingkat
kemampuan karyawan dalam mencapai sesuatu hasil yang lebih baik dan
ketentuan yang berlaku (kesuksesan kerja). Tingkat produktivitas kerja karyawan
yang dapat diukur adalah penggunaan waktu.
Pengukuran waktu kerja sebagai alat ukur produktivitas kerja karyawan meliputi:
1) Kecepatan waktu kerja
2) Penghematan waktu kerja
20
3) Kedisiplinan waktu kerja
4) Tingkat absensi
4. Teori Pengalaman Kerja
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengalaman dapat diartikan sebagai yang
pernah dialami (dijalani, diarasa, ditanggung, dan sebagainya) (KBBI, 2005).
(John Dewey, 2002:147) menurut John Dewey, pengalaman tidak menunjuk saja
pada sesuatu yang sedang berlangsung di dalam kehidupan batin, atau sesuatu
yang berada di balik dunia inderawi yang hanya dapat dicapai dengan akal budi
atau intuisi. Pandangan Dewey mengenai pengalaman bersifat menyeluruh dan
mencakup segala hal. Pengalaman menyangkuta alam semesta batu, tumbuh-
tumbuhan, binatang, penyakit, kesehatan, temperature, listrik, kebaktian, respek,
cinta, keindahan, misteri, singkatnya seluruh kekayaan pengalaman itu sendiri
Nuryani Ratnaningsih (2013) Pengalaman dalam semua kegiatan sangat
diperlukan, karena experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang
terbaik. Maksud dari hal tersebut adalah bahwa seseorang belajar dari pengalaman
yang pernah dialaminya. Pengalaman dapat memunculkan seseorang. Potensi
yang penuh akan muncul secara bertahap seiring berjalannya waktu sebagai
tanggapan terhadap bermacam-macam pengalaman.
Pengalaman kerja menunjukkan sejauh mana penguasaan seseorang terhadap
bidang pekerjaan yang selama ini ditekuninya. Pada umumnya pengalaman keja
diukur dengan melihat seberapa lama aktu yang dihabiskan tenaga kerja pada
suatu bidang pekerjaan tertentu. Karyawan yang mempunyai pengalaman yang
21
lebih lama akan mempunyai keterampilan yang lebih tinggi, sehingga
produktivitasnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang baru
memiliki sedikit pengalaman (Sulaeman, Ardika :2014).
Pengalaman kerja menunjukkan berapa lama agar supaya karyawan bekerja
dengan baik. Disamping itu pengalaman kerja meliputi banyaknya jenis pekerjaan
atau jabatan yang pernah diduduki oleh seseorang dan lamanya mereka bekerja
pada masing-masing pekerjaan atau jabatan tersebut. Dengan demikian masa kerja
merupakan faktor individu yang berhubungan dengan perilaku dan presepsi
individu yang mempengaruhi pengembangan kariri karyawan (Malayu Hasibuan,
2000:109).
Dengan adanya pengalaman maka telah terjadi proses penambahan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan serta sikap pada diri seseorang, sehingga dapat
menunjang dalam mengembangkan diri dengan perubahan yang ada. Pengalaman
seseorang karyawan memiliki nilaiyang sangat berharga bagi kepentingan
karirnya di masa yang akan datang (Alwi Syafaruddin, 2008:237).
4.1 Indikator Pengalaman Kerja
a. Lama waktu/masa kerja
Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh
seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah
melaksanakan dengan baik.
b. Tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
22
1) Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau
informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga
mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi
pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan ketrampilan merujuk
pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau
menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.
2) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan; Tingkat penguasaan
seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik peralatan dan
teknik pekerjaan (Nuryani Ratnaningsih (2013).
4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja
Mengingat pentingnya pengalaman kerja dalam suatu perusahan, maka
faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja. Menurut Hani T. Handoko
(2001:241) faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja adalah sebagai
berikut:
a. Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan, dan bekerja.
Untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang diwaktu yang
lalu.
b. Bakat dan minat, untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau
kemampuan jawab dan seseorang.
c. Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs) untuk meramalkan tanggung
jawab dan wewenang seseorang.
d. Kemampuan-kemampuan analitis dan manipulative untuk mempelajari
kemampuan penilaian dan penganalisaan.
23
e. Ketrampilan dan kemampuan teknik, untuk menilai kemampuan dalam
pelaksanaan aspek-aspek teknik pekerjaan.
5. Teori Produktivitas Tenaga Kerja
(Mulyadi S., 2008:66) peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh
tingkat pendidikan rata-rata yang semakin baik, memberi dampak positif terhadap
produktivitas tenaga kerja. Begitu pula dengan upaya peningkatan keterampilan
dan pelaihan tenaga kerja yang disertai denagn penerapan teknologi yang sesuai,
berdampak pula terehadap peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Dalam konsep produktivitas, kegiatan pengukuran merupakan kegiatan yang
sangat penting karena mempunyai sifat evaluatif dan pengembangan. Meskipun
demikian, pengukuran produktivitas merupakan sebagian saja dari keseluruhan
perbaikan dari produktivitas. Dengan hanya mengandalkan pengukuran
produktivitas saja, masalah-masalah yang dihadapi tidak dapat dipecahkan secara
tuntas. Masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang perlu dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan pengukuran, misalnya perbaikan metode kerja, kegiatan
pendidikan dan pelatihan, sistem dan praktek manajemen yang mampu mengelola
setiap perubahan eksternal (Sonny Sumarsono, 2009:170).
Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik
(barang atau jasa) dengan masukan sebenarnya. Misalnya saja produktivitas
adalah ukuran efesiensi produktif diartikan sebagai suatu perbandingan antara
hasil keluaran dan masukan atau input output. Masukan sering dibatasi dengan
masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk
24
dan nilai.Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efesiensi dalam
memproduksi barang-barang atau jasa. Ukuran produktivitas yang paling terkenal
berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran
oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang (Muchdarsyah, 1992:12).
(Payaman J. Simanjuntak, 1998: 38-39) produktivitas merupakan
perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan
sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Definisi kerja ini
mengandung cara atau metode pengukuran. Walaupun secara teori dapat
dilakukan, akan tetapi dalam praktik sukar dilaksanakan, terutama karena
sumberdaya masukan yang dipergunakan umumnya terdiri atas banyakmacam dan
dalam proporsi yang berbeda.
Pengertian produktivitas menurut Cobb-Douglas, yaitu dnegan menunjukkan
rasio output terhadap input. Input dapat mencakup biaya produksi dan peralatan.
Sedangkan output bisa terdiri dari penjualan, pendapatan, market share, dan
kerusakan. Produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi merupakan
komponen dari usaha produktivitas. Pada hakekatnya produktivitas kerja akan
banyak dipengaruhi oleh dua faktor (Wignjosoebroto,2003):
a. Faktor teknis, yaitu berhubungan dengan pemakaian dan penerapan
fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih
efektifserta efesien dan penggunaan input yang lebih ekonomis.
b. Faktor manusia, yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-
usaha yang dilakukan manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang
25
menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Di sini hal pokok penentu adalah
motivasi kerja yang memerlukan pendorong ke arah kemajuan dan
peningkatan prestasi kerja seseorang.
Sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada semua sistem, terlebih
dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa saja yang diharapkan dari sistem
itu dan sumber daya (input) apa saja yang akan digunakan dalam proses sistem
tersebut untuk menghasilkan output, yang memiliki artian output dihasilkan dari
input produksi perusahaan, sedangkan input terdiri dari tenaga kerja disertai
dnegan teknologi dan riset yang terus berkembang. Salah satu model pengukuran
produktivitas yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan
fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu disebut variabel
independent (Y) dan yang lain disebut variabel dependent (X).
Berikut ini adalah bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglas:
Keterangan:
= Output; I= Jenis input yang digunakan dalam proses produksi dan
dipertimbangkan untuk dikaji; = Indeks efesiensi penggunaan input dalam
menghasilkan output; = Elastisitas produksi dari input yang digunakan
Berdasarkan persamaan fungsi produksi Coob-Douglas, terdapat tiga situasi
yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skal Browning, 1989.
26
a. Jika kenaikan yang proposional dalam semua input sama dengan kenaikan
yang proposional dalam output ( ) , maka tingkat pengembalian
terhadap skala konstan (constant returns to scale).
b. Jika kenaikan yang proposional dalam output kemungkinan lebih besar
daripada kenaikan dalam input ( ), maka tingkat pengembalian
terhadap skala meningkat (increasing returns to scale).
c. Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input ( ),
maka tingkat penembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to
scale).
a. Rasio Produktivitas
Haryadi Sarjono, 2001 secara teknis, produktivitas merupakan suatu
perbandingan antara output dengan. input. Ukuran produktivitas tidak sama
dengan efesiensi. Efesiensi merupakan ukuran dalam membandingkan
penggunaan input yang direncanakan dengan realisasi penggunaan masukan. Jika
masukan yang sebenarnya digunakan makin besar penghematannya maka tingkat
efesiensi semakin tinggi.Namun, semakin kecil masukan yang dapat dihemat,
semakin rendah tingkat efesiensi. Pengertian efesiensi lebih berorientasi pada
masukan sedangkan maslaah output kurang menjadi perhatian utama.
b. Pengukuran Produkivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja menurut Mulyadi (2003), digambarkan dari rasio
output terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan. Oleh karena itu,
27
produktivitas tenaga kerja dapat diproksi dari persamaan APPL (Average Physical
Product of Labor) sebagai berikut:
APPL = TPL/L = Q/L = Produktivitas Tenaga Kerja
Dimana:
TPL = Total produksi oleh tenaga kerja
Q = Output
L = Total Tenaga Kerja
c. Teori Pasar Tenaga Kerja
Harga tenaga kerja (Upah/Wage) ditentukan oleh demand dan supply tenaga
kerja. Tingkat upah dinyatakan dalam upah per jam atau per minggu atau per
bulan. Kurva permintaan TK: Jumlah TK yang diminta oleh masyarakat periode
tertentu pada berbagai tingkat upah nyata/riil. Permintaan TK dilakukan oleh
rumah tangga perusahaan.
Dimana:
W= tingkat upah riil; w= upah nominal ; H= harga
Muhammad Hafid, (2014), kurva Permintaan TK: Jumlah TK yang
disediakan oleh masyarakat dalam periode tertentu pada berbagai tingkat upah
nyata/riil. Penawaran TK dilakukan oleh rumah tangga keluarga.
28
Pasar TK dan produk nasional dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Pasar Tenaga Kerja dan Produk Nasional
------------------------- E
N
------------------------- TQ
N
Sumber:Muhammad Hafid, 2014
Keterangan:
= kurva permintaan tenaga kerja
= kurva penawaran tenaga kerja dengan backward bending
= tingkat upah riil
= jumlah tenaga kerja
29
E = Equilibrium
1) Dimulai dengan tingkat upah riil yang rendah, maka semakin meningkat
tingkat upah, maka TK ingin bekerja lebih lama.
2) Dimulai dengan tingkat upah riil yang tinggi, maka semakin banyak
produk seperti TV, HP dan kesempatan berwisata yang dimiliki oleh
pekerja. Jika tingkat upah meningkat, maka semakin menurun kesediaan
pekerja untuk menggunakan waktu dan keahliannya. Hal ini karena pe
kerja lebih ingin menikmati kekayaan yang diperolehnya.
3) Keseimbangan pasar tenaga kerja ada di titik E dengan upah maka
jumlah tenaga kerja yang dapat digunakan (kesempatan kerja) atau
tingkat employment sebesar N*.
4) Pada tingkat N*, produk nasional atau output nasional sebesar Y*.
d. Labour Market (Pasar Tenaga Kerja)
(Payaman J. Simanjuntak, 2000:101)Pasar kerja adalah seluruh aktivitas dari
pelaku-pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pelaku-
pelaku ini terdiri atas:
a. Pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja
b. Pencari kerja
c. Perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi
pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan.
30
e. Teori Biaya Produksi
(Suherman Rosyidi, 2002) biaya produksi adalah nilai semua faktor produksi
yang dipergunakan untuk menghasilkan (memproduksi) output. Hal ini dapat
diartikan bahwa semua faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan
output itu haruslah dinilai dengan uang; jadi, harus ditetapkan harganya. Suatu
output tertentu yang dihasilkan dengan sesuatu tingkat teknologi tertentu.
Dalam hal itu, biaya setiap output itu tergantung sepenuhnya pada dua hal,
yaitu:
a. Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan input yakni: harga input;
b. Efesiensi perusahaan yang bersangkutan dalam mempergunakan
inputnya. Dan perusahaan yang memiliki input yang persis sama, tetapi
yang satu bekerja dengan lebih efesien (dengan efesiensi yang lebih
besar) dari yang lain. Oleh karena itu, perusahaan yang bekerja dengan
lebih efesien itulah yang dapat lebih menekan biaya produksi.
f. Klasifikasi Biaya Produksi
a. Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
`Fixed Cost adalah biaya untuk fixed resources, oleh karena itu,
perusahaan tidak dapat mengubah-ubah jumlah sumber-sumber itu dalam
proses produksinya, maka fixed cost itu pun akan tetap saja besarnya, tidak
peduli berapa jumlah output yang dihasilkan.
b. Total Variable Cost (Biaya Variabel Total)
31
Apabila fixed cost merupakan biaya fixed resouces, maka variabel cost
merupakan biaya variable resources, sesuai dengan sebutannya sebagai biaya
variabel, maka besarnya variabel cost itu pun akan berubah-ubah pula seiring
dengan berubah-ubahnya jumlah output yang dihasilkan.
c. Total Cost (Biaya Total)
Total Cost (TC) Merupakan penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan
baik untuk fixed resources maupun untuk variable resources.
TC = FC + VC
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara Pendidikan dan Produktivitas Tenaga Kerja
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga
tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2001). Pada
umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih
tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas (Adya. D. M, 2014). Tingginya
kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang
bersangkutan melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010). Dari
pernyataan tersebut pernyataan tersebut dapat disimpulkan tingkat pendidikan
berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja, karena orang yang
memiliki pendidikin lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas
untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun penelitian Hesti Wulansih (2014) dapat
32
dihasilkan bahwa secara parsial variabel tingkat pendidikan secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan, dengan nilai signifikan 0,972 lebih besar
dibandingkan 0,05 terhadap produktivitas tenaga kerja di perusahaan meubel CV.
Mugiharjo.
2. Hubungan Antara Upah dan Produktivitas Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja mempunyai hubungan dengan tingkat upah, menurut
Bellante (1990), jumlah tenaga kerja keseluruhan yang disediakan bagi suatu
perekonomian tergantung pada jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja
dan jumlah jam kerja yang ditawarkan. Upah merupakan sumber utama penghasil
seorang pekerja, sehingga upah harus cukup memenuhi kebutuhan pekerja dan
keluarganya dengan wajar. (Kurniawan, 2010) besar kecilnya upah yang diterima
mampu meningkatkan kualitas kerja. Upah cukup dalam hal ini dapat diartikan
upah yang cukup untuk kebutuhan hidup layak, yakni dapat memungkin pekerja
untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika tingkat
penghasilam cukup, akan menimbulkan kosentrasi kerja dan mengarahkan
kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. Adapun penelitian
Ketut Alit Wiantara (2015) dapat dihasilkan pengujian menunjukkan bahwa upah
berhubungan signifikan (+) terhadap produktivitas
3. Hubungan Antara Waktu Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas kerja juga diartikan sebagai tingkatan efesiensi dalam
memproduksi barang atau jasa. Ukuran produktivitas yang paling terkenal
berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran
33
oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang (Muchdarsyah, 1992:12).
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik
perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari
sudut pandang pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada
umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang
diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda (Muchdarsyah,
1992:24-25). Adapun penelitian Syaiful Rizal Ramadhan (2013) menyatakan
bahwa jam kerja berpengaruh besar dalam meningkatkan produksi pada CV.
Mukkadimah Agro Medica.
4. Hubungan Antara Pengalaman Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja
Pengalaman kerja tercermin dari pekerja yang memiliki kemampuan bekerja
pada tempat lain sebelumnya. Semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh
seorang pekerja akan membuat pekerja semakin terlatih dan terampil dalam
melaksanakan pekerjaannya (Amron, 2009). Pengalaman kerja adalah lama waktu
karyawan bekerja di tempat kerja mulai saat diterima di tempat kerja hingga
sekarang (Martoyo, 2007:113)
34
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang
dapat diambil:
H1: Diduga pendidikan, upah, waktu kerja dan pengalaman kerja berpengaruh
terhadap produktivitas tenaga kerja pada PT. Dwi Putra Perkasa Garment di Kota
Malang.
Pendidikan
Pendidikan Persekolahan
Pendidikan Formal dan
Informal
Waktu Kerja
Pengaturan
Waktu
Kerja
Produktivitas Tenaga Kerja
Tingkat Keterampilan
Efesiensi Tenaga Kerja
Upah
Upah Sebagai
Imbalan Untuk
Tenaga Kerja
PENGALAMAN
KERJA
IndikatorPengalaman Kerja