Veronika Simanjuntak
-
Upload
upmionline -
Category
Documents
-
view
331 -
download
6
Transcript of Veronika Simanjuntak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah menjadi pemandangan biasa bagi masyarakat melihat banyaknya para
pekerja di sebuah organisasi/perusahaan tidak melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dalam memenuhi kewajibannya sebagai seorang pekerja/karyawan. Hal ini
disebabkan oleh sifat dasar manusia yang akan melakukan hal-hal negatif bila dirinya
tidak diawasi oleh pimpinan pada saat bekerja, sehingga akan berdampak kepada
pencapaian tujuan yang tidak efektif dan efisien.
Hal yang sama juga terjadi pada instansi-instansi pemerintahan, para
pegawainya banyak yang melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Kurangnya
pengawasan oleh para pimpinan menjadi salah satu penyebabnya, sehingga
produktivitas para pegawai pemerintahan ini tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Oleh karena itu, pelaksana pengawasan dalam hal ini pimpinan dalam suatu
organisasi/instansi harus dapat menggerakkan dan memotivasi para pegawainya,
karena hal itu dapat mempengaruhi prestasi kerja para pegawainya. Mendayagunakan
pegawai secara tepat, memotivasi dan mengkoordinasikan mereka dengan baik akan
meningkatkan produktivitas kerja pegawai yang selanjutnya meningkatkan
kemampuan instansi untuk merealisasikan tujuannya, sehingga instansi tersebut dapat
tumbuh dan berkembang.
Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun suatu tulisan
yang berjudul “Pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada
Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara”.
Peningkatan produktivitas para pegawai di instansi pemerintahan khususnya
dalam hal ini pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara.
Merupakan hal yang menarik untuk ditelusuri.
Dari hasil pengamatan penulis pada saat melaksanakan magang pada Dinas
Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara pada saat yang lalu sudah
menunjukkan hal yang menggembirakan, sehingga penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang pengaruh pengawasan pada Dinas Pertambangan Dan
Energi Provinsi Sumatera Utara.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan
mengenai identifikasi masalah yang ada sebagai berikut :
1. Produktivitas pegawai sudah cukup baik.
2. Pengawasan yang dilaksanakan instansi yang terkait belum efektif sehingga
mempengaruhi produktivitas kerja pegawai.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang tidak terarah dan mengakibatkan tidak
tepatnya sasaran yang diharapkan. Masalah yang dibahas perlu dibatasi pada
pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas
Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara terhadap produktivitas kerja
pegawai.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pengawasan
terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi
Sumatera Utara”?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan
Dan Energi Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk melihat peran dan pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja
pegawai pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui permasalahan dan hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas
Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan
produktivitas kerja pegawainya.
F. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan adalah :
1. Bagi penulis, sebagai sarana memperluas cakrawala berfikir dan melatih
penulisan ilmiah bagi penulis dalam bidang manajemen yang di tekuni di
Perguruan Tinggi.
2. Bagi perusahaan, diharapkan sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam
menghadapi masalah.
3. Bagi pembaca, sebagai sarana informasi dan perbandingan untuk mengadakan
penelitian yang sama di masa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan Dan Tujuan Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang memantau terwujudnya
yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur
apakah kegiatan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam
perencanaan. Dengan demikian fungsi pengawasan membawa kita pada fungsi
perencanaan.
Pengawasan harus melihat ke depan hal-hal lalu perlu dipelajari. Seorang
pimpinan mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi. Dia harus menjadi salah
satu fungsi manajemen yang memantau terwujud suatu sasaran yang telah di tentukan
sebelumnya. Itu berarti bahwa pengawasan bukanlah sekedar mengawasi tetapi
sedapat mungkin membandingkan hasil pekerjaan yang telah di laksanakan dengan
standar yang ditetapkan. Disini dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian
dari pengawasan.
Menurut Schermerhon dalam Sule (2005:317) Pengertian pengawasan adalah:
“proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah
ditetapkan tersebut”.
Menurut Mockler dalam Sule (2005:318) mengemukakan “pengawasan dapat
didefinisikan sebagai upaya sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan
berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain sistem informasi umpan balik,
membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan tingkat signifikansi dari
setiap penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan”.
Dari pengertian-pengertian di atas, disimpulkan bahwa pengawasan
merupakan kegiatan pengamatan dan pengevaluasian terhadap pelaksanaan kerja
yang telah ditetapkan, apabila terjadi penyimpangan akan dapat segera diketahui
dengan cepat sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.
Maksud pengawasan adalah agar keputusan yang telah dibuat/direncanakan,
sungguh-sungguh dapat di jalankan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
ditentukan sebelumnya. Hal ini untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan,
penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan sebagainya yang tidak sesuai
dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.
Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:242) tujuan pengawasan, antara lain :
1. supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
rencana.
2. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-
penyimpangan (deviasi).
3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi
berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya
jika terdapat kesalahan-kesalahan.
Jadi, pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses,
yakni hingga hasil akhir diketahui. Dengan pengendalian diharapkan juga agar
pemanfaatan semua unsur manajemen efektif dan efisien.
Menurut Manullang (2004:173) menyatakan tentang tujuan pengawasan : “pengawasan pada tahap pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi-instruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan tersebut diambil tindakan untuk memperbaiki baik pada waktu itu maupun pada waktu yang akan datang”.
Dari uraian di atas, dapat di ambil pengertian dan tujuan pengawasan yang
terkandung didalamnya, antara lain :
1. Tujuan utama pengawasan adalah untuk mengusahakan agar apa yang
direncanakan dapat menajadi kenyataan.
2. Pengawasan itu dimaksudkan bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan
bawahan semata-mata akan tetapi merupakan tindakan preventif (pencegahan)
dan korektif (perbaikan) untuk menghindari agar bawahan tidak membuat
kesalahan lagi.
3. Pengawasan dan perencanaan mempunyai hubungan yang erat dan tidak bisa
dipisahkan dan saling isi. Tanpa adanya perencanaan, pengawasan tidak bisa
dilakukan karena perencanaan itu sebagai dasar, alat atau standar untuk
melaksanakan pengawasan, disini ditetapkan apa yang telah menjadi dan
bagaimana cara untuk mendapatkan tujuan tersebut. Tanpa adanya pengawasan
tidak akan diketahui sejauh mana hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan
kerja dan kemampuan organisasi untuk merealisasikan tujuannya.
2. Asas-Asas Dan Jenis-Jenis Pengendalian
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel dalam Hasibuan, Malayu SP (2005:243)
mengemukakan asas-asas pengendalian dapat dibagi atas beberapa jenis :
1. Asas tercapainya tujuan, artinya pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya
tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-
penyimpangan dari rencana.
2. Asas efisiensi pengendalian, artinya pengendalian itu efisien, jika dapat
menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal
lain diluar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengendalian, artinya pengendalian hanya dapat
dilaksanakan jika manajer/pimpinan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
rencana.
4. Asas pengendalian terhadap masa depan artinya pengendalian yang efektif harus
ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi,
baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas pengendalian langsung, artinya teknik kontrol yang paling efektif ialah
mengusahakan adanya manajer bawahan yang berkualitas baik.
6. Asas refleksi rencana, artinya pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga
dapat mencerminkan karakter dan susunan rencana.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi, artinya pengendalian harus dilakukan sesuai
dengan struktur organisasi.
8. Asas pengendalian individual, artinya pengendalian dan teknik pengendalian
harus sesuai dengan kebutuhan manajer/pimpinan.
9. Asas standar, artinya pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar
yang tepat yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan
yang akan dicapai.
10. Asas pengendalian terhadap strategis, artinya pengendalian efektif dan efisien
memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang
strategis dalam perusahaan.
11. Asas kekecualian artinya, efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya
perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian.
12. Asas pengendalian fleksibel artinya, pengendalian harus luwes untuk menghindari
kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas peninjauan kembali artinya, sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali,
agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan artinya, pengendalian dapat dilakukan, apabila ada ukuran-ukuran
untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan
directing.
Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:244) mengemukakan beberapa jenis
pengendalian, jenis-jenis pengendalian antara lain :
1. Pengendalian karyawan (Personel Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan
kegiatan karyawan.
2. Pengendalian keuangan (Financial Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang
pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian
anggarannya.
3. Pengendalian Produksi (Produktion Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi
yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian Waktu (Time Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu
untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. Pengendalian Teknis (Technical Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan
dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian Kebijaksanaan (Policy Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijakan-
kebijakan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan.
7. Pengendalian Penjualan (Sales Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah produksi atau jasa yang
dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.
8. Pengendalian Inventaris (Inventory Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan
masih ada semuanya atau ada yang hilang.
9. Pengendalian Pemeliharaan (Maintenance Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris
perusahaan dan kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak
apakah kerusakannya, dan apakah masih bisa diperbaiki atau tidak.
3. Proses Dan Cara-Cara Pengendalian
Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:245) proses pengendalian dilakukan
secara bertahap melalui langkah-langkah berikut :
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar
pengendalian/pengawasan.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan
penyimpangan jika ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan
tujuan sesuai dengan rencana. Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis
kembali, apakah sudah benar-benar realistis atau tidak. Jika belum benar-benar
realistis maka rencana itu harus diperbaiki.
Seorang manajer/pimpinan harus mempunyai berbagai cara untuk memastikan
bahwa semua fungsi manajemen dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat diketahui
melalui proses kontrol/pengawasan.
Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:245) mengemukakan bahwa cara-cara
pengendalian/pengawasan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung
oleh seorang manajer/pimpinan. Manajer/pimpinan memeriksa pekerjaan yang
sedang dilakukan. Untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasil-
hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. Pengawasan langsung memiliki
kebaikan dan keburukan dalam pelaksanaannya.
Kebaikannya :
a. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga perbaikannya
dapat dilakukan dengan cepat.
b. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan, sehingga akan
memperdekat hubungan antara atasan dan bawahannya.
c. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena bawahan merasa
diperhatikan oleh atasannya.
d. Akan tertampung sumbangan fikiran dari bawahan yang mungkin bisa
berguna bagi kebijakan perusahaan/organisasi selanjutnya.
e. Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan yang kadang-kadang
kurang objektif, karena adanya kecenderungan untuk melaporkan yang baik-
baik saja.
Keburukannya :
a. Waktu seorang manajer/pimpinan banyak tersita, sehingga waktu untuk
pekerjaan lainnya berkurang, misalnya perencanaan dan lain-lainnya.
b. Mengurangi inisiatif bawahan, karena mereka merasa bahwa atasannya selalu
mengamatinya.
c. Ongkos/biaya semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainnya.
2. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui
laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan
tentang pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai.
Kebaikannya :
a. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin banyak,
misalnya perencanaan, kebijaksanaan dan lain-lainnya.
b. Biaya pengawasan relatif kecil.
c. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan
pekerjaan.
Keburukannya :
a. Laporan yang diberikan kadang-kadang kurang objektif, karena adanya
kecenderungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.
b. Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya, sehingga
perbaikannya pun juga terlambat.
c. Kurang menciptakan hubungan yang erat antara bawahan dengan atasannya.
3. Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang dikhususkan
untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang
diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan cara mengkombinasikan
pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung oleh manajer.
4. Sifat Dan Waktu Pengendalian
Sifat dan waktu pengendalian menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:247)
dapat dibedakan atas :
1. Preventive Control, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaannya.
Preventive Control ini dilakukan dengan cara :
a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.
b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu.
c. Menjelaskan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu.
d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.
e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap
karyawan.
f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.
2. Repressive Control, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan
dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan,
sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Repressive Control ini dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan antara hasil dengan rencana.
b. Menganalisis sebab yang menimbulkan kesalahan yang mencari tindakan
perbaikannya.
c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika diperlukan akan
dikenakan sanksi/hukuman kepadanya.
d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.
e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.
f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui
training atau education.
3. Pengendalian saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan maka segera diperbaiki.
4. Pengendalian berkala, adalah pengendalian dilakukan secara berkala, misalnya
perbulan, persemester, dan lain-lain.
5. Pengendalaian mendadak (Sidak), adalah pengawasan yang dilakukan secara
mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik.
6. Pengendalian melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian yang dilakukan
secara integrative mulai dari sebelum, pada saat dan sesudah kegiatan dilakukan.
5. Macam-Macam Pengendalian
1. Internal Control (Pengendalian Intern) adalah pengendalian yang dilakukan oleh
seorang atasan kepada bawahannya.
2. External Control (Pengendalian Ekstern) adalah pengendalian yang dilakukan
oleh pihak luar.
3. Formal Control (Pengendalian Resmi) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
instansi atau pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern maupun ekstern.
4. Informal Control (Pengendalian Konsumen) adalah penilaian yang dilakukan oleh
masyarakat atau konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
B. Produktivitas Kerja
1. Pengertian Produktivitas Kerja
Ruang lingkup pengertian dan penghayatan produktivitas perlu kita pahami
secara lebih mendalam. Karena produktivitas sangat vital artinya demi suksesnya
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, dimana manusia sebagai
salah satu faktor produksi yang merupakan motor penggerak terhadap faktor-faktor
produksi lainnya.
Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input perusahaan
industri dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas adalah suatu gabungan
sumber (input). Dengan demikian sama dengan jumlah barang-barang atau jasa
(input) yang dihasilkan dari sumber tersebut.
Pada dasarnya produktivitas ini dapat didefinisikan sebagai berikut :
“produktivitas adalah ukuran efisiensi ekonomis yang mengikhtisarkan nilai dari
output relatif terhadap nilai dari input yang dipakai untuk menciptakannya”. (Ricky
W. Griffin, 2004:213).
Menurut Manullang (2004:105) “Produktivitas adalah antara output dengan
input dimana out put nya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya
yang lebih baik”. Dalam setiap usaha baik usaha perorangan, usaha segolongan warga
negara maupun masyarakat selalu ada kecenderungan untuk meningkatkan
produktivitas karyawan. Walaupun motivasi mendorong peningkatan produktivitas
kerja yang berbeda-beda dari suatu perusahaan lainnya. Produktivitas mengutamakan
cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam produktivitas juga
diartikan sebagai berikut :
1. Perbandingan antara kumpulan jumlah keluaran dan masukan yang dinyatakan
dalam satuan umum.
2. Perbandingan antara ukuran harga bagi pemasukan dan hasil.
Berdasarkan definisi diatas maka produktivitas menunjukkan adanya
perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan pengorbanan yang telah diberikan.
Pengorbanan itu bukan hanya tenaga kerja tetapi turut faktor produksi lainnya. Antara
lain modal dan keahlian. Produktivitas yang rendah akan menimbulkan in-efisien
dalam penggunaan tenaga kerja yang sekaligus merupakan pemborosan bagi suatu
perusahaan. Oleh sebab itu peranan karyawan dan pimpinan sangat menentukan
produktivitas suatu perusahaan.
2. Level-Level Produktivitas
Yang dimaksud level produktivitas adalah unit-unit analisis yang dipakai
untuk menghitung atau mendefinisikan produktivitas.
a. Produktivitas Agregat adalah level produktivitas total yang dicapai sebuah negara.
b. Produktivitas Industri adalah total yang diraih oleh semua perusahaan dalam
industri tertentu.
c. Produktivitas perusahaan adalah level produktivitas yang diraih sebuah
perusahaan individual.
d. Produktivitas Unit/produktivitas individual adalah mengaju kepada produktivitas
yang diraih oleh sebuah unit atau departemen dalam organisasi dan oleh seorang
pekerja tunggal.
3. Bentuk-Bentuk Produktivitas
1. Produktivitas faktor total adalah indikator yang menyeluruh tentang seberapa baik
sebuah perusahaan memanfaatkan semua sumber daya seperti : tenaga kerja,
modal, bahan baku dan energi untuk menciptakan semua produk dan jasanya.
Produktivitas faktor total didefinisikan oleh formula berikut :
kelemahannya :
semua elemen mesti di ekspresikan dalam hal yang sama. Uang/sulit untuk
menambahkan jam kerja pekerja dengan jumlah unit bahan baku dalam cara yang
tepat dan produktivitas faktor total tidak menyediakan wawasan yang sempit
tentang bagaimana situasi dapat diubah untuk menaikkan produktivitas.
Konsekuensinya sebagian besar organisasi lebih suka menghitung rasio
produktivitas parsial.
2. Produktivitas Parsial
Rasio semacam ini hanya menggunakan 1 kategori sumber daya sebagai contoh :
Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus sederhana berikut :
Produktivitas tenaga kerja =
Metode ini memiliki 2 keunggulan antara lain :
1. Tidak perlu mengubah satuan input kesatuan yang lain.
2. Metode ini menyediakan wawasan khusus kepada manajer tentang bagaimana
pengubahan berbagai input sumber daya mempengaruhi produktivitas.
Signifikansi dari produktivitas di mata manajer merupakan hal yang penting
bagi perusahaan mereka untuk memiliki level produktivitas tinggi dikarenakan
produktivitas perusahaan merupakan faktor penentu level profitabilitas dan
kemampuan perusahaan untuk survival (bertahan hidup).
Meningkatkan produktivitas caranya antara lain adalah :
1. Memperbaiki operasi, salah satu cara yang bisa dipakai perusahaan untuk
memperbaiki operasi adalah dengan melakukan pengeluaran lebih banyak untuk
lit bang (R & O).
Pengeluaran ini akan membantu perusahaan menemukan produk-produk baru,
aplikasi-aplikasi baru untuk produk-produk lama dan metode baru untuk
membuat produk, menilai kembali dan merenovasi fasilitas-fasilitas transformasi.
2. Meningkatkan keterlibatan karyawan.
Seorang pekerja individual diberikan kebebasan lebih besar menyangkut cara dia.
Melakukan pekerjaannya, kesepakatan kerja sama formal antara manajemen
dengan pekerja dan partisipasi total di seluruh organisasi.
Contoh : GE menghilangkan sebagian posisi supervisor kepada pabrik circuit
breaker barunya dan mengalihkan pengendalian kepada para pekerja sendiri.
Metode lain dengan meningkatkan fleksibilitas dari tenaga kerja organisasi
dengan melatih karyawan untuk melakukan beberapa pekerja berbeda.
C. Hipotesis
Menurut Widayat dan Amirullah (2002:30) “hipotesis diartikan sebagai
jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan, dan jawaban itu
masih akan diuji secara empiris kebenarannya”.
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka hipotesis
yang dapat penulis kemukakan adalah : “Ada pengaruh pengawasan terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera
Utara”.
D. Kerangka Konseptual/Paradigma Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan kerangka berpikir (paradigma penelitian)
sehingga dapat diketahui dengan jelas arah dari penelitian tersebut serta hubungan
antara variabel yang diteliti.
Pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan usaha sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam perencanaan. Pengawasan harus
melihat ke depan walaupun hal-hal yang lalu perlu dipelajari. Itu berarti bahwa
pengawasan bukanlah sekedar mengawasi tetapi sedapat mungkin membandingkan
hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan standar yang telah ditetapkan.
Dengan adanya pengawasan yang ketat dari pihak pimpinan maka pegawai
akan disiplin dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan
yang diinginkan yang selanjutnya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan
tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Menurut Hasibuan (2005:216) “Pengawasan efektif merangsang moral kerja
pegawai, karena pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan petunjuk
pengarahan-pengarahan dan pengawasan dari atasannya.
Pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai dapat dilihat
dengan paradigma penelitian sebagai berikut :
Gambar Paradigma Penelitian
rxyPengawasan(X)
Produktivitas Kerja(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera
Utara di Jalan Setia Budi Pasar II No. 84 Tanjung Sari Medan.
2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian bagi penulis adalah “Pengaruh pengawasan
terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Sumatera Utara”.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis merencanakan mulai bulan Februari 2009 sampai
dengan selesai.
Tabel 1 . Jadwal Penelitian
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Widayat (2002:203) “Populasi adalah merupakan keseluruhan dari
kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari
bidang-bidang untuk diteliti”. Merujuk pada pendapat diatas, populasi dalam
penelitian ini adalah semua pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Sumatera Utara yang berjumlah 140 orang.
2. Sampel
Sampel adalah suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih dalam
penelitian. Untuk menemukan sampel digunakan pendekatan suharsimi yang dikutip
Widayat (2002) “Apabila objek kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua
sehingga penelitian merupakan penelitian populasi”. Selanjutnya jika jumlah objek
penelitian lebih dari 100 orang maka diambil antara 10-15 % atau 20-35 % atau lebih.
Oleh karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 orang, maka
penulis mengambil sampel sebanyak 35 orang pegawai Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Sumatera Utara.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Daftar pertanyaan (Questioner) adalah metode pengumpulan data yang membuat
daftar pertanyaan dalam bentuk angket dan ditujukan kepada para pegawai di
objek penelitiannya itu Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara
dengan menggunakan metode Likert Summated Rating (LSR) dengan bentuk
checklist, dimana setiap pertanyaan mempunyai 5 (lima) opsi sebagaimana
terlihat pada tabel berikut ini :
Pernyataan Bobot
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak 2
Sangat tidak setuju 1
2. Wawancara (interview), yaitu tanya jawab pada pihak yang mempunyai
wewenang untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Studi dokumen yaitu mempelajari data yang ada dalam perusahaan dan
berhubungan dengan penelitian ini misalnya sejarah Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Sumatera Utara, struktur organisasi, uraian tugas, pengawasan
kerja yang dilakukan dan lain sebagainya.
4. Pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data
kuantitatif, yakni menguji dan menganalisis data dengan perhitungan angka-angka
dan kemudian menarik kesimpulan dari pengujian tersebut, dengan rumus-rumus
sebagai berikut :
1. Korelasi Product Moment
(Sugiyono, 2002:182)
dimana :
rxy : Koefisien Korelasi antara x dan y
: Nilai skor pengawasan
: Nilai skor Produktivitas Kerja
: Jumlah kuadrat pengamatan variabel x
: Jumlah kuadrat pengamatan variabel y
: Jumlah pengamatan variabel x dan y
n : Jumlah sampel
2. Uji t yaitu :
(Sugiyono, 2002:180)
3. Koefisien Determinasi
(Sudjana, 2002:370)