BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
9
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Prastyo (2010) yang dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di
kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun 2003-2007.
Hasil dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi pengaruh
pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat penganguran
terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007 cukup layak
digunakan karena telah memenuhi dan melewati uji multikolinearitas, uji
heteroskedasitas, uji autokolerasi, dan uji normalitas. Hasil uji keofisien
determinasi (𝑅2) pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan
tingakat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-
2007 menunjukkan bahwa besarnya nilai 𝑅2 cukup tinggi yaitu 0,982677.
Nilai ini berarti model yang dibentuk cukup baik oleh variabel-variabel
dependen tingkat kemiskinan dapat di jelaskan dengan variabel-variabel
independen yakni pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, tingkat
penganguran, dummy benchmark yakni kota semarang, dan dummy wilayah-
wilayah kabupaten dan kota Provinsi Jawa Tengah.
Uji F-statistik menujukkan bahwa semua variabel independen dalam model
regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007
10
yakni pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, tingkat pengangguran,
serta dummy wilayah secara bersama-sama mempengaruhi variabel tingkat
kemiskinan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat kemiskinan adalah variabel pertumbuhan ekonomi,upah
minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Syahrullah (2014) Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB, Pendidikan, Dan
Pengangguran terhadap Tingkat kemiskinan di provinsi Banten. Adapun alat
analisis yang dilakukan penelitian ini adalah metode data panel dengan
menggunakan uji chow, hausman test. Pengujian Hipotesis dengan menggunakan:
(Uji t), (Uji F), Uji Koefisien Determinan.
Dengan hasil penelitian bahwa PDRB berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap Kemiskinan, Pendidikan tidak signifikan terhadap Kemiskinan di provinsi
Banten. Pengangguran berpengaruh positif signifikan dan positif terhadap
Kemiskinan di provinsi Banten, Secara bersama-sama variabel PDRB, Pendidikan,
dan Pengangguran berpengaruh terhadap Kemiskinan di provinsi Banten pada
periode 2009-2012.
Penelitian oleh Endrayani (2016) Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten/kota
di Provinsi Bali. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Lokasi penelitian ini di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.Hasil pengujian
hipotesis yang dilakukan dengan path analysis menunjukkan bahwa inflasi
berpengaruh menurunkan kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi Bali.
11
Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan melalui pengangguran
di Provinsi Bali.Investasi berpengaruh meningkatkan kemiskinan melalui
pengangguran di Provinsi Bali baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
variabel intervening yaitupengangguran.
Relevansi penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
variabel yang digunakan yaitu, ketimpangan pendapatan, pengangguran terbuka
dan IPM. Sedangkan kesamaan adalah sama-sama meneliti tentang kemiskinan.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan individu
dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Pengertian lainnya
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis
kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk
dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan
kebutuhan non-makananyang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
12
pengeluaran.Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Konsep dari Garis
Kemiskinan menurut BPS yaitu:
a. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
b. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita
perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran,
kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)
c. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan
dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di pedesaan.
Rumus dalam penghitungan garis kemiskinan (Menurut BPS) ialah:
GK = GKM + GKBM
Keterangan:
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKBM = Garis Kemiskinan Bukan Makanan
13
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-
buahan, minyak dan lemak, dll).
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum
untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan
dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di perdesaan.
Menurut Sharp,dkk dalam Kuncoro (2000:107) penyebab kemiskinan
dipandang dari sisi ekonomi yaitu:
a. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang
b. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia
c. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal
Kemiskinan dapat ditinjau dari 2 sisi, yaitu: Pertama, kemiskinan absolut, di
mana pendekatan ini diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan tertentu. Kedua, Kemiskinan relatif yaitu pangsa pendapatan nasional
yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. (Kuncoro 2000:102)
14
2. Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Ketimpangan diartikan sebagai ketidaksetaran tingkat pendapatan. Menurut
Wilkinson dan pickett dalam Maipita (2014:151) Ketimpangan pendapatan
merupakan indikator bagaimana sumber daya didistribusikan ke masyarakat.
Ketimpangan yang tinggi dapat berakibat buruk bagi kehidupan sosial, dan dapat
menjadi penyebab konflik.
Kurva Lorenz dalam Rizky Permana (2016) menggambarkan distribusi
kumulatif pendapatan nasional dikalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini
terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan
persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili
persentase kumulatif penduduk.
Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut.
Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan
distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz
semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan
yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak
merata.
Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui ketimpangan distibusi
pendapatan adalah rasio gini (gini ratio) dan kriteria Bank Dunia (Badan Pusat
Statistik, 1994).Gini ratio dikemukakan oleh C.GINI yang melihat adanya
hubungan antara jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau
individu dengan total pendapatan.
15
Gambar 2.1
Kurva Lorenz
Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai selang
nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol menunjukkan adanya
ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati satu menunjukkan
ketimpangan yang tinggi. Rumus yang dipakai untukmenghitung nilai Gini Ratio
adalah :
G = 1– Σ I = k Pi (Qi + Qi -1)
Keterangan :
G = Gini Ratio
Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i
Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas-i
Qi-1= Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i
k = Banyaknya kelas pendapatan
16
Nilai Ratio berkisar antara nol dan satu. Bila rasio gini sama dengan nol
berarti distribusi pendapatan sangat merata karena setiap golongan penduduk
menerima bagian pendapatan yang sama, namun bila rasio gini sama dengan satu
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang sempurna
karena seluruh pendapatannya hanya dinikmati satu orang saja. (Kuncoro,
2000:115).
Menurut Bank Dunia dalam Kuncoro (2000) ketimpangan distribusi
pendapatan dikategorikan:
a. Tinggi, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang
dari 12 persen bagian pendapatan
b. Sedang, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima 12
hingga 17 persen bagian pendapatan.
c. Rendah, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih
dari 17 persen bagian pendapatan.
3. Pengangguran
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang
dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat
upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh
sebab itu, menurut Sadono Sukirno (2000) dalam Saputra pengangguran biasanya
dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:
17
a. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan olehtindakan
seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencarikerja yang lebih
baik atau sesuai dengan keinginannya.
b. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan olehadanya
perubahan struktur dalam perekonomian.
c. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan
olehkelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat
pengurangandalam permintaan agregat.
Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan
kerja secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi
tidak dapat memperoleh peroleh yang diingikannya. Menurut Badan Pusat Statistik
dalam Kuncoro (2000:174) pengangguran terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Pengangguran Terbuka (Unemployment) didasarkan pada konsep seluruh
angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan
pertama kali maupun yang pernah bekrja sebelumnya.
b. Setengah Pengangguran (Underemployment) pekerja yang masih mencari
pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja
rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja kurang
dari 35 jam dalam seminggu) namun masih menerima pekerjaan, serta
mereka yang tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan.
c. Pengangguran Parah (Severe Underemployment) bila ia termasuk
setengah menganggur dengan jam kerja 25 poejam seminggu.
18
Karakteristik pengangguran di Indonesia menurut Kuncoro (2000) adalah:
a. Tingkat pengangguran terbuka tergolong rendah apabila (4,4 persen dari
total angkatan kerja), penganggur di dominasi kaum muda dengan usia
antara 15 sampai 19 tahun (13 persen) dan 20 sampai 24 tahun (14
persen). Kedua kelompok usia ini hampir mencapai 70 persen dari
pengangguran total.
b. Tingkat pengangguran tertinggi menurut tingkat pendidikan dialami oleh
lulusan SMA dan perguruan tinggi yang masing – masing sebesar 16,9
persen dari jumlah angkatan kerja.
Indikator yang biasa dipakai untuk menkur tingkat pengangguran terbuka
(TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan
kerja yang biasanya dinyatakan dalam persen. Yang secara sistematis dimana TPT
dapat dihitung sebagai berikut:
TPT = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑋 100%
4. Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Maipita (2014:127) Human Development Indeks (HDI) merupakan
suatu ringkasan ukuran pembangunan manusia dari sisi yang lebih luas. HDI
mengukur pencapaian rata – rata di berbagai negara dalam tiga dimensi dasar
pembangunan manusia yaitu:
a. Hidup yang panjang dan sehat diukur dengan harapan hidup saat lahir,
19
b. Pengetahuan, diukur dari tingkat melek huruf orang dewasa dan
kombinasi rasio angka partisipasi kasar untuk jenjang sekolah dasar,
menengah, dan atas,
c. Standar hidup yang layak, diukur dengan GDP per kapita dalam paritas
daya beli.
Sebelum HDI dihitung, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap
Indeks masing – masing dimensi, yaitu dimensi harapan hidup, pendidikan, dan
hidup layak.
Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks pembangunan manusia adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar
hidup untuk semua negara didunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasi apakah
sebuah negara tersebut negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang
dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas
hidup.
Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia dibentuk oleh
tiga dimensi yaitu:
a. Umur panjang dan hidup sehat
b. Pengetahuan
c. Standar hidup layak.
Rumus umum yang dipakai adalah sebagai berikut :
IPM =1/3 (X1 + X2 + X3)
20
Dimana:
X1 = Indeks Harapan Hidup
X2 = Indeks Pendidikan
X3 = Indeks Standart Hidup Layak
Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya
sehinggabernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam
analisabiasanya indeks ini dikalikan 100.
Manfaat IPM menurut BPS, yaitu:
a. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia.
b. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/negara.
c. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai
ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu
alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).
Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada
skala 0,0 – 100,0 dengan katagori sebagai berikut :
Tinggi: IPM lebih dari 80,0
Menengah Atas: IPM antara 66,0 – 79,9
Menengah Bawah: IPM antara 50,0 – 65,9
21
Rendah: IPM kurang dari 50,0
5. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
a. Pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan
Menurut Todaro (2000) dalam Linggar Dewa Anggara, Pengaruh antara
ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya
peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak
negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin.
Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak
sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin
memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau
kesejahteraan.
Menurut Maipita (2014) tingkat pendapatan rata-rata dan ketimpangan
pendapatan dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Peningkatan pendapatan
rata-rata dapat mengurangi kemiskinan, sedangkan peningkatan ketidak-
merataan (kesenjangan pendapatan) dapat menambah kemiskinan. Oleh karena
itu, bila ketimpangan meningkat maka kemiskinan juga akan meningkat.
b. Pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
Todaro (2003) dalam Ady Soejoto dan ameilia karisma, Pengangguran
memiliki hubungan yang sangat erat dalam mempengaruhi pada tingkat
kemiskinan. Standar hidup yang rendah dimanifestasikan secara kualitatif dan
kuantitatif dalam bentuk tingkat pendapatan yang sangt rendah, perumahan yang
kurang layak, kesehatan yang buruk, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan
22
tidak ada sama sekali, angka kematian bayi yang tinggi, usia harapan hidup yang
relatif sangat singkat dan peluang mendapatkan kerja yang rendah. Dalam hal
peluang untuk mendapatkan kerja yang rendah berarti pengangguran.
Pengangguran yang tinggi akan menyebabkan pendapatan berkurang sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang pada akhirnya akan mengalami
kemiskinan, dengan demiklian jumlah pengangguran memiliki hubungan positif
terhadap kemiskinan.
Menurut Sadono Sukirno (2004) dalam Whisnu Adhi Saputra, efek buruk
dari pengangguran adalahmengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang.
Semakin turunnya kesejahteraanmasyarakat karena menganggur tentunya akan
meningkatkan peluang merekaterjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
pendapatan. Apabilapengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan
politik dan sosial selaluberlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
kesejahteraan masyarakat danprospek pembangunan ekonomi dalam jangka
panjang.
c. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan
Lanjouw, dkk. (2001) dalam Whisnu Adhi Saputra menyatakan
pembangunan manusia di Indonesiaadalah identik dengan pengurangan
kemiskinan. Investasi di bidang pendidikandan kesehatan akan lebih berarti bagi
penduduk miskin dibandingkan penduduktidak miskin, karena bagi penduduk
miskin aset utama adalah tenaga kasarmereka. Adanya fasilitas pendidikan dan
23
kesehatan murah akan sangat membantuuntuk meningkatkan produktifitas, dan
pada gilirannya meningkatkan pendapatan.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan telaah pustaka dan di perkuat dengan penelitian terdahulu diduga
bahwa Ketimpangan Distriusi Pendapatan, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan
Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan di
Provinsi Bali. Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Dari gambar 2.1 diatas kerangka pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel ketimpangan distribusi pendapatan, tingkat Pengangguran terbuka, dan
indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi
Bali.
Ketimpangan
Distribusi
Pendapatan
Tingkat
Pengangguran
Terbuka
Indeks
Pembangunan
Manusia
Tingkat
Kemiskinan
24
Berdasarkan pada rumusan masalah, tinjauan, serta tinjauan pustaka yang
telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis dugaan sementara (hipotesis)
yang dipakai adalah diduga bahwa ketimpangan distribusi pendapatan, tingkat
pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan pada 9 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali.