BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...

16
9 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Prastyo (2010) yang dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun 2003-2007. Hasil dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat penganguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007 cukup layak digunakan karena telah memenuhi dan melewati uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas, uji autokolerasi, dan uji normalitas. Hasil uji keofisien determinasi ( 2 ) pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingakat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003- 2007 menunjukkan bahwa besarnya nilai 2 cukup tinggi yaitu 0,982677. Nilai ini berarti model yang dibentuk cukup baik oleh variabel-variabel dependen tingkat kemiskinan dapat di jelaskan dengan variabel-variabel independen yakni pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, tingkat penganguran, dummy benchmark yakni kota semarang, dan dummy wilayah- wilayah kabupaten dan kota Provinsi Jawa Tengah. Uji F-statistik menujukkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007

Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

9

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Prastyo (2010) yang dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di

kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun 2003-2007.

Hasil dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi pengaruh

pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat penganguran

terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007 cukup layak

digunakan karena telah memenuhi dan melewati uji multikolinearitas, uji

heteroskedasitas, uji autokolerasi, dan uji normalitas. Hasil uji keofisien

determinasi (𝑅2) pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan

tingakat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-

2007 menunjukkan bahwa besarnya nilai 𝑅2 cukup tinggi yaitu 0,982677.

Nilai ini berarti model yang dibentuk cukup baik oleh variabel-variabel

dependen tingkat kemiskinan dapat di jelaskan dengan variabel-variabel

independen yakni pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, tingkat

penganguran, dummy benchmark yakni kota semarang, dan dummy wilayah-

wilayah kabupaten dan kota Provinsi Jawa Tengah.

Uji F-statistik menujukkan bahwa semua variabel independen dalam model

regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat

pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

10

yakni pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, tingkat pengangguran,

serta dummy wilayah secara bersama-sama mempengaruhi variabel tingkat

kemiskinan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat kemiskinan adalah variabel pertumbuhan ekonomi,upah

minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Syahrullah (2014) Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB, Pendidikan, Dan

Pengangguran terhadap Tingkat kemiskinan di provinsi Banten. Adapun alat

analisis yang dilakukan penelitian ini adalah metode data panel dengan

menggunakan uji chow, hausman test. Pengujian Hipotesis dengan menggunakan:

(Uji t), (Uji F), Uji Koefisien Determinan.

Dengan hasil penelitian bahwa PDRB berpengaruh signifikan dan negatif

terhadap Kemiskinan, Pendidikan tidak signifikan terhadap Kemiskinan di provinsi

Banten. Pengangguran berpengaruh positif signifikan dan positif terhadap

Kemiskinan di provinsi Banten, Secara bersama-sama variabel PDRB, Pendidikan,

dan Pengangguran berpengaruh terhadap Kemiskinan di provinsi Banten pada

periode 2009-2012.

Penelitian oleh Endrayani (2016) Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten/kota

di Provinsi Bali. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Lokasi penelitian ini di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.Hasil pengujian

hipotesis yang dilakukan dengan path analysis menunjukkan bahwa inflasi

berpengaruh menurunkan kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi Bali.

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

11

Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan melalui pengangguran

di Provinsi Bali.Investasi berpengaruh meningkatkan kemiskinan melalui

pengangguran di Provinsi Bali baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

variabel intervening yaitupengangguran.

Relevansi penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

variabel yang digunakan yaitu, ketimpangan pendapatan, pengangguran terbuka

dan IPM. Sedangkan kesamaan adalah sama-sama meneliti tentang kemiskinan.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan individu

dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Pengertian lainnya

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar

kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis

kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis

kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk

dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan

kebutuhan non-makananyang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,

pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

12

pengeluaran.Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Konsep dari Garis

Kemiskinan menurut BPS yaitu:

a. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk

yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis

Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

b. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan

minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita

perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis

komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran,

kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)

c. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk

perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan

dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis

komoditi di pedesaan.

Rumus dalam penghitungan garis kemiskinan (Menurut BPS) ialah:

GK = GKM + GKBM

Keterangan:

GK = Garis Kemiskinan

GKM = Garis Kemiskinan Makanan

GKBM = Garis Kemiskinan Bukan Makanan

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

13

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan

minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket

komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,

umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-

buahan, minyak dan lemak, dll).

Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum

untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan

dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis

komoditi di perdesaan.

Menurut Sharp,dkk dalam Kuncoro (2000:107) penyebab kemiskinan

dipandang dari sisi ekonomi yaitu:

a. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

timpang

b. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia

c. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal

Kemiskinan dapat ditinjau dari 2 sisi, yaitu: Pertama, kemiskinan absolut, di

mana pendekatan ini diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan tertentu. Kedua, Kemiskinan relatif yaitu pangsa pendapatan nasional

yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. (Kuncoro 2000:102)

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

14

2. Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Ketimpangan diartikan sebagai ketidaksetaran tingkat pendapatan. Menurut

Wilkinson dan pickett dalam Maipita (2014:151) Ketimpangan pendapatan

merupakan indikator bagaimana sumber daya didistribusikan ke masyarakat.

Ketimpangan yang tinggi dapat berakibat buruk bagi kehidupan sosial, dan dapat

menjadi penyebab konflik.

Kurva Lorenz dalam Rizky Permana (2016) menggambarkan distribusi

kumulatif pendapatan nasional dikalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini

terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan

persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili

persentase kumulatif penduduk.

Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut.

Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan

distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz

semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan

yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak

merata.

Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui ketimpangan distibusi

pendapatan adalah rasio gini (gini ratio) dan kriteria Bank Dunia (Badan Pusat

Statistik, 1994).Gini ratio dikemukakan oleh C.GINI yang melihat adanya

hubungan antara jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau

individu dengan total pendapatan.

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

15

Gambar 2.1

Kurva Lorenz

Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai selang

nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol menunjukkan adanya

ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati satu menunjukkan

ketimpangan yang tinggi. Rumus yang dipakai untukmenghitung nilai Gini Ratio

adalah :

G = 1– Σ I = k Pi (Qi + Qi -1)

Keterangan :

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i

Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas-i

Qi-1= Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i

k = Banyaknya kelas pendapatan

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

16

Nilai Ratio berkisar antara nol dan satu. Bila rasio gini sama dengan nol

berarti distribusi pendapatan sangat merata karena setiap golongan penduduk

menerima bagian pendapatan yang sama, namun bila rasio gini sama dengan satu

menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang sempurna

karena seluruh pendapatannya hanya dinikmati satu orang saja. (Kuncoro,

2000:115).

Menurut Bank Dunia dalam Kuncoro (2000) ketimpangan distribusi

pendapatan dikategorikan:

a. Tinggi, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang

dari 12 persen bagian pendapatan

b. Sedang, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima 12

hingga 17 persen bagian pendapatan.

c. Rendah, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih

dari 17 persen bagian pendapatan.

3. Pengangguran

Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang

dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan

dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat

upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh

sebab itu, menurut Sadono Sukirno (2000) dalam Saputra pengangguran biasanya

dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

17

a. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan olehtindakan

seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencarikerja yang lebih

baik atau sesuai dengan keinginannya.

b. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan olehadanya

perubahan struktur dalam perekonomian.

c. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan

olehkelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat

pengurangandalam permintaan agregat.

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan

kerja secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi

tidak dapat memperoleh peroleh yang diingikannya. Menurut Badan Pusat Statistik

dalam Kuncoro (2000:174) pengangguran terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Pengangguran Terbuka (Unemployment) didasarkan pada konsep seluruh

angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan

pertama kali maupun yang pernah bekrja sebelumnya.

b. Setengah Pengangguran (Underemployment) pekerja yang masih mencari

pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja

rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja kurang

dari 35 jam dalam seminggu) namun masih menerima pekerjaan, serta

mereka yang tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan.

c. Pengangguran Parah (Severe Underemployment) bila ia termasuk

setengah menganggur dengan jam kerja 25 poejam seminggu.

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

18

Karakteristik pengangguran di Indonesia menurut Kuncoro (2000) adalah:

a. Tingkat pengangguran terbuka tergolong rendah apabila (4,4 persen dari

total angkatan kerja), penganggur di dominasi kaum muda dengan usia

antara 15 sampai 19 tahun (13 persen) dan 20 sampai 24 tahun (14

persen). Kedua kelompok usia ini hampir mencapai 70 persen dari

pengangguran total.

b. Tingkat pengangguran tertinggi menurut tingkat pendidikan dialami oleh

lulusan SMA dan perguruan tinggi yang masing – masing sebesar 16,9

persen dari jumlah angkatan kerja.

Indikator yang biasa dipakai untuk menkur tingkat pengangguran terbuka

(TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan

kerja yang biasanya dinyatakan dalam persen. Yang secara sistematis dimana TPT

dapat dihitung sebagai berikut:

TPT = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑋 100%

4. Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Maipita (2014:127) Human Development Indeks (HDI) merupakan

suatu ringkasan ukuran pembangunan manusia dari sisi yang lebih luas. HDI

mengukur pencapaian rata – rata di berbagai negara dalam tiga dimensi dasar

pembangunan manusia yaitu:

a. Hidup yang panjang dan sehat diukur dengan harapan hidup saat lahir,

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

19

b. Pengetahuan, diukur dari tingkat melek huruf orang dewasa dan

kombinasi rasio angka partisipasi kasar untuk jenjang sekolah dasar,

menengah, dan atas,

c. Standar hidup yang layak, diukur dengan GDP per kapita dalam paritas

daya beli.

Sebelum HDI dihitung, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap

Indeks masing – masing dimensi, yaitu dimensi harapan hidup, pendidikan, dan

hidup layak.

Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks pembangunan manusia adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar

hidup untuk semua negara didunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasi apakah

sebuah negara tersebut negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang

dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas

hidup.

Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia dibentuk oleh

tiga dimensi yaitu:

a. Umur panjang dan hidup sehat

b. Pengetahuan

c. Standar hidup layak.

Rumus umum yang dipakai adalah sebagai berikut :

IPM =1/3 (X1 + X2 + X3)

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

20

Dimana:

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya

sehinggabernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam

analisabiasanya indeks ini dikalikan 100.

Manfaat IPM menurut BPS, yaitu:

a. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam

upaya membangun kualitas hidup manusia.

b. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu

wilayah/negara.

c. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai

ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu

alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada

skala 0,0 – 100,0 dengan katagori sebagai berikut :

Tinggi: IPM lebih dari 80,0

Menengah Atas: IPM antara 66,0 – 79,9

Menengah Bawah: IPM antara 50,0 – 65,9

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

21

Rendah: IPM kurang dari 50,0

5. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

a. Pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan

Menurut Todaro (2000) dalam Linggar Dewa Anggara, Pengaruh antara

ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya

peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak

negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin.

Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak

sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin

memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau

kesejahteraan.

Menurut Maipita (2014) tingkat pendapatan rata-rata dan ketimpangan

pendapatan dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Peningkatan pendapatan

rata-rata dapat mengurangi kemiskinan, sedangkan peningkatan ketidak-

merataan (kesenjangan pendapatan) dapat menambah kemiskinan. Oleh karena

itu, bila ketimpangan meningkat maka kemiskinan juga akan meningkat.

b. Pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan

Todaro (2003) dalam Ady Soejoto dan ameilia karisma, Pengangguran

memiliki hubungan yang sangat erat dalam mempengaruhi pada tingkat

kemiskinan. Standar hidup yang rendah dimanifestasikan secara kualitatif dan

kuantitatif dalam bentuk tingkat pendapatan yang sangt rendah, perumahan yang

kurang layak, kesehatan yang buruk, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

22

tidak ada sama sekali, angka kematian bayi yang tinggi, usia harapan hidup yang

relatif sangat singkat dan peluang mendapatkan kerja yang rendah. Dalam hal

peluang untuk mendapatkan kerja yang rendah berarti pengangguran.

Pengangguran yang tinggi akan menyebabkan pendapatan berkurang sehingga

tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang pada akhirnya akan mengalami

kemiskinan, dengan demiklian jumlah pengangguran memiliki hubungan positif

terhadap kemiskinan.

Menurut Sadono Sukirno (2004) dalam Whisnu Adhi Saputra, efek buruk

dari pengangguran adalahmengurangi pendapatan masyarakat yang pada

akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang.

Semakin turunnya kesejahteraanmasyarakat karena menganggur tentunya akan

meningkatkan peluang merekaterjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki

pendapatan. Apabilapengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan

politik dan sosial selaluberlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi

kesejahteraan masyarakat danprospek pembangunan ekonomi dalam jangka

panjang.

c. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan

Lanjouw, dkk. (2001) dalam Whisnu Adhi Saputra menyatakan

pembangunan manusia di Indonesiaadalah identik dengan pengurangan

kemiskinan. Investasi di bidang pendidikandan kesehatan akan lebih berarti bagi

penduduk miskin dibandingkan penduduktidak miskin, karena bagi penduduk

miskin aset utama adalah tenaga kasarmereka. Adanya fasilitas pendidikan dan

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

23

kesehatan murah akan sangat membantuuntuk meningkatkan produktifitas, dan

pada gilirannya meningkatkan pendapatan.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan telaah pustaka dan di perkuat dengan penelitian terdahulu diduga

bahwa Ketimpangan Distriusi Pendapatan, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan

Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan di

Provinsi Bali. Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Dari gambar 2.1 diatas kerangka pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa

variabel ketimpangan distribusi pendapatan, tingkat Pengangguran terbuka, dan

indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi

Bali.

Ketimpangan

Distribusi

Pendapatan

Tingkat

Pengangguran

Terbuka

Indeks

Pembangunan

Manusia

Tingkat

Kemiskinan

Page 16: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35315/3/jiptummpp-gdl-shafarnuza-49449-3-babii.pdf · Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

24

Berdasarkan pada rumusan masalah, tinjauan, serta tinjauan pustaka yang

telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis dugaan sementara (hipotesis)

yang dipakai adalah diduga bahwa ketimpangan distribusi pendapatan, tingkat

pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap

tingkat kemiskinan pada 9 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali.