BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
7
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Handayani dan Artini(2009) melakukan penelitian dengan judul Kontribusi
Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan
Keluarga. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
Besarnya curahan jam kerja untuk kegiatan ekonomis dan non ekonomis,besarnya
sumbangan pendapatan ibu rumah tangga angota kelompok wanita tani sari boga
pada kegiatan membuat makanan olahan,terhadap pendapatan keluarga,serta
mengetahui produktivitas mereka,motivasi ibu rumah tangga melakukan
pekerjaan membuat makanan olahan,hambatan-hambatan yang dihadapi ibu
rumah tangga pembuat makanan olahan. Metode penelitian menggunakan metode
deskriptif. Hasil penelitian yaitu bahwa Rata-rata sumbangan pendapatan
responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari terhadap pendapatan
keluarga sebesar Rp 429.754,00 atau 12,82% dari total pendapatan keluarga,
dengan produktivitas kerja responden sebesar Rp 3.594,00 per jam.
Suratman (2005) melakukan penelitian dengan judul Pekerja Wanita Industri
Rumah Tangga Konfeksi dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
(Studi di kecamtan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo). Tujuan penelitian untuk
melihat latar belakang social ekonomi pekerja wanita pada industri rumah
tangga konfeksi, sistem upah yang berlaku pada industri rumah tangga
konfeksi,khususnya bagi pekerja wanita,distribusi pendapatan pekerja wanita pada
8
industri rumah tangga konfeksi dan sumbangannya terhadap pendapatan rumah
tangga,alokasi waktu dalam rumah tangga pekerja wanita pada industry rumah tangga
konfeksi di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoajo. Metode penelitian
menggunakan metode deskriptif .Hasil penelitian yaitu kontribusi yang cukup penting
terhadap pendapatan keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga. Ada
sedikit perbedaan mengenai alokasi pendapatan pekerja wanita menurut status
perkawinan. Dari pekerja wanita yang sudah berkeluarga menyumbangkan seluruh
pendapatannya untuk menambah/memenuhi kebutuhan rumah tangganya.Sementara
itu wanita yang belum menikah lebih bebas dalam mengalokasikan pendapatan
mereka. Sebagian pendapatan mereka untuk membantu orang tua dan sebagian lagi
untuk keperluan sendiri.
Devira dan Hasyim (2004) melakukan penelitian dengan judul Peranan Tenaga
Kerja Wanita Sebagai Buruh Di Industri Kacang Intip Dan Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga Di Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.Tujuan
Penelitian untuk mengetahui curahan tenaga kerja wanita sebagai industry kacang
intip, untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja wanita sebagai
buruh,untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tenaga kerja wanita terhadap
pendapatan rumah tangga,untuk mengetahui alas an mengapa tenaga kerja wanita
mau bekerja sebagai buruh pada industry kacang intip. Metode penelitian
menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian yaitu curahan tenaga kerja wanita
pada industry kacang intip cukup besar yaitu 120,38 jam dalam satu bulan berarti
tenaga kerja wanita bekerja ±5,02 jam setiap harinya,pendapatan yang diperoleh
9
tenaga kerja wanita yaitu rata-rata sebulan sebesar Rp.481.280,00 pendapatan ini di
bawah upah minimum kota Tebing Tinggi yaitu Rp. 1.380.000, kontribusi pendapatan
tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga sebesar 25,64% artinya
kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita rendah.
Marissa,dkk (2008) melakukan penelitian dengan judul Peranan Tenaga Kerja
Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan
Keluarga.Tujuan penelitian untuk menjelaskan peranan tenaga kerja wanita dalam
industry sapu ijuk,untuk menganalisis kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita
terhadap pendapatan keluarga,untuk menganalisis pengaruh karakteristik
(umur,tingkat pendidikan,pengalaman bekerja,jumlah produksi,harga sapu) terhadap
pendapatan tenaga kerja wanita.Metode penelitian menggunakan metode analisis
regresi dengan SPSS 16. Hasil penelitian yaitu peranan wanita dalam tahapan
kegiatan adalah membersihkan ijuk,memasang segitiga atau kipas,mengikat ijuk
terhadap tangkai,menjalin ijuk terhadap tangkai maupun segitiga,menyisir dan
meratakan ijuk, presentasi kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan
keluarga adalah ≤50% yaitu sebesar 37,33% itu berarti kontribusi tenaga kerja wanita
terhadap total pendapatan keluarga masih kecil,secara serempak seluruh variabel
bebas (umur,tingkat pendidikan, jumlah produksi, harga sapu, pengalaman bekerja)
terhadap variabel terikat (pendapatan tenaga kerja wanita) dan hanya jumlah produksi
dan harga sapu ijuk yang secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan
tenaga kerja wanita.
10
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Teori Ketenagakerjaan
Para ekonom sejak lama telah berusaha merumuskan sejumlah model ekonomi
mengenai determinasi (proses dan faktor-faktor yang menentukan) ketenagakerjaan.
Pada umumnya, model-model itu dipusatkan pada kondisi-kondisi atau lingkungan
sosial, ekonomi, dan institusional yang ada di negara-negara maju. Model-model
ekonomi tersebut, apalagi di masa-masa lampau, seringkali diterapkan begitu saja
dalam rangka mencari pemecahan atas masalah-masalah yang besifat unik di negara-
negara berkembang. Namun, untunglah selama beberapa tahun belakangan ini
muncul kesadaran di kalangan para pembuat kebijakan di negara-negara Dunia
Ketiga untuk mengubah kebiasaan yang sangat keliru tersebut sehingga sekarang ini
banyak negara berkembang yang mulai berpaling ke penggunaan model-model
ketenagakerjaan dan pembangunan yang lebih realistik. Dari model-model itu
seringkali tercapai serangkaian kesimpulan dan saran yang bertentangan dengan yang
diajukan oleh teori-teori tradisional.
Para bagaian pembahasan ini akan dibahas tiga model ekonomi pokok
determinasi ketenagakerjaan. Yang pertama adalah model pasar bebas klasik ( free-
market classical model) atau disebut juga model pasar bebas kompetitif tradisional
(traditional competitive free-market model) yang merupakan sumber utama atas
terbentuknya teori-teori ketenagakerjaan tradisonal. Adapun model yang kedua dan
ketiga berkembang dari aliran ilmu ekonomi neoklasik dan lebih modern. Model
kedua tersebut adalah model makro output-kesempatan kerja (output-employment
11
macro model) yang berfokus kepada hubungan-hubungan antara akumulasi modal,
petumbuhan output industri, dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan model yang
ketiga adalah model mikro insentif-harga (price-incentive micro model) yang
mencoba mengungkapkan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh distirsi harga-
harga faktor produksi terhadap pola penggunaan sumber daya, terutama tenaga kerja.
Model kedua (output employment model) maupun model ketiga (price incentive
model) bertumpu pada segi permintaan dari persamaan kesempata kerja, dengan titik
berat pada kebijakan-kebijakan yang harus diberlakukan dalam rangka meningkatkan
permintaan tenaga kerja. Todaro, (2000)
Kebijakan penawaran tenaga kerja secara garis besar dapat dikembangkan:
1. Isue-isue perilaku pekerja
2. Kebijakan tentang apakah sekelompok masyarakat akan bekerja secara penuh
atau tidak dan jika bekerja seberapa lama akan bekerja
3. Untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja, apakah menggunakan sebagian atau
seluruh waktu untuk bekerja, baik di dalam rumah tangga maupun di luar rumah
tangga untuk memperoleh upah
4. Bagimana seseorang mencari pekerjaan untuk memperoleh upah
Pekerjaan secara umum digambarkan dan secara goegrafis digambarkan untuk
memahami penawaran yang sebenarnya. Pembahasan dalam bab ini dimulai dengan
beberapa fakta yang mendasar berkaitan dengan rata-rata partisipasi angkatan kerja,
jam kerja dan keputusan bekerja untuk memperoleh upah. Frame kerja ini bermanfaat
untuk menganalisa dari rencana pemeliharaan pendapatan.
12
Keputusan kerja adalah suatu keputusan yang mendasar tentang bagaimana
menghabiskan waktu. Salah satu cara yang digunakan oleh seseorang untuk
menghabiskan waktu luangnya adalah dengan kegiatan-kegiatan yang
menyenangkan. Cara lain yang lebih utama adalah ketika seseorang menggunakan
waktunya untuk bekerja. Seseorang dapat bekerja disekitar rumah, mengadakan
semacam produksi rumah tangga. Seperti misalnya, mengasuh anak, menjahit,
membangun atau bahjan menanam sayuran. Alternatif lain, seseorang dapat bekerja
untuk diupah dan seseorang tersebut mencari uang untuk membeli makanan, beras,
pakaian dan kebutuhan anak.
Sebab, bekerja untuk diupah dan mengadakan produksi rumah tangga adalah dua
cara untuk melakukan pekerjaan yang sama. Pada mulanya kita akan mengambil
perbedaan antara keduanya dan memperlakukan aktivitas bekerja itu sebagai kerja
untuk diupah. Kemudian kita kan memberikan ciri-ciri keputusan kerja sebagai suatu
pilihan antara sekedar mengisi waktu luang atau bekerja untuk di upah. Faktor yang
paling pentingyang mempengaruhi rangsangan kerja dapat difahami dalam konteks
ini, tetapi dengan pemahaman yang lebih dalam terhadap perilaku penyediaan buruh
dapat ditambah dengan mempertimbangkan sebagaimana produksi rumah tangga.
Jika kita perhatikan waktu untuk makan, tidur, dan ditambah dengan keadaan-
keadaan lain yang kurang lebih sesuai dengan hukum alam, maka waktu yang
digunakan (sekitar 16 jam sehari ) kita dapat alokasikan untuk pekerjaan lain atau
untuk mengisi waktu luang. Karena jumlah yang digunakan habis untuk mengisi
waktu luang adalah waktu yang bukan untuk bekerja dan sebaliknya. Kebutuhan
13
terhadap mengisi waktu luang dapat di pertimbangkan sebagai kebalikan sisi mata
uang yang disebut sebagai penyediaan buruh. Hal ini sebenarnya cocok untuk
menganalisa rangsangan kerja pada konteks permintaan untuk mengisi waktu luang,
sebab seseorang dapat menggunakan analisa standart terhadap permintaan bermacam-
macam barang, dan untuk permintaan mengisi waktu luang, kemudian secara
sederhana dikurangi jam-jam waktu luang dari total jam yang digunakan, untuk
mendapatkan efek penyediaan buruh. Sumarsono, (2009)
Peranan Tenaga Kerja Wanita
Peranan adalah aspek dinamis dari aspek yang dimiliki seseorang. Peranan dapat
dibedakan dalam 3 jenis yaitu :
a. Peranan yang ditentukan oleh masyarakat secara normatif.
b. Peranan yang merupakan orientasi bagi Individu.
c. Peranan sebagai kegiatan atau perilaku individu (Kadir, 2004)
Sebagai wanita yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga inti yaitu
sebagai istri, sebagai pengurus rumah tangga, ini pada umumnya dirasakan sebagai
tugas utama dari seorang wanita yang terkait dalam gambaran perkawinan. Dalam
dua peran tersebut diatas wanita memberikan diri sepenuhnya demi kesejahteraan
bagi keluarganya, dalam kehidupan moderen dan era pembangunan dewasa ini sering
juga dimotivasi untuk memberikan sumbangan lebih daripada di atas, tidak terbatas
pada pelayanan suami dan urusan rumah tangga. Banyak wanita merasa yang tidak
puas hanya dalam kedua peran di atas dan sering keadaan ekonomi keluarganya
14
menuntut untuk bekerja di luar atau mencari suatu kegiatan yang menambah
penghasilan keluarganya (Munandar, 2003).
Peran wanita yang semakin meningkat dalam keluarga dan masyarakat akan
membawa pengaruh terhadap masyarakat wanita sendiri dan kehidupan keluarganya,
kehidupan manusia akan selalu terikat dengan aspek ekonomi, dalam era saat ini yang
berperan mencari nafkah untuk keluarga tak hanya laki-laki saja yang berperan
sebagai kepala rumah tangga namun perempuan juga memiliki peran dalam
membantu perekonomian keluarga. Mereka ada yang bekerja di sektor
primer(agraris), sektor sekunder (industri), dan sektor jasa (tersier) ketiganya
merupakan sektor yang memiliki peran dalam membantu perekonomian keluarga
(Sajogyo, 1992).
Wanita disamping sebagai ibu rumah tangga juga berperan dalam peningkatan
pendapatan keluarga, besarnya kemampuan dalam memberi kontribusi terhadap
pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang dalam penelitian ini
dibatasi pada faktor upah, dan jumlah pendapatan suami (Munandar, 2003). Sebagai
sumber penghasilan dari kegiatan pencarian nafkah rumah tangga petani di pedesaan
nyatanya tidak saja melakukan pekerjaan di bidang pertanian, tetapi juga di bidang
lainnya seperti usaha dagang, kerajinan tangan, dan industri, perilaku tersebut
terdorong oleh karena pada dasarnya keadaan ekonomi keluarga yang kurang
memuaskan sehingga mendesak anggota keluarga termasuk istri untuk melakukan
pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah pendapatan keluarga.
15
Penambahan tenaga kerja sebagai akibat peledakan penduduk belum seluruhnya
dapat diserap oleh sektor-sektor pertanian, maka dalam menuju industrialisasi
pertanian, pembangunan industri pada umumnya dan industri kecil serta kerajinan
tangan pada khususnya di daerah pedesaan cukup mempunyai arti besar. Mendorong
perkembangan industri pedesaan terutama yang mengolah hasil pertanian dari bahan
mentah menjadi barang jadi dan setengah jadi, dapat menciptakan kenaikan produksi
dan kesempatan kerja (Gilarso, 1994)
2. Definisi Industri kecil
Definisi industri kecil masih mempunyai banyak arti, mengingat belum ada
hukum baku yang mengatur batasan industri kecil. Industri adalah usaha atau
kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi
yang memiliki nilai tambah yang mendapatkan keuntungan. Sedangkan pengertian
industri dalam undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang jadi atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang, bangunan dan perekayasa industri. Disisi lain pengertian industri
yang digunakan sebagai acuan oleh departemen perindustrian, yaitu industri adalah
rangkaian kegiatan ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, perubahan,
perbaikan, bahan baku atau barang setengah jadi menjadi barang yang lebih berguna
dan lebih bermanfaat untuk pemakaian dan usaha jasa yang menunjang kegiatan itu.
Menurut Siahaan (2000)
16
Berdasarkan BPS (2000) industri kecil didefinisikan sebagai industri pengolahan,
termasuk jasa industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5-19 orang termasuk
pengusaha, baik usaha berbadan hukum atau tidak, karakteristik industri kecil
menurut BPS (2000) adalah produksi yang sangat padat tenaga manusia, lebih banyak
didaerah pedesaan dan lebih berorientasi ke sektor pertanian, memakai teknologi
sederhana yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi serta fisik di pedesaan. Industri
kecil tetap mempunyai kedudukan yang penting dalam perekonomian dimasa
sekarang ini. Tidak kurang pentingnya, industi kecil juga memberikan manfaat sosial
yang berarti bagi perekonomian yaitu :
a. Bahwasannya indsutri kecil dapat menciptakan peluang yang luas dengan
pembiayaan yang sangat murah, hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat
keahlian dan daya dukung permodalan dari para pengusaha.
b. Industri kecil turut mengambil peran penting dalam peningkatan dan mobilisasi
tabungan domestik. Ini kemungkinan kenyataan bahwa industri kecil cenderung
memperoleh modal dari tabungan si pengusaha sendiri atau dari tabungan
keluarga atau kerabat.
c. Industri kecil memiliki kedudukan komplementer terhadap industri besar dan
sedang.
Sumber data pada umunya berasal dari uang pribadi, dan dapat memenuhi
kebutuhan pokok penduduk dengan penghasilan rendah. Pendapatan yang sama juga
dikemukakan oleh Tambunan (2004) bahwa industri kecil sangat penting sebagai
sektor yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal, karena harga
17
lebih murah dibandingkan industri-industri modern atau besar. Peran industri kecil
dalam penyerapan pekerja lebih besar dari pada industri besar,sehingga industri kecil
merupakan tumpuan harapan sebagian besar masyarakat perdesaaan yang dapat
memberikan peluang kerja, khususnya bagi industri rumah tangga petani berlahan
sempit. Selain itu bahwa sejak lama industri kecil telah memainkan peranan krusial
dalam ekonomi rumah tangga perdesaan yaitu membuka kesempatan kerja dan
berhubungan erat dengan perkembangan sektor pertanian.
Salah satu keuntungan adanya keterkaitan antara sektor pertanian dan industri
kecil adalah dapat menurunkan tingkat migrasi. Migrasi desa ke kota akan menurun
dan pendaptan meningkat jika sektor pertanian serta industri kecil dapat menciptakan
kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan menurut Todaro (2003).
Tenaga kerja yang bekerja di sektor informal jumlahnya sangat kecil, karena
pada umumnya tenaga kerja tersebut dari dalam keluarga (Hidayat, 1995:48).
Kecilnya jumlah tenaga kerja akan menyebabkan waktu berusaha semakin sempit.
Semakin sempitnya wajtu berusaha akan mengakibatkan tingkat pendapatan yang
mereka peroleh semakin kecil pula.
Karakteristik tenaga kerja sektor informal menurut Hidayat (1995:46-47) adalah
sebagai berikut : (1) Tenaga kerja sektor informal mudah keluar masuk pasar; (2)
Tidak memiliki ketrampilan yang memadai; (3) Biasanya sedikit tidak atau tidak
memiliki pendidikan formal dan; (4) Biasanya tenaga kerja dirangkap produsen
dengan dibantu tenaga kerja keluarga.
18
Pada umunya tenaga kerja yang bekerja pada sektor informal ini bukanlah
disebabkan oleh permintaan hasil pertumbuhan ekonomi, tetapi ditentukan oleh
jumlah angkatan kerja itu sendiri. Hal ini terjadi karena jumlah kesempatan kerja
tidak dapat menampung perkembangan angaktan kerja yang ada, sehingga
berkembangnya sektor informal merupakan bentuk dari pengangguran.
Timbulnya sektor informal terutama di negara-negara sebagai akibat kurangnya
penyediaan lapangan kerja di sektor formal. Sektor informal mulai menjadi perhatian
umum setelah diperkenalkannya oleh Keith Hart dalam suatu diskusi pengangguran
kesempatan kerja di daerah kota di Ghana yang diselenggarakan oleh Instituts of
Development Studies University of Susex pada bulan september 1971 (Soedarsono,
1992:58).
Istilah informal semakin berkembang dan banyak didefinisikan oleh para ahli,
tetapi diantara mereka belum ada kesepakatan pendapat dalam mendefinisikan sektor
tersebut. International Labour Organisation (ILO) mendefinisikan sektor informal
adalah sektor yang mudah dimasuki oleh pengusaha pendatang baru, menggunakan
sumber ekonomi dalam negeri, dimiliki oleh kelurga berskala kecil, menggunakan
teknologi padat karya dan teknologi yang disesuaikan, ketrampilan yang dibutuhkan
diperoleh diluar bangku sekolah, tidak diatur oleh pemerintah dan bergerak pada
dasar penuh persaingan (Prijono, 1992: 28).
Sektor informal merupakan sekmen perekonomian yang berciri menyediakan
kesempatan kerja serta barang dan jasa bagi kelompok tertentu penduduk kota. Para
pengusaha kelompok ini saling membeli barang produksinya satu sama lain dan
19
menyediakan kesempatan kerja terutama bagi anggota keluarga. Pelaku sektor
informal tidak menguasai input-input tertentu yang diperlukan dan tidak mempunyai
kekuasaan dalam pasar produksi yang biasanya dikuasai oleh sektor informal.
ciri-ciri sektor informal adalah sebagai berikut: (1) kegiatan usaha umunya sederhana
dan sangat tidak tergantung pada kerja sama banyak orang dan sistem pembagian
kerja yang ketat; (2) skala usaha relatif kecil; (3) usaha sektor informal umumnya
tidak mempunyai izin usaha seperti halnya dalam bentuk firma atau PT
Sumarsono,(2009).
Konsep sektor informal,yang pertama kali diperkenalkan oleh Hart (1973),
membagi secara tegas kegiatan ekonomi yang bersifat formal dan informal. Istilah
sektor informal oleh Keith Hart pada tahun 1971 dalam penelitiannya tentang unit-
unit usaha kecil di Ghana. Kemudian terminologi Hart tersebut digunakan oleh
sebuah misi ke Kenya yang diorganisirboleh ILO (international Labor Organization).
Misi tersebut berpendapat bahwa sektor informal telah memberika tingkat ongkos
yang rendah, padar karya, barang dan jasa yang kompetitif, dan memberikan
rekomendasi kepada pemerintah Kenya untuk mendorong sektor informal. ( Gilber
dan Josef Gugler, 1996).
Dalam laporan ILO tersebut dan dari berbagai penelitian tentang sektor informal
di Indoesia (Hidayat, 1978), telah menghasilkan sepuluh ciri pokok sebagai berikut :
1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit
usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor
formal.
20
2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.
3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.
4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.
5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor.
6. Teknologi yang di gunakan bersifat primitif.
7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif
kecil.
8. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan on-man-enter prises dan kalau
mengerjakan buruh berasal dari keluarga.
9. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau
dari lembaga keungan yang tidak resmi.
10. Hasil prosuksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat
kota/desa yang berpenghasilan menengah.
Sebenarnya pengertian tentang sektor informal telah ada suatu kesamaan
pandangan (konsensus) bahwa sektor informal diartikan sebagai unit-unit usaha yang
tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah.
Sedangkan unit-unit usaha yang mendapatkan proteksi ekonomi secara resmi dari
pemerintah disebut sebagai sektor formal. Proteksi ekonomi itu antara lain berupa
tarif proteksi, kredit dengan bunga yang relatif rendah, pembimbingan, penyuluhan,
perlindungan dan perawatan tenaga kerja, terjaminnya arus teknologi impor, hak
paten dan lain sebagainya.
21
Perekonomian di sektor informal relatif dapat lebih mandiri. Karena
pertumbuhan disektor formal secara langsung memperbaiki kesejahteraan golongan
ekonomi lemah, maka kemajuan dalam sektor informal sekaligus menaikkan
pendapatan nasional (meskipun tidak banyak), dan memperbaiki distribusi
pendapatan. Bila di sektor formal kurangnya permintaan dapat menyebabkan
kelesuan perekonomian, di sektor informal permintaan akan selalu kuat, sebab barang
dan jasa yang dihasilkan di sektor ini merupakan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat sehari-hari.
menggunakan status pekerjaan utama untuk pengelompokan sektor formal dan
sektor informal. Mereka yang berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, berusaha
dengan dibantu anggota rumah tangga, dan pekerja keluarga dimasukkan ke dalam
sektor informal. Sedangkan, mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan dan
berusaha dengan dibantu buruh tetap dimasukkan ke dalam sektor formal (Mulyadi S
:2008).
3. Teori Pendapatan
Pendapatan bukanlah istilah yang asing bagi masyarakat Indonesia. Semua orang
dari segala usia, status sosial, ekonomi dan budayapasti pernah mendengar atau
bahkan mengucapkan kata pendapatan. Di Indonesia, ada cukup banyak terminologi
yang dikaitkan dengan pendapatan. Seperti misalnya pendapatan keluarga,
pendapatan masyarakat, pendapatan per kapita, pendapatan daerah, hingga
pendapatan negara.
22
Setidaknya terdapat dua disiplin ilmu yang memiliki penafsiran tersendiri
mengenai pengertian pendapatan. Disiplin ilmu yang pertama adalah Ilmu Ekonomi
sedangkan yang kedua adalah disiplin Ilmu Akuntansi. Pengertian pendapatan
menurut Ilmu Ekonomi adalah nilai maksimum yang dapat dikonsumsi seseorang
dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode
seperti keadaan semula. Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi menitik
beratkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode.
Dengan kata lain, pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi menutup kemungkinan perubahan
lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode dan menekankan pada
jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara sederhana, pengertian pendapatan
menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
pendapatan bisa diartikan jumlah seluruh upah, gaji, laba, pembayaran bunga,
sewa dan bentuk pendapatan lain rumah tangga dalam periode waktu tertentu.
Sedangkan menurut Boediono (1982) pendapatan dapat didefinisikan hasil
“penjualan”nya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Dan sektor produksi ini “membeli” faktor-fakor produksi tersebut untuk digunakan
sebagai input proses produksi dengam harga yang berlaku dipasar faktor produksi.
23
Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ditentukan oleh tarik menarik antara
penawaran dan permintaan.Menurut Fair, (2007)
pendapatan (revenue) adalah suatu pertambahan assets yang mengakibatkan
bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari
pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan assets yang disebabkan karena
bertambahnya liabilities. Definisi ini menjelaskan bahwa suatu pertambahan assets
dapat disebut revenue apabila pertambahan assets tersebut berasal dari kontra prestasi
yang diterima perusahaan atas jasa-jasa yang diberikan kepada pihak lain.
Selanjutnya, pertambahan atau peningkatan assets akan mengakibatkan
bertambahanya owners equity. Menurut Munandar dalam Subono, (2013)
pendapatan seseorang dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan nominal
dan pendapatan riil. Pendapatan nominal merupakan pendapatan yang diterima oleh
seseorang dalam jumlah nominal. Sedangkan pendapatan riil merupakan pendapatan
yang jumlahnya telah dideflasikan dengan perubahan harga barang dan jasa.
Pendapatan riil merupakan indikator yang paling realistis digunakan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan seseorang. Menurut Waluyo, (2013)
4. Kontribusi Pendapatan
Kontribusi pendapatan adalah sumbangan nilai hasil yang diterima sebagai
imbalan dari anggota rumah tangga yang bekerja (Soekartawi cit Sukiyono dan
Sriyoto, 1997). Kontribusi tenaga kerja wanita diperhitungkan berdasarkan
perbandingan antara pendapatan rumah tangga dari kerja diluar pertanian dengan
24
pendapatan total rumah tangga. Besar pendapatan total rumah tangga ditentukan oleh
pendapatan dari sektor pertanian, pendapatan diluar sektor pertanian, dan pendapatan
bukan upah (Sukiyono dan Sriyoto, 1997). Sumbangan pendapatan dari kerja
rumahan tidak boleh diremehkan, mengingat ada yang rata-rata 45 % pendapatan
rumah tangga berasal dari upah kerja perempuan buruh rumahan. Pendapatan
tertinggi sebagai pekerja perempuan mencapai 90 % pendapatan rumah tangga.
Kontribusi adalah segala sesuatu yang diterima oleh seseorang setelah
melakukan berbagai usaha yang memberi dampak masukan sumberdaya (benda)
maupun uang. Manfaat menghitung nilai kontribusi tersebut berguna sebagai dasar
untuk mengetahui seberapa besar peranan usaha yang selama ini dikerjakan oleh
seseorang terhadap pendapatan dan akhirnya dapat diandalkan untuk sumber
penghasilan. Perkembangan usahatani di suatu wilayah akan memberikan kontribusi
secara langsung maupun tidak langsung terhadap pendapatan daerah di wilayah
tersebut (Hidayatullah, 2011).
5. Teori Upah dan Produktivitas
Sistem pengupahan di suatu negara didasarkan kepada falsafah atau sistem
perekonomian negara tersebut. Teori yang mendasari sistem pengupahan pada
dasarnya dibedakan menurut dua ekstrem yaitu :
a. Berdasarkan ajaran Karl Marx mengenai nilai dan pertentangan kelas.
b. Berdasarkan pada teori pertambahan produk marjinal berlandaskan asumsi
perekonomian bebas. Sistem pengupahan dari ekstrim pertama pada umumnya
25
dilaksankan di negara-negara penganut paham komunis, sedangkan sistem
pengupahan ekstrim kedua pada umumnya dipergunakan di negara-negara yang
digolongkan kapitalis.
Ajaran Karl Marx menyatakan bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai
ekonomi. Nilai suatu barang tergantung nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja
yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi dari pandangan ini
adalah :
a. Harga barang berdeba menurut jumlah jasa butuh yang dialokasi untuk
keseluruhan proses produksi barang tersebut.
b. Jumlah jam kerja yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang
adalah hampir sama. Oleh sebab itu hargannya dibeberapa tempat hampir
sama.
c. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian
buruh (pekerja) yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional
tersebut.sistem pengupahan dan pelaksanaanya berdaarkan pandangan Karl
Maxr adalah sebagai berikut : Kebutuhan konsumsi tiap-tiap orang macam dan
jumlahnya hampir sama. Nilai(harga) setiap barang hampir sama, maka upah
tiap-tiap oarangb hampir sama.
Sistem penguapahan menurut teori Karl Marx didasarkan pada teori nilai dan
asas pertengtangan kelas. Pada dasarnya pendapat Karl Marx bahwa hanya buruh
yang merupakan sumber nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang
digunakan untuk memproduksi semua barang. Sedangkan dari pendapat lainnya dari
26
teori Karl Marx adalah pertentangan kelas yang artinya bahwa kapitalis selalu
berusaha menciptakan barang barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh.
Akibatnya adalah pengangguran besar-besaran sehingga menurunkan upah untu itu
tiada jalan lain bagi buruh kecuali untuk menjadi milik bersama.
Implikasi dari pandangan teori ini adalah : Harga barang berbeda menurut jumlah jasa
buruh yang dialokasikan untuk seluruh proses produksi barang tersebut.
1. Jumlah jam kerja yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang
adalah hampir sama. Oleh sebab itu hargannya di beberapa tempat terjadi kira-
kira sama.
2. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian
hanya buruh (pekerja) yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional
tersebut.
Sedangkan implikasi dari teori pertengan kelas:
1. Kebutuhan konsumsi tiap-tiap orang macam dan jumlahnya sama. Nilai setiap
barang yang sama adalah juga sama walaupun berbeda tempat sehingga upah
yang hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dari buruh sebagai
pelaksanaan fungsi sosial.
2. Sistem pengupahan tidak mempunyai fungsi pemberikan insentif untuk
menjamin peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional dan,
3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang
betul-betul mau kerja menurut kemampuannya sehingga memerlukan
sentralisasi kekuasaan dan sistem paksaan.
27
Sistem pengupahan ini dikatakan hanya terdapat pada masyarakat impian (utopia)
karena dalam sistem ini banyak faktor faktor yang tidak diperhitungkan sehingga
tidak mungkin sistem ini dijalankan secara murni.
6. Teori Produksi
Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi
tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukan
proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan
tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta
kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of production).
Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar
nilai barang tersebut sebagai faktor-faktor produksi (Sukirno, 2010).
Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga
kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan. Di dalam teori ekonomi, di dalam
menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan dalam tiga faktor produksi yang
belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan) adalah tetap
jumlahnya. Hanya tenaga kerja dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah
jumlahnya. Dengan demikian, di dalam menggambarkan hubungan di antara faktor
produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang digambarkan
adalah hubungan diantara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi
yang dicapai.
28
Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti yang
berikut.
Q = f ( K, L, R, T)
Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini
meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan, R adalah kekayaan
alam, T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah
produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu
secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat
produksi.
Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya
berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, jumlah
tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang di gunakan. Jumlah
produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor
produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Di samping itu, untuk satu
tingkat produksi tertentu, dapat pula digunakan gabungan faktor yang berbeda.
Sebagai contoh, untuk memproduksi jumlah hasil pertanian tertentu perlu digunakan
tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan pupuk tidak digunakan, tetapi luas
tanah bisa di kurangi apabila pupuk dab bibit unggul dan teknik bercocok tanam
modern digunakan. Dengan perbandingan berbagai faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah barang tertentu dapat ditentukan gabungan faktor produksi
yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang tersebut.
29
Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua
pendekatan berikut:
1. Teori produksi dengan satu faktor berubah.
2. Teori produksi dengan dua faktor berubah.
Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata Dan Produksi Marginal.
Antara produksi total, produksi rata-rata, dan produksi marginal dapat
digambarkan secara grafik, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.
Kurva TP adalah kurva produksi total. Ia menunjukkan antara jumlah produksi dan
jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Bentuk
TP cekung keatas apabila tenaga kerja yang di gunakan masih sedikit (yaitu apabila
tenaga kerja kurang dari 3). Ini berarti tenaga kerja adalah masih kekurangan kalau
dibandingkan dengan.
Sumber : Sukirno, 2010
Gambar 2.1 Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal.
TP
AP
MP 8
0
520
410
270
3 4
Tahap I Tahap II Tahap III
30
Faktor produksi lain (dalam contoh faktor produksi lain tersebut adalah tanah)
yang di anggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan yang seperti itu produk marginal
bertambah tinggi, dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP (yaitu kurva produksi
marginal ) yang menarik. Setalah menggunakan empat tenaga kerja, pertambahan
tenaga kerja selanjutnya tidak akan menambah produksi total secepat seperti
sebelumnya. Keadaan ini di gambarkan oleh (i) kurva produksi marginal (kurva MP)
yang menurun, dan (ii) kurva produksi total (kurva TP) yang mulai berbentuk
cembung ke atas.
Sebelum tenaga kerja yang digunakan melebihi 4, produksi marginal adalah lebih
tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata, yaitu kurva AP,
akan bergerak ke atas atau horizontal. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi
rata-rata bertambah tinggi atau tetap. Pada waktu 4 tenaga kerja digunakan kurva
produksi marginal memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut
kurva produksi rata-rata menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa produksi
rata-rata semakin merosot. Perpotongan di antara kurva MP dan kurva AP
menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata
mencapai tingkat yang paling tinggi.
Tahap ketiga dimulai pada waktu 9 tenaga kerja digunakan. Pada tingkat tersebut
kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kuva tersebut berada di bawah
sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka
yang negatif. Kurva produksi total (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang
menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak
31
tenaga kerja digunakan. Keadaan dalam tahap ketiga ini menunjukkan bahwa tenaga
kerja yang digunakan adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efisien.
Sukirno, (2010)
faktor produksi merupakan hal yang mutlak dalam proses produksi karena tanpa
faktor produksi kegiatan produksi tak dapat berjalan. Fungsi produksi
menggambarkan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau
suatu perekonomian secara keseluruhan. Disamping itu suatu fungsi produksi akan
menggambarkan kepada kita tentang metode produksi yang efisien secara teknis,
dalam arti metode produksi tertentu kuantitas bahan mentah yang digunakan adalah
minimal dan barang modal yang lainpun juga minimal. Metode produksi yang efisien
merupakan hal yang sangat diharapkan oleh produsen. Secara umum fungsi produksi
menunjukkan bahwa jumlah barang, produksi tergantung pada jumlah faktor produksi
yang digunakan. Jadi hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan
faktor produksi merupakan variabel bebas. Menurut Nuraini, (2013)
7. Teori Pengaruh Umur, Jumlah Produksi dan Lama Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya upah tenaga kerja, yaitu :
1. Umur
Umur tenaga kerja cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan suatu
pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga kerja yang
32
berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga
kerja berumur muda mempuyai kemampuan fisik yang kuat (Amron, 2009).
Pengalaman kerja tercemin dari pekerja yang memiliki kemampuan bekerja pada
tempat lain sebelumnya. Semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh seorang
pekerja akan membuat pekerja semakin terlsatih dan terampil dalam melaksanakan
pekerjaannya (Amron, 2009). Adanya tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja
diharapkan memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Semakin lama
seseorang dalam pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya maka diharapkan akan
mampu meningkatkan produktivitasnya. Maka dapat dikatakan bahwa pengalaman
kerja memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.
2. Masa kerja
Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991)
menyatakan bahwa, masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang
akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia (1984), pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau
proses yang pernah di alami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Masa kerja menunjukan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing
pekerjaan atau jabatan. Kreitner dan Kinicki (2004) menyatakan bahwa, masa kerja
yang lama akan cenderung membuat seseorang pegawai lebih merasa betah dalam
suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan
lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa nyaman
33
dengan pekerjaanya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dan intansi
atau perusahaan mengenai jaminan hidup di hari tua. Karyawan merasa bahwa
semakin lama mereka bekerja disuatu perusahaan akan menjadi kehidupan mereka
menjadi lebih baik dari segi upah dan jaminan masa depan.
Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih marasa
betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantarannya karena telah
beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan
merasa nyaman dengan pekerjaannya. Hubungan dari masa kerja dengan upah kerja
adalah bahwa semakin lama seorang pekerja bekerja pada perusahaan tersebut, maka
dia akan semakin dihargai oleh perusahaannya dan upah bagi perusahaan itu juga
akan berkorelasi dengan masa pengabdiannya sehingga mengalami peningkatan
menurut Kreitner dan Kinicki (2004) .
3. Kuantitas produksi
Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat
produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan.
Konsep utama yang dikenal dalam teori ini adalah memproduksi output semaksimal
mungkin dengan input tertentu, serta memproduksi sejumlah output tertentu dengan
biaya produksi seminimal mungkin.
Untuk menghasilkan jumlah output tertentu, perusahaan menentukan kombinasi
pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap perusahaan yang
melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka
panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam
34
jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed
input).
Dalam jangka pendek tersebut perusahaan tidak dapat menambah jumlah faktor
produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap misalnya modal
seperti mesin dan peralatannya, bangunan perusahaan dan lain-lain. Sedangkan dalam
jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Berarti dalam
jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang
diperlukan. Dalam jangka panjang perusahaan dapat melakukan penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Dalam ekonomi, konsep jangka pendek
mengacu pada kondisi dimana minimal terdapat satu input yang bersifat tetap
jumlahnya. Jangka panjang adalah periode waktu dimana seluruh input bersifat
variabel. Jangka waktu ini tidak ada hubungannya dengan periode waktu yang biasa
kita kenal (tahun, bulan, hari) namun berkaitan dengan perusahaan dan sumber daya
yang dibicarakan. Dalam suatu industri mungkin jangka pendek berarti satu bulan
namun industri lain mungkin satu tahun.
Jangka Waktu Produksi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Jangka Pendek (short run). Yaitu jangka waktu ketika input variabel dapat di
sesuaikan namun input tetap tidak dapat disesuaikan, dan
2. Jangka Panjang (long run) merupakan satu waktu dimana seluruh input
variabel maupun tetap yang digunakan perusahaan dapat diubah. Adapun
tujuan dari perbedaan jangka waktu atau periodisasi dalam produksi adalah
untuk meminimumkannya biaya produksi.
35
Dalam jangka pendek perusahaan memiliki input tetap dan menentukan berapa
banyaknya input variabel yang harus dipergunakan. Untuk membuat keputusan,
pengusaha akan memperhitungkan seberapa besar dapat penambahan input variabel
terhadap produksi total misalnya input variabelnya adalah tenaga kerja dan input
tetapnya adalah modal. Apabila tenaga kerja yang dipergunakan sebanyak 0, produksi
juga nol. Ini berarti proses produksi tidak akan menghasilkan output apabila hanya
mempergunakan satu macam input. Apabila jumlah tenaga kerja yang dipergunakan
semakin banyak, maka output meningkat.
C. Kerangka Pemikiran
Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan terdahulu, maka pada
bagian ini akan diuraikan beberapa hal untuk dijadikan landasan berfikir untuk
kedepannya. Landasan yang dimaksud akan lebih mengarahkan penulis untuk
menemukan data atau informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang
telah dijelaskan sebelumnya.
36
Untuk itu maka penulis menggambarkan skema pada gambar 2.2 sebagai berikut.
Sumber : Ilustrasi Peneliti, 2017
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran analisis pendapatan tenaga kerja wanita pada
home industri kripik pisang di Kecamatan Tempursari Kabupaten
Lumajang.
D. Perumusan Hipotesis
H0 = Di duga Umur, Jumlah Produksi dan Lama Kerja tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan tenaga kerja.
H1 = Di duga Umur, Jumlah Produksi dan Lama Kerja berpengaruh signifikan
terhadap pendaptan tenaga kerja wanita.
Umur (X1)
Pendapatan Tenaga Kerja
(Y)
Jumlah Produksi (X2)
Lama Kerja (X3)