BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf ·...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf ·...
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menurut Ridley, (1986) adalah
suatu kondisi yang sehat dan aman dalam sebuah pekerjaan, menjamin
keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya, perusahaan, dan bagi lingkungan
sekitar tempat kerja.
Tujuan utama dalam penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.
Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat di
wujudkan melalui pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja agar tenaga kerja
bisa terhindar dari risiko kecelakaan kerja, karena setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya, seperti yang
dinyatakan dalam pasal 86 Undang – Undang RI No. 13 tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa :
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlndungan atas :
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan kesusilaan, dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martbat manusia serta nilai-nilai
agama.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna meujudkan produktivitas
kerja optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), keselamatan dan kesehatan
kerja terdiri dari dua komponen, yaitu keselamatan yang merupakan keselatan
yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan dari kesehatan kerja yang
5
merupakan penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang
optimal.
Di dalam UU.K-3 No. 1 tahun 1970 ditegaskan :
a. Setiap tenaga kerja mendapatkan perlindungan atas keselamatannya, dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktivitas nasional.
b. Bahwa setiap orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya.
c. Setiap sumber produksi perlu dipelihara, sehingga dapat dipakai secara aman
dan efisien.
2.2 Alat Pelindung Diri
2.2.1 Alat Pelindung Mata dan Muka
Pelindung mata dan wajah dibagi atas perlindungan primer berupa
kacamata melindungi dari obyek yang terbang dan pelindung sekunder merupakan
kombinasi pelindung wajah kaca mata atau gogel. Persyaratan alat pelindung mata
dan wajah yaitu :
a. Memenuhi Amerika National Standars Institute : ANSI Z87.1-1989
b. Karyawan berkacamata atau lensa preskripsi wajib mengenakan pelindung
mata (safety glasses). Tabel 2.1 Penilaian Bahaya pada Mata dan Wajah
Bahaya Tipe Bahaya Jenis Kerjaan Terkait Tubrukan Benda terbang seperti
serpihan besar, potongan, partikel, pasir dan lumpur.
Memotong, menggerinda, memperbaiki mesin, pertukangan batu, kayu, menggergaji, mengebor, mengeling, menghambur pasir.
Panas Apapun yang mengeluarkan panas yang ekstrim.
Pengoperasian tungku, penuangan logam, pembenaman panas, pengelasan.
6
Bahaya Tipe Bahaya Jenis Kerjaan Terkait Bahan Kimia Percikan, asap, uap dan
kabut yang menimbulkan iritasi.
Penanganan asam dan bahan kimia, degreasing, penyepuhan, dan bekerja dengan darah A
Debu Debu berbahaya Bekerja dengan kayu, pengilapan, dan kondisi berdebu secara umum.
Radiasa Optik Energi radian, silauan, dan sinar yang kuat.
Pengelasan, pemotonga-
torch, pematrian, penyoderan dan kerja laser.
Jenis alat pelindung mata dan wajah yaitu:
a. Goggles
Goggles melindungi mata dengan karateristik terpasang dekat wajah dan
mengitari area mata. APD ini melindungi lebih baik jika terjadi kecelakaan seperti
percikan cairan, uap logam uap, serbuk dan debu agar tetap aman dan kecelakaan
dapat diminimalkan.
Sumber : Google
Gambar 2.1 Goggles
b. Face Shield
Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering
digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia atau partikel yang
melayang. Peralatan ini hanya melindungi wajah sehingga pemakaian safety
glasses pengaman harus dikombinasi.
Sumber : PT. Swadaya Graha
Gambar 2.2 Face Shield
7
c. Welding Helmets
Alat pelindung wajah yang lain adalah welding helmets (topeng las)
berfungsi memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Welding Helmets
digunakan pada proses pengelasan yang berfungsi sebagai pelindung sekunder
untuk melindungi diri dari UV, panas dan tubrukan.
Sumber : Google
Gambar 2.3 Welding Helmets
d. Masker Wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau,
menyengat, dan debu. Jenis-jenis maker disajikan pada Gambar 2.5
Sumber : Google
Gambar 2.4 Masker Wajah
2.3 Perancangan dan Pengembangan Produk
- Tantangan Pengembangan Produk
Usaha pengembangan produk merupakan usaha yang menyeluruh dan
komplek. Hanya sedikit perusahaan mampu meraih kesuksesan yang dicapai lebih
dari separuh waktu pengembangan. Kenyataan ini menunjukkan tantangan yang
berat bagi tim pengembang produk. Beberapa hal yang membuat usaha
pengembangan produk cukup menantang adalah (Ulrich-Eppinger, 2001) :
a. Trade-offs, seperti halnya pesawat terbang dapat dibuat lebih ringan, tetapi
tindakan ini akan meningkatkan biaya manufaktur. Salah satu aspek yang
paling sulit pada pengembangan produk adalah mengetahui, memahami dan
8
mengendalikan pertentangan (trade-offs) seperti pada kasus pesawat terbang
tersebut.
b. Dinamika, seiring dengan perkembangan teknologi, selera konsumen berubah,
kompetitor meluncurkan produk baru dan kondisi lingkungan makro ekonomi
berubah. Bagaimana mengambil keputusan dalam lingkungan yang secara
konstan yang selalu berubah merupakan tantangan yang berat.
c. Lengkap, menyangkut pilihan apakah akan menggunakan baut atau katup yang
pas pada bagian penutup komputer akan mempunyai implikasi ekonomi yang
cukup besar. Proses pengembangan produk akan menjumpai banyak
permasalahan menyangkut kelengkapan seperti ini.
d. Tekanan waktu, yaitu setiap kesulitan dapat dengan mudah dikendalikan
apabila tersedia cukup waktu, namun seringkali keputusan dalam proses
pengembangan produk harus diambil dengan cepat tanpa informasi yang
lengkap.
e. Faktor ekonomi, dimana pengembangan produk baru, produksi dan pemasaran
produk baru membutuhkan investasi yang besar. Untuk memperoleh
pengembalian yang layak untuk investasi tersebut produk yang dihasilkan
harus menarik bagi pelanggan dan relatif tidak mahal untuk diproduksi.
- Fase Pengembangan Produk
Gambar 2.5 Enam fase proses perancangan dan pengembangan produk (Ulrich-Eppinger, 2001).
Sebagaimana ditunjukan pada gambar 1, secara umum proses
pengembangan produk dibagi menjadi enam tahapan (fase) pengembangan
produk. Enam fase tersebut adalah (Ulrich-Eppinger, 2001) :
Fase 1 Pengembangan Konsep
Fase 0 perencanaan
Fase 4 Pengujian & Perbaikan
Fase 3 Perancangan Rinci
Fase 2 Perancangan tingkat system
Fase 5 Peluncuran produk
9
1. Fase 0. Perencanaan
Pada fase ini dilakukan kegiatan perencanaan yang sering dirujuk sebagai
’zerofase’, yaitu kegiatan pendahuluan yang meliputi persetujuan proyek dan
proses peluncuran pengembangan produk aktual.
2. Fase 1. Pengembangan Konsep
Pada fase ini, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif-alternatif
konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih
untuk pengembangan dan percobaan pada fase-fase berikutnya.
3. Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem
Fase ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi
subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Gambaran rakitan akhir
untuk sistem produksi didefinisikan dalam fase ini. Output dari fase 2 ini
mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap
subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses
rakitan akhir (assembly).
4. Fase 3. Perancangan Rinci
Dalam fase ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan
toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi
seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses
dinyatakan dan peralatan produksi dirancang untuk tiap komponen yang dibuat
dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian
untuk produk, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana
proses untuk pabrikasi dan perakitan produk.
5. Fase 4. Pengujian dan Perbaikan
Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi
produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) dibuat menggunakan komponen-
komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya,
namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan
yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji
untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang
direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan
10
(spesifikasi/kualitas) konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) dibuat
dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak
dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan
sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh
konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe
beta adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan
dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik
untuk produk akhir
6. Fase 5. Peluncuran Produk
Fase ini dikenal juga sebagai fase produksi awal. Pada fase ini produk
dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari
produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan
permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya.
Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal, akan disesuaikan
dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk
mengidentifikasikan kekurangan-kekurangan yang timbul. Peralihan dari
produksi awal menjadi produksi sesungguhnya berjalan melalui tahap demi
tahap. Pada beberapa titik dalam masa peralihan ini, produk diluncurkan dan
mulai disediakan untuk didistribusikan.
2.3.1 Proses Perencanaan Produk
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,
pengarang mengusulkan lima tahapan proses berikut (Ulrich-Eppinger, 2001) :
1. Mengidentifikasi Peluang-peluang
Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang
pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal
dari beberapa sumber, diantaranya :
- Personal pemasaran dan penjualan
- Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi
- Tim pengembangan produk saat ini
- Manufaktur dan operasional organisasi
11
- Pelanggan sekarang atau potensial
- Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan partner-partner bisnis
Beberapa peluang dikumpulkan secara pasif, namun kami juga
merekomendasikan agar perusahaan juga secara eksplisit berusaha untuk
mencari peluang.
2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek-Proyek
Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang-peluang produk baru
secara fundamental meliputi :
- Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata)
- Tingkat pertumbuhan pasar (persen per-tahun)
- Intensitas persaingan (jumlah pesaing-pesaing dan kekuatan-kekuatan
mereka)
- Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai pasar yang telah ada
- Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai teknologi yang telah ada
- Kesesuaian dengan produk-produk perusahaan lainnya
- Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan
Sementara kriteria-kriteria ini sebagian berguna dalam mengevaluasi
peluang produk baru secara fundamental, kriteria-kriteria ini juga digunakan
untuk mengevaluasi peluang produk. Kriteria-kriteria ini dapat digunakan pada
matriks penyaringan (screening) untuk mengevaluasi keseluruhan daya tarik
dan tipe-tipe resiko untuk beberapa peluang yang tersedia.
3. Mengalokasikan sumber daya dan merencanakan penentuan waktu
Dengan memperkirakan banyak sumberdaya yang dibutuhkan untuk tiap
proyek dakam rencana bulan-an, tiga bulan-an, atau tahunan membuat
organisasi harus menghadapi kenyataan bahwa sumber daya mereka terbatas.
Dalam kebanyakan kasus, sumberdaya utama yang diatur merupakan usaha
dari staf pengembangan, biasanya ditekankan dalam jam kerja orang atau jam
kerja bulanan orang. Sumberdaya kritis yang lainnya juga membutuhkan
perencanaan yang hati-hati, seperti pemodelan fasilitas bengkel seperti
peralatan prototype, lini produksi awal, fasilitas pengujian, dsb. Perkiraan
kebutuhan sumberdaya pada tiap periode dapat dibandingkan dengan
12
ketersediaan sumberdaya untuk menghitung keseluruhan rasio penggunaan
kapasitas.
Dalam menentukan waktu dan urutan proyek, kadang digunakan istilah
manajemen pipa (pipeline management), yang harus mempertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut (Ulrich-Eppinger, 2001) :
- Penentuan waktu pengenalan produk : Biasanya makin cepat suatu produk
dibawa kepasar adalah makin baik. Yang mana, dengan meluncurkan suatu
produk sebelum kualitasnya memadai dapat merusak reputasi perusahaan.
- Kesiapan teknologi : Kekuatan teknologi yang digunakan memainkan
peran kritis dalam proses perencanaan. Dapat dibuktikan bahwa teknologi
yang kuat dapat diintegrasikan dengan produk secara lebih cepat dan
handal.
- Kesiapan pasar : Langkah-langkah pengenalan produk menentukan apakah
lebih baik sesegera mungkin mengadakan produk dan baru kemudian
menjualnya sebanyak mungkin atau apakah mereka harus membeli produk
yang umurnya panjang pada harga awal yang tinggi. Dengan melakukan
perbaikan terlalu cepat dapat membuat frustasi pelanggan yang ingin untuk
menggunakan lebih lama, diphak lain, dengan menawarkan produk baru
terlalu lambat akan berisiko tertinggal oleh para pesaing.
- Persaingan : Penawaran produk yang telah mengantisipasi produk pesaing
akan mempercepat waktu proyek pengembangan.
4. Menyelesaikan perencanaan proyek pendahuluan
Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi
pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang
lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasai opersional
tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat
pada suatu pernyataan misi (mission statement). Pernyataan misi mungkin
mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut :
Uraian Produk Ringkas (Satu Kalimat) : Uraian ini mencakup manfaat
produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan
13
konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa pernyataan visi
produk.
Sasaran Utama Bisnis : sebagai tambahan sasaran proyek yang
mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup
waktu, biaya, dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan
produk, performasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar)
Pasar target untuk Produk : Terdapat beberapa pasar target untuk
produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua
yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.
Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha
pengembangan : Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati,
meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk,
mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola.
Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan
mengenai asumsi dan batasan.
Stakeholder : Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh
stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi
oleh keberhasilan dan kegagalan produk.
Tabel 2.2 Contoh pernyataan misi proyek Lakes Pernyataan Misi : Mesin Pencatatan Untuk Kantor Yang Multifungsi Uraian Produk Dapat bersifat jaringan, mesin digital dengan
kemampuan fungsi memperbanyak, pencetakan, fax, dan scan.
Sasaran Bisnis Utama Mendukung strategi Xerox dalam kepemimpinan peralatan kantor digital.
Menyediakan platform untuk seluruh produk-produk digital B & W dan solusi masa mendatang
Mencapai 50% penjualan produk digital pada pasar utama
Ramah lingkungan Perkenalan produk yang pertama dilakukan
kuartal keempat tahun 1997
14
Pasar Utama Departemen-departemen kantor, volume menengah (40-65 pm, diatas rata-rata 42000 copy/bulan)
Pasar Kedua Pasar pencetakan cepat Operasional satelit kecil
Asumsi-asumsi dan Batasan-batasan
Platform produk baru Teknologi bayangan digital Kompatibel dengan software centreware Peralatan input dibuat di canada Peralatan output dibuat di Brazil Mesin pemroses bayangan dibuat di USA dan
Eropa Stakeholder Pembeli dan pengguna
Operasional manufaktur Operasional jasa Distributor & penjual kembali
2.3.2 Pengembangan Konsep
Inti dari perencanaan desain adalah terletak pada pengembangan konsep.
Crawford mengemukakan bahwa konsep desain adalah kombinasi antara lisan,
tulisan, dan atau bentuk prototipe yang akan dilakukan perbaikan dan bagaimana
pelanggan menunjukkan keuntungan / kerugiannya.
Dalam fase pengembangan konsep ini, suatu proses pengembangan konsep
membutuhkan lebih banyak koordinasi terhadap bagian-bagian terkait dalam tim
pengembangan produk dibandingkan dengan fase-fase yang lain. Secara umum
proses pengembangan konsep ini dapat diperhatikan sebagai suatu kegiatan yang
saling berhubungan, seperti terlihat pada gambar 2.7.
15
Gambar 2.6 Tahap pengembangan konsep, terdiri dari berbagai kegiatan awal hingga
akhir (Ulrich-Eppinger, 2001).
Sebagaimana ditunjukan pada gambar 2, proses pengembangan konsep
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Ulrich-Eppinger, 2001):
1. Identifikasi kebutuhan pelanggan
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan konsumen dan
mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembangan. Output dari
langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun
rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot kepentingan untuk
tiap kebutuhan.
Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan pelanggan tersebut adalah
untuk :
16
a. Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan konsumen.
b. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak
terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit.
c. Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.
d. Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting yang terlupakan.
e. Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan konsumen diantara
anggota tim pengembang.
Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah adalah sebuah proses yang
dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
a. Mengumpulkan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan.
Tiga metode yang biasa digunakan adalah :
o Wawancara : Satu atau lebih anggota tim pengembang berdiskusi mengenai
kebutuhan dengan seorang pelanggan. Wawancara biasanya dilakukan
dilingkungan pelanggan dan berlangsung sekitar 1 – 2 jam.
o Kelompok Diskusi : Moderator memfasilitasi suatu diskusi kelompok yang
disebut kelompok fokus selama 2 jam. Kelompok ini terdiri dari 8 – 12
orang pelanggan.
o Observasi Produk pada Saat Digunakan : Mengamati pelanggan
menggunakan produk atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan
produk tersebut diciptakan, dapat memberikan informasi yang penting
mengenai kebutuhan pelanggan.
Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah,
biasanya dalam kolom/ lembaran pernyataan pelanggan (customer statement),
dan seringkali dilepngkapi rekaman video atau foto. Tabel 2.10 menunjukkan
suatu template yang digunakan untuk mengorganisasikan bahan mentah.
17
Tabel 2.3 Pernyataan Pelanggan
Pelanggan : Bill Espotito Pewawancara : Jonathan dan Lisa Alamat : 100 Memorial Drive Tanggal : 19 Desember 1999 Telepon : 617-864-1274 Sekarang Menggunakan : Craftsman Model A3 Apakah anda bersedia di follow-up : Ya Jenis Penggunaan : Untuk pemeliharaan gedung Pertanyaan Pernyataan Pelanggan Intepretasi kebutuhan Penggunaan tertentu
Saya perlu mengoperasikan sekrup dengan cepat, lebih cepat daripada dengan tangan
Obeng mampu menyekrup lebih cepat daripada dengan tangan
Saya kadang-kadang melakukan pekerjaan menyekrup, menggunakan sekrup untuk lembaran logam
Obeng membantu mendorong sekrup untuk lembaran logam pada pekerjaan menyekrup
Terdapat banyak peralatan listrik seperti penutup switch, outlet listrik, kipas angin dan peralatan rumah tangga
Obeng dapat digunakan untuk memasang sekrup pada peralatan rumah tangga
Hal – hal yang disukai terhadap alat yang sekarang
Saya menyukai gagang/ genggaman pistil, kelihatan nya bagus
Obeng nyaman untuk dipegang
Saya menyukai ujung yang diberi magnet
Magnet pada obeng menahan posisi sekrup sebelum di dorong
Hal – hal yang tidak disukai terhadap alat yang sekarang
Saya tidak suka ketika ujung alat meggelincir/ menjatuhkan sekrup
Ujung obeng tetap tinggal pada kepala sekrup tanpa tergelincir
Saya ingin alat bisa dikunci sehingga saya dapat menggunakannya tanpa baterai
Pengguna dapat menerapkan alat secara manual untuk membantu mendorong sekrup
Tidak bisa mendorong sekrup pada kayu yang keras
Obeng dapat mendorong sekrup pada kayu yang keras
Kadang-kadang saya merusak kepala sekrup
Obeng tidak merusak kepala sekrup
Usulan perbaikan Suatu tambahan komponen yang memungkinkan saya mencapai ke dalam lubang yang sempit
Obeng dapat mengakses sekrup pada ujung lubang yang dalam dan sempit
Bagaimana saya dapat membersihkan/ menghilangkan pelapis (cat) dari sekrup
Obeng memungkinkan pengguna untuk bekerja dengan sekrup yang telah dilapisi/ dicat diatasnya
Sangat menyenangkan bila saya dapat menggali lubang kecil
Obeng dapat digunakan untuk membuat lubang pada material
18
b. Mengintepretasikan Data Mentah Menjadi Kebutuhan Pelanggan
Contoh mengilustrasikan setiap petunjuk dalam mengintepretasikan
kebutuhan pelanggan : Tabel 2.4 Ilustrasi yang mencontohkan cara penulisan pernyataan kebutuhan pelanggan
Tuntunan Pernyataan pelanggan Pernyataan kebutuhan yang benar
Pernyataan kebutuhan yang salah
Apa bukan bagaimana
Mengapa anda tidak meletakkan lapisan pelindung disekitar kontak baterai obeng?
Baterai obeng dilindungi dari kontak pendek
Kontak baterai obeng dilindungi dengan pintu geser dari plastik
Spesifik Saya sering menjatuhkan obeng saya
Obeng dapat beroperasi dengan normal setelah jatuh berkali-kali
Permukaan obeng dibuat kasar
Positif tidak negatif Tidak masalah jika hujan saya perlu bekerja diluar rumah pada hari sabtu
Obeng dapat beroperasi dengan normal pada saat hujan
Obeng tidak rusak saat hujan
Atribut dari produk Saya suka jika dapat mengisi ulang baterai obeng dari alat pemantik rokok
Baterai obeng dapat di isi ulang dari api rokok di dalam mobil
Adaptor pemantik rokok di dalam mobil dapat mengisi ulang baterai obeng
Hindari harus dan mesti
Saya benci jika saya tidak tahu berapa banyak lagi isi baterai obeng yang masih tersisa
Obeng dilengkapi indikator tingkat energi baterai
Obeng harus dilengkapi indikator tingkat energi baterai
c. Mengorganisasikan Kebutuhan Menjadi Hirarki
Tahap -tahap mengorganisasikan kebutuhan menjadi daftar hirarki :
- Tuliskan setiap pernyataan kebutuhan pada kartu-kartu atau secarik kertas
yang terpisah
- Kurangi pernyataan kebutuhan yang sama atau tidak dibutuhkan lagi
- Kelompokkan kartu-kartu berdasarkan kesamaan kebutuhan yang
diekspresikan
d. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan
Bobot kepentingan setiap kebutuhan dapat diungkapkan dengan beberapa
cara yaitu nilai rata-rata, standar deviasi, atau jumlah respon untuk setiap
kategori kepentingan. Respon ini kemudian digunakan untuk menilai bobot
19
kepentingan setiap pernyataan kebutuhan. Skala 1-5 dapat digunakan untuk
menilai kepentingan setiap kebutuhan.
2. Penetapan spesifikasi target
Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi
kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah suatu daftar spesifikasi
target. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 3 langkah:
a. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan yang
diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya.
Gambar 2.7 contoh matriks kebutuhan pelanggan
b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan mengkombinasikannya dengan
tingkat kepuasan dari pelanggan produk pesaing.
20
Tabel 2.5 Analisis Pesaing berdasarkan respon teknis
No. Metriks
Kebutuhan Respon teknis
Kepentingan satuan Produk pesaing 1
Produk pesaing 2
1 1,2,3 2 2 Dst.
Tabel 2.6 penilaian kepuasan pelanggan terhadap produk pesaing
No. Kebutuhan Kepentingan Rating Penilaian oleh pelanggan Produk pesaing 1
Produk pesaing 2
1.
c. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap
metrik. Tabel 2.7 spesifikasi target
No. Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Nilai Marginal
Nilai Ideal
1. 2.
3. Penyusunan konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai
teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep adalah
menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana
produk memuaskan kebutuhan konsumen.
Proses penyusunan konsep ini terdiri atas 4 langkah, yaitu :
a. Mengembangkan model-model teknis suatu produk
21
Gambar 2.8 Model-model teknis
b. Mengembangkan model biaya dari sebuah produk Tabel 2.8 Daftar material dan perkiraan biaya
Komponen Jumlah Biaya tinggi
Biaya rendah
Total biaya tinggi
Total biaya rendah
Komponen 1 Dst.
c. Memperbaiki spesifikasi, melakukan Trade-Offs jika diperlukan
Gambar 2.9 Peta persaingan
Produk A
Produk B Produk C
nilai - nilai marginal
nilai ideal
nilai produk x
perk
iraan
bia
ya m
anuf
aktu
r
22
Tabel 2.9 Spesifikasi akhir
No. metrik Metrik Satuan Nilai 1. 2.
Dst.
d. Menurunkan spesifikasi menjadi spesifikasi subsistem jika diperlukan.
4. Pemilihan konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis
secara berturut-turut, kemudian dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang
paling menjanjikan.
Pemilihan konsep terdiri atas dua tahap, yaitu :
a. Penyaringan konsep
Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep secara
cepat dan untuk memperbaiki konsep. Tabel 2.10 Matrik penyaringan konsep
Konsep A B C Dst
Kriteria seleksi
Beban Rating Nilai beban
Rating Nilai beban
Rating Nilai beban
Total Rangking Lanjutkan
b. Penilaian konsep
Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap
kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik dengan
penekanan pada setiap kriteria. Tabel 2.11 Rating penilaian konsep produk
Tingkat kepentingan Rating Sangat buruk dibandingkan referensi 1
Buruk dibandingkan referensi 2 Sama seperti referensi 3
Lebih baik dari referensi 4 Sangat lebih baik dari referensi 5
23
5. Pengujian konsep
Satu atau lebih konsep yang dihasilkan selanjutnya diuji/dievaluasi untuk
mengetahui apakah kebutuhan konsumen telah terpenuhi. Tahap ini juga
memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi beberapa
kelemahan yang harus diperbaiki pada kegiatan proses pengembangan
selanjutnya.
2.4 Ergonomi
2.4.1 Ergonomi dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ditinjau dari segi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), maka dengan
diterapkannya ergonomi diharapkan risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
berkurang dan insiden berbagai penyakit akibat kerja menurun. Selain itu,
diharapkan juga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari suatu
pekerjaan seperti peningkatan kemudahan penggunaan sistem, penurunan
kesalahan dan peningkatan produktivitas. (Sulistomo, 2002).
2.4.2 Anthropometri
Istilah antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran. Secara definisi harfiah antropometri dapat dinyatakan
sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran seperti tinggi, lebar, berat dll.
yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas
akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan
interaksi manusia (Wignjosoebroto, 2003). Biasanya data antropometri akan
diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain :
Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)
Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer dll.
Perancangan lingkungan kerja fisik.
24
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/ menggunakan produk
tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90% : 95% dari poulasi yang
menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu
menggunakan dengan selayaknya.
Berikut ini adalah gambar data anthropometri yang digunakan dalam
perancangan fasilitas kerja:
(Sumber: Ergonomi Studi Gerak dan Waktu 2003)
Gambar 2.10 Anthropometri yang diperlukan untuk perancangan fasilitas kerja
2.4.2.1 Distribusi Normal dalam Anthropometri
(Sumber: Ergonomi Studi Gerak dan Waktu 2003)
Gambar 2.11 Distribusi Normal
25
Untuk penetapan data anthropometri ini, pemakaian distribusi normal
akan umum diterapakan. Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean) dan simpangan standardnya
(standard deviation) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka
“percentiles” dapat ditetapkan sesuai dengan probabilitas distribusi normal.
Dengan persentil, maka yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai yang
menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukkan 95 %
populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut. Sedangkan 5-th
percentile akan menunjukkan 5 % populasi akan berada pada atau dibawah
ukuran itu. Dalam anthropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran
manusia yang “terbesar” dan angka 5-th sebaliknya akan menggambarkan
ukuran manusia yang “terkecil”. (Wignjosoebroto, 2003)
Pemakaian nilai- nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam
perhitungan data anthropometri dalam tabel dibawah ini: Tabel 2.12 Persentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Persentil Perhitungan
1-st x – 2,325 σ x
2,5-th x – 1,96 σ x
5-th x – 1,645 σ x
10-th x – 1,28 σ x
50-th x
90-th x + 1,28 σ x
95-th x + 1,645 σ x
97,5-th x + 1,96 σ x
99-th x + 2,35 σ x (Sumber: Ergonomi Studi Gerak dan Waktu 2003)
26
2.4.2.2 Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data dimensi
tubuh yang diambil seragam atau berada pada batas kontrol pada penelitian ini
peneliti menggunakan tingkat kepercayaann 95% dan 5%. (Krishna, dkk, 2013)
1. Menghitung rata-rata :
x = 𝑥𝑖+⋯+𝑥𝑛
𝑛 (1)
Xi = Data ke – i
Xn = Data ke – n
n = Jumlah data
2. Menghitung standar deviasi
σ = √Ʃ(𝑥𝑖− x )2
𝑛−1 (2)
xi = Data ke – i
x = Rata – rata
n = Jumlah data
σ = Standar deviasi
3. Menentukan BKA ( Batas Kontrol Atas) dan BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKA = x + kσ (3)
BKB = x + kσ (4)
Tingkat kepercayaan = k
Untuk CL = 99% k = 3
Untuk CL = 95% k = 2
Untuk CL = 68% k = 1
2.4.2.3 Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisis jumlah pengukuran
apakah sudah representatif atau data yang diambil sebagai sampel dianggap
sudah bisa mewakili populasi. (Krishna, dkk ,2013)
N’ = [ √(𝑛 Ʃ𝑥𝑖2−(Ʃ𝑥)2
𝑘𝑠
Ʃ𝑥𝑖]2 (5)
27
N’ = Jumlah pengukuran sebenarnya yang dilakukan
N = Jumlah data setelah dilakukan uji keseragaman data
S = Derajat ketelitian
Untuk ketelitian = 5% s = 0,05
Untuk ketelitian = 10% s = 0,1
dst.
2.4.2.4 Perhitungan persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tetentu dari
orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. (Winjosoebroto
,2003)
Berikut ini adalah contoh perhitungan persentil:
P95-th = x + 1,645σ x (6)