BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf ·...

24
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menurut Ridley, (1986) adalah suatu kondisi yang sehat dan aman dalam sebuah pekerjaan, menjamin keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya, perusahaan, dan bagi lingkungan sekitar tempat kerja. Tujuan utama dalam penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain : 1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja. 2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat di wujudkan melalui pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja agar tenaga kerja bisa terhindar dari risiko kecelakaan kerja, karena setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya, seperti yang dinyatakan dalam pasal 86 Undang – Undang RI No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa : 1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlndungan atas : a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Moral dan kesusilaan, dan c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martbat manusia serta nilai-nilai agama. 2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna meujudkan produktivitas kerja optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari dua komponen, yaitu keselamatan yang merupakan keselatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan dari kesehatan kerja yang

Transcript of BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menurut Ridley, (1986) adalah

suatu kondisi yang sehat dan aman dalam sebuah pekerjaan, menjamin

keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya, perusahaan, dan bagi lingkungan

sekitar tempat kerja.

Tujuan utama dalam penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang No. 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di

tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat di

wujudkan melalui pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja agar tenaga kerja

bisa terhindar dari risiko kecelakaan kerja, karena setiap tenaga kerja berhak

mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya, seperti yang

dinyatakan dalam pasal 86 Undang – Undang RI No. 13 tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, bahwa :

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlndungan atas :

a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

b. Moral dan kesusilaan, dan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martbat manusia serta nilai-nilai

agama.

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna meujudkan produktivitas

kerja optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), keselamatan dan kesehatan

kerja terdiri dari dua komponen, yaitu keselamatan yang merupakan keselatan

yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja

dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan dari kesehatan kerja yang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

5

merupakan penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja

agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya

sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang

optimal.

Di dalam UU.K-3 No. 1 tahun 1970 ditegaskan :

a. Setiap tenaga kerja mendapatkan perlindungan atas keselamatannya, dalam

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi

serta produktivitas nasional.

b. Bahwa setiap orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula

keselamatannya.

c. Setiap sumber produksi perlu dipelihara, sehingga dapat dipakai secara aman

dan efisien.

2.2 Alat Pelindung Diri

2.2.1 Alat Pelindung Mata dan Muka

Pelindung mata dan wajah dibagi atas perlindungan primer berupa

kacamata melindungi dari obyek yang terbang dan pelindung sekunder merupakan

kombinasi pelindung wajah kaca mata atau gogel. Persyaratan alat pelindung mata

dan wajah yaitu :

a. Memenuhi Amerika National Standars Institute : ANSI Z87.1-1989

b. Karyawan berkacamata atau lensa preskripsi wajib mengenakan pelindung

mata (safety glasses). Tabel 2.1 Penilaian Bahaya pada Mata dan Wajah

Bahaya Tipe Bahaya Jenis Kerjaan Terkait Tubrukan Benda terbang seperti

serpihan besar, potongan, partikel, pasir dan lumpur.

Memotong, menggerinda, memperbaiki mesin, pertukangan batu, kayu, menggergaji, mengebor, mengeling, menghambur pasir.

Panas Apapun yang mengeluarkan panas yang ekstrim.

Pengoperasian tungku, penuangan logam, pembenaman panas, pengelasan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

6

Bahaya Tipe Bahaya Jenis Kerjaan Terkait Bahan Kimia Percikan, asap, uap dan

kabut yang menimbulkan iritasi.

Penanganan asam dan bahan kimia, degreasing, penyepuhan, dan bekerja dengan darah A

Debu Debu berbahaya Bekerja dengan kayu, pengilapan, dan kondisi berdebu secara umum.

Radiasa Optik Energi radian, silauan, dan sinar yang kuat.

Pengelasan, pemotonga-

torch, pematrian, penyoderan dan kerja laser.

Jenis alat pelindung mata dan wajah yaitu:

a. Goggles

Goggles melindungi mata dengan karateristik terpasang dekat wajah dan

mengitari area mata. APD ini melindungi lebih baik jika terjadi kecelakaan seperti

percikan cairan, uap logam uap, serbuk dan debu agar tetap aman dan kecelakaan

dapat diminimalkan.

Sumber : Google

Gambar 2.1 Goggles

b. Face Shield

Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering

digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia atau partikel yang

melayang. Peralatan ini hanya melindungi wajah sehingga pemakaian safety

glasses pengaman harus dikombinasi.

Sumber : PT. Swadaya Graha

Gambar 2.2 Face Shield

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

7

c. Welding Helmets

Alat pelindung wajah yang lain adalah welding helmets (topeng las)

berfungsi memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Welding Helmets

digunakan pada proses pengelasan yang berfungsi sebagai pelindung sekunder

untuk melindungi diri dari UV, panas dan tubrukan.

Sumber : Google

Gambar 2.3 Welding Helmets

d. Masker Wajah

Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau,

menyengat, dan debu. Jenis-jenis maker disajikan pada Gambar 2.5

Sumber : Google

Gambar 2.4 Masker Wajah

2.3 Perancangan dan Pengembangan Produk

- Tantangan Pengembangan Produk

Usaha pengembangan produk merupakan usaha yang menyeluruh dan

komplek. Hanya sedikit perusahaan mampu meraih kesuksesan yang dicapai lebih

dari separuh waktu pengembangan. Kenyataan ini menunjukkan tantangan yang

berat bagi tim pengembang produk. Beberapa hal yang membuat usaha

pengembangan produk cukup menantang adalah (Ulrich-Eppinger, 2001) :

a. Trade-offs, seperti halnya pesawat terbang dapat dibuat lebih ringan, tetapi

tindakan ini akan meningkatkan biaya manufaktur. Salah satu aspek yang

paling sulit pada pengembangan produk adalah mengetahui, memahami dan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

8

mengendalikan pertentangan (trade-offs) seperti pada kasus pesawat terbang

tersebut.

b. Dinamika, seiring dengan perkembangan teknologi, selera konsumen berubah,

kompetitor meluncurkan produk baru dan kondisi lingkungan makro ekonomi

berubah. Bagaimana mengambil keputusan dalam lingkungan yang secara

konstan yang selalu berubah merupakan tantangan yang berat.

c. Lengkap, menyangkut pilihan apakah akan menggunakan baut atau katup yang

pas pada bagian penutup komputer akan mempunyai implikasi ekonomi yang

cukup besar. Proses pengembangan produk akan menjumpai banyak

permasalahan menyangkut kelengkapan seperti ini.

d. Tekanan waktu, yaitu setiap kesulitan dapat dengan mudah dikendalikan

apabila tersedia cukup waktu, namun seringkali keputusan dalam proses

pengembangan produk harus diambil dengan cepat tanpa informasi yang

lengkap.

e. Faktor ekonomi, dimana pengembangan produk baru, produksi dan pemasaran

produk baru membutuhkan investasi yang besar. Untuk memperoleh

pengembalian yang layak untuk investasi tersebut produk yang dihasilkan

harus menarik bagi pelanggan dan relatif tidak mahal untuk diproduksi.

- Fase Pengembangan Produk

Gambar 2.5 Enam fase proses perancangan dan pengembangan produk (Ulrich-Eppinger, 2001).

Sebagaimana ditunjukan pada gambar 1, secara umum proses

pengembangan produk dibagi menjadi enam tahapan (fase) pengembangan

produk. Enam fase tersebut adalah (Ulrich-Eppinger, 2001) :

Fase 1 Pengembangan Konsep

Fase 0 perencanaan

Fase 4 Pengujian & Perbaikan

Fase 3 Perancangan Rinci

Fase 2 Perancangan tingkat system

Fase 5 Peluncuran produk

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

9

1. Fase 0. Perencanaan

Pada fase ini dilakukan kegiatan perencanaan yang sering dirujuk sebagai

’zerofase’, yaitu kegiatan pendahuluan yang meliputi persetujuan proyek dan

proses peluncuran pengembangan produk aktual.

2. Fase 1. Pengembangan Konsep

Pada fase ini, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif-alternatif

konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih

untuk pengembangan dan percobaan pada fase-fase berikutnya.

3. Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem

Fase ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi

subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Gambaran rakitan akhir

untuk sistem produksi didefinisikan dalam fase ini. Output dari fase 2 ini

mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap

subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses

rakitan akhir (assembly).

4. Fase 3. Perancangan Rinci

Dalam fase ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan

toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi

seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses

dinyatakan dan peralatan produksi dirancang untuk tiap komponen yang dibuat

dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian

untuk produk, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana

proses untuk pabrikasi dan perakitan produk.

5. Fase 4. Pengujian dan Perbaikan

Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi

produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) dibuat menggunakan komponen-

komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya,

namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan

yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji

untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang

direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

10

(spesifikasi/kualitas) konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) dibuat

dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak

dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan

sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh

konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe

beta adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan

dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik

untuk produk akhir

6. Fase 5. Peluncuran Produk

Fase ini dikenal juga sebagai fase produksi awal. Pada fase ini produk

dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari

produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan

permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya.

Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal, akan disesuaikan

dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk

mengidentifikasikan kekurangan-kekurangan yang timbul. Peralihan dari

produksi awal menjadi produksi sesungguhnya berjalan melalui tahap demi

tahap. Pada beberapa titik dalam masa peralihan ini, produk diluncurkan dan

mulai disediakan untuk didistribusikan.

2.3.1 Proses Perencanaan Produk

Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,

pengarang mengusulkan lima tahapan proses berikut (Ulrich-Eppinger, 2001) :

1. Mengidentifikasi Peluang-peluang

Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang

pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal

dari beberapa sumber, diantaranya :

- Personal pemasaran dan penjualan

- Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi

- Tim pengembangan produk saat ini

- Manufaktur dan operasional organisasi

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

11

- Pelanggan sekarang atau potensial

- Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan partner-partner bisnis

Beberapa peluang dikumpulkan secara pasif, namun kami juga

merekomendasikan agar perusahaan juga secara eksplisit berusaha untuk

mencari peluang.

2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek-Proyek

Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang-peluang produk baru

secara fundamental meliputi :

- Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata)

- Tingkat pertumbuhan pasar (persen per-tahun)

- Intensitas persaingan (jumlah pesaing-pesaing dan kekuatan-kekuatan

mereka)

- Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai pasar yang telah ada

- Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai teknologi yang telah ada

- Kesesuaian dengan produk-produk perusahaan lainnya

- Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan

Sementara kriteria-kriteria ini sebagian berguna dalam mengevaluasi

peluang produk baru secara fundamental, kriteria-kriteria ini juga digunakan

untuk mengevaluasi peluang produk. Kriteria-kriteria ini dapat digunakan pada

matriks penyaringan (screening) untuk mengevaluasi keseluruhan daya tarik

dan tipe-tipe resiko untuk beberapa peluang yang tersedia.

3. Mengalokasikan sumber daya dan merencanakan penentuan waktu

Dengan memperkirakan banyak sumberdaya yang dibutuhkan untuk tiap

proyek dakam rencana bulan-an, tiga bulan-an, atau tahunan membuat

organisasi harus menghadapi kenyataan bahwa sumber daya mereka terbatas.

Dalam kebanyakan kasus, sumberdaya utama yang diatur merupakan usaha

dari staf pengembangan, biasanya ditekankan dalam jam kerja orang atau jam

kerja bulanan orang. Sumberdaya kritis yang lainnya juga membutuhkan

perencanaan yang hati-hati, seperti pemodelan fasilitas bengkel seperti

peralatan prototype, lini produksi awal, fasilitas pengujian, dsb. Perkiraan

kebutuhan sumberdaya pada tiap periode dapat dibandingkan dengan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

12

ketersediaan sumberdaya untuk menghitung keseluruhan rasio penggunaan

kapasitas.

Dalam menentukan waktu dan urutan proyek, kadang digunakan istilah

manajemen pipa (pipeline management), yang harus mempertimbangkan

faktor-faktor sebagai berikut (Ulrich-Eppinger, 2001) :

- Penentuan waktu pengenalan produk : Biasanya makin cepat suatu produk

dibawa kepasar adalah makin baik. Yang mana, dengan meluncurkan suatu

produk sebelum kualitasnya memadai dapat merusak reputasi perusahaan.

- Kesiapan teknologi : Kekuatan teknologi yang digunakan memainkan

peran kritis dalam proses perencanaan. Dapat dibuktikan bahwa teknologi

yang kuat dapat diintegrasikan dengan produk secara lebih cepat dan

handal.

- Kesiapan pasar : Langkah-langkah pengenalan produk menentukan apakah

lebih baik sesegera mungkin mengadakan produk dan baru kemudian

menjualnya sebanyak mungkin atau apakah mereka harus membeli produk

yang umurnya panjang pada harga awal yang tinggi. Dengan melakukan

perbaikan terlalu cepat dapat membuat frustasi pelanggan yang ingin untuk

menggunakan lebih lama, diphak lain, dengan menawarkan produk baru

terlalu lambat akan berisiko tertinggal oleh para pesaing.

- Persaingan : Penawaran produk yang telah mengantisipasi produk pesaing

akan mempercepat waktu proyek pengembangan.

4. Menyelesaikan perencanaan proyek pendahuluan

Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi

pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang

lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasai opersional

tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat

pada suatu pernyataan misi (mission statement). Pernyataan misi mungkin

mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut :

Uraian Produk Ringkas (Satu Kalimat) : Uraian ini mencakup manfaat

produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

13

konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa pernyataan visi

produk.

Sasaran Utama Bisnis : sebagai tambahan sasaran proyek yang

mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup

waktu, biaya, dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan

produk, performasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar)

Pasar target untuk Produk : Terdapat beberapa pasar target untuk

produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua

yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.

Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha

pengembangan : Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati,

meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk,

mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola.

Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan

mengenai asumsi dan batasan.

Stakeholder : Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan

pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh

stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi

oleh keberhasilan dan kegagalan produk.

Tabel 2.2 Contoh pernyataan misi proyek Lakes Pernyataan Misi : Mesin Pencatatan Untuk Kantor Yang Multifungsi Uraian Produk Dapat bersifat jaringan, mesin digital dengan

kemampuan fungsi memperbanyak, pencetakan, fax, dan scan.

Sasaran Bisnis Utama Mendukung strategi Xerox dalam kepemimpinan peralatan kantor digital.

Menyediakan platform untuk seluruh produk-produk digital B & W dan solusi masa mendatang

Mencapai 50% penjualan produk digital pada pasar utama

Ramah lingkungan Perkenalan produk yang pertama dilakukan

kuartal keempat tahun 1997

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

14

Pasar Utama Departemen-departemen kantor, volume menengah (40-65 pm, diatas rata-rata 42000 copy/bulan)

Pasar Kedua Pasar pencetakan cepat Operasional satelit kecil

Asumsi-asumsi dan Batasan-batasan

Platform produk baru Teknologi bayangan digital Kompatibel dengan software centreware Peralatan input dibuat di canada Peralatan output dibuat di Brazil Mesin pemroses bayangan dibuat di USA dan

Eropa Stakeholder Pembeli dan pengguna

Operasional manufaktur Operasional jasa Distributor & penjual kembali

2.3.2 Pengembangan Konsep

Inti dari perencanaan desain adalah terletak pada pengembangan konsep.

Crawford mengemukakan bahwa konsep desain adalah kombinasi antara lisan,

tulisan, dan atau bentuk prototipe yang akan dilakukan perbaikan dan bagaimana

pelanggan menunjukkan keuntungan / kerugiannya.

Dalam fase pengembangan konsep ini, suatu proses pengembangan konsep

membutuhkan lebih banyak koordinasi terhadap bagian-bagian terkait dalam tim

pengembangan produk dibandingkan dengan fase-fase yang lain. Secara umum

proses pengembangan konsep ini dapat diperhatikan sebagai suatu kegiatan yang

saling berhubungan, seperti terlihat pada gambar 2.7.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

15

Gambar 2.6 Tahap pengembangan konsep, terdiri dari berbagai kegiatan awal hingga

akhir (Ulrich-Eppinger, 2001).

Sebagaimana ditunjukan pada gambar 2, proses pengembangan konsep

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Ulrich-Eppinger, 2001):

1. Identifikasi kebutuhan pelanggan

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan konsumen dan

mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembangan. Output dari

langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun

rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot kepentingan untuk

tiap kebutuhan.

Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan pelanggan tersebut adalah

untuk :

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

16

a. Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan konsumen.

b. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak

terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit.

c. Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.

d. Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting yang terlupakan.

e. Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan konsumen diantara

anggota tim pengembang.

Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah adalah sebuah proses yang

dibagi menjadi lima tahap, yaitu :

a. Mengumpulkan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan.

Tiga metode yang biasa digunakan adalah :

o Wawancara : Satu atau lebih anggota tim pengembang berdiskusi mengenai

kebutuhan dengan seorang pelanggan. Wawancara biasanya dilakukan

dilingkungan pelanggan dan berlangsung sekitar 1 – 2 jam.

o Kelompok Diskusi : Moderator memfasilitasi suatu diskusi kelompok yang

disebut kelompok fokus selama 2 jam. Kelompok ini terdiri dari 8 – 12

orang pelanggan.

o Observasi Produk pada Saat Digunakan : Mengamati pelanggan

menggunakan produk atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan

produk tersebut diciptakan, dapat memberikan informasi yang penting

mengenai kebutuhan pelanggan.

Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah,

biasanya dalam kolom/ lembaran pernyataan pelanggan (customer statement),

dan seringkali dilepngkapi rekaman video atau foto. Tabel 2.10 menunjukkan

suatu template yang digunakan untuk mengorganisasikan bahan mentah.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

17

Tabel 2.3 Pernyataan Pelanggan

Pelanggan : Bill Espotito Pewawancara : Jonathan dan Lisa Alamat : 100 Memorial Drive Tanggal : 19 Desember 1999 Telepon : 617-864-1274 Sekarang Menggunakan : Craftsman Model A3 Apakah anda bersedia di follow-up : Ya Jenis Penggunaan : Untuk pemeliharaan gedung Pertanyaan Pernyataan Pelanggan Intepretasi kebutuhan Penggunaan tertentu

Saya perlu mengoperasikan sekrup dengan cepat, lebih cepat daripada dengan tangan

Obeng mampu menyekrup lebih cepat daripada dengan tangan

Saya kadang-kadang melakukan pekerjaan menyekrup, menggunakan sekrup untuk lembaran logam

Obeng membantu mendorong sekrup untuk lembaran logam pada pekerjaan menyekrup

Terdapat banyak peralatan listrik seperti penutup switch, outlet listrik, kipas angin dan peralatan rumah tangga

Obeng dapat digunakan untuk memasang sekrup pada peralatan rumah tangga

Hal – hal yang disukai terhadap alat yang sekarang

Saya menyukai gagang/ genggaman pistil, kelihatan nya bagus

Obeng nyaman untuk dipegang

Saya menyukai ujung yang diberi magnet

Magnet pada obeng menahan posisi sekrup sebelum di dorong

Hal – hal yang tidak disukai terhadap alat yang sekarang

Saya tidak suka ketika ujung alat meggelincir/ menjatuhkan sekrup

Ujung obeng tetap tinggal pada kepala sekrup tanpa tergelincir

Saya ingin alat bisa dikunci sehingga saya dapat menggunakannya tanpa baterai

Pengguna dapat menerapkan alat secara manual untuk membantu mendorong sekrup

Tidak bisa mendorong sekrup pada kayu yang keras

Obeng dapat mendorong sekrup pada kayu yang keras

Kadang-kadang saya merusak kepala sekrup

Obeng tidak merusak kepala sekrup

Usulan perbaikan Suatu tambahan komponen yang memungkinkan saya mencapai ke dalam lubang yang sempit

Obeng dapat mengakses sekrup pada ujung lubang yang dalam dan sempit

Bagaimana saya dapat membersihkan/ menghilangkan pelapis (cat) dari sekrup

Obeng memungkinkan pengguna untuk bekerja dengan sekrup yang telah dilapisi/ dicat diatasnya

Sangat menyenangkan bila saya dapat menggali lubang kecil

Obeng dapat digunakan untuk membuat lubang pada material

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

18

b. Mengintepretasikan Data Mentah Menjadi Kebutuhan Pelanggan

Contoh mengilustrasikan setiap petunjuk dalam mengintepretasikan

kebutuhan pelanggan : Tabel 2.4 Ilustrasi yang mencontohkan cara penulisan pernyataan kebutuhan pelanggan

Tuntunan Pernyataan pelanggan Pernyataan kebutuhan yang benar

Pernyataan kebutuhan yang salah

Apa bukan bagaimana

Mengapa anda tidak meletakkan lapisan pelindung disekitar kontak baterai obeng?

Baterai obeng dilindungi dari kontak pendek

Kontak baterai obeng dilindungi dengan pintu geser dari plastik

Spesifik Saya sering menjatuhkan obeng saya

Obeng dapat beroperasi dengan normal setelah jatuh berkali-kali

Permukaan obeng dibuat kasar

Positif tidak negatif Tidak masalah jika hujan saya perlu bekerja diluar rumah pada hari sabtu

Obeng dapat beroperasi dengan normal pada saat hujan

Obeng tidak rusak saat hujan

Atribut dari produk Saya suka jika dapat mengisi ulang baterai obeng dari alat pemantik rokok

Baterai obeng dapat di isi ulang dari api rokok di dalam mobil

Adaptor pemantik rokok di dalam mobil dapat mengisi ulang baterai obeng

Hindari harus dan mesti

Saya benci jika saya tidak tahu berapa banyak lagi isi baterai obeng yang masih tersisa

Obeng dilengkapi indikator tingkat energi baterai

Obeng harus dilengkapi indikator tingkat energi baterai

c. Mengorganisasikan Kebutuhan Menjadi Hirarki

Tahap -tahap mengorganisasikan kebutuhan menjadi daftar hirarki :

- Tuliskan setiap pernyataan kebutuhan pada kartu-kartu atau secarik kertas

yang terpisah

- Kurangi pernyataan kebutuhan yang sama atau tidak dibutuhkan lagi

- Kelompokkan kartu-kartu berdasarkan kesamaan kebutuhan yang

diekspresikan

d. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan

Bobot kepentingan setiap kebutuhan dapat diungkapkan dengan beberapa

cara yaitu nilai rata-rata, standar deviasi, atau jumlah respon untuk setiap

kategori kepentingan. Respon ini kemudian digunakan untuk menilai bobot

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

19

kepentingan setiap pernyataan kebutuhan. Skala 1-5 dapat digunakan untuk

menilai kepentingan setiap kebutuhan.

2. Penetapan spesifikasi target

Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi

kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah suatu daftar spesifikasi

target. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 3 langkah:

a. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan yang

diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya.

Gambar 2.7 contoh matriks kebutuhan pelanggan

b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan mengkombinasikannya dengan

tingkat kepuasan dari pelanggan produk pesaing.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

20

Tabel 2.5 Analisis Pesaing berdasarkan respon teknis

No. Metriks

Kebutuhan Respon teknis

Kepentingan satuan Produk pesaing 1

Produk pesaing 2

1 1,2,3 2 2 Dst.

Tabel 2.6 penilaian kepuasan pelanggan terhadap produk pesaing

No. Kebutuhan Kepentingan Rating Penilaian oleh pelanggan Produk pesaing 1

Produk pesaing 2

1.

c. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap

metrik. Tabel 2.7 spesifikasi target

No. Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Nilai Marginal

Nilai Ideal

1. 2.

3. Penyusunan konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai

teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep adalah

menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan

kebutuhan konsumen. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana

produk memuaskan kebutuhan konsumen.

Proses penyusunan konsep ini terdiri atas 4 langkah, yaitu :

a. Mengembangkan model-model teknis suatu produk

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

21

Gambar 2.8 Model-model teknis

b. Mengembangkan model biaya dari sebuah produk Tabel 2.8 Daftar material dan perkiraan biaya

Komponen Jumlah Biaya tinggi

Biaya rendah

Total biaya tinggi

Total biaya rendah

Komponen 1 Dst.

c. Memperbaiki spesifikasi, melakukan Trade-Offs jika diperlukan

Gambar 2.9 Peta persaingan

Produk A

Produk B Produk C

nilai - nilai marginal

nilai ideal

nilai produk x

perk

iraan

bia

ya m

anuf

aktu

r

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

22

Tabel 2.9 Spesifikasi akhir

No. metrik Metrik Satuan Nilai 1. 2.

Dst.

d. Menurunkan spesifikasi menjadi spesifikasi subsistem jika diperlukan.

4. Pemilihan konsep

Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis

secara berturut-turut, kemudian dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang

paling menjanjikan.

Pemilihan konsep terdiri atas dua tahap, yaitu :

a. Penyaringan konsep

Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep secara

cepat dan untuk memperbaiki konsep. Tabel 2.10 Matrik penyaringan konsep

Konsep A B C Dst

Kriteria seleksi

Beban Rating Nilai beban

Rating Nilai beban

Rating Nilai beban

Total Rangking Lanjutkan

b. Penilaian konsep

Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap

kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik dengan

penekanan pada setiap kriteria. Tabel 2.11 Rating penilaian konsep produk

Tingkat kepentingan Rating Sangat buruk dibandingkan referensi 1

Buruk dibandingkan referensi 2 Sama seperti referensi 3

Lebih baik dari referensi 4 Sangat lebih baik dari referensi 5

Page 20: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

23

5. Pengujian konsep

Satu atau lebih konsep yang dihasilkan selanjutnya diuji/dievaluasi untuk

mengetahui apakah kebutuhan konsumen telah terpenuhi. Tahap ini juga

memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi beberapa

kelemahan yang harus diperbaiki pada kegiatan proses pengembangan

selanjutnya.

2.4 Ergonomi

2.4.1 Ergonomi dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ditinjau dari segi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), maka dengan

diterapkannya ergonomi diharapkan risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat

berkurang dan insiden berbagai penyakit akibat kerja menurun. Selain itu,

diharapkan juga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari suatu

pekerjaan seperti peningkatan kemudahan penggunaan sistem, penurunan

kesalahan dan peningkatan produktivitas. (Sulistomo, 2002).

2.4.2 Anthropometri

Istilah antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri

yang berarti ukuran. Secara definisi harfiah antropometri dapat dinyatakan

sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.

Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran seperti tinggi, lebar, berat dll.

yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas

akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses

perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan

interaksi manusia (Wignjosoebroto, 2003). Biasanya data antropometri akan

diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain :

Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)

Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan

sebagainya.

Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja

komputer dll.

Perancangan lingkungan kerja fisik.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

24

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk

yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/ menggunakan produk

tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90% : 95% dari poulasi yang

menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu

menggunakan dengan selayaknya.

Berikut ini adalah gambar data anthropometri yang digunakan dalam

perancangan fasilitas kerja:

(Sumber: Ergonomi Studi Gerak dan Waktu 2003)

Gambar 2.10 Anthropometri yang diperlukan untuk perancangan fasilitas kerja

2.4.2.1 Distribusi Normal dalam Anthropometri

(Sumber: Ergonomi Studi Gerak dan Waktu 2003)

Gambar 2.11 Distribusi Normal

Page 22: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

25

Untuk penetapan data anthropometri ini, pemakaian distribusi normal

akan umum diterapakan. Dalam statistik, distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean) dan simpangan standardnya

(standard deviation) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka

“percentiles” dapat ditetapkan sesuai dengan probabilitas distribusi normal.

Dengan persentil, maka yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai yang

menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukkan 95 %

populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut. Sedangkan 5-th

percentile akan menunjukkan 5 % populasi akan berada pada atau dibawah

ukuran itu. Dalam anthropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran

manusia yang “terbesar” dan angka 5-th sebaliknya akan menggambarkan

ukuran manusia yang “terkecil”. (Wignjosoebroto, 2003)

Pemakaian nilai- nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam

perhitungan data anthropometri dalam tabel dibawah ini: Tabel 2.12 Persentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

1-st x – 2,325 σ x

2,5-th x – 1,96 σ x

5-th x – 1,645 σ x

10-th x – 1,28 σ x

50-th x

90-th x + 1,28 σ x

95-th x + 1,645 σ x

97,5-th x + 1,96 σ x

99-th x + 2,35 σ x (Sumber: Ergonomi Studi Gerak dan Waktu 2003)

Page 23: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

26

2.4.2.2 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data dimensi

tubuh yang diambil seragam atau berada pada batas kontrol pada penelitian ini

peneliti menggunakan tingkat kepercayaann 95% dan 5%. (Krishna, dkk, 2013)

1. Menghitung rata-rata :

x = 𝑥𝑖+⋯+𝑥𝑛

𝑛 (1)

Xi = Data ke – i

Xn = Data ke – n

n = Jumlah data

2. Menghitung standar deviasi

σ = √Ʃ(𝑥𝑖− x )2

𝑛−1 (2)

xi = Data ke – i

x = Rata – rata

n = Jumlah data

σ = Standar deviasi

3. Menentukan BKA ( Batas Kontrol Atas) dan BKB (Batas Kontrol Bawah)

BKA = x + kσ (3)

BKB = x + kσ (4)

Tingkat kepercayaan = k

Untuk CL = 99% k = 3

Untuk CL = 95% k = 2

Untuk CL = 68% k = 1

2.4.2.3 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisis jumlah pengukuran

apakah sudah representatif atau data yang diambil sebagai sampel dianggap

sudah bisa mewakili populasi. (Krishna, dkk ,2013)

N’ = [ √(𝑛 Ʃ𝑥𝑖2−(Ʃ𝑥)2

𝑘𝑠

Ʃ𝑥𝑖]2 (5)

Page 24: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/35982/3/jiptummpp-gdl-rositamell-47699-3-babii.pdf · Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap keselamatan

27

N’ = Jumlah pengukuran sebenarnya yang dilakukan

N = Jumlah data setelah dilakukan uji keseragaman data

S = Derajat ketelitian

Untuk ketelitian = 5% s = 0,05

Untuk ketelitian = 10% s = 0,1

dst.

2.4.2.4 Perhitungan persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tetentu dari

orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. (Winjosoebroto

,2003)

Berikut ini adalah contoh perhitungan persentil:

P95-th = x + 1,645σ x (6)