Post on 21-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karies merupakan salah satu masalah kesehatan yang belum dapat
diatasi secara tuntas. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05%.1
Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut.
Karies gigi disebabkan oleh bakteri penghasil asam seperti
Lactobacilli dan Streptococci. Dari golongan ini, yang berperan paling
penting dalam patogenesis karies adalah Streptococcus mutans.2
Organisme ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clarke pada
tahun 1924.3 Lokasi utama S. mutans adalah di permukaan enamel.2
Bakteri S. mutans dapat berubah menjadi patogen bila populasinya
meningkat. Ia mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam yang
merupakan faktor penting untuk terbentuknya karies.4 Oleh karena itu,
karies dapat dicegah dengan jalan mengontrol populasi bakteri ini dan
menghambat aktivitasnya.
Gambir merupakan tanaman yang sudah dikenal masyarakat luas.
Sejak dulu, gambir digunakan untuk campuran makan sirih dan ramuan
obat tradisional. Pada penelitian yang dilakukan VR. Ciptaningtyas tahun
1
2007, ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat menghambat
pertumbuhan S. mutans.5
Gambir mengandung bahan kimia yang dapat mencegah karies
seperti catechol dan catechin. Catechol mampu menghambat aktivitas
enzim glucosyltransferase (Gtf) sedangkan catechin dapat menghambat
pembentukan extracellular glucan yang dihasilkan S. mutans. Glucan ini
berfungsi melekatkan bakteri pada permukaan gigi.6
Indonesia sebagai salah satu eksportir gambir terbesar di dunia
seharusnya mengolah dan memanfaatkan gambir semaksimal mungkin.
Namun pada kenyataannya, pemanfaatan gambir terutama di bidang
kesehatan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti
efek anti bakteri gambir sehingga dapat diaplikasikan untuk keperluan
kesehatan, utamanya kesehatan gigi dan mulut.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah waktu kontak dan konsentrasi menentukan efek
antibakteri ekstrak gambir terhadap pertumbuhan S. mutans?
2. Pada kombinasi waktu kontak dan konsentrasi berapakah,
ekstrak gambir memiliki efek paling optimal terhadap
pertumbuhan S. mutans?
2
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Membandingkan efek antibakteri ekstrak gambir terhadap S.
mutans pada waktu kontak dan konsentrasi yang berbeda.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Membandingkan efek antibakteri ekstrak gambir terhadap S.
mutans pada waktu kontak 30 detik dan 120 detik serta
konsentrasi 10 mg/ml, 20 mg/ml dan 40 mg/ml.
2. Menentukan kombinasi waktu kontak dan konsentrasi ekstrak
gambir yang memiliki efek paling optimal terhadap
pertumbuhan S. mutans.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui cara penggunaan ekstrak gambir agar
didapat efek antibakteri yang paling optimal.
2. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karies Gigi
Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang terjadi akibat
proses dissolusi dan demineralisasi gigi, terutama substansi
hydroxylapatite oleh asam hasil fermentasi bakteri kariogenik. Bakteri ini
tumbuh pada plak yang menempel di permukaan gigi.3 Akumulasi plak
yang terus-menerus dapat mempercepat terjadinya karies. Sehingga
kontrol terhadap pembentukan plak dan pertumbuhan bakteri sangat
penting untuk mencegah karies.
2.2. Streptococcus mutans
2.2.1. Karakteristik Umum
S. mutans merupakan flora normal dalam rongga mulut sehingga
selalu ditemukan dalam jumlah yang kecil.2 Bakteri ini diklasifikasikan
menjadi:
Kerajaan : Monera
Divisi : Firmicute
Kelas : Bacili
Ordo : Lactobacilaes
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans.7
4
S. mutans adalah bakteri gram positif, non motil, fakultatif anaerob
dan bersifat α-haemolysis pada media blood agar. Media selektif untuk
bakteri ini adalah mitis-salivarius agar (MSA) dan bacitracin agar. Hasil
kulturnya memiliki karakteristik koloni yang menonjol, cembung dan
putih terang.8
2.2.2. Patogenesis
Molekul adhesin merupakan protein permukaan yang diekspresikan
oleh S. mutans dan berperan sebagai perantara untuk melekat pada
pelikel gigi. Perlekatan ini ditandai dengan adanya interaksi antara
molekul adhesin dengan reseptor spesifik sebagai proses awal
patogenesis karies.7
Molekul adhesin dinding sel S. mutans berupa glucosyltransferase
(Gtf) dan glucan binding protein (Gbp) sedangkan reseptor spesifik
dapat berupa glikoprotein pelikel, komponen saliva dan protein
permukaan sel oral steptococci lainnya.7
Biofilm dalam rongga mulut disebut juga plak gigi. Ia merupakan
kumpulan dari glucan, bakteri dan komponen saliva yang membentuk
suatu quorum sensing. Terbentuknya biofilm diawali oleh perlekatan
molekul adhesin dengan glikoprotein pelikel gigi. Perlekatan bakteri S.
mutans pada email diikuti dengan proses koagregasi, kolonisasi dan
koadhesi sampai terbentuknya biofilm.7
S. mutans menghasilkan dua enzim yaitu glucosyltransferase (Gtf)
dan fructosyltransferase ( Ftf). Enzim-enzim ini bersifat spesifik. Gtf
merubah sukrosa menjadi glucan sedangkan Ftf akan membentuk fructan
5
dari fruktosa. Glucan terdiri dari gugus glukosa ikatan α-1,6 dan α-1,3.
Ikatan glukosa α-1.3 ini berfungsi pada perlekatan dan peningkatan
koloni bakteri dalam kaitannya dengan pembentukan plak sedangkan
fructan digunakan sebagai cadangan energi.7
Di dalam plak, koloni S. mutans akan memfermentasi sukrosa
menjadi asam yang mengakibatkan penurunan pH pada permukaan gigi.
Jika sudah mencapai pH kritis (5,2-5,5) maka email akan mengalami
dissolusi dan demineralisasi sehingga terjadilah karies.7
2.3. Tanaman Gambir ( Uncaria gambir Roxb )
2.3.1. Karakteristik Umum
Tanaman gambir yang oleh masyarakat kita digunakan sebagai
campuran makan sirih, dikelompokkan menjadi:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir
Nama binomial : Uncaria gambir Roxb.9
Tanaman gambir adalah tanaman menjalar dengan batang
mengandung zat kayu. Diameter batang yang sudah tua bisa mencapai
4,5 cm. Bentuk daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm dan
lebar 4-6,5 cm. Pangkal daunnya berbulu tipis. Panjang tangkai daun 0,5-
6
0,75 cm. Antara tangkai daun dan dahan tumbuh serangkaian bunga.
Bunganya berbentuk seperti pipa dengan panjang 2-4 cm dengan jumlah
bunga 40-60 helai yang terpisah satu dengan lainnya. Pada ujungnya
terdapat cerocok seperti buah cengkeh yang bersegi lima.9
Tanaman gambir tumbuh subur di dataran rendah dengan
ketinggian 0-200 m di atas permukaan laut (dpl). Penanaman di atas 500
m dpl tidak menguntungkan karena daun yang dihasilkan menjadi lebih
sedikit. Penanaman gambir umumnya dilakukan pada lahan yang baik
peresapan airnya, mendapat cahaya matahari penuh dan curah hujan
sekitar 3.000 mm/tahun. Pembibitan dapat menggunakan biji, stek atau
cangkok.9
Gambir diperoleh dari ekstraksi getah daunnya. Kualitasnya tidak
hanya ditentukan oleh proses pengempaan tapi juga kondisi bahan baku.
Menurut Burkill (1935), daun yang muda mengandung catechin jauh
lebih tinggi dibandingkan daun yang tua. Eaton dan Bishop (1926)
mengatakan, proses pengolahan gambir dipengaruhi oleh kesegaran
pemetikan, suhu ekstraksi, keasaman cairan dan suhu evaporasi. Kadar
catechin akan berkurang karena penundaan pengolahan.10
2.3.2. Kandungan Bahan Kimia
Kandungan yang dimilik gambir antara lain catechol, D-catechin,
ellagic-acid, epicatechin, gallic-acid, gambiriin-A1, gambiriin-B3,
mucilage dan quercetin.9
Catechol memiliki efek anti bakteri. Ia mampu mengontrol bahkan
membunuh bakteri dan mencegah perlekatan bakteri pada substansi
7
hydroksilapatite. Interaksinya dengan protein permukaan bakteri akan
mengurangi daya hidrofobik yang berperan untuk melekatkan bakteri
pada permukaan gigi . Selain itu, ia memliki kemampuan untuk
menghambat aktivitas Gtf.11
Catechin merupakan salah satu zat aktif yang terdapat pada
gambir.9 Manfaatnya antara lain sebagai anti oksidan, anti kanker dan
anti bakteri alamiah.12 Kandungan catechin dalam gambir antara 7-33%.9
Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sakanaka menunjukkan bahwa
catechin dapat menghancurkan bakteri kariogenik penghasil glucan. Cao
Jin dari Hunn Medical University, China, meneliti pengaruh catechin dan
hasilnya, jumlah bakteri, plak serta pembentukan extracellular glucan
berkurang.6
2.3.3. Manfaat Gambir
Gambir sebagai salah satu tanaman obat, digunakan oleh
masyarakat kita untuk berbagai keperluan. Etnis Aceh memanfaatkan
getahnya untuk mengatasi muntah dan diare. Etnis Jawa sering
menggunakannya sebagai bahan ramuan jamu tradisional, obat penyakit
disentri dan penguat gigi. Masyarakat Madura memakainya untuk
mengurangi nyeri haid.13
Dibidang industri farmasi, gambir telah dikembangkan sebagai
bahan baku berbagai macam obat seperti obat diare, penyakit hati,
sariawan, sakit perut dan kerongkongan.9 Menurut Ridley, gambir
sebagai obat bekerja baik sekali terhadap disentri dan penyakit perut
yang menahun. Orang Melayu menggunakannya untuk menghentikan
8
perdarahan dan mengobati bisul. Selain itu juga digunakan sebagai obat
penyakit tenggorokan.14
2.4. Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang digunakan untuk mematikan atau
menghentikan pertumbuhan kuman patogen dan utamanya digunakan
pada jaringan hidup.15 Antiseptik merupakan agen dengan toksisitas
cukup rendah terhadap sel inang, sehingga dapat langsung digunakan
pada kulit, membran mukosa atau luka.16
Pemakaian antiseptik hanya terbatas pada penggunaan lokal saja
dan tidak dapat digunakan secara sistemik. Daya kerja antiseptik tidak
membedakan antara mikroorganisme dengan jaringan tubuh, tetapi
dengan dosis yang tepat tidak akan memberi dampak yang buruk.15
Suatu zat dapat digunakan sebagai antiseptik yang ideal jika
memenuhi kriteria berikut: (1) kerjanya cepat dan tahan lama, (2) bersifat
mikrobiosida yang luas, (3) toksisitas dan daya absorbsinya rendah, (4)
tidak merangsang kulit dan mukosa, (5) daya kerjanya tidak dipengaruhi
oleh eksudat.15
Antiseptik digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu: (1)
senyawa halogen, (2) derivat fenol, (3) zat-zat dengan aktivitas
permukaan, (4) senyawa alkohol, aldehid dan asam, (5) senyawa logam,
(6) oksidansia.15
Catechol dan catechin pada gambir termasuk golongan fenol.
Mekanisme kerja fenol berdasarkan denaturasi dan pengendapan protein
sel bakteri serta menonaktifkan enzim-enzim.16 Kemampuan fenol dalam
9
membunuh kuman akan berkurang dengan adanya zat-zat organik seperti
darah atau pus.15
Konsentrasi suatu antiseptik mempengaruhi aktivitasnya untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dengan konsentrasi yang
lebih tinggi, kuman akan lebih cepat mati, tapi efek sampingnya terhadap
jaringan juga akan lebih besar. Konsentrasi yang tepat dapat menghindari
munculnya efek toksik yang tidak diinginkan dan kerjanya akan lebih
optimal.17
Tidak semua mikroba dapat dibunuh dalam waktu paparan yang
sama tergantung sensitivitasnya terhadap antiseptik. Semakin panjang
waktu kontak antara antiseptik dengan kuman, aktivitasnya akan semakin
besar. Penentuan waktu kontak juga harus mempertimbangkan
toksisitasnya.17
Kondisi lingkungan seperti suhu, pH dan keberadaan bahan organik
juga menentukan aktivitas antiseptik. Peningkatan temperatur akan
meningkatkan reaksi kimia antara antiseptik dengan substansi kuman
sehingga kuman yang terbunuh akan semakin banyak.17
pH tidak hanya mempengaruhi kerja antiseptik saja tapi juga
mempengaruhi kuman. Bahkan pada pH yang ekstrim, kuman dapat
terbunuh. Perubahan pH dapat menyebabkan ionisasi serta peningkatan
atau justru penurunan efek suatu antiseptik. Keberadaan bahan-bahan
organik seperti darah, pus dan cairan jaringan akan mengurangi efek
antiseptik karena ia akan bereaksi dengan bahan-bahan tersebut.17
10
2.5. Kerangka Teori
11
Ekstrak gambir(catechol, catechin)
Proses pembuatan
ekstrak
Kondisi bahan baku
Konsentrasi
Waktu kontak
Suhu
pH
Zat-zat organis
Plak gigi
Karies gigi
Denaturasi proteinAnti Gtf
PertumbuhanS. mutans
Menghambat
2.6. Kerangka Konsep
2.7. Hipotesis
Lamanya waktu kontak dan besarnya konsentrasi mempengaruhi
efek antibakteri ekstrak gambir terhadap S. mutans.
12
Ekstrak Gambir
PertumbuhanS. mutans.
Waktu kontak
Konsentrasi
Menghambat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
3.1.1. Ruang Lingkup Ilmu
Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini meliputi Ilmu
Penyakit Gigi dan Mulut dan Mikrobiologi.
3.1.2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
3.1.3. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan kurang lebih selama
dua minggu.
3.2. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium
dengan post test only control group design.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini meliputi ekstrak gambir.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini meliputi suspensi gambir yang dibuat sesuai
dengan prosedur pada lampiran 1.
13
3.3.3. Kriteria Inklusi
Suspensi gambir yang dibuat sesuai dengan prosedur pada lampiran
1, dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro segera sebelum dilakukan pengujian efek anti
bakterinya.
3.3.4. Kriteria Eksklusi
Suspensi gambir yang terkontaminasi bakteri atau jamur. Pengujian
kontaminasi ini dilakukan dengan melakukan penanaman pada media
blood agar.
3.4. Alat dan Bahan
3.4.1. Alat
1. Mortar
2. Neraca analitik
3. Pipet ukur 0,1 ml, 1 ml, 2 ml
3. Vacuum filter
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
6. Lampu Bunsen
7. Korek api
8. Osse
9. Stopwatch
10. Inkubator
14
3.4.2. Bahan
1. Ekstrak gambir blok (diperoleh dari perkebunan tradisional di
Provinsi Sumatera Barat)
2. Stok bakteri S. mutans
3. Media BHI broth
4. Media blood agar
5. Aquadest
6. Larutan NaCl fisiologis
7. Formalin
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
berupa tingkat kejernihan secara visual oleh tiga orang pengamat pada
media BHI broth yang telah diberi perlakuan sebagai indikator
kemampuan ekstrak gambir menghambat pertumbuhan S. mutans.
15
3.6. Alur Kerja
1. Hari Pertama
Membuat kultur bakteri S. mutans pada media blood agar
2. Hari Kedua
Membuat suspensi bakteri S. mutans sesuai standar Mc Farland 0,5
16
Stok bakteri S. mutans
Inkubasi 37oC selama 24 jam
Tanam ke media blood agar
Hasil kultur S. mutans pada media blood agar
Suspensikan ke dalam larutan NaCl fisiologis
Membuat suspensi gambir dari ekstrak gambir blok
17
Ekstrak gambir blok digerus kemudian ditimbang
Larutan induk (konsentrasi 40 mg/ml)
4000 mg ekstrak gambir serbuk
Larutkan dalam 100 ml aquadest
Sterilkan dengan vacuum filter
dibuang
Aquadest20ml
1 32
20ml
20ml
20ml 20ml
20ml
Konsentrasi 40 mg/ml
Konsentrasi 20 mg/ml
Konsentrasi 10 mg/ml
Membuat kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth
18
Suspensi bakteri S. mutans
T1 TK-TK +TKS1T3T2
0,1 ml0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml0,1 ml
NPP3P2P1
K-K+KS1P3BP3AP2BP2AP1BP1A
Inkubasi 37oC selama 24 jam
120’’ 120’’ 120’’ 30’’30’’30’’ 30’’30’’
KS2 KS3
TKS2 TKS3
3. Hari Ketiga
Membaca hasil kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth
Menguji kemungkinan kontaminasi pada BHI broth kultur
4. Hari Keempat
Melihat apakah terdapat kontaminasi atau tidak
19
Tiga Pengamat
Kejernihan secara visual
BHI broth kultur yang keruh
Inkubasi 37oC selama 24 jam
Tanam pada media blood agar
3.7. Cara Kerja
1. Hari Pertama
Membuat kultur bakteri S. mutans pada media blood agar
1. Ambil satu loop bakteri S. mutans dari stok bakteri dengan
menggunakan osse steril.
2. Tanam pada media blood agar.
3. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
2. Hari Kedua
Membuat suspensi bakteri S. mutans sesuai standar Mc Farland 0,5
1. Ambil koloni bakteri dari media blood agar dengan osse
steril.
2. Suspensikan bakteri tersebut ke dalam larutan NaCl fisiologis
sampai didapatkan kekeruhan sesuai standar Mc. Farland 0,5.
Membuat suspensi gambir dari ekstrak gambir blok (Lampiran 1)
Membuat kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth
1. Siapkan 8 tabung reaksi steril dan 11 tabung media BHI
broth.
2. Tabung reaksi 1 diisi 1 ml suspensi gambir dengan
konsentrasi 10 mg/ml (disebut tabung T1).
3. Tabung reaksi 2 diisi 1 ml suspensi gambir dengan
konsentrasi 20 mg/ml (disebut tabung T2).
4. Tabung reaksi 3 diisi 1 ml suspensi gambir dengan
konsentrasi 40 mg/ml (disebut tabung T3).
20
5. Tabung reaksi 4 diisi 1 ml suspensi gambir dengan
konsentrasi 10 mg/ml (disebut tabung TKS1).
6. Tabung reaksi 5 diisi 1 ml suspensi gambir dengan
konsentrasi 20 mg/ml (disebut tabung TKS2).
7. Tabung reaksi 6 diisi 1 ml suspensi gambir dengan
konsentrasi 40 mg/ml (disebut tabung TKS3).
8. Tabung reaksi 7 diisi 1 ml larutan NaCl fisiologis (disebut
tabung TK+).
9. Tabung reaksi 8 diisi 1 ml formalin (disebut tabung TK-).
10. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung
T1 (selanjutnya disebut tabung P1). Kocok tabung P1 untuk
memastikan terjadi kontak dengan bakteri.
11. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung
T1 (disebut WP1).
12. 30 detik setelah WP1, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung P1 ke dalam media BHI broth (disebut tabung
P1A).
13. 120 detik setelah WP1, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung P1 ke dalam media BHI broth (disebut tabung
P1B).
14. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung
T2 (selanjutnya disebut tabung P2). Kocok tabung P2 untuk
memastikan terjadi kontak dengan bakteri.
21
15. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung
T2 (disebut WP2).
16. 30 detik setelah WP2, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung P2 ke dalam media BHI broth (disebut tabung
P2A).
17. 120 detik setelah WP2, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung P2 ke dalam media BHI broth (disebut tabung
P2B).
18. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung
T3 (selanjutnya disebut tabung P3). Kocok tabung P3 untuk
memastikan terjadi kontak dengan bakteri.
19. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung
T3 (disebut WP3).
20. 30 detik setelah WP3, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung P3 ke dalam media BHI broth (disebut tabung
P3A).
21. 120 detik setelah WP3, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung P3 ke dalam media BHI broth (disebut tabung
P3B).
22. Masukkan satu osse penuh suspensi dari tabung TKS1 ke
dalam media BHI broth (disebut tabung KS1).
23. Masukkan satu osse penuh suspensi dari tabung TKS2 ke
dalam media BHI broth (disebut tabung KS2).
22
24. Masukkan satu osse penuh suspensi dari tabung TKS3 ke
dalam media BHI broth (disebut tabung KS3).
25. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung
TK+ (selanjutnya disebut tabung P). Kocok tabung P untuk
memastikan terjadi kontak dengan bakteri.
26. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung
TK+ (disebut WK+).
27. 30 detik setelah WK+, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung P ke dalam media BHI broth (disebut tabung
K+).
28. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung
TK- (selanjutnya disebut tabung N). Kocok tabung N untuk
memastikan terjadi kontak dengan bakteri.
29. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung
TK- (disebut WK-).
30. 30 detik setelah WK-, masukkan satu osse penuh suspensi
dari tabung N ke dalam media BHI broth (disebut tabung K-).
31. Inkubasi seluruh media BHI broth kultur pada suhu 37oC
selama 24 jam.
32. Lakukan prosedur no. 1 sampai no. 31 sebanyak lima kali.
23
3. Hari Ketiga
Membaca hasil kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth
1. Tiga orang pengamat secara independen menilai tingkat
kejernihan secara visual.
2. Mencatat hasil pengamatan.
Menguji kemungkinan kontaminasi pada BHI broth kultur
1. Kumpulkan BHI broth kultur yang keruh.
2. Tanam pada media blood agar untuk masing-masing BHI
broth kultur yang keruh.
3. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
4. Hari Keempat
Mengamati apakah terdapat kontaminasi atau tidak dengan cara
melihat hasil kultur pada media blood agar.
3.8. Variabel Penelitian
3.8.1. Variabel Bebas
Konsentrasi ekstrak gambir
Skala : ordinal
Waktu kontak
Skala : ordinal
3.8.2. Variabel Tergantung
Pertumbuhan S. mutans
Skala : nominal
24
3.9. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan diedit, dikoding, di-entry dan
cleaning data. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan
uji Mann-Whitney. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 13.0 for
Windows.
3.10. Definisi Operasional
KategoriVariabel
NamaVariabel
Keterangan Skala Nilai
Bebas
Tergantung
Konsentrasi ekstrak gambir
Waktu kontak
Pertumbuhan S. mutans
Konsentrasi ekstrak gambir dalam aquadest yang ditambahkan pada bakteri S. mutans.Dinyatakan dalam mg/ml.
Waktu kontak antara S. mutans dengan ekstrak gambir sebelum dilakukan kultur pada media BHI broth. Dinyatakan dalam detik.
Kemampuan menghambat pertumbuhan S. mutans yang ditandai dengan kejernihan secara visual oleh tiga orang pengamat pada BHI broth kultur.
Ordinal
Ordinal
Nominal
1= 10 mg/ml2= 20 mg/ml3= 40 mg/ml
1= 30 detik2= 120 detik
0 = keruhtidak ada penghambatan pertumbuhan kuman1 = jernihada penghambatan pertumbuhan kuman
25
DAFTAR PUSTAKA
1 Unilever Indonesia. Apresiasi pepsodent dalam gerakan nasional senyum
Indonesia senyum pepsodent. [Online]. 2007 Dec 18 [cited 2008 March 12];
Available from:
URL:http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/beritaandmedia/siaranpers/
_2007/
ApresiasiPepsodentdalamGerakanNasionalSenyumIndonesiaSenyumPepsod
ent.asp
2. Loesche WJ. Microbiology of dental decay and periodontal disease. In:
Baron S, editor. Medical microbiology. 4th ed. Galveston, Texas: The
University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996. p. 1169-84.
3. McGhee JR, Michalek SM. Oral streptococci with emphasis on
Streptococcus mutans. In: McGhee JR, Michalek SM, Cassell GH, editor.
Dental microbiology. Philadelphia: Harper & Row Publishers; 2000. p. 679-
89.
4. Naini A. Pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn) terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans. Indonesian Journal of Dentistry 2006
Aug;13(2):90-4.
5. Ciptaningtyas VR. Perbandingan efek antibakteri ekstrak gambir (Uncaria
gambir) pada berbagai konsentrasi terhadap Streptococcus mutans.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007. p. 8.
26
6. Wijaya D, Samad R. Daya hambat teh hitam, teh hijau dan teh oolong
terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Jurnal PDGI 2004;55:82-7.
7. Gani BA, Tanzil A, Mangundjaja S. Aspek molekuler sifat virulensi
Streptococcus mutans. Indonesian Journal of Dentistry 2006 Aug;13(2):107-
14.
8. Samaranayake LP, Jones BM, Scully C. Essential microbiology for
dentistry. London: Churchill Livingstone; 2002. p. 207.
9. Amos, Zainuddin I, Triputranto A, Rusmandana B, Ngudiwaluyo S.
Teknologi pasca panen gambir. Jakarta: BBPT Press; 2004. p. 5-22.
10. Risfaheri, Yanti L. Pengaruh ketuaan dan penanganan daun sebelum
pengempaan terhadap rendemen dan mutu gambir. Bul Littro 1993;8(1):47-
51.
11. Zixin Z. Development of tea’s prevention of tooth decay. [Online]. 2005
[cited 2007 Dec 16]; Available from:
URL:http://www.teawindow.com/expo/news.php?id=607&sortid=5
12. Mayangsari A, Johan A. Pengaruh pemberian katekin teh hijau terhadap
jumlah leukosit dan netrofil. Media Medika Muda 2006 Jan;2:51-5.
13. Sangat HM. Kamus penyakit dan tumbuhan obat Indonesia (Etnofitomedika
I). Jakarta: Yayasan Obat Indonesia; 2000. p. 4,26,82-95.
14. Heyne K. Tumbuhan berguna Indonesia. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya; 1987. p. 1767-75.
15. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan dan efek-efek
sampingnya. 5th ed. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2002. p. 228-40.
27
16. Chambers HF. Berbagai macam agen antimikroba, disinfektan dan sterilan.
In: Katzung BG, editor. Farmakologi dasar dan klinik. 8th ed. Jakarta:
Salemba Medika; 2004. p. 163-77.
17. Cappucino JG, Sherman N. Microbiology a laboratory manual. 6th ed. San
Francisco: Benjamin Cummings; 2002. p. 280.
28
LAMPIRAN 1
Membuat suspensi gambir dari ekstrak gambir blok.
Ekstrak gambir blok diperoleh dari perkebunan tradisional di Provinsi Sumatera
Barat.
Alat
1. Mortar
2. Neraca analitik
3. Pipet ukur 1 ml
4. Vacuum filter
5. Tabung reaksi steril
6. Rak tabung reaksi
Bahan
1. Ekstrak gambir blok
2. Aquadest
Cara Kerja
1. Gerus ekstrak gambir blok hingga menjadi serbuk halus.
2. Ekstrak yang sudah berupa serbuk ditimbang seberat 4000 mg.
3. Larutkan ekstrak tersebut ke dalam 100 ml aquadest sehingga
diperoleh konsentrasi gambir 40 mg/ml.
4. Sterilkan larutan tersebut menggunakan vacuum filter. Selanjutnya
larutan ini disebut larutan induk.
5. Siapkan 3 buah tabung reaksi steril.
29
6. Tabung 1 diisi 20 ml larutan induk (konsentrasi 40 mg/ml).
7. Tabung 2 diisi 20 ml larutan induk dan 20 ml aquadest (konsentrasi
20 mg/ml).
8. Tabung 3 diisi 20 ml larutan dari tabung 2 dan 20 ml aquadest
(konsentrasi 10 mg/ml).
9. Buang 20 ml larutan dari tabung 3.
30
LAMPIRAN 2
Gambar 1. S. mutans. Pewarnaan Gram menunjukkan bakteri berbentuk kokus
tersusun seperti rantai dan bersifat gram-positif.
Gambar 2. S. mutans. Bersifat α-haemolysis pada
media blood agar.
31
Gambar 3. U. gambir Roxb. Tanaman menjalar ini tumbuh subur pada tanah
yang baik peresapan airnya.
Gambar 4. U. gambir Roxb. Daunnya berbentuk oval dengan tangkai daun
yang pendek.
32
Gambar 5. U. gambir Roxb. Bunganya berbentuk pipa dengan cerocok seperti
buah cengkeh.
Gambar 6. U. gambir Roxb. Tanaman yang sedang berbunga.
33
Gambar 7. Ekstrak gambir blok. Warnanya kecoklatan dengan bentuk kubus.
Gambar 8. Ekstrak gambir blok. Berbentuk silinder sesuai dengan cetakannya.
34
IDENTITAS PENELITIAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA
1. Judul : Perbandingan Efek Antibakteri Ekstrak Gambir
(Uncaria gambir Roxb) terhadap Streptococcus
mutans pada Waktu Kontak dan Konsentrasi yang
Berbeda
2. Bagian : Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
3. Nama : Yulia Sari Risnawati
4. NIM : G2A 004 191
5. Pembimbing Utama : Drg. Susanti Munandar, MDSc., Sp.Ort
6. Pembimbing Pendamping : Dr. Helmia Farida, M.Kes., Sp.A
7. Lama Penelitian : dua minggu
8. Dana yang diperlukan (rancangan) :
a. Total : Rp 852.500,00
b. Rincian :
Media BHI broth :55 x Rp 3.500,00 = Rp. 192.500,00
Media blood agar :55 x Rp 10.000,00 = Rp. 550.000,00
Stok kuman S. mutans : Rp. 100.000,00
Eksrak gambir blok : Rp. 10.000,00
35