BAB I

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karies merupakan salah satu masalah kesehatan yang belum dapat diatasi secara tuntas. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05%. 1 Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Karies gigi disebabkan oleh bakteri penghasil asam seperti Lactobacilli dan Streptococci. Dari golongan ini, yang berperan paling penting dalam patogenesis karies adalah Streptococcus mutans. 2 Organisme ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clarke pada tahun 1924. 3 Lokasi utama S. mutans adalah di permukaan enamel. 2 Bakteri S. mutans dapat berubah menjadi patogen bila populasinya meningkat. Ia mampu 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karies merupakan salah satu masalah kesehatan yang belum dapat

diatasi secara tuntas. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05%.1

Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat untuk menjaga

kebersihan gigi dan mulut.

Karies gigi disebabkan oleh bakteri penghasil asam seperti

Lactobacilli dan Streptococci. Dari golongan ini, yang berperan paling

penting dalam patogenesis karies adalah Streptococcus mutans.2

Organisme ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clarke pada

tahun 1924.3 Lokasi utama S. mutans adalah di permukaan enamel.2

Bakteri S. mutans dapat berubah menjadi patogen bila populasinya

meningkat. Ia mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam yang

merupakan faktor penting untuk terbentuknya karies.4 Oleh karena itu,

karies dapat dicegah dengan jalan mengontrol populasi bakteri ini dan

menghambat aktivitasnya.

Gambir merupakan tanaman yang sudah dikenal masyarakat luas.

Sejak dulu, gambir digunakan untuk campuran makan sirih dan ramuan

obat tradisional. Pada penelitian yang dilakukan VR. Ciptaningtyas tahun

1

Page 2: BAB I

2007, ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat menghambat

pertumbuhan S. mutans.5

Gambir mengandung bahan kimia yang dapat mencegah karies

seperti catechol dan catechin. Catechol mampu menghambat aktivitas

enzim glucosyltransferase (Gtf) sedangkan catechin dapat menghambat

pembentukan extracellular glucan yang dihasilkan S. mutans. Glucan ini

berfungsi melekatkan bakteri pada permukaan gigi.6

Indonesia sebagai salah satu eksportir gambir terbesar di dunia

seharusnya mengolah dan memanfaatkan gambir semaksimal mungkin.

Namun pada kenyataannya, pemanfaatan gambir terutama di bidang

kesehatan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti

efek anti bakteri gambir sehingga dapat diaplikasikan untuk keperluan

kesehatan, utamanya kesehatan gigi dan mulut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah waktu kontak dan konsentrasi menentukan efek

antibakteri ekstrak gambir terhadap pertumbuhan S. mutans?

2. Pada kombinasi waktu kontak dan konsentrasi berapakah,

ekstrak gambir memiliki efek paling optimal terhadap

pertumbuhan S. mutans?

2

Page 3: BAB I

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Membandingkan efek antibakteri ekstrak gambir terhadap S.

mutans pada waktu kontak dan konsentrasi yang berbeda.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Membandingkan efek antibakteri ekstrak gambir terhadap S.

mutans pada waktu kontak 30 detik dan 120 detik serta

konsentrasi 10 mg/ml, 20 mg/ml dan 40 mg/ml.

2. Menentukan kombinasi waktu kontak dan konsentrasi ekstrak

gambir yang memiliki efek paling optimal terhadap

pertumbuhan S. mutans.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui cara penggunaan ekstrak gambir agar

didapat efek antibakteri yang paling optimal.

2. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

3

Page 4: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karies Gigi

Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang terjadi akibat

proses dissolusi dan demineralisasi gigi, terutama substansi

hydroxylapatite oleh asam hasil fermentasi bakteri kariogenik. Bakteri ini

tumbuh pada plak yang menempel di permukaan gigi.3 Akumulasi plak

yang terus-menerus dapat mempercepat terjadinya karies. Sehingga

kontrol terhadap pembentukan plak dan pertumbuhan bakteri sangat

penting untuk mencegah karies.

2.2. Streptococcus mutans

2.2.1. Karakteristik Umum

S. mutans merupakan flora normal dalam rongga mulut sehingga

selalu ditemukan dalam jumlah yang kecil.2 Bakteri ini diklasifikasikan

menjadi:

Kerajaan : Monera

Divisi : Firmicute

Kelas : Bacili

Ordo : Lactobacilaes

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans.7

4

Page 5: BAB I

S. mutans adalah bakteri gram positif, non motil, fakultatif anaerob

dan bersifat α-haemolysis pada media blood agar. Media selektif untuk

bakteri ini adalah mitis-salivarius agar (MSA) dan bacitracin agar. Hasil

kulturnya memiliki karakteristik koloni yang menonjol, cembung dan

putih terang.8

2.2.2. Patogenesis

Molekul adhesin merupakan protein permukaan yang diekspresikan

oleh S. mutans dan berperan sebagai perantara untuk melekat pada

pelikel gigi. Perlekatan ini ditandai dengan adanya interaksi antara

molekul adhesin dengan reseptor spesifik sebagai proses awal

patogenesis karies.7

Molekul adhesin dinding sel S. mutans berupa glucosyltransferase

(Gtf) dan glucan binding protein (Gbp) sedangkan reseptor spesifik

dapat berupa glikoprotein pelikel, komponen saliva dan protein

permukaan sel oral steptococci lainnya.7

Biofilm dalam rongga mulut disebut juga plak gigi. Ia merupakan

kumpulan dari glucan, bakteri dan komponen saliva yang membentuk

suatu quorum sensing. Terbentuknya biofilm diawali oleh perlekatan

molekul adhesin dengan glikoprotein pelikel gigi. Perlekatan bakteri S.

mutans pada email diikuti dengan proses koagregasi, kolonisasi dan

koadhesi sampai terbentuknya biofilm.7

S. mutans menghasilkan dua enzim yaitu glucosyltransferase (Gtf)

dan fructosyltransferase ( Ftf). Enzim-enzim ini bersifat spesifik. Gtf

merubah sukrosa menjadi glucan sedangkan Ftf akan membentuk fructan

5

Page 6: BAB I

dari fruktosa. Glucan terdiri dari gugus glukosa ikatan α-1,6 dan α-1,3.

Ikatan glukosa α-1.3 ini berfungsi pada perlekatan dan peningkatan

koloni bakteri dalam kaitannya dengan pembentukan plak sedangkan

fructan digunakan sebagai cadangan energi.7

Di dalam plak, koloni S. mutans akan memfermentasi sukrosa

menjadi asam yang mengakibatkan penurunan pH pada permukaan gigi.

Jika sudah mencapai pH kritis (5,2-5,5) maka email akan mengalami

dissolusi dan demineralisasi sehingga terjadilah karies.7

2.3. Tanaman Gambir ( Uncaria gambir Roxb )

2.3.1. Karakteristik Umum

Tanaman gambir yang oleh masyarakat kita digunakan sebagai

campuran makan sirih, dikelompokkan menjadi:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Rubiaceae

Genus : Uncaria

Spesies : Uncaria gambir

Nama binomial : Uncaria gambir Roxb.9

Tanaman gambir adalah tanaman menjalar dengan batang

mengandung zat kayu. Diameter batang yang sudah tua bisa mencapai

4,5 cm. Bentuk daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm dan

lebar 4-6,5 cm. Pangkal daunnya berbulu tipis. Panjang tangkai daun 0,5-

6

Page 7: BAB I

0,75 cm. Antara tangkai daun dan dahan tumbuh serangkaian bunga.

Bunganya berbentuk seperti pipa dengan panjang 2-4 cm dengan jumlah

bunga 40-60 helai yang terpisah satu dengan lainnya. Pada ujungnya

terdapat cerocok seperti buah cengkeh yang bersegi lima.9

Tanaman gambir tumbuh subur di dataran rendah dengan

ketinggian 0-200 m di atas permukaan laut (dpl). Penanaman di atas 500

m dpl tidak menguntungkan karena daun yang dihasilkan menjadi lebih

sedikit. Penanaman gambir umumnya dilakukan pada lahan yang baik

peresapan airnya, mendapat cahaya matahari penuh dan curah hujan

sekitar 3.000 mm/tahun. Pembibitan dapat menggunakan biji, stek atau

cangkok.9

Gambir diperoleh dari ekstraksi getah daunnya. Kualitasnya tidak

hanya ditentukan oleh proses pengempaan tapi juga kondisi bahan baku.

Menurut Burkill (1935), daun yang muda mengandung catechin jauh

lebih tinggi dibandingkan daun yang tua. Eaton dan Bishop (1926)

mengatakan, proses pengolahan gambir dipengaruhi oleh kesegaran

pemetikan, suhu ekstraksi, keasaman cairan dan suhu evaporasi. Kadar

catechin akan berkurang karena penundaan pengolahan.10

2.3.2. Kandungan Bahan Kimia

Kandungan yang dimilik gambir antara lain catechol, D-catechin,

ellagic-acid, epicatechin, gallic-acid, gambiriin-A1, gambiriin-B3,

mucilage dan quercetin.9

Catechol memiliki efek anti bakteri. Ia mampu mengontrol bahkan

membunuh bakteri dan mencegah perlekatan bakteri pada substansi

7

Page 8: BAB I

hydroksilapatite. Interaksinya dengan protein permukaan bakteri akan

mengurangi daya hidrofobik yang berperan untuk melekatkan bakteri

pada permukaan gigi . Selain itu, ia memliki kemampuan untuk

menghambat aktivitas Gtf.11

Catechin merupakan salah satu zat aktif yang terdapat pada

gambir.9 Manfaatnya antara lain sebagai anti oksidan, anti kanker dan

anti bakteri alamiah.12 Kandungan catechin dalam gambir antara 7-33%.9

Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sakanaka menunjukkan bahwa

catechin dapat menghancurkan bakteri kariogenik penghasil glucan. Cao

Jin dari Hunn Medical University, China, meneliti pengaruh catechin dan

hasilnya, jumlah bakteri, plak serta pembentukan extracellular glucan

berkurang.6

2.3.3. Manfaat Gambir

Gambir sebagai salah satu tanaman obat, digunakan oleh

masyarakat kita untuk berbagai keperluan. Etnis Aceh memanfaatkan

getahnya untuk mengatasi muntah dan diare. Etnis Jawa sering

menggunakannya sebagai bahan ramuan jamu tradisional, obat penyakit

disentri dan penguat gigi. Masyarakat Madura memakainya untuk

mengurangi nyeri haid.13

Dibidang industri farmasi, gambir telah dikembangkan sebagai

bahan baku berbagai macam obat seperti obat diare, penyakit hati,

sariawan, sakit perut dan kerongkongan.9 Menurut Ridley, gambir

sebagai obat bekerja baik sekali terhadap disentri dan penyakit perut

yang menahun. Orang Melayu menggunakannya untuk menghentikan

8

Page 9: BAB I

perdarahan dan mengobati bisul. Selain itu juga digunakan sebagai obat

penyakit tenggorokan.14

2.4. Antiseptik

Antiseptik adalah zat yang digunakan untuk mematikan atau

menghentikan pertumbuhan kuman patogen dan utamanya digunakan

pada jaringan hidup.15 Antiseptik merupakan agen dengan toksisitas

cukup rendah terhadap sel inang, sehingga dapat langsung digunakan

pada kulit, membran mukosa atau luka.16

Pemakaian antiseptik hanya terbatas pada penggunaan lokal saja

dan tidak dapat digunakan secara sistemik. Daya kerja antiseptik tidak

membedakan antara mikroorganisme dengan jaringan tubuh, tetapi

dengan dosis yang tepat tidak akan memberi dampak yang buruk.15

Suatu zat dapat digunakan sebagai antiseptik yang ideal jika

memenuhi kriteria berikut: (1) kerjanya cepat dan tahan lama, (2) bersifat

mikrobiosida yang luas, (3) toksisitas dan daya absorbsinya rendah, (4)

tidak merangsang kulit dan mukosa, (5) daya kerjanya tidak dipengaruhi

oleh eksudat.15

Antiseptik digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu: (1)

senyawa halogen, (2) derivat fenol, (3) zat-zat dengan aktivitas

permukaan, (4) senyawa alkohol, aldehid dan asam, (5) senyawa logam,

(6) oksidansia.15

Catechol dan catechin pada gambir termasuk golongan fenol.

Mekanisme kerja fenol berdasarkan denaturasi dan pengendapan protein

sel bakteri serta menonaktifkan enzim-enzim.16 Kemampuan fenol dalam

9

Page 10: BAB I

membunuh kuman akan berkurang dengan adanya zat-zat organik seperti

darah atau pus.15

Konsentrasi suatu antiseptik mempengaruhi aktivitasnya untuk

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dengan konsentrasi yang

lebih tinggi, kuman akan lebih cepat mati, tapi efek sampingnya terhadap

jaringan juga akan lebih besar. Konsentrasi yang tepat dapat menghindari

munculnya efek toksik yang tidak diinginkan dan kerjanya akan lebih

optimal.17

Tidak semua mikroba dapat dibunuh dalam waktu paparan yang

sama tergantung sensitivitasnya terhadap antiseptik. Semakin panjang

waktu kontak antara antiseptik dengan kuman, aktivitasnya akan semakin

besar. Penentuan waktu kontak juga harus mempertimbangkan

toksisitasnya.17

Kondisi lingkungan seperti suhu, pH dan keberadaan bahan organik

juga menentukan aktivitas antiseptik. Peningkatan temperatur akan

meningkatkan reaksi kimia antara antiseptik dengan substansi kuman

sehingga kuman yang terbunuh akan semakin banyak.17

pH tidak hanya mempengaruhi kerja antiseptik saja tapi juga

mempengaruhi kuman. Bahkan pada pH yang ekstrim, kuman dapat

terbunuh. Perubahan pH dapat menyebabkan ionisasi serta peningkatan

atau justru penurunan efek suatu antiseptik. Keberadaan bahan-bahan

organik seperti darah, pus dan cairan jaringan akan mengurangi efek

antiseptik karena ia akan bereaksi dengan bahan-bahan tersebut.17

10

Page 11: BAB I

2.5. Kerangka Teori

11

Ekstrak gambir(catechol, catechin)

Proses pembuatan

ekstrak

Kondisi bahan baku

Konsentrasi

Waktu kontak

Suhu

pH

Zat-zat organis

Plak gigi

Karies gigi

Denaturasi proteinAnti Gtf

PertumbuhanS. mutans

Menghambat

Page 12: BAB I

2.6. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis

Lamanya waktu kontak dan besarnya konsentrasi mempengaruhi

efek antibakteri ekstrak gambir terhadap S. mutans.

12

Ekstrak Gambir

PertumbuhanS. mutans.

Waktu kontak

Konsentrasi

Menghambat

Page 13: BAB I

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1. Ruang Lingkup Ilmu

Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini meliputi Ilmu

Penyakit Gigi dan Mulut dan Mikrobiologi.

3.1.2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

3.1.3. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan kurang lebih selama

dua minggu.

3.2. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium

dengan post test only control group design.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini meliputi ekstrak gambir.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini meliputi suspensi gambir yang dibuat sesuai

dengan prosedur pada lampiran 1.

13

Page 14: BAB I

3.3.3. Kriteria Inklusi

Suspensi gambir yang dibuat sesuai dengan prosedur pada lampiran

1, dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro segera sebelum dilakukan pengujian efek anti

bakterinya.

3.3.4. Kriteria Eksklusi

Suspensi gambir yang terkontaminasi bakteri atau jamur. Pengujian

kontaminasi ini dilakukan dengan melakukan penanaman pada media

blood agar.

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat

1. Mortar

2. Neraca analitik

3. Pipet ukur 0,1 ml, 1 ml, 2 ml

3. Vacuum filter

4. Tabung reaksi

5. Rak tabung reaksi

6. Lampu Bunsen

7. Korek api

8. Osse

9. Stopwatch

10. Inkubator

14

Page 15: BAB I

3.4.2. Bahan

1. Ekstrak gambir blok (diperoleh dari perkebunan tradisional di

Provinsi Sumatera Barat)

2. Stok bakteri S. mutans

3. Media BHI broth

4. Media blood agar

5. Aquadest

6. Larutan NaCl fisiologis

7. Formalin

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

berupa tingkat kejernihan secara visual oleh tiga orang pengamat pada

media BHI broth yang telah diberi perlakuan sebagai indikator

kemampuan ekstrak gambir menghambat pertumbuhan S. mutans.

15

Page 16: BAB I

3.6. Alur Kerja

1. Hari Pertama

Membuat kultur bakteri S. mutans pada media blood agar

2. Hari Kedua

Membuat suspensi bakteri S. mutans sesuai standar Mc Farland 0,5

16

Stok bakteri S. mutans

Inkubasi 37oC selama 24 jam

Tanam ke media blood agar

Hasil kultur S. mutans pada media blood agar

Suspensikan ke dalam larutan NaCl fisiologis

Page 17: BAB I

Membuat suspensi gambir dari ekstrak gambir blok

17

Ekstrak gambir blok digerus kemudian ditimbang

Larutan induk (konsentrasi 40 mg/ml)

4000 mg ekstrak gambir serbuk

Larutkan dalam 100 ml aquadest

Sterilkan dengan vacuum filter

dibuang

Aquadest20ml

1 32

20ml

20ml

20ml 20ml

20ml

Konsentrasi 40 mg/ml

Konsentrasi 20 mg/ml

Konsentrasi 10 mg/ml

Page 18: BAB I

Membuat kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth

18

Suspensi bakteri S. mutans

T1 TK-TK +TKS1T3T2

0,1 ml0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml0,1 ml

NPP3P2P1

K-K+KS1P3BP3AP2BP2AP1BP1A

Inkubasi 37oC selama 24 jam

120’’ 120’’ 120’’ 30’’30’’30’’ 30’’30’’

KS2 KS3

TKS2 TKS3

Page 19: BAB I

3. Hari Ketiga

Membaca hasil kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth

Menguji kemungkinan kontaminasi pada BHI broth kultur

4. Hari Keempat

Melihat apakah terdapat kontaminasi atau tidak

19

Tiga Pengamat

Kejernihan secara visual

BHI broth kultur yang keruh

Inkubasi 37oC selama 24 jam

Tanam pada media blood agar

Page 20: BAB I

3.7. Cara Kerja

1. Hari Pertama

Membuat kultur bakteri S. mutans pada media blood agar

1. Ambil satu loop bakteri S. mutans dari stok bakteri dengan

menggunakan osse steril.

2. Tanam pada media blood agar.

3. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

2. Hari Kedua

Membuat suspensi bakteri S. mutans sesuai standar Mc Farland 0,5

1. Ambil koloni bakteri dari media blood agar dengan osse

steril.

2. Suspensikan bakteri tersebut ke dalam larutan NaCl fisiologis

sampai didapatkan kekeruhan sesuai standar Mc. Farland 0,5.

Membuat suspensi gambir dari ekstrak gambir blok (Lampiran 1)

Membuat kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth

1. Siapkan 8 tabung reaksi steril dan 11 tabung media BHI

broth.

2. Tabung reaksi 1 diisi 1 ml suspensi gambir dengan

konsentrasi 10 mg/ml (disebut tabung T1).

3. Tabung reaksi 2 diisi 1 ml suspensi gambir dengan

konsentrasi 20 mg/ml (disebut tabung T2).

4. Tabung reaksi 3 diisi 1 ml suspensi gambir dengan

konsentrasi 40 mg/ml (disebut tabung T3).

20

Page 21: BAB I

5. Tabung reaksi 4 diisi 1 ml suspensi gambir dengan

konsentrasi 10 mg/ml (disebut tabung TKS1).

6. Tabung reaksi 5 diisi 1 ml suspensi gambir dengan

konsentrasi 20 mg/ml (disebut tabung TKS2).

7. Tabung reaksi 6 diisi 1 ml suspensi gambir dengan

konsentrasi 40 mg/ml (disebut tabung TKS3).

8. Tabung reaksi 7 diisi 1 ml larutan NaCl fisiologis (disebut

tabung TK+).

9. Tabung reaksi 8 diisi 1 ml formalin (disebut tabung TK-).

10. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung

T1 (selanjutnya disebut tabung P1). Kocok tabung P1 untuk

memastikan terjadi kontak dengan bakteri.

11. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung

T1 (disebut WP1).

12. 30 detik setelah WP1, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung P1 ke dalam media BHI broth (disebut tabung

P1A).

13. 120 detik setelah WP1, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung P1 ke dalam media BHI broth (disebut tabung

P1B).

14. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung

T2 (selanjutnya disebut tabung P2). Kocok tabung P2 untuk

memastikan terjadi kontak dengan bakteri.

21

Page 22: BAB I

15. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung

T2 (disebut WP2).

16. 30 detik setelah WP2, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung P2 ke dalam media BHI broth (disebut tabung

P2A).

17. 120 detik setelah WP2, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung P2 ke dalam media BHI broth (disebut tabung

P2B).

18. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung

T3 (selanjutnya disebut tabung P3). Kocok tabung P3 untuk

memastikan terjadi kontak dengan bakteri.

19. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung

T3 (disebut WP3).

20. 30 detik setelah WP3, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung P3 ke dalam media BHI broth (disebut tabung

P3A).

21. 120 detik setelah WP3, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung P3 ke dalam media BHI broth (disebut tabung

P3B).

22. Masukkan satu osse penuh suspensi dari tabung TKS1 ke

dalam media BHI broth (disebut tabung KS1).

23. Masukkan satu osse penuh suspensi dari tabung TKS2 ke

dalam media BHI broth (disebut tabung KS2).

22

Page 23: BAB I

24. Masukkan satu osse penuh suspensi dari tabung TKS3 ke

dalam media BHI broth (disebut tabung KS3).

25. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung

TK+ (selanjutnya disebut tabung P). Kocok tabung P untuk

memastikan terjadi kontak dengan bakteri.

26. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung

TK+ (disebut WK+).

27. 30 detik setelah WK+, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung P ke dalam media BHI broth (disebut tabung

K+).

28. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri S. mutans ke dalam tabung

TK- (selanjutnya disebut tabung N). Kocok tabung N untuk

memastikan terjadi kontak dengan bakteri.

29. Catat waktu saat mulai memasukkan kuman ke dalam tabung

TK- (disebut WK-).

30. 30 detik setelah WK-, masukkan satu osse penuh suspensi

dari tabung N ke dalam media BHI broth (disebut tabung K-).

31. Inkubasi seluruh media BHI broth kultur pada suhu 37oC

selama 24 jam.

32. Lakukan prosedur no. 1 sampai no. 31 sebanyak lima kali.

23

Page 24: BAB I

3. Hari Ketiga

Membaca hasil kultur bakteri S. mutans pada media BHI broth

1. Tiga orang pengamat secara independen menilai tingkat

kejernihan secara visual.

2. Mencatat hasil pengamatan.

Menguji kemungkinan kontaminasi pada BHI broth kultur

1. Kumpulkan BHI broth kultur yang keruh.

2. Tanam pada media blood agar untuk masing-masing BHI

broth kultur yang keruh.

3. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

4. Hari Keempat

Mengamati apakah terdapat kontaminasi atau tidak dengan cara

melihat hasil kultur pada media blood agar.

3.8. Variabel Penelitian

3.8.1. Variabel Bebas

Konsentrasi ekstrak gambir

Skala : ordinal

Waktu kontak

Skala : ordinal

3.8.2. Variabel Tergantung

Pertumbuhan S. mutans

Skala : nominal

24

Page 25: BAB I

3.9. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan diedit, dikoding, di-entry dan

cleaning data. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan

uji Mann-Whitney. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 13.0 for

Windows.

3.10. Definisi Operasional

KategoriVariabel

NamaVariabel

Keterangan Skala Nilai

Bebas

Tergantung

Konsentrasi ekstrak gambir

Waktu kontak

Pertumbuhan S. mutans

Konsentrasi ekstrak gambir dalam aquadest yang ditambahkan pada bakteri S. mutans.Dinyatakan dalam mg/ml.

Waktu kontak antara S. mutans dengan ekstrak gambir sebelum dilakukan kultur pada media BHI broth. Dinyatakan dalam detik.

Kemampuan menghambat pertumbuhan S. mutans yang ditandai dengan kejernihan secara visual oleh tiga orang pengamat pada BHI broth kultur.

Ordinal

Ordinal

Nominal

1= 10 mg/ml2= 20 mg/ml3= 40 mg/ml

1= 30 detik2= 120 detik

0 = keruhtidak ada penghambatan pertumbuhan kuman1 = jernihada penghambatan pertumbuhan kuman

25

Page 26: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1 Unilever Indonesia. Apresiasi pepsodent dalam gerakan nasional senyum

Indonesia senyum pepsodent. [Online]. 2007 Dec 18 [cited 2008 March 12];

Available from:

URL:http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/beritaandmedia/siaranpers/

_2007/

ApresiasiPepsodentdalamGerakanNasionalSenyumIndonesiaSenyumPepsod

ent.asp

2. Loesche WJ. Microbiology of dental decay and periodontal disease. In:

Baron S, editor. Medical microbiology. 4th ed. Galveston, Texas: The

University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996. p. 1169-84.

3. McGhee JR, Michalek SM. Oral streptococci with emphasis on

Streptococcus mutans. In: McGhee JR, Michalek SM, Cassell GH, editor.

Dental microbiology. Philadelphia: Harper & Row Publishers; 2000. p. 679-

89.

4. Naini A. Pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn) terhadap

pertumbuhan Streptococcus mutans. Indonesian Journal of Dentistry 2006

Aug;13(2):90-4.

5. Ciptaningtyas VR. Perbandingan efek antibakteri ekstrak gambir (Uncaria

gambir) pada berbagai konsentrasi terhadap Streptococcus mutans.

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007. p. 8.

26

Page 27: BAB I

6. Wijaya D, Samad R. Daya hambat teh hitam, teh hijau dan teh oolong

terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Jurnal PDGI 2004;55:82-7.

7. Gani BA, Tanzil A, Mangundjaja S. Aspek molekuler sifat virulensi

Streptococcus mutans. Indonesian Journal of Dentistry 2006 Aug;13(2):107-

14.

8. Samaranayake LP, Jones BM, Scully C. Essential microbiology for

dentistry. London: Churchill Livingstone; 2002. p. 207.

9. Amos, Zainuddin I, Triputranto A, Rusmandana B, Ngudiwaluyo S.

Teknologi pasca panen gambir. Jakarta: BBPT Press; 2004. p. 5-22.

10. Risfaheri, Yanti L. Pengaruh ketuaan dan penanganan daun sebelum

pengempaan terhadap rendemen dan mutu gambir. Bul Littro 1993;8(1):47-

51.

11. Zixin Z. Development of tea’s prevention of tooth decay. [Online]. 2005

[cited 2007 Dec 16]; Available from:

URL:http://www.teawindow.com/expo/news.php?id=607&sortid=5

12. Mayangsari A, Johan A. Pengaruh pemberian katekin teh hijau terhadap

jumlah leukosit dan netrofil. Media Medika Muda 2006 Jan;2:51-5.

13. Sangat HM. Kamus penyakit dan tumbuhan obat Indonesia (Etnofitomedika

I). Jakarta: Yayasan Obat Indonesia; 2000. p. 4,26,82-95.

14. Heyne K. Tumbuhan berguna Indonesia. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Sarana

Wana Jaya; 1987. p. 1767-75.

15. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan dan efek-efek

sampingnya. 5th ed. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2002. p. 228-40.

27

Page 28: BAB I

16. Chambers HF. Berbagai macam agen antimikroba, disinfektan dan sterilan.

In: Katzung BG, editor. Farmakologi dasar dan klinik. 8th ed. Jakarta:

Salemba Medika; 2004. p. 163-77.

17. Cappucino JG, Sherman N. Microbiology a laboratory manual. 6th ed. San

Francisco: Benjamin Cummings; 2002. p. 280.

28

Page 29: BAB I

LAMPIRAN 1

Membuat suspensi gambir dari ekstrak gambir blok.

Ekstrak gambir blok diperoleh dari perkebunan tradisional di Provinsi Sumatera

Barat.

Alat

1. Mortar

2. Neraca analitik

3. Pipet ukur 1 ml

4. Vacuum filter

5. Tabung reaksi steril

6. Rak tabung reaksi

Bahan

1. Ekstrak gambir blok

2. Aquadest

Cara Kerja

1. Gerus ekstrak gambir blok hingga menjadi serbuk halus.

2. Ekstrak yang sudah berupa serbuk ditimbang seberat 4000 mg.

3. Larutkan ekstrak tersebut ke dalam 100 ml aquadest sehingga

diperoleh konsentrasi gambir 40 mg/ml.

4. Sterilkan larutan tersebut menggunakan vacuum filter. Selanjutnya

larutan ini disebut larutan induk.

5. Siapkan 3 buah tabung reaksi steril.

29

Page 30: BAB I

6. Tabung 1 diisi 20 ml larutan induk (konsentrasi 40 mg/ml).

7. Tabung 2 diisi 20 ml larutan induk dan 20 ml aquadest (konsentrasi

20 mg/ml).

8. Tabung 3 diisi 20 ml larutan dari tabung 2 dan 20 ml aquadest

(konsentrasi 10 mg/ml).

9. Buang 20 ml larutan dari tabung 3.

30

Page 31: BAB I

LAMPIRAN 2

Gambar 1. S. mutans. Pewarnaan Gram menunjukkan bakteri berbentuk kokus

tersusun seperti rantai dan bersifat gram-positif.

Gambar 2. S. mutans. Bersifat α-haemolysis pada

media blood agar.

31

Page 32: BAB I

Gambar 3. U. gambir Roxb. Tanaman menjalar ini tumbuh subur pada tanah

yang baik peresapan airnya.

Gambar 4. U. gambir Roxb. Daunnya berbentuk oval dengan tangkai daun

yang pendek.

32

Page 33: BAB I

Gambar 5. U. gambir Roxb. Bunganya berbentuk pipa dengan cerocok seperti

buah cengkeh.

Gambar 6. U. gambir Roxb. Tanaman yang sedang berbunga.

33

Page 34: BAB I

Gambar 7. Ekstrak gambir blok. Warnanya kecoklatan dengan bentuk kubus.

Gambar 8. Ekstrak gambir blok. Berbentuk silinder sesuai dengan cetakannya.

34

Page 35: BAB I

IDENTITAS PENELITIAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA

1. Judul : Perbandingan Efek Antibakteri Ekstrak Gambir

(Uncaria gambir Roxb) terhadap Streptococcus

mutans pada Waktu Kontak dan Konsentrasi yang

Berbeda

2. Bagian : Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

3. Nama : Yulia Sari Risnawati

4. NIM : G2A 004 191

5. Pembimbing Utama : Drg. Susanti Munandar, MDSc., Sp.Ort

6. Pembimbing Pendamping : Dr. Helmia Farida, M.Kes., Sp.A

7. Lama Penelitian : dua minggu

8. Dana yang diperlukan (rancangan) :

a. Total : Rp 852.500,00

b. Rincian :

Media BHI broth :55 x Rp 3.500,00 = Rp. 192.500,00

Media blood agar :55 x Rp 10.000,00 = Rp. 550.000,00

Stok kuman S. mutans : Rp. 100.000,00

Eksrak gambir blok : Rp. 10.000,00

35