Post on 16-Jul-2019
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 41
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih
rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara itu realisasi
pendapatan menurun 49,32%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang mencapai 52,80%.
4.1 PENDAPATAN DAERAH
Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan II-2010 menurun
dibandingkan triwulan II-2009. Secara nominal, realisasi triwulan II-2010 sebesar Rp 263,37
Miliar dengan capaian 49,32% dari anggaran APBD 2010, capaian ini menurun secara
persentase realisasi dan secara nominal dibandingkan triwulan II-2009 yang sebesar
52,80%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian
di sisi realisasi Dana Perimbangan Pusat yang pencapaiannya menurun secara signifikan.
Tabel 4.1
Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang
ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan II-2010
sebesar Rp 206 Miliar dengan realisasi sebesar 48,01% dari anggaran induk, hal tersebut
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 234 Miliar
dengan persentase realisasi 51,32%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada
triwulan II-2010 lebih didorong oleh penurunan Dana Alokasi Khusus yang mana
anggarannya tahun 2010 mengalami pengurangan.
Sementara itu penghimpunan pajak daerah mengalami peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan pajak
kendaraan bermotor. Pada triwulan II-2010, Pemerintah Daerah berhasil menghimpun pajak
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Pendapatan Asli Daerah 76,980,000,000 47,398,549,966 61.57 103,283,066,210 56,552,833,250 54.76
Pajak daerah 72,160,000,000 40,409,441,767 56.00 93,420,724,011 52,428,876,535 56.12
Pajak Kendaraan Bermotor 24,889,144,538 13,310,183,250 53.48 11,742,615,224 17,581,193,253 149.72
Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 - -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 25,661,714,763 16,524,946,000 64.40 57,322,124,099 25,373,482,200 44.26
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 21,434,140,699 10,526,584,382 49.11 24,180,984,688 9,450,430,027 39.08
Pajak Air Permukaan 120,000,000 42,216,060 35.18 120,000,000 17,549,155 14.62
Pajak Air Bawah Tanah 15,000,000 5,512,075 36.75 15,000,000 6,221,900 41.48
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500,000,000 - - 550,000,000 - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4,320,000,000 6,989,108,199 161.78 9,312,342,199 4,123,956,715 44.28
Dana Perimbangan 457,524,910,000 234,820,475,001 51.32 430,749,380,658 206,822,645,664 48.01
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17,853,650,000 2,148,347,001 12.03 19,263,660,658 3,226,763,664 16.75
Dana Alokasi Umum 388,325,260,000 194,162,628,000 50.00 400,750,820,000 200,375,412,000 50.00
Dana Alokasi Khusus 51,346,000,000 38,509,500,000 75.00 10,734,900,000 3,220,470,000 30.00
Dana Darurat - - -
Dana Penyesuaian - - - - - -
Jumlah Pendapatan 534,504,910,000 282,219,024,967 52.80 534,032,446,868 263,375,478,914 49.32
II-2009Pendapatan Daerah APBD 2009
II-2010*APBD 2010
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
daerah sebesar Rp 56,55 Miliar melebihi penghimpunan pajak triwulan II-2009 sebesar Rp
40,40 Miliar.
Upaya pemerintah daerah meningkatkan self financing melalui peningkatan
penghimpunan pajak daerah telah berjalan cukup baik. Komposisi PAD telah meningkat
sebesar 21,47% sementara dana perimbangan mencapai 78,53%. Meningkatnya komposisi
PAD terhadap total anggaran lebih didorong oleh menurunnya realisasi Dana Perimbangan
pada triwulan laporan.
Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)
4.2 BELANJA DAERAH
Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan II-2010 lebih rendah dibandingkan
triwulan II-2009. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 217 Miliar dana APBD telah dibelanjakan
dengan persentase realisasi mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009
dengan pencapaian realisasi sebesar Rp 243 Miliar dengan persentase realisasi mencapai
45,63%. Kondisi ini terutama didorong oleh penurunan pos belanja modal secara signifikan,
sementara pos belanja pegawai dan pos belanja barang dan jasa sedikit mengalami
kenaikan. Pada APBD 2010, pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari
Rp 99 Miliar menjadi Rp 111 Miliar namun realisasi yang berjalan terkesan lambat.
Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)
Pendapatan Asli Daerah 76,980,000,000 47,398,549,966 16.79 103,283,066,210 56,552,833,250 21.47
Pajak daerah 72,160,000,000 40,409,441,767 14.32 93,420,724,011 52,428,876,535 19.91
Pajak Kendaraan Bermotor 24,889,144,538 13,310,183,250 4.72 11,742,615,224 17,581,193,253 6.68
Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 - -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 25,661,714,763 16,524,946,000 5.86 57,322,124,099 25,373,482,200 9.63
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 21,434,140,699 10,526,584,382 3.73 24,180,984,688 9,450,430,027 3.59
Pajak Air Permukaan 120,000,000 42,216,060 0.01 120,000,000 17,549,155 0.01
Pajak Air Bawah Tanah 15,000,000 5,512,075 0.00 15,000,000 6,221,900 0.00
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500,000,000 - - 550,000,000 - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4,320,000,000 6,989,108,199 2.48 9,312,342,199 4,123,956,715 1.57
Dana Perimbangan 457,524,910,000 234,820,475,001 83.21 430,749,380,658 206,822,645,664 78.53
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17,853,650,000 2,148,347,001 0.76 19,263,660,658 3,226,763,664 1.23
Dana Alokasi Umum 388,325,260,000 194,162,628,000 68.80 400,750,820,000 200,375,412,000 76.08
Dana Alokasi Khusus 51,346,000,000 38,509,500,000 13.65 10,734,900,000 3,220,470,000 1.22
Dana Darurat - - -
Dana Penyesuaian - - - - - -
Jumlah Pendapatan 534,504,910,000 282,219,024,967 100.00 534,032,446,868 263,375,478,914 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
II-2009Pendapatan Daerah APBD 2009
II-2010*APBD 2010
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Belanja Tidak Langsung 209,294,011,350 100,260,445,465 47.90 261,960,951,852 119,196,837,106 45.50
Belanja Pegawai 150,952,011,350 69,833,007,370 46.26 173,594,813,052 87,621,203,434 50.47
Belanja Subsidi 2,652,000,000 2,430,435,000 91.65 5,300,000,000 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000 5,793,000,000 68.15 8,500,000,000 5,275,900,000 62.07
Belanja Bantuan Sosial 2,700,000,000 1,927,150,000 71.38 3,000,000,000 1,709,125,505 56.97
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35,690,000,000 15,636,407,595 43.81 38,500,000,000 13,644,273,927 35.44
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,300,000,000 4,640,445,500 73.66 30,566,138,800 10,813,284,240 35.38
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 - - 2,500,000,000 133,050,000 5.32
Belanja Langsung 325,210,898,650 143,653,806,954 44.17 306,256,934,706 98,221,593,812 32.07
Belanja Pegawai 23,901,166,696 8,237,157,850 34.46 23,969,649,454 7,944,898,860 33.15
Belanja Barang dan Jasa 201,759,691,455 69,648,074,243 34.52 170,441,404,162 72,457,415,139 42.51
Belanja Modal 99,550,040,499 65,768,574,861 66.07 111,845,881,090 17,819,279,813 15.93
Jumlah Belanja 534,504,910,000 243,914,252,419 45.63 568,217,886,558 217,418,430,918 38.26
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
APBD 2009II-2009
Belanja DaerahII-2010
APBD 2010
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 43
Kualitas APBD Gorontalo triwulan II-2010 lebih diarahkan pada kepentingan
konsumsi sementara tujuan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal
menurun secara signifikan dari 26,96% pada triwulan II-2009 menjadi hanya berkisar 8,20%
pada triwulan II-2010. Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 73,24%
pada triwulan II-2009 menjadi 91,80% pada triwulan I-2010. Hal ini perlu mendapat
perhatian mengingat kegiatan investasi lebih memberikan multiplier effect bagi
pengembangan ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi.
Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN
UANG BEREDAR
Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan
terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa
10,02%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,89%.
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo
sampai dengan akhir triwulan II-2010 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena
realisasi dari pendapatan APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD.
Kebijakan kontraksi yang telah diterapkan pemerintah daerah selama triwulan II-2010
diperkirakan akan semakin memperlambat kinerja ekonomi.
Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)
Belanja Tidak Langsung 209,294,011,350 100,260,445,465 41.10 261,960,951,852 119,196,837,106 54.82
Belanja Pegawai 150,952,011,350 69,833,007,370 28.63 173,594,813,052 87,621,203,434 40.30
Belanja Subsidi 2,652,000,000 2,430,435,000 1.00 5,300,000,000 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000 5,793,000,000 2.38 8,500,000,000 5,275,900,000 2.43
Belanja Bantuan Sosial 2,700,000,000 1,927,150,000 0.79 3,000,000,000 1,709,125,505 0.79
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35,690,000,000 15,636,407,595 6.41 38,500,000,000 13,644,273,927 6.28
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,300,000,000 4,640,445,500 1.90 30,566,138,800 10,813,284,240 4.97
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 - - 2,500,000,000 133,050,000 0.06
Belanja Langsung 325,210,898,650 143,653,806,954 58.90 306,256,934,706 98,221,593,812 45.18
Belanja Pegawai 23,901,166,696 8,237,157,850 3.38 23,969,649,454 7,944,898,860 3.65
Belanja Barang dan Jasa 201,759,691,455 69,648,074,243 28.55 170,441,404,162 72,457,415,139 33.33
Belanja Modal 99,550,040,499 65,768,574,861 26.96 111,845,881,090 17,819,279,813 8.20
Jumlah Belanja 534,504,910,000 243,914,252,419 100.00 568,217,886,558 217,418,430,918 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
APBD 2009II-2009
Belanja DaerahII-2010
APBD 2010
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Konsumsi Pemerintah 434,954,869,501 178,145,677,558 10.20 456,372,005,468 199,599,151,105 10.02
Belanja Pegawai 174,853,178,046 78,070,165,220 4.47 197,564,462,506 95,566,102,294 4.80
Belanja Subsidi 2,652,000,000 2,430,435,000 0.14 5,300,000,000 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000 5,793,000,000 0.33 8,500,000,000 5,275,900,000 0.26
Belanja Bantuan Sosial 2,700,000,000 1,927,150,000 0.11 3,000,000,000 1,709,125,505 0.09
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35,690,000,000 15,636,407,595 0.90 38,500,000,000 13,644,273,927 0.68
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,300,000,000 4,640,445,500 0.27 30,566,138,800 10,813,284,240 0.54
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 - - 2,500,000,000 133,050,000 0.01
Belanja Barang dan Jasa 201,759,691,455 69,648,074,243 3.99 170,441,404,162 72,457,415,139 3.64
Pembentukan Modal Tetap Bruto 99,550,040,499 65,768,574,861 3.77 111,845,881,090 17,819,279,813 0.89
Belanja Modal 99,550,040,499 65,768,574,861 3.77 111,845,881,090 17,819,279,813 0.89
II-2009Belanja Daerah APBD 2009
II-2010*APBD 2010
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
Tabel 4.6
Dampak APBD terhadap Uang Beredar
4.4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2010
Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan
anggaran tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan
kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran tahun 2009 terhadap anggaran tahun
2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65%
dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya
mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja
langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan
konsumsi pemerintah di tahun 2010.
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Pendapatan 534,504,910,000.00 282,219,024,967.13 16.16 534,032,446,868.00 263,375,478,914.06 13.22
Pendapatan Asli Daerah 76,980,000,000.00 47,398,549,966.13 2.71 103,283,066,210.00 56,552,833,250.06 2.84
Dana Perimbangan 457,524,910,000.00 234,820,475,001.00 13.44 430,749,380,658.00 206,822,645,664.00 10.38
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17,853,650,000.00 2,148,347,001.00 0.12 19,263,660,658.00 3,226,763,664.00 0.16
Dana Alokasi Umum 388,325,260,000.00 194,162,628,000.00 11.12 400,750,820,000.00 200,375,412,000.00 10.06
Dana Alokasi Khusus 51,346,000,000.00 38,509,500,000.00 2.20 10,734,900,000.00 3,220,470,000.00 0.16
Dana Darurat -
Dana Penyesuaian - - - - - -
Belanja 534,504,910,000.00 243,914,252,419.00 13.96 568,217,886,558.00 217,418,430,918.00 10.92
Belanja Pegawai 174,853,178,046.00 78,070,165,220.00 4.47 197,564,462,506.00 95,566,102,294.00 4.80
Belanja Subsidi 2,652,000,000.00 2,430,435,000.00 0.14 5,300,000,000.00 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000.00 5,793,000,000.00 0.33 8,500,000,000.00 5,275,900,000.00 0.26
Belanja Bantuan Sosial 2,700,000,000.00 1,927,150,000.00 0.11 3,000,000,000.00 1,709,125,505.00 0.09
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35,690,000,000.00 15,636,407,595.00 0.90 38,500,000,000.00 13,644,273,927.00 0.68
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa6,300,000,000.00 4,640,445,500.00 0.27 30,566,138,800.00 10,813,284,240.00 0.54
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000.00 - - 2,500,000,000.00 133,050,000.00 0.01
Belanja Barang dan Jasa 201,759,691,455.00 69,648,074,243.00 3.99 170,441,404,162.00 72,457,415,139.00 3.64
Belanja Modal 99,550,040,499 65,768,574,861 3.77 111,845,881,090 17,819,279,813 0.89
Surplus/Defisit - 38,304,772,548 2.19 (34,185,439,690) 45,957,047,996 2.31
Pembiayaan Netto - - - (34,185,439,690) - -
DAMPAK RUPIAH - 38,304,772,548 2.19 - 45,957,047,996 2.31
II-2009APBD 2009APBD
II-2010APBD 2010
Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL
Pendapatan 452.000.031.988 486.013.404.063 326.719.642.227 345.673.957.183 283.077.808.153 363.319.469.617 534.032.446.868 2.790.836.760.099
Pendapatan Asli Daerah 62.000.000.000 28.366.442.063 15.493.387.800 10.702.878.874 6.500.000.000 13.668.934.500 103.283.066.210 240.014.709.447
Dana Perimbangan 314.582.072.988 416.146.962.000 270.219.887.500 328.971.078.309 237.369.849.153 311.632.576.117 430.749.380.658 2.309.671.806.725
Lain-lain pendapatan yang sah 75.417.959.000 41.500.000.000 41.006.366.927 6.000.000.000 39.207.959.000 38.017.959.000 241.150.243.927
Belanja 427.936.219.836 507.884.007.246 328.674.640.040 345.673.957.183 293.257.836.030 366.319.469.617 534.032.446.868 2.803.778.576.820
Belanja Tidak Langsung 265.946.341.916 323.875.175.905 163.179.161.560 187.983.889.183 107.111.654.926 197.212.085.468 234.994.813.052 1.480.303.122.010
Belanja Langsung 161.989.877.920 184.008.831.341 165.495.478.480 157.690.068.000 186.146.181.104 169.107.384.149 299.037.633.816 1.323.475.454.810
Surplus/defisit 24.063.812.152 (21.870.603.183) (1.954.997.813) - (10.180.027.877) (3.000.000.000) - (12.941.816.721)
Pembiayaan Netto (39.883.813.272) 21.870.603.183 1.954.997.813 - 10.180.027.877 3.000.000.000 - (2.878.184.399)
SILPA (15.820.001.120) - - - - - - (15.820.001.120)
Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL
Pendapatan 414.317.097.262 513.311.978.674 310.218.681.812 311.456.324.899 287.097.148.000 347.844.056.500 534.504.910.000 2.718.750.197.147
Pendapatan Asli Daerah 69.802.500.000 24.896.114.714 15.099.275.000 8.202.878.874 2.500.000.000 12.106.162.500 76.980.000.000 209.586.931.088
Dana Perimbangan 334.514.597.262 424.347.597.846 268.119.406.812 301.263.446.025 235.152.070.000 303.911.780.000 457.524.910.000 2.324.833.807.945
Lain-lain pendapatan yang sah 10.000.000.000 64.068.266.114 27.000.000.000 1.990.000.000 49.445.078.000 31.826.114.000 - 184.329.458.114
Belanja 422.970.797.262 518.311.978.674 361.519.134.088 300.271.324.899 295.936.856.850 353.054.863.500 534.504.910.000 2.786.569.865.273
Belanja Tidak Langsung 248.720.831.700 288.192.022.162 157.166.436.441 178.844.907.731 81.207.609.344 172.564.743.125 209.294.011.350 1.335.990.561.854
Belanja Langsung 174.249.965.562 230.119.956.512 204.352.697.647 121.426.417.168 214.729.247.506 180.490.120.375 325.210.898.650 1.450.579.303.420
Surplus/defisit (8.653.700.000) (5.000.000.000) (51.300.452.276) 11.185.000.000 (8.839.708.850) (5.210.807.000) - (67.819.668.126)
Pembiayaan Netto 8.653.700.000 5.000.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) 8.839.708.850 5.210.807.000 - 67.819.668.126
SILPA - - - - - - - -
APBD 2009
APBD 2010
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 45
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan II-2010 diwarnai oleh net
outflow serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II-2010 mengalami net outflow
sebesar Rp38,52 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari dalam khasanah kas titipan lebih
besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke Khasanah kas titipan.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan terjadi peningkatan
penggunaan uang kartal oleh masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena maraknya aktivitas ekonomi pada triwulan laporan sehingga
penggunaan uang kartal meningkat. Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara
serentak di tiga kabupaten yaitu Bone-Bolango, Gorontalo, dan Pohuwato diperkirakan
mendorong peningkatan penggunaan uang kartal. Sementara itu, periode liburan sekolah
dan tahun baru ajaran sekolah turut meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap uang
kartal.
5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR
Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada triwulan II-2010
sebesar Rp61,99 miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp56,24 miliar
untuk uang kertas dan Rp60 juta untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang
terdapat pada kas titipan sebesar Rp5,76 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp1000,-
merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak 305.000
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp5000,- yang memiliki tingkat
kelusuhan sebanyak 90.000 lembar.
Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
5.1.3 UANG PALSU
Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Pecahan / Tahun
Emisi 2009
Juni
2010
100.000 / 2004 1 6
50.000 / 2005 7 10
10.000 / 2005 0 1
5.000 / 2001 0 3
Jumlah 8 20
Perkembangan uang palsu di Provinsi Gorontalo hingga Juni 2010 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga bulan Juni 2010 uang palsu yang
teridentifikasi sebanyak 20 lembar lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya
teridetifikasi sebanyak 8 lembar. Adapun rincian uang palsu yang teridentifikasi hingga
Juni 2010 adalah pecahan Rp100.000,- tahun emisi 2004 sebanyak 6 lembar, pecahan
Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 10 lembar, pecahan Rp10.000,- tahun emisi 2005
sebanyak 1 lembar, dan pecahan Rp5.000,- tahun emisi 2001 sebanyak 3 lembar.
Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh
Uang Kertas 100000 32,500,000 32,500,000 24,600,000 1,000,000 25,600,000
50,000 64,200,000 64,200,000 20,350,000 2,000,000 22,350,000
20,000 9,440,000 9,440,000 6,720,000 1,300,000 8,020,000
10,000 4,470,000 4,470,000 3,320,000 700,000 4,020,000
5,000 3,935,000 3,935,000 940,000 450,000 1,390,000
2,000 160,000 160,000 300,000 - 300,000
1,000 500,000 500,000 10,000 305,000 315,000
Total 115,205,000 - 115,205,000 56,240,000 5,755,000 61,995,000
Uang Logam 500 50,000 50,000 50,000
100 10,000 10,000 10,000
Total 60,000 60,000 60,000 - -
TOTAL UANG 115,265,000 - 115,265,000 56,300,000 5,755,000 61,995,000
Tw. I 2010Jenis Pecahan (Rp) Jumlah
Tw. II 2010Jumlah
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 47
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI
5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO
Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan
sebesar Rp307,90 miliar dengan pertumbuhan sebesar 4,51% (qtq) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -8.39% (qtq). Adapun jumlah warkat sebanyak
12.823 lembar dengan pertumbuhan sebesar 5.53% (qtq). Sementara itu, rata-rata harian
nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan II-2010 sebesar Rp4,96 miliar atau tumbuh
4,63% (qtq). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 207 lembar atau tumbuh
sebesar 5,91% (qtq).
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal
warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,71% pada triwulan I-2010
menjadi 0,35% pada triwulan II-2010. Sementara itu, jumlah rasio warkat Cek/BG kosong
per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga mengalami penurunan
dari 0,60% pada triwulan I-2010 menjadi 0,47% pada triwulan II-2010.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)
Transaksi RTGS mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo.
Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian
transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi. Perkembangan
penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan II-
2010 secara nominal sebesar Rp448 miliar atau tumbuh secara triwulanan sebesar 4.44%
(qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -37,95% (qtq). Sementara itu,
secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan II-2010
tercatat sebanyak 959 transaksi atau tumbuh secara triwulanan sebesar 30.97% (qtq).
Perkembangan transaksi RTGS juga menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Provinsi
Gorontalo semakin berkembang.
Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Januari 108 334 367 354 475 688
Februari 121 362 287 322 408 684
Maret 143 414 260 410 403 824
Rata-rata tw I-10 124 370 305 362 429 732
Pertumbuhan (qtq) -48.78% -35.54% -15.70% -40.23% -28.96% -37.95%
April 160 472 225 412 385 884
Mei 151 474 233 404 384 878
Juni 185 554 389 560 574 1114
Rata-rata tw II-10 165 500 282 459 448 959
Pertumbuhan (qtq) 33.49% 35.14% -7.36% 26.70% 4.44% 30.97%
Bulan
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 49
BAB 6 : KESEJAHTERAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo meningkat yang ditandai
oleh tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan yang menurun. Kondisi diperkirakan
sebagai dampak dari mulai membaiknya kinerja sektor pertanian sebagai sektor terbesar
penyerap tenaga kerja di Gorontalo.
6.1. PENGANGGURAN
Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari
tahun ke tahun. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan-kerja mencapai 484.834 atau
meningkat 8,39% dibandingkan kondisi Agustus 2009. Sementara itu jumlah penduduk yang
bekerja tumbuh sebesar 9,36% dibandingkan bulan Agustus 2009. Selama periode 1 tahun,
tingkat pengangguran terbuka menurun, yaitu dari 5,89 % pada Agustus 2009 menjadi
5,05% pada Februari 2010.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor
pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi
Gorontalo yaitu 194.987 orang (Februari 2010) atau 42,36 % dari total penduduk yang
bekerja. Jumlah tersebut tumbuh 13,28% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sektor
lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa
perdagangangan (18,93%) dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 17,52%. Kedua sektor
ini mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 25,72% dan
11,96% dibandingkan bulan Agustus 2009. Sementara sektor industri merupakan sektor
yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja.
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677,430 688,081 697,073 701,495 711,683
Angkatan Kerja 423,376 429,384 462,889 447,313 484,834
Bekerja 393,567 405,126 439,460 420,962 460,355
Tidak Bekerja 29,809 24,258 23,429 26,351 24,479
Bukan Angkatan Kerja 254,054 258,697 234,265 254,182 226,849
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.50 62.40 66.40 63.77 68.12
Tingkat Pengangguran Terbuka 7.04 5.65 5.06 5.89 5.05
201020092008Kegiatan Utama
BAB 6 KESEJAHTERAAN
50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN
Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010
(data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 23,19% atau mengalami penurunan
dibandingkan periode Maret 2009 yang tercatat sebesar 25,01%. Kemiskinan Gorontalo
masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada
di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret
2010 sebesar Rp171.371 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 9.182
perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007 yang tercatat sebesar
Rp162.189 perkapita per bulan.
Tabel 6.3.
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 213,275 184,148 208,636 172,130 194,987
Industri 28,340 34,268 32,462 32,431 41,393
Perdagangan 45,195 59,610 71,911 69,315 87,167
Angkutan 26,177 32,214 31,227 35,301 25,350
Jasa Kemasyarakatan 59,540 63,720 72,325 72,051 80,668
Lainnya 21,040 31,166 22,899 39,734 30,790
Total 393,567 405,126 439,460 420,962 460,355
20102009Kegiatan Utama
2008
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 51
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2010, persentase penduduk miskin di
provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah pedesaaan. Persentase penduduk miskin
pedesaan sebesar 30,18% sementara di perkotaan sebesar 6,29% Untuk mengatasi
permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal, penerimaan fiskal
yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan
kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.
6.3. RASIO GINI
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami
peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan
indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan
kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian
berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk
berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%.
Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok
40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA)
Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah
sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun,
kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil
dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah
satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.
Tabel 6.4.
Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
BAB 6 KESEJAHTERAAN
52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
Tabel 6.5.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini
disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,
kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun
2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,
sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.
Tabel 6.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota
Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada
pembangunan 15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain :
Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato,
Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 53
BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI
Perekonomian Gorontalo pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh lebih baik yang
didukung oleh kinerja konsumsi disisi permintaan dan kinerja pertanian di sisi sektoral.
Fenomena lebaran diperkirakan memberikan stimulan positif bagi perkembangan konsumsi
swasta sementara itu dukungan cuaca diperkirakan akan mendorong optimisme produksi
panen padi/jagung dalam satu triwulan kedepan. Sementara itu tekanan permintaan
masyarakat yang disertai dengan policy shock inflation mendorong inflasi triwulan III-2010
berkisar 3,00 – 5,00% (y.o.y).
7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL
Perekonomian Gorontalo pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh 7,6 – 8,1 %
(y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010 (7,33 % y.o.y). Dukungan
cuaca dan musim diperkirakan mampu memberikan stimulan yang baik bagi hasil produksi
pertanian pada triwulan III-2010. Sementara itu disisi permintaan, fenomena lebaran sedikit
banyak akan memberikan pengaruh positif bagi perekonomian Gorontalo triwulan III-2010.
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo
Untuk merealisasikan hal dimaksud, dinas pertanian telah melakukan serangkaian
langkah strategis dengan mengupayakan penangkaran benih lokal untuk mampu
mendukung capaian produksi.
Sementara itu kinerja dunia usaha secara keseluruhan diperkirakan masih tumbuh
baik. Hasil survei kegiatan dunia usaha Bank Indonesia Gorontalo triwulan II-2010 mencatat
bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada triwulan III-2009 berada pada level
optimis 10,78. Sektor perdagangan dan angkutan diperkirakan menjadi sektor yang
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan triwulan III-2010 diluar sektor pertanian.
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
Tabel 7.1 ARAM I Pertanian Jagung
7.2 OUTLOOK INFLASI
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia
Grafik 6.1 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%)
Administered Price Inflation menjadi perhatian pada triwulan III-2010. Kebijakan
pemerintah untuk menaikkan tariff dasar listrik (TDL) per 1 Juli 2010 diperkirakan akan
memberikan tekanan pada inflasi Gorontalo. Adapun besaran kenaikan tariff dimaksud pada
kisaran 18% untuk pelanggan rumah tangga, 12 – 16% untuk pelanggan bisnis, dan 6 - 15%
untuk pelanggan industri. Kenaikan tariff dasar listrik dapat meningkatkan biaya (cost) untuk
melakukan proses produksi sehingga mengakibatkan peningkatan harga jual yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Disisi lain, tekanan pada inflasi volatile foods mulai muncul di
permukaan akibat tingginya permintaan bahan makanan menjelang lebaran, sementara
produksi pertanian cukup rawan karena faktor cuaca yang kurang mendukung. Ekspektasi
inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya Bulan Ramadahan dan perayaan
Hari Raya Idul Fitri. Hasil Survei Bank Indonesia mengkonfirmasi bahwa terjadi peningkatan
ekspektasi harga jual terutama pada produk sektor pertanian dan industri pengolahan.
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 55
Tabel 7.2 Ekspektasi Harga Jual
Ekspektasi Harga Jual 2009 2010
III IV I II
Pertanian -11.11 0.00 30.00 40.00
Industri Pengolahan 25.00 0.00 25.00 50.00
PHR 0.00 14.29 28.57 28.57
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Gorontalo
7.3 PROSPEK PERBANKAN
Penghimpunan dana pihak ketiga melalui tabungan pada triwulan III-2010
diperkirakan menurun ditengah meningkatnya kegiatan usaha perbankan. Berbagai kegiatan
daerah pada triwulan III-2010 yang diwarnai oleh datangnya Bulan Ramadhan dan Hari
Raya Idul Fitri diperkirakan akan mendorong masyarakat untuk menaikkan kegiatan
konsumsi dan mengurangi tabungan. Hasil Survei Konsumen (SK) mengkonfirmasi tren
penurunan tabungan pada triwulan depan melalui indeks ekspektasi tabungan dalam 6
bulan yang akan datang yang mengalami tren penurunan. Sementara itu, ekspektasi usaha
perbankan pada triwulan III-2010 diperkirakan tetap mengalami peningkatan, sejalan
dengan konfirmasi Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan optimisme
pada indeks ekspektasi usaha sektor keuangan.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha,
Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 7.3: Indeks Ekspektasi Tabungan 6 bulan yad Grafik 7.4: Indeks Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BOX 4 : DAMPAK KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK
TERHADAP PEREKONOMIAN GORONTALO
Per 1 Juli 2010, Pemerintah dan DPR sepakat untuk menaikkan tarif dasar listrik
secara variatif berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan oleh PT. PLN (Persero).
Pemerintah menaikkan TDL dengan tujuan untuk membuat keuangan negara lebih sehat
melalui upaya pengurangan subsidi yang dinilai kurang tepat sasaran dan justru
meningkatkan beban anggaran pemerintah. Namun disisi lain pengurangan subsidi ini akan
memberikan tekanan pada perekonomian nasional terkait peningkatan beban produksi,
mengingat listrik merupakan kebutuhan mendasar yang berpengaruh langsung pada
kegiatan ekonomi.
Sumber : Konsumsi Listrik Per 31 Maret 2010 - PLN Sulutenggo
KETENTUAN KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK PER 1 JULI 2010 * Pelanggan 450 VA – 900 VA tidak mengalami kenaikan
* Pelanggan 6600 VA ke atas golongan rumah tangga, bisnis, dan pemerintah, dengan batas hemat 30 persen tidak
naik karena tarif listriknya sudah mencapai keekonomian.
* Pelanggan Sosial dinaikkan sebesar 10 persen
* Pelanggan Rumah Tangga lainnya dinaikkan sebesar 18 persen
* Pelanggan Bisnis naik sebesar 12 persen hingga 16 persen
* Pelanggan Industri lainnya sebesar 6 persen-15 persen
* Pelanggan Pemerintah lainnya sebesar 15 persen-18 persen
* Pelanggan Traksi (untuk keperluan KRL) naik sebesar 9 persen
* Pelanggan Curah (untuk apartemen) naik 15 persen
* Pelanggan Multiguna (untuk pesta, layanan khusus) naik 20 persen Pelanggan rumah tangga * 1.300 VA Rp672/kwh jadi Rp793/kwh, naik 18% dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp24.000 * 2.200 VA Rp675/kwh jadi Rp797/kwh, naik 18% dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp43.000 * 3.500 s/d 5.500 VA Rp755/kwh jadi Rp891/kwh, naik 18% dengan estimasi tambahan per bulan Rp87.000
Pelanggan bisnis * 1.300 VA Rp685/kwh jadi Rp795/kwh, naik 16% dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp22.000 * 2.200 VA-5.500 VA. Rp782/kwh jadi Rp907/kwh, naik 16%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp38.000 * >200 kilo VA (KVA) Rp811/kwh jadi Rp908/kwh, naik 12%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp20,6 juta per bulan.
Pelanggan industri * 1.300 VA Rp724/kwh jadi Rp767/kwh, naik 6%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp8.000 * 2.200 VA Rp746/kwh jadi Rp790/kwh, naik 6%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp12.000 * 2.200 VA – 14 kVA Rp840/kwh jadi Rp916/kwh, naik 9%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp66.000 * >14 kVA – 200 kVA Rp805/kwh jadi Rp878/kwh, naik 9%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp822.000 * >200 kva. Rp641/kwh jadi Rp737, naik 15%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp30,2 juta. * >30.000 kVA Rp529/kwh jadi Rp608/kwh, naik 15%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp1,315 miliar per bulan.
Sumber : www.detikfinance.com
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 57
Di Gorontalo sendiri, dengan mengacu data PLN
per bulan Maret 2010 diketahui bahwa konsumsi
energi listrik terbesar masih dilakukan oleh
kelompok rumah tangga. Sementara untuk
kepentingan bisnis dan industri sendiri masih
berkisar 18%. Namun perlu diketahui bahwa
umumnya kegiatan bisnis dan industri di Gorontalo
masih berskala rumahan yang sebagian masih
mengacu pada tarif dasar listrik rumah tangga.
Dampak kenaikan TDL untuk Provinsi Gorontalo akan coba disimulasikan melalui
pendekatan I/O. Pendekatan dimaksud diharapkan mampu memberikan gambaran terkait
respon perekonomian Gorontalo dalam menghadapi kebijakan kenaikan TDL Pemerintah.
**) kenaikan didasarkan kenaikan rata-rata disetiap sektor dengan mengacu ketentuan % kenaikan TDL
Gambar 1. Metode Pendekatan I/O untuk penghitungan Dampak Kenaikan TDL
Dalam table I/O Gorontalo sektor kelistrikan merupakan sektor yang berdiri sendiri
sehingga transmisi input/output dari sektor dimaksud dapat diketahui dengan jelas.
Nampak dalam tabel 1 dibawah ini penggunaan output sektor kelistrikan lebih didominasi
oleh sektor pemerintahan umum dan perdagangan, namun kondisi tidak serta merta
menyatakan bahwa efek terbesar kenaikan TDL akan dirasakan oleh kedua sektor
tersebut, perlu mempertimbangkan efek keterkaitan kebelakang dan efek keterkaitan
kedepan suatu sektor ekonomi dalam merespon perubahan kebijakan yang terjadi.
Semakin besar efek keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lainnya maka dampak tidak
langsung yang ditimbulkan akan semakin besar pula.
Grafik 1. Konsumsi Listrik di Gorontalo
Sumber : PLN Sulutenggo
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
Sumber : i/o Gorontalo (diolah)
Hasil perhitungan I/O ditampilkan dalam tabel 2, nampak dalam 1st round effect,
persentase peningkatan TDL akan memberikan dampak yang cukup signifikan pada
beberapa sektor ekonomi yaitu : sektor industri lain, sektor kelistrikan, sektor gas & air
minum, dan jasa-jasa. Hal ini disadari mengingat pada sektor-sektor dimaksud, kontribusi
listrik untuk kegiatan produksi cukup dominan dalam mempengaruhi input sehingga sedikit
kenaikan pada sektor dimaksud akan memberikan tekanan yang cukup signifikan. Secara
agregat, perekonomian Gorontalo memberikan respon terhadap dampak langsung kenaikan
TDL sebesar 0,12% dibandingkan keseluruhan input total.
Sementara itu pada 2nd round effect peningkatan kenaikan persentase akan
dirasakan pada sektor-sektor turunan yang masih terkait langsung dengan sektor-sektor
diatas. Pada 2nd round effect kenaikan beban produksi akan dirasakan pada : sektor industri
lain, sektor listrik, sektor gas & air minum, sektor PHR, sektor keuangan dan sektor jasa-
jasa. Sejalan dengan analisis keterkaitan antar sektor (gambar 2), sektor PHR dan
keuangan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan kebelakang cukup besar (melibatkan
banyak sektor inputan), sehingga kenaikan input yang terjadi di sektor ini bukan didasarkan
kenaikan input sektor listrik semata namun lebih diakibatkan kenaikan dari sektor-sektor
inputan lainnya yang terlebih dahulu terpengaruh atas kenaikan inputan sektor listrik. Secara
agregat, perekonomian Gorontalo memberikan respon dampak tidak langsung terhadap
kenaikan TDL sebesar 0,50% dibandingkan keseluruhan input total. Secara magnitude
dampak tidak langsung yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dampak langsungnya.
No SektorJumlah Input
Sektor Listrik
RasioTerhadap
Input Total
1 Padi 0.00 -
2 Tanaman Pangan Lain 0.00 -
3 Tanaman Pertanian Lain 0.00 -
4 Peternakan 85.68 0.037
5 Kehutanan 0.00 -
6 Perikanan 41.96 0.013
7 Pertambangan 0.00 -
8 Industri Makanan 2,463.74 0.314
9 Industri Lain 4,963.59 2.620
10 Penyulingan minyak 0.00 -
11 Listrik 2,285.35 3.334
12 Gas dan Air Minum 621.22 5.757
13 Konstruksi 667.15 0.090
14 Perdagangan 4,052.09 0.638
15 Hotel dan Restoran 1,278.42 0.742
16 Angkutan & Komunikasi 2,676.37 0.379
17 Keuangan 1,854.60 0.292
18 Pemerintahan Umum 10,225.32 0.581
19 Jasa Lainnya 1,920.83 1.578
20 Kegiatan lainnya 764.69 0.691
Tabel 1 Kontribusi Kelistrikan Terhadap Sektoral
(dalam jutaan rupiah)
Gambar 2. Linkage Sektoral
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 59
Dampak total terhadap kenaikan TDL di Gorontalo lebih dirasakan pada sektor PHR
(Perdagangan-Hotel-Restoran), sektor gas & air minum, sektor kelistrikan, sektor industri
lain, sektor pertambangan dan sektor jasa-jasa. Dampak total ini merupakan penjumlahan
antara dampak langsung dengan dampak tidak langsung yang ditimbulkan akibat kenaikan
TDL. Secara agregasi kenaikan biaya produksi pada sektoral akan berpotensi mendorong
kenaikan harga jual. Dengan skema kenaikan TDL yang telah ditetapkan pemerintah,
berpotensi mendorong tekanan inflasi di Gorontalo meningkat sebesar 0,62%
Tabel 2. Dampak Kenaikan TDL Terhadap Kondisi Sektoral
Nominal % Nominal % Nominal %
Padi - - 925.97 0.386 925.97 0.386
Tanaman Pangan Lain - - 522.91 0.069 522.91 0.069
Tanaman Pertanian Lain - - 385.96 0.135 385.96 0.135
Peternakan 23.99 0.010 242.43 0.105 266.42 0.115
Kehutanan - - 417.48 0.785 417.48 0.785
Perikanan 11.72 0.004 270.72 0.085 282.44 0.089
Pertambangan - - 1,063.41 1.262 1,063.41 1.262
Industri Makanan 687.46 0.088 2,372.39 0.302 3,059.84 0.390
Industri Lain 1,384.96 0.731 4,099.91 2.164 5,484.87 2.896
Penyulingan minyak - - - - - -
Listrik 637.52 0.930 2,115.38 3.086 2,752.90 4.016
Gas dan Air Minum 173.26 1.606 464.60 4.306 637.86 5.911
Konstruksi 186.09 0.025 1,414.21 0.191 1,600.30 0.216
Perdagangan 1,130.51 0.178 4,577.91 0.721 5,708.42 0.898
Hotel dan Restoran 356.56 0.207 1,251.24 0.726 1,607.80 0.934
Angkutan & Komunikasi 746.60 0.106 4,096.12 0.579 4,842.72 0.685
Keuangan 517.55 0.082 5,018.30 0.791 5,535.84 0.872
Pemerintahan Umum 2,852.78 0.162 7,799.09 0.443 10,651.86 0.605
Jasa Lainnya 535.96 0.440 1,477.08 1.213 2,013.04 1.654
Kegiatan lainnya 213.44 0.193 1,031.86 0.933 1,245.29 1.126
Keseluruhan 9,458.38 0.120 39,546.94 0.500 49,005.32 0.620
Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung Dampak TotalSEKTOR
*) Nominal dalam Jutaan Rupiah
1. MAKROEKONOMI REGIONAL
Tabel 1.A PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN
TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah)
Tabel 1.B PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO
(dalam persen)
I II III IV I II
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 468,554 479,928 502,657 503,256 519,781 544,905
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 6,601 6,802 7,319 7,285 7,397 7,752
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 407,314 431,145 459,888 484,907 485,027 515,523
Pembentukan Modal Tetap Bruto 295,604 309,129 318,403 354,891 353,215 360,095
Perubahan Stok (316,662) (335,889) (346,198) (453,864) (424,270) (460,034)
Ekspor Barang dan Jasa 100,658 105,039 100,094 103,622 104,819 108,995
Impor Barang dan Jasa 314,934 320,974 323,267 330,570 344,759 352,582
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 647,134 675,180 718,895 669,528 701,210 724,653
2009 2010KOMPONEN
I II III IV I II
1. PERTANIAN 199,867.15 208,963.63 220,032.24 172,006.54 202,911.00 211,788.00
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6,598.38 7,201.25 8,075.46 8,100.89 7,961.24 8,142.00
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 49,541.55 50,217.76 54,645.14 54,674.27 55,015.76 55,405.00
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,671.48 3,717.00 3,956.30 3,975.53 3,955.07 4,057.00
5. BANGUNAN 51,741.84 55,806.71 61,951.72 63,211.36 61,705.00 62,975.00
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 89,093.06 91,504.41 96,618.96 96,677.34 97,125.00 100,459.00
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 66,344.73 70,067.35 72,850.58 73,236.47 74,180.78 76,493.00
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 56,112.23 57,160.68 60,347.79 60,994.17 60,804.00 62,594.00
9. JASA-JASA 124,164.08 130,541.17 140,416.72 136,651.22 137,724.96 142,740.00
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 647,134.48 675,179.94 718,894.91 669,527.79 701,210.22 724,653.00
2009 2010SEKTOR
I II III IV I II
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 11.66 12.57 11.11 8.17 10.93 13.54
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14.48 21.69 21.43 19.64 19.08 19.57
Pembentukan Modal Tetap Bruto 23.85 27.52 18.88 13.26 19.49 16.49
Ekspor Barang dan Jasa (6.18) (2.24) 5.69 (4.43) 4.13 3.77
Impor Barang dan Jasa 23.81 42.34 10.13 5.15 9.47 9.85
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 7.66 7.22 6.60 8.78 8.36 7.33
2009 2010KOMPONEN
I II III IV I II*
1. PERTANIAN 7.74 5.42 (2.89) 5.18 1.52 1.35
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9.23 12.91 20.17 14.82 20.65 13.06
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.38 2.32 4.76 1.48 11.05 10.33
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.51 6.53 7.85 4.30 7.72 9.15
5. BANGUNAN 9.78 12.86 18.91 15.87 19.26 12.84
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7.60 8.20 10.35 8.46 9.02 9.79
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8.56 9.82 11.01 7.29 11.81 9.17
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6.92 7.23 10.95 11.00 8.36 9.51
9. JASA-JASA 7.00 7.49 11.82 13.60 10.92 9.34
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 7.66 7.22 6.60 8.78 8.36 7.33
2009 2010SEKTOR
2. INFLASI
Tabel 2.A PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI GORONTALO
JAN FEB MAR APR MEI JUNI
UMUM 4.07 4.89 3.59 2.74 2.69 2.73
BAHAN MAKANAN 5.26 7.98 5.1 3.54 2.34 2.03
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 5.41 9.06 7.46 4.17 3.36 5.97
Daging dan Hasil-hasilnya -4.86 -1.62 0.31 1.59 0.86 0.63
Ikan Segar 5.18 5.74 5.58 -0.55 -10.89 -8.8
Ikan Diawetkan 0.75 8.67 10.14 7.56 7.8 9.94
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -5.81 -2.3 -2.47 -4.7 -5.14 -2.91
Sayur-sayuran -7.25 8.55 25.92 10.17 21.99 30.25
Kacang - kacangan 11.58 10.85 4.09 1.65 6.85 9.04
Buah - buahan 29.04 40.99 27.79 24.31 24.21 -4.61
Bumbu - bumbuan 21.23 8.32 -17.84 9.74 44.9 26.78
Lemak dan Minyak 5.86 7.34 6.45 2.8 -8.82 -7.23
Bahan Makanan Lainnya 2.49 5.01 2.3 0.95 0.95 0.95
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 8.13 8.52 5.93 4.09 5.83 5.56
Makanan Jadi 2.13 2.13 2.13 2.14 2.21 2.21
Minuman yang Tidak Beralkohol 15.78 17.46 13.53 11.04 9.95 8.38
Tembakau dan Minuman Beralkohol 10.83 10.83 6.4 3.13 7.43 7.43
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 3.57 3.17 3.06 2.98 3.06 3.57
Biaya Tempat Tinggal 5.13 4.38 4.23 4.78 5.04 5.74
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.04
Perlengkapan Rumahtangga 1.13 1.5 1.12 1.12 1.48 2.29
Penyelenggaraan Rumahtangga 4.08 4.14 4.35 0.85 0.04 0.25
SANDANG 2.63 0.42 -0.18 0.27 1.17 2.25
Sandang Laki-laki 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23 0.46
Sandang Wanita 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.49
Sandang Anak-anak 0 0 0 0 0 0
Barang Pribadi dan Sandang Lain 14.86 1.87 -1.32 1.02 5.97 10.81
KESEHATAN 7.81 8.1 9.35 7.86 7.31 7.36
Jasa Kesehatan 31.53 31.53 31.53 31.53 31.53 31.53
Obat-obatan 8.7 9.45 15.78 9.54 8.05 7.94
Jasa Perawatan Jasmani 0 0 0 0 0 0
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 1.12 1.36 1.24 0.88 0.5 0.63
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 0.53 0.28 0.36 0.18 0.35 0.35
Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 0
Kursus-kursus/Pelatihan 42.16 42.16 42.16 42.16 42.16 42.16
Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 0.93 0.51 0.51 0.08 0.62 0.62
Rekreasi -0.93 -1.55 -1.29 -1.65 -1.36 -1.36
Olahraga -0.46 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -0.97 -0.09 -0.06 -0.2 -0.36 -0.4
Transpor -0.89 0.36 0.41 0.21 0.21 0.16
Komunikasi dan Pengiriman -1.83 -1.83 -1.83 -1.83 -2.98 -2.98
Sarana dan Penunjang Transpor 0.4 0.4 0.4 0.4 1.78 1.78
Jasa Keuangan 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34
Kelompok / Sub kelompok
2010
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
3. PERBANKAN
Tabel 3.A
PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO
JAN FEB MAR APR MEI JUN
Jumlah Bank umum 11 11 11 11 11 11
Jumlah kantor 66 66 66 66 66 66
DPK (Jutaan Rp) 1,846,410 1,873,802 1,836,064 1,849,373 1,841,208 1,987,339
Giro 353,608 366,034 334,492 304,912 321,263 384,186
Deposito 469,066 531,415 532,690 552,258 540,202 521,669
Tabungan 1,023,736 976,353 968,882 992,203 979,743 1,081,484
JAN FEB MAR APR MEI JUN
Kredit Sektoral - Outstanding (Jutaan Rp) 2,577,763 2,677,120 2,775,870 2,828,618 2,908,744 3,026,366
Pertanian 36,746 38,084 47,049 45,178 43,099 44,102
Pertambangan 1,383 118 123 119 624 694
Industri 15,250 16,475 18,660 20,123 19,014 18,629
Listrik, Gas & Air - - - 20 19 19
Konstruksi 138,526 64,756 102,703 97,902 100,249 98,713
Perdagangan 589,878 655,359 757,824 775,658 769,396 838,314
Angkutan 4,591 4,832 7,993 9,431 9,090 7,583
Jasa Dunia Usaha 17,487 18,786 27,613 27,291 20,336 13,906
Jasa Sosial 8,864 13,633 19,383 17,927 21,880 29,619
Lainnya 1,765,038 1,865,077 1,794,522 1,834,969 1,925,037 1,974,787
Kredit - Berdasarkan Bank Pelapor (Jutaan Rp) 2,577,763 2,677,120 2,775,870 2,828,618 2,908,744 3,026,366
Investasi 136,902 164,465 169,737 180,262 196,327 181,673
Modal Kerja 777,126 757,257 944,593 945,731 912,785 1,003,778
Konsumsi 1,663,735 1,755,398 1,661,540 1,702,625 1,799,632 1,840,915
Kredit UMKM -Plafon s.d. 5 M (Jutaan Rp) 1,997,755 2,075,639 2,308,435 2,363,475 2,444,107 2,534,219
L D R (%) - Berdasarkan Bank Pelapor 139.61 142.87 151.19 152.95 157.98 152.28
Pendapatan Bunga 38,699 90,322 142,267 191,716 248,243 303,394
Beban Bunga 10,650 23,110 34,324 46,857 64,495 80,172
NIM 28,049 67,212 107,943 144,859 183,748 223,222
JAN FEB MAR APR MEI JUN
NPLs Gross sektoral (Jutaan Rp) 51,587 57,894 66,121 69,966 94,762 61,465
Pertanian 1,031 1,227 1,953 1,362 1,123 1,108
Pertambangan 1,260 - 3 3 3 3
Industri 3,482 3,462 1,912 1,869 2,205 1,188
Listrik, Gas & Air - - - - - -
Konstruksi 3,757 2,650 3,529 4,073 26,195 3,360
Perdagangan 22,563 26,399 31,204 33,231 37,978 31,434
Angkutan 89 88 132 137 102 98
Jasa Dunia Usaha 733 777 1,217 1,215 1,255 754
Jasa Sosial 221 617 803 746 866 1,106
Lainnya 18,451 22,674 25,368 27,330 25,035 22,414
Rasio NPLs Gross sektoral (%) 2.00 2.16 2.38 2.47 3.26 2.03
Pertanian 2.81 3.22 4.15 3.01 2.61 2.51
Pertambangan 91.11 0.00 2.44 2.52 0.48 0.43
Industri 22.83 21.01 10.25 9.29 11.60 6.38
Listrik, Gas & Air (1.00) 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00
Konstruksi 2.71 4.09 3.44 4.16 26.13 3.40
Perdagangan 3.83 4.03 4.12 4.28 4.94 3.75
Angkutan 1.94 1.82 1.65 1.45 1.12 1.29
Jasa Dunia Usaha 4.19 4.14 4.41 4.45 6.17 5.42
Jasa Sosial 2.49 4.53 4.14 4.16 3.96 3.73
Lainnya 1.05 1.22 1.41 1.49 1.30 1.14
NPL BANK UMUM GORONTALO
ASET & DPK BANK UMUM GORONTALO
KREDIT BANK UMUM GORONTALO
2010
2010
2010
Sumber: Bank Indonesia
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi
umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada
sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks
harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya,
inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari
permintaan.
Food Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis
barang-barang makanan.
Administered Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok
barang yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah,
seperti: BBM, Tarif listrik, telpon, dll.
Traded Inflation Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori
barang yang dapat diperdagangkan secara international.
Inflation Month to Month Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada
bulan yang diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya
(inflasi bulanan), dan sering disingkat (m-t-m)
Inflasi Year to Date Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisba) perubahan harga indeks
konsumen bulan bersangkutan dibandingkan akhir bulan
pada tahun sebelumnya, sehingga merupakan angka total
dan disingkat (y-t-d)
Inflasi Year on Year Atau inflasi tahunan adalah Inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan harga indeks
konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK pada
bulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat
(Y-o-Y)
Inflasi Quarter to Quarter Atau inflasi triwulan adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah)/perubahan indeks harga
konsumen pada akhir triwulan yang bersangkutan
dibandingkan IHK akhir triwulan sebelumnya, atau sering
disebut (q-t-q)
PDB dan PDRB Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah
(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional
bruto)
Pertumbuhan Year on
Year
Atau pertumbuhan tahunan adalah pertumbuhan yang
mengukur perbandingan PDRB atas dasar harga konstan
triwulan laporan dibandingkan PDRB atas dasar harga
konstan triwulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering
disingkat (Y-o-Y)
Pertumbuhan Melambat Pertumbuhan tahunan masih menunjukkan nilai positif
namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti
sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas,
merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri
dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan
deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban
otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari
uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah
dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank
sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk
uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank,
kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang
sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann
penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara
pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya
bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit
bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3),
diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha
perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya
yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi,
re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang
mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5
Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang
kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang
yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran
yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan
uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran
tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari
kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar,
sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat
berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation)
untuk bertransaksi.