Post on 31-Jul-2021
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama dakwah untuk seluruh umat manusia yang
menganjurkan umatnya menjadi umat terbaik dan mengakui ajarannya sebagai
pembawa rahmat. Ajaran-ajaran itu terkandung di dalam Al-qur’an yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seperti aqidah, akhlaq, syari’ah.
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mewajibkan umatnya
untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dakwah merupakan
aktualisasi imani yang dimanifestasikan ke dalam suatu sistem kegiatan
manusia dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara merasa, berfikir bersikap, bertindak manusia pada dataran
kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan yang menggunakan
cara tertentu (Amrullah, 1985:2). Dalam pelaksanaannya sebuah upaya
dakwah tidak boleh lepas, apalagi bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang
telah ada dalam Al-qur’an dan Hadist. Dakwah Islam berarti menyampaikan
pesan atau ajaran Islam kepada masyarakat luas, sebagaimana telah dilakukan
oleh nabi Muhammad SAW pada zamannya (Agus, 2001:90). Dalam hal ini
ada lima unsur dalam praktek dakwah yaitu da’i, mad’u, materi dakwah,
media, dan metode. Dakwah pada hakekatnya merupakan upaya untuk
2
mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berprilaku agar menjadi lebih
baik.
Media dakwah merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan
atau digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Media dakwah berperan
bukan hanya sebagai alat bantu dakwah, namun peran ini dapat dilihat dari
posisi dakwah sebagai suatu sistem, dan sistem ini terdiri dari beberapa
komponen yang saling berkait dalam mencapai tujuan, maka dalam hal ini
media dakwah mempunyai peranan / kedudukan yang sama dengan komponen
yang lain (Syukir, 1983:63). Sebagai sebuah proses komunikasi dakwah harus
memperhatikan keefektifitasan sebuah komunikasi diantaranya kecermatan
dalam memilih media yang digunakan. Dakwah dihadapkan pada
perkembangan dan kemajuan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih.
Dalam artian dakwah dituntut agar dikemas dengan terapan media komunikasi
yang sesuai dengan mad’u sehingga dakwah menjadi lebih efisien dan efektif.
Salah satu bentuk informasi yang dipelihara dan diteruskan untuk
generasi berikutnya adalah melalui seni sastra, karena sastra ini bisa masuk ke
dalam jejak tertulis. Istilah “sastra” dipakai untuk menyebut gejala budaya
yang dipakai pada semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi dan
keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan (Jabrohim, 2003:9).
Karya sastra merupakan suatu bentuk komunikasi yang disampaikan dengan
cara khas, dengan cara memberi kebebasan kepada pengarang untuk
menuangkan keratifitas imajinasinya. Jika seseorang pembaca mengandalkan
sebuah teks sebagai sastra, maka tidak lama ia akan dibaca, dipahami dan
3
boleh jadi nilai kaidah sastra dengan perangkat skema sastrawi yang dimiliki
oleh seorang pembaca. Membaca sebuah karya sastra dapat juga meningkat
menjadi kegiatan kritis, yakni bila lewat teks sastra yang dibaca pembaca
bukan hanya bertujuan memahami, menikmati, dan menghayati melainkan
juga bertujuan memberikan penilaian (Aminudin, 2002:20). Pengertian
membaca kritis itu sendiri adalah kegiatan membaca dengan menggunakan
pikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan
suatu konsep dengan jalan membandingkan teks sastra dengan yang dibaca
dengan pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui pembaca
untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan dan penilaian
(Aminudin, 2002:20). Bahasa sastra sangatlah berbeda dengan bahasa sehari-
hari, karena bahasa sastra lebih segar, lebih meresap, sebab ia lebih banyak
mengandung perasaan dan lebih meningkatkan angan-angan fantasi (Risqam,
2004:1).
Karya novel adalah salah satu bentuk sastra. Novel dibangun dari
sejumlah unsur dan setiap unsur akan saling berhubungan secara saling
menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan novel tersebut akan
menjadi sebuah karya yang bermakna hidup (Nurgiyantoro, 1998:37). Novel
terdiri dari dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Wellek dan
Warren dalam Nurgiyantoro, 1998:29) unsur ekstrisik antara lain adalah:
1. Keadaan subjektifitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan
dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya
yang ditulisnya.
4
2. Dari segi psikolog baik itu dari pengarang (yang mencakup proses
kreatifnya), psikolog pembaca maupun psikolog dalam karya. Keadaan
ekonomi, sosial, politik pengarang.
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur intrinsik itu antara lain tema, masalah, latar, plot, tokoh,
penokohan, judul, gaya bahasa. Kehadiran sebuah karya sastra tentunya agar
supaya dinikmati oleh pembaca. Namun agar dapat dinikmati karya sastra
diperlukan seperangkat pengetahuan tentang, karya sastra itu sendiri. Karena
tanpa suatu pengetahuan maka karya sastra hanya bersifat sepintas saja.
Di Indonesia saat ini karya sastra (novel) sedang membumi, tentu saja
ini menunjukan perkembangan novel yang terus berlangsung dan tidak
terputus. Seperti Azab dan Sengsara (1920), Siti Nurbaya (1922), Salah
Asuhan (1928), Layar Terkembang (1936), Belenggu (1940), Tenggelamnya
Kepal Van Der Wick (1962), Bumi Manusia dan Semua Anak Bangsa (1980),
Gadis Pantai (1988), Saman (1998), Perempuan Berkalung Sorban (2000),
Supernova (2002), Dadaisme (2003), Geni Jora (2003).
Pada waktu novel Ayu Utami, Saman (1998) muncul terjadi juga
kontrofersi, namun sebenarnya kontroversi tentang hal-hal erotis dalam karya
sastra sudah sering terjadi seperti Belenggu (1990) karya Armyn Pane yang
mempersoaalkan cinta dan perselingkuhan. Goenawan Muhammad dalam
Anton Kurnia, (2004:1). mengatakan ada 3 pola sikap dalam karya sastra
Indonesia yang berusaha mempersoalkan seks dan cara penggambaran seks.
5
1. Karya-karya yang berusaha mempersoalkan seks tetapi tidak berani
menggambarkannya, karya-karya yang didalam istilah Harry Haveling
memperlakukan persoalan seks sebagai "Mawar Berduri".
2. Karya-karya yang mempersoalkan seks dan mengambarkan karyanya
dengan cara " meneriakkannya dengan keras".
3. Karya-karya yang mempersoalkan seks sebagai bagian dari kehidupan
manusia yang wajar dan mengambarkannya secara wajar pula.
Sejak Ayu Utami (dari Saman) memberanikan diri untuk menulis
seksualitas secara eksplisit, melainkan juga karena penulis mengikuti
kecenderungan demikian justru penulis perempuan seperti Dinar Rahayu,
Djenar Mahesa Ayu, dalam hal ini Dewi Sartika mengakui bahwa Dadaisme
dipengaruhi oleh cara penulisan Ayu Utami.
Dadaisme karya Dewi Sartika ini adalah salah satu dari beberapa karya
sastra (novel) yang mengikuti perlombaan sayembara novel 2003 yang
diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Novel ini dianggap
sangat garang dan berani untuk bicara kematian, kejiwaan, perselingkuhan,
autis, sehingga novel ini menjadi juara pertama dalam sayembara 2003. Dewi
Sartika ini mengalahkan Abidah el Khalieqy dengan karyanya Genj Jora dan
ia dikenal dengan karya sebelumnya Perempuan Berkalung Sorban yang
menjadi pemenang kedua dan Tabula Rasa karya Batin Kumala menjadi
pemenang ketiga.
Dadaisme ini menceritakan tentang kisah malaikat bernama Michail
(malaikat bersayap satu), malaikat itu selalu ada dalam kesedihan hati
6
manusia.. Novel ini menggunakan alur bolak-balik, sehingga dibutuhkan
pembaca yang cermat dan teliti. Meskipun alurnya bolak-balik namun cerita
ini ternyata berhubungan satu sama lain.
Dalan novel Dadaisme ini secara segi bahasa yang digunakan
universal, isi novel inipun sangat menarik. Dadaisme adalah pemenang
pertama lomba sayembara novel yang diselenggarakan Dewan Kesenian
Jakarta (DKJ) tahun 2003.
Selain itu penulis tertarik pada novel ini karena Dewi Sartika adalah
termasuk novelis muda yang cukup diperhitungkan karena karyanya dianggap
luar biasa oleh dewan juri pada sayembara novel yang diselenggarakan oleh
Dewan Kesenian Jakarta tahun 2003.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apa pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel
Dadaisme karya Dewi Sartika
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel Dadaisme
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
1 Untuk menambah keilmuan, khususnya dibidang sastra (novel)
2 Novel bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan
pesan pesan dakwah
7
1.4 Tinjauan Pustaka
Dengan melihat literatur yang ada, diantaranya terdapat beberapa
kaitan dengan skripsi yang penilis teliti:
Penelitian Ahmad Zaenudin (1992), mengenai pesan dakwah dalam
karya A.Tohari, adapun penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa
berusaha menerangkan muatan-muatan dakwah dalam karya A.Tohari, dalam
penelitian ini juga dibahas mengenai posisi karya sastra sebagai kegiatan
dakwah Islamiah. Jadi secara tidak langsung karya sastra dapat berfungsi
sebagai media dan subyek dakwah.
Hal yang membedakan antara penelitian Ahmad Zaenudin dengan
penulis adalah objek penelitian yang akan diteliti. Walaupun sama-sama
mengandung pesan dakwah sebagai metode menganalisis novel ini. Ahmad
Zaenudin mengambil obyek penelitian dalam karya A.Tohari, sedangkan
penulis mengambil objek penelitian dalam novel Dadaisme karya Dewi
Sartika. Selain obyek kajianya penulis disini menggunakan teori kritik sastra
yang bertujuan untuk menganalisis secara langsung unsur-unsur pembentuk
novel.
Penelitian dengan judul pesan dakwah dalam novel Khotbah Diatas
Bukit karya Kuntowijoyo, oleh Titik Indriana (2005). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah dalam novel Khotbah Diatas Bukit memiliki pesan-pesan
dakwah didalamnya, disamping menggunakan teori pesan dakwah dalam
penelitian ini juga menggunakan teori kritik sastra. Dalam hal ini pesan
8
dakwah yang terungkap menjadi tiga kategori yaitu, qidah, Syari'ah dan
Akhlak.
Walaupun sama-sama menggunakan analisis pesan-pesan dakwah
tetapi yang membedakan penelitian Titik Indriana dengan penulis adalah
obyek penelitian Titik Indriana obyek yang diteliti adalah novel Khotbah
Diatas Bukit karya Kuntowijoyo, sedang obyek dari penulis adalah novel
Dadaisme karya Dewi Sartika. Disinipun antara penulis dan Titik Indriana
jenis novelnya berbeda, kalau penulis meneliti jenis novel umum yang
mengandung pesan-pesan dakwah sedangkan Titik Indriana meneliti jenis
novel Islam.
Penelitian Ima Setyawati (1996), dengan judul pesan-pesan dakwah
dalam novel keagamaan (suatu kajian terhadap novel Trilogi karya Ahmad
Tohari). Dalam penelitian ini Ima Setyawati menjelaskan bahwa novel
keagamaan bukan novel yang menjelaskan simbol-simbol, jika novel
mengajarkan akhlak, menghargai peradaban manusia adalah novel keagamaan.
Dengan kesimpulan novel dapat digunakan sebagai media dakwah.
Perbedaan antara Ima Setyawati dengan penulis adalah mengenai
objek kajian, dalam hal ini Ima Setyawati meneliti novel keagamaan (suatu
kajian terhadap novel Trilogi karya Ahmad Tohari) sedangkan penulis dengan
obyek kajian novel Dadaisme karya Dewi Sartika, pesan dakwah yang
terdapat dalam penelitian penulis dan Ima setyowati berbeda, kalau penulis
membagi tiga kategori pesan dakwah yang terdiri dari pesan aqidah, syari’ah,
dan akhlak, sedangkan Ima meneliti lebih cenderung pada pesan Akhlak.
9
Persamaan penulis dan Ima Setyawati adalah sama-sama meneliti pesan
dakwah, serta media yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan
dakwah.
1.5 Metode penelitian
1.5.1. Jenis Penelitian/Pendekatan/Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diteliti, penelitian
kualitatif umumnya dilakukan oleh karena kurangnya teori-teori yang
berhubungan (Kountor, 2003:18), dengan tujuan dari hasil pengamatan
terhadap objek penelitian (Khusus), diharapkan dapat menghasilkan suatu
teori (umum).
Dalam hal ini penulis menggunakan jenis pendekatan semiotik atau
pendekatan makna bahasa. Van Zoest dalam Alex Sobur, (2001:96)
mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang
berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungan dengan kata lain,
pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Adapun pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan
struktural semiotik untuk menganalisis karya sastra, berdasarkan struktur,
diperlukan juga analisis berdasarkan teori lain yang sesuai dengan teori ini
ialah semiotik (Jabrohim, 2003:94). Struktural dan semiotik itu
berhubungan erat: semiotik itu merupakan perkembangan struktural
(Jabrohim , 2003:93).
10
1.5.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini maka
perlu adanya pembatasan istilah judul "Pesan-Pesan Dakwah Dalam Novel
Dadaisme Karya Dewi Sartika".
1.5.2.1. Definisi Konseptual
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1994:761) pesan adalah
perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang
lain .
Dakwah menurut istilah adalah upaya mengajak seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan
ajaran Islam atau untuk mewujudkan ajaran Islam atau untuk
mewujudkan ajaran Islam kedalam kehidupan nyata.
Pesan dakwah adalah isi ajakan, anjuran dan ide gerakan dalam
rangka mencapai tujuan dakwah (Aminudin, 1986:74). Menurut Hafi
Anshari (1993:146), Pesan dakwah adalah segala sesuatu yang harus
disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah yaitu keseluruhan
ajaran Islam
1.5.2.2. Definisi Operasional
Pesan dakwah adalah materi-materi yang berisi tentang ajaran
Islam. Terkait dengan pesan-pesan dakwah , Hafi Anshori (1993:
146) membagi pesan dakwah menjadi tiga bagian, yaitu pesan
aqidah, yang mencakup keimanan yang terdiri dari rukun Iman
yaitu Iman kepada Alloh, Iman kepada Malaikat, Iman kepada
11
Kitab, Iman kepada Rosul, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman
kepada Qodho dan Qodhar. Pesan syari’ah yang dibagi menjadi
ibadah dan muamalah, dalam hal ini yang menyangkut hubungan
dengan Alloh maupun dengan sesama makhluk Dan pesan akhlak
yang membahas mengenai bagaiman cara bertingkah laku terhadap
sesama makhluk
Dengan demikian pesan dakwah yang penulis maksud adalah
gagasan kata-kata yang dituangkan Dewi Sartika dalam novel
Dadaisme yang ada kaitannya dengan aqidah, syari’ah, akhlak.
1.5.3 Sumber Data
1.5.3.1 Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel
Dadaisme karya Dewi Sartika
1.5.3.2. Sumber Data Sekunder
Dalam hal ini penulis mencari buku-buku, majalah, hasil
penelitian, dan media lain yang yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian ini.
1.5.4 Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode berdasarkan riset kepustakaan
(library reseach) seperti majalah, buku-buku atau data yang ada
kaitannya dengan penelitian yang penulis lakukan.
12
1.5.5 Tekhnik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka perlu dianalisis untuk mendapatkan
kesimpulan. Dalam menganalisis penelitian ini penulis menggunakan
metode struktural semiotik, Riffaterre dalam Jabrohim menyatakan
untuk dapat memberi makna secara struktural semiotik, pertama kali
dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeuneutik.
a. Struktural menekankan pada adanya fungsi dan hubungan antar
unsur (intrinsik) dalam karya novel. Analisis sruktural dalam karya
novel dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan-hubungan antar unsur
intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1998;37).
Misalnya; bagaimana keadaan tokoh, penokohan, latar, tema,
peristiwa, judul, dan gaya bahasa. Pada intinya karya sastra itu
merupakan subuah struktur yang unsur-unsurnya saling berjalin
erat.
b. Semiotik adalah ilmu yang mengkaji “tanda”. Menurut Junus dalam
Jabrohim (2003;67) mengatakan bahwa semiotik itu merupakan
lanjutan atau perkembangan dari stuktural. Struktural tidak dapat
dipisahkan dari semiotik. Alasanya adalah karya sastra itu
merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa
memperhatikan sistem tanda, tanda, dan makna, struktur karya
sastra atau karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara
optimal.
13
b. Heuristik merupakan pembacaan karya satra pada semiotik tingkat
pertama. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasar struktur
kebahasaannya. Ia berupa pemahaman makna sebagaimana yang
dikonvensikan oleh bahasa (yang bersangkutan), jadi yang
dibutuhkan adalah pengetahuan tentang bahasa-bahasa itu,
kompetensi terhadap kode bahasa. Untuk itu, kerja penafsiran
karya sastra haruslah sampai pada kerja hermeneutik.
c. Hermeneutik adalah pemahaman karya pada tataran semiotik
tingkat kedua (Nurgiyantoro, 1998;33). Hermeneutik menurut
Teeuw dalam Nurgiyantoro (1998;33) adalah ilmu / tekhnik
memahami karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih
luas maksudnya.
Contoh pembacaan Heuristik-Hermeniutik dalam Novel Khotbah
Diatas Bukit karya Kuntowijoyo (Indriana, 2005:72)
“ Alam ialah yang Maha Besar. Kita hanya bagian-Nya. Jangan sedih atau gembira. Kembalilah ke sana. Ia akan menerima kehadiranmu.” (hlm.81) Pembacaan Heuristik
“ (pencipta) Alam ialah Allah yang Maha Besar. Kita hanya bagian-Nya. Jangan (terlalu) (ber) sedih atau (terlalu) (ber) gembira. Kembalilah ke (pada) sana (alam). Ia akan meneriama kehadiranmu.”(hlm.81) Pembacaan Hermeneutik
Pencipta alam yaitu Allah yang Maha Besar. Sedangkan
kita hanya bagian dari ciptaan-Nya, Bagian dari alam. Janganlah
14
kita terlalu banyak bersedih atau bergembira. Kembalilah berbaur
dengan alam. Pastilah alam akan menyambut kehadiran kita.
Untuk membedakan analisis antara sajak dan novel adalah dengan
menganalisis sistem tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi apa yang
memungkinkan tanda-tanda atau stuktur tanda-tanda dalam ragam sastra itu
mempunyai makna (Pradopo, 1995: 122). Sastra puisi merupakan sistem tanda
yang mempunyai satuan tanda-tanda seperti bunyi, pilihan kata, kiasaaan,
citraan dan saran retorika.Sedangkan novel mempunyai konvensi sendiri yang
lain dari konvensi puisi, misalnya tema, masalah, plot, tokoh, penokohan,
latar, tema, judul dan gaya bahasa.
Kemudian dalam pembacaan heuristik pun pastilah sedikit berbeda.
Hal ini disebabkan novel bahasanya tidak begitu menyaimpang dari tata
bahasa baku. Pembacaan heuristik novel adalah pembacaan “tata bahasa”
ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan
(Pradopo, 1995;135). Sedangkan pembacan sajak adalah pembacaan dari kata-
perkata.
1.6. Kerangka Teoritik
Dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah, dakwah juga bisa
dilakukan dengan tulisan salah satunya novel. Dakwah merupakan merupakan
suatu usaha mengarah untuk memperbaiki sesuai dengan kehendak dan
tuntunan kebenaran. Salah satu faktor penunjang keberhasilan dakwah adalah
dengan pesan karena seorang da'i harus benar-benar memperhatikan mad'u
15
dengan berbagai macam latar belakang. Dalam hal ini ada tiga prinsip ajaran
yang terdapat dalam pesan dakwah:
- Aqidah (keimanan) adalah merupakan merupakan sesuatu yang diyakini
tanpa suatu keraguan sedikitpun.
- Syari'ah yaitu ajaran yang menyangkut aktifitas didalam semua aspek
kehidupan. Dalam artian membedakan makna yang halal dan yang haram
atau makna yang boleh dan tidak boleh
- Akhlaq adalah suatu sikap atau sifat yang mendorong untuk melakukan
sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilakukan dengan mudah.
Perbuatan ini dilihat dari pangkalan yaitu niat.
Novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik dan
menggunakan sesuatu (lebih bersifat) secara tidak langsung. Untuk itu
diperlukan suatu upaya (boleh juga dibaca: kritik) untuk dapat menjelaskannya
dan biasanya disertai bukti-bukti hasil kerja analisis (Nurgiyantoro, 1998:32).
Dengan demikian karya sastra baru bisa dipahami. Pradopo dalam Jabrohim
(2003:67) menyatakan bahwa struktural dan semiotik itu tidak dapat
dipisahkan karena karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang
bermakna, Dan harus memperhatikan sistem tanda dan maknanya, konvensi
tanda, struktur karya sastra (novel) tidak dapat dimengerti maknanya secara
optimal.
Untuk memahami sebuah karya sastra dibutuhkan sebuah teori dan
pendekatan agar pembaca dapat memahami maksud yang ada dalam karya
sastra (novel) tersebut.
16
Dalam hal ini untuk mengetahui makna dan pesan-pesan dakwah yang
terkandung dalam novel Dadaisme penulis menggunakan pendekatan
structural semiotik
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran singkat mengenai isi skripsi ini, maka
penulis akan sampaikan secara singkat sisitematika penulisan skripsi yang
terdiri dari lima bab;
Bab pertama berisi tentang pendahuluan, latar belakang, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik,
dan metodologi penelitian meliputi: jenis penelitian dan pendekatan, definisi
konseptual dan definisi operasional, sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, serta sistematika penulisan skripsi
Selanjutnya bab dua sebagian berisi tentang gambaran umum
mengenai dakwah, novel dan novel sebagai media dakwah
Bab tiga berisi biografi pengarang novel Dadaisme, gambaran
(sinopsis) mengenai novel Dadaisme, disertai kritik ekstern dan kritik intern.
Bab empat adalah analisis data yang meliputi analisis terhadap novel
Dadaisme disertai kesimpulan analisis .
Bab lima adalah penutup, disini penulis akan menguraikan tentang
kesimpulan penelitian diakhiri dengan penutup.
17
BAB II
NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH
2.1. Tinjauan Tentang Novel
2.1.1. Pengertian Novel
Istilah “novel” berasal dari bahasa Inggris “novelette” atau
dalam bahasa latin “novelle” dan bahasa Jerman “novelle”, secara
harfiah novel berarti “sebuah barang baru yang kecil” yang kemudian
istilah novel ini bisa dipahami sebagai “cerita pendek dalam bentuk
prosa”. Novel adalah sebuah konfiksi (penceritaan) yang panjang
cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek
(Nugiyantoro, 1990 : 9-10).
Novel adalah sebuah karya sastra yang mencakup bentuk
(struktur), komposisi, bahasa (gayanya, filosofinya) juga tema, bahkan
tawaran moralnya (Kundero, 2001:1). H. B Yassin dalam bukunya Tifa
Penyair Dan Daerahnya menyatakan bahwa “novel ialah suatu
karangan prosa yang bersifat cerita menceritakan suatu kejadian yang
luar biasa, karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu
pertikaian, yang mengalihkan nasib mereka (Suroto, 1989:9). Melalui
novel seseorang dapat mengemukakan, menyajikan sesuatu secara
bebas, detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang
lebih kompleks.
18
2.1.2. Sejarah Novel
Pada tahun 1908 didirikan komisi bacaan rakyat (commissie
voor de inlandsche school en volkslectuur). Yang pada tahun 1917
berubah menjadi Kantor Bacaan Rakyat (kantoor voor de volkslectuur)
atau Balai Pustaka (Rosidi, 2000:16). Mula-mula komisi ini bekerja
untuk memeriksa dan menolak segala naskah, namun kemudian
mencetak buku-buku terjemahan. Komisi ini menerbitkan buku Ka Nu
Ngarora (bacaan bagi para muda) karya D.K. Ardiwinata pada tahun
1914 dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 1918 terbitlah Cerita Si
Jamin Dan Si Johan yang disadur Merari Siregar dan Jan Smees
karangan Juan Maurik (Rosidi, 2000 : 17). Dua karya tersebut terbit
dalam versi tidak resmi, namun pada tahun 1920 terbitlah versi resmi
dalam bahasa Indonesia Azab Dan Sangsara Seorang Anak Gadis
karangan Merari Siregar. Dua tahun kemudian terbitlah Siti Nurbaya
(1922) karya Marah Rusli, sejak inilah cipta sastra (novel) Indonesia
mulai bermunculan.
Dari banyaknya novel yang bermunculan di zaman itu, masalah
yang diangkat adalah mengenai adat dan kebiasaan buruk kuna,
perkawinan, hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki,
pertentangan paham. Contohnya, Azab dan Sengsara (1920) di sini
menceritakan adat dan kebiasaan buruk kuno yang tidak lagi sesuai
dengan zaman modern, Siti Nurbaya (1922), inipun bercerita tentang
keburukan adat kuno berkenaan dengan perkawinan, Salah Asuhan
19
(1928) yang menjadi perhatian di sini bukan lagi kawin paksa namun,
pertentangan paham antara kaum muda dengan kaum kolot dalam soal
pernikahan tidaklah dilihatnya secara blok hitam dan blok putih.
Demikian juga dengan Muda Terna (1922) karya M. Kasim,
dikisahkan tentang seorang pemuda bernama Marah Kamil yang
tergila-gila kepada seorang gadis. Sebelum terjadi pernikahan, Marah
Kamil berpetualang dan cerita ini diakhiri dengan kebahagiaan hidup
dengan kekasih idaman hatinya.
Pengarang lain yang melangkah lebih jauh dalam menentang
adat kuno mengenai perkawinan adalah Adi Negoro (Djamaluddin)
dengan karyanya Darah Muda (1927) dan Asmara Jaya (1928).
Persoalan pemilihan jodoh dan campur tangan orang tua dalam
pernikahan anaknya tidak terdapat dalam Karam Dalam Gelombang
Percintaan (1926) karya Kedjora, Pertemuan (1927) karya Abas
Soetan Pamoentjak, Salah Pilih (1928) karya Nur Sutan Iskandar,
Cinta Yang Membawa Maut (1926) karya Abd. Ager dan Nursanah
Iskandar dan lain-lain.
Percintaan yang tokoh-tokohnya terdiri dari para pemuda yang
telah mengecap pendidikan sekolah merupakan tema yang disukai
benar oleh umumnya pengarang masa itu, seperti misalnya Jeumpa
Aceh (1928) karya H. M. Zainuddin, Tak Disangka (1929) karya tulis
Sutan Sati, Tak Putus Dirundung Malang (1929) karya Sutan Taqdir
Alisjahbana.
20
Masalahan percintaan muda-mudi juga terdapat dalam novel
kedua Dewi Sartika, Empat Cara Menjadi Cantik (2004). Dan pada
tahun yang sama pula Dewi menerbitka novel terbarunya Natsuka
(2004), bahasa yang digunakan dalam novel ini sama dengan
Dadaisme, Meskipun didalamnya terdapat cerita tentang percintaan
namun disisi lain disini juga bercerita tentang masalah kematian, adat.
Novel ini berbeda dengan Empat Cara Menjadi Cantik yang hanya
bercerita tentang masalah cinta muda-mudi saja.
Selain itu terdapat pula novel yang mengandung pesan Islami
seperti Perempuan Berkalung Sorban (2000) karya Abidah el Khaliqy,
Lukisan Rembulan, Namaku Maysaroh, Serpihan Hati (2003) karya
Pipit Senja, Kembara Kasih (1999) Manusia-Manusia Langit (2000)
karya Helvi Tiana Rosa.
2.1.3. Jenis-Jenis Novel
Menurut Jacob Sumardjo dalam bukunya Novel Indonesia Mutakhir
sebuah kritik, muncul dua jenis novel yaitu novel Pop dan Serius.
Adapun ciri-ciri kedua novel tersebut adalah :
a. Ciri-Ciri Novel Pop
1. Temanya selalu menceritakan kisah asmara belaka tanpa
masalah yang lebih serius.
2. Novel pop selalu menekankan plot cerita sehingga
mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan dan unsur-
unsur novel lainnya.
21
3. Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional, cerita
disusun dengan tujuan meruntuhkan air mata pembaca,
akibatnya novel demikian hanya mengungkapkan permukaan
kehidupan, dangkal tanpa pendalaman.
4. Masalah yang dibahas kadang-kadang artifisial, tidak nyata
dalam kehidupan ini, isi cerita hanya mungkin terjadi dalam
cerita itu sendiri, tidak dalam kehidupan nyata.
5. Karena cerita ditulis untuk konsumsi masa, maka pengarang
rata-rata tunduk pada hukum cerita konvensiolan.
6. Bahasa yang dipakai bahasa aktual, yang hidup di kalangan
muda-mudi kontemporer, dan di Indonesia pengaruh gaya
berbicara serta bahasa sehari-hari kota Jakarta amat
berpengaruh di novel jenis ini.
Contoh novel pop:
Empat Cara Jadi Menjdi Cantik karya Dewi Sartika
b. Ciri-Ciri Novel Serius
1. Dalam tema karya sastra tidak hanya berputar-putar dalam
masalah cinta asmara muda-mudi belaka, Islam membuka diri
terhadap semua masalah yang penting untuk menyempurnakan
hidup manusia. Masalah cinta dalam karya sastra kadang hanya
penting untuk menyusun plot cerita, sedang masalah yang
sebenarnya berkembang di luar itu.
22
2. Jalan cerita memang penting tetapi bukan merupakan daya tarik
utamanya. Cerita itu selalu diimbangi bobot yang lain, seperti
karakterisasi, setting cerita, tema, dan sebagainya.
3. Karya sastra tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi
selalu memahami secara mendalam dan mendasar suatu
masalah. Hal ini dengan sendirinya berhubungan dengan
kematangan pribadi sastrawan sebagai seorang intelektual.
4. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra
bisa dialami atau sudah dialami oleh manusia mana saja dan
kapan saja. Karya sastra membicarakan hal-hal yang universal
dan nyata, bukan kejadian yang artifisial dan bersifat kebetulan.
5. Sastra selalu bergerak dan baru. Ia tidak mau berhenti pada
komersialisme, penuh inovasi.
6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa standar, bukan model
sesaat.
Contoh novel serius
Dadaisme karya Dewi Sartika
2.1.4. Unsur-Unsur Pembentuk Novel
Unsur-unsur pembentuk novel yang kemudian secara
bersamaan membentuk totalitas itu, di samping unsur formal bahasa,
masih banyak lagi macamnya (Nurgiyantoro, 1998: 23). Unsur tersebut
yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.
23
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya
sastra itu sendiri. Unsur ini terdiri dari masalah, tema, plot, tokoh dan
penokohan, latar (setting), judul dan gaya bahasa.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya-karya sastra (Nurgiyantoro, 1998:23). Wellek
dan Wernen dalam Nurgiyantoro (1998:24) menyatakan bahwa unsur-
unsur ekstrinsik yang dimaksud antara lain adalah keadaan
subyektifitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya
yang ditulisnya.
Berikut ini penjabaran dan unsur-unsur pembentuk novel.
a. Tema
Tema merupakan dasar sebuah penceritaan, atau bisa diartikan
makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Hartoko dan Rahmanto
dalam Nurgiyantoro (1998:68) menyatakan, tema merupakan
gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
b. Cerita
Ada beberapa definisi mengenai cerita pada sebuah karya fiksi
dalam Nurgiayantoro (1998 : 91) :
24
1. Foster mengatakan cerita sebagai sebuah narasi sebagai
kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu.
Misalnya, (kejadian) mengantuk kemudian tertidur, begitu
melihat wanita cantik langsung jatuh cinta, marah-marah
karena disinggung perasaannya.
2. Abrams juga memberikan pengertian cerita sebagai sebuah
urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu.
3. Kenny mengartikan cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang
terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah
karya fiksi.
c. Plot
Plot adalah hubungan kausalitas antar berbagai peristiwa yang
dikisahkan, atau bagi menyiasati penyajian rangkaian peristiwa
agar lebih menarik dan baru. Plot bisa juga disebut dengan alur
cerita. Stanton dalam Nurgiyanto (1998:3) menyatakan plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan
atau menyebabkan peristiwa yang lain.
d. Tokoh, Penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Menurut
Jones dalam Nurgiyanto (1998 : 165) penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
cerita. Watak perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan
25
sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh para pembaca, lebih
menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Karakter (tokoh
cerita) menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998:165) adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan
dan apa yang dilakukan dalam tindakan, pengertian penokohan ini
lebih luas maknanya dari tokoh dan perwatakan karena ia sekaligus
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan
bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca (Nurgiyantoro, 1998:166).
e. Latar (setting)
Latar cerita merupakan dunia atau lingkungan tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa. Latar cerita dibangun oleh segala keterangan,
petunjuk atau pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan
suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra.
Secara garis besar Nurgiyantoro (1995 : 227) membedakan latar
menjadi tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar
sosial.
Latar tempat adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan
sebuah karya fiksi.
26
Latar waktu berhunbungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro
: 1995:30).
Latar sosial menyaran pada hal yang berhubungan dengan perilaku
keindahan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi.latar sosial dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara
berfikir dan bersikap.
f. Judul
Dalam kamus besar bahasa Indonesia judul adalah nama yang
dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara
pendek isi atau maksud buku atau bab itu atau bisa disebut juga
sebagai kepala karangan.
g. Gaya bahasa
Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Bahasa
merupakan unsure bahan, alat, sarana yang digunakan untuk
dijadikan sebuah karya mengandung “nilai lebih” dari sekedar
bahanya sendiri. Dalam hal ini Teeuw dalam Sugihastuti dan
Suroto (2002:55) menyatakan bahwa sastra adalah bahasa yang
khas yang hanya dapat dipahami dengan pengertian atau konsepsi
bahasa yang tepat.
27
2.2. Tinjauan Tentang Dakwah
2.2.1. Pengertian Dakwah
Menurut bahasa, dakwah berasal dari kata-kata
دعوة- يدعو- دعا ) ) yang berarti panggilan, suara dan
gerakan. (Wafiah dan Awaluddin , 2005:3).
Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti mengajarkan
baik pada diri sendiri maupun orang lain, untuk berbuat baik sesuai
dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya
pula. Jadi dakwah dalam arti khusus ini bisa diidentifikasikan dengan
amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat Ali-Imran ayat 104 :
ولْتكُن مِنكُم أُمةٌ يدعونَ إِلَى الْخيرِ ويأْمرونَ بِالْمعروفِ وينهونَ عنِ الْمنكَرِ وأُولَئِك هم الْمفْلِحونَ
Artinya “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada mar’ruf danmencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imran : 104).
Sedangkan secara terminologi ada beberapa tokoh yang
menberikan bahsan-bahasan tentang pengertian dakwah diantaranya
sebagai berikut :
1. Prof. H. M. Thoha Yahya Omar mendefinisikan dakwah
dengan mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. (Aminudin,1986:3).
28
2. Drs. Hamzah Ya’qub (1981:13). Mengajak manusia dengan
hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-
Nya.
3. Dr. M. Bahri Ghazali, MA (1997:5).
Dakwah adalah sebagai penyampaian agama Islam yang tujuannya
agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh
hati.
Dari berbagai definisi tersebut di atas, walaupun ada perbedaan
perumusan tetapi pada intinya mengandung pengertian dan makna
yang sama, bahwa dakwah adalah penyampaian ajaran Islam yang
bertujuan agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama dengan
sepenuh hati untuk kebahagiaan dunia akhirat.
2.2.2. Hukum Berdakwah
Bagi seorang muslim, dakwah merupakan suatu kewajiban.
Kewajiban dakwah merupakan kewajiban yang bersifat conditiosine
quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupan. (Tasmara, 1997:32).
Sesuai firman Allah
ببِيلِ رإِلَى س عاد بِالَّتِي هِي مادِلْهجةِ ونسعِظَةِ الْحوالْمةِ وبِالْحِكْم كدِينتهبِالْم لَمأَع وهبِيلِهِ وس نلَّ عض نبِم لَمأَع وه كبإِنَّ ر نسأَح
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang baik.sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl : 125).
29
Ada perbedaan pendapat ulama tentang status kewajiban
dakwah. Ada yang berpendapat bahwa dakwah itu hukumnya fardu
kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang dialami para da'i
dan muballigh. Artinya, jika pada suatu kawasan yang sudah ada yang
melakukan dakwah ketika itu hukumnya fardu kifayah. Tetapi jika
dalam suatu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal
mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata
Allah. Ada ulama yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya
wajib ain (fardu ain) adalah bahwa setipa orang Islam yang sudah
dewasa, kaya miskin, pandai bodoh, semuanya tanpa kecuali wajib
melaksanakan dakwah. (Aminudin, 1986:34). Dengan demikian
sebenarnya dakwah merupakan keajiban dan tugas individu. Hanya
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di
lapangan.
Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah
Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan
kepada Allah SWT. penyampaian dakwah Islamiyah haruslah
disempurnakan dari generasi satu ke generasi berikutnya, sehingga
hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa.
2.2.3. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur atau komponen-komponen yang satu sama lainnya
berhubungan sangat erat, unsur-unsur tersebut adalah :
30
a. Subyek Dakwah
Subyek dakwah yang dimaksud adalah orang yang
menyampaikan pesan-pesan dakwah atau da'i. Pesan dakwah ini
bisa disampaikan oleh individu (perorangan) atau oleh kelompok.
Menurut Awaludin dan Wafiah (2005:6) subyek dakwah adalah
manusia penyeru dakwah atau sering disebut juga juru dakwah,
da'i, muballigh, khatib. Subyek dakwah (muballigh) adalah seorang
muslim yang memiliki syarat-syarat dan kemampuan tertentu yang
dapat melaksanakan dakwah dengan baik (Ya’qub, 1981:36).
b. Obyek dakwah
Obyek dakwah adalah seorang manusia atau masyarakat
yang menjadi sasaran dakwah, sering disebut dengan istilah
(mad’u). Seorang da'i sebelum terjun ke masyarakat perlu
mempelajari dan menyelidiki keadaan masyarakat agar
memudahkan untuk berdakwah. Karena tiap-tiap bagian
masyarakat itu memiliki ukuran pemahaman yang berbeda-beda
menurut keadaan ekonomi (kaya miskin). Umur (anak-anak,
pemuda, orang tua), keadaan geografis (desa, kota) dan sebagainya.
c. Materi dakwah
Materi dakwah sering disebut ideologi dakwah, adalah
ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam berpangkal pada dua pokok
yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, baik tidak boleh
menyimpang dari dua pokok materi tersebut. Materi dakwah
31
merupakan bahan atau sumber yang digunakan atau disampaikan
oleh da'i kepada mad’u dalam kegiatan dakwah untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian diharapkan agar ajaran-ajaran Islam
benar-benar dapat diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan,
sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai
dengan ketentuan-ketentuan agama Islam.
Asmuni Syukir (1983:60) mengatakan bahwa materi dakwah
dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu :
1. Masalah keimanan (aqidah).
2. Masalah keislaman (Syari'ah).
3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).
Seorang da'i dituntut harus bisa menguasai materi-materi
dakwah yang berkembang sekarang seperti ekonomi, politik, sosial
dan agama atau dapat dikatakan dalam berdakwah da'i memerlukan
penelitian materi yang cermat disamping perlu memperhatikan
situasi dan kondisi masyarakat yang ada.
d. Metode dakwah
Metode adalah cara yang dipilih da'i dalam menyampaikan
materi dakwah (Wafiah dan Awaluddin, 2005:7). Keberhasilan
dakwah itu tergantung pada pelaksanaannya dan tidak tergantung
bagaimana memilih metode yang tepat dan cepat, semuanya harus
melihat pula kepada keadaan yang dihadapi atau kata lain dalam
segala persoalan harus bertindak secara paedagogis, melihat
32
kenyataan da'i harus memilih dan menggunakan metode
dakwahnya sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman,
karena metode itu akan berubah-ubah mengikuti perkembangan
zaman. Dalam berdakwah memerlukan beberapa metode yang
dapat menghampiri sasaran tegasnya antara lain sebagai berikut :
(Dzikron, 1989 : 52)
1. Metode ceramah (lecturing method atau telling method).
2. Metode tanya jawab (questioning method / question
answer pereod).
3. Metode diskusi.
4. Metode propaganda (di’ayah).
5. Metode keteladanan / demonstrasi (demonstration
method).
6. Metode drama (role playing method).
7. Metode home visit (silaturahmi).
Pokok-pokok metode dan teknik dakwah dijelaskan dalam
surat an-Nahl ayat 125. Adapun metode yang dimaksudkan dari
ayat di atas ada 3 cara pokok yang dijadikan sandaran bagi metode
dakwh yaitu :
1. Dakwah bil hikmah
Hikmah menurut pengertian sehari-hari ialah bijaksana dan
secara pengertian khusus secara ilmiah, filosofis, hikmah
diartikan arif.
33
2. Dakwah bil mau’idlah hasanah
Yang dimaksud dengan cara mau’idlah hasanah ialah dakwah
yang dilakukan dengan cara memberi ingatan atau nasihat
kepada orang lain dengan materi sikap cara menyampaikan
yang baik agar dapat menjinakan hati pendengar.
3. Dakwah bil mujadalah
Dakwah dengan mujadalah yang sebaik-baiknya, artinya
dilakukan dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang sebaik-
baiknya. (Dzikron, 1989:25-25).
e. Media dakwah
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai alat-alat untuk mencapai tujuan dakwah
yang telah ditentukan ( Syukir, 1983:163).
Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai
alat bantu dakwah. Media dakwah (alat bantu dakwah) memiliki
peranan antar kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan.
Menurut Asmuni Syukir (1983: 173) media dakwah dibagi
menjadi enam bagian
a). Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan formal, yaitu pendidikan yang
mempunyai kurikulum siswa sejajar kemampuanya,
pertemuan ruti dan lain sebagainya.
34
b). Lingkungan Keluarga
Dalam linkungan keluarga pada umumnya terdapat
kesamaan agama. Kesempatan ini bagi para keluarga
dapat dijadikan media dakwah seperti jama’ah shalat,
puasa dan lain-lain.
c). Organisasi Islam
Dalam organisasi yang berasaskan Islam secara
langsung bisa dijadikan sebagai media dalam
berdakwah.
d). Hari-hari Besar Islam
Dalam memperingati hari besar Isalam secara langsung
bisa dijadikan media dalam berdakwah.
e) Media Massa
Media massa bisa digunakan dalam sebagai media
untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah, baik itu
media cetak ataupun elektronik. Media cetak seperti
majalah. surat kabar, dan buku, novel. Sedangkan
media elektronik seperti radio, televisi dan lain-lain.
f). Seni Budaya
Setiap masyarakat memiliki seni dan budaya sendiri,
dan mereka lebih tertarik terhadap seni dan budaya
yang ada, baik musik, drama, wayang dan lain-lain.
35
Maka seni dan budaya bisa digunakan sebagai media
dalam berdakwah.
2.3. Novel Sebagai Media Dakwah
Esensi dakwah adalah sebuah upaya menyeru manusia kepada
kebaikan dan melarang keburukan. Karena itulah maka berdakwah
mengandung arti ishlah atau perbaikan serta pembaharuan dan peningkatan.
Agama sebagai benteng moral manusia mengenai bagaimana kehidupan di
dunia dan berhubungan dengan sesamanya serta bagaimana berhubungan
dengan sang khaliq.
Metode dakwah dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam semakin
berkembang sesuai dengan keadaan masyarakat sendiri. Sehingga diperlukan
media yang efektif dan bisa memberikan informasi dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas kehidupan. Salah satu bentuk media yang
menyampaikan pesan adalah novel. Meskipun novel tidak secara langsung
menyampaikan pesan-pesan dakwah, namun apabila materi itu dikaji dan
dipahami terkadang terdapat pesan dakwah.
Dalam buku Dakwah Kultural Muhammadiyah (2004:75) ada 3
bentuk penyuguhan pesan dakwah dalam media cetak yaitu :
Pertama, bentuk media cetak yang utuh dan eksplisit, yakni terbitan
cetak yang secara khusus memang berisi teks tentang Islam atau materi
dakwah, seperti : tafsir Alqur’an, komik, bulletin khusus dan sebagainya.
36
Kedua, bentuk media cetak dalam rubrik eksplisit. Materi dakwah
dikemukakan dalam bentuk rubrikasi agama dengan suatu penerbitan cetak.
Misalnya : koran, majalah dan sebagainya.
Ketiga, bentuk media cetak secara implisit. Pesan-pesan dakwah tidak
disuguhkan secara eksplisit melainkan diolah secara integratif (implisit)
dengan tulisan lain, seperti cerpen, novel atau karya lain.
Bentuk ketiga ini penting terutama apabila pesan dakwah berkaitan
dengan sistem nilai. Di samping itu, pesan-pesan dalam bentuk implisit ini
akan mudah diterima pembaca, sehingga dakwah lebih efektif.
Dalam menghadapi era globalisasi, dimana informasi semakin
canggih dalam menyampaikan pesan pada masyarakat, seorang da’i disini
harus peka terhadap kebutuhan masyarakat. Dimana masyarakat sekarang
haus akan nuansa Islam, dalam pemilihan media terutama novel.
Media novel mempunyai kelebihan dari media lainnya yaitu
materinya dapat dibaca berulang kali, dipelajari, serta terdapat pesan kepada
pembaca yang kritis.
Novel sebagai media dakwah yang dibentuk dengan keindahan,
diharapkan mampu memperkokoh, menciptakan dan mengubah sebuah
sebuah pola budaya. Lewat bahas lisan, novel menyampaikan pesan yang
ingin diutarakan kepada masyarakat. Sehingga diharapkan novel mampu
menjadi salah satu media dalam berdakwah.
2.4. Ciri-Ciri Novel Dakwah dan Non Dakwah
37
Novel dakwah adalah novel yang di dalam ceritanya terdapat pesan-
pesan Islam atau mengandung ajaran atau nilai-nilai Islam. Novel ini tidak
hanya bisa dilihat dari tingkat simbolik-menggunakan nama Islam, tetapi bisa
secara tersirat dalam cerita itu terdapat nilai-niali keislamanya, atau secara
implisit cerita itu mengandung nilai-nilai keislaman (Jalaluddin, 1998:54).
Nilai-nilai keislaman itu bisa berupa perubahan pembaca kearah yang
lebih baik dan sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam. Perubahan itu bisa
berbentuk Aqidah (keimanan), Syari’ah (haram atau halal, boleh dan tidak
boleh dan sebagainya) atau Akhlak (tingkah laku)
Ciri novel Islam adalah yang didalam ceritanya ada unsur amar ma’ruf
nahi munkar (Tiana, 2001: 1). Said Hawa dalam Tiana (2001, 1) Biasanya
didalamnya juga berbicara mengenai cinta, seperti cinta kepada Alloh, Rasul-
Nya, makhluk ciptaa-Nya dan sebagainya. Seni sastra ( novel) adalah dari
segi ceritanya mengandung nilai-nilai akhlak Islam.
Novel non dakwah adalah dalam segi ceritanya tidak terdapat
kandungan nilai-nilai keIslaman atau tidak adanya nilai-nilai akhlak Islam..
Disini novelis lebih mendiskripsikan hubungan badani, kemoleka tubuh
perempuan atau betapa ‘indahnya’ kemaksiatan, secara vulgar dengan
mengatasnamakan seni. Meskipun terkadang ada nilai positifnya namun
penulis yakin bahwa nilai negatif yang terdapat dalam cerita itu lebih banyak.
Sehingga pembaca akan larut dalam cerita yang disajikan. Dan disini akan
tercipta pembaca yang bersifat ketergantungan. Sehingga menimbulkan rasa
tidak aman dalam diri pembaca.
38
BAB III
NOVEL DADAISME
3.1. Biografi Dewi Sartika
Dewi sartika yang biasa disapa dewi ini, lahir di Cilegon 27 Desember 1980.
Gadis berdarah Minang ini adalah seorang mahasiswi semester akhir di
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung angkatan 2000.
Meskipun dia lahir bukan dari keluarga seni tapi kegemaran menulisnya sudah
terlihat sejak dia duduk dibangku SD. Waktu SMP pun ia sudah menulis dan
dimuat di majalah Bobo. Sehingga diapun mulai serius menulis diwaktu SMA
dan lahirlah cerpen remaja pertamanya berjudul Kakaku Arjuna yang dimuat
di majalah sekolah dan menjadi pilihan favorit redaksi saat itu. Dewi
kemudian banyak menulis cerpen remaja, yang pop, namun tidak pernah ada
yang dimuat. Sehingga malas untuk menghitung cepen yang ditolak itu. Dewi
sempat putus asa, namun itu tidak berlangsung lama karena dia sadar kalau dia
mencintai menulis dan tidak bisa berhenti. Ia menemukan cara untuk
menikmati penolakan dengan memahami emosi dan hal inilah yang
mendorong emosinya untuk menulis dua kali lebih besar. Dewi menyadari
bahwa ia sangat lemah dalam membangun penokohan dalam bentuk cerpen.
Akhirnya, ketika Dewi semester tiga, ia memutuskan untuk menulis
novel. Dewi tertarik akan adanya dunia halusinasi atau autis dan karena
ketertarika ini munculah novel pertamanya Dadaisme pada tahun 2003, dan
39
novel inilah yang menjadikan dewi sebagai salah satu novelis yang diakui,
karena karyanya yang dianggap luar biasa.
Dadaisme ini adalah pemenang pertama Sayembara Novel 2003 yang
diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Meskipun kehadiran Dadaisme ini
mendapat kritikan dari teman-temanya dan beberapa orang karena dirasakan
untuk tidak layak terbit, dalam hal ini Dewi Sartika menyadari kalau sebagai
manusia dia penuh kekurangan. Dalam hal ini semangat dewi tidak putus, dan
ini terbukti dengan hadirnya karya-karyanya seperti Natsuka (2004), dan
Empat Cara Menjadi Cantik (2004).
3. 2. Novel Dadaisme
3. 2. 1. Sinopsis
Michail adalah malaikat bersayap satu, dia selalu hadir dalam
kesedihan manusia. Michail hadir dalam kehidupan Nedena, gadis
kecil yang terkena autis. Dia selalu menemaninya karena Nedena
merasa menjadi penyebab atas kematian ibunya.
Michail hadir dalam diri Yossy, seorang anak berusia sepuluh
tahun. Yossy meninggal dalam peristiwa kecelakaan saat pulang
sekolah. Yossy merasa sedih karena melihat ibunya yang masih
belum bisa menerima kematiannya. Disinilah sosok Michail hadir
untuk menemaninya.
Kesedihan ini juga terdapat dalam diri Jing. Dia merasa sedih
dan menyesal karena telah membantu mempercepat kematian Rianto,
40
seorang anak berumur sepuluh tahun. Jing merasa tidak tega karena
melihat anak itu berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri namun
selalu gagal. Dalam kesedihan inilah Michail datang untuk
menemaninya.
Sosok Michail hadir dalam kehidupan Ken. Ken dan Jing
adalah teman. Namun Ken merasa Jing adalah manusia yang kejam
karena tega membunuh Rianto dan bahkan Jing berniat membunuh
ibunya, karena niat inilah Ken membunuh Jing . Kemudian Michail
datang menemui Ken dan berkata “kenapa maunusia tega membunuh
sesamanya”.
3. 2. 2. Masalah dan Tema
Novel Dadaisme mengemukakan masalah kehidupan
manusia sekarang, atau gambaran manusia masa kini, masa dimana
masing-masing orang sibuk menghadapi berbagai masalah tanpa
sempat mendalami msing-masing masalah. Masalah ini antara lain
tentang halusinasi, kematian, perjodohan, dan berbakti pada orang
tua.
a. Masalah halusinasi
Nedena gadis kecil berumur 10 tahun. Dia selalu hidup
dalam khayalan. Dia selalu menggambar langit dengan warna
orange dan terkadang mataharipun berwaarna hitam, kadang
langit diwarnai dengan warna biru.
“Magnos, pasianku adalah seorang anak berusia 10 tahun. Dia mengalami keterbelakangan mental.
41
Waktunya berhenti, atau aku menyebutnya halusinasi bahwa hatinya yang telah menghentikan waktu, atau kita sebut amnesia”. (hlm. 107).
b. Masalah kematian
Yossy meninggal saat dia pulang sekolah karena
kecelakaan.
“CCCCCCCCTTTTTT” suara rem itu terdengar begitu keras seperti menahan lajunya yang terlanjur terjadi. terlihat buku, tas dan kertas-kertas gambar bertaburan. Seperti slow motion di dalam drama-drama film picisan, kertas itu terbang dan berkepakan di udara. Kertas itu berhamburan lalu jatuh ke tanah diantara cipratan darah, yang memerah mewarnai kertas tersebut”. (hlm. 14).
Dalam novel Dadaisme ini digambarkan bagimana
reaksi Tresna (ibu Yossy) saat mendengarkalau anaknya
meninggal.
“Mbak…… Yossy meninggal !” dan suaramu pecah, bersamaan dengan kesendirian yang kan mulai kamu jalani sekarang. “Tenang Tres, tenang. Istighfar ingat gusti Allah”. (hlm. 31).
Disini digambarkan kalau Tresna seolah-olah tidak dapat
menerima kematian Yossy.
c. Masalah perjodohan
Yusna putri datuk Malinda menjodohkan dengan Rendi
putra Sutan Bahari orang kaya di Pariaman. Yusna tidak
mengenal sosok Rendi karena Yusna ingin menikah dengan pria
yang saat ini sudah dikenal.
42
“Mungkin keputusan yang telah dibuat ayahnya begitu memukul hatinya. Bayangkan, ayahnya yang begitu dihormati dan dikaguminya memutuskan secara sepihak untuk meminang seorang pria yang sama sekali belum dikenalnya” (hlm. 40). Konsep perjodohna di atas, mengandung makna bahwa
orang tua mempunyai pengalaman hidup lebih banyak daripada
anak. Apa yang dilakukan orang tua selalu dianggap benar.
Sehingga dalam memilih jodohpun orang tua dianggap mampu.
d. Berbakti Pada Orang Tua
Berbakti pada orang tua merupakan kewajiban setiap
anak. Bahkan ini merupakan perbuatan yang milia disisi Alloh.
Masalah berbakti pada orang tua dalam novel ini diceritakan
melalui tokoh Isabella. Isabella rela menggantikan posisi
kakanya Yusna untuk bersanding dengan Rendi. Dia adalah
penuda pilihan orang tuanya. Yusna meninggalkan rumah pada
saat pesta pernikahan akan dilangsungkan. Sehingga untuk
menutupi aib keluarganya Isabella bersedia menggantikan posisi
kakaknya itu.
“Sudah selesai rapatnya, Mak?” Tanya Isabella. Nidar mengangguk. “Sudah disepakati semuanya. Pernikahan akan berlangsung seperti sedia kala,” ucapnya dengan hati-hati. “Syukurlah, malu keluarga ini bisa tertangguhkan,”pelan siara Isabella laksana berbisik.(hlm.51)
43
3. 2. 3. Plot
Dadaisme merupakan novel yang beralur bolak balik. Hal ini
terdapat pada bagian cerita yang terpisah-pisah namun akhirnya
cerita ini saling terkait.
Adapun peristiwa-peristiwa (P) dapat diuraikan sebagai berikut :
P1 : Kisah gadis kecil bernama Nedena yang terkena autis
dirawat oleh bibinya. Namun karena bibinya tidak sanggup
merawat, maka dia dibawa kepada seorang psikolog
bernama Aleda.
P2 : Yossy, seorang anak kelas IV SD dia meninggal saat
pulang sekolah karena kecelakaan.
P3 : Aleda merasa tertarik pada Nedena. Dia mulai berbicara
dan ingin mengetahui apa yang ada difikirannya.
P4 : Nedena betemu dengan Michail (malaikat bersayap satu).
P5 : Menggambarkan suasana duka di keluarga Yossy, dimana
Tresna (ibu Yossy) merasa shok. Disini juga deceritakan
keinginan Yossy yang ingin menjadi peri. Disini Yossy
bertemu dengan Michail.
P6 : Datuk malinda menjodohkan anaknya Yusna dengan Rendi
anak Sutan Bahari orang kaya di Pariaman. Namun saat
hari pernikahan akan dilangsungkan, Yusna meninggalkan
rumah dan posisi itu digantikan Isabella (adiknya).
44
P7 : Pertemuan Isabella dengan Asril setelah sebelas tahun
mereka berpisah.
P8 : Eng berpamitan pada keluarga dan sahabatnya untuk
menikah.
P9 : Pertaruhan antara Jo dan Bim. Mereka bertaruh siapa yang
pertama kali bisa sampai ke gua, ia berhak membunuh
lawannya. Akhirnya Jo mati dalam pertaruhan itu.
P10a : Hubungan e-mail antara magnos dengan Aleda. Mereka
bercerita tentang pasiennya masing-masnig.
P10b : Isabella bercerita pada Asril tentang ayahnya yang sudah
meninggal dan ia sudah mempunyai anak berumur 7 tahun.
Sedangkan Asril menceritakan kalau istrinya (Aleda) tidak
bisa hamil.
P11a : Pertemuan antara Jo dan Ken Putra Pratama.
P11b : Aleda dan Magnos ternyata punya pasien yang sama-sama
terkena autis. Mereka sama-sama menggambar malaikat
bersayap satu.
P12 : Aleda menyerahkan Asril pada perempuan lain bernama
Tresna. Karena Aleda merasa tidak bisa memberikan anak,
namun pada akhirnya Asril mengetahui bahwa Yossy (putra
Asril dengan Tresna) bukanlah anak dari benihnya.
P13 : Asril bercerita pada Isabella mengapa kita dipisahkan oleh
pernikahan yang tidak kita inginkan.
45
P14 : Nedena sudah mulai bisa berbicara walaupun terpatah-
patah.
P15 : Akhirnya Neden mengetahui mengapa ia diam, ternyata ia
merasa sebagai pembunuh ibunya (Yusna) yang mati pada
peristiwa kebakaran.
P16 : Aleda bercerita kepada Magnos tentang ketidak bahagiaan
sebagai istri yang dimadu.
P17 : Ken dan Jing bertemu secara kebetulan. Mereka ingin-ingin
mencari alasn percobaan bunuh diri yang dilakukan anak
kecil bernama Rianto.
P18 : Ken dan Jing bertemu di sebiah cafe. Ken curiga pada Jing
kenapa dia berada ditempat kejadian saat Rianto bunuh diri.
P19 : Hubungan antara Jing dan Ken. Timbulnya perasaan dalam
diri Ken, kalau dia telah mengkhianati tunangannya.
P20 : Ken membunuh Jing. Ken merasa Jing adalah manusia
kejam dan tega membunuh Rianto dan dia juga berniat
membunuh Aleda (ibu kandungnya).
P21 : Cerita diakhiri dengan meninggalnya Nedena, saat Aleda
mau memberikan kabar bahagia bahwa dia mau
mengadopsi Nedena.
46
3. 2. 4. Tokoh Dan Penokohan
Tokoh utama dalam novel Dadaisme ini adalah Michail.
Michail adalah malaikat bersayap satu. Dia selalu hadir dalam
kesedihan manusia.
“Kamu bisa melihatku karena di dalam hatimu ada kesedihan yang bahkan kamu sendiri tidak menyadarinya”. (hlm. 216).
Seorang tokoh tertentu saja tidak dapat berdiri sendiri atau
berlaku sendiri tanpa kehadiran tokoh lain (Sugihastuti dan Suharto,
2002 : 136). Oleh karena itu, di dalam novel Dadaisme pun
dihadirkan tokoh-tokoh lain agar cerita terasa benar-benar hidup.
Tokoh itu antara lain Yusna, Isabella, Datuk Malinda, Dewi,
Magnos, Aleda, Tresna, Yossy, Jo, Bim, Ken, Jing, Rendi, Sutan
Bahari, Datuk Malinda, Ete Is, Utih dan Nidar . Ada pula tokoh yang
tidak desebut namanya secala langsung seperti laki-laki, waitres,
perawat, mamak, bibi, ibu.
Watak tokoh dalam cerita ini sebagian dideskripsikan,
diuraikan, dan dijelaskan secara langsung, dibaca berulang-ulang
agar dapat diketahui karakter tokoh tersebut. watak tokoh yang
diuraikan secara langsung dalam cerita ini adalah Rendi dan
Isabellla.
“Hidup Rendi adalah binal, kelakuannya adalah liar, percintaan adalah jalan hidup yang dinikmatinya bak menikmati ranumnya buah cerry yang memerah. Menghisap madu bunga adalah kegemaran dan liku-liku hidupnya”. (hlm. 61).
47
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Rendi adalah pemuda
liar, dimana dia selalu menghisap madu wanita. Sedangkan Isabella
adalah gadis desa yang polos.
“Kini di dadanya, tertelungkup seraut wajah polos seorang gadis desa yang menumbalkan dirinya demi nama baik keluarganya. Gadis polos itu tengah menangis tak bersuara, tengah bergetar, tengah berdoa dan memohon perlindungan”. (hlm. 61).
Dalam novel Dadaisme ini tidak digambarkan secara
langsung hubungan antara tokoh, karena ini adalah merupakan
sebuah karya sastra (novel) yang memerlukan pembacaan berulang-
ulang dan pembaca yang kritis, sehingga novel ini tidak seperti cerita
wayang dibukukan (alur lurus) (Sugihastuti dan Suharto, 2002 : 146).
3. 2. 5. Latar (setting)
Latar atau setting juga merupakanunsur yang sangat penting
bagi penentuan nilai estetiknya. Latar sering disebut atmosfer
(Nurgiyantoro, 1998 :243). Karya sastra, terutama novel yang turut
mendukung masalah tema, alur, serta tokoh dan penokohan.
Jenis latar di dalam novel terutama Dadaisme meliputi latar
waktu, latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu dapat memberikan
penjelasan mengenai masa atau zaman terjadinya cerita, latar tempat
dapat menunjukan lokasi terjadinya cerita dan latar sosial dapat
mendeskripsikan kondisi masyarakat dalam novel Dadaisme.
48
a. Latar Waktu
Penggunaan waktu dalam novel Dadaisme ini adalah
dengan menyebutkan hari seperti rabu, kamis, jumat, sabtu.
“Hari sabtu besok ijab qabul akan dilakukan dan pesta meriah akan dilangsungkan”. (hlm. 43). Disini juga terdapat kata-kata yang menunjukan waktu
seperti malam dan sore.
“Jing, nanti malam … kamu bisakah pulang kesini” (hlm. 207). Waktu yang menunjukan jam, tanggal dan bulan juga
terdapat dalam cerita ini.
“Kejadiannya bermula pada satu malam (waktu tidak bisa ditentukan, tetapi dari penyelidikan diketahui waktu perkara antara pukul 20.00 – 21. 00 (catatan forensik kepolisian) kasus ini diserahkan padaku untuk menangkap ada apa dibalik semua ini” (hlm. 97). Dari contoh kutipan di atas, tampaknya dalam
penggambaran latar waktu disisipkan juga latar tempat.
Bagaimanapun juga latar tempat, latar waktu, latar sosial, adalah
unsur latar yang saling mendukung.
b.Latar Tempat
Dalam novel Dadaisme terdapat beberapa latar tempat
seperti cafe, hotel, kantor, gua, rumah sakit, kuburan dan
ruangan.
Di dalam novel Dadaisme ini disebutkan nama kota
seperti Kuala Lumpur, Jakarta, Bandung, Pariaman dan nama
49
sebuah Negara seperti Singapura, Canada dan Australia. Akan
tetapi ini hanya sebuah percakapan saja, tidak masuk ke dalam
latar tempat terjadinya peristiwa.
“Ruangan ini adalah tempat Aleda menangani pasien Nedena. Ruangan ini berisi tempat selayaknya sebuah ruang pengobatan, hanya saja, saya memiliki alat seperti seorang dokter umumnya. Saya memang memiliki suntikan, beserta cairan penenang, itupun untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk, karena siapa tahu salah satu tamu saya yang sedang datang ke sini membutuhkan suntikan tersebut. Tapi saya yakinkan diri bahwa anak itu tidak membutuhkannya” (hlm. 16). Dari kutipan ini menceritakan bahwa seorang psikolog
tidaklah mempunyai peralatan sebanyak dokter pada umumnya.
Kuburan disini juga merupakan latar tempat. Di tempat inilah
Yossy dimakamkan.
“Kuburan itu masih basah, tadi hujan sempat turun walau tidak banyak. Tanahnya merah dan banyak bunga diatasnya. Kau bersumpah dekat nisan putri tersayangmu dan menangis, seakan hidupmu telah berhenti” (hlm. 38). Latar tersebut menggambarkan kecintaan antara tokoh
cerita. Tresna merasa sedih karena kehilangan anaknya.
Cafe ini merupakan tempat bertemunya antara Jing dan Ken
Putra Pratama.
“Meja café yang mereka pilih terletak di sudut.tempatnya sungguh nyaman dan suara musik mengalun samar” (hlm. 192-193). Disini digambarkan suasana dan keadaan cafe yang
begitu nyaman dengan suara musik yang mengalun samar.
50
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, jelaslah
bahwa selain dapat menggambarkan situasi, latar tempat juga
berfungsi untuk mendukung unsur estetik, misalnya tokoh dan
penokohan.
c. Latar Sosial
Yang termasuk latar sosial adalah penggambaran keadaan
masyarakat atau kelompok sosial tertentu, kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku pada suatu tempat, dan waktu tertentu, pandangan
hidup, sikap hidup, adat istiadat dan sebagainya melatari sebuah
peristiwa (Sugihastuti dan Suroto, 2002 : 54-55).
Latar sosial yang ada dalam novel Dadaisme ini adalah
mengenai adat istiadat. Hal ini digambarkan pada kisah Yusna
(Minang) yang dijodohkan dengan Rendi. Dimana ayah Rendi,
Sutan Bahari menginginkan menantu berdarah Minang.
“Mamak Piki’ itu putusan yang bijak. Yusna mendapatkan calon suami yang sesuai. Mamak juga setuju sekali, Mamak Bagindo Utih mulai berbicara. Yusna hanya bisa terdiam. Di dalam adat Minang, Mamak masih memiliki kuasa atas keponakan” (hlm. 41).
Disini digambarkan bahwa seorang paman masih punya
kekuasaan terhadap keponakannya.
“Pa, bisa siapkan semuanya besok. Aku ingin segera meninggalkan kampung yang jauh dari budaya modern yang melingkupinya dan menyayangi hidupnya setiap saat” (hlm. 65).
51
Kutipan ini tidak menggambarkan secara langsung
keadaan budaya modern atau kuno. Pencerita hanya memasukkan
dalam peristiwa cerita tanpa menggambarkan secara detail
bagaimana budaya modern itu sebenarnya.
3. 2. 6. Judul
Judul adalah cerminan keseluruhan tulisan atau bisa disebut
kepala karangan.
Dadaisme dalam kamus bahasa Indonesia adalah aliran seni
lukis dan sastra (muncul sekitaar tahun 1913 di Swiss) yang menolak
segala aliran seni yang telah ada serta meninggalkan nilai-nilai
tradisonal dan memperjuangkan dikembalikannya kepada bentuknya
yang paling primitif.
3. 2. 7. Gaya bahasa
Di dalam menelaah unsur inti sari sebuah novel, bahasa
sebagai medium karya sastra tidak dapat diabaikan, karena karya
sastra pada dasarnya adalah peristiwa bahasa (Sugihastuti dan
Suroto, 2002 : 55).
Disini terdapat beberapa bahasa (majas), seperti :
a. Personifikasi
Pesonifikasi adalah suatu kiasan yang mempersamakan
benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat
atau berfikir seperti manusia.
“saya tahu hujan belum datang kermbali menyambangi bumi, mungkin sebentar lagi” (hlm. 78).
52
“Senja sudah menapaki cakrawala dan warna jingga terlihat di ujung sana” (hlm. 93).
b. Eponim
Suroto dalam Indriana (2005 ; 69) mengatakan eponim
adalah gaya bahasa yang menyebut nama seorang yang sering
dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai
untuk menyatakan sefat-sifatnya itu.
“apakah kamu tahu, bahwa keinginan abadi itu sudah dipikirkan dan diinginkan oleh parooh- atau kita menyebutkan fir’aun” (hlm. 128)
c. Simile / perbandingan
Bahasa kiasan perbandingan adalah kiasan yang
menyamakan sesuatu hal dengan hal lain dengan menggunakan
kata-kata pembanding.
Perbandingan ini memerlukan upaya yang secara eksplisit
menunjukan persamaan utuh, yaitu dengan kata-kata : seperti,
sama, sebagai, bagaikan, laksana dan sebagainya.
“Kemilau di dalam dirinya memancar dengan deras bak pancaran air yang keluar dari sang kaki ismail kala memukul-mukulkan kakinya di tanah gersang Mekkah” (hlm. 61).
53
BAB IV
ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM NOVEL DADAISME
4. 1. Analisis Heuristik Dan Hermeneutik Pesan-Pesan Dakwah Dalam Novel
Dadaisme Karya Dewi Sartika
Untuk memberikan makna secara Semiotik, langkah pertama yang
dilakukan adalah dengan pembacaan Heuristik yang kemudian dilanjutkan
dengan pembacaan hermeneutik.
Pembacaan Heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur
kebahasaannya atau bisa disebut semiotik tingkat pertama. Dilanjutkan dengan
pembacaan hermeneutik. Hermeneutik adalah penafsiran ulang atau
pembacaan ulang atau bisa disebut semiotik tingkat kedua.
Dalam menganalisis pesan-pesan novel Dadaisme ini penulis
mengelompokan menjadi tiga kategori, yaitu pesan aqidah, pesan syari'ah
dan pesan akhlak.
4. 1. 1. Pesan Aqidah
Aqidah atau keyakinan ditautkan dengan rukun iman yang menjadi
asas seluruh ajaran Islam. Pokok-pokok aqidah ini terbagi menjadi enam,
yaitu 1) Keyakinan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, 2) Keyakinan
pada Malaikat, 3) Keyakinan pada Kitab-kitab suci, 4) Keyakinan pada para
Nabi dan Rasul Allah, 5) Keyakinan akan adanya Hari Akhir, dan 6)
Keyakinan pada Qadha dan Qadar Allah (Daud Ali, 2000 : 201).
54
a. Iman Kepada Allah
1. Maha Pengampun
“Mbak…Yossy meninggal!” dan suaramu pecah, bersamaan dengan kesendirian yang akan mulai kamu jalani bersamaan dengan kesendirian yang akan kamu jalani sekarang.
“Tenang Tres, tenang. Istighfar, ingat Gusti Allah”. (hlm. 31).
Pembacaan Heuristik
“Mbak(Tresna)… Yossy meninggal!” dan suaramu pecah (serak-serak), bersamaan dengan kesendirian yang akan mulai kamu jalani sekarang (ini).
“Tenang Tres (na), tenang (lah). Istighfar (Tresna). Ingat (lah) (pada) Gusti Allah.” (hlm.31)
Pembacaan Hermeneutik
Tresna memberi tahu pada Aleda kalau Yossy meninggal,
dengan suara serak-serak diiringi kesendirian yang akan mulai
dijalani Tresna tanpa kehadiran anaknya Yossy. DanAleda
menenangkan Tresna karena sedih atas kematian Yossy anaknya.
Aleda menyarankan pada Tresna untuk istighfar pada Allah.
Paragraf ini, berisi bahwa saat kita mendapat cobaan, kita
harus senantiasa pasrah dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
Janganlah kita bersedih secara berlebihan, karena itu bisa
mengakibatkan kita menyekutukan Allah. Karena dengan mengingat
Allahlah hati menjadi tenang.
واستغفِرِ اللَّه إِنَّ اللَّه كَانَ غَفُورًا رحِيمًا
55
Artinya: “Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.( ann-nisa:106)
2. Maha Penyayang
Aleda buru-buru melengkapi kalimat miliknya,“Tuhan yang kamu sembah – yang kamu sebut Allah. Apakah dia tidak akan meninggalkanku dalam kecemasan ?.”
“Tidak, Tuhan yang aku sembah tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya dalam kecemasan,” jawab Asril dengan nada menghibur. (hlm. 143)
Pembacaan Heuristik
Aleda buru-buru (untuk) melengkapi kalimat miliknya, “Tuhan (Allah) yang (selalu) kamu (Asril) sembah – yang kamu (Asril) sebut Allah. Apakah Dia (Allah) tidak akan (pernah) meninggalkanku (Aleda) dalam (setiap) kecemasan?.”
“ Tidak, Tuhan yang aku (selalu) sembah tidak akn pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya dalam (keadaan) kecemasan,” jawab Asril dengan nada menghibur. (hlm.143)
Pembacaan Hermeneutik
Aleda terburu-buru untuk melengkapi kalimat miliknya.
Aleda bertanya pada Asril mengenai Tuhan (Allah) yang selalu
disembah oleh Asril, dan apakah Allah tidak akan pernah
meninggalkan hambanya dalam setiap kecemasan yang datang. Allah
yang selalu aku sembah tidak akan pernah meninggalkan hambanya
dalam kecemasan.
Kutipan ini mengandung arti kata kita sebagai umat yang
beragama (Islam) kita harus percaya kepada Allah karena Dia selalu
menyayangi hamba-Nya yang patuh dan taat terhadap ajaran-Nya.
Jangan bersedih karena kita harus ingat bahwa Allah itu ada.
Sebagaimana dalam firmannya :
56
حِيمر ءُوفاسِ لَربِالن إِنَّ اللَّه كُمانإِيم ضِيعلِي ا كَانَ اللَّهم143: البقرة ( و(
Artinya : “Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”.(al-baqarah:143)
3. Maha Pencipta
Tuhan, sekarang saya berdoa kepada-Mu. Dengan seluruh hati dan jiwa yang menghadap-Mu. Saya hanya makhluk kecil yang engkau ciptakan di tengah dunia ini”. (hlm. 86).
Pembacaan Heuristik
Tuhan, sekarang saya (Eng) berdoa (memohon) kepada-Mu (Tuhan). Dengan seluruh (sepenuh) hati dan jiwa yang menghadap- (pada) Mu .Saya (Eng) hanya (lah) makhluk (yang) kecil yang engkau (Tuhan) ciptakan di tengah (diantara) dunia ini”. (hlm.86)
Pembacaan Hermeneutik
Eng berdoa pada sang Maha Pencipta, dengan seluruh hati
dan jiwanya. Eng sadar dia hanyalah makhluk yang kecil, yang
Tuhan ciptakan diantara beberapa ciptaan-Nya yang ada di dunia ini.
Paragraf ini menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk
yang kecil dari beberapa ciptaan-Nya. Untuk itu kita sebagai
makhluk ciptaan-Nya harus senantiasa menyadari dan selalu beriman
kepada Sang Maha Pencipta.
وما خلَقْت الْجِن والْإِنس إِلَّا لِيعبدونِ
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat :56).
57
4. Maha Mengetahui
Jangan maki Tuhan, katamu. Tuhan tidak pernah salah dan tidak pernah tidur, kitalah yang salah dengan buai nafsu yang kita sebut dengan cinta. Kau berkata begitu seakan kita berdua adalah pendosa. (hlm. 151)
Pembacaan Heuristik
Jangan (lah) (me) maki Tuhan, katamu (Isabella). Tuhan tidak (akan) pernah (selalu) salah dan (juga) tidak (akan) pernah tidur, kitalah (Asril dan Isabella) yang salah dengan buai (an) nafsu yang kita (selalu) sebut dengan (istilah) cinta. Kau (Asril) berkata begitu seakan (akan) kita (Asril dan Isabella) berdua adalah pendosa.(hlm.151)
Pembacaan Hermeneutik
Asril berkata pada Isabella agar tidak menyalahkan Tuhan.
karena Asril merasa pertemuan dengan Isabella dan sampai
melibatkan nafsu itu salah mereka sendiri. Isabella bilang pada Asril
apakah kita ini pendosa .
Paragraf ini mengandung ajaran jangalah sekali-kali kita
menyalahkan Allah karena kesalahan yang kita perbuat. Allah
menciptakan nafsu pada manusia agar mereka beriman kepada-Nya.
Karena nafsu yang ada pada diri manusia hanyalah manusia itu
sendiri yang bisa mencegahnya. Orang-orang yang berimanlah yang
bisa mencegah dari perbuatan yang dibenci oleh-Nya.
)77: البقراة (أَولَا يعلَمونَ أَنَّ اللَّه يعلَم ما يسِرونَ وما يعلِنونَ Artinya : Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? (QS. Al-Baqarah : 77).
58
5. Maha Berkehendak
Sutan Bahari tercenung. Lalu ujarnya lagi, “Suatu usul yang bagus. Tapi kita tidak mempunyai calon yang tepat saat ini. Itu yang mustahil dilakukan.”
Isabella menggeleng dengan cepat, “Tidak! Itu tidak mustahil. Bella siap menggantikan Uni Yusna,“Isabella dapat merasakan hatinya telah berdarah-darah. Isabella menyadari dia telah menikam pisau nasib ke jantung hidupnya”. (Hlm. 49).
Pembacaan Heuristik
Sutan Bahari tercenung (kaget). Lalu ujarnya (ucapnya) lagi, “(itu) Suatu usual yang bagus. Tapi kita tidak (lagi) mempunyai calon (pengganti) (pengantin) yang tepat (untuk) saat ini. Itu (sangat) mustahil (untuk) dilakukan).”
Isabella menggeleng (kan) (kepalanya) dengan cepat, “Tidak! Itu tiadak mustahil. Bella siap (untuk) menggantikan Uni Yusna, “Isabella dapat (bisa) merasakan hatinya (Isabella) telah (sudah) berdarah-darah (sakit). Isabella menyadari dia (Isabella) telah menikam (menusuk) pisau nasib ke jantung hidupnya (Isabella)”.
Pembacaan Hermeneutik
Sutan Bahari kaget dengan usul Yusna yang dianggapnya
tidak mungkin untuk mencari pengganti Yusna dan ini dianggapnya
sangat mustahil dilakukan. Isabella kemudian menggelengkan
kepalanya dan berkata ini tidak mustahil, karena bella siap
menggantikan Uni Yusna. Isabella merasakan kalau hatinya sakit
seperti tertusuk pisau yang menusuk ke dalam jantungnya.
Paragraf ini menggambarkan, kita sebagai manusia
mempunyai rencana atau keinginan, namun terkadang semua itu
tidak bisa berjalan seperti apa yang kita harapkan. Di sini
mengandung ajaran bahwa mempunyai rencana tetapi Allahlah yang
59
menentukan. Karena Allah lebih mengetahui mana yang baik bagi
hamba-Nya.
نِيالْغ وه اللَّهاءُ إِلَى اللَّهِ والْفُقَر متأَن اسا النهاأَيي مِيد22: فاطر (الْح( Artinya : “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. Faathir : 22)
b. Iman Kepada Malaikat
“Anda tidak percaya Malaikat?” “Bukan tidak percaya. Malaikat itu makhluk ghaib yang tidak
bisa dilihat manusia.”
Pembacaan Heuristik
“Anda (Eng) tidak percaya (adanya) Malaikat (Machail)?” “Bukan (nya) tidak percaya Malaikat itu makhluk ghaib yang
tidak bisa dilihat”.
Pembacaan Hermeneutik
Eng tidak mempercayai Malaikat itu bisa dilihat manusia karena
malaikat adalah makhluk yang ghaib.
Kutipan ini mengandung ajaran percaya akan adanya Malaikat
Sebagaimana firman Allah:
الْحمد لِلَّهِ فَاطِرِ السمواتِ والْأَرضِ جاعِلِ الْملَائِكَةِ رسلًا أُولِي أَجنِحةٍ مثْنى ءٍ قَدِيريلَى كُلِّ شع اءُ إِنَّ اللَّهشا يلْقِ مفِي الْخ زِيدي اعبرثُلَاثَ وو
)22:الفاتر(Artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
60
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
d. Iman kepada hari akhir
Yossy bingung. Seperti apa surga itu ? tapi kemudian Yossy berfikir lagi. Kan orang yang baik yang akan masuk sorga, kalau begitu Bu Dewi termasuk orang-orangnya dong. Tentu saja bukan berarti Yossy ingin Bu Dewi meninggal dengan cepat. Tapi Yossy jadi tahu apa yang ingin digambarnya. (hlm.13)
Pembacaan Heuristik
Yossy (sangat) bingung . Seperti apa (kah) surga itu ? (te) tapi kemudian Yossy berfikir (ulang) lagi. Kan (tempat) orang yang baik yang akan masuk (dalam) sorga, kalau begitu Bu Dewi termasuk orang-orangnya dong. Tentu saja bukan berarti Yossy (meng) ingin (kan) Bu Dewi meninggal dengan cepat. (te)Tapi Yossy (men) jadi tahu apa yang ingin digambarnya. (hlm.13)
Pembacaan Hermeneutik
Yossy menjadi bingung. Yossy membayangkan surga itu seperti
apa. Yossy teringat kata guru agamanya kalau sorga itu adalah tempat
orang yang baik. Karena itu, menurut Yossy Bu Dewi termasuk orang
yang baik dan bisa masuk surga. Namun bukan berarti Yossy ingin Bu
Dewi ingin cepat meninggal dengan cepat. Yossy jadi tahu apa yang
ingin digambarnya.
Dari kutipan di atas mengandung arti kalau surga itu ada, dan
surga adalah tempat orang-orang yang baik atau taat dan patuh terhadap
perintah danlarangan-Nya. Kita sebagai manusia beragama harus
mempercayai bahwa setelah kehidupan akan ada kematian, dan surga
adalah tempat bagi mereka yang beriman.
61
فِيها سرر )12( فِيها عين جارِيةٌ)11(لَا تسمع فِيها لَاغِيةً)10(فِي جنةٍ عالِيةٍوزرابِي )15( ونمارِق مصفُوفَةٌ )14( وضوعةٌوأَكْواب م)13(مرفُوعةٌ مبثُوثَةٌ
Artinya :
“Dalam surga yang tinggi, tidak kamu dengar didalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal itu saandaran yang tersusun, dan permadani-permadani untuk berhampar”. (QS. Al-Ghasiyah : 10-16).
Pesan ini juga terdapat dalam cerita: Dan waktu itu terlewat seperti biasa. Kau tahu, matahari tidak
akan pernah berhenti berputar hanya karena kamu menangisi terus-menerus di atas kubur putrimu, bahkan walau sampai matamu buta karena air matamu berubah menjadi darah. Bahkan gadis cilik itu tidak jua akan membuka matanya dan memanggilmu mama kembali. (hlm. 38). Pembacaan Heuristik
Dan waktu itu terlewat (ti) seperti biasa (nya). Kau (Tresna) tahu, matahari tidak akan pernah (bisa) berhenti berputar hanya karena kamu (Tresna) (selalu) menangisi terus-menerus di atas kubur (makam) putrimu (Tresna), bahkan walau (pun) sampai matamu buta karena air matamu berubah menjadi (air) (mata) darah. Bahkan gadis cilik (Yossy) itu tidak jua (pernah) akan membuka matanya (lagi) dan memanggilmu (Tresna) mama kembali. Pembacaan Hermeneutik
Waktu itu terlewati seperti biasanya. Aleda berkata pada Tresna
untuk berhenti menangisi kematian putrinya (Yossy) karena, matahari
tidak akan berhenti berputar walaupun Tresna menangis terus menerus,
bahkan air mata itu berubah menjadi air mata darah sekalipun. Karena
Yossy tidak akan pernah membuka matanya lagi dan memanggil mama
kembali.
62
Kutipan ini menyatakan kita janganlah menangisi sesuatu yang
sudah hilang dalam artian bahwa harta, anak, nyawa, semuanya itu
hanyalah titipan dari Allah. Kematian yang sudah digariskan oleh-Nyat
idak dapat diundur lagi walaupun kita menangis terus menerus.
ولِكُلِّ أُمةٍ أَجلٌ فَإِذَا جاءَ أَجلُهم لَا يستأْخِرونَ ساعةً ولَا يستقْدِمونَ
Artinya : “Tiap ummat mempunyai batas waktu, maka apabila telahdatang ajalnya, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak pula mengajukannya (QS. Al-‘Araf : 34). (Ash-Shiddiqie, dkk, tetapi : 226).
e. Iman kepada qadha dan qadhar (taqdir)
“Aku masih tetap tidak memahami yang disebut oleh ajaran agamaku dengan qadha dan qadhar. Didalamnya ada yang disebut kebetulan tersebut”. (hlm. 107). Pembacaan Heuristik
“Aku (Aleda) masih tetap tidak (bisa) memahami yang (selalu) disebut oleh ajaran (keyakinan) agamaku (Aleda) dengan (istilah) qadha dan qadhar. Didalamnya (qadha dan qadhar) ada yang disebut (istilah) kebetulan tersebut”. Pembacaan Hermeneutik
Aleda masih belum faham mengenai ajaran Islam (rukun iman
ke-6) tentang qadha dan qadhar. Dia mengartikan istilah qadha dan
qadhar dengan istilah “kebetulan”. Kutipan di atas mengandung ajaran, kita sebagai umat Islam
harus percaya dan meyakini adanya rukun iman ataupun Islam. Qadha
dan qadhar itu bukan suatu kebetulan namun itu adalah taqdir dari Allah. Qadha adalah ketentuan mengenai sesuatu atau ketetapan tentang
sesuatu, sedangkan qadhar adalah ukuran sesuatu menurut hukum
63
tersebut (Daud Ali, 2000 : 230). Dengan demikian sebagai umat Islam
kita harus percaya akan aadnya meskipun itu menurut kita kelihatan adil
dan tidak adil.
ءَامن الرسولُ بِما أُنزِلَ إِلَيهِ مِن ربهِ والْمؤمِنونَ كُلٌّ ءَامن بِاللَّهِ : البقرة ( ورسلِهِ لَا نفَرق بين أَحدٍ مِن رسلِهِ وملَائِكَتِهِ وكُتبِهِ
285(
Artinya : “Rasulullah telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari tuhannya, demikian pula orang-orang ygberiman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya. (Qs. Al-Baqarah : 285)
4. 1. 2. Pesan Syari'ah
Pesan syari'ah yang terdapat dalam novel Dadaisme ini terdiri dari
pesan ibadah dan mu’amalah.
a. Pesan Ibadah
“Teman-teman, mari kita berdo’a, BERDO’A MULAI !” teriak ketua kelas mempersiapkan. Sejenak kelas berubah sunyi, semua anak-anak terpekur dengan do’anya masing-masing. Entah apa yang mereka minta. Sebuah ucapan terima kasih pada Tuhan? Atau hanya sekedar mengingat, setelah keluar dari kelas ini, mereka mau apa. (hlm. 12)
Pembacaan Heuristik
“Teman-teman (kelas IV SD), mari (lah) kita (semua) berdo’a, BERDO’A (di) MULAI !” teriak (ucap) ketua kelas (IV SD) (sedang) mempersiapkan. Sejenak (keadaan) kelas berubah (menjadi) sunyi, semua anak-anak (kelas IV SD) terpekur (tertunduk) dengan do’anya (permohonannya) masing-masing. Entah apa yang (anak-anak) minta. Sebuah ucapan terima kasih pada Tuhan? Atau hanya (untuk) sekedar mengingat (Nya), Setelah (mereka) keluar dari kelas (empat) ini.(hlm.12)
64
Pembacaan Hermeneutik
Anak kelas IV SD setelah mereka melakukan aktivitas belajar di
sekolah, mereka mengakhiri dengan do’a. Do’a ini dipimpin oleh ketua
kelas. Mereka berdo’a dalam keadaan tertunduk dan keadaan kelas tiba-
tiba menjadi sunyi dalam sekejap. Entah apa yang anak-anak minta pada
Tuhanya, apakah sebuah ucapan terima kasih, atau hanya sekedar
mengingat- Nya, setelah mereka keluar dari kelasnya. Dalam paragraf ini mengandung ajaran kita sebagai umat yang
mempunyai ajaran dan tuntunan agama hendaknya sebelum atau sesudah
melakukan aktifitas seharunya diawali dengan do’a. dengan do’a kita
menjadi lebih dekat kepada-Nya serta bisa mensyukuri segala nikmat
dan karunia yang telah diberikan kepada kita.
عِينتسن اكإِيو دبعن اك5: الفاتحه (إِي( Artinya : “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. Al. Faatihah : 5)
Pesan ini juga terdapat dalam kutipan
“Selesai. SIAP, BERI SALAM !” suara riuh anak-anak yang memberi salam terdengar menggema
hampir seperti akan menerjang bangunan sekolah tersebut. (hlm.12)
Pembacaan Heuristik
“Selesai (berdo’a). SIAP, (mem) BERI SALAM !” Suara riuh (ramai) anak-anak (kelas IV SD) yang (akan) memberi
salam terdengar (begitu) menggema hampir seperti akan menerjang (menabrak) (sebuah) bangunan sekolah (SD) tersebut.” (hlm.12)
65
Pembacaan Hermeneutik
Setelah selesai berdo’a anak-anak kelas IV SD bersiap-siap
memberi salam kepada guru mereka. Suasana pada saat itu begitu ramai
seperti menerjang sebuah bangunan sekolah. Paragraf ini mengandung ajaran kita harus senantiasa
membiasakan diri untuk selalu memberi salam. Karena salam sendiri
mengandung do’a yaitu keselamatan. Mengucapkan salam berarti kita
mendo’akan diri kita dan orang yang kita beri salam senantiasa selamat
dalam setiap keadaan.
)44: الاحزب (تحِيتهم يوم يلْقَونه سلَام وأَعد لَهم أَجرًا كَرِيمًا Artinya : “Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mu'min itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: "salam"; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.”. (Al-Ahzab : 44)
b. Mu’amalah
1. Pernikahan
Hari jumat. Cuaca sangat cerah dengan warna langit yang biru berhias putih-putih awan berarak. Rumah Datuk Malinda tampak ramai oleh para tetangga yang merapikan rumahnya. Hari Sabtu besok Ijab Kabul akan dilangsungkan. Tulisan MOHON DOA RESTU dan SELAMAT DATANG sudah ditempel dibeberapa tempat di rumah tersebut. (hlm. 43) Pembacaan Heuristik
Hari itu (adalah) hari Jumat. Cuaca sangat cerah dengan warna langit yang biru berhias (kan) putih awan yang berarak. Rumah Datuk Malinda tampak (sangat) ramai oleh (kehadiran) para tetangga (nya) yang (sedang) merapikan rumahnya. Hari Sabtu besok Ijab Kabul (Yusna dan Rendi) akan dilangsungkan” tulisan MOHON DOA RESTU dan SELAMAT DATANG sudah ditempel (kan) di beberpaa tempat di rumah tersebut (Datuk Malinda)”
66
Pembacaan Hermeneutik
Hari itu hari Jumat, cuaca sangat cerah sekali karena langit
terlihat biru berhiaskan awan outih. Rumah. Rumah Datuk Malinda
terlihat sangat ramai dengan kehadiran para tetangganya yang ikut
membersihkan rumahnya. Ijab kabul antara Yusna dan Rendi akan
dilangsungkan pada hari Sabtu besok. Bahkan tulisan MOHON DOA
RESTU dan SELAMAT DATANG sudah ditempelkan di beberapa
tempat di rumah Datuk Malinda. Kutipan ini mengajarkan, bahwa semua yang ada di bumi ini
berpasang-pasangan seperti siang dan malam, manusiapun begitu ada
laki-laki dan perempuan, pernikahan adalah merupakan sunnah
Rasul. Pernikahan adalah sesuatu yang agung dan mulia, karena
merupakan perbuatan yang disukai oleh Allah. Sebagaimana firman Allah :
وأَنه خلَق الزوجينِ الذَّكَر والْأُنثَىArtinya : “Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, (Qs. An-Najm : 45)
2. Pendidikan
“Ayah pikir Rendi cocok denganmu, toh setelah menikah kau tetap bisa melanjutkan kuliahmu di Jurusan Hukum.” (hlm. 41)
Pembacaan Heuristik
“Ayah pikir (kira) Rendi (sangan) cocok denganmu (Yusna), toh (walaupun) setelah menikah kau (Yusna) tetap (masih) bisa melanjutkan kuliahmu (Yusna) di Jurusan Hukum.”
67
Pembacaan Hermeneutik
Ayah Yusna (Datuk Malindo) berpendapat kalau Rendi itu
cocok untuk Yusna. Meskipun Yusna dan Rendi menikah Yusna
masih bisa melanjutkan kuliahnya di Jurusan Hukum.
Dialog ini mengandung ajaran bagaimanapun keadaan kita,
walaupun ia sudah menikah pendidikan atau mencari ilmu
pengetahuan itu bukan suatu halangan selagi niatitu masih ada, Allah
akan meninggikan derajat bagi hamba-Nya yang mencari ilmu.
Sebagaimana firman Allah :
وا الْعِلْمأُوت الَّذِينو كُموا مِننءَام الَّذِين فَعِ اللَّهرا يبِم اللَّهاتٍ وجرد بِيرلُونَ خمعادلة (ت11: ا(
Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Mujadilah : 11)
3. Adopsi
“Jadi kamu setuju? “tanya Aleda pada suaminya. “Kita tidak punya putri lagi sejak Yossy meninggal. Saya
tidak keberatan kalau anak secantik ini kita adopsi.” (hlm. 222)
Pembacaan Heuristik
“ Jadi kamu (Asril) setuju? “ Tanya Aleda pada suaminya. “Kita (Asril, Aleda, Tresna) tidak (mem) punya (i) putri lagi
sejak Yossy meninggal. Saya (Asril) tidak (merasa) keberatan kalau (pun) anak (Nedena) secantik ini kita adopsi. (hlm.222)
Pembacaan Hermeneutik
Asril menyetujui kemauan Aleda untuk mengadopsi Nedena.
Karena Asril merasa mereka sudah tidak punya putra lagi sejak
68
kematian Yossy. Asril pun merasa tidak keberatan karena Nedena
adalah anak yang cantik.
Dialog ini mengandung ajaran, bahwa dalam Islam
mengadopsi atau mengangkat anak itu diperbolehkan bagi orang
yang mampu dan sanggup merawatnya dengan baik. Pengadobsian
ini adalah merupakan wujud kasih sayang kita terhadap makhluk
ciptaan-Nya. Sebagaimana FirmanNya :
كُمانوفَإِخ مالِطُوهخإِنْ تو ريخ ملَه لَاحى قُلْ إِصامتنِ الْيع كأَلُونسيو )220: البقراة (واللَّه يعلَم الْمفْسِد مِن الْمصلِحِ
Artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.” (Al-Baqarah : 220)
4. Poligami
“Mbak tidak marah?” tanya perempuan itu mengerjap penasaran.
“Justru saya yang bertanya, kamu tidak keberatan jadi istri kedua?”
Lalu perempuan itu menunduk dan menggeleng yang dilakukan bersamaan. Aleda mendesah lega. (hlm. 139)
Pembacaan Heuristik
“Mbak (Aleda) tidak (akan) marah?” tanya perempuan itu (Tresna) mengerjap (nada) (sangat) penasaran.”
“Justru saya (Aleda) yang (harus) bertanya, kami (Tresna) tidak (akan) keberatan (men) jadi istri (ke) dua?. (hlm.139)
Lalu perempuan (Tresna) itu menunduk dan menggeleng (kan) (kepalanya) yang dilakukan bersamaan. ( kemudian) Aleda mendesah lega.
69
Pembacaan Hermeneutik
Tresna bertanya pada Aleda. Seandainya dia mau menjadi
istri kedua Arsil apakah Aleda tidak akan marah?, namun Aleda
merasa pertanyaan itu seharusnya dia yang menanyakannya.
Dialog ini mengandung ajaran bahwa poligami diperbolehkan
dalam Islam. Dan hendaknya seorang istri mengizinkan suaminya
berpoligami, dengan ketentuan bisa berlaku adil.
Sebagaimana firman Allah :
فْتم أَلَّا فَانكِحوا ما طَاب لَكُم مِن النساءِ مثْنى وثُلَاثَ ورباع فَإِنْ خِ كُمانمأَي لَكَتا مم ةً أَواحِددِلُوا فَوع3: النساء (ت(
Artinya : Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja” (Qs. An-Nisa : 3)
5. Kasih Sayang
“Berarti Bu Guru tidak sayang lagi pada anak kelas empat?” “Bukan, bukan begitu, Yossy….” “Lalu kenapa Ibu mau meninggalkan kami, meninggalkan
Yossy. Asal Ibu tahu, anak-anak kelas 4 sayang banget sama Ibu,” rengek Yossy. (hlm. 11)
Pembacaan Heuristik
“Berarti Bu Guru (Dewi) tidak sayang lagi pada anak kelas empat (ini)?”
“Bukan, bukan (maksud) begitu, Yossy…” “lalu kenapa Ibu mau meningalkan kami, meninggalkan
Yossy. Asal Ibu tahu, anak-anak kelas 4 sayang banget sama Ibu,” rengek Yossy. (hlm. 11)
70
Pembacaan Hermeneutik
Yosssy bertanya pada Bu Dewi mengapa dia mau pindah,
apakah Bu Dewi sudah tidak sayang pada anaak kelas IV terutama
Yossy. Bu Dewi menjawab bukan begitu maksud Bu Dewi
mengingatkan kalian. Yossy bilang kalau anak-anak kelas IV ini
selalu sayang sama Bu Dewi.
Dialog ini menggambarkan wujud kasih sayang itu bermacam-
macam. Tidak harus dengan materi, dengan cara mendidik dan
mengajar juga merupakan wujud kasih sayang terhadap orang lain.
)96: مريم(إِنَّ الَّذِين ءَامنوا وعمِلُوا الصالِحاتِ سيجعلُ لَهم الرحمن ودا Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam : 96)
4.1.3. Pesan Akhlak
Ada beberapa pesan akhlak yang terdapat dalam novel Dadaisme
ini di antaranya :
a. Akhlak Kepada Orang Tua
1. Berbakti Kepada Orang tua
“Sudah selesai rapatnya, Mak?” Tanya Isabella. Nidar mengangguk. “Sudah disepakati semuanya. Pernikahan
akan berlangsung seperti sedia kala,” ucapnya dengan hati-hati. “Syukurlah, malu keluarga ini bisa tertangguhkan,”pelan
suara Isabella laksana berbisik.(hlm.51)
Pembacaan Heuristik “Sudah selesai rapatnya, Mak (Nidar)?” Tanya Isabella.
71
Nidar mengangguk (kan) (kepalanya). “Sudah disepakati semuanya. Pernikah akan berlangsung seperti sedia kala (awal), “Ucapnya dengan hati-hati.
“Syukurlah (kata) (Isabella), malu keluarga ini bisa tertangguhkan (terselamatkan), “pelan suara Isabella laksana berbisik (lirih). (hlm. 51)
Pembacaan Hermeuneutik
Isabella bertanya pada ibunya, apakah rapatnya sudah
selesai? Nidar (ibunya) mengangguk dan berkata pernikaha ini akan
jalan seperti rencana awal ucapnya dengan hati-hati. Isabella
mengucap bersyukur dengan lirih karena malu keluarga bisa
diselamatkan.
)14: مريم (وبرا بِوالِديهِ ولَم يكُن جبارًا عصِيا Artinya : “Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (Maryam : 14)
2. Menghormati pada orang tua
“Ibu, maaf boleh saya sekadar mewancarai Ibu?” Jing memberanikan diri mendekat, tetap saja ini berita bukan. “ Kamu siapa?” perempuan itu tampak letih dan agak tertatih,
laki-laki di sebelahnya membantunya untuk tegak berdiri. (hlm. 189)
Pembacaan Heuristik
“Ibu (ibunya Rianto), maaf boleh (kah) saya sekadar mewancarai Ibu?”, Jing (sangat) memberanikan diri (untuk) mendekat (i) (Ibu Rianto), tetap saja ini (suatu) berita bukan.
“ Kamu (ini) siapa?” perempuan itu (ibunya) (Rianto) tampak (kelihatan) letih dan tertatih, laki-laki disebelahnya (Jing) membantunya tegak berdiri.
“ Saya wartawan.” (hlm.189)
72
Pembacaan Hermeneutik
Jing meminta ijin pada Ibunya Rianto untuk mewancarai
mengenai kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan Rianto. Dan
ini menurut Jing adalah suatu berita. Ibunya Rianto bertanya pada
Jing dengan keadan letih sekali, kamu itu siapa?, saya wartawan,
jawab Jing.
Kutipan di atas mengandung ajaran akhlak yaitu kita harus
menghormati kepada orang lebih tua. Karena tingkat keimanan
seseorang akan terlihat dari bagaimana cara dia menghormati orang
tua. Sebagaimana Firman-Nya :
والْيتامى والْمساكِينِ والْجارِ ذِي الْقُربى والْجارِ الْجنبِ والصاحِبِ بِالْجنبِ وابنِ السبِيلِ وما ملَكَت أَيمانكُم إِنَّ
)36: النساء (ه لَا يحِب من كَانَ مختالًا فَخورًا اللَّArtinya : “Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-Nisa’ : 36)
3. Rela Berkoran
Sutan Bahari tercenung. Lalu ujarnya,” suatu usul yang bagus. Tapi kita tidak mempunyai calon yang tepat saat ini. Itu usul yang mustahil kan?”
Isabella menggeleng dengan cepat,” Tidak! Itu tidak mustahil. Bella siap mengantikan Uni Yusna,“ Isabella dapat merasakan hatinya telah berdarah-darah. Isabella menyadari dia telah menikam pisau nasib ke jantung hidupnya.(hlm. 49)
73
Pembacaan Heuristik
Sutan Bahari tercenung. Lalu ujarnya (ucapnya),” suatu usul yang (sangat) bagus. Tapi kita tidak mempunyai calon (pengganti) yang tepat saat ini. Itu (suatu) usul yang (sangat) mustahil kan?”
Isabella menggeleng (kan) (kepalanya) dengan cepat. “Tidak! Itu (suatu) (usul) (yang) tidak mustahil. ( Isa) Bella siap (untuk) menggantikan Uni (kakak) Yusna,” Isabella dapat merasakan hatinya telah berdarah-darah (sakit) (sekali). Isabella (sangat) menyadari dia telah menikam (menusuk) pisau ke (dalam) jantung hidupnya. (hlm.49)
Pembacaan hermeneutik
Sutan Bahari terkejut dengan usul Isabella yang menurutnya
sangat mustahil dilakukan. Isabella kemudian menggelengkan
kepalanya dan dia berkata ini tidak mustahil. Karena Isabella siap
menggantikan posisi kakaknya Yusna. Isabella menyadari itu suatu
keputusan yang sulit, karena ia sadar bagaikan menusuk pisau ke
dalam jantung hidupnya.
Kutipan ini mengandung ajaran seorang anak harus berbakti
pada orang tuanya. Karena berbakti pada orang tua merupakan
kewajiban anak.
Sebagaimana firman Allah
)14: مريم (وبرا بِوالِديهِ ولَم يكُن جبارًا عصِيا Artinya : “Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (Qs. Maryam : 14)
b. Akhlak kepada orang lain
1. Terima Kasih
Nidar mendesah, “terima kasih, Bella”. Malu keluarga ini telah kau tanggungkan di pundakmu seorang. Kau telah menghapus
74
noda hitam yang tercoreng di kening keluarga kita,“ ucap Nidar sambil membelai punggung tangan Isabella.(hlm. 51) Pembacaan Heuristik
Nidar (Ibu Isabella) mendesah (berkata lirih)“ terima kasih, (Isa) Bella. (rasa) malu (dalam) keluarga ini (Datuk Malinda) telah kau (Isabella) tanggungkan (bebankan) di pundakmu seorang. Kau telah menghapus (kan) noda hitam (aib) yang tercoreng di kening (wajah) keluarga kita ( Datuk Malinda),” Ucap (kata) Nidar sambil membelai punggung tangan Isabella. (hlm. 51) Pembacaan Hermeneutik
Nidar mengucapkan terima kasih kepada putrinya Isabella,
yang telah menutupi malu (aib) keluarga, dan kau menanggungnya
sendiri. Kau telah menghapus malu keluarga ini yang telah
tercoreng di keluarga kita, kata Nidar sambil membelai punggung
tangan Isabella.
Pesan ini juga terdapat pada kutipan
“Ibu, besok gambarnya pasti sudah jadi,” ujar Yossy ceria. “Ya, terima kasih, sayang”. (hlm. 13)
Pembacaan Heuristik
“Ibu (Dewi) besok gambarnya pasti sudah jadi,” ujar (kakak) Yossy (dengan) ceria.”
“ya (kata Bu Dewi), terima kasih, sayang (Yossy)”
Pembacaan Hermeneutik
Yossy ingin membuat gambar untuk kenang-kenangan untuk
Bu Dewi. Yossy berkata pada Bu Dewi kalau gambar besok sudah
jadi. Dan Bu Dewi mengucapkan terima kasih pada Yossy.
Kutipan ini menggambarkan cara bagaimana kita berterima
kasih orang lain. Meskipun dia seorang anak kecil. Ucapan terima
75
kasih ini merupakan wujud kasih sayang dan penghargaan kita pada
orang lain. 2. Menepati Janji
“Papa akan menepati janji seperti yang sudah-sudah. Kau boleh menempati rumah di Bandung itu dan kau boleh mengambil usaha Papa yang di sana,” ujar Sutan Bahari sambil menghembuskan bola-bola asap dibibirnya. (hlm. 64)
Pembacaan Heuristik
“Papa (Datuk Malinda) akan (selalu) menepati janji seperti (dulu) yang sudah-sudah. Kau (Rendi) boleh menempati rumah (yang) (berada) di Bandung itu dan kau (rendi) boleh mengambil usaha yang (ada) di sana (Bandung),” ujar (kata) Sutan Bahari sambil menghembuskan bola-bola asap di (dalam) bibirnya.
Pembacaan Hermeneutik
Papa Rendi ingin menepati janjinya. Setelah Rendi menikah
dia boleh menempati rumah Papanya dan mengambil pula usaha
Papanya yang ada di Bandung. Kata Sutan Bahari sambil
menghembuskan bola-bola asap dibibirnya.
Paragraf ini mengandung ajaran janji adalah sesuatu yang
harus ditepati karena janji adalah hutang. Seseorang yang berjanji
itu bukan saja pada orang lain, tetapi juga pada Allah. Maka dari
pada itu apabila kita sekiranya tidak mampu dan tidak bisa
melaksanakan sesuatu, janganlah sekali-kali mengucapkan janji.
Sebagaimana Firman Allah :
)34: الإسراع (وأَوفُوا بِالْعهدِ إِنَّ الْعهد كَانَ مسئُولًا Artinya : “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”. (Qs. Al-Israa’ : 34)
76
3. Tanggung jawab
“Ya Allah, apa dosa ambo sampai menangung malu co iko. Dilata’an di ma’a muko ambo, mau dikamanokan tanggung jawab pada Sutan Bahari?”. (hlm. 46)
“Ya Allah, apa dosa saya sampai menanggung malu seperti
ini. Mau dikemanakan tanggung jawab pada Sutan Bahari.” (hlm.46)
Pembacaan Heuristik
“Ya Allah, apa (kah) dosa saya (Datuk Malinda) sampai (harus) menanggung malu seperti ini. mau dikemanakan tanggung jawab (ini) pada Sutan Bahari. (hlm.46)
Pembacaan Hermeneutik
Datuk Malinda merasa, mengapa dia dan keluarganya harus
menanggung malu. Dia merasa bingung karena telah berjanji pada
Sutan Bahari untuk menikahkan Rendi dengan Yusna putrinya.
Dalam paragraf ini menggambarkan seorang harus
bertanggung jawab terhadap apa yang telah diucapkan.
Sebagaimana FirmanNya :
)164: الاعراف (معذِرةً إِلَى ربكُم ولَعلَّهم يتقُونَ Artinya : "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa". (QS. Al-A’raaf : 164)
4.2 Kesimpulan Analisis Heuristik-Hermeneutik
Setelah penulis menganalisis pesan-pesan dakwah dengan pembacaan
heuristik-hermeneutik maka dapat disimpulkan sebagai berikut
77
1. Dadaisme adalah termasuk novel dakwah meskipun tergolong jenis novel
umum, karena di dalamnya terdapat pesan-pesan dakwah yang
disampaikan pada pembaca.
2. Dalam Dadaisme ini mengandung tiga kategori pesan dakwah yaitu,
pesan aqidah, akhlak dan syari’ah. Diantara ketiga jenis pesan ini penulis
menemukan pesan aqidah lebih banyak dalam novel ini. Pesan ini
ditujukan agar pembaca disambing menikmati ceritanya namun juga bisa
lebih mendekatkan diri pada Allah.
3. Cerita yang terdapat dalam Dadaisme ini, mengenai realita kehidupan
sekarang seperti masalah poligami, adopsi, halusinasi dan kematian.
Sehingga novel ini tujukan untuk kaum dewasa.
4. Dadaisme ini termasuk jenis novel dengan alur bolak-balik. Ini terbukti
dari cerita yang ada dalam novel ini yang selalu dipenggal-penggal namun
sebenarnya cerita ini saling terkait satu sama lain.. Sehingga disini
dibutuhkan pembaca yang cermat dan teliti, agar bisa memahami maksud
dari cerita yang novelis sajikan.
5. Sebagai akademisi dakwah novel ini mempunyai kekurangan dan
kelebihan, diantaranya
Kelebihan
a) Agar pemaca tahu dan tanggap tentang masalah yang ada saat ini.
b) Mengajak pembaca untuk lebih kritis terhadap cerita yang ada.
78
c) Meskipun termasuk jenis novel ini umum, namun didalamnya terdapat
pesan-pesan dakwah. Sehingga novel ini bisa digunakan sebagai salah
satu media untuk berdakwah.
d) Bahasanya mudah dimengerti dan difahami.
Kekurangan
a) Banyaknya tokoh yang dihadirekan dalam cerita ini, sehingga
mengurangi unsur keindahan dalam cerita.
b) Dari segi cerita, kurang bisa dimengerti secara langsung. Karena
rumitnya cerita yang novelis sajikan
c) Dari segi karakter tokoh, hanya ada beberapa karakter tokoh saja yang
diceritakan secara langsung. Sehingga menjadi lemahnya karakter
tokoh dalam cerita ini.
Novel merupakan cerita yang panjang. Dengan bahasa tulis yang
disajikan, sehingga novel ini menjadi indah dan menarik. Agar cerita itu
indah, menarik dan bisa dimengerti pembaca, sebaiknya unser-unsur
pembentuk novel ( tema, tokoh, penikohan, latar dll) diperjelas dan saling
terkait, disertai tujuan yang jelas kepada siapa novel ini ditujukan.
Hendaknya novelis juga memperhatikan pembaca, di mana bukan
hanya membaca isi novel tapi juga menciptakan pembaca yang cermat dan
teliti terhadap maksud dan isi novel disertai perubahan pembaca menuju arah
yang positif atau perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
79
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang
terdapat dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika. Dengan menggunakan
pendekatan struktural semiotik dengan pembacaan Heuristik-Hermeneutik.
Pesan-pesan dakwah ini terdapat dalam dialog yang terdapat dalam
cerita novel Dadaisme. Dalam hal ini penulis mengategorikan pesan-pesan
dakwah menjadi tiga kategori yaitu : Pesan aqidah, pesan syari'ah, dan pesan
akhlak.
Pesan aqidah meliputi iman kepada Allah, imam kepada Malaikat, iman
kepada kitab, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadhar.
Pesan syari'ah meliputi pesan ibadah dan mu’amalah di antaranya pernikahan,
pendidikan, adobsi, poligami, dan kasih sayang. Dan pesan akhlak meliputi
akhlak kepada orang tua dan akhlak kepada orang lain. Di antaranya berbakti
pada orang tua, rela berkorban, menepati janji, terima kasih, dan tangung
jawab.
Selain pesan dakwah, disini penulis mengunakan teori kritik sastra yang
bertujuan untuk menganalisis novel berdasarkan unsur-unsur pembentuknya.
80
5.2 Saran
Ada beberapa hal yang menurut hemat penulis dapat dijadikan
pertimbangan bagi seseorang yang bergelut di bidang dakwah dengan
menjadikan novel sebagai medianya.
Bagi orang-orang yang bergelut di bidang dakwah hendaknya media
novel ini lebih dimanfaatkan penggunanya, karena media novel memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain.
Dadaisme adalah novel dengan alur bolak-balik Sehingga di sini
dibutuhkan pembaca yang teliti. Selain menggunakan alur bolak-balik novel
ini tergolong jenis novel serius, di mana tidak hanya seputar masalah cinta
muda-mudi, namun di sini mengkaji tentang realita kehidupan zaman
sekarang. Inilah yang harus ditiru oleh para novelis lainnya.
5.3 Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha Pencipta
segala sesuatu. Salawat dan salam semoga selalu mengalir kepangkuan Nabi
Muhammad SAW sebagai the best model (suri tauladan) umat manusia. Tidak
lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.