BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan seseorang seringkali tidak dapat dihindari terjadinya
berbagai peristiwa tragis yang menimpa diri, keluarga dan lingkungan,
sekalipun usaha pencegahan telah dilakukan secara serius dan upaya
penanggulangannya pun telah dilakukan secara optimal. Di antara peristiwa-
peristiwa tragis itu adalah kegagalan dalam mencapai tujuan, kehilangan
orang-orang yang dikasihi, berpisah dengan orang yang dicintai, mengalami
kecelakaan, menderita cacat, mengidap penyakit yang sulit disembuhkan,
kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tak diinginkan, mengalami keguguran
kandungan, mendekam di penjara, kebangkrutan usaha, menunggu saat-saat
kematian sendiri, perceraian, kemiskinan dan beragam musibah lainnya.
Jika peristiwa-peristiwa tragis tersebut tidak diselesaikan dengan cara
yang benar dan tidak diterima dengan sikap yang tepat, maka dapat
menyebabkan stres, kecewa, trauma, tertekan, sedih, cemas, marah, malu,
terhina, rendah diri, putus asa, hampa, tidak bermakna, serta penghayatan
yang tidak menyenangkan lainnya. Bahkan dapat menyebabkan penyakit
organik, perilaku menyimpang dan berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Menurut Kartono (1989: 5), fenomena-fenomena tersebut merupakan
tanda-tanda penyakit mental, yang berbentuk gangguan pada ketenangan batin
dan ketentraman hati.
2
Orang-orang yang mengalami penderitaan hebat seperti yang telah
digambarkan di atas, banyak yang tidak mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
yang menimpa dirinya. Tetapi tidak sedikit di antara mereka yang berhasil
mengatasi kesulitan-kesulitan dan perasaan-perasaan tidak menyenangkan
akibat penderitaannya. Mereka mampu merubah kondisi penghayatan dirinya
dari penghayatan hidup tidak bermakna (meaningless) menjadi bermakna
(meaningful). Bahkan di antara mereka ada yang berhasil mencapai prestasi
tinggi, yaitu dengan menemukan hikmah di balik penderitaannya (meaning in
suffering) (Bastaman, 1996: 5).
Proses pencarian makna hidup juga telah dialami Viktor E. Frankl, seorang
pemuka psikiater di Eropa. Melalui pengalaman yang dialaminya di kamp-
kamp “konsentrasi” pada waktu perang dunia II, dimana Frankl termasuk
salah satu dari ribuan tawanan tentara Nazi. Selama menjadi tawanan itulah,
Frankl dapat membuktikan bahwa suatu makna dapat ditemukan baik dalam
kebahagiaan maupun dalam penderitaan.
Frankl menuangkan semua pengalamannya selama di kamp-kamp
“konsentrasi” dalam sebuah buku yang semula berjudul “from Death Camp to
Existensialism,” kemudian diubah menjadi “Man’s Search for Meaning.”
Frankl juga menulis teori dan pandangan-pandangannya tentang makna hidup
dalam berbagai buku dan tulisan, yang ternyata mendapat sambutan dari
kalangan ilmuwan. Teori dan pandangan Frankl seputar makna hidup itu
dikenal dengan nama logoterapi (Budiraharjo, 1997:150).
3
Kata logo berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti “makna”.
Logoterapi yang lazim dikenal sebagai “Aliran Psikoterapi Ketiga dari Wina,”
memusatkan perhatiannya pada makna hidup dan upaya manusia untuk
mencari makna hidup tersebut. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk
menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang
tersebut. (Frankl, 2004: 159).
Motivator utama ini disebut juga oleh Schultz sebagai satu dorongan yang
fundamental, yakni kemauan akan arti yang begitu kuat sampai mampu
mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Kemauan akan arti sangat
penting untuk kesehatan psikologis (mental), terutama dalam situasi-situasi
yang gawat (seperti yang dihadapi Frankl di kamp-kamp konsentrasi).
Kemauan akan arti sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Tanpa arti untuk
kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan kehidupan (Schultz, 1991:153).
Selanjutnya Frankl (2004: 166) menyatakan bahwa upaya manusia untuk
mencari makna hidup dapat menimbulkan ketegangan batin, bukan
keseimbangan batin. Tetapi ketegangan seperti itu justru merupakan pra syarat
yang sangat dibutuhkan bagi tercapainya kesehatan mental. Frankl percaya
bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang lebih efektif dalam membantu
seseorang untuk bertahan hidup, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun,
selain kesadaran bahwa hidupnya memiliki makna.
Sedangkan konseling dalam Islam adalah aktivitas pemberian bimbingan,
pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien),
dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi
4
akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat
menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar
secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah
Rasulullah SAW. (Adz-Dzaky, 2002: 189).
Firman Allah SWT.:
.احسن لهم بالتى هى د أدع الى سبيل ربك بالحكمة والوعظة الحسنة وجا
)125: النحل . ( إن ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتدین
Artinya : “Ajaklah orang-orang kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia lebih mengetahui tentang siapa saja yang telah tersesat dari jalannya dan Dia pun lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl : 125) (Tim Disbintalad, 1999: 526).
Ayat di atas menjelaskan tentang teori atau metode yang dipakai oleh
konseling Islam dalam membimbing, mengarahkan dan mendidik untuk
menuju kepada perbaikan, perubahan dan pengembangan yang lebih positif
dan membahagiakan. Di sini dapat diketahui bahwa pada dasarnya dalam tiap
diri manusia telah dikaruniai kemampuan dasar kejiwaan yang mengandung
kemungkinan untuk berkembang ke arah tingkat perkembangan hidup yang
menguntungkan. Firman Allah SWT.:
. من زآهافلح قد ا. لهمها فجورها وتقوها فأ.ونفس وما سوها
) 7-10: الشمس ( .سها وقد خاب من د
5
Artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (dalam) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. As-Syams, 7-10) (Tim Disbintalad, 1999: 1246-1247).
Tujuan konseling secara umum di antaranya adalah kesehatan mental
(mental health) dan keefektifan pribadi (personal effectively), demikian halnya
dengan konseling Islam. Konseling Islam dapat menjadi sarana tepat untuk
menyembuhkan penyakit kejiwaan yang salah satu sebabnya adalah telah
diabaikannya sisi spiritual dalam diri. Dalam hal ini Viktor E. Frankl
berpendapat bahwa hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor:
spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab (Schultz, 1991: 152).
Berbicara tentang bimbingan konseling Islam, maka tidak terlepas dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena keduanya merupakan sumber pedoman
hidup umat Islam dan menjadi landasan utama bimbingan konseling Islam.
Dari Al-Qur’an dan Al-Hadits itulah, gagasan, tujuan dan konsep-konsep
bimbingan konseling Islam bersumber (Faqih, 2001: 5).
Dengan dijadikannya Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber dan
landasan utama, maka bimbingan konseling Islam juga dapat dijadikan
sebagai media dalam berdakwah. Karena materi-materi dakwah juga
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di samping itu, bimbingan
konseling Islam dan dakwah mempunyai tujuan yang sama, yaitu hidup
bahagia di dunia dan di akhirat.
Sejalan dengan hal ini, agama diberi tempat yang tinggi dalam logoterapi.
Frankl berpendapat bahwa agama merupakan kekuatan paling besar yang
6
memberi arti kepada penderitaan manusia. Pendapatnya ini sangat berbeda
dengan pandangan ateis Freud dan psikologi barat yang sejenis (Badri, 1994:
75-76). Selanjutnya Koswara juga menyatakan bahwa melalui logoterapi,
para psikoterapis dapat menjangkau spiritualitas manusia, bahkan
menemukan jalan menuju kawasan yang selama ini dianggap tabu oleh para
teoris dan psikoterapis yang positivis dan sekular yaitu: agama (Koswara,
1992: 185).
Dalam ilmu kesehatan mental, agama juga berperan besar dalam
mengatasi mental yang sakit. Hal ini dapat dilihat pada seseorang yang
mempunyai keimanan yang teguh dan mantap. Dengan keimanan yang teguh
dan mantap, telah tertanam keyakinan yang kuat, bahwa tiada Tuhan selain
Allah yang menjamin dan memberikan ketentraman dalam jiwa manusia,
sehingga hilanglah rasa takut dan gelisah serta penyakit mental lainnya
(Kartono, 1989: 297).
Dengan melihat pemaparan di atas, maka konseling Islam dan kesehatan
mental, dalam hal ini dapat dikatakan berkaitan erat dengan pemikiran Viktor
E. Frankl tentang logoterapi. Karena seperti yang telah disebutkan di atas,
bahwa kemauan akan arti atau pencarian makna hidup dapat menimbulkan
ketegangan yang justru merupakan pra syarat untuk mendapatkan mental yang
sehat. Hal ini menandakan bahwa terdapat implikasi antara logoterapi dan
kesehatan mental. Jika logoterapi dapat berimplikasi terhadap kesehatan
mental, maka nampaknya logoterapi baik teori maupun tekniknya juga dapat
diaplikasikan dalam mengatasi mental yang sakit. Untuk mengetahui
7
bagaimana implikasi dan aplikasinya, maka perlu dijawab dalam penelitian
ini.
Selain itu, dengan adanya nilai spiritual dalam logoterapi, maka tidak
berlebihan jika Malik Badri dalam bukunya yang berjudul “Dilema Psikolog
Muslim”, memberikan penghargaan khusus kepada logoterapi. Dia
menganggap logoterapi sebagai aliran psikologi barat yang mengembangkan
sikap optimis dan banyak kesesuaiannya dengan ajaran Islam (Al-Qur’an dan
Al-Hadits). Tetapi apa dan bagaimana kesesuaiannya itu tidak dijelaskan
secara rinci (Bastaman, 2000: 68).
Jika memang logoterapi banyak kesesuaiannya dengan ajaran Islam, maka
memunculkan asumsi bahwa; nampaknya banyak ajaran logoterapi yang
dapat dijadikan sebagai materi dalam berdakwah, meskipun tidak semuanya.
Dengan kata lain, da’i harus memilah-milah ajaran logoterapi yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena logoterapi tidak sepenuhnya bersifat
Islami. Hal ini merujuk dari pendapat Ya’qub (1992: 29), bahwa materi
dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah SAW. Seorang muballigh tidak boleh menyimpang dari kedua
pokok yang menjadi materi dakwah ini.
Untuk itu penelitian ini akan mengkaji lebih jauh tentang bagaimana
pandangan Islam terhadap pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi,
dengan melihat persamaan, perbedaan dan pertentangan di antara keduanya,
serta dalam hal apakah Islam mengisi, melengkapi dan meluruskan konsep
logoterapi Frankl. Di samping itu, penelitian ini juga menggali lebih dalam
8
tentang aplikasi pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi dalam
mengatasi mental yang sakit, serta implikasi pemikiran Viktor E. Frankl
tentang logoterapi terhadap kesehatan mental, ditinjau dari bimbingan
konseling Islam.
Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena logoterapi terkonsep dari
penderitaan yang dialami Frankl sendiri ketika menjadi tawanan tentara NAZI
selama tiga tahun. Dari situlah, Frankl menuntun manusia untuk bersikap
optimis dalam menghadapi penderitaan dan berusaha menemukan hikmah
dibalik penderitaannya. Pemikiran-pemikirannya memberi inspirasi bagi
manusia modern dalam menemukan makna dan tujuan hidup yang
sesungguhnya. Karena dalam kehidupan modern sekarang ini, sebagian besar
manusia dilanda kecemasan dan mengidap penyakit mental yang disebabkan
oleh ketidakmampuan seseorang dalam menemukan makna hidup.
1.2. Perumusan Masalah
Atas dasar pemikiran tersebut, maka penelitian ini mencoba mengungkap
jawaban dari pertanyaan berikut :
1.2.1. Bagaimana pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi?
1.2.2. Bagaimana pandangan Islam terhadap pemikiran Viktor E. Frankl
tentang logoterapi?
1.2.3. Bagaimana aplikasi pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi
dalam mengatasi mental yang sakit?
1.2.4. Bagaimana implikasi pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi
terhadap kesehatan mental ditinjau dari bimbingan konseling Islam?
9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.3.1.1. Pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi.
1.3.1.2. Pandangan Islam terhadap pemikiran Viktor E. Frankl
tentang logoterapi.
1.3.1.3. Aplikasi pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi dalam
mengatasi mental yang sakit.
1.3.1.4. Implikasi pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi
terhadap kesehatan mental ditinjau dari bimbingan konseling
Islam.
1.3.2. Adapun manfaat penelitian ini meliputi 2 aspek, yaitu :
1.3.2.1. Aspek teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
secara teoritis, khususnya tentang pengembangan konsep
logoterapi Viktor E. Frankl dan memperkaya khasanah
pengetahuan dalam kajian ilmu kesehatan mental dan
bimbingan konseling Islam.
1.3.2.2. Aspek praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai masukan atau bahan pertimbangan dan
terapi alternatif bagi para konselor muslim dalam
pelaksanaan bimbingan konseling Islam. Selain itu juga dapat
digunakan da’i dalam mengatasi penyakit mental mad’unya.
10
1.4. Tinjauan Pustaka
Untuk memetakan keaslian penelitian ini, maka penulis sampaikan
beberapa penelitian dan karya ilmiah yang sesuai dengan penelitian ini.
Pertama, Umy Rahaju. 1996. “Makna Penderitaan menurut Kitab Ayub:
Suatu Pendekatan Logoterapi tentang Penderitaan dalam Kitab Ayub”
(Fakultas Theologia Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga).
Penelitian ini membahas tentang makna penderitaan dalam kitab Ayub
dengan pendekatan logoterapi. Penulis menuturkan kisah penderitaan Ayub
yang dicoba oleh Allah dengan membinasakan kekayaan dan anak-anaknya
serta memberi penyakit kepadanya. Kemudian tiga temannya datang
menghibur. Setelah itu penulis melanjutkan dengan narasi dialog antara Ayub
dan ketiga temannya. Setiap narasi dialog antara Ayub dan masing-masing
temannya dianalisis dengan menggunakan metode analisis narasi. Selain itu
narasi pertemuan Ayub dengan Allah beserta analisanya juga dikemukakan
dalam penelitian ini.
Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikan dialog yang terjadi antara Ayub dan kawan-kawannya,
dan pertemuan Ayub dengan Allah dengan menggunakan metode analisa
narasi.
b. Mendeskripsikan teori logoterapi tentang arti, landasan filosofisnya dan
teknik yang digunakan.
c. Memahami makna penderitaan dengan cara menelaah narasi kitab Ayub
dengan pendekatan logoterapi.
11
Kemudian penelitian ini menggunakan metode analisa narasi dengan
sumber data study kepustakaan. Yang dimaksud metode analisa narasi adalah
penulis mencoba mengemukakan alur cerita dan kemudian menganalisa
dengan cara menanyakan realitas yang diacu oleh cerita serta peranan tokoh
yang ditampilkan dalam cerita tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan beberapa hal, antara lain
sebagai berikut:
1. Kisah penderitaan Ayub yang disajikan dalam bentuk dialog
menggambarkan seorang manusia yang mengalami krisis karena
kehilangan cinta, anak, harta, status sosial dalam masyarakat dan penyakit
yang menjijikkan. Dalam kondisi krisis ini, ada usaha dari manusia untuk
mencari makna keberadaannya di tengah-tengah penderitaan yang dialami.
Usaha ini didorong oleh dimensi spiritual karena ada keinginan untuk
bermakna di dalam hidupnya.
2. Krisis bukan merupakan sesuatu yang menakutkan. Karena krisis
membawa manusia pada pengenalan diri yang lebih dalam dan pembaruan
sikap terhadap hidup. Krisis yang dimaksud dalam hal ini adalah
kegagalan manusia dalam memenuhi keinginan akan makna hidup.
3. Penderitaan adalah bagian hidup manusia, oleh sebab itu siapapun akan
mengalami. Penderitaan membawa manusia pada suatu pemahaman bahwa
di dalam penderitaan dibutuhkan adanya perjuangan untuk mewujudkan
visi hidup. Sehingga membawa manusia pada realisasi nilai melalui cara
yang kreatif, penghayatan dan sikap.
12
Kedua, Hanna Djumhana Bastaman. 1996. “Meraih Hidup Bermakna-
Kisah Pribadi dengan Pengalaman Tragis”. (Jakarta: Paramadina)
Buku ini semula adalah tesis Hanna Djumhana Bastaman di bangku S2
psikologi Universitas Indonesia. Buku ini bermaksud mengungkapkan kisah-
kisah keberhasilan dalam proses pemgembangan pribadi dari kondisi
eksistensial hidup tak bermakna menjadi bermakna, dengan menggunakan
pendekatan study kasus terhadap pribadi-pribadi yang memiliki pengalaman
unik, yaitu mereka yang berhasil merubah kehidupan tak bermakna
(meaningless) menjadi bermakna (meaningful). Atau dengan kata lain,
merubah nasib sendiri dari derita menjadi bahagia melalui proses pencarian
dan penemuan arti hidup serta usaha merealisasikan potensi-potensi pribadi
yang positif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara mendalam dengan pendekatan kulitatif-fenomenologis, dalam
kerangka teori logoterapi.
Namun sebelum memaparkan kisah-kisah pencarian makna hidup, di
awal bukunya, Bastaman menyampaikan terlebih dahulu gambaran umum
logoterapi, diantaranya kedudukan logoterapi sebagai teori kepribadian dan
terapi klinis. Sedangkan di akhir bukunya, Bastaman menjelaskan tentang
implikasi dari penemuan makna hidup. Dia mengungkapkan bahwa hasil
penelitian mengenai keberhasilan mengubah penghayatan hidup tak bermakna
menjadi bermakna dapat diterapkan sekurang-kurangnya untuk dua kegiatan
psikologi klinis, yaitu konseling dan latihan pengembangan pribadi.
13
Kemudian dalam membantu klien mencari dan memenuhi makna hidup,
tahap-tahap konseling secara konvensional yang meliputi: pembinaan rapport,
pengungkapan masalah, pembahasan bersama, interpretasi dan pengubahan
perilaku dapat dipadukan dengan empat tahap konseling logoterapi dari
Elisabeth Lukas yang meliputi: pengambilan jarak terhadap simtom,
modifikasi sikap, pengurangan simtom dan orientasi terhadap makna. Hal ini
tidak berbeda dengan temuan dalam penelitiannya, yaitu penerimaan diri,
penemuan makna dan pemenuhan makna. Jadi diantara konseling
konvensional, konseling logoterapi dari Elisabeth Lukas dan temuan
penelitian Hanna Djumhana Bastaman dapat dikatakan sejalan dan saling
melengkapi.
Kemudian Bastaman mengemukakan bahwa rahasia keberhasilan
mereka ternyata dalam penderitaan itu, mereka tidak bersikap pasif meratapi
nasib, tetapi terus aktif melakukan apa saja untuk memperbaiki kondisi diri.
Mengembangkan bakat dan meningkatkan kemampuan, berkarya dan mampu
meringankan beban orang lain, mengasihi keluarga dan beriman kepada
Tuhan. Termasuk belajar dari pengalaman orang lain yang senasib dan
meyakini bahwa dibalik musibah ada hikmah, serta mengambil sikap yang
tepat atas musibah yang tak mungkin dapat diubah. Ini semua adalah contoh-
contoh aktivitas yang secara sadar tetap mereka lakukan sekalipun dalam
penderitaan luar biasa. Dan umumnya setelah itu mereka menemukan apa
yang paling bermakna dan berharga untuk ditetapkan sebagai tujuan hidup dan
dijadikan arah segala kegiatan mereka. Dengan sendirinya kehadiran orang-
14
orang terdekat yang setiap saat dapat diminta bantuannya sangat mendukung,
karena terkadang upaya ini terlalu sulit dilakukan sendiri. Dan sebagai insan-
insan beragama, sudah tentu keimanan sangat berperan memperkuat
ketahanan mental menghadapi berbagai cobaan.
Apabila makna berhasil dipenuhi dan tujuan hidup dapat diraih, maka
selanjutnya kehidupan akan dihayati lain, yaitu dari semula tak bermakna
berubah menjadi bermakna. Hidup bermakna adalah gerbang kepada
kebahagiaan.
Ketiga, E. Koswara, 1992, Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl,
Yogyakarta, Kanisius.
Dalam buku ini, E. Koswara menuturkan riwayat hidup dan karya-karya
Viktor Frankl, kritik Frankl atas Freud dan Adler, landasan filosofis
logoterapi, pengalaman pribadi dan psikoterapi di dalam kamp “konsentrasi”,
Sindroma ketidak bermaknan dan teknik-teknik logoterapi serta
penerapannya.
Dalam bab “landasan filosofis logoterapi”, disebutkan bahwa psikoterapi
adalah bidang yang memiliki komitmen dengan filsafat. Prinsip-prinsip atau
konsep-konsep yang dirumuskan oleh seorang psikoterapis adalah perwujudan
dari pemikiran filosofis sang psikoterapis tentang manusia yang berakar pada
filsafat tertentu.
Sedangkan dalam bab “Teknik-teknik logoterapi dan penerapannya”, E.
Koswara menguraikan enam kasus yang ditangani dengan teknik-teknik
logoterapi. Dari enam kasus tersebut, empat kasus ditangani melalui intensi
15
paradoksikal, yakni kasus-kasus neurosis yang terdiri atas kasus hidrofobia,
bakterofobia dan kompulsi mencuci, alkoholisme neurosis dan kecemasan
neurosis. Sedangkan dua kasus terakhir, yaitu kasus gangguan buang air yang
ditangani melalui derefleksi dan kasus kehampaan eksistensial ditangani
melalui bimbingan rohani.
Penelitian dan karya ilmiah diatas mempunyai fokus kajian yang berbeda
dengan skripsi ini. Umy Rahaju memfokuskan pada konsep penderitaan
Viktor Frankl yang dikaitkan dengan makna penderitaan dalam kitab Ayub.
Hanna Djumhana Bastaman memfokuskan pada proses meraih hidup
bermakna melalui kisah-kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Kemudian
E. Koswara memfokuskan pada konsep-konsep logoterapi dan penerapannya
di Indonesia. Sedangkan dalam skripsi ini, penulis memfokuskan pada
implikasi pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi terhadap kesehatan
mental dengan menggunakan analisis bimbingan konseling Islam.
1.5. Kerangka Teoritik
Viktor Frankl (2004: 159) menjelaskan arti dari istilah logoterapi bahwa
logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti “makna”. Logoterapi
memusatkan perhatiannya pada makna hidup dan pada upaya manusia untuk
mencari makna hidup tersebut. Jadi logoterapi adalah psikoterapi yang
memusatkan upayanya pada pencarian makna hidup.
Adapun makna hidup adalah hal-hal yang memberikan nilai khusus bagi
seseorang, yang apabila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan
akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia. Dalam logoterapi dikenal
16
dua peringkat makna hidup yaitu makna hidup pribadi dan makna hidup
paripurna (Jalaluddin, 2001: 157-158).
Makna hidup paripurna bersifat mutlak dan universal, serta dapat
dijadikan landasan dan sumber makna hidup pribadi. Bagi mereka yang
kurang dalam penghayatan agama, mungkin saja pandangan falsafah atau
ideologi tertentu dianggap memiliki nilai-nilai universal dan paripurna.
Sedangkan bagi penganut agama, maka Tuhan merupakan sumber nilai Yang
Maha Sempurna dengan agama sebagai perwujudan tuntunan-Nya. Di sinilah
barangkali letak peranan agama dalam membina kesehatan mental,
berdasarkan pendekatan logoterapi. Karena bagimanapun, ketika berada
dalam keadaan tanpa daya, manusia akan kehilangan pegangan dan bersikap
pasrah. Dalam kondisi yang serupa ini ajaran agama paling tidak akan
membangkitkan makna dalam hidupnya. Makna hidup pribadi menurut
logoterapi hanya dapat dan harus ditemukan sendiri (Jalaluddin, 2001: 157-
158).
Logos dalam bahasa Yunani selain berarti makna (meaning) juga
meliputi rohani (spirituality). Dengan demikian, secara umum logoterapi
dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup
dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian
(spiritual), disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan (termasuk
dimensi sosial) (Bastaman, 1996: 12). Namun Frankl menyatakan bahwa
spirituality atau keruhanian dalam logoterapi tidak mengandung konotasi
agama, bahkan menyatakan ajaran logoterapi bersifat sekular.
17
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai
kesatuan raga-jiwa-rohani yang tak terpisahkan. Seorang psikoterapis tidak
mungkin dapat memahami dan melakukan terapi secara baik apabila
mengabaikan dimensi rohani yang justru merupakan salah satu sumber
kekuatan dan kesehatan manusia. Selain itu logoterapi memusatkan perhatian
pada kualitas-kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani,
kreativitas dan tanggung jawab. Frankl memanfaatkan dan mengaplikasikan
kualitas-kualitas itu dalam terapi dan pengembangan kesehatan mental,
termasuk penyembuhan mental yang sakit (Bastaman, 1996: 16).
Ilmu kesehatan mental merupakan ilmu kesehatan jiwa yang
mempermasalahkan kehidupan rohani yang sehat, dengan memandang pribadi
manusia sebagai satu totalitas psikofisik yang kompleks (Kartono, 1989: 3-4).
Sedangkan kesehatan mental itu sendiri adalah terwujudnya keserasian
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya
penyesuaian diri antara manusia dengan diri dan lingkungannya, berlandaskan
keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat (Daradjat, 1984: 4). Sebaliknya
ketidaksehatan mental atau mental yang sakit adalah ketidakmampuan
individu dalam menghadapi realitas, yang membuahkan banyak konflik
mental pada dirinya (Kartono, 1989: 12-13). Selanjutnya Kartono (1989: 5)
menyebutkan bahwa mental yang sakit ditandai dengan fenomena ketakutan,
pahit hati, hambar-hati, apatis, cemburu, iri hati, dengki, kemarahan-
kemarahan yang eksplosif, ketegangan batin yang kronis, dan lain-lain.
18
Pengertian kesehatan mental menurut Zakiah Daradjat berbeda dengan
pendapat Frankl yang menyatakan bahwa pencarian makna hidup merupakan
tugas yang membingungkan dan menantang, dan yang menambah, bukan
mereduksikan tegangan batin. Sesungguhnya, Frankl melihat peningkatan
tegangan ini sebagai pra syarat untuk kesehatan psikologis (Schultz,
1991:154).
Dalam pengertian kesehatan mental yang dikemukakan oleh Zakiah
Daradjat, tersirat bahwa agama merupakan salah satu kebutuhan psikis
manusia yang perlu dipenuhi oleh setiap orang yang merindukan ketentraman
dan kebahagiaan. Kebutuhan psikis manusia akan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah tidak akan terpenuhi kecuali dengan agama (Jaelani, 2001: 77-
78). Tetapi menurut Frankl, hubungan antara agama dan kesehatan mental
bukan merupakan hubungan kausalitas langsung melainkan keduanya
berkaitan dalam hal akibat sampingnya (Bastaman, 2001: 131).
Kebahagiaan yang ditawarkan oleh logoterapi dan kesehatan mental,
nampaknya sejalan dengan bimbingan konseling Islam yang bertujuan untuk
membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Faqih, 2001: 35).
Kemudian jika melihat kondisi manusia pada saat ini sedang mengalami
wabah cemas dan gelisah tanpa makna serta tujuan hidup yang jelas. Oleh
karena itu logoterapi menawarkan pendekatan untuk menemukan makna
hidup dan mengembangkan kehidupan bermakna dengan kebahagiaan sebagai
19
hasil akhirnya. Hal ini sejalan dengan kesehatan mental dan bimbingan
konseling Islam.
Kesehatan mental memuat aspek pencapaian hidup yang bermakna dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sedangkan bimbingan konseling Islam
mempunyai tujuan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Jadi antara logoterapi, kesehatan mental dan bimbingan konseling Islam
dapat dikatakan sejalan dan saling berkaitan, sehingga dapat diketahui aplikasi
logoterapi dalam mengatasi mental yang sakit dan implikasi logoterapi
terhadap kesehatan mental dalam tinjauan bimbingan konseling Islam.
Selain itu, pandangan logoterapi tentang wawasan manusia dan
kesehatan mental, jika ditinjau dari sudut pandang Islam akan diketahui
persamaan, perbedaan dan pertentangan di antara keduanya.
Hal ini dapat dilihat antara lain pada dimensi spiritual dalam logoterapi.
Dimensi spiritual yang dimaksud Frankl tidak mengandung konotasi agama,
tetapi merupakan sumber dari kualitas-kualitas insani (Frankl, 1988: 17-18).
Kualitas-kualitas insani adalah semua kemampuan, sifat, sikap dan kondisi
yang semata-mata terpatri dan terpadu pada eksistensi manusia dan tidak
dimiliki oleh hewan dan makhluk-makhluk lainnya. Yang termasuk kualitas-
kualitas insani antara lain adalah intelegensi, ide, makna, imajinasi, kesadaran
diri, pengembangan diri, humor, nilai-nilai, cinta kasih, hasrat untuk hidup
bermakna, moralitas, hati nurani, transendensi diri, keimanan, kreativitas,
20
kebebasan dan tanggung jawab (Bastaman, 1996: 57). Kualitas-kualitas
tersebut, juga disebutkan dalam ajaran Islam
Terkait dengan kualitas-kualitas insani tersebut, dakwah juga berarti
upaya memanggil kembali hati nurani (fitrah) untuk menghilangkan sifat-sifat
buruk dan menggantinya dengan sifat-sifat mulia yang dikehendaki oleh Islam
seperti adil, jujur, rajin, cinta ilmu, suka menolong, dimana sifat-sifat itu
adalah sifat-sifat yang sesuai dengan nurani (fitrah) manusia (Dermawan,
dkk., 2002: 26-27).
Selanjutnya jika logoterapi dikaitkan dengan dakwah, maka nampaknya
logoterapi dapat dijadikan sebagai materi dakwah. Menurut Aminudin
Sanwar, yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam yang tertuang di
dalam wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah, yang perwujudannya
terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi (Al-Hadits) (Sanwar, 1984:
74).
Selanjutnya, Hamzah Ya’qub menyatakan bahwa ajaran Islam itu
dinamis, progressif dan dialektis. Seorang muballigh harus mampu
menunjukkan kehebatan ajaran Islam itu kepada masyarakat yang menjadi
sasaran dakwah, melalui argumentasi (dalil-dalil) atau keterangan yang
mudah dipahami oleh mereka (Ya’qub, 1992: 29).
1.6. Metode Penelitian
Agar penelitian ini mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
memperoleh hasil yang optimal, maka penulis memakai metode sebagai
berikut:
21
1.6.1. Jenis, Pendekatan dan Spesifikasi Penelitian
1.6.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Karena penelitian
ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan
bukan angka. Hal ini merujuk pendapat Bogdan dan Taylor serta
Lexy Moeleong. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan (Moeleong, 2001:
3). Sedangkan Moeleong (2001: 6) mengemukakan bahwa data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka.
1.6.1.2. Pendekatan Penelitian
Kemudian untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh
dan mendalam, maka diperlukan pendekatan dalam penelitian
ini. Adapaun pendekatan yang digunakan adalah:
a. Pendekatan Filosofis
Pendekatan ini digunakan karena selain ajaran Frankl
merupakan suatu pemikiran psikoterapi, juga merupakan
suatu filsafat hidup, karena pemikirannya memberikan
interpretasi yang konsisten mengenai hidup, kematian,
cinta, tanggung jawab dan berbagai aspek penting dalam
hidup (Jasson, 1978: 162-163).
22
b. Pendekakatan Psikologis
Pendekatan ini digunakan karena pemikiran Frankl juga
merupakan suatu pandangan psikoterapi, karena interpretasi
filsafat tersebut ‘memiliki nilai atau dapat membantu
pemulihan individu-individu neurotik (Jasson, 1978: 163).
Alasan yang lain, karena penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui implikasi logoterapi terhadap kesehatan mental
yang ditinjau dari bimbingan konseling Islam, maka
psikologi sangat penting dalam penelitian ini. Di samping
itu, kesehatan mental adalah salah satu materi dalam ilmu
psikologi dan obyek garapan bimbingan konseling adalah
masalah-masalah psikologis.
1.6.2. Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun
angka. Menurut SK Mentri P dan K No. 0259 / U / 1977 tanggal 11
Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang
dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan
informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu
keperluan (Arikunto, 1998: 99).
Jadi dalam penelitian ini datanya adalah fakta-fakta yang berkaitan
dengan judul penelitian, yang diambil dari konsep logoterapi,
kesehatan mental dan bimbingan konseling Islam serta Al-Qur’an dan
23
Al-Hadits, yang dijadikan bahan penelitian untuk menyusun informasi
yang diperlukan.
Sumber data adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh
(Arikunto, 1998: 120). Maka penulis dalam hal ini akan mengambil
data dari berbagai sumber seperti buku-buku, majalah, artikel, surat
kabar, essai, makalah-makalah maupun karya tulis lainnya yang
mendukung dan sangat relevan dengan variabel-variabel penelitian,
yaitu logoterapi, kesehatan mental dan bimbingan konseling Islam.
Menurut sumbernya, data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1998: 91). Jadi
dalam penelitian ini data primernya adalah karya-karya Viktor
Frankl, khususnya yang berkaitan dengan logoterapi.
b. Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek
penelitiannya (Azwar, 1998: 91). Adapun data sekunder dalam
penelitian ini adalah buku-buku penunjang tentang logoterapi yang
ditulis oleh pengarang lain, buku-buku tentang kesehatan mental
24
dan bimbingan konseling Islam serta karya-karya yang sesuai
dengan judul penelitian. Sedangkan data sekunder tentang
pandangan Islam terhadap logoterapi diperoleh melalui Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode: Library research (telaah kepustakaan).
Metode library research adalah penelitian yang dilakukan
terhadap sumber-sumber tertentu berupa buku, majalah, artikel dan
karangan lain (Singarimbun, 1982: 152). Artinya peneliti
mengumpulkan data-data berupa buku, majalah, artikel dan karangan
lain tentang logoterapi, kesehatan mental dan bimbingan konseling
Islam serta karangan-karangan yang sesuai dengan judul penelitian.
Dalam hal ini peneliti dapat memanfaatkan perpustakaan untuk
mengumpulkan data.
1.6.4. Teknik Analisis Data
Setelah data yang berhubungan dengan penelitian ini terkumpul secara
lengkap, penulis akan menganalisisnya untuk menemukan hasil
penelitian yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun
metode analisis yang digunakan sebagai berikut:
1.6.4.1. Metode Deskriptif Analisis
Yaitu menganalisis data deskriptif menurut isinya
(Suryabrata, 1995: 85). Artinya penulis menggambarkan
25
sebuah analisa tentang literatur-literatur yang berkaitan
dengan konsep logoterapi, konsep kesehatan mental dan
konsep bimbingan konseling Islam.
1.6.4.2. Metode Interpretasi
Interpretasi berarti bahwa tercapainya pemahaman yang
benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari. Di
dalam ekspresi itu dibaca dan ditangkap arti, nilai dan
maksud manusia. Berbagai hubungan dan arti masih harus
ditemukan, diintegrasikan, ditotalisasikan. Pendek kata,
manusia harus senantiasa menafsirkan. Interpretasi bertumpu
pada pencapaian kebenaran otentik. (Baker, 1994: 42-43).
Jadi dalam penelitian ini, data-data tentang Logoterapi,
kesehatan mental dan bimbingan konseling Islam yang masih
belum jelas maksudnya harus ditangkap, ditemukan,
diintegrasikan dan ditafsirkan artinya demi mencapai
pemahaman yang benar tentang implikasi konsep logoterapi
terhadap kesehatan mental dalam tinjauan bimbingan
konseling Islam.
1.6.4.3. Metode Komparasi
Metode komparasi adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh suatu kesimpulan dengan meneliti faktor-faktor
tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena
yang diselidiki dan dibandingkan dengan faktor lain
26
(Muhadjir, 1992: 75). Dalam hal ini penulis meneliti faktor-
faktor tertentu yang berhubungan dengan logoterapi dan
dibandingkan dengan ajaran Islam.
1.7. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sistematis dan mengarah pada
tujuan yang telah ditetapkan, maka penulisan laporan penelitian ini dibagi
menjadi lima bab.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritik, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang kesehatan mental dan bimbingan
konseling Islam, serta korelasi antara logoterapi dan konsep dakwah.
Pembahasan kesehatan mental terdiri dari: Pengertian kesehatan mental,
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, tanda-tanda kesehatan
mental, prinsip-prinsip kesehatan mental serta metode perolehan dan
pemeliharaan kesehatan mental. Sedangkan yang berhubungan dengan
bimbingan konseling Islam meliputi: Pengertian bimbingan konseling Islam,
asas-asas bimbingan konseling Islam, tujuan bimbingan konseling Islam,
fungsi bimbingan konseling Islam serta metode dan pendekatan bimbingan
konseling Islam.
Bab ketiga memaparkan pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi,
sehingga perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang biografi dan karya-karyanya.
Kemudian pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi yang meliputi:
27
Gambaran umum logoterapi, landasan filosofis logoterapi, meraih hidup
bermakna, sindroma ketidakbermaknaan, kesehatan mental dalam logoterapi,
dimensi spiritual dalam logoterapi serta teknik-teknik logoterapi dan
penerapannya.
Bab keempat adalah analisis pemikiran Viktor E. Frankl tentang
logoterapi dan implikasinya terhadap kesehatan mental ditinjau dari
bimbingan konseling Islam. Bab ini berisi analisis tentang pandangan Islam
terhadap pemikiran Viktor E. Frankl tentang logoterapi, aplikasi pemikiran
Viktor E. Frankl tentang logoterapi dalam mengatasi mental yang sakit, dan
dilanjutkan dengan analisis bimbingan konseling Islam terhadap pemikiran
Viktor E. Frankl tentang logoterapi dan implikasinya terhadap kesehatan
mental.
Bab kelima sebagai penutup, yaitu bab terakhir yang berisi kesimpulan,
saran-saran dan penutup.