BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin merosotnya akhlak warga Negara telah menjadi salah satu keprihatinan para pejabat Negara. Hal ini juga keprihatinan para pemerhati pendidikan, terutama para permerhati pendidikan Islam. Globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak tersebut. Globalisasi kebudayaan benar-benar tidak dapat di tiadakan atau dihindari. Meniadakan atau menghindari globalisasi sama halnya dengan meniadakan atau menghindari udara, jika tiada uadara kita tidak akan dapat bernafas. Sensor kebudayaan yang selama ini kita kenal, baik yang dilakukan oleh Negara maupum yang dilakukan oleh guru atau orang tua anak akan semakin tidak efektif. 1 Kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlaknya selain bangsa itu masih memegang norma-norma akhlak dan kesusilaan dengan teguh dan baik, maka selama itu pula maka selama itu pula bangsa tersebut jaya dan bahagia. 2 Kemorosotan akhlak itu agaknya terjadi pada semua lapisan masyarakat, meskipun demikian, pada lapisan remajalah kemerosotan akhlak itu lebih nyata terlihat. Kemerosotan akhlak pada diri para remaja itu dikenal sebagai kenakalan remaja. Sebagai akibatnya, seperti yang dapat kita saksikan, banyak rumah tangga yang kehilangan ketenteraman, bahkan ada pejabat yang haru meninggalkan jabatannya disebabkan oleh kenakalan anak remajanya. 3 Para pemuda pada zaman sekarang, yang sangat kita pentingkan dan kita kaji masalah mereka, mereka dahulunya adalah anak-anak yang telah 1 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3. 2 Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 54.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin merosotnya akhlak warga Negara telah menjadi salah satu

keprihatinan para pejabat Negara. Hal ini juga keprihatinan para pemerhati

pendidikan, terutama para permerhati pendidikan Islam. Globalisasi

kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak

tersebut. Globalisasi kebudayaan benar-benar tidak dapat di tiadakan atau

dihindari. Meniadakan atau menghindari globalisasi sama halnya dengan

meniadakan atau menghindari udara, jika tiada uadara kita tidak akan dapat

bernafas. Sensor kebudayaan yang selama ini kita kenal, baik yang dilakukan

oleh Negara maupum yang dilakukan oleh guru atau orang tua anak akan

semakin tidak efektif.1

Kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlaknya selain bangsa itu masih

memegang norma-norma akhlak dan kesusilaan dengan teguh dan baik, maka

selama itu pula maka selama itu pula bangsa tersebut jaya dan bahagia.2

Kemorosotan akhlak itu agaknya terjadi pada semua lapisan

masyarakat, meskipun demikian, pada lapisan remajalah kemerosotan akhlak

itu lebih nyata terlihat. Kemerosotan akhlak pada diri para remaja itu dikenal

sebagai kenakalan remaja. Sebagai akibatnya, seperti yang dapat kita

saksikan, banyak rumah tangga yang kehilangan ketenteraman, bahkan ada

pejabat yang haru meninggalkan jabatannya disebabkan oleh kenakalan anak

remajanya.3

Para pemuda pada zaman sekarang, yang sangat kita pentingkan dan

kita kaji masalah mereka, mereka dahulunya adalah anak-anak yang telah

1 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000), hlm. 3. 2 Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),

hlm. 54.

2

beranjak dewasa. Mereka adalah buah dari tanaman yang telah disirami pada

tahun-tahun lalu. Karena itu kita harus mengerahkan segenap perhatian dan

dukungan, juga mempelajari masa yang mendasar masa ini agar bisa menjadi

akar yang kokoh bagi remaja. Metode pendidikan anak pada masa balita

adalah yang sungguh-sungguh membentuk karakteristik pemuda. Kekuatan

dasar yang harus dilakukan dalam mendidik pemuda. Jika tidak dilakukan

sejak dini (masa kanak-kanak), maka akan sia-sialah usaha yang dikerahkan

(untuk memperbaiki pemuda) dan hilanglah kaidah yang difokuskan

padanya.4 Kemudian sesungguhnya anak itu adalah amanah dari Allah yang

harus dibina, dipelihara dan diurus secara seksama dan sempurna agar kelak

menjadi insan kamil, berguna bagi agama, bangsa dan Negara dan secara

khusus dapat menjadi pelipur lara orang tua, penenang hati ayah dan bunda

serta sebagai kebanggaan keluarga.5

Semua pengharapan yang positif dari anak tersebut tidaklah dapat

terpenuhi tanpa adanya bimbingan yang memadai, selaras dan seimbang

dengan tuntutan dan kebutuhan fitrah manusia secara kodrati. Dan semua itu

tidak akan didapatkan secara sempurna kucuali pada ajaran Islam. Karena

bersumber pada wahyu Illahi yang paling mengerti tentang hakikat manusia

sebagai makhluk ciptaanNya .6

Banyak orang tua yang mempercayakan seratus persen pendidikan

agama bagi anaknya kesekolah. Karena disekolah ada pendidikan agama dan

ada guru agama. Orang tua agaknya merasa bahwa upaya itu telah

mencukupi. Ada sebagian orang tua yang menambah pendidikan agama islam

bagi anaknya dengan cara menitipkan anaknya kepesantren sungguhan,

pesantren kilat atau mendatangkan guru agama kerumah. Dengan cara itu

3 Ahmad Tafsir., Op. Cit, hlm. 4. 4 Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta : A.H. Ba’dillah

Press, 1999), hlm. 27. 5 Imam Abu Khamid Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz 7, jilid III, 1980, hlm.130. 6 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj. Drs. Jamaluddin Miri LC.,

Pendidikan Anak Dalam Islam, Jilid 2 , (Jakarta : Pustaka Amani, t.th), hlm. 142.

3

mereka akan menjadi orang yang beriman dan bertaqwa. Tindakan orang tua

seperti itu merupakan tindakan yang benar, tetapi itu ternyata belum

mencukupi.7

Suatu proses pendidikan akan berhasil apabila diantara kelompok yang

ada (keluarga, sekolah, dan masyarakat) saling bekerja sama untuk

menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif.8

Rumah tangga (keluarga) merupakan satuan sosial terkecil. Bapak dan

ibu berfungsi sebagai pendidik kodrati. Artinya secara kodrat mereka adalah

pendidik bagi anak-anaknya. Dan dengan demikian beban yang diberikan

kepada keduanya, agar bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya yang

memang tumbuh dari naluri orang tuanya (faktor bawaan).

Ayah dan ibu memiliki pengaruh penting dan dampak langsung

terhadap perjalanan nasib dan masa depan anak-anak mereka, baik pengaruh

pada masa kanak-kanak, remaja maupun dewasa. Lantaran itu Islam

menganggap tugas pendidikan anak sebagai suatu kewajiban yang harus

didahulukan.

Islam secara tegas dan jelas telah mengajarkan bahwa pembangunan

masyarakat harus diawali dari kehidupan terkecil yakni kehidupan

perseorangan dalam sebuah keluarga. Allah berfirman dalam Surat At-Tahrim

ayat 6;

يأ يهاالذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها

مالئكة غال ظ شداد اليعصون اهللا ماامراهم ويفعلون مايؤمرون

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu ; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar , yang keras,

7 Ahmad Tafsir, Op. Cit., hlm. 4. 8 UU RI no. 2, 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab VIII, Sumber Daya

Pendidikan, Pasal 33.

4

yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.9

Sebagian ulama berpendapat bahwa قواأنفسكم itu termasuk di

dalamnya anak-anak, karena anak-anak merupakan bagian darinya (keluarga)

dan peran keluarga disini sangatlah penting. Maka harus diajarkan halal dan

haram, menjauhkan dari maksiyat dan dosa-dosa.10

Allah menurunkan rasul-Nya Muhammad SAW kemuka bumi ini

semata-mata untuk menyempurnakan akhlak yang mulia bagi manusia.

Ini menjadi bukti nyata, bahwa pendidikan akhlak itu penting bagi

manusia tidak terkecuali. Selama manusia hidup di dunia, terikat aturan-

aturan dunia (Sunnah Allah) yang melingkupnya. Karena disamping harus

mengabdi kepada Allah dalam hubungan antara pencipta dan yang dicipta

dalam satu kerangka (hablum min Allah). Manusia juga mempunyai

kewajiban berhubungan dengan sesama manusia (hablum min Annas).

Sebagai acuan berakhlak manusia harus bercermin pada akhlak

Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan (uswatun khasanah). Dalam berbagai

kegiatan hidup yang tidak pernah lepas dari bimbingan Allah.

Di kalangan umat Islam masalah yang penting ini sering kurang

digambarkan secara baik dan benar kalau dibandingkan dengan

penggambaran tentang syariat, terutama yang berhubungan dengan shalat;

sehingga akibatnya, karena tidak mengenal butir-butir akhlak menurut ajaran

Islam, dalam prakteknya tingkah laku kebanyakan orang Islam tidak sesuai

dengan akhlak Islami yang disebut dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh

Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.11

9 Husain Muzahiri, Pintar mendidik anak, Jakarta, Lentera Basritama, 1992, hlm. xiii 10 Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ahmad Al-Ansori Al-Qurtubi, Jami’ Ihkam al-Quran,

Jilid 9, Juz 17 – 18, (Beirut, Lebanon : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1993), hlm. 127. 11 Mohammad Daud Ali, S.H., Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo,

1998), hlm. 349.

5

Kehidupan manusia sejak zaman Nabi Adam AS sampai kepada nabi

Muhammad SAW. Dan bahkan sampai kini dan yang akan datang, kehidupan

manusia akan lebih baik apabila akhlaknya baik. Akhlak manusia tercipta dan

terbentuk dengan baik apabila mereka menerima al-Qur’an dan sunnah Rasul,

sebagai sumber hidup dan pedoman kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakatnya.12

Jika melihat masyarakat Indonesia saat ini yang bergerak menuju

kearah transformasi yang merupakan dampak dari modernisasi, peralihan

corak budaya yang cepat sehingga muncul kenakalan remaja. Kenakalan

remaja pada hakekatnya bukan suatu problema yang hadir dengan sendirinya

ditengah-tengah masyarakat, akan tetapi muncul karena keadaan yang

berkaitan baik itu. Karena kehidupan keluarga yang berantakan, lingkungan

yang buruk atau karena keresahan remaja sendiri yang disebabkan oleh

kompleksitas permasalahan yang timbul di sekitarnya.13

Dalam relasi antara anak dan orang tua secara kodrati itu tercakup

unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak dan

mendewasakannya, ditambah dengan adanya kemungkinan untuk dididik

pada diri anak tersebut, maka orang tua menjadi agen pertama dan berhak

menolong keturunannya, serta wajib mendidik anaknya.14

Setelah membaca suatu peristiwa seperti apa yang telah penulis

paparkan DR. Abdullah Nashih Ulwan memberikan sebuah alternatif dalam

karyanya yaitu kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam yaitu suatu pedoman dalam

mendidik anak, yang salah satu isinya menerangkan tentang metode

pendidikan anak. Dimana bentuk metode pendidikan yang ditawarkan oleh

Dr. Abdullah Nasih Ulwan yaitu : 15

1. Metode Pendidikan dengan Keteladanan.

12 K.H. Abdullah Salim, Akhlak Islam, (Jakarta Pusat : Media Dakwah, 1994), hlm. 7 13 Ahmad Ramadhan, Jurnal Tarbiyah (Urgensi Pendidikan Akhlak), Fakultas Tarbiyah

Sumatra Utara, hlm. 53. 14 Kartini Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai tujuan pendidikan Nasiaonal, Cet I,

(Jakarta : PT Prasya Paramita, 1987), hlm. 59.

6

2. Metode Pendidikan dengan Adat Kebiasaan.

3. Metode Pendidikan dengan Nasihat.

4. Metode Pendidikan dengan Pengawasan.

5. Metode Pendidikan dengan Hukum atau Sanksi.

Pandangan Nasih Ulwan tentang Metode Pendidikan Anak dalam

Islam masih bisa dikatakan aktual bahkan pemikirannya perlu dikembangkan

sampai sekarang ini.

Di dalam Islam orang tua wajib mulai mendidik anaknya sebelum

kelahiran. Puncak unsur pendidikan yang diarahkan Islam itu sebelum

kelahirannya adalah memilih jodoh yang terbaik.16 Karena itulah setiap lelaki

diharapkan memilih wanita yang shalihah sebagai isterinya, agar mampu

memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya.17 Sedangkan J dan E

Newson dalam penelitiannya th. 1977 mengatakan bahwa pendidikan anak di

mulai sejak lahir dan disini keluarga sangat berpengaruh sekali.18

Dalam hal ini penulis mempunyai keinginan untuk menelaah pemikiran

tentang pemikiran DR. Abdullah Nashih Ulwan tentang metode pendidikan

anak implikasinya terhadap pendidikan akhlak anak.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman, maka menurut penulis perlu

adanya penjelasan beragai istilah yang ada pada judul skripsi ini:

1. Metode

15 Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. x 16 . Muhammad Zuhaili, Op. Cit, hlm. 54. 17 Suharsono, Mencerdaskan Anak, cet. II, (Depok : Inisasi Pers, 2002), hlm. 99.

18 Adrienne Katz, You Can Teach Your Child to Read, terjemahan Liliana Wijaya, Membimbing Anak Belajar Membaca, (Jakarta : Arcan, 1995), hlm.145.

7

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perktaan yaitu meta dan

hodos, meta berarti melalui cara sedangkan hodos berarti jalan.19 Bahwa

metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan.20

2. Pendidikan Anak

Dalam kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan diartikan proses

pungubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan kepribadiaanya melalui upaya pengajaran atau

pelatihan.21 Pengertian anak menurut Zakiah Daradjat adalah manusia

yang berumur 0-12 tahun.22

Sedang menurut kalangan agama mengartikan anak tidak hanya

sebagai hasil proses biologis semata-mata tetapi sebagai kodrat Tuhan.23

Jadi pendidikan anak adalah suatu proses pengubahan sikap dan

tingkah laku pada manusia yang berumur 0–12 tahun yang tercipta sebagai

kodrat Tuhan dalam usaha mendewasakan kepribadiannya melalui upaya

pengajaran atau pelatihan.

Dalam perkembangan anak ini terbagi menjadi :

Usia 0-2 tahun : awal masa perhatian24 (masa asuhan).25

2-5 tahun : awal masa pendidikan dengan keteladanan26 dan

kebiasaan.27

(0-5 tahun disebut pendidikan pra sekolah)28

19 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. I, hlm. 61 20 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisis Psikologi, Filsafat dan

Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986), hlm. 39 21 Dep Dik Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994),

hlm. 346 22 Zakiah Daradjat, Pembinaan Mental Keagamaan dalam Keluarga, Sumarsono, Skon

dan Risman Misa, Keluarga Sakinah ditinjau dari Aspek Iman dan Ibadah, (Jakarta : BKKBN, 1982), hlm. 17.

23 Abu Ahmadi, Ilmu Jiwa Anak, cet I, (Semarang : Toha Putra, 1977), hlm. 19. 24 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembanga, edisi Ke-5, (Jakarta : Erlangga, t.th),

hlm. 77 25 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001),

hlm. 191 26 Elizabeth B. Hurlock, Op. Cit., hlm. 109

8

5-7 tahun : masa awal perkembangan jasmani/masa kanak-kanak

awal (infancy)29

7-12 tahun : awal masa pendidikan dengan nasehat dan hukuman.30

3. Implikasi

Didalam kamus Bahasa Indonesia implikasi diartikan sebagai

keterlibatan atau keadaan terlihat (manusia sebagai objek percobaan atau

penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya).31

4. Pendidikan Akhlak

Dalam kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan diartikan proses

pungubahan sikap dan tingklah laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan kepribadiaanya melalui upaya pengajaran atau

pelatihan. Akhlak berasal dari bahas Arab (اخالق) bentuk jamak dari

mufradnya khuluq (خلق) yang berarti budi pekerti. Sinonimnya etika dan

moral. Etika bersal dari bahasa Latin etos yang berarti kebiasaan. Moral

juga berasal dari bahasa Latin mores yang berarti pula kebiasaan.32

Jadi pendidikan akhlak adalah suatu proses pengubahan sikap dan

tingkah seseorang dalam usaha mendewasakan manusia yang melalui budi

pekerti atau tingkah lakunya tersebut yang dibawanya sejak lahir hingga

mencapai usia dewasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara

moral.

5. DR. Abdullah Nashih Ulwan

27 Ibid., hlm. 111 28 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris,

Juz I, t.th., hlm. 102 29 Ibid. 30 Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshori al-Qurtuby, Op. Cit., hlm. 128 31 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991),

hlm. 327. 32 Rahmad Djatmika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta : Pustaka Panji Mas,

1996), hlm. 26.

9

Merupakan seorang pemerhati anak dalam Islam dan salah satu

pemikir dalam dunia pendidikan. Yang kemampuannya diakui oleh pakar

pendidikan yang lain. Sebagaimana pengakuan Syeh Wahbi Sulaiman Al-

Ghawaji Al-Albani yang mengatakan saya belum oernah seorang

penulisyang mandiri didalam pembahasan- pembahasan pendidikan yang

penting ini dengan referensi pada tulisan-tulisan kaum muslimin secara

murni, tanpa mengambil referensi dari pendapat- pendapat mereka kecuali

dalam keadaan yang sangat terpaksa untuk maksud tertentu.33

C. Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang judul tersebut, maka peneliti

mengungkapkan beberapa pokok permasalahan yang perlu dikaji dalam

penelitian skripsi ini, yaitu:

a. Bagaimanakah metode pendidikan anak menurut DR. Abdullah Nashih

Ulwan itu?

b. Bagaimanakah implikasi metode pendidikan anak menurut DR. Abdullah

Nashih Ulwan terhadap pendidikan akhlak anak?

D. Tujuan Penelitian Skripsi

Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka ada beberapa tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui metode pendidikan anak menurut DR. Abdullah Nashih

Ulwan.

b. Untuk mengetahui implikasi metode pendidikan anak menurut DR.

Abdullah Nashih Ulwan terhadap pendidikan akhlak anak.

33 Ahmad Mazani, Meode Pendidikan Anak dalam Islam menurut Abdullah Nashih Ulwan

dalam Kitab Tarbiah Al-Aulad fi Al-Islam, Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang 2001/2002, hlm. 1

10

E. Telaah Pustaka

Kajian tentang pendidikan anak dalam Islam sudah banyak dilakukan

oleh pakar pendidikan .Dapat dikatakan bahwa hampir semua pembahasan

tentang ilmu pendidikan didalamnya mencakup pembahasan tentang metode

pendidikan

Dan setelah peneliti meninjau penelitian-penelitian atau skripsi-skripsi

ataupun tesis yang ada di IAIN Walisongo Semarang ini, peneliti menemukan

beberapa tulisan baik skripsi, tesis mapun karya-karya yang lain, diantaranya:

Pertama, kajian tentang Konsepsi Abdullah Nashih Ulwan tentang

metode pendidikan moral amnak dalam keluarga (telaah terhadap kitab

Tarbiyatul Aulad Fil Islam) ditulis oleh Ahmad Bahauddin, NIM 3197221,

lulus tahun 2002, yang menjelaskan tentang pendidikan anak dalam keluarga

yaitu pendidikan anak masa prenatal, pendidikan masa balita, pendidikan

moral masa sekolah yang meliputi tentang askek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Dan difokuskan pada keberhasilan pendidikan moral anak

dalam keluargadan konsep pendidikan anak dalam keluarga.

Kedua, Metode pendidikan anak dalam islam menurut Abdullah

Nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyah Al-Aulad Fil Al-Islam oleh Ahmad

Muzani NIM 520061, tesis program pasca Sarjana IAIN Walisongo lulusan

tahun 2001/2002. Dalam hal ini membahas tentang metode-metode

pendidikan anak yang meliputi: pertama, pendidikan keteladanan, kedua,

pendidikan dengan adat kebiasaan, ketiga pendidikan dengan nasehat,

keempat, pendidikan dengan memberikan perhatian/pengawasan, kelima

pendidikan dengan memberikan hukuman, penulis juga menjelaskan bahwa

metode ini dalam pelaksanaannya mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam tesis ini difokuskan hanya pada

metode pendidikan Nashih Ulwan saja.

Ketiga, Metode teladan dan nasehat dalam al-Qur’an implementasinya

dalam pendidikan akhlak pada anak, ditulis oleh Sudardi, NIM 3194197, lulus

tahun 2001, dalam skripsi ini dibahas tentang tinjauan umum pendidikan

11

akhlak pada anak yang meliputi gambaran tentang anak, pengertian

pendidikan akhlak, fungsi dan tujuan pendidikan akhlak, dasar dan tujuan

pendidikan akhlak pada anak dan materi pendidikan akhlak pada anak

.Dibahas pula tentang metode teladan dan nasehat yang difokuskan pada

pendidikan teladan dan nasehat dalam Al-Qur’an.

Keempat, Pentingnya pendidikan Islam sejak dini terjemahan dari kitab

Al-Isam Wa Asy Syabbab , oleh Dr. Muhammad Zuhaili yang diterjemahkan

oleh Arum Titisar SS, dalam buku ini menerangkan tentang pendidikan anak

sebelum remaja dan tanggung jawab orang tua terhadap anak serta dijelaskan

pula program ilsam dalam pendidikan anak dari memilih pasangan hidup

dengan baik. Perawatan bayi yang lahir hingga remaja . Disini Islam sangat

memperhatikan pendidikan, hal ini tampak pada metode pendidikan yang

diserukannya kepada kedua orang tua sedini mungkin, bahkan sejak anak

masih berada didalam kandungan, dan lebih jauh lagi sebelum pasangan

suami istri melangsungkan pernikahan. Maksudnya Islam juga mengatur

pemililhan pasangan yang baik untuk tujuan pendidikan.

Kalau dicermati dari skripsi, tesis, maupun buku yang ada yang pernah

ditulis mengenai metode pendidikan, bahwa skripsi yang khusus membahas

tentang metode pendidikan anak menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan

implikasinya terhadap pendidikan akhlak anak ini belum ada yang membahas

karena dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada metode pendidikan

anak yang implikasinya terhadap pendidikan akhlak anak. Sehingga dengan

metode pendidikan anak ini bisa tercipta akhlak yang mulia.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan suatu metode untuk

mempermudah penelitian, dimana suatu metode tersebut dapat mengesahkan

penelitian yang sesuai dengan penelitian yang ingin dicapai sehingga dapat

memperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan yang diteliti. Maka

dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data

12

Dalam pengumpulan data skripsi ini, peneliti menggunakan metode

kepustakaan atau Library Research yaitu mengumpulkan data atau karya

tulis ilmiah yang sesuai dengan objek penelitian atau penelitaian terhadap

bahan-bahan pustaka (pengumpulan data yang bersifat kepustakaan).

Dalam pengumpulan data kepustakaan ini, peneliti menggunakan sumber-

sumber data primer dan sekunder.

Sumber-sumber primer itu buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya

DR. Abdullah Nashih Ulwan, adapun sumber data skunder penulis

dapatkan dari buku-buku yang berkaitan dengan metode pendidikan anak

dan pendidikan akhlak. Seperti karya DR. Muhammad Zuhaili

“Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini”.

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan ilmiah dengan perincian terhadap objek yang diteliti

atau cara penanganan suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-

milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, untuk

sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya.34

Setelah pengumpulan data, tahap adalah analisis data. Dalam hal

ini peneliti menggunakan beberapa metode yang peneliti anggap

representatif untuk menyelesaikan pembahasan penelitian ini, diantaranya:

a. Metode Interpretatif

Metode Interpretatif adalah metode yang menggunakan karya

tokoh kemudian diselami, untuk menangkat arti dan nuansa yang

dimaksud secara khas.

b. Metode Komparatif

34 Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), hlm. 63.

13

Komparasi berarti berkenaan atau berdasarkan perbandingan.35

Jadi Metode Komparatif adalah suatu usaha untuk mencari pemecahan

melalui factor-faktor yang berhubungan dengan seberapa dekat dengan

meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi dan fenomena

yang diselidiki atau memperbandingkan antara satu fakta dengan fakta

yang lain.36

Untuk mendapatkan gambaran yang deskriptif tentang suatu

pemikiran peneliti menggunakan metode ini untuk membandingkan

antara beberapa pemdapat para ahli yang berkaitan antara pemikiran

yang satu dengan pemikiran yang lain. Akhirnya dapat diketahui yang

sebenarnya diantara beberapa pandangan tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi yang merupakan hasil penelitian ini akan ditulis dengan

sistemaka sebagai berikut:

1. Bagian Muka, terdiri atas halaman judul.

2. Bagian Isi, terdiri atas:

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Penegasan Istilah

3. Permasalahan

4. Tujuan Penelitian Skripsi

5. Telaah Pustaka

6. Metodologi Penelitian skripsi

BAB II : BIOGRAFI DR. ABDULLAH NASHIH ULWAN

1. Asal-usul DR. Abdullah Nashih Ulwan

2. Karya-karya DR. Abdullah Nashih Ulwan

35 Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Dekdikbud, 1988), hlm. 191. 36 Winarno Surachmad, Msc, Ed, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Teknik,

(Bandung: Transito, 1970), hlm. 143.

14

3. Latar Belakang Pendidikan DR. Abdullah Nashih Ulwan

4. Pengalaman Dr. Abdullah Nashih Ulwan

5. Setting Sosial

15

BAB III : PEMIKIRAN DR. ABDULLAH NASHIH ULWAN

TETANG METODE PENDIDKAN ANAK DAN

HUBUNGANNYA TERHADAP PENDIDKAN AHLAQ

ANAK

1. Pengertian Metode

2. Metode Pendidikan Anak Menurut DR. Abdullah Nashih

Ulwan

a. Metode Pendidikan dengan Keteladanan.

b. Metode Pendidikan dengan Adat Kebiasaan.

c. Metode Pendidikan dengan Nasihat.

d. Metode Pendidikan dengan Pengawasan.

e. Metode Pendidikan dengan Hukum atau Sanksi.

3. Pendidikan Ahlak bagi Anak

a. Pendidikan Ahlak dalam tinjauan definitive

1). Pengertian Pendidikan

2). Pengertian Akhlak

b. Dasar dan tujuan Pendidikan Akhlak pada Anak.

1). Dasar Pendidikan Akhlak

2). Tujuan Pendidikan Akhlak

c. Materi Pendidikan Akhlak

d. Metode Pendidikan Akhlak pada Anak.

BAB IV : ANALISIS PEMIKIRAN DR. ABDULLAH NASHIH

ULWAN TENTANG METODE PENDIDIKAN ANAK

DAN IMPLIKASIMYA TERHADAP PENDIDIKAN

AKHLAK ANAK.

BAB V : PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran-saran

3. Penutup

16

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nashih Ulwan DR., tth, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Drs. Jamaluddin Miri LC., Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, t.th.

Abdullah Salim K.H., Akhlak Islam, Jakarta Pusat : Media Dakwah, 1994.

Abi Abdullah Muhammad ibnu Ahmad al-Ansori al-Qurtubi, Jami’ Ihkam Al-Quran, Beirut, Lebanon, Kutub al-Ilmiyah, 1993.

Abu Ahmadi, Ilmu Jiwa Anak, Cetakan Pertama, Semarang : Toha Putra, 1977.

Abu Bakar Jabir El- Jazairi, Pola Hidup Muslim (Darul Fikri), Bandung: Remaja Rosdakarya. 1991.

Adrienne Katz, You Can Teach Your Child to Read, Terjemahan Liliana Wijaya, Membimbing Anak Belajar Membaca, Jakarta : Arcan, 1995.

Ahmad Muzani, Meode Pendidikan Anak dalam Islam menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Kitab Tarbiah Al-Aulad fi Al-Islam, Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang 2001/2002.

Ahmad Ramadhan, Jurnal Tarbiyah (urgensi Pendidikan Akhlak), Fakultas Tarbiyah – Sumatra Utara, t.th,

Ahmad Tafsir, DR., Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Asmaran As., Drs. M.A., Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Dep Dik Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Insdonesia, Balai Pustaka, 1991.

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembanga, edisi Ke-5, Jakarta : Erlangga, t.th.

Husain Muzahiri, Pintar mendidik anak, Jakarta: Lentera Basritama, 1992

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, edisi I, Cetakan I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.

J. Drost, tth, Willie Koen (ed), Menjadi Pribadi Dewasa dan Mandiri, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh (telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasul SAW), Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996.

17

Muhammad Zuhaili, DR., Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H. Ba’dillah Pres, 1999.

Kartini Kartono, DR., Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasiaonal, Jakarta: PT. Prasya Paramita, 1987.

Mohammad Daud Ali, Prof, S.H., Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo, 1998.

Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta : AK Group dan Indra Buana, 1995.

Rahmad Djatmika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996.

Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I, t.th.

Suharsono, Mencerdaskan Anak, cet. II, Depok : Inisasi Pers, 2002.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1992.

Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Dekdikbud, 1988.

UU RI no. 2, 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab. VIII, Sumberdaya Pendidikan, Pasal 33.

Winarno Surachmad, Msc, Ed, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Teknik, Bandung: Transito, 1970.

Zakiah Daradjat, Pembinaan Mental Keagamaan dalam Keluarga, Sumarsono, Skon dan Risman Misa, Keluarga Sakinah ditinjau dari Aspek Iman dan Ibadah, Jakarta: BKKBN, 1982.

18

PROPOSAL SKRIPSI

METODE PENDIDIKAN ANAK

MENURUT DR. ABDULLAH NASHIH ULWAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

Disusun Oleh:

Nama : Rodhiyah N I M : 3199053

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2003

19

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................ vi DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Penegasan Istilah .......................................................... 6

C. Permasalahan ................................................................ 9

D. Tujuan Penelitian Skripsi ............................................. 9

E. Telaah Pustaka .............................................................. 9

F. Metodologi Penelitian skripsi ....................................... 11

G. Sistematika Penulisan ................................................... 13

BAB II : BIOGRAFI DR. ABDULLAH NASHIH ULWAN

A. Asal-usul DR. Abdullah Nashih Ulwan ........................ 15

B. Karya-karya DR. Abdullah Nashih Ulwan ................... 16

C. Latar Belakang Pendidikan DR. Abdullah Nashih

Ulwan ............................................................................ 20

D. Pengalaman Dr. Abdullah Nashih Ulwan .................... 20

E. Setting Sosial ................................................................. 20

BAB III : PEMIKIRAN DR. ABDULLAH NASHIH ULWAN

TETANG METODE PENDIDKAN ANAK DAN

HUBUNGANNYA TERHADAP PENDIDKAN

AHLAQ ANAK

A. Pengertian Metode ........................................................ 23

20

B. Metode Pendidikan Anak Menurut DR. Abdullah

Nashih Ulwan................................................................ 23

1. Metode Pendidikan dengan Keteladanan. ................. 24

2. Metode Pendidikan dengan Adat Kebiasaan............. 29

3. Metode Pendidikan dengan Nasihat. ......................... 3

4. Metode Pendidikan dengan Pengawasan. .................

5. Metode Pendidikan dengan Hukum atau Sanksi.......

C. Pendidikan Ahlak bagi Anak........................................

1. Pendidikan Ahlak dalam tinjauan definitive .............

a. Pengertian Pendidikan .........................................

b. Pengertian Akhlak ................................................

2. Dasar dan tujuan Pendidikan Akhlak pada Anak......

a. Dasar Pendidikan Akhlak ....................................

b. Tujuan Pendidikan Akhlak ...................................

3. Materi Pendidikan Akhlak ........................................

4. Metode Pendidikan Akhlak pada Anak.....................

BAB IV : ANALISIS PEMIKIRAN DR. ABDULLAH NASHIH

ULWAN TENTANG METODE PENDIDIKAN ANAK

DAN IMPLIKASIMYA TERHADAP PENDIDIKAN

AKHLAK ANAK. .............................................................

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................

B. Saran-saran ....................................................................

C. Penutup..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

21

M O T T O

يهاالذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها غال يأ

ظ شداد اليعصونااهللا ماامراهم ويفعلون مايؤمرون

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar , yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahNya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”