BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0611020_bab2.pdf ·...
-
Upload
truongliem -
Category
Documents
-
view
233 -
download
4
Embed Size (px)
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0611020_bab2.pdf ·...

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka
1. Rujukan (Konsep Sejenis)
Jamur adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil dan hidup subur
pada musim-musim tertentu. Jamur di Indonesia banyak kita jumpai dan banyak
sekali jamur yang bisa dijadikan sebagai salah satu sumber makanan tetapi, tidak
banyak jamur juga yag beracun dan membahayakan bila dikonsumsi oleh
manusia. Selain segi manfaatnya jamur juga memliki bentuk yang sangat unik dan
berbeda dari tumbuhan yang lainnya, dari alasan itulah penulis tertarik untuk
mengimplementasikan bentuk jamur kedalam suatu karya seni, melalui karya seni
ini diharapkan pesan seniman tentang keunikan bentuk jamur ini bisa
tersampaikan kepada masyarakat yang melihatnya. Sebab dari itu, dalam proses
penciptaan karya seni tersebut memerlukan peninjauan terkait jamur, yaitu tidak
lepas dari kajian serupa yang pernah di buat sebelumnya.
Salah satu kajian terdahulu yang membahas tentang jamur adalah Syaiful
Aulia Garibaldi melalui pameran tunggalnya yang berjudul Ragnum Fungi.
Regnum Fungi yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti kerajaan jamur/dunia
jamur merupakan tajuk dari pameran tunggal pertama Syaiful Aulia Garibaldi.
Sebagai terminologi yang lebih dikenal dalam ilmu Biologi penggunaan Regnum
Fungi sebagai tajuk pameran ditujukan untuk menandai keberagaman dari riset
dan eksplorasi terhadap berbagai jamur yang telah ia lakukan. Serta penjelajahan
artisitik yang ia dapatkan selama mendalami dan berinteraksi dengan disiplin ilmu
yang lain. Pada pameran ini Regnum Fungi menjadi judul dari serangkaian karya

5
drawing, etsa, instalasi dan video dokumentasi dari perjalanan riset dan studi S A.
Garibaldi selama hampir 2 tahun terakhir dalam menyelami dunia fungi atau
jamur sebagai karya tunggal.
Gambar 2.1 "abiogenesis: terhah landscape #2”
Sumber: https://indoartnow.com/exhibitions/a-solo-exhibition-of-syaiful-aulia-garilbaldi
Gambar 2.2 " abiogenesis: terhah landscape #4”
Sumber: https://indoartnow.com/exhibitions/a-solo-exhibition-of-syaiful-aulia-garilbaldi

6
a. Jamur
Jamur yang dalam bahasa daerah (Sunda) dikenal dengan sebutan supe
atau dalam bahasa Inggris disebut mushroom termasuk golongan fungi atau
cendawan. Menurut masyarakat awam, jamur adalah tubuh buah yang dapat
dimakan. Sementara menurut ahli mikologi, jamur atau mushroom adalah
fungi yang mempunyai bentuk tubuh buah seperti paying. Struktur
reproduksinya berbentuk bilah (gills) yang terletak pada permukaan bawah
dari payung atau tudung. Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil
dan termasuk ordo Agaricales dan kelas Basidiomycetes (Meity Suradji
Sinaga, 2000: 1).
Kehidupan jamur berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian
akan berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa
ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari kumpulan
hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang
menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut
berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal dengan stadia kepala jarum
(pinhead) atau primordial. Simpul ini akan membesar dan disebut stadia
kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus
membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia
ini tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai
membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan
(elongation). Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus)
karena erpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir adalah stadia dewasa tubuh
buah (Meity Suradji Sinaga, 2000: 1-2).

7
b. Ciri-Ciri Umum Jamur
Jamur hanya tumbuh pada waktu dan kondisi tertentu, dan lama
hidupnya terbatas. Contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-
kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. Namun, jamur segera mati
setelah musim kemarau tiba (Sheila Wijaya, 2014: 19).
Bentuk Jamur Mirip dengan tumbuhan, tetapi tidak memiliki daun dan
akar yang sejati, juga tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat
memlakukan fotosintesis. Untuk itulah, jamur digolongkan atau
diklasifikasikan tersendiri, tidak digolongkan tumbuhan atau hewan (Sheila
Wijaya, 2014: 19).
Gambar 2.3 "Bagian Jamur”
Sumber: Buku Muchroji, Cahyana YA, “Budi Daya Jamur Kuping”. Tahun 2000
c. Struktur Tubuh Jamur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu
sel, misalnya khamir. Ada pula pula jamur yang multiseluler, yang
membentuk tubuh buah besar, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun

8
dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh
buah (Sheila Wijaya, 2014: 19).
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membrane plasma dan sitoplasma
hifa, sitoplasma mengandung organel eukarotik (Sheila Wijaya, 2014: 21).
Kebanyakan, hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
terkadang inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, ada pula hifa
yang tidak bersepta atau hifa senositik (Sheila Wijaya, 2014: 21).
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali,
yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang
bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria, yang
merupakan organ penyerap makanan dari substrat, haustoria dapat menembus
jaringan substrat (Sheila Wijaya, 2014: 21).

9
Gambar 2.4 "Sirklus Hidup Jamur”
Sumber: Buku Muchroji, Cahyana YA, “Budi Daya Jamur Kuping”. Tahun 2000

10
d. Jamur Merang dan Shitake
a. Jamur Merang
Gambar 2.5 Jamur Merang
Sumber: http://www.jevuska.com/2012/12/03/
macam-macam-jamur-dan-gambarnya/
11/10/2015 15.51 WIB
Jamur Merang umumnya tumbuh pada media yang merupakan sumber
selulosa, misalnya pada tumpukan Merang, dekat limbah penggilingan padi,
limbah pabrik kertas, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu,
sisa kapas, kulit buah pala, dan sebagainya. Walaupun tidak tumbuh pada
media merang, nama volvariella volvaceae selalu diartikan jamur Merang
(Meity Suradji Sinaga, 2000:11).
Tubuh buah yang masih muda berbentuk bulat telur, berwarna cokelat
gelap hingga abu-abu dan dilindungi selubung. Pada tubuh buah jamur

11
Merang dewasa, tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat tua
keabu-abuan dengan bagian batang berwarna coklat muda. Jamur Merang
yang dijual untuk keperluan konsumsi adalah tubuh buah yang masih muda
yang tudungnya belum berkembang (sumber:
id.m.wikipedia.org/wiki/Jamur_merang).
Secara umum jamur ini memiliki tudung yang berbeda-beda
tergantung varietesnya. Tetapi jamur yang dewasa memilki tudung dengan
diameter 5-14 cm dengan berbentuk bulat telur kemudian terlihat cembung
memiliki permukaan kering, serta memiliki warna yang bervariasi mulai dari
warna coklat, putih, keabu-abuan dan kehitaman.
Jamur Merang juga memiliki tangkai yang berbeda-beda tergantung
dengan pertumbuhan jamur tersebut, karena kondisi lingkuangan juga
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan jamur Merang. Tangkai jamur
Merang memiliki panjang 3-8 cm, biasanya di bagian dasar berwarna putih,
kuat dan juga licin.
Selain itu jamur ini juga memiliki spora berwarna merah jambu ,
menjorong dan licin. Spora jamur ini memiliki garis-garis yang berbentuk
seperti kipas angin dan juga terdapat cincin membulat di bagian spora
tersebut.
Jamur Merang juga memilki cawan yang menutupi bagian tangkai
dasar mendekati tanah dengan bentuk yang unik yaitu membulat dan
mencorong bagian atas. Cawan ini memilki ukuran yang berbeda-beda juga
tergantung dengan pertumbuhan tanamannya. Cawan ini juga memilki warna

12
yang sangat beragam dari warna coklat, putih kekuningan dan juga memilki
warna yang buram.
Di bagian bawah jamur ini memiliki akar yang tipis, memilki ukuran
sekitar 2-5 cm dan menembuh permukaan tanah. Akar ini berperan penting
dalam penyerapan unsur air yang berada di dalam tanah.
b. Jamur Shitake (Lentinula edodes)
Gambar 2.6 Jamur Shitake (Lentinula edodes)
Sumber: http://www.jevuska.com/2012/12/03/
macam-macam-jamur-dan-gambarnya/
11/10/2015 15.49 WIB Shitake, Lentinula edodes, atau Hioko, adalah jamur pangan asal Asia
Timur yang terkenal di seluruh dunia. Namanya diambil dari bahasa Jepang.
Shitake secara harfiah berarti jamur dari pohon Shii (Castanopsis cuspidate).
Batang pohon Shii yang sudah lapuk merupakan tempat tumbuh jamur ini.
Pada umumnya Shiitake digunakan sebagai bahan pangan. Shitake saat ini
menajadi jamur ke-3 terbesar diproduksi diseluruh dunia setelah champignon
(agaricus) dan tiram (pleurotus) (Netty Widyastuti, 2009:7).

13
Jamur Shitake tumbuh dipermukaan batang kayu yang melapuk dari
pohon castanopsi cuspidate , Castana crenata (kastanye), dan sejenis pohon
Quercus acustissima. Batang dari tubuh buah sering melengkung, karena
Shitake tumbuh ke atas dari permukaan batang kayu yang diberdirikan,
Payung terbuka lebar, berwarna coklat tua dengan bulu-bulu halus dibagian
atas permukaan payung, sedangkan bagian bawah paying berwarna putih
(sumber: id.m.wikipedia.org/wiki/Shiitake).
Tudung pada bagian kepala jamur Shitake ini terdapat motif retak-
retak seperti bungan yang mau mekar, mempunyai diameter rata-rata 5-12,
berbentuk cembung seperti bola dan memiliki putting kecil pada bagian
tengahnya., permukaan kering, berserat dengan kulit besisik dan berwarna
pucat smpai coklat kemerahan. Di Indonesia kadang jamur ini dinamakan
jamur jengkol, karena ketika dicium aroma jamur ini seperti jengkol, selain itu
jamur ini bila dimakan rasanmya kurang lebih seperti pete.
Bagian bilah bawah tudung berwarna keputihan, warna berubah
menjadi cokelat kemerahan apabila mengalami luka memar, dan berubah
menjadi kecoklatan apabila umurnya semakin bertambah.
Pada batang/tangkai jamur ini memiliki panjang 3-5cm, dengan
diameter 8-13mm, hampir sama atau agak lebih membesar sebagian dasarnya,
padat dan juga kuat.

14
2. Referensi (Kajian Teori Seni Rupa)
a. Komponen Karya Seni
Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya
seni kepada masyarakat atau penikmat seni (Nooryan Bahari, 2008: 22).
Dalam seni yang bersifat menggambarkan atau berbentuk, maka temanya
adalah alam. Tetapi dalam seni abstrak yang tidak menggambarkan apa-apa,
subject matter atau tema berupa idea atau konsep-konsep intelektual yang lebih
sulit dimengerti bila dibandingkan dengan tema-tema yang didasarkan atas suatu
objek atau fakta (P. Mulyadi, 1998: 28).
Subejct matter dalam karya ini adalah penulis memvisualisasikan
keindahan bentuk bentuk jamur menurut ide dan proses kreatif penulis dalam
menuangkannya. Penulis tertarik untuk membuat tema tentang jamur dan
memvsiualisasikanya ke dalam seni grafis teknik cetak saring. Bentuk yang
penulis tampilkan adalah pemggambaran dari ide sang penulis yang kemudian
diolah berdasarkan pengalaman estetis penulis.
b. Ide Penciptaan
1. Subject Matter (Tema Pokok)
Penulis menemukan ide tentang jamur sebagai tema dalam penciptaan
karya seni grafis karena jamur merupakan tumbuhan yang bentuknya unik,
selain itu hidup tumbuh jamur tergantung dengan cuaca yaitu tumbuh subur
pada keadaan yang lembab dan mati pada keadaan lingkungan yang kering.
Selain itu juga jamur memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai bahan
makanan pokok yang bisa dikonsumsi oleh manusia, alasan itulah yang

15
membuat penulis menjadikan jamur sebagai tema dalam penciptaan karya seni
grafis.
2. Bahan atau material
Bahan atau material dalam dunia seni dikenal dengan "medium", pada
dasarnya merupakan sesuatu yang kongkrit atau nyata–nyata ada. Oleh sebab itu
seringkali dinyatakan bahan atau material menjadi sesuatu mutlak perlu dan
bersifat pengikat (P. Mulyadi, 1998: 17 – 18). Dalam pembuatan karya ini
penulis menggunakan bahan yaitu cat rubber, screen dengan kerapatan T61,
rakel (alat gesut), photoxol, photoxol remover, dan kertas sebagai media
ekspresi penulis menyampaikan ide tentag tema jamur dalam visualisasi seni
grafis.
3. Teknik
Teknik yang digunakan penulis adalah seni grafis dengan teknik cetak
saring karena dari berbagai teknik yang berada dalam cabang seni grafis teknik
inilah yang penulis kuasai dan penulis sering mendapatkan pekerjaan di luar
kampus dibidang sablon/cetak saring.

16
c. Prinsip Organisasi Unsur-Unsur Rupa
Prinsip dasar seni rupa antara lain meliputi kesatuan (unity), keseimbangan
(balance), keselarasan (ritme), penekanan (domination).
Kesatuan atau keutuhan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa.
Kesatuan dapat juga disebut keutuhan seluruh bagian-bagian atau semua unsur
menjadi satu kesatuan. Tanpa adanya satu kesatuan, sebuah karya seni tidak
sempurna atau tidak enak untuk dilihat. Prinsip kesatuan sesungguhnya "adanya
saling hubungan" antar unsur yang disusun di dalam karya seni (Sadjiman Ebdi
Sunyoto, 2009: 213). Kesatuan yang penulis ciptakan dalam tema ini adalah
penggabungan objek jamur dan background dengan warna-warna blok dan gradasi
akan tampak menarik apabila dipadukan.
Tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian
merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik
tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal (Mikke Susanto. 2012:175).
Dalam karya ini penulis juga menggunakan ritme yang muncul dari penggunakan
bentuk yang diulang-ulang dan bersifat konsisten.
Keseimbangan merupakan suatu keadaan, semua bagian sebuah karya seni
tidak ada yang lebih dibebani. Sebuah karya seni dikatakan seimbang manakala di
semua bagian pada karya bebannya sama, sehingga pada karya tersebut akan
membawa rasa tenang dan enak dilihat, di dalam keseimbangan ada keseimbangan
simetri (symmetrical balance), keseimbangan memancar (radial balance),
keseimbangan sederajat (obvious balance) (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 237).

17
Keseimbangan yang penulis ciptakan dalam karya ini adalah
keseimbangan asimetris karena bertujuan untuk membuat karya tidak kaku dan
enak dilihat.
Dominasi dalam karya seni disebut sebagai keunggulan, keistimewaan,
keunikan, keganjilan, dan kelainan.Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar
tata rupa yang harus ada pada karya seni, agar diperoleh karya seni yang artistik
atau memiliki nilai seni.Jadi dominasi bertugas sebagai pusat perhatian dan daya
tarik (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 225). Penekanan yang penulis munculkan
dalam karya ini adalah dari bentuk jamur dengan pengulangan-pengulangan dari
bentuk jamur itu sendiri.
d. Unsur – Unsur Visual
1. Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki
dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang, pendek, halus, tebal,
berombak melengkung, serta lurus.Hal inilah yang menjadi ukuran garis.Garis
memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjang-pendek, tinggi-
rendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal,
diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak (Mikke
Susanto, 2011: 148).
Dalam karya ini terdapat perpaduan dari beberapa garis sebagai pembatas
antara beberapa warna. Diantaranya horizontal, veertikal dan diagonal. Serta
penggunaan garis-garis tebal untuk penekanan bentuk jamur.

18
2. Bidang
Bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi
panjang dan lebar serta menutup permukaan (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009: 103).
Bidang geometrik dan non geometrik, selain kedua bidang tersebut
terdapat bidang yang bersifat maya, yaitu bidang yang seolah meliuk, bentuk
bidang yang seolah miring membentuk sudut, bentuk bidang yang seolah
bersudut-sudut, dan bentuk bidang gabungan (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009:104)
Dalam karya ini penulis menggunakan bidang non geometrik karena
menyesuaikan bentuk jamur yang berbeda-beda.
3. Warna
Tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna, itu pun berlaku pada
karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak akan menampakkan
warna. Warna merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena
adanya cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009:
12).
Penulis menggunakan warna primer dan perpaduan antara warna tersebut
dan menghasilkan warna baru, sehingga karya penulis terkesan berwarna dan
menarik apabila dilihat oleh mata.
e. Komposisi Dalam Karya Seni
Komposisi adalah kombinasi dari berbagai elemen seni rupa untuk
mencapai integrasi antara garis, warna, bidang, dan unsur-unsur karya seni yang
lain untuk mencapai susunan yang dinamis, termasuk tercapainya keseimbangan
yang indah juga menarik (Mikke Susanto, 2011: 22)

19
Komposisi dalam sebuah karya seni dibagi menjadi 4 macam yaitu,
komposisi terbuka, komposisi tertutup, komposisi piramida, dan komposisi
piramida terbalik. Komposisi terbuka, suatu komposisi dalam ruang di mana objek
gambar tekesan menyebar, meluas dari pusat bidang. Komposisi tertutup, objek
gambar seolah-olah mengumpul, menyempit sehingga terlihat adanya
pengelompokan objek gambar kedalam pusat bidang atau ruang. Komposisi
piramida, komposisi yang peletakan objek gambar dalam suatu bidang komposisi
yang membentuk susunan segitiga di mana puncaknya berada di atas. Komposisi
piramida terbalik, adalah kebalikan dari komposisi piramida, di mana puncaknya
segitiga berada di bawah, sedang alas berada di atas (Arfial Arsad Hakim, 1997:
37). Komposisi pada karya penulis akan menggunakan komposisi tertutup yaitu
komposisi dalam ruang di mana objek gambar tekesan mengumpul dan
menempati salah satu ruang.
f. Perubahan Wujud Dalam Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan
konsep, tema, dan latar belakang seniman. Perubahan susunan yang dilakukan
dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan hal yang baru, sehingga
menghasilkan figur semula atau yang sebenarnya, yang seperti ini biasa disebut
dengan istilah deformasi. Adapun cara pengubahan bentuk antara lain, seperti
simplikasi atau penyederhanaan, distorsi atau pembiasan, destruksi atau
perusakan, stilasi atau penggayaan, dan kombinasi semua susunan bentuk terebut
(Mikke Susanto, 2011: 98). Perubahan wujud yang dilakukan penulis oleh
karyanya yaitu perubahan warna dan sedikit deformasi pada bentuk jamur.

20
B. Sumber Ide (Rujukan Karya)
Penulis terinspirasi oleh karya dari Katsushika Hokusai yang berjudul
Kirifuri Waterfall at Kurokami Mountain in Shimotsuke. Hokusai adalah seorang
seniman, pelukis, pemahat dan terutama seniman grafis dengan teknik ukiyo-e
pada zaman edo/Jepang. Penulis terinspirasi oleh karya ini karena banyak sekali
bentuk biomorphic yang terdapat karya ini, sehingga sangat berguna sekali dalam
membentuk untuk mencipkan karya pada bagian-tubuh jamur dan juga tudung
jamur. Sehingga secara tidak langsung penulis tertarik pada ciri fisik atau gambar
yang ditampilkan oleh sang seniman itu.
Gambar 2.7 Kirifuri Waterfall at Kurokami Mountain in Shimotsuke
Sumber gambar http://ukiyo-e.org/image/metDP141256
17/9/2015 21.50
Selain karya diatas penulis juga terinspirasi oleh Vincent Willem van
Gogh seniman impresionis yang berasal dari Belanda. Penulis terinspirasi oleh

21
karya sunflowers yang sangat ekspresif dan mempunyai komposisi yang bagus,
selain itu bannyak sekali cerita yang tersirat dalam karya-karya Van Gogh yang
melukiskan tentang bunga matahari yang sedang mekar.
Dibalik setiap karyanya Van Gogh selalu mengalami pengalaman spiritual
yang dia sampaikan pada karyanya, diantaranya beberapa karya yang melukiskan
bunga matahari ini di sebagian masyarakat inggris memilki sejarah panjang
sebagai simbol jiwa Kristen. Di inggris sendiri motif bunga matahari begitu
popular dengan arsitek dan desainer dari gerakan Aesthetic.
Gambar 2.8 sunflowers
Sumber gambar http://www.google.co.id/search?q=karya+vangogh
17/9/2015 21.55
Dari situlah penulis terinspirasi oleh karya Van Gogh “sunflower”,dan
berharap dari proses yang dialami Van Gogh penulis bisa terinspirasi dan juga
bisa menjadikan jamur sebagai karya yang bisa diterima dikalangan masyrakat .

22
a. Seni Grafis
Grafis berasal dari graphein menulis atau menggambar (yun). Seni (cetak)
grafis merupakan pengubahan gambar dua dimensi kedua dimensi yang lain
melalui proses cetak-mencetak manual dengan menggunakan material tertentu,
bertujuan untuk memperbanyak karya si seniman, sebanyak-banyaknya minimal 2
hasil cetakan (Mikke Susanto, 2011: 162).
Seni Grafis pada dasarnya menitik beratkan pada teknik cetak mencetak,
sebagai usaha untuk dapat memperbanyak atau melipatgandakan sesuatu, baik
gambar ataupun tulisan dengan cara tertentu pula. Kita banyak mengenal prinsip-
prinsip dasar tentang proses cetak mencetak seperti: cetak tinggi, cetak datar,
cetak saring, dan banyak lagi lainnya (Dharsono Sony Kartika, 2004: 37)
Seni grafis termasuk bagian seni murni yang berwujud dua dimensional
yang dihasilkan melalui proses cetak. Kelebihan dari seni grafis adalah karya
dapat dilipat gandakan tanpa mengurangi orisinalitasnya. Teknik seni grafis antara
lain, cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring (Nooryan Bahari,
2008: 83).
b. Cetak Saring
Cetak saring (serigrafi) adalah teknik cetak dengan acuan cetak yang
terbuat dari kain nylon atau monyl yang dilapisi obat afdruk, sehingga ketika
dilakukan penyinaran, bagian-bagian yang tidak kena sinar secara langsung akan
berlubang yang nantinta dilewati tinta cetak dan yang akan tercetak dalam proses
pencetakan (Nooryan Bahari, 2008:84).

23
Gambar 2.9 Contoh karya cetak saring buatan Jerry Kearns berjudul “Détente”
Sumber gambar: http://www.1stdibs.com/art/prints-works-on-paper/portrait-
prints-works-on-paper/jerry-kearns-detente-jerry-kearns-
pop-art-silkscreen-screenprint/id-a_92924/
11/9/2015 08.00
Proses cetak saring biasa disebut teknik sablon. Proses pembuatan cetak
saring melalui tahapan pembuatan dari bahan screen, yaitu lain yang dilapisi
bahan peka cahaya. Disebut cetak saring karena tinta yang terdapat di atas
permukaan screen akan tersaring melalui pori-porinya menembus permukaan
kertas atau media lain yang dikehendaki, misalnya kain dan benda-benda
berpermukaan datar lainnya (Tri Edy Margono, 2010: 113).
c. Alat dalam Proses Cetak Saring
Alat yang biasa digunakan untuk proses cetak diantara yaitu rakel (alat
untuk menggesut), screen (media penyaring cat), rubber, photoxol (untuk melapisi
screen agar pekat cahaya), pigmen.

24
1. Screen
Terdiri dari kerangka kayu dan monyl atau kain sutera yang
digunakan untuk mencetak gambar pada benda yang akan disablon. Kain ini
berpori-pori dan bertekstur sangat halus menyerupai kain sutera.
Foto 2.10 Screen Sablon
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016
2. Rakel
Rakel merupakan alat yang digunakan untuk menggesut zat warna ke
atas permukaan kain atau media cetak. Terbuat dari karet yang dijepit pada
kayu atau aluminium. Ada 5 jenis rakel yaitu rakel tumpul, bulat, lancip,
miring dan persegi.

25
Foto 2.11 Rakel
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016
3. Rubber
Adalah bahan untuk pencampuran warna sablon sifat dari rubber
adalah yang menumpang dan menutupi kain atau kertas sepenuhnya.
Foto 2.12 Rubber
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016
4. Pigmen
Cat atau pewarna yang digunakan untuk bahan cetak yang berwarna
terang, tetapi biasanya pigmen hanya digunkan untuk campuran membuat
warna pada gambar.

26
Foto 2.13 Pigmen
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016
5. Photoxol
Photoxol yaitu obat afdruk sablon, yang fungsinya melapisi serat-serat
screen agar tertutup.
Foto 2.14 Photoxol
Sumber: http://sablonku.wordpress.com, 13/6/2016 11.15