BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen kepengurusan masjid yang profesional sekarang ini
sangat diperlukan dan diharapkan. Realita yang ada menunjukkan bahwa
sedikit sekali orang-orang yang mampu menata dan mengelola masjid
dengan baik. Ini terbukti dengan banyaknya masjid yang berdiri dengan
megah, tetapi masjid-masjid tersebut terabaikan dan tidak terurus dengan
baik. Hal itu disebabkan masih rendahnya SDM (Sumber Daya Manusia)
yang benar-banar mampu menata dan mengelola masjid, sehingga masjid
hanya dijadikan sebagai tempat shalat (beribadah kepada Allah SWT)
semata.
Sebagai contoh yang dapat kita jadikan gambaran bahwa peran
masjid sangat penting bagi kehidupan umat Islam ialah sejarah masjid di
zaman Nabi Muhammad SAW. Masjid pada masa itu, disamping masjid
sebagai tempat ibadah, juga sebagai pusat kebudayaan umat Islam khususnya
dan pusat kehidupan umat Islam umumnya, (Gazalba, 1994: 117). Dalam
perjalanan hijrah ke Yasrib (Madinah), hal utama yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW adalah mendirikan masjid. Hal ini terbukti ketika beliau
sampai di desa Quba’ segera mendirikan masjid di desa tersebut. Masjid
2
tersebut dinamakan masjid Quba’, yang merupakan masjid yang pertama kali
dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.
Setelah tiba di kota Yasrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW resmi
menjadi pemimpin penduduk kota itu. Nabi Muhammad SAW mempunyai
kedudukan, bukan saja sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala
negara. Untuk memperkokoh masyarakat dan negara yang baru itu, beliau
segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama
yang beliau lakukan ialah pembangunan masjid, selain untuk tempat ibadah,
juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan
mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi, masjid juga berfungsi
sebagai tempat pemerintahan (Yatim, 1993: 25).
Bagi umat Islam, masjid sebenarnya merupakan pusat dari segala
kegiatan untuk menumbuhkan situasi marhamah, seperti yang dikatan oleh
M. Natsir:
Masjid adalah lembaga risalah, lembaga penyusunan jamaah mu'min yang dalam kasih cintanya antara satu dengan yang lain ibaran badan yang satu yang salah satu dari anggotanya bisa mengadukan halnya, seluruh badan itu berhamburan, bersiap sedia untuk melindungi dan mempertahankannya.
Masjid adalah lembaga risalah tempat mencetak umat yang beriman, beribadah menghubungkannya jiwa dengan kholiq, umat yang beramal shalih dalam kehidupan bermasyarakat, umat yang berwatak, berakhlak teguh (Harahap, 1996: 6).
Disamping itu, masjid juga merupakan sebuah tempat yang dapat
memperkenalkan antara sesama manusia, sehingga bisa saling memahami
dan tukar pendapat (take and give) antara jama'ah satu dengan yang lain.
3
Sesunggunhnya kebersatuan umat Islam akan tampak seperti persaudaraan di
jalan Allah SWT yang tidak membedakan ras atau golongan diantara sesama
manusia.
Dengan melihat arti penting masjid di atas, sangat dibutuhkan orang-
orang yang benar-benar mampu mengelola masjid dengan baik, sehingga
masjid bisa berfungsi sebagaimana masjid di zaman Rosulullah SAW. Dalam
hal ini pengetahuan tentang menejemen sangat diperlukan oleh orang-orang
yang termasuk dalam kepengurusan masjid.
Kepengurusan masjid yang sudah tertata rapi, dapat menciptakan
masjid bukan saja sebagai tempat seorang hamba untuk beribadah kepada
Robnya, melainkan dapat juga digunakan untuk membentuk kelompok-
kelompok kajian ilmu, mensosialisasikan tugas-tugas kemasyarakatan,
bermusyawarah, saling tukar pendapat, saling memberi nasihat (taushiyyah)
dan juga dapat memperbaharui jiwa-jiwa manusia dengan memotivasi untuk
giat beraktivitas, (Ath-Thahan, 1996: 198).
Di zaman sekarang ini, banyak sekali masjid yang didirikan baik di
pedesaan bahkan di perkotaan yang terkenal dengan kebebasan.1 Dalam
proses penelitian juga tidak sedikit masjid-masjid yang berdiri atas swadaya
masyarakat yang sadar dan mengerti akan hidup beragama. Tinggal kini
bagaimana kepengurusan masjid-masjid yang sudah ada itu, sehingga
masjid-masjid tersebut sebagai tempat ibadah dalam arti sempit untuk
1. Di Indonesia, pembangunan masjid itu ada yang dipelopori oleh pemerintah melalui
dana yang dikumpulkan dalam "Amal Bakti Muslim Pancasila" dengan ratusan masjid yang berdiri dengan bentuk yang sama, (Yayasan Masjid Al-Falah, 1995).
4
melakukan shalat, namun juga sebagai tempat ibadah dalam arti luas yaitu
sebagai tempat pembinaan masyarakat sekitarnya untuk membina lingkungan
hidup sejahtera, bagaimana masyarakat sekitarnya dapat tercipta "qalbun
mu'alaqun fiil masaajid" seperti yang disabdakan Rasulallah SAW.
(Kenangan Masjid Al-Falah, 1985-1995: 5)
Seperti yang telah dipaparkan di atas, untuk menciptakan hati umat
Islam agar selalu terkait dan nyaman tinggal di masjid, maka masjid harus
benar-benar dikelola oleh orang-orang yang profesional (mampu mengelola
masjid) dan benar-benar ikhlas karena mengharap ridlo Allah SWT,
sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat
18 sebagai berikut:
ةال الصامقأ ورخألا مويال واهللا بنم أن م اهللاداجس مرمعا يمنإ
نوا منوكـ ين أكئولى أسع فاهللاال إشخ يمل واةآى الزتأو
}18: التوبة{.نيدتهمال
Artinya:
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah SWT itu
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari
akhir dan (tetap) mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan tidak
takut (kepada siapapun) kecuali hanya kepada Allah SWT, maka
mudah-mudahan mereka itulah yang menjadi orang-orang yang
mendapat petunjuk. (at-taubah: 18), (Depag RI: 180).
5
Ayat di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa
pembangunan masjid merupakan manifestasi keimanan seseorang, dan hanya
orang-orang yang beriman dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah SWT
saja yang sanggup mengelola dan memakmurkan masjid. Jadi, masjid yang
tidak makmur dan sepi menandakan dapat menjadi salah satu indikasi masih
rendahnya keimanan umat di lingkungan itu.
Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman:
مهلالظا وهرآا وعو طضرألا واتومى الس فن مدجس يهللو
}15: الرعد{.الالصا وودغالب
Artinya:
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang ada di langit
dan di bumi baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud
patuh) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang. (Q.S. Ar-Ra'ad: 15).
Ayat diatas memberikan penjelasan bahwa jika ada makhluq apalagi
yang berbentuk manusia tidak mau bersujud kepada Tuhan maka pada
hakikatnya dia telah menyalahi naluri kepada hidupnya, telah mengingkari
tugas hidupnya sebagai ciptaan Tuhan.
Dengan dasar ayat di atas pula, maka berbagai upaya harus dilakukan
untuk memaksimalkan fungsi masjid. Dalam kondisi masyarakat yang
dinamis saat ini; pengurus masjid perlu memperhatikan dinamika yang
terjadi dalam masyarakat.
6
Kenyataan yang ada menunjukkan keadaan yang sebaliknya, masih
banyak masjid di sekitar kita yang tidak mempunyai kepedulian terhadap
kebutuhan (need)2 jamaahnya. Masjid hanya berpusat pada satu tangan
ulama' setempat. Ia menjalankan peran rangkap sebagai imam sekaligus
sebagai khotib, amil, dan lain-lain, sehingga masjid hanya dapat berfungsi
dalam arti parsial seremonial, seperti peringatan hari-hari besar Islam,
pengajian rutin (koqnitif) dan ritual mahdhah (shalat lima waktu).
Hubungan pengurus masjid dengan jamaahnya, sebenarnya dapat
dimisalkan sehingga hubungan antara produsen dengan konsumennya. Apa
yang dibutuhkan oleh konsumen itulah yang layak dibuat oleh produsen.
Produsen yang ingin sukses haruslah produsen yang pandai membaca
kecenderungan (trend) dan selera konsumennya. Begitu juga pengurus
masjid harus mampu membaca perubahan yang terjadi, sehingga masjid tidak
ditinggalkan jama'ahnya.
Jadi tanpa data "pasar" yang jelas bagaimana para pengurus masjid
bisa membaca kebutuhan (needs) konsumennya, tanpa data kebutuhan
(needs) yang empirik bagaimana mungkin pemfokusan pada produk
pelayanan. Pantaslah jika demikian, masjid akhirnya terabaikan hanya
sekedar menjadi tempat ibadah dalam arti sempit (tempat shalat). Jika
2. Dimaksudkan dengan Need di sini adalah berbagai kebutuhan dasar jama’ah, tidak hanya dalam aspek keagamaan saja tetapi juga yang lain-lainnya; sosial, ekonomi, politik, (dalam pengertian pencerahannya), budaya, dan sebagainya.
7
demikian, tidak mengherankan jika masjid tidak dapat menyentuh persoalan
lain selain ibadah mahdhah.3
Dengan demikian, memang hanya pengurus masjid yang memiliki
kemampuan manajemen yang baik yang mampu mengelola masjid dengan
sebaik-baiknya. Pengelola masjid yang baik tidak hanya menjadikan masjid
sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat untuk sosialisasi jama’ah
dan sebagai tempat terbentuknya kebudayaan umat Islam.
Dari permasalahan di atas, dan setelah penulis mengamati persoalan-
persoalan masjid yang ada, penulis menganggap bahwa masjid Baitul
Ma'mur cocok dijadikan tempat penelitian. Alasan penulis memilih Masjid
Baitul Ma'mur sebagai tempat penelitian antara lain:
Pertama, Masjid Baitul Ma'mur merupakan masjid tertua di
Kabupaten Grobogan. Hal ini terbukti karena Masjid Baitul Ma'mur didirikan
pada masa sebelum Hindia Belanda, Masjid tersebut berada di Kecamatan
Grobogan, kemudian setelah datangnya Hindia Belanda di Kabupaten
tersebut, Masjid Baitul Ma'mur dipindah di Kecamatan Purwodadi.
Alasan sejarah itulah yang penulis anggap cocok dijadikan sebagai
tempat penelitian, karena dengan kurun waktu yang lama berarti Masjid
Agung Baitul Ma'mur telah mengalami jatuh bangun dalam menata
manajemen masjid.
3. Sementara nasib ikonomi jama’ah disantuni oleh “supermi” tetangga. Ironinya
seringkali dengan supermi mereka berpindah agama, (Aminuddin, 2001: xi-xii).
8
Kedua, Masjid Baitul Ma'mur merupakan masjid yang telah banyak
dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Purwodadi dan sekitarnya.
Hal itu dikarenakan Masjid Baitul Ma'mur merupakan yang terbesar dan
telah tertata rapi sehingga masyarakat mengenalnya. Masjid Agung Baitul
Ma'mur juga terletak ditempat yang strategis yaitu di jantung kota
Purwodadi.
Ketiga, Masjid Baitul Ma’mur sudah lebih terorganisir dibandingkan
masjid-masjid yang lain yang ada di Purwodadi. Hal ini terbukti adanya
pembagian tugas para pengurus masjid yang telah tersesun rapi untuk
menjalankan manajemen masjid sebagai alat untuk memakmurkan dan
memajukan Masjid tersebut.
Keempat, Disamping itu kepengurusan masjid Baitul Ma'mur sudah
tertata rapi dan sudah terbentuk organisasi masjid yang cukup sempurna
dibandingkan masjid-masjid yang ada disekitarnya. Diantara bentuk
organisasi itu terlihat pada tiga bidang yaitu; bidang Idaroh, bidang Ri'ayah,
dan bidang Imaroh. Tiap-tiap bidang tersebut mempunyai yang berbeda-
beda.
Dari proyeksi diatas itulah yang mendorong minat penulis untuk
mengadakan penelitian tentang "MANAJEMEN DAN KEPENGURUSAN
MASJID AGUNG BAITUL MA'MUR DI PURWODADI DALAM
DAKWAH ISLAMIYAH". Sehingga penulis berharap penelitian ini dapat
dijadikan contoh pengelolaan sebagai gambaran mengelola masjid yang lebih
9
baik bagi masjid-masjid yang lain yang ada disekitarnya khususnya di
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitihan ini adalah:
1. Bagaimana kepengurusan masjid Baitul Ma'mur?
2. Bagaimana penerapan fungsi-fungsi manajemen kepengurusan Masjid
Baitul Ma'mur dalam pengembangan dakwah Islamiyah di Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dalam
penelitian ini, adalah:
1. Untuk mengungkap kepengurusan masjid Baitul Ma'mur.
2. Untuk mengungkap penerapan fungsi-fungsi manajemen kepengurusan
Masjid Baitul Ma'mur dalam pengembangan dakwah Islamiyah di
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
Adapun manfaat dalam penelitihan ini, adalah:
a. Memberikan gambaran salah satu model manajemen pengelolaan
masjid yang lebih baik.
b. Memberikan contoh pengelolaan masjid yang baik kepada masjid-
masjid yang lain.
c. Sebagai acuan dalam pengembangan pengelolaan masjid ke depan.
10
1.4. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang masjid telah dilakukan oleh beberapa orang
(peneliti), sehingga penulis akan memaparkan beberapa karya skripsi
(penelitian) yang pernah dibuat yang kaitannya dengan penelitian ini. Karya-
karya itu antara lain:
Skripsi karya Munawaroh, 2002 yang berjudul Pengelolaan Masjid
Al-Aqsha Kudus (Tinjauan Manajemen Dakwah). Intisari pada penulisan
skripsi ini adalah penulis mencoba menganalisis tentang bagaimana
pengelolaan/manajemen secara umum yang dilakukan oleh pengelola masjid
Al-Aqsha Kudus dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya.
Skripsi karya Muzazanah, 1999 yang berjudul Takmir Masjid
Agung Demak Dalam Mengembangkan Dakwah Islam pada Periode 1994
sampai Sekarang di Kabupaten Demak. Pada skripsi ini mengangkat tentang
program kerja dan kegiatan serta pengembangan dakwah Islam di Masjid
Agung Demak sebagai hasil dari aktifitas dakwah dari tahun 1994 sampai
1999 dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan di masjid
tersebut.
Skripsi karya Ahmad Arifin, 2000 yang berjudul Pengajian Jum'at
Pagi di Masjid Agung Demak (Stady Kasus Pertumbuhan dan
Perkembangan Islam). Intisari dari penulisan skripsi ini, adalah penulis
mencoba menganalisa tentang proses penyelenggaraan pengajian juma'at
pagi dan perkembangan minat untuk mengaji bagi jama'ahnya serta proses
11
Islamisasi yang permasalahan pada pengajian jum'at pagi terhadap para
jama'ah di Masjid Agung Demak.
Skripsi karya Sri Indah Wahyuningsih, 2002 yang berjudul Ekstensi
Gambang Syafa'at sebagai Media Dakwah (Stady Kasus Pengajian di Masjid
Baiturrahman). Intisari pada skripsi ini adalah penulis lebih menekankan
pada proses dakwah melalui pengajian bulanan "gambang syafa'at dan
efektifitas gambang syafa'at sebagai media dakwah Islamiah di masjid
Baiturrahman.
Skripsi karya Siti Nur Jannah, 1999 yang berjudul Keterlibatan
Ta'mir Masjid Agung Surakarta dan Kraton Surakarta dalam Pelaksanaan
PHBI Tahun 1997 di Kraton Surakarta Hadiningrat. Intisari dari penulisan
skripsi ini adalah penulis mencoba menjelaskan tentang pelaksanaan PHBI
(Peringatan Hari Besar Islam) yang diselenggarakan oleh Ta'mir Masjid
Agung Surakarta dan Keraton Surakarta Hadiningrat dan faktor-faktor yang
menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan PHBI tersebut.
Dari telaah pustaka diatas, kajian tentang masjid telah banyak
dilakukan namum belum ada yang membahas tentang manajemen
kepengurusan masjid. Untuk itulah penulis mengajukan skripsi dengan judul
Manajemen dan Kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma’mur Di Purwodadi
dalam dakwah Islamiyah ini penting untuk dilakukan.
12
1.5. Kerangka Teoritik
Dalam hal kerangka teori ini, teori-teori yang penulis gunakan
adalah penggabungan teori-teori umum manajemen dan unit-unit yang ada
dalam kepengurusan masjid.
1. Pengertian Manajemen
Ilmu manajemen adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
mancapai suatu tujuan, apa-apa fungsi yang harus dilakukan dengan
menggunakan alat, tenaga orang, ide, dan sistem secara efisien. (Harahap,
1993: 28). Sedangkan menurut Moch Ayub manajemen adalah segenap
perbuatan menggerakkan sekelompok orang dan menggerakkan fasilitas
dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, (Ayub,
1996: 32).
Menurut George R Terry fungsi manajemen terdiri dari planning,
organizing, actuating dan controlling, (Manulang, 1985: 19). Teori ini
digunakan untuk memperjelas keterangan dari penulis yang akan
disususun.
1. Planning (Perencanaan)
Planning (Perencanaan) sebagai formulasi tindakan masa
mendatang diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai oleh
organisasi. (Muchtarom, 1997: 38). Lebih lengkap dari penjelasan
tersebut Beishline menyatakan bahwa fungsi perencanaan memberi
13
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, apabila,
dimana, bagaimana, dan mengapa. Tegasnya sebagaimana dikatakan:
“……….Perencanaan menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kuantitatif) dan bila hal itu harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai – siapa yang bertanggung jawab, mengapa hal itu harus dicapai”. (Manullang, 1985: 48)
2. Organizing
Organizing atau pengorganisasian merupakan fungsi
manajemen kedua. Setelah rencana-rencana disusun, maka tugas
manajer (pemimpin) yang bersangkutan adalah mengorganisasi
sumber-sumber daya manusia dan sumber-sumber daya fisikal dan
memanfaatkannya dengan tepat.
Dengan demikian pengorganisasian dapat berarti suatu proses
dimana pekerjaan yang akan dibagi dalam komponen-komponen
yang dapat ditangani, dan aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil yang
dicapai untuk mencapai tujuan tertentu, (Winardi, 2000: 375).
Dalam buku lain dijelaskan, organizing (pengorganisasian)
sebagai upaya untuk mempertimbangkan tentang sususan organisasi,
pembagaian tugas, pembagian tanggung jawab, dan lain-lain yang
apabila dikerjakan secara seksama akan menjamin efesien
penggunaan tenaga kerja, (Muchtarom, 97: 38-39)
14
3. Actuating
George R Terry mengemukakan, actuating adalah merupakan
penggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka
berkeinginan dan beerusaha untuk mencapai sasaran-sasaran usaha
yang diinginkan. (Machasin, 1987: 51). Actuating merupakan fungsi
manajemen yang secara langsung berusaha merealisasikan program-
program yang telah direncanakan dan diorganisasikan sedemikian
rupa, sehingga aktifitasnya senantiasa berhubungan dengan masalah
kepemimpinan, dan menggerakkan sumber daya untuk mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut
pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa
mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan
dapat diarahkan kejalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan
yang sudah digariskan semula. (Manullang, 1985: 23). Kegiatan
pengawasan ini dilakukan bukan untuk mencari kesalahan dan
kelemahan para pengurus masjid dalam menjalankan tugasnya, tetapi
berusaha untuk mencocokkan apakah aktivitas yang dilakukan oleh
setiap pengurus masjid itu sesuai dengan program yang telah
ditetapkan dan mengarah pada pencapaian tujuan ataukah tidak.
(Machasin, 1987: 66). Dengan demikian kelemahan-kelemahan,
kekurangan-kekurangan, dan hambatan-hambatan kerja pengurus
15
masjid dapat diketahui sumbernya untuk kemudian diberi jalan
kearah perbaiakan.
Dalam pengelolaan masjid dituntut adanya usaha yang labih
serius atau disebut dengan "manajemen yang profesional" dan sesuai
dengan kaidah-kaidah syari'at Islamiyah. Dalam pelak sanaan
manajemen masjid yang profesional tentu saja tidak terlepas dengan
menggunakan unsur-unsur manajemen, yang berupa; man, money,
material, mechine, method, dan marketing. (Supardi dan Teuku
Amiruddin, 2001: 24)
- Man
Manusia atau pengurus masjid yang menjalankan setiap
kegiatan dakwah yang dilaksanakan dimasjid. Faktor manusia ini
dalam manajemen masjid merupakan unsur terpenting sehingga
berhasil atau gagalnya suatu manajemen masjid tergantung kepada
kemampuan pengurus masjid.
- Money
Adalah uang atau dana yang diperlukan untuk mendanai
setiap kegiatan yang dilaksanakan di masjid sehingga kegiatan
dakwak itu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
16
- Material
Dalam manajemen masjid ini material merupakan bahan-
bahan yang harus dipersiapkan untuk mencapai tujuan masjid yang
telah ditentukan.
- Mechine
Suatu alat atau sarana penunjang setiap kegiatan dakwah
masjid yang dilaksanakan.
- Method
Adalah cara-cara/sistem yang digunakan dalam manajemen
masjid untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
- Market
Market adalah pasar. Dalam manajemen masjid market
berarti sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan dakwah
masjid. Dalam hal ini market bisa saja masjid itu sendiri.
b. Pengertian Masjid
Secara harfiah, sebagaimana banyak dipahami bahwa masjid
merupakan sebuah kata yang terbentuk dari bahasa Arab sajada – yasjudu
yang artinya bentuk penyerahan diri. Sebuah penghambaan mekhluk
kepada sesuatu yang dianggap lebih dan Maha Berkuasa atas segala hal.
Dari kata-kata tersebut timbul istilah antara lain; sujud ialah posisi
mencium bumi seraya menghadap sesuatu yang dianggap besar; sajadah
17
ialah benda yang biasa dijadikan sebagai alas untuk bersujud dalam shalat.
Satu kata lagi yang terbentuk dari kata tersebut ialah masjid yang dalam
gramatika bahasa Arab berada pada posisi isim makan yang menunjukkan
tempat. Dari makna tersebut telah dapat dipahami bahwa masjid tidak lain
berfungsi sebagai tempat sujud seorang hamba sebagai bukti penyerahan
diri kepada Sang Khalik. (Rifa'i dan Moch Fakhruroji, 2005: 9-10).
Namun demikian pemahaman ini tidak berhenti sampai disitu.
Supriyanto Abdullah (Ed) (2003) dalam bukunya yang berjudul Peran dan
Fungsi Masjid mengemukakan peran dan fungsi masjid. Peran masjid
yang utama ialah memotivasi dan membangkitkan kekuatan ruhaniah dan
keimanan umat Islam. Beliau juga berpendapat bahwasannya secara ideal
suasana di tempat ibadah Islam (hendaknya) mendorong praktik ibadah
(pengabdian diri), baik yang mahdloh maupun ghoiru mahdloh.
Disamping peran yang utama beliau juga mengemukakan peran yang lain
yaitu masjid sebagai pusat tumbuh kembangnya kebudayaan Islam yang
meliputi segala aspek, antara lain: sosial, ekonomi, politik, pengetahuan
dan lain sebagainya.
Melalui pemahaman ini akan muncul sebuah keyakinan bahwa
masjid tetap dapat dijadikan sebagai pusat dan sumber peradaban
masyarakat Islam. Melalui masjid kita dapat bersujud – beribadah kepada
Allah dalam dimensi ritual dan sosial – dengan berbagai macam cara.
Melalui masjid kita dapat membangun sebuah sistem masyarakat yang
ideal dan dicita-citakan oleh ajaran Islam. Melalui masjid, kaderisasi
18
generasi muda dapat dilakukan melalui proses pendidikan yang bersifat
kontinyu untuk pencapaian kemajuan. Melalui masjid pula kita dapat
mempertahankan nilai-nilai yang menjadi kebudayaan masyarakat Islam.
Mungkin lebih penting lagi – dapat membangun masyarakat yang
berperadaban dan sejahtera sehingga dapat memberdayakan, mencerahkan
dan membebaskan masyarakat dari berbagai macam keterbelakangan.
(Rifa'i dan Moch Fakhruroji, 2005: 11).
Jadi dari beberapa teori diatas yang akan dijadikan sebagai konsep
dasar dari penulisan skripsi ini, dari teori-teori tersebut sangat erat
kaitanya dengan judul skripsi yang akan disusun yaitu Manajemen dan
Kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma’mur di Purwodadi dalam dakwah
Islamiyah.
Teori tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam pembahasan
tentang Manajemen dan Kepengurusan Masjid Baitul Ma’mur.
1.6. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan
Penelitihan ini merupakan penelitian yang akan mengungkap tentang
Manajemen dan Kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma'mur di
Purwodadi. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena
dalam penelitian ini akan dipaparkan bagaimana kepengurusan Masjid
Agung Baitul Ma'mur dan penerapan fungsi-fungsi manajemen
kepengurusan Masjid Agung Baitul Mamur dalam pengembangan dakwah
19
Islamiyah di Purwodadi. Dalam pemaparan tersebut akan diperkuat
dengan teori-teori manajemen dan kepengurusan masjid yang ada.
2. Sumber Data
Data pada dasarnya adalah fakta yang diberi makna dalam sebuah
kegiatan penelitian, (Usman, Husaini, Akbar, 1995: 15)
Dalam penelitian ini penulis membagi sumber data menjadi dua,
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer ini merupakan sumber data yang menjadi
rujukan utama, dalam hal ini yang penulis jadikan sumber data primer,
antara lain:
- pengurus PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur.
- Sebagian Jama'ah Yang aktif di Masjid Agung Baitul Ma'mur
- Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) setempat
- Pejabat Daerah/kecamatan setempat yang membidangi urusan
agama.
- Pimpinan organisasi keagamaan setempat
b. Sumber Data Skunder
Sumber data skunder merupakan sumber yang bisa mendukung
terhadap sumber primer. Dalam hal ini yang penulis jadikan sumber
data skunder, antara lain:
20
- Memori kegiatan PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
- Kabupaten Grobogan dalam angka
- Sejarah hari jadi kabupaten Grobogan yang sudah di bukukan.
- Keputusan Mentri Agama RI no. 394 tahun 2004 tentang penetapan
status masjid wilayah
- Keputusan Mentri Agama tentang susunan organisasi dan tata kerja
Badan Kesejahteraan Masjid.
- Dll.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik-teknik
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala
yang diselidiki, (Nurbuko, 1997: 70). Dalam pengumpulan data
dengan teknik observasi itu penulis melakukan pengamatan langsung,
baik terhadap bangunan fisik masjid maupun kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di Masjid Agung Baitul Ma'mur yang kaitannya dengan
manajemen dan kepengurusan masjid.
2. Interview atau Wawancara
Interview atau wawancara adalah proses tanya jawab dalam
penelitian berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap
21
muka, mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-
keterangan, (Nurbuko, 1997: 83).
Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang
data-data yang berhubungan dengan manajemen dan kepengurusan
Masjid Agung Baitul Ma'mur. Misalnya; penerapan fungsi-fungsi
manajemennya, cara perencanaannya, cara pengorganisasiannya, cara
penggerakannya, cara pengawasannya, cara pembentukan
kepengurusannya, dan lain sebagainya.
3. Dokumantasi
Dokumentasi adalah kumpulan data verbal yang berbentuk
tulisan, sertifikat, photo, tape-recorder, dan sebagainya, (Ningrat, 1985:
46). Metode ini digunakan untuk menggali data yang berisi tentang
tumpuan historis letak geografis kabupaten Grobogan, sejarah
berdirinya Masjid Agung Baitul ma'mur, struktur organisasi
kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma'mur, dan data verbal lain yang
menunjang penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data yang sudah terkumpul dan diteliti lewat
teknik diatas, selanjutnya dilakukan suatu analisis dengan menggunakan
metode analisis dengan cara berfikir induktif. Berfikir induktif adalah
proses berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus dimana
22
peristiwa yang konkrit itu ditarik generalisasinya yang mempunyai sifat
umum, (Sutrisno, 1989: 42).
1.7. Sistematika Penelitian
Untuk lebih memudahkan dalam pemahaman keseluruhan isi dalam
sekripsi, maka perlu kiranya penulis sampaikan sistematika penulisan skripsi
dalam tiap-tiap bab sebagai berikut:
BAB I: "PENDAHULUAN" yang bertujuan untuk mengantarkan
permasalahan yang dimaksud dalam skripsi. Adapun isi dari
"pendahuluan" tersebut meliputi: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka
teoritik, metode penelitihan, sistematika penulisan.
BAB II: "GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL MA'MUR". Adapun
isi: Keadaan geografi dan monografi masjid Baitul Ma'mur,
sejarah perkembangan masjid Baitul Ma'mur, lingkungan dan
jama'ah masjid Baitul Ma'mur, program-program kerja masjid
Baitul Makmur.
BAB III : "MANAJEMEN DAN KEPENGURUSAN MASJID AGUNG
BAITUL MA'MUR DALAM DAKWAH ISLAMIYAH".
Adapun isinya: Proses dan perkembangan dakwah Islam di masjid
Baitul Ma'mur, Kepengurusan Masjid Baitul Ma'mur dalam
pengelolaan dakwah Islamiyah, penerapan fungsi-fungsi
23
manajemen pada proses pengelolaan dakwah islamiyah di Masjid
Baitul Ma'mur.
BAB IV : "ANALISA MANAJEMEN DAN KEPENGURUSAN MASJID
AGUNG BAITUL MA'MUR DALAM DAKWAH
ISLAMIYAH", terdiri dari: analisis tentang manajemen
kepengurusan masjid Baitul Ma'mur dalam pengelolaan dakwah
islamiyah, analisis tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen
pada proses pengelolaan dakwah Islamiyah di Masjid Baitul
Ma'mur.
BAB V : Merupakan "PENUTUP" terdiri dari: kesimpulan, saran dan
penutup.
24
BAB II
GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL MA'MUR
2.1. Keadaan Geografi dan Demografi Kabupaten Grobogan
a. Keadaan Geografi dan Sumber Daya Alam Kabupaten Grobogan
c. Letak Geografis
Dilihan dari peta propinsi Jawa Tengah, Kabupaten
Grobogan terletak diantara dua Pegunungan Kendeng yang
membujur dari arah barat ke timur, berada dibagian timur dan
berbatasan dengan:
1. Sebelah Barat : Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Demak
2. Sebelah Utara : Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan
Kabupaten Blora
3. Sebelah Timur : Kabupaten Blora
4. Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi (Jawa Timur),
Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali,
dan kabupaten Semarang.
25
Ditinjau secara letak geografis, wilayah Kabupaten
Grobokan terletak diantara 110 15'BT – 111 25'BT dan 7 LS – 7
30'LS.
d. Luas Wilayah
Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 19
(sembilan belas) kecamatan dan 280 desa atau kelurahan, Ibukota
kabupaten Grobogan berada di Purwodadi.
Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun
1983 Kabupaten Grobogan Mempunyai luas 1.975,86 Km dan
merupakan Kabupaten terluas no 2 di Jawa Tengah setelah
Kabupaten Cilacap. Jarak dari utara ke selatan + 37 Km dan jarak
dari barat ke timur + 83 Km.
Jarak Ibukota Kabupaten Grobogan ke beberapa kota
sekitarnya adalah sebagai berikut:
- Purwodadi ke Semarang : + 64 Km
- Purwodadi ke Demak : + 39 Km
- Purwodadi ke Kudus : + 45 Km
- Purwodadi ke Pati : + 45 Km
- Purwodadi ke Blora : + 64 Km
- Purwodadi ke Sragen : + 64 Km
- Purwodadi ke Surakarta : + 64 Km
26
e. Keadaan Alam
Kabupaten Grobogan yang mempunyai relief daerah
pegunungan kapur dan perbukitan serta dataran di bagian
tengahnya. Secara topografi kabupaten Grobogan terbagi dalam 3
kelompok, yaitu:
1. Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50
meter diatas permukaan air laut dengan kelerengan antara 0 –
8 % meliputi 6 kecamatan, yaitu; Kecamatan Gubug,
Tegowanu, Godong, Purwodadi, Grobogan sebelah selatan
dan Wirosari sebelah selatan.
2. Daerah perbukitan berada pada ketinggian antara 50 – 100
meter diatas permukaan air laut dengan kelerengan 8 – 15 %
meliputi 5 kecamatan, yaitu; Kecamatan Klambu, Brati,
Grobogan, sebelah utara dan Wirosari sebelah utara.
3. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100 – 500 meter
diatas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15 %,
meliputi wilayah kecamatan yang berada disebelah selatan
dari wilayah Kabupaten Grobogan.
Berdasarkan letak geografis dan reliefnya, Kabupaten
Grobogan merupakan Kabupaten yang tiang penyangga
perekonomiannya berada pada sektor pertanian dan merupakan
daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air bersih.
27
f. Lahan Pertanian
Dari hasil laporan Monografi Kecamatan diperoleh data
mengenai luas tanah keadaan akhir tahun 2004 untuk Kabupaten
Grobogan seluruhnya seluas 187.586,420 Ha yang terdiri dari:
1. Tanah Sawah : 63.281,408 Ha
2. Tanah Bukan Sawah : 134.305.012 Ha
Dilihat dari kondisi pengairan yang ada, pada kenyataannya
di musim kemarau sistem pengairan tersebut tidak dapat
diharapkan manfaatnya. Dari tanah sawah seluas 63.281,408 Ha
dapat digolongkan kedalam:
Tabel 1. Tanah sawah kabupaten Grobogan dilihat dari kondisi
pengairan.
NO PENGAIRAN JUMLAH
1 Irigasi tehnis 18.745,003 Ha
2 Irigasi setengah tehnis 1.801,000 Ha
3 Irigasi sederhana 7.298,405 Ha
4 Irigasi tadah hujan 35.437,000 Ha
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
Daerah kabupaten Grobogan adalah daerah yang
penduduknya lebih banyak bermata pencarian sebagai petani.
28
Dari data diatas dapat diketahui bahwa lebih banyak petani di
kabupaten Grobogan yang masih menggunakan irigasi tadah
hujan yaitu 35.437,000 Ha, sedangkang petani yang sudah
menggunakan irigasi masih sedikit.
Petani-petani yang masih menggunakan irigasi tadah hujan
masih sangat tergantung kepada alam, sehingga alam itu sendiri
sangat menentukan keberhasilan bagi petani. Meskipun demikian
petani yang masih menggunakan irigasi tadah hujan rata-rata juga
mampu memanen padi dua kali dalam satu tahun, ini berarti tidak
berbeda jauh dengan petani yang sawahnya sudah diairi dengan
irigasi tehnis.
Tabel 2. Pembagian tanah bukan sawah di kabupaten Grobogan.
NO TANAH BUKAN SAWAH JUMLAH
1 Pekarangan/Bangunan 28.731,012 Ha
2 Tegalan/Kebun 27.172,870 Ha
3 Tambak/Kolam 21,000 Ha
4 Padang Gembala 2,000 Ha
5 Rawa 15,000 Ha
6 Hutan Negara 2.007,000 Ha
7 Lain-lain 7.722,962 Ha
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
29
Dari data diatas dapat diketahui tanah yang bukan sawah di
kabupaten Grobogan seluas 134.305,012 Ha. Tanah tersebut lebih
banyak dimanfaatkan sebagai tanah pekarangan atau bangunan
seluas 28.731,012 Ha dan tanah tegalan atau kebun seluas
27.172,870 Ha yang lainnya dimanfaatkan sebagai tambak atau
kolam, padang gembala, rawa, hutan negara, dan lain-lain.
d. Bahan Tambang
Kabupaten Grobogan yang berada diantara dua Pegunungan
Kendeng memiliki sumber bahan tambang dan galian yang cukup
dapat diandalkan, meskipun dari sektor pertambangan dan
penggalian dalam pembentukan Produl Domestik Regional Bruto
(PDRB) hingga saat ini masih relatif kecil. Hal tersebut
disebabkan adanya kendala seperti; cara penambangan, cara
pengolahan hasil dan sumber daya manusianya. Kondisi seperti
ini sangat memungkinkan terbukanya kesempatan bagi pihak
swasta, baik dari dalam negeri maupun asing untuk menanamkan
modalnya guna mengelola bahan tambang dan galian secara
optimal.
Bahan galian/tambang yang dimiliki dan mungkin dapat
dikembangkan di Kabupaten Grobogan meliputi; kapur, tanah
liat, garam, gips, batu dan lain-lain.
30
e. Waduk dan Sungai
Seperti diketahui, waduk dan sungai merupakan salah satu
Sumber Daya Alam (SDA) yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan lingkungan (ekosistem), terutama dalam
pengadaan air bagi kehidupan makhluk hidup. Oleh karena itu
untuk menjaga kelestariannya mutlak diperlukan penampungan
berupa waduk atau sejenisnya. Apalagi mayoritas penduduk di
Kabupaten Grobogan adalah bermata pencaharian pertanian atau
sebagai petani, maka air merupakan hal yang sangat vital bagi
keberhasilan pertanian.
Menyadari hal tersebut maka pemerintah telah membuat
atau membengun Waduk Kedung Ombo yang terletak di Wilayah
kabupaten Grobogan dan kabupaten Boyolali. Meskipun
pendistribusian airnya belum seperti yang diharapkan, namun
keberadaan waduk tersebut benar-benar sangat berarti bagi
daerah-daerah yang berada di bawah aliran waduk, terutama bagi
daerah Kabupaten Grobogan.
f. Iklim
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Direktorat Program Kehutanan tentang iklim di Kabupaten
Grobogan yang terletak diantara Daerah Pantai Utara bagian
timur dan daerah Bengawan Solo Hulu mempunyai tipe iklim D
31
yang bersifat 1 s/d 6 bulan kering dan 1 s/d 6 bulan basah dengan
suhu minimum 20 C.
g. Hari Hujan dan Curah Hujan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Grobogan diperoleh data sebagai
berikut:
1. Rata-rata hari hujan tahun 2004 : 88 hari
2. Rata-rata curah hujan tahun 2004 : 1.838 Mm
Yang dimaksud dengan curah hujan adalah "Satuan
Kuantitatif" hujan, yaitu tinggi/tebal hujan yang jatuh di
permukaan bumi, diukur dalam satuan milimeter. Satuan curah
hujan terukur yang jauh di permukaan bumi setara dengan satu
liter setiap 1 M satuan luas atau dapat diperkirakan dengan satu
juta liter setiap satu kilometer persegi, dengan catatan air hujan
tersebut tidak ada yang menguap kembali (evapotranspirasi),
melimpah (run off), dan merembas ke dalam permukaan bumi
(perkolasi).
b. Keadaan Demografi Kabupaten Grobogan
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Grobogan tahun 2004 dapat
diketahui jumlah penduduk Kabupaten Grobogan sebanyak 1,360,908
32
jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Penduduk Kabupaten Grobogan menurut jenis kelamin,
pertumbuhan dan kepadatan penduduk.
Tabel 3. Penduduk kabupaten Grobogan menurut jenis kelamin.
NO JENIS KELAMIN JUMLAH
1 Laki-laki 673,312 jiwa
2 Perempuan 687,596 jiwa
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh perbandingan
persentase, yaitu; laki-laki 49.48 % dan perempuan 50.52 %. Dari
jumlah diatas pula mempunyai laju pertumbuhan 0,53 % dengan
luas daerah 1,975.86 Km sehingga mempunyai kepadatan
penduduk 689 jiwa/Km.
2. Jumlah penduduk kabupaten Grobogan menurut kelompok umur
Tabel 4. Penduduk kabupeten Grobogan menurut umur.
NO UMUR JUMLAH
1 0 – 4 tahun 129,546 jiwa
2 5 – 9 tahun 136,166 jiwa
3 10 – 14 tahun 144,776 jiwa
4 15 – 19 tahun 134,247 jiwa
33
5 20 – 24 tahun 115,812 jiwa
6 25 – 29 tahun 109,033 jiwa
7 30 – 34 tahun 110,542 jiwa
8 35 – 39 tahun 106,772 jiwa
9 40 – 44 tahun 87,890 jiwa
10 45 – 49 tahun 64,900 jiwa
11 50 – 54 tahun 52,718 jiwa
12 55 – 59 tahun 46,744 jiwa
13 60 – 64 tahun 46,419 jiwa
14 65 – 69 tahun 33,035 jiwa
15 70 – 74 tahun 23,529 jiwa
16 70 – 74 tahun 23,529 jiwa
17 75 + tahun 18,779 jiwa
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa antara
umur 0 – 4 tahun s/d umur 35 – 39 jumlah penduduk kabupaten
Grobogan tidak begitu banyak mengalami perbedaan, rata-rata
masih diatas 100.000 jiwa. Tetapi mulai umur 40 – 44 tahun ke
atas jumlah penduduk kabupaten Grobogan selalu mengalami
pengurangan, sehingga pada umur 75 keatas merupakan jumlah
penduduk yang paling sedikit yaitu 18,779 jiwa.
34
3. Jumlah penduduk Kabupaten Grobogan menurut
kewarganegaraan
Tabel 5. Penduduk kabupaten Grobogan menurut
kewarganegaraan.
NO KEWARGANEGARAAN JUMLAH
1 Warga Negara Indonesia (WNI) 1,360,908 jiwa
2 Warga Negara Asing (WNA) -
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk kabupaten Grobogan semuanya adalah Warga Negara
Indonesia (WNI) yaitu 1,360,908 jiwa.
4. Jumlah penduduk Kabupaten Grobogan menurut pendidikan yang
ditamatkan
Tabel 6. Penduduk kabupaten Grobogan menurut tingkat
pendidikan.
NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
1 Akademi/Perguruan Tinggi 17,960 jiwa
2 SMU/SMK 88,820 jiwa
3 SLTP 166,510 jiwa
4 Sekolah Dasar 547,303 jiwa
5 Tidak/Belum Tamat SD 410,769 jiwa
35
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh perbandingan
bahwa penduduk kabupaten Grobogan lebih banyak lulusan
Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 547,303 jiwa kemudian
tidak/belum lulus SD, SLTP, SMU/SMK dan AKDM/PT.
Penduduk yang mencapai pendidikan akademi atau perguruan
tinggi hanya 17,960 jiwa atau hanya 17 % dari jumlah penduduk
seluruhnya.
Dari data diatas yang menjadi pengaruh adalah
bahwasannya kasadaran untuk pendidikan agak kurang serta
keterbatasan materi disebagian besar penduduk kabupaten
Grobogan.
5. Penduduk Kabupaten Grobogan dirinci menurut agama
Tabel 7. Penduduk kabupaten Grobogan menurut agama.
NO AGAMA JUMLAH
1 Islam 1,343,489 jiwa
2 Kristen Protestan 10,321 jiwa
3 Kristen Katolik 4,813 jiwa
4 Hindu 366 jiwa
5 Budha 1,919 jiwa
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
36
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penduduk
kabupaten Grobogan adalah mayoritas beragama Islam, yaitu
dengan jumlah penduduk 1,343,489 jiwa. Kemudian yang lainnya
beragama Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, dan Budha,
yaitu 17,419 jiwa.
6. Banyaknya tempat ibadah di kabupaten Grobogan
Tabel 8. Banyaknya tempat ibadah di kabupaten Grobogan
NO TEMPAT IBADAH JUMLAH
1 Masjid 1.250
2 Musholla 3.369
3 Langgar 1.494
4 Gereja 36
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa agama
Islam di kabupaten Grobogan mempunyai banyak tempat ibadah,
yaitu; masjid 1.250 tempat, mushola 3.369 tempat, dan langgar
1.494 tempat. Sedangkan gereja hanya 36 tempat. Agama Hindu
dan Budha di kabupaten Grobogan tidak mempunyai tempat
ibadah.
Di kabupaten Grobogan agama Islam memiliki tempat
ibadah paling banyak dibandingkan agama-agama yang lain, yang
terdiri dari masjid, mushola, dan langgar. Itu dikarenakan bahwa
37
umat Islam di kabupaten Grobogan merupakan umat yang
mayoritas.
7. Penduduk Kabupaten Grobogan menurut lapangan pekerjaan
Tabel 9. Penduduk kabupaten Grobogan menurut lapangan
pekerjaan.
NO LAPANGAN PEKERJAAN JUMLAH
1 Pertanian Tanaman Pangan 415,683 jiwa
2 Perkebunan 4,637 jiwa
3 Perikanan 364 jiwa
4 Peternakan 6,724 jiwa
5 Pertanian Lainnya 6,968 jiwa
6 Industri Pengolahan 29,549 jiwa
7 Perdagangan 107,699 jiwa
8 Jasa 59,967 jiwa
9 Angkutan 22,443 jiwa
10 Lainnya 66,919 jiwa
Sumber: kabupaten Grobogan dalam angka 2004
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penduduk
kabupaten Grobogan mayoritas bekerja sebagai petani tanaman
pangan dan pedagang. Mayoritas penduduk kabupaten Grobogan
sebagai petani disebabkan masih banyaknya lahan pertanian
38
sehingga tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan
masyarakat kabupaten Grobogan.
2.2. Sejarah Perkembangan Masjid Baitul Ma'mur
Masjid Agung Baitul Ma'mur merupakan masjid yang cukup tua di
Kabupaten Grobogan, karena masjid tersebut merupakan masjid daerah
Kabupaten Grobogan. Dalam sejarah perkembangannya, Masjid Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan tidak dibukukan, sehingga mengakibatkan
para pengurus masjid sendiri kurang memahami mengenai sejarah masjid
tersebut. Penulis juga merasa sangat kesulitan untuk menggali
(menguraikan) sejarah masjid tersebut.
Sejarah perkembangan Masjid Agung Baitul Ma'mur tidak terlepas
dari sejarah perkembangan pemerintahan Kabupaten Grobogan. Menurut
sejarah pemerintahan zaman dahulu, perkembangan masjid itu tidak
terlepas dengan tiga hal: yaitu, pemerintahan, penjara, dan masjid.4
Tanggal 4 maret 1726 M merupakan hari jadi Kabupaten
Grobogan. Peristiwa itu ditandai dengan dimulainya pengangkatan Ng
Wongsodipo sebagai Bupati Grobogan yang pertama dengan gelar RT
Martopuro, atau disebut juga Adipati Puger. Pengangkatan Bupati
Grobogan atas diri Ng Wongsodipo tersebut disertai dengan penyerahan
kekuasaan atas daerah-daerah yang menjadi wilayahnya. Ini berarti, bahwa
pengangkatan Bupati disini sebagai Bupati Kepala Daerah, (2004: 5).
Dalam perkembangan selanjutnya, untuk menata pemerintahan yang baru
4 . Wawancara dengan Moch Sugiyono, Wakil Ketua Bidang Imaroh III, 2 Maret 2006.
39
terbentuk maka Bupati Kepala Daerah segera membangunan masjid, dan
penjara. Masjid yang dibangun oleh Bupati merupakan masjid milik
daerah.
Pada tahun 1864 M terjadi perpindahan wilayah pemerintahan
Kabupaten Grobogan. Pemerintahan Kabupaten Grobogan yang semula
bertempat di kota Grobogan pindah ke kota Purwodadi, (2004: 6). Secara
otomatis Masjid Agung Daerah pun juga ikut pindah. Tidak lama
kemudian pada tangga 1 januari 1868 M dimulai pembangunan Masjid
Agung Daerah yaitu Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan
didirikan diatas tanah seluas 4.840 M (empat ribu delapan ratus empat
puluh meter persegi). Tanah tersebut merupakan wakaf Bupati Ronggo.
Tujuan diwakafkannya tanah tersebut adalah sebagai tempat peribadatan.
Tanah yang diwakafkan tersebut sesuai dengan ikrar wakaf No.
W.2/12/01/I/1990 yang dibuat oleh Abdul Manan, BA selaku PPAIW
Kecamatan Purwodadi.5
Masjid Agung Baitul Ma'mur dalam sejarah perkembangannya
sudah mengalami renovasi atau perbaikan fisik bangunan diberbagai
bagiannya yaitu mulai serambi, tempat wudhu, toilet, kantor, ruang
perpustakaan, bidang, ruang MBT, kantor petugas dan pagar. Rencana
induk atau master plan oleh Ir. Chanif dan Ir. Purwanto. Renofasi serambi
kanan dan serambi kiri Masjid Agung Baitul Ma'mur tersebut diselesaikan
atau dibangun pada tahun 2002 M, dengan perubahan APBD Kabupaten
5. Wawancara dengan H. Abd Syukur, wakil Ketua Bidang IMAROH I, 02 Maret 2006.
40
Grobogan sebesar Rp. 497.071.000,- (empat ratus sembilan puluh tujuh
juta tujuh puluh satu ribu rupiah) termasuk renovasi tempat wudhu dan
toilet.6
Sampai sekarang Masjid Agung Baitul Ma'mur terdiri dari ruang
tempat shalat bagian dalam dan luar, serambi kanan, serambi kiri, dan
serambi depan, serta bangunan penunjang lainnya. Selain itu terdapat style
Arab pada beberapa kaligrafi dan mihrob yang berbentuk lengkung.
Masjid Agung Baitul Ma'mur terletak di jantung kota Purwodadi.
Masjid tersebut yang tempatnya tidak jauh dari pemerintahan Kabupaten
Grobogan, yaitu bertempat di sebelah barat Alun-alun Kabupaten
Grobogan, sedangkan tempat Pemerintahan Daerah Kabupaten Grobogan
adalah di sebelah selatan dari Alun-alun tersebut. Disebelah utara Alun-
alun ditempati oleh DPRD II Kabupaten Grobogan, dan disebelah timur
Alun-alun di tempati oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan tujuan
pada masa itu supaya masyarakat mudah melakukan simpan pinjam untuk
memenuhi kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya masjid-masjid tua yang lain Masjid Agung Baitul
Ma'mur tidak terlepas dengan keberadaan menara. Sampai sekarang
Masjid Agung Baitul Ma'mur memiliki dua pasang menara yang
digunakan sebagai tempat untuk tempat pengeras suara.
Masjid Agung Baitul Ma'mur juga memiliki atap yang berbentuk
Kubah (berbentuk lengkung setengah bulat). Di belakang Masjid Agung
6 . Memori Kegiatan PKM Masjid Agung Purwodadi, periode 2002 sampai dengan 2005.
41
Baitul Ma'mur juga terdapat komplek pemakaman para 'ulama-'ualama
zaman dahulu. Keseluruhan masjid, menara dan makam terletak dalam
satu lingkup yang tidak ada pembatas.
Disebelah utara masjid terdapat tempat wudhu dan thoilet,
disebelah timur tempat wudhu atau disebelah timur laut dari masjid
terdapat tempat parkir roda dua.
Untuk masuk kedalam Masjid Agung Baitul Ma'mur ada enam
buah pintu utama, yaitu berada di depan tiga buah pintu, di samping kanan
ada tiga buah pintu dan di samping kiri juga ada tiga buah pintu. Pintu-
pintu tersebut terbuat dari kayu Jati dan terukir dengan indah. Masjid
tersebut juga memiliki empat tiang utama masjid yang ukurannya cukup
besar-besar dan 12 tiang utama serambi masjid.7
Disamping itu, Masjid Agung Baitul Ma'mur juga memiliki sebuah
perpustakaan dan satu buah Baitul Maal wat Tanwil (BMT) yang
bertempat disekitar masjid tersebut.
2.3. Lingkungan dan Jama'ah Masjid Baitul Ma'mur
1. Lingkungan Masjid Agung Baitul Ma'mur
Masjid mempunyai daerah pembinaan tertentu dan pembinaan
diberikan secara maksimal kepada masyarakat sekelilingnya yang
menjadi jama'ah di masjid tersebut (Supardi dan Teuku Amiruddin,
7. Wawancara dengan H. Abd Syukur, wakil Ketua Bidang IMAROH I, 02 Maret 2006.
42
2001: 10). Lingkungan Masjid Agung Baitul Ma'mur adalah lingkungan
perkotaan yang lebih cenderung bersifat individualisme.
a. Lingkungan Fisik
Masjid Agung Baitul Ma'mur bertempat di Jl. Jendral
Sudirman No. 09 Kauman Kelurahan Purwodadi RT 04 RW VIII
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Secara fisik Masjid
Agung Baitul Ma'mur berada di lingkungan pemerintahan kabupaten
Grobogan. Masjid tersebut berada disebelah barat alun-alun
sedangkan kantor pemerintahan kabupaten Grobogan disebelah
selatan alun-alun. Disebelah utara alun-alun ada kantor Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) II, dan disebelah timur ada
kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Di sebelah barat + 500 M dari Masjid Agung Baitul Ma'mur
terdapat pasar raya Purwodadi. Pasar tersebut merupakan sentral
perekonomian bagi masyarakat Grobogan. Di sebelah selatan + 500
M terdapat kantor Pengadilan Negeri kabupaten Grobogan dan
kantor Lembaga Pemasyarakatan (LP) kabupaten Grobogan. Di
sebelah utara + 100 M terdapat perpustakaan daerah kabupaten
Grobogan. Di sebelah tenggara + 500 M terdapat Rumah Sakit
Umum (RSU) daerah kabupaten Grobogan.
Lingkungan Masjid Agung Baitul Ma'mur merupakan
lingkungan yang sangat setrategis bagi masyarakat Grobogan.
43
Masjid tersebut berada di tengah-tengah kota Purwodadi Grobogan.
Di sebelah tenggara + 50 M dari Masjid Agung Baitul Ma'mur juga
terdapat kantor pos dan di sebelah utara + 200 M dari masjid
terdapat kantor Departeman Agama kabupaten Grobogan.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial Masjid Agung Baitul Ma'mur tidak
berbeda jauh dengan lingkungan-lingkungan lainnya. Meskipun
berada di lingkungan perkotaan, namun kondisi ini tidak
mengurangi hubungan sosial antara anggota masyarakat satu dengan
yang lainnya. Keakraban antara masyarakat masih tampak dalam
lingkungan sosial sekitar masjid.
Meskipun masyarakat sering disibukkan dengan aktivitas-
aktivitas kehidupan keseharian tetapi ketika di lingkungan itu
terdapat kematian atau yang lainnya, masyarakat tidak enggan untuk
membantu baik secara material maupun secara spiritual, yaitu
dengan membacakan tahlil dan yasin.8
2. Jama'ah Masjid Agung Baitul Ma'mur
Dalam ibadah shalat di Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan yang menjadi Imam adalah KH. Abdul Syukur atau KH.
Mahfud Amrullah, adapun jama'ah rata-rata sebagai berikut:
8 . Wawancara dengan H. Abd. Syukur, Wakil Ketua Bidang Imaroh I, 2 Maret 2006.
44
a. Shalat Fardhu
Tabel 10. Jumlah jama'ah shalat fardlu di Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan.
SALAT FARDLU PUTRA PUTRI JUMLAH
Shalat 'Isa 40 orang 20 orang 60 orang
Shalat Subuh 20 orang 10 orang 30 orang
Shalat Dzuhur 40 orang 15 orang 65 orang
Shalat 'Asar 30 orang 15 orang 45 orang
Shalat Maghrib 50 orang 25 orang 75 orang
Sumber: Memori Kegiatan PKM Masjid Baitul Ma'mur
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah
jama'ah shalat yang paling banyak di Masjid Agung Baitul Ma'mur
adalah pada waktu shalat maghrib dengan jumlah jama'ah 75
orang. Ini karena waktu shalat maghrib merupakan waktu yang
sudah tidak ada aktivitas-aktivitas dalam kehidupan masyarakat.
Sehingga masyarakat menyempatkan diri untuk shalat maghrib
dengan berjama'ah setelah beraktivitas dalam keseharian.
b. Shalat 'Id
Tabel 11. Jumlah jama'ah shalat 'Id di Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan.
45
SHALAT 'ID JUMLAH
'Idul Adha 2.000 – 2.500 orang
'Idul Fitri 2.000 – 3.000 orang
Sumber: Memori Kegiatan PKM Masjid Baitul Ma'mur
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah
jama'ah shalat 'Idul Fitri lebih banyak dibandingkkan shalat 'Idul
Adha. Ini karena ketika 'Idul Fitri jama'ah yang dari lingkungan
sekitar banyak yang pulang dari perantauannya dibandingkan pada
waktu 'Idul Adha..
c. Shalat Tarawih
Tabel 12. Pembagian shalat Tarawih di Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan.
SHALAT TARAWIH IMAM JML JAMA'AH
23 Roka'at KH. Mahfud Amrullah 200 – 300 orang
11 Roka'at KH. Abdul Syukur 100 – 500 orang
Sumber: Memori Kegiatan PKM Masjid Baitul Ma'mur
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa shalat
tarawih yang dilaksanakan di Masjid Agung Baitul Ma'mur tidak
hanya satu saja shalat tarawih malainkan dua shalat tarawih yaitu
shalat tarawih yang 23 raka'at dan shalat tarawih yang 11 raka'at.
Ini menunjukkan bahwa jama'ah dan masyarakat lingkungan
Masjid Agung Baitul Ma'mur sangat beragam, sehingga pengurus
46
PKM masjid mengadakan shalat tarawih menjadi dua bagian, siapa
yang melaksanakan shalat tarawih 23 raka'at dengan imam KH.
Mahfud Amrullah dan siapa yang melaksanakan shalat tarawih 11
raka'at dengan imam KH. Abdul Syukur.
Orang-orang yang menjadi jama'ah shalat di Masjid Agung
Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan baik shalat rowatib, shalat 'Id,
maupun shalat tarawih tersebut terdiri dari warga setempat.
Disamping warga setempat juga orang-orang pendatang atau
orang-orang dalam perjalanan, pegawai KODIM, pegawai Pemda,
dan pegawai instansi-instansi lain yang terdekat.
2.4. Program-Program Kerja Masjid Baitul Ma'mur
Kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma'mur periode 2002 sampai
dengan 2005 sebetulnya telah habis masa kepengurusannya tetapi belum ada
pergantian pengurus, sehingga pengurus tersebut masih bekerja sampai
sekarang. Program-grogram kerja Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan pada periode 2002 sampai sekarang disesuaikan dengan per
masing-masing bidang, yaitu:9
1. Ketua Umum
Ketua umum bertugas:
a. Menandatangani surat keluar yang sifatnya resmi (surat tugas, Depag,
BKM, Pemda, undanganm rapat pleno, rapat harian dan lain-lain).
9 . Memori Kegiatan PKM Masjid Agung Purwodadi Grobogan, Periode 2002 sampai dengan sekarang.
47
b. Menyetujui semua ajuan anggaran/ajuan bon (meng-ACC kan)
c. Mendisposisi surat-surat masuk
d. Memantau tugas-tugas ketua I, II, dan III
e. Memantau jadwal Khotbah (menggantinya)
2. Ketua I (Bidang Imaroh)
A. Program Kerja Bidang Imaroh I
a. Menetapkan jadwal Khotbah delapan bulan, bulan Mei sampai
dengan bulan desember.
b. Setiap dua bulan dibuat jatwal Khotbah disampaikan kepada para
Khotib yang akan berkhotbah
c. Mencari dan menentukan tugas muadzin dan bilal, serta
menentukan imam rowatib dan imam sholat jum'at.
d. Mengedarkan dan mengumumkan jadwal Khotbah.
B. Program Kerja Bidang Imaroh II
a. Pendalaman al-Qur'an setiap Ahad Legi. Kegiatan ini bersifat
umum, diasuh oleh KH. Baedlowi Syamsuri, LC. (Brabo) dan
KH. Wahid Zuhdi. Krgiatan tersebut dilaksanakan mulai pukul
06.00 WIB – 08.00 WIB.
b. Jam'iyyatul Quro', setiap hari Ahad jam 09.00 WIB – 11.30 WIB.
c. Kuliah Ahad pagi remaja dalam bulan romadhan
d. Pengadaan perpustakaan.
48
C. Program Kerja Bidang Imaroh III
a. Peringatan Hari Besar Islam
- Peringatan Tahun Baru Hijriyah
- Peringatan Maulid Nabi Agung Muhammad SAW
- Peringatan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW
- Peringatan Nuzulul Qur'an
b. Ibadah sosial
- Menerima amanah zakat fitrah pada bulan Romadhon dan
zakat mal, untuk diteruskan kepada yang berhak menerima.
- Menerima titipan hewan Qorban pada hari raya 'Idul Adha,
untuk dibagikan kepada fakir miskin dan yatim piyatu.
- Kegiatan Bulan Romadhan, antara laian:
1. Khultum menjelang shalat subuh
2. Shalat Tarawih
3. Mengadakan buka bersama bagi masyarakat dan
sekitarnya.
D. Program Kerja Wakil Bidang Imaroh III
a. Peringatan Hari Besar Islam
- Peringatan Tahun Baru Hijriyah
- Peringatan Maulid Nabi Agung Muhammad SAW
- Peringatan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW
49
- Peringatan Nuzulul Qur'an
b. Ibadah sosial
- Menerima amanah zakat fitrah pada bulan Romadhon dan
zakat mal, untuk diteruskan kepada yang berhak menerima.
- Menerima titipan hewan Qorban pada hari raya 'Idul Adha,
untuk dibagikan kepada fakir miskin dan yatim piyatu.
- Kegiatan Bulan Romadhan, antara laian:
1. Kuliah Subuh (menjelang shalat subuh)
2. Pengajian setelah shalat dzuhur (dengan jadwal)
3. Shalat Tarawih
4. Kuliah senja menjelah buka puasa dan Mengadakan
buka bersama bagi masyarakat dan sekitarnya.
3. Ketua II (Bidang Idaroh)
a. Menandatangani surat keluar bidang Idaroh (rapat Idaroh, dll).
b. Memantau kegiatan administrasi, surat menyurat, keuangan
c. Mengadakan atau merencanakan berdirinya koperasi masjid
d. Memantau kegiatan perpustakaan masjid
e. Mengusulkan gaji atau THR (Tunjangan Hari Raya)karyawan
keinstansi terkait ataupun mensejahterakan karyawan.
4. Ketua III (Bidang Riayah)
a. Pembangunan atau renovasi lanjutan Masjid Agung Baitul Ma'mur
50
b. Memantau dan menjadi koordinator terciptanya kebersihan masjid
setiap hari
c. Stadi banding: direncanakan ke Masjid Besar Kudus (alun-alun)
atau ke Masjid UGM Yogyakarta.
d. Keamanan dan ketertiban Masjid
e. Memohonkan bantuan satpol PP kepada Bupati.
f. Petugas masjid yang direncanakan diruangan yang disediakan oleh
petugas, dengan tugas sebagai berikut:
- Menjaga keamanan masjid pada malam hari
- Membuka dan menutup pintu gerbang masjid pada malam hari
- Membuka pintu masjid pada malam hari.
5. Sekertaris I
a. Menandatangani surat keluar yang sifatnya resmi (surat tugas,
Depag, BKM, Pemda, dll)
b. Memantau surat masuk dan surat keluar (sudah atau belum
diagenda) kalau perlu surat itu dibalas.
c. Membuat konsep surat yang perlu dibahas
d. Menyetujui (telah membaca) ajuan pinjaman uang.
6. Sekertaris II
a. Menandatangani surat keluar yang sifatnya kedalam (rapat harian,
pleno, dll)
b. Memantau surat masuk dan keluar
51
c. Membantu tugas administrasi
7. Bendahara I
a. Pembukuan keuangan masjid secara periodic
b. Menerima uang kotak amal jum'at (dari bendahara II)
c. Menabung ke BRI dan menerima amal yang lewat rekening BRI
d. Membuat RAPB masjid
e. Membuat rekap mingguan dan bulanan serta daftar gaji karyawan
f. Mengeluarkan uang yang telah disetujui ketua umum
8. Bendahara II
a. Menghitung uang hasil kotak amal jum'at
b. Membuat laporan keuangan dipapan pengumuman secara periodik.
c. Membantu tugas bendahara I (tentang pembukuannya).
Realisasi program kerja Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan akan penulis paparkan pada bab III.
52
BAB III
MANAJEMEN DAN KEPENGURUSAN MASJID AGUNG BAITUL
MA'MUR DALAM DAKWAH ISLAM
3.1. Proses dan Perkembangan Dakwah Islamiyah
Proses dan perkembangan dakwah Islamiyah yang dilaksanakan di
Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan diawali dengan
pembentukan kegiatan dakwah pengajian bapak-bapak atas nama Al-Ma'mur
dan kegiatan dakwah pengajian ibu-ibu atas nama An-Nisa'. Kedua kegiatan
dakwah inilah yang mengawali terbentuknya kegiatan-kegiatan dakwah yang
ada di Masjid Agung Baitul Ma'mur.
Kegiatan pengajian bapak-bapak al-Ma'mur dan pengajian ibu-ibu an-
Nisa' terbentuk pada tahun 1987. Pengajian itu masih aktif sampai sekarang.
Terbentuknya kegiatan dakwah pengajian bapak-bapak al-Ma'mur dan
pengajian ibu-ibu an-Nisa merupakan pemikiran dari masyarakat sekitar
masjid. Yang menjadi sebab terbentuknya kegiatan-kegiatan dakwah tersebut
adalah belum adanya kegiatan keagamaan bagi jama'ah dan masyarakat
lingkungan sekitar Masjid Agung Baitul Ma'mur dan meningkatkan
hubungan keakraban antara sesama jama'ah dan masyarakat sekitar.
Kegiatan dakwah pengajian bapak-bapak atas nama al-Ma'mur
dilaksanakan tiga kali dalam satu bulan yaitu setiap tanggal 10, 20, dan 30.
kegiatan ini diikuti oleh masyarakat sekitar. Sedangkan kegiatan dakwah
53
pengajian ibu-ibu atas nama an-Nisa' dilaksanakan satu bulan sekali yang
sudah terjadwal yaitu setiap malam jum'at kliwon. Kegiatan pengajian ini
ditangani langsung oleh ibu-ibu PKK RW 08 Kauman Purwodadi Grobogan.
Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan pengajian ibu-ibu an-Nisa', sebagai
berikut:
Tabel 13. Daftar nama ustadz/ustdzh pengajian ibu-ibu An-Nisa'.
TANGGAL NAMA TEMPAT
16-2-2006 Bp. KH. Abdul Syukur Serambi masjid
23-3-2006 Bp. Purbiat Maulana Serambi masjid
27-4-2006 Ibu Sujati Asror Serambi masjid
01-6-2006 Ibu Hj. Sunarti Serambi masjid
06-7-2006 Ibu Muslichah/Bp. Abdul Axis Serambi masjid
10-8-2006 Bp. Taufik WK, SE Serambi masjid
14-9-2006 Bp. KH. Abdul Syukur Serambi masjid
Kegiatan dakwah pengajian ibu-ibu an-Nisa' ini telah terjadwal
selama kurang lebih satu tahun kedepan sehingga mempermudah dan
menunjukkan bahwa kegiatan dakwah tersebut telah terperencana dengan
baik.
Setelah kegiatan dakwah pengajian bapak-bapak atas nama al-
Ma'mur dan pengajian ibu-ibu atas nama an-Nisa sudah berjalan dengan
lancar dan baik, maka pengurus PKM pada tahun 1994 membentuk kegiatan
tilawatul Qur'an. Kegiatan ini ditujukan untuk tingkat anak-anak SD, SMP,
54
SMA, dan umum. Terbentuknya kegiatan Tilawatul Qur,an ini mempunyai
tujuan untuk mencerdaskan dan mendidik anak-anak dalam melafalkan dan
memahami al-Qur'an dengan baik dan benar. Kegiatan Tilawatul Qur'an ini
dipanitiai langsung oleh pengurus Pengembangan Kemakmuran Masjid
(PKM) Masjid Agung Baitul Ma'mur yang dilaksanakan setiap satu minggu
sekali yaitu setiap hari ahad (minggu) pukul 08.00 WIB. Dan yang menjadi
ustadz pada kegiatan Tilawatul Qur'an ini adalah ustadz Kamaluddin yang
berdomisili di Jl. Untung Suropati Purwodadi Grobogan.
Perkembangan pengajian Tilawatul Qur'an ini mengalami pasang
surut sebab tergantung kepada jama'ah (peserta). Peserta pengajian ini tidak
terlalu banyak yaitu + 20-an, tetapi pengajian ini tetap aktif sampai sekarang
meskipun pesertanya terkadang sedikit.
Kegiatan pengajian Tilawatul Qur'an ini sangat penting bagi
pendidikan anak-anak dizaman sekarang ini. Kenyataan yang ada anak-anak
dizaman sekarang ini kurang senang jika disuruh mengaji (belajar) al-Qur'an,
padahal al-Qur'an merupakan kitab suci bagi umat muslim dan setiap umat
muslim wajib mempelajarinya dan memahami serta mengamalkan isi
kandungannya. Sangat baik apabila setiap anak mulai dini sudah dikenalkan
kepada al-Qur'an oleh orang tuanya.
Pelaksanaan kegiatan pengajian Tilawatul Qur'an di Masjid Agung
Baitul Ma'mur ini ternyata masih banyak anak-anak sekitar masjid yang tidak
mengetahui bahwa ada kegiatan Tilawatul Qur'an di masjid sebab dari
pengurus sendiri poblikasinya sangat kurang dan terbatas. Setiap kegiatan
55
semacam ini haruslah dibuat pengumuman dan panflet yang dapat ditempel
sebagai pengumuman agar mereka mengetahi dan mendapat dorongan orang
tua sehingga mereka mempunyai minat untuk mengikutinya.
Dari kegiatan dakwah pengajian Tilawatul Qur'an ini memunculkan
kegiatan dakwah, yaitu pengajian dzikir. Pengajian dzikir ini merupakan
pengajian yang cakupannya lebih luas dibandingkan pengajian Tilawatul
Qur'an, pengajian ini diperntukkan bagi setiap lapisan masyarakat baik mulai
anak-anak, dewasa, dan orang tua.
Pengajian dzikir diadakan sejak tahun 2003. yang dilaksanakan satu
bulan sekali yaitu setiap malam selasa wage. Yang memimpin pengajian ini
adalah KH. Abdul Wahid Zuhdi dari Bandungsari Kecamatan Ngaringan
Kabupaten Grobogan.
Dengan diadakan pengajian dzikir diharapkan setiap lapisan
masyarakat yang mengikutinya bertambah kecintaan, keimanan, dan
ketaqwaannya kepada Allah SWT, sehingga mampu menciptakan
masyarakat Grobogan sebagai masyarakat yang bertaqwa kepada Allah
SWT. Dalam pelaksanaanya, pengajian dzikir mendapat respon baik dari
masyarakat dan yang menjadi jama'ah lebih banyak dibandingkan pengajian
Tilawatul Qur'an yaitu sekitar + 1000 – 1500 jama'ah.10
Dengan keberhasilan kegiatan dakwah pengajian dzikir tersebut, pada
bulan juni tahun 2004 telah terbentuk kegiatan dakwah baru yaitu "Jama'ah
Dzikir dan Maulid Ahbabul Musthofa" Kabupaten Grobogan. Pada kegiatan
10. Wawancara dengan H. Abdul Syukur, Wakil Ketua Bidang Imaroh I, 5 Mei 2006.
56
dakwah ini Masjid Agung Baitul Ma'mur hanya dijadikan sebagai tempat,
bukan sebagai pelaksana kegiatan karena pengurus kegiatan dakwah ini
merasa bahwa Masjid Agung Baitul Ma'mur merupakan Masjis Agung yang
cocok dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan dakwah yang mencakup
jama'ah lebih banyak. Kegiatan dakwah ini mengajak kepada jama'ah untuk
meningkatkan rasa taqwa kepada Allah SWT dan rasa cinta kepada Nabi
Muhammad SAW.
Kegiatan dakwah "Jama'ah Dzikir dan Maulid Ahbabul Musthofa"
Kabupaten Grobogan. Kegiatan dakwah ini dilaksanakan selapan (sebulan)
sekali yaitu setiap malam sabtu kliwon, pukul 20.00 – 22.00 WIB. Adapun
acara kegiatannya dimulai dengan pembacaan maulid Simtud Duror dan
Khotib Al-Hadad kemudian dilanjutkan dengan pengajian atau mau'idhoh
hasanah selama + 30 menit (setengah jam), kecuali pada bulan-bulan tertentu
seperti; bulan maulid, bulan rojab, dll pengajian atau mau'idhoh hasanahnya
selama + 60 menit (satu jam).
Selama kurang lebih dua tahun kegiatan dakwah ini telah mengalami
perkembangan yang begitu pesat bagi masyarakat Grobogan. Kegiatan
dakwah ini semakin meningkat dan semakin bertambah jumlah jama'ahnya,
yang semula hanya + 500 jama'ah sekarang sudah mencapai + 2.500 jama'ah.
Perkembangan kegiatan dakwah yang sangat pesat ini tidak mungkin terjadi
begitu saja, malainkan dipengarui oleh kepengurusan yang benar-benar dan
sungguh-sungguh serta struktur kepengurusan yang jelas. Adapaun sususan
57
pengurus kegiatan dakwah "Jama'ah Dzikir dan Maulid Ahbabul Musthofa"
Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut:
Pelindung : H. Bambang Pujiono, S.H
Penasehat : 1. K. Munawar Kholil
2. Habib Syeh bin Abdul Qodir As-Segaf
3. Habib Umar bin Ahmad Al-Muthohar,
S.H
4. Habib Ali bin Salim As-Segaf
5. Habib Mohammad bin Umar As-Segaf
Ketua : 1. Aslamuddin BMc
2. Miftahud Dzuha
Sekretaris : 1. Habibullah, S.Ag
2. Budi Suyoto, S.pd
Bendahara : 1. Ir. Sukarno
2. Dr. Setiawaan
Bagian-bagian :
Acara : 1. Lizamuddin Kafy
2. Abdul Qodir
Usaha : 1. Sutejo
2. Suyono AHB
Perlengkapan : 1. Sairun
58
2. Ahmad Subhan.11
Kegiatan dakwah "Jama'ah Dzikir dan Maulid Ahbabul Musthofa"
bertujuan mengajak umat muslim untuk lebih mencintai Nabi Muhammad
SAW, mentaati, dan mengamalkan sunah-sunahnya, serta mencontoh
akhlaqnya. Kegiatan ini dilaksanakan dan diisi dengan bacaan-bacaan maulid
Nabi Muhammad SAW.
3.2. Kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma'mur
Sebagaimana penulis telah sampaikan pada bab sebelumnya,
bahwasannya Masjid Agung Baitul Ma'mur merupakan masjid milik daerah
Kabupaten Grobogan, sehingga kepengurusanya ditentukan oleh BKM
(Badan Kemakmuran Masjid). Adapun BKM (Badan Kemakmuran Masjid)
adalah badan hukum yang dibentuk oleh Departemen Agama. BKM
mempunyai dua tujuan, yaitu; pertama, menjaga martabat, kesucian,
kehormatan dan kesejahteraan masjid serta tempat ibadah umat Islam atas
dasar taqwa. Kedua, meningkatkan Idaroh, Imaroh, dan Ri'ayah masjid dan
tempat ibadah umat Islam lainnya, sesuai dengan fungsinya sebagai tempat
ibadah, pusat pendidikan agama Islam non formal dan pemberdayaan
ekonomi umat serta media kesejahteraan umat. Untuk mencapai tujan
tersebut BKM mempunyai usaha-usaha, antara lain;
11. Wawancara dengan Gus Aslamuddin BMc, Ketua I Jama'h Dzikir dan Maulid Ahbabul
Musthofa, 1 Mei 2006.
59
a. Membantu pembentukan dan penyempurnaan pengurus masjid
b. Memberikan bantuan yang diperlukan baik fisik, maupun non fisik untuk
pembangunan atau rehabilitasi dan pemeliharaan masjid.
c. Membantu pembinaan perpustakaan dan balai kesehatan masjid
d. Membantu pembinaan organisasi dan administrasi pemberdayaan masjid.
e. memberikan bimbingan peningkatan mutu khutbah jum'at, 'Idul Fitri dan
'Idul Adha dengan mengadakan orientasi, penerbitan buku-buku pedoman
dan pemberdayaan masjid.
f. membentu penyelenggarakan pendidikan keagamaan bagi jama'ah masjid
dan remaja masjid, TPA/TPQ dan majlis ta'lim yang berada di masjid.
g. mengusahakan terselenggaranya radio siaran sebagai media dakwah.
h. kegiatan lain yang tidak pertentangan dengan azas dan tujuan BKM.
Pengurus BKM Kabupaten/ Kota terditi dari;
a. Pegawai Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan satuan kerja
lainnya yang terkait serta Majlis 'Ulama (MUI), Dewan Masjid Indonesia
(DMI) dan tokoh masyarakat sebagai anggota;
b. Kepala seksi pemberdayaan masjid atau kepala seksi pendidikan Al-
Qur'an dan pemberdayaan masjid atau kepala seksi Penamas pada Kantor
Departemen Agama kabupaten/Kota karena jabatannya diangkat menjadi
ketua BKM Kabupaten/Kota dan salah satu pegawai seksi pemberdayaan
masjid atau seksi pemberdayaan al-Qur'an dan pemberdayaan masjid atau
seksi Penamas menjadi sekertaris BKM Kabupaten/Kota;
60
c. Pengurs BKM Kabupaten atau Kota minimal 9 (Sembilan) orang terdiri
dari ketua, sekretaris, bendahara, bidang Idaroh, Imaroh, dan Ri'ayah.
Bahwasannya Pengurus Pengelola Kemakmuran Masjid (PKM)
Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan ini diangkat dan
diberhentikan oleh Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Kabupaten
Grobogan. Adapun susunan PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan terdiri dari; pelindung, ketua, sekertaris umum bidang Idaroh,
bendahara, Wakil Ketua bidang Ri'ayah, dan wakil ketua bidang Imaroh.12
3.3. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen
Pada dasarnya manajemen masjid merupakan satu kesatuan yang utuh
dan tidak mungkin dipisahkan. Fungsi utama masjid tidak hanya sebagai
tempat ibadah, maka dalam pembangunannya harus tersusun secara
sistemetis. Oleh karena itu dalam membangun masjid tidak boleh
mengabaikan fungsi masjid yang merupakan tempat suci, dihormati,
dipelihara dan dijaga oleh pengurus maupun jama'anya. Untuk menuju
masjid yang baik dan memberi manfa'at kapada umat atau masyarakat
disekitarnya maka pengelola Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan menempuh berbagai cara untuk mengelola, memperbaiki dan
membina masjid tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjadikan Masjid Agung
Baitul Ma'mur ini dalam satu sistem yang utuh, maka diperlukan sebuah
proses manajemen yang baik, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
12 . Wawancara dengan Drs. H. Rusdiyat, Sekertaris Umum Bidang Idaroh, 2 Maret 2006.
61
Perencanaan. Sistem perencanaan yang dilaksanakan oleh
pengurus masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan lebih
cenderung menggunakan sitem formal yaitu pengurus mengadakan rapat
atau musyawarah untuk menentukan program kerja yang akan
dilaksanakan selama satu periode. Adapun rapat atau musyawarah
tersebut dilakukan pada tanggal 1 mei 2002 dan tanggal 29 mei 2002
rapat pemutakhiran program kerja PKM (Pengelola Kemakmuran
Masjid) dan rencana Maulud Nabi Muhammad SAW, dari hasil rapat
atau musyawarah itu diteruskan dengan pelaksanaan.
Secara administrasif, pengurus PKM Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan setiap satu bulan sekali, yaitu minggu ke
dua hari rabo malam kamis mengadakan rapat atau musyawarah sehingga
dengan musyawarah tersebut diharapkan dapat memajukan masjid.13
a. Perencanaan Secara Fisik Masjid
Perencanaan secara fisik ini menyangkut urusan atau masalah
fisik atau bangunan masjid. Termasuk didalamnya mengenai
bangunan masjid itu sendiri, administrasi dan barang-barang
perlengkapan masjid. Pada periode kepengurusan 2002 sampai
dengan sekarang ini Pengurus PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur
Purwodadi Grobogan memiliki atau menetapkan beberapa
perencanaan, antara lain;
1) Perencanaan mengenai bangunan Masjid Agung Baitul Ma'mur
13 . Wawancara dengan Drs. H. Rusdiyat, Sekertaris Umum Bidang Idaro, 2 Maret 2006.
62
Secara garis besar perencanaan yang dilakukan oleh
pengurus Masjid Agung Baitul Ma'mur adalah merenovasi
masjid. Renovasi masjid tersebut telah terlaksana pada awal
kepengurusan periode ini, meliputi; serambi kanan, serambi kiri,
tempat wudhu pria, tempat wudhu wanita, toilet, kantor, ruang
perpustakaan, ruang MBT, kantor petugas, dan pagar masjid.
Renovasi tersebut dengan perubahan APBD Kabupaten Grobogan
Sebesar Rp. 497.071.000,- (empat ratus sembilan puluh tujuh juta
tujuh puluh satu ribu rupiah).
Setelah merenovasi masjid maka perencanaan selanjutnya
adalah merawat dan menjaga kebersihan masjid tersebut. Hal ini
terbukti dengan dibentuknya petugas-petugas kebersihan, antara
lain;
- Samsul; tugasnya: mengepel, menabuh bedug,
membersihkan langit-langit atau atap, menaikkan air wudhu.
- Djijo; tugasnya: membersihkan tempat wudhu dan toilet.
- Kamim; tugasnya: menyapu halaman depan, kanan dan kiri
masjid, membersihkan kaca, dan membersihkan saluran air.
- Samsul, Djijo, dan Kamim; tugasnya: membersihkan karpet
satu minggu sekali setiap hari jum'at dan pagi.14
14 . Memori Kegiatan PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan, periode
2006 sampai sekarang.
63
2) Perencanaan Administrasi Masjid
Perencanaan administrasi masjid merupakan suatu hal
yang sangat membantu terciptanya sebuah kegiatan yang
diadakan di masjid. Dalam hal ini pengurus Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan menyediakan kantor PKM yang
terletak disebelah utara masjid yang bersebelahan dengan kantor
BMT dan kantor perpustakaan. Untuk menunjang kelancaran
pengatministrasian pengurus PKM Masjid Agung baitul Ma'mur
Purwodadi Grobogan mengangkat petugas atau karyawan khusus
dibidangnya yang bertugas sebagai Tata Usaha perkantoran
Masjid, tugas yang diberikan antara lain; mengagendakan seluruh
surat masuk maupun surat keluar, mempersiapkan rapat-rapat
yang bekerja sama dengan pengurus harian (ketua umum dan
sekretaris) dan membantu proses kelancaran kegiatan-kegiatan
yang diemban oleh pengurus.
3) Perencanaan Barang-Barang Masjid
Selain beberapa planning diatas, pengurus PKM Masjid
Agung Baitul Ma'mur purwodadi Grobogan juga memiliki
planning terhadap barang atau inventaris yang dimiliki masjid.
Karena perlengkapan atau inventaris merupakan sarana untuk
kemajuan masjid maka infentaris tersebut juga harus dipelihara
dan dikelola dengan sebaik mungkin. Dibawah ini akan penulis
64
paparkan mengenai data inventaris Masjid Agung Baitul Ma'mu
Purwodadai grobogan, yaitu:15
a. Data Inventaris Masjid Agung Baitul Ma'mur (di dalam
masjid)
Tabel 14. Data inventaris Masjid Agung Batul Ma'mur (di
dalam masjid)
No Jenis Barang Jumlah Tgl/Tahun Keterangan
01 Jam besar (kuno) 01 buah 1989 - 02 Jam besar lonceng 01 buah 1995 Bantuan BKM
Prop 03 Jam dinding 01 buah 1991 Bantuan 04 Lampu hias (besar) 10 buah 1995/1996 Panitia renovasi 05 Lampu krompyong 01 buah 1996 - 06 Lampu otomatis 01 buah 28-11-01 - 07 Mimbar besar +
kursi 01 buah 1995/1996 Panitia renovasi
08 Mimbar podium 01 buah 1995/1996 Panitia renovasi 09 Almari al-Qur'an 07 buah 1993/1999 - 10 Almari soun system 01 buah 1998 - 11 Rekal 11 buah - 01 buah wakaf 12 Al-Qur'an 50 buah 1998 Wakaf 13 Kipas angina 04 buah 1993/1999 - 14 Sketsel besar 04 buah 1994 - 15 Sketsel kecil 01 buah 1996 - 16 Babut hijau 43 buah - Wakaf Dr.
Marsono 17 Karpet merah 01 buah - Wakaf Bp.Soepat
KS 18 Amplifier TOA 01 buah 1993/1999 - 19 Amplifier POWER 01 buah 1994 - 20 Mixer 04 chanel 01 buah 1993 - 21 Mix Condenser
batu 01 buah 1994 -
22 Mix Condenser biasa
02 buah 1994 -
15 . Memori Kegiatan PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan, Periode
2002 smapai dengan sekarang.
65
23 Tape recorder 01 buah 1995 - 24 Tiang mix 02 buah 1993 - 25 Kabel mix 13 m 1998 - 26 Kaset Qiro'ah - 1994 - 27 Kaset pengajian - 1994 - 28 Salon box150 watt 02 buah 1994 - 29 Sirene 01 buah 1989 - 30 Kotak amal besar 02 buah 1998 - 31 Rukuh 02 buah - Wakaf
b. Data Inventaris Masjid Agung Baitul Ma'mur (di Serambi
Masjid).
Tabel 15. Data inventaris Masjid Agung Baitul Ma'mur (di
serambi masjid)
No Jenis Barang Jumlah Tgl/Tahun Keterangan
01 Jam dinding 03 buah - - 02 Salon panjang 01 buah 1978 Bantuan BRI 03 Salon box 150 watt 06 buah 1994 - 04 Salon box kecil
(inkel) 04 buah 2000 -
05 Kipas angina temple 06 buah 1996/1998 - 06 Tempat sepatu besar 03 buah 1993/2001 - 07 Tempat septum kecil 02 buah 1993 - 08 Lampu hias (besar) 04 buah 1995/1996 - 09 Lampu hias (kecil) 12 buah 1995/1996 Panitia renovasi 10 Lampu kompyong 01 buah 1995/1996 Panitia renovasi 11 Lampu otomatis 01 buah 28-11-01 Panitia renovasi 12 Kentongan 01 buah 1998 - 13 Bedug 01 buah 1956 - 14 Meja 10 buah 1993/1998 - 15 Mimbar besar (kuno) 01 buah 1973 - 16 Mimbar besar 01 buah 1989 - 17 Papan data 01 buah 1996 - 18 Papan pengumuman 02 buah 1978 - 19 Kotak amal 02 buah - - 20 Corong/horn 25 w 05 buah 1996 - 21 Sketsel 07 buah 13-08-01 - 22 Tangga bei 02 buah 1995 -
66
besar+kecil 23 Rambu-rambu duduk 05 buah 09-08-99 - 24 Rambu-rambu
temple 16 buah 1997 -
25 Palangan besi 03 buah 2001 -
b. Perencanaan Non Fisik Masjid
Perencanaan non fisik yang dimiliki oleh Masjid Agung
Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan, antara lain;
1) Perencanaan Peribadatan
Peran masjid yang paling utama adalah untuk memotifasi
dan membangkitkan kekuatan ruhaniah dan iman. Suasana yang
berada di masjid (ditempat peribadatan Islam) mendorong
diamalkannya ibadah shalat, karena fungsi ibadah shalat adalah
mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
Pengurus Pengelola Kemakmuran Masjid (PKM) Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan berusaha
memberikan yang terbaik kepada jama'ah mengenai pelaksanaan
shalat yang dilaksanakan secara berjama'ah, sehingga ibadah
tersebut bermanfa'at. Untuk memberi pelayanan yang terbaik itu
maka pengurus PKM mengelola dengan memilih atau menunjuk
seorang imam yang mampu memberikan yang terbaik untuk
jama'ahnya. Susunan imam harian yang di pilih oleh pengurus
PKM untuk memimpin shalat lima waktu adalah sebagai berikut;
67
yang menjadi Mu'adzin pada shalat dzuhur dan 'asar adalah
Fathoni, dan mu'adzin pada shalat maghrib, 'isa, dan subuh adalah
Ikhwan. Adapun yang menjadi imam shalat rowatib (lima waktu)
adalah KH. Mahfud Amrullah.
Shalat jum'at, pelaksanaan shalat jum'at di Masjid Agung
Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan tidak ada ketentuan secara
tertulis mengenai tata cara pelaksanaannya hanya saja imam,
khotib dan mu'adzin telah ditentukan oleh pengurus. Dalam
menentukan atau memilih imam maupun khotib tidak ada syarat
yang khusus.
Adapun jadwal Khotib untuk shalat jum'at di Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan, sebagai berikut:
Tabel 16. Jadwal khotib shalat jum'at di Masjid Agung Baitul
Ma'mur.
HARI/TGL NAMA KHOTIB ALAMAT
Jum'at/3-3-06
Jum'at/10-3-06
Jum'at/17-3-06
Jum'at/24-3-06
Jum'at/31-3-06
Sapari Suripto, Sag
Drs. H. Ni'am Sukri
Purbiyat Maulana
Drs. H. Rif'an Zuhdi
Drs.H.Sri Mulyadi, MM
Depag
Brambangan
Kauman
Depag
Pemda (Ass.III Sekda)
Jum'at/7-4-06
Jum'at/14-4-06
Drs. H.Thanthowi, SH
Drs. Halimi Fatah
Pengadilan Agama
Pengadilan Agama
68
Jum'at/21-4-06
Jum'at/28-4-06
H. Bisri, S.Ag
Drs. Suwardi
KUA Kec. Purwodadi
Pengadilan Agama
Jum'at/5-5-06
Jum'at/12-5-06
Jum'at/19-5-06
Jum'at/26-5-06
Purbiat Maulana
H. Abdul Syukur
Drs. H. Ni'am Sukri
Drs. H. Bakri
Kauman
Kauman
Brambangan
Jl. Pahlawan
Jum'at/2-6-06
Jum'at/9-6-06
Jum'at/16-6-06
Jum'at/23-6-06
Jum'at/30-6-06
KH. Hamzah Matni
Drs. Mahbub Ulil Albab
Drs. H. Rif'an Zuhdi
Drs. H.Sri Mulyadi, MM
Drs. H. Muzazin
Jagalan
KUA Kec. Purwodadi
Depag
Pemda (Ass.III Sekda)
Depag
Penjadwal diatas berlaku dalam waktu yang telah
ditentukan. Mengenai penjadwalan shalat jum'at Masjid Agung
Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan adalah sebagai berikut;
setiap dua bulan sekali dibuat jadwal khotbah jum'at yang
disampaikan kepada para khotib yang akan berkhotbah. Untuk
yang bertugas, sebagai bilal shalat jum'at adalah Fathoni yang di
bantu oleh Ikhwan. Adapun yang menjadi imam shalat jum'at
adalah KH. Moch Subadri.
Kegiatan Romadhan, didalam kegiatan Romadhan ini
sudah dapat dipastikan kegiatan sangat padat, diantara kegiatan-
69
kegiatan Romadhan yang dilaksanakan di Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan adalah, antara lain:
- Kuliah subuh dilaksanakan sebabis shalat subuh.
- Kuliah dzuhur, dilaksanakan sehabis shalat dzuhur.
- Kuliah senja menjelang buka puasa yang dilanjutkan dengan
buka puasa bersama.
- Sholat tarawih
- Tadarus al-Qur'an yang dilaksanakan setelah shalat tarawih,
meliputi: bapak-bapak, ibu-ibu, remaja putra dan putri
dengan didampingi oleh coordinator yang telah ditunjuk.
- Kuliah ahad pagi bagi remaja dalam bulan romadhan.
- Halal bihalal, dilaksanakan pengurus masjid dengan warga
setempat.16
2) Perencanaan Pembinaan
Pembinaan atau pendidikan merupakan salah satu
tanggung jawab dari fungsi masjid. Masjid telah digunakan
sebagai tempat pendidikan sejak abat awak perkembangan
dakwah Islam, bahkan hingga kini budaya ta'lim yang dilakukan
di masjid masih sangat mudah ditemui (Rifa'I dan Moch
Fakhruroji, 2005: 58). Dalam hal ini pengurus PKM Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan merikrut masyarakat
16. Memori Kegiatan PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan, Periode
2003 sampai dengan Sekarang.
70
sekitarnya baik tua atau muda untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
yang telah disediakan oleh pengurus masjid. Diantara kegiatan-
kegiatan tersebut adalah:
- Pengajian bapak-bapak yang bernama al-Ma'mur yang
dilaksanakan setiap tanggal 10, 20, dan 30 dengan jama'ah
dari warga setempat.
- Pengajian ibu-ibu atas nama An-Nisa' yang ditangani oleh
PKK RW 08 Kauman, setiap malam jum'at yang bertempat
di serambi masjid.
- Pengajian setiap malam sabtu kliwon yang bernama
Jam'iyyah Ahlu Musthafa yang dipimpin/diisi oleh Habib
Syeh bin Abdul Qodir As-Segaf dari solo.
- Setiap malam sabtu kliwon diadakan dzukir bersama yang
dipimpin langsung oleh Kyai dari Bandungsari Grobogan.
- Pengajian umum yang dilaksanakan setiap ada Peringatan
Hari Besar Islam (PHBI) seperti; peringatan Tahun Baru
Hijriyah, peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW,
peringatan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW, peringatan
Nuzulul Qur'an, maupun pengajian lainnya.
- Pendalaman al-Qur'an setiap ahad legi yang diasuh oleh KH.
Baedlowi Samsuri, LC (Brabo) atau KH. Wahid Zuhdi.
Kegiatan tersebut dimulai pukul 06.00 WIB – 08.00 WIB.
71
- Jam'iyyatul Quro', dilaksanakan setiap hari ahad pukul 09.00
WIB – 11.30 WIB.
- Kuliah ahad pagi bagi remaja dalam bulan romadhan.17
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian (organizing), untuk melaksanakan kegiatan
dakwah pengurus Pengelola Kemakmuran Masjid (PKM) Masjid Agung
Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan tidak selalu membentuk pengurus
baru yang sifatnya temporer. Sama kegiatan dakwahnya baik berupa
kegiatan rutin maupun kegiatan peringatan-peringatan Hari Besar Islam,
semua itu langsung menjadi tugas dan tanggung jawab pengurus PKM
masjid sendiri. Seperti yang telah penulis sampaikan diatas bahwasannya
untuk pemilihan pengurus Pengelola Kemakmuran Masjid (PKM) Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan itu tidak dilakukan dengan
musyawarah. Melainkan pengurus PKM ditunjuk langsung oleh Badan
Kesejahteraan Masjid (BKM) Kabupaten Grobogan yang dibentuk oleh
Departemen Agama.
Berkenaan dengan hal ini, yang menjalankan pengelolaan yang
paling penting dan utama adalah yang menjalankan atau melaksanakan
pengeloaan yaitu pengelola atau disebut dengan pengurus masjid.
Pengelolaan masjid menempati posisi yang sangat penting dan sekaligus
kompleks, kerena berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan agar lebih
efektif dan efesien. Cara dan pola kerja efektif dan efesien ini tidak dapat
17 . Wawancara dengan H. Abd. Syukur, Wakil Ketua Bidang Imaroh I, 2 Maret 2006.
72
dilakukan oleh satu atau dua orang saja, apalagi pengurus masjid yang
artinya hampir sama dengan mengelola umat itu sendiri. Pada Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan terdapat kepengurusan yang
berbentuk dalam sebuah organisasi yang berusaha mengembangkan
kegiatan dan membina dakwah kepada umat Islam. Kepengurusan dalam
organisasi Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan, sebagai
berikut:
a. PELINDUNG:
1. H. Salman Agus Supriyanto, SE
2. Septa Yuardi
3. Bambang Pujiono, SH
4. KH. Hamzah Matni
5. Drs. Sulomo
6. KH. Moh Subadri. AM
7. Abdul Manan, S.Ag
b. KETUA : H. Mahfudz Amrullah
c. SEKRETARIS UMUM BIDANG IDAROH : Drs. H. Rusdiyat
SEKRETARIS I : Drs. Mad Sa'id , M.Ag
SEKRETARIS II : Fauzan S.Ag
SEKRETARIS III : Sutrisno
d. BENDAHARA I : H. Abdul Rohman
BENDAHARA II : Supaat, KS
73
e. WAKIL KETUA BIDANG RI'AYAH : Drs. H. Supomo
ANGGOTA:
1. Drs. Sutomo HP, SH. MM
2. Drs. H. Yahmo Sumarmo
3. Ir. Sudiharjo, MBA
4. Ir. Purwanto, MM
5. Drs. H. Pangkat Djoko Widodo, MM
6. Suhadi, SH
7. Ir. Moh. Chanif, ST
8. Nur Chamid
9. H. Moh. Thoha
10. Samsul Hadi
f. WAKIL KETUA BIDANG IMAROH I : H. Abd. Syukur
ANGGOTA:
1. Drs. Rif'an Zuhdi
2. Supirno
3. Ny. Suyati Asror
4. Ny. Muslichah
5. Ny. Abdul Ghani
6. Fathoni Nawawi
7. Ichwan
g. WAKIL KETUA BIDANG IMAROH II:
74
Drs. Much Mahbub Ulil Albab
ANGGOTA:
1. Drs. H. Ni'am Syukri
2. M. Taufiq Wk, SE
3. Rosjidi Yusuf
4. Hasan Taufiq
5. Musyafa' Achmad, S.Ag
6. H. Ali Musta'in
h. WAKIL KETUA BIDANG IMAROH III : Drs. H. Akhmadun
ANGGOTA:
1. Moch. Sugiyono
2. Hadi Subroto Aji, SH
3. Suryanto
4. Lis Hadi
Dari jumlah semua pengurus terdiri dari 45 orang, yang terdiri
dari; pelindung 7 orang, ketua 1 orang, sekretaris 4 orang, bendahara 2
orang, wakil ketua bidang Ri'ayah dan anggota 11 orang, wakil ketua
bidang Imaroh I dan Anggota 8 orang, wakil ketua bidang Imaro II dan
Anggota 7 orang, wakil ketua bidang Imaroh III dan anggota 5 orang.
Menurut fungsinya maka para dewan memiliki tugas antara lain;
dewan pelindung mempunyai tugas untuk memberikan perlindungan
terhadap pelaksanaan kegiatan baik mengenai masalah kegiatan dakwah
75
masjid (pembangunan fisik masjid) maupun kegiatan-kegiatan dakwah
non fisik. Ketua mempunyai tugas untuk memantau tugas-tugas bidang
Idaroh, bidang Ri'ayah, dan bidang Imaroh. Sedangkan bidang Idaroh
mempunyai tugas dalam pengadministrasian atau surat menyurat dengan
cara mengagendakan seluruh surat masuk maupun surat keluar, dan
menentukan jadwal dan mengagendakan atau mempersiapkan rapat-rapat
yang bekerjasama dengan pengurus harian dan membentu proses
kelancaran kegiatan-kegiatan yang diemban oleh pengurus.
Bidang Ri'ayah mempunyai tugas dalam hal perawatan dan
kebersihan masjid dan lingkungannya, mengusahakan kesejahteraan
petugas-petugas dan karyawan-karyawan masjid dengan mengadakan
bimbingan-bimbingan dan perhatian berupa peningkatan HR dan insentif
sesuai dengan kemampuan keuangan PKM di masjid, dan bidang Ri'ayah
juga bertugas untuk melakukan pendataan barang-barang masjid yang
dibantu oleh petugas peradministrasian dengan melihat perkembangan
barang, bagaimana dan kapan barang tersebut masuk atau didapat atau
dibeli oleh masjid.
Bidang Imaroh mempunyai tugas untuk mempersiapkan,
menjadwal dan mengatur jalannya peribadatan baik shalat fardhu, shalat
'Id, shalat tarawih, dan shalat sunah. Disamping itu bidang Imaroh juga
mempunyai tugas dalam hal pengajian, baik itu pengajian rutin yang
sudah berjalan ataupun pengajian Peringatan Hari Besar Islam (PHBI),
juga mempunyai tugas untuk mengadakan kegiatan pada bulan suci
76
romadhan seperti; kuliah subuh, kuliah dzuhur, kuliah senja yang
dilanjutkan dengan buka bersama, tadarus al-Qur'an yang dilaksanakan
setelah shalat tarawih, dan halal bihalal. Disamping itu jugan bidang
Idaro bertugas membentuk kepanitiaan Qorban, untuk pendistribusian
daging qprban kepada penduduk atau masyarakat setempat.18
Mengenai latar belakang pengurus PKM Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan, dilihat dari usianya rata-rata berusia 40
tahun keatas dan dilihat dari segi pendidikan formal kebanyakan sarjana
atau perguruan tinggi. Kepengurusan tersebut dibentuk setiap 4 tahun
sekali, tetapi pada periode 2002 sampai dengan 2005 belum ada
pergantian pengurus sehingga sampai sekarang yang bertugas
menjalankan kegiatan-kegiatan dakwah adalah masih pengurus periode
2002 sampai dengan 2005.
3. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating), kegiatan penggerakan memang selalu
dilaksanakan di Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan agar
para pengurus dapat dan bersedia untuk mengerjakan tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan dakwak yang telah direncana sehingga dapat berjalan
secara efektif dan efesien sebagaimana yang telah diharapkan. Pada
18 . Memori Kegiatan PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur, Periode 2002 sampai dengan
sekarang.
77
dasarnya penggerakan berusaha untuk menumbuhkan ethos kerja yang
baik, bukan saja dalam aktivitasnya tetapi mencakup tanggung jawab
sosial keagamaan, pembinaan profesi serta tercapainya tujuan sumua
kegiatan dan dakwah yang dilakukan oleh Masjid Agung Baitul Ma'mur
Purwodadi Grobogan yang disebabkan oleh semangat kerja dan tanggung
jawab pengurus PKM masjid.
Bentuk penggerakan yang dilakukan oleh pengurus PKM Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan adalah, sebagai berikut;
Pertama, mengadakan pertemuan-pertemuan yang telah
ditetapkan yaitu pertemuan atau rapat yang dilakukan dua munggu sekali
yang membahas tentang keuangan, kegiatan yang telah disusun (program
kerja), kebersihan, keamanan masjid, dan lain sebagainya.
Kedua, adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang satu
dengan bidang yang lain atau pengurus satu dengan pengurus yang lain
sehingga mereka akan jelas untuk melakukan tugasnya dan tidak terjadi
tabrakan dalam menjalankan tugas yang telah direncanakan sehingga
dapat memperoleh hasil dengan maksimal.
Ketiga, adanya anggaran (menggali sumber-sumber pendapatan).
Adapun yang menjadi sumber dana atau pendapatan Masjid Agung
Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan adalah APBD Pemerintah
Kabupaten Grobogan karena masjid itu milik Pemerintah Kabupaten
Grobogan. Disamping itu juga memperoleh dana dari suadaya murni
78
(jama'ah shalat jum'at), dan donatur tetap. Dengan adanya anggaran atau
dana yang dimiliki, maka sudah barang tentu penggerakan akan lebih
mudah dan kegiatanpun akan cepat berjalan dan hasilnyapun akan
memuaskan. Tanpa dana atau anggaran kegiatan-kegiatan yang sudah
terencana akan sulit terlaksana.
Keempat, tertip administrasi; mulai dari material, kekayaan
masjid (barang-barang yang dimiliki masjid), dan tertip keuangan. Itu
semua akan mempermudah untuk mempengarui dalam menggerakkan
pengurus masjid.
Penggerakan juga dilaksanakan oleh pengurus PKM Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan pada saat setelah rencana
dihasilkan, maupun ketika kegiatan sedang berlangsung. Jadi
penggerakan tidak terbatas dengan waktu karena setiap saat atau
sewaktu-waktu bisa saja dilaksanakan. Untuk menggerakkan perlu
adanya semangat, ketika memberikan semangat adakalanya dengan cara
intruksi, memberi petunjuk atau dengan bimbingan dan dorongan, serta
dapat memberikan hadiah atau bonus kepada sesama pengurus. Pengurus
merupakan team work yang harus selalu kompak atau bekerja sama
dalam menjalankan setiap kegiatan, maka dalam setiap gerak untuk
menjalankan sebuah rencana yang telah tersusun sangat dibutuhkan rasa
79
tanggung jawab yang tinggi dan selalu menjaga kedisiplinan sehingga
akan memberikan atau memperoleh hasil yang terbaik atau memuaskan.19
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling), kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh pengurus PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan
terhadap kegiatan dakwah yang dilaksanakan adalah sangat sederhana.
Diantara pengawasan atau controlling yang dilakukan oleh pengurus
PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur adalah, sebagai berikut;
Pertama, pengurus PKM masjid memberikan dan menyerahkan
tanggung jawab kepada pengurus yang berdomisili dekat dengan masjid
sehingga diharapkan mereka dapat memantau setiap kegiatan yang
sedang terlaksana apakah kegiatan itu berjalan dengan baik atau tidak.
Kedua, mengadakan forum atau rapat; pengurus PKM Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan mengadakan rapat dua
minggu sekali yaitu setiap hari rabo malam kamis, rapat tersebut
merupakan rapat yang membahas tiap-tiap program yang akan dijalankan
dan setiap bidang melaporkan setiap kegiatan yang sedang terlaksana
ataupun sudah terlaksan, maka dengan laporan semacam ini dapat
diketahui sejauh mana keberhasilan setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
19 . Wawancara dengan Drs. H. Rusdiyat, Sekertaris Umum Bidang Idaroh, 2 Maret
2006.
80
Ketiga, dengan pendataan jumlah jama'ah; dengan mendata para
jama'ah baik itu dalam peribadatan shalat maupun pengajian-pengajian
rutin yang diadakan dengan memperbandingkan jumlah jama'ah kemarin,
maka pendataan semacam ini dapat mengetahui perkembangan kwantitas
jama'ah masjid.
Kepengurusan masjid yang kinerjanya lebih berbentuk suatu team
apabila terjadi suatu kekeliruan dan kelaian atau apapun yang
berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan masjid yang menjadi
tugasnya, maka hanya ditegur dan diingatkan saja, tidak ada sanksi
khusus yang diberikannya karena kinerjanya lebih mengutamakan suatu
pengapdian. Di Masjid Agung Baitul Ma'mur ini waktu pengawasannya
juga dilaksanakan secara non periodik, pengawasan dapat dilaksanakan
setiap waktu, setiap saat dan pengawasan dilakukan dengan cara
pengawasan langsung maupun tidak langsung yaitu dengan melalui
laporan.20
20 . Wawancara dengan Drs. H. Rusdiyat, Sekretaris Umum Bidang Idaroh, 2 Maret
2006.
81
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN DAN KEPENGURUSAN MASJID AGUNG
BAITUL MA'MUR DALAM DAKWAH ISLAM
4.1. Analisis Tentang Kepengurusan Masjid Baitul Ma'mur
1. Cara Pembentukan Kepengurusan Masjid
Untuk mencapai suatu masjid yang berfungsi menciptakan
masyarakat yang ideal tentu tidak mudah. Harus memiliki pengurus yang
profesional dan memiliki pengetahuan yang luas. Pada dasarnya pengurus
adalah lembaga atau badan dalam organisasi yang bertugas "mengurus"
organisasi, ialah menyelenggarakan usaha dan kegiatan organisasi dalam
perjalanannya menuju tujuan, (Gazalba, 1994: 357).
Kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan,
sebagaimana dipaparkan pada bab III disebut Pengurus Pengelolaan
Kemakmuran Masjid (PKM) Masjid Agung Baitul Ma'mur. Pengurus
PKM Masjid ini dibentuk oleh Badan Kesejahteraan Masjid (BKM)
Kabupaten Grobogan Adapun pengurus BKM Masjid Kabupaten minimal
9 (sembilan) orang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang
Idaroh, Imaroh, dan Ri'ayah serta anggota sesuai dengan kebutuhan.
Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) merupakan badan hukum
yang dibentuk oleh Departemen Agama. Jadi, jelas bahwa pengurus PKM
Masjid Agung Baitul Ma'mur berbeda dengan pengurus masjid-masjid
82
pada umumnya. Hal ini karena Masjid Agung Baitul Ma'mur merupakan
Masjid milik Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan sehingga
pengurusnya pun lebih banyak dari orang-orang pemerintahan yang
ditunjuk langsung oleh Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Kabupaten
Grobogan yang dibentuk oleh Departemen Agama.
Jumlah pengurus PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan sebanyak 45 orang. Semua pengurus terserap kedalam susunan
pengurus PKM Masjid yang terdiri dari; pelindung, ketua, Skretaris bidang
Idaroh, bendahara, bidang Ri'ayah, dan bidang Imaroh I, II, dan III.
Semua pengurus tersebut akan didayagunakan untuk melaksanakan tugas-
tugas kegiatan dakwah masjid harus dikelompokkan kedalam tugas-tugas
kegiatan yang sudah ditetapkan. Dalam menetapkan pengurus masjid
untuk melaksanakan tugas-tugas kegiatan dakwah harus dipertimbangkan
dengan berbagai aspek, baik dalam bidang pendidikannya, keahliannya,
pengalamannya, dan karakter lain yang dipandang perlu. Dengan demikian
maka dalam pembentukan kepengurusan masjid disesuaikan dengan
bidang profesi dan keahliannya, dan tidak asal menetapkan.
Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa untuk pembentukan
kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma'mur dalam bidang Idaroh, maka
setidaknya adalah dipilih dari orang-orang yang memang mampu
menangani dan mengerti dalam bidang Idaroh atau pengatministrasian.
Begitu juga selanjutnya, untuk menangani atau mengelola bidang Ri'ayah
harus mencari tenaga yang mampu menangi dan mengerti dalam bidang
83
Ri'ayah atau mampu menjaga dan merawat masjid dalam hal fisik masjid.
Untuk menangani bidang Imaroh juga dibutuhkan tenaga yang mempunyai
pengalaman dalam bidang itu.
Disamping itu, untuk dapat melaksanakan program atau mencapai
tujuan organisasai masjid. Karena sebaik apapun mekanisme atau sistem
sangat tergantung pada manusianya. Bagi pengurus masjid ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu; watak yang positif, kecakapan, dan
pengetahuan. Karena itu ada baiknya kalau diperinci lagi syarat yang
pertama. Kepribadian seorang pemimpin haruslah:
a. Memiliki aktivitas
b. Tidak bersifat kerenjanaan (emosionalitas)
c. Mempunyai fungsi sekunder (kejiwaan)
d. Memeiliki daya konsentrasi kesadaran yang kuat
e. Memiliki kekuatan daya rohaniah
f. Memiliki kapasitas intelek yang besar. (Gazalba, 1994: 358)
Disamping syarat-syarat diatas, untuk pengurus masjid tentu harus
ditambahkan persyaratan yang paling penting, yang sesungghnya
berimbang dengan syarat-syarat yang lain, yaitu syarat taqwa.
2. Cara Pembidangan
Cara pembidangan kepengurusan Masjid Agung Baitul Ma'mur
seperti yang telah dipaparkan diatas terbagi kedalam tiga bagian umum
84
yaitu bagian bidang Idaroh, Ri'ayah, dan Imaroh, dan balum ada
pembagian lebih khusus dalam bidang-bidangnya.
Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan merupakan
masjid daerah yang seharusnya memiliki struktur kepengurusan yang lebih
terinci sehingga mampu menciptakan kegiatan-kegiatan yang lebih
terorganisir, yang secara umum dapat dikelompokkan berupa pendidikan,
pembinaan ekonomi, sosial masyarakat (kesejahteraan, olah raga, panti-
panti asuhan) dan perlu juga diperluas dengan adanya suatu bidang usaha
yang menghasilkan dana untuk melaksanakan program-program masjid,
(Supardi dan Teuku Amiruddin, 2001: 24).
Mengingat Masjid Agung Baitul Ma'mur memiliki wilayah kerja
atau area pembinaan kepada masyarakat yang cakupannya lebih luas maka
untuk masing-masing bidang pengurus masjid dapat membuat struktur
kepengurusan secara sendiri-sendiri sementara pada tingkat koordinator
juga memiliki struktur kepengurusan tersendiri.
Pembidangan kegiatan-kegiatan dakwah kepengurusan masjid
dapat dialokasikan menurut fungsinya, wilayah kegiatannya, proses
kegiatannya, dan menurut rekaannya.
Untuk menunjang pembidangan kegiatan dakwah kepengurusan
masjid perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengetahui sasaran-sasaran kegiatan yang akan dilaksanakan.
85
b. Membagi pekerjaan atau aktivitas kegiatan dakwah masjid kedalam
bagian-bagian yang terinci dan jelas.
c. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas kegiatan dakwah masjid kedalam
unit-unit praktis yang didasarkan atas persamaan tugas, kepentingan
dan pengelompoan pengurus masjid yang akan mengerjakan tugas-
tugas kegiatan dakwah masjid.
d. Menetapkan kewajiban-kewajiban dan menyediakan peralatan-
peralatan yang dapat menunjang kalancaran kegiatan dakwah masjid.
e. Memberitahukan hasil-hasil yang diharapkan dalam setiap aktivitas
kegiatan dakwah masjid kepada para pengurus masjid. (Machasin,
1987: 39)
Pembidangan kegiatan-kegiatan dakwah masjid menurut wilayah
kerjanya dimaksudkan bahwa suatu tindakan atau aktifitas kegiatan
dakwah masjid dapat berjalan lancar, maka diperlukan pembagian wilayah
kerja dengan cara membagi pekerjaan atau kegiatan dakwah dalam bidang-
bidang, sub bidang sampai kepada unit kerja yang lebih operasional.
Sedangkan pembidangan kegiatan dakwah masjid menurut prosesnya
adalah penetapan cara-cara kerja yang harus ditempuh untuk setiap jenis
kegiatan yang ditetapkan, baik menyangkut methode, prosedur, tehnik
maupun media dan sarana yang akan menunjang efektivitas dan efisiensi
kerja kegiatan-kegiatan masjid itu sendiri. Dan pembidangan kegiatan-
kegiatan masjid menurut rekaannya dimaksudkan sebagai pembagian dan
86
pengelompokan kegiatan-kegiatan masjid kedalam jenis-jenisnya, tujuan,
dan sasaran-sasaran yang diharapkan.
Sebagai contoh pembidangan kegiatan-kegiatan dakwah Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan dapat dialokasikan kedalam
bidang Idaroh, bidang Ri'ayah, dan bidang Imaroh. Kemudian bidang-
bidang itu dapat dibagi lagi kedalam departemen-departemen, bagian-
bagian, seksi dan sampai pembagian kerja yang terkecil. Masing-masing
menangani tugas pekerjaan tertentu sehingga arah pekerjaan itu tidak
simpang siur.
3. Cara Penetapan Program
Sejalan dengan tujuan-tujuan dakwah Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan maka perlu dirumuskan atau ditetapkan
program-program kegiatan yang akan dilaksanakan, sebagaimana
program-program Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan
yang telah penulis paparkan dalam bab sebelumnya. Program itu harus
dipertimbangkan dengan problema-problema jamaah yang ada dan
membutuhkan perhatian segera. Seperti problema-problema jamaah yang
harus dialokasikan terlebih dahulu, kemudian dipilih dalam skala prioritas
tertentu. Mana prioritas masalah yang perlu diutamakan, bagaimana
alokasi waktu untuk menyelesaikan suatu masalah yang menjadi prioritas
utama, bagaimana untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan masjid itu (baik
menyangkut methode, prosedur maupun teknik kerjanya, bagaimana
membiayai penyelenggaraan kegiatan-kegiatan masjid itu dan sebagainya,
87
harus disusun secara sistematik dan terprogram. Dengan demikian urutan-
urutan kegiatan masjid akan teratur, tidak asal dikerjakan saja. (Machasin,
1987: 35)
Terlepas dari program-program Masjid Agung Baitul Ma'mur
Purwodadi Grobogan yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya,
maka yang paling penting suatu program kegiatan masjid harus disusun
berdasarkan problema jamaah masjid yang ada dan membutuhkan
perhatian dengan segera. Program-program itu itu harus disusun dalam
suatu gambaran kerja secara praktis sehingga bentuk kegiatannya jelas.
Semua ini tergantung pada keadaan yang ada, kemampuan pengurus PKM
masjid, dana yang tersedia, serta faktor-faktor pendukung lainnya.
4.2. Analisis tentang Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen pada Proses
Pengelolaan Dakwah Islamiyah di Masjid Baitul Ma'mur
Masjid merupakan tempat untuk pembinaan umat, dan sebagai
tempat untuk beribadah seorang hamba kepada Tuhannya, sebagai tempat
untuk dakwah Islamiyah dan sebagai tempat untuk sosialisasi
kemasyarakatan, dan lain-lain, maka sudah barang tentu dalam setiap proses
dakwah yang dilakukan oleh masjid menghendaki hasil yang baik, yaitu
mampu memberikan pengaruh, dasar, arah, dan dorongan kepada jama'ah
atas perubahan sosio-kultural secara Islami. Untuk mewujudkan semua itu
dibutuhkan suatu manajemen yang mampu dan baik sehingga dengan
tenaga, biaya dan sumber daya yang terbatas dapat diperoleh hasil yang
sebaik-baiknya.
88
Dalam bab III, telah penulis paparkan tentang penerapan fungsi-
fungsi manajemen pada proses pengelolaan dakwah Islamiyah di Masjid
Baitul Ma'mur, maka dalam bab IV ini penulis akan menganalisa tentang
penerapan fungsi-fungsi manajemen pada kepengurusan Masjid Agung
Baitul Ma'mur dalam pengembangan dakwah Islamiyah di Purwodadi
Grobogan, sebagai berikut:
1. Analisis tentang Perencanaan (Planning) Masjid Baitul Ma'mur
Agar setiap kegiatan dakwah dapat berjalan dengan baik, maka
setiap kegiatan harus direncanakan terlebih dahulu secara matang, maka
perencanaan dakwah suatu ketentuan, keputusan dan persiapan yang
harus dipersiapkan dalam suatu aktifitas dakwah untuk menciptakan
kondisi kehidupan beragama Islam yang lebih baik. Ketentuan atau
persiapan ini merupakan gambaran tentang tujuan atau keinginan yang
diharapkan dan bagai mana cara mewujudkan atau mencapai tujuan
tersebut dengan hasil yang sebaik-baiknya. Dengan demikian
perencanaan dakwah Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan dapat diartikan sebagi perumusan, penetapan secara
sistemetik mengenai tujuan-tujuan dakwah (what), cara mencapai tujuan
dakwah yang diinginkan (how), faktor yang melatar belakangi
dilaksanakan dakwah (why), sarana dan prasarana yang mendukung
aktivitas dakwah (where), waktu pelaksanaan aktifitas dakwah dan
tenaga yang akan diberi tugas untuk melaksanakan dakwah (when).
Semua aspek dasar yang harus dirumuskan itu harus disusun secara
89
logis, rasional, sistematik dan jelas, sehingga setiap tindakan dakwah itu
nantinya akan dapat dinilai hasilnya.
Perencanaan sangat penting sebagai penetapan fokus dan sebagai
jalan yang akan ditempuh sehingga semua recources dapat kita
pergunakan sebesar-besarnya untuk mencapai tujuan dan fokus yang
sudah ditetapkan ini. tanpa perencanaan maka pekerjaan akan akan
centang perenang, tidak menentu, dan tidak terfokus sehingga terjadi
penghamburan sumber-sumber kekayaan yang dimiliki yang justru tidak
disukai oleh Allah SWT. (Harahap, 1993: 31).
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada pengurus PKM
Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan bahwa ada waktu
khusus bagi para pengurus untuk rapat atau musyawah, dimana ide-ide
dapat dituangkan dan dibahas sehingga menjadi sebuah rencana
kegiatan dakwah masjid.
Dari beberapa perencanaan Masjid Agung Baitul Ma'mur secara
fisik yaitu pada kepengurusan bidang riayah adalah merenovasi
bangunan masjid dan memantau serta menjadi koordinator agar
terciptanya kebersihan, keamanan, dan ketertiban masjid, memang harus
dilakukan karena penampilan secara fisik hendaknya memberikan kesan
bahwa bangunan masjid tersebut kokoh, teratur dan mencerminkan
kesatuan bentuk fisik dengan fungsi dan lingkungan sekelilingnya.
Selain itu kebersihan, keindahan, dan ketertiban dapat membut
ketenangan hati jama'ah sehingga dapat menciptakan kekhusu'an
90
terhadap jama'ah itu sendiri ketika mereka melakukan ibadah. Diantara
rencana yang direnovasi mengenai tata bangunan atau merenovasi
masjid, serambi kanan, serambi kiri, tempat wudhu pria dan wanita,
toilet, kantor, ruang perpustakaan, bidang, pagar, dan kantor petugas.
Semua itu sudah terlaksan pada awal tahun kepengurusan periode ini
yaitu tahun 2002 dengan perubahan APBD Kabupaten Grobogan
sebesar 497.071.000,- (empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh
puluh satu ribu rupiah). Yang paling penting dari semua itu adalah
melakukan perawatan masjid agar masjid tetap kokoh, bersih dan indah
dipandang. Hal ini sudah terlihat pada Masjid Agung Baitul Ma'mur,
dimana masjid tersebut membentuk atau menugaskan orang-orang yang
bertanggung jawab dalam kebersihan dan keamanan masjid yang
dilakukan setiap hari. Pengurus PKM masjid merencanakan agar
petugas keamanan menetap diruangan yang telah disediakan agar
menjaga keamanan masjid pada malam hari, membuka dan menutup
gerbang masjid pada malam hari, dan membuka pintu masjid pada
malam hari.
Pada bidang idaroh, agar pengelolaan Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan dapat berjalan dengan baik dan teratur
maka dibutuhkan administrasi yang baik juga. Pada hakikatnya
administrasi adalah tata penyelenggaraan dari pada keputusan-
kepurusan seseorang atau suatu penggambaran tugas atau pengusaha
didalam rangka suatu politik cina mencapai suatu tujuan (Admosudirjo,
91
1980: 34). Administrasi ini memang harus dijalankan untuk mengatur
dan menata bagian-bagian yang perlu dibukukan. Untuk pengaturan
keperluan administrasi disediakan kantor PKM Masjid Agung Baitul
Ma'mur yang terletak disebelah utara yang bersebelahan dengan kantor
BMT dan perpustakaan. Untuk menunjang kelancaran
pengadministrasian pengurus PKM masjid mengangkat petugas atau
karyawan khusus dibidangnya yang bertugas sebagai tata usaha
perkantoran masjid yang tugasnya adalah mengagendakan seluruh surat
masuk maupun surat keluar, mempersiapkan rapat-rapat yang
bekerjasama dengan pengurus harian dan membantu proses kelancaran
kegiatan-kegiatan yang diemban oleh pengurus.21
Perencanaan sangat penting untuk dasar penyusunan kerja dan
penyusunan struktur organisasi, tanpa perencanaan, tanpa tujuan yang
akan dicapai bagaimana mungkin kita menyusun langkah-langkah dan
lembaga yang akan mengerjakannya tujuan itu akan tercapai dengan
melakukan berbagai langkah. Langkah kebijaksanaan ini akan
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan oleh orang yang ditunjuk dan
ditugaskan untuk mencapainya. Ada beberapa pendekatan dalam
penyusunan rencana. Mulai dari pendekatan otokratis, demokratis,
sampai pada metode campuran. (Harahap, 1993:32).
21 . Wawancara dengan Drs. H. Rusdiyat, Sekretaris Umum Bidang Idaroh, 2 Maret
2006.
92
a. Otokratis
Otokratis berarti rencana disusun oleh orang tertentu
biasanya kaum elit atau atasan langsung. Tidak melibatkan bawahan
sama sekali. Namun bukan berarti tidak memikirkan keadaan
bawahan. Dalam kaitannya dengan manajemen masjid maka
perencanaan ini dapat dirumuskan oleh Dewan Masjid, bisa oleh
pemerintah bisa penguat adat, aparatur lurah, dan kaum intelektual
didaerah itu. Tanpa mengikutsertakan jama'ah.
b. Demokratis
Dalam metode ini perencanaan diserahkan pada anggota atau
jama'ah. Mereka diminta merumuskan apa yang akan kita capai dan
apa yang akan kita lakukan nanti. Suara mereka didengar, saran
mereka dipertimbangkan dan keputusan diantara mereka diambil.
Pemimpin mayarakat perpedoman pada suara terbanyak dari
jama'ahnya.
c. Campuran
Dalam metode ini bisa saja atasan memberikan beberapa
patokan harus ini harus itu, yang ini boleh yang ini dapat
didiskusikan. Masalah ini wewenang pusat yang ini wewenang
daerah, dan sebagainya. Jadi pendekatannya adalah
mengkombinasikan kedua sistem diatas.
93
Ternyata di Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan
dalam menyusun perencanaan mengadakan pendekatan demokratis yaitu
pengurus PKM masjid mengadakan rapat, tidak hanya pengurus harian
tetapi juga diikuti oleh penurus-pengurus yang lain dan setiap pengurus itu
mempunyai hak suara untuk memberikan ide dan saran dalam menyusun
perencanaan masjid.
Dalam merumuskan rencana biasanya dapat dilakukan analisis
WOTS UP (Weakness, Opportunity, Threats, Strength, Underlying Plan).
(Harahap, 1993: 33). Termologi ini akan penulis jelaskan sebagai berikut.
a. Weakness
Dalam hal ini dicari dan dirumuskan kelemahan-kelemahan
yang dimiliki masjid dan lingkungnnya.
b. Opportunity
Disini dijelaskan berbagai kemungkinan peluang yang dapat
dimanfa'atkan untuk mencapai tujuan.
c. Threats
Disini dirumuskan ancaman-ancaman yang mungkin dapat
terjadi dalam mencapai tujuan jama'ah.
d. Strength
Disini dirumuskan apa kekuatan yang dimiliki yang dapat
dimanfa'atkan untuk mencapai tujuan.
94
e. Underlying Plan
Dari berbagai rumusan diatas maka dirumuskan rencana yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Dengan adanya perencanaan yang jelas dan matang akan
memberikan konstribusi yang amat besar bagi perkembangan Masjid
Agung Baitul Ma'mur sehingga masjid tersebut menjadi hidup dan
semarak dengan bentuk-bentuk kegiatan.
Pada kepengurusan bidang imaroh membawahi dan bertanggung
jawab dalam setiap kegiatan-kegiatan dakwah di Masjid Agung Baitul
Ma'mur, diantara kegiatan-kegiatan dakwah di Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan antara lain;
a. Shalat lima waktu
Dalam ibadah shalat di Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan pengurus telah menyusun jadwal, menentukan imamnya,
dan menentukan mua'adzinnya. Hal itu dimaksudkan agar jama'ah
tidak jenuh dan bosan.
b. Shalat jum'at
Dalam pelaksanaan ibadah shalat jum'at di Masjid Agung Baitul
Ma'mur Purwodadi Grobogan pengurus telah menyusun jadwal bagi
petugas yang memimpin (imam) shalat jum'at, khotib dan bilal.
Penjadwalan dilaksanakan setiap dua bulan sekali dengan khotib yang
berbeda. Sebagaimana yang telah penulis uraikan dalam bab
95
sebelumnya. Jadwal yang telah tersusun atau terbentuk langsung
disampaikan kepada para khotib yang akan berkhotbah, dengan tujuan
agar mereka mempunyai persiapan terlebih dahulu sesuai dengan tema
yang telah ditentukan.
c. Pengajian
Kegiatan pengajian rutin di Masjid Agung Baitul Ma'mur
Purwodadi Grobogan telah terjadwal dengan rapi, seperti; pengajian
bapak-bapak atas nama al-Makmur yang dilaksanakan setiap tanggal
10, 20, dan 30. pengajian ibu-ibu atas nama An-Nisa' yang ditangani
oleh PKK RW 08 Kauman dilaksanakan setiap malam jum'at,
pengajian Ahbabul musthofa dilaksanakan setiap malam sabtu kliwon,
dan dzikir bersama dilaksanakan setiap malam jum'at kliwon. Dengan
jadwal semacam itu supaya mempermudah jama'ah yang mengikuti
kegiatan pengajian tersebut.
Pengajian Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dilaksanakan
sesuai dengan peringatan hari besar Islam yang sedang berjalan dengan
pelaksanaannya dilserahkan kepada IRMA dan karang taruna
setempat. Sedangkan pembicara diambil dari luar maupun dari dalam
kepengurusan tersendiri sesuai dengan hasil kesepakatan panitia.
Untuk dana ataupun kebutuhan dibebankan kepada bendahara PKM
setelah mendapat persetujuan dari ketua umum PKM.
96
d. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Kegiatan lain yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan
yang diadakan di Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan
adalah membentuk kepanitiaan qorban, untuk pendistribusian
dagingnya dibagikan kepada penduduk atau masyarakat. Disampaing
itu juga dibentuk kepanitiaan zakat fitrah dan zakat mal, dengan
adanya kepanitiaan maka pendistribusian zakat tersebut akan sesuai
dengan syairat Islam (tidak salah dalam pendistribusian).
Dalam bulan suci Romadhan di masjid Agung Baitul Ma'mur
diadakan kegiatan-kegiatan yang telah diatur oleh panitia. Kegiatan
yang ada antara lain; shalat tarawih, tadarus al-Qur'an, pengajian
Romadhon (kuliah subuh, kuliah dzuhur dan kuliah senja), buka
bersama. Dengan semua kegiatan yang diadakan di Masjid Agung
Baitul Ma'mur supaya masyarakan dapat menjadiikan bulan suci
Romadhan dengan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
2. Analisis tentang Pengorganisasian (Organizing) Masjid Baitul Ma'mur
Setiap usaha untuk mencapai tujuan apalagi harus melibatkan
orang banyak mutlak diperlukakn organisasi. Setiap organisasi harus
dijalankan secara profesional dengan menerapkan ilmu manajemen.
Pengelolaan organisasi masjid dituntut menggunakan manajemen
yang berhasil guna berdaya guna (efektif dan efisien) dalam arti kata dapat
97
dipertanggung jawabkan baik secara material maupun spiritual (moral).
Tentu ukuran efektif dan efisien bukan dalam mencati keuntungan (laba
material) akan tetapi dengan suatu prinsip dasar bahwa dengan sumber
daya (dana dan keahlian) yang terbatas, mampu menciptakan aktivitas
"memakmurkan" umat Islam secara optimal sesuai dengan tuntutan dan
tuntunan syari'at Islamiyah (Supardi dan Teuku aminiddin, 2001: 23).
Pengorganisasian merupakan langkah dinamis suatu organisasi. Ini berarti
kerjasama sekelompok orang untuk melakukan tindakan guna mencapai
tujuan bersama itu akan menimbulkan hubungan kalakuan yang saling kait
mengkait.
Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan merupakan
masjid milik Kabupaten Grobogan, untuk menunjang keberhasilan setiap
kegiatan maka harus dibentuk sebuah organisasi yang dapat mengurusi
masjid tersebut. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa
organisasi Masjid Agung Baitul Ma'mur terdiri dari; dewan pelindung,
ketua umum, bidang Idaroh, Bidang Ri'ayah, dan bidang imaroh.
Setelah terbentuknya organisasi tersebut, maka hal seterusnya yang
harus dilakukan adalah melakukan pembagian kerja atau tugas kedalam
bidang-bidang tersebut dimaksudkan agar memudahkan koordinasi kerja
sehingga setiap bidang mempunyai tugas yang dapat dialokasikan secara
terperinci. Pembagian pekerjaan atau tugas menurut wilayah kerjanya
dimaksudkan bahwa agar suatu tindakan atau aktifitas dakwah itu dapat
berjalan dengan lancar, maka diperlukan pembagian wilayah dengan cara
98
membagi pekerjaan kedalam bidang-bidang, sub bidang, sampai kepada
unit kerja yang lebih operasional. Sedangkan pembagian pekerjaan
menurut prosesnya adalah penetapan cara-cara kerja yang harus ditempuh
oleh setiap jenis pekerjaan yang ditetapkan, baik menyangkut metode,
tehnik maupun media dan sarana yang dapat menunjang efektivitas dan
efesiensi kerja itu sendiri. Dan pembagian kerja menurut rekaannya
dimaksudkan sebagai pembagian dan pengelompokan pekerjaan kedalam
jenis-jenis usaha dan keinginan-keinginan atau tujuan, sasaran sasaran
yang diharapkan.
Dewan pelindung Masjid Agung baitul Ma'mur, dewan ini bertugas
sebagai pelindung bagi pengurus atas setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Dewan pelindung ini terdiri dari; H. Salman Agus Supriyanto, Septa
Yuardi, Bambang Pujiono, SH, KH. Hamzah Matni, Drs. Sulomo, KH.
Moh Subadri. AM, Abdul Manan.
Ketua umum, bertindak untuk memantau tugas-tugas bidang
Idaroh, bidang Ri'ayah, dan bidang Imaroh. Yang menjadi ketua umum
Masjid Agung Baitul Ma'mur adalah H. Mahfudz Amrullah.
Bidang Idaroh, bertindak sebagai pengadministrasian masjid,
yaitu; mengagendakan seluruh surat masuk ataupun surat keluar,
mempersiapkan rapat-rapat dan membantu kelancaran kegiatan-kegiatan
yang diemban oleh pengurus. bidang ini terdiri dari; Drs. H. Rusdiyat, Drs.
Mad Sa'id, M.Ag, Fauzan, S.Ag, Sutrisno.
99
Bidang Ri'ayah, bertidak sebagai penanggung jawab terhadap
perawatan dan kebersihan masjid, mengusahakan kesejahteraan para
karyawan dan petugas dimasjid dengan mengadakan bimbingan-
bimbingan dan perhatian berupa peningkatan dan intensif sesuai dengan
kemampuan PKM di masjid. bidang ini terdiri dari; Drs. Supomo, Drs.
Sutomo HP, SH. MM, Drs. H. Yahmo Sumarno. S, Ir. Purwoto, MM, Drs.
H. Pangkat Djoko Widodo, MM, Suhadi, SH, Ir. Muh Chanif, ST, Nur
Chamid, H. Moh Thoha, dan Samsul Hadi.
Bidang Imaroh, bidang ini dibagi menjadi tiga yaitu; bidang
Imaroh I, bidang Imaroh II, dan Bidang Imaro III. bertugas menangani
masalah peribadatan mulai shalat fardhu, shalat 'Id, shalat tarawih dan
shalat sunah seperti shalat gerhana. Bidang Imaroh juga bertugas
menangani kegiatan pengajian baik pengajian rutin maupun pengajian
PHBI. Disamping itu kegiatan lain yang berhubungan dengansosial
kemasyarakatan seperti pengajian umum, kegiatan bulan Romadhan,
membentuk kepanitiaan Qorban, membentuk kepanitian zakat fitrah dan
zakat mal. Bidang Imaroh I terdiri dari; H. Abd Syukur, Drs. Rif'an Zuhdi,
Supirno, Ny. Suyati Asror, Ny. Abdul Ghoni, Ny. Muslichah, Fathoni
Nawawi, dan Ichwan. Bidang Imaroh II terdiri dari; Drs. Much Mahbub
Ulil Albab, Drs. H. Ni'am Syukri, M. Taufiq WK, SE, Rosjidi Yusuf,
Hasan Taufiq, Musyafa' Achmad, S.Ag, dan H. Ali Musta'in. Bidang
Imaroh III terdiri dari; Drs. H. Akhmadun, Moch Sugiono, H. Subroto Aji,
SH, Suryanto, dan Lis Hadi.
100
Organisasi yang dibentuk dengan struktur seperti tersebut diatas
sudah cukup mewakili bentuk perkembangan yang baik dan modern.
Selain itu dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah maupun sosial,
pengurus Masjid Agung Baitul Ma'mur tidak selalu membentuk pengurus
baru (temporer) melainkan ditangani oleh pengurus PKM masjid sendiri.
Setelah ada struktur organisasi ini maka yang harus dilakukan
adalah merumuskan daftar tugas masing-masing bagian. Dalam daftar ini
dijelaskan apa yang harus dilakukan oleh bagian. Apa sasarannya dan
dengan siapa dia bekerjasama, bertanggung jawab, dan memerintah.
Dalam membuat sasaran maka akan menjadi ukuran nanti apakah bagian
ini berhasil melaksanakan tugasnya atau tidak. Hal ini juga akan dapat
dijadikan dalam melakukan penilai prestasi atau performance evaluation
(PE). PE ini akan menjadi dasar atau penalty pada yang bersangkutan.
(Harahap, 1993: 40)
Pengorganisasian dakwah menyebabkan timbulnya sebuah struktur
organisasi yang dapat dianggap sebagai sebuah kerangka yang merupakan
titik pusat sekitar apa seseorang dapat menggabungkan usaha-usaha
dengan baik. Struktur organisasi adalah suatu bagian yang bertujuan
membagi tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau bagian. (Harahap,
1993: 40). Struktr organisasi juga merupakan sebuah kerangka kerja untuk
mensistimatisir aktivitas yang akan dilakukan (Machasin, 1987: 42).
Bagian ini akan bekerjasama dengan bagian lain untuk melaksanakan
tugas yang dirumuskan dalam organisasi. Struktur organisasi akan
101
menggambarkan fungsi masing-masing bagian, batas wewenang yang
dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus dipikulnya, hubungannya
dengan bagian lain, atasannya, dan bawahannya.
Dalam membuat struktur organisasi pengurus Masjid Agung Baitul
Ma'mur memakai sistem yang sederhana tetapi sekalipun sederhana sudah
cukup mewakili setiap pokok tugas yang ada. Menurut penulis pangurus
PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur telah mengolah cara penugasan dari
berbagai kegiatan dan membentuk koordinasi atas kegiatan-kegiatan yang
ada. Kemudian membangun sistem baik sistem kewenangan maupun
sistem administratif. Dengan pengorganisasian tersebut diharapkan antara
sumber daya manusia dengan tingkat kesulitan pekerjaan dapat seimbang
dan tepat.
3. Analisis tentang Penggerakan (Actuating) Masjid Baitul Ma'mur
Penggerakan memiliki arti penting dalam melaksanakan setiap
kegiatan apapun di masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan.
Permasalahan pokok dari penggerakan adalah bagaimana cara
menggerakkan pengurus agar melaksanakan tugas-tugasnya dengan
kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Menurut penulis penggerakan merupakan suatu hal yang tidak kalah
penting dalam pengelolaan masjid, sebab tanpa penggerakan maka rencana
yang sudah tersusun, pengorganisasian yang sudah terbentuk rapi tidak ada
artinya sama sekali sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat
dicapai disebabkan kerena tidak adanya penggerakan atau semangat kerja.
102
Hal yang sangat mendasar dalam mencapai sukses manajemen masjid
adalah mengusahakan agar para pengurus sebagai anggota manajemen itu
bersedia dan penuh tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah diprogramkan. Oleh sebab itu
tantangan utama dalam penggerakan adalah mencari alternatif dan cara
terbaik untuk menggerakkan para pengurus masjid agar bersedia
melaksanakan tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan dengan penuh tanggung
jawab.
Kegiatan dakwah di Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi
Grobogan juga memerlukan danya penggerakan. Diantara penggerakan
yang dilakukan oleh pengurus masjid adalah mengadakan rapat yang
dilakukan dua minggu sekali, adanya pembagian tugas yang jelas, adanya
anggaran yang dapat digunakan untuk melakukan kegiaatan, dan tertibnya
administrasi.22 Disamping itu semua dalam usaha untuk menggerakkan
para pengurus agar dengan sadar dan penuh tanggung jawab
melaksanakan tugas dan kegiatan dakwah di masjid, maka mereka ini
harus dimotivasi, dibimbing, dihantarkan, diberi petunjuk-petnjuk kerja,
dikoordinasikan secara baik, diberi contoh atau petunjuk serta perlu dijalin
hubungan komunikasi yang sehat. Penggerakan seperti itu akan
menyentuh sehingga mereka merasa diperhatikan dan mereka akan
menjalankan tugasnya dengan baik.
22 . Wawancara dengan Drs. H. Rusdiyat, Sekretaris Umum Bidang Idaroh, 2 Maret
2006.
103
Motivasi merupakan tugas seorang pemimpin untuk mengajak
semua setafnya secara serius dan mereka merasa tanpa dibebani dan
dipaksa bekerja mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan koordinasi
merupakan keharusan dalam suatu organisasi agar setiap bagian bekerja
efesien, searah, dan serempak mencapai tujuan organisasi. Sehingga
hubungan kerja tidak ada yang tumpang tindih dan tertinggal. Semua
potensi organisasi diarahkan pada upaya pencapaian tujuan organisasi
yang sudah ditetapkan. (Harahap, 1993: 46).
Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada empat cara
utama dalam usaha memelihara koordinasi adalah:
a. Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit-unit yang
harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan
diadakan pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan
dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam
mencapai suatu tujuan.
b. Mengangkat seseorang, suatu team atau panitia koordinator yang
khusus bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi seperti
memberi penjelasan-penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang
dikoordinasikannya.
c. Membuat buku pedoman, yang memuat tugas dari masing-masing datu
sama lain. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit
untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
104
d. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan informal
dengan bawahannya dalam rangka memberikan bimbingan, konsultasi,
dan pengarahan. (Manullang, 1985: 78-79).
Melakukan kegiatan koordinasi dengan berbagai cara seperti
tersebut diatas adalah amat perlu, sebab dengan adanya kegiatan
koordinasi dapat menghindarkan konflik; mengurangi duplikasi tugas;
meniadakan pengangguran; melenyapkan kepentingan unit sendiri dan
memperkokoh kerjasama. Dengan koordinasi dapat diharapkan akan
tercipta suasana kerjasama kesatuan tindakan dan kesatuan tujuan akhir.
4. Analisis tentang Pengawasan (Controlling) Masjid Baitul Ma'mur
Pengawasan adalah merupakan fungsi manajer atau organisasi
yang menjamin agar tujuan organisasi tercapai sesuai tujuan tanpa
mengandung penyimpangan dan pemborosan. Pelaksanaan fungsi
pengawasan ini dapat berupa upaya yang eksplisit dan dapat berupa
kegiatan yang implisit atau menyatu dalam sistem organisasi. Pengawasan
bisa pula berupa kegiatan yang dilakukan dari luar organisasi bisa pula
bisa pula dari dalam intern organisasi. (Harahap, 1993: 46).
Pengawasan atau pengendalian pada dasarnya dilakukan untuk
memeriksa dan mengetahui sampai dimana usaha-usaha atau kegiatan-
kegiatan dakwah masjid telah dilakukan. Di Masjid Agung Baitul Ma'mur
Purwodadi Grobogan juga melakukan pengawasan untuk
menyempurnakan dan melakukan tindakan-tindakan perbaikan terhadap
105
masalah-masalah yang timbul ditubuh kepengurusan masjid sebelum
terlambat. Disamping itu juga, kegiatan pengawasan ini dilakukan bukan
untuk mencari kesalahan dan kelemahan pengurus masjid dalam
menjalankan tugasnya, tetapi berusaha untuk mencocokkan aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan itu sudah sesuai dengan program yang telah
ditentukan dan mengarah kepada pencapaian tujuan atau tidak. Dengan
demikian kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan dan hambatan-
hambatan dalam menjalankan kegiatan masjid dapat diketahui sumbernya
untuk kemudian dicari jalan pemecahannya secara baik.
Dalam hal ini pengawasan harus dilaksanakan secara sistematis
serta harus terus menerus seperti halnya yang dilakukan oleh pengurus
Masjid Agung baitul Ma'mur bahwa pengawasan dapat dilakukan kapan
saja. Selain itu dalam hal pengawasan ini mereka lebih menyerahkan
kepada pengurus masjid yang lebih dekat sebab itu lebih memungkinkan
untuk selalu mengawasi setiap kegiatan, dan mengadakan rapat yang
dilakukan setiap dua minggu sekali yaitu setiap malam kamis. Rapat
tersebut merupakan rapat pertanggungjawaban setiap bidang menganai
tugas-tugas yang telah diberikan. Dalam melakukan pengawasan
berdasarkan pada prinsip-prinsip pengawasan yaitu:
a. Dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan-kegiatan
yang harus diawasi.
b. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan
c. Fleksibel.
106
d. Dapat mereflektir pola organisasi.
e. Ekonomis
f. Dapat dimengerti
g. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif. (Manulang,
1981:174).
Kegiatan pengawasan atau pengendalian tugas-tugas atau kegiatan-
kegiatan dakwah masjid menjadi sangat penting untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi atas pelaksanaan tugas atau kegiatan dakwah
masjid, sebab kesalahan, kelemahan dan hambatan diusahakan dapat
diselesaikan dan diperbaiki.
Pengawasan terhadap manajemen masjid sangat diperlukan bukan
saja untuk mencapai tujuan organisasi tetapi juga untuk menciptakan yang
kental dari masyarakat terhadap pengelolaan kekayaan dan harta masjid
dari umat, sehingga masyarakat lebih yaqin dan akhirnya tidak ragu-ragu
untuk menyerahkan infag dan shadaqahnya kepada pengurus.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menyusun suatu
administrasif pembukuan yang rapi, terpercaya, akurat. Sehingga laporan
yang dikeluarkannya menjadi informatif dan dapat dipertanggung
jawabkan dan informasi ini dapat digunakan sebagai panduan dalam
pengelolaan masjid. (Harahap, 1993: 46).
107
Kewajiban memelihara pembukuan dan pencatatan seyogyanya
merupakan kewajiban setiap muslim sesuai dengan perintah Allah SWT
dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 282, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermu'amalah23 tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis.....dan hendaklah ia bertaqwa kepada tuhannya, (Depag RI, 1971: 70)
Dari ayat diatas jelas sekali betapa Islam menginginkan pencatatan
untuk menegakkan keadilan, keparcayaan dalam kehidupan interaksi
masyarakat.
23 . Bermuamalah ialah seperti berjual beli, berhutang piutang, atau sewa menyewa, dan
sebagainya.
108
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kepengurus Masjid Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan
mempunyai tiga bidang kepengurusan inti, yaitu; bidang Idaroh, bidang
Ri'ayah, bidang Imaroh. Bidang Idaroh bertugas memantau seluruh kegiatan
pengadministrasian, surat menyurat, dan keuangan masjid. Bidang Ri'ayah
bertugas dan bertanggung jawab dalam fisik masjid, yaitu masalah
pembangunan atau renovasi lanjutan Masjid Agung Baitul Ma'mur.
Disamping itu bidang Ri'ayah juga mempunyai tugas untuk memantau dan
menjadi koordinator terciptanya kebersihan, keamanan, dan ketertiban
masjid. Sedangkan bidang Idaroh bertugas dan bertanggung jawab dalam
kegiatan-kegiatan dakwah Islamiyah di Masjid Agung Baitul Ma'mur.
Kepengurusan yang dibentuk seperti diatas sudah cukup mewakili
bentuk perkembangan kepengurusan yang baik dan modern. Dalam
melaksanakan setiap kegiatan dakwah maupun sosial, pengurus Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan sudah tidak membentuk
pengurus baru (temporer) melainkan ditangani oleh pengurus masjid sendiri.
Tetapi jika ada organisasi dakwah lain yang ingin melakukan dakwah di
109
Masjid Agung Baitul Ma'mur maka pengurus masjid hanya menyediakan
tempat untuk kegiatan dakwah tersebut.
Pengurus Masjid Agung Baitul Ma'mur disebut Pengurus
Kemakmuran Masjid (PKM). Pengurus PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur
ditentukan oleh BKM (Badan Kemakmuran Masjid) kabupaten Grobogan.
Adapun BKM adalah badan hukum yang dibentuk oleh Departemen Agama.
Dalam menjalankan setiap kegiatan maka pengurus PKM Masjid
Agung Baitul Ma'mur tidak terlepas dengan manajemen. Manajemen yang
ada meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Perencanaan Masjid Agung Baitul Ma'mur lebih cenderung
menggunakan sistem formal yaitu pengurus mengadakan rapat atau
musyawarah untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan.
Setiap satu bulan sekali yaitu minggu kedua hari rabo malam kemis pengurus
mengadakan rapat atau musyawarah. Di Masjid Agung Baitul Ma'mur
perencanaan dibagi menjadi dua bagian yaitu perencanaan secara fisik dan
perencanaan non fisik. Perencanaan secara fisik, perencanaan ini merupakan
perencanaan kepengurusan bidang Idaroh dan Ri'ayah. Perencanaan ini
meliputi; perencanaan bangunan, administrasi, dan barang-barang masjid.
Sedangkan perencanaan non fisik merupakan perencanaan kepengurusan
bidang Imaroh. Perencanaan ini dibagi kedalam perencanaan peribadatan dan
pembinaan.
110
Pengorganisasian Masjid Agung Baitul Ma'mur meliputi struktur
pengurus yang mempunyai pengurus terdiri dari 45 orang, pembagian kerja,
hubungan kerja antara pengurus. Dalam membuat struktur organisasi
pengurus PKM masjid memakai sistem yang sederhana yaitu terdiri dari;
dewan pelindung, ketua, bidang Idaroh, bidang, Ri'ayah, dan bidang Imaroh.
Meskipun dengan sistem kepengurusan yang sederhana tetapi sudah cukup
mewakili setiap pokok tugas yang ada.
Penggerakan yang dilakukan di Masjid Agung Baitul Ma'mur antara
lain mengadakan pertemuan-pertemuan atau rapat yang dilakukan dua
minggu sekali, adanya pembagian tugas yang jelas, adanya anggaran, tertib
administrasi. Disamping penggerakan-penggerakan tersebut yang penting
harus ada motivasi, bimbingan, petunjuk kerja, dan koordinasi secara baik
kepada pengurus. Penggerakan juga dilakukan setelah rencana dihasilkan
maupun ketika kegiatan sedang berlangsung.
Pengawasan di Masjid Agung Baitul Ma'mur antara lain: pengurus
PKM masjid memberikan tanggung jawab kepada pengurus yang berdomisili
dekat dengan masjid, mengadakan forum atau rapat, pendataan jumlah
jama'ah untuk mengetahui perkembangan kwantitas jama'ah masjid. Apabila
pengurus terjadi suatu kekeliruan dalam menjalankan tugasnya, maka hanya
ditegur dan diingatkan saja, tidak ada sanksi khusus yang diberikannya.
Pengawasan pada dasarnya dilakukan untuk memeriksa dan mengetahui
sampai dimana usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan dakwah masjid telah
dilakukan. Pengawasan ini dapat berupa upaya yang eksplisit dan dapat
111
berupa yang implisit atau menyatu dalam sistem organisasi. Pengawasan ini
berupa kegiatan yang dilakukan dari luar organisasi dan bisa pula dari dalam
intern organisasi. Pengawasan harus dilaksanakan secara sistematis serta
harus terus menerus.
5.2. Saran-saran
Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, maka perlulah kiranya
penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk menata masjid
yang lebih baik, oleh karena itu diharapkan pengurus PKM Masjid
Agung Baitul Ma'mur Purwodadi Grobogan lebih memperhatikan hal
tersebut agar Masjid Agung Baitul Ma'mur bisa berfungsi sebagaimana
masjid pada zaman Rosulallah SAW. Masjid tidak hanya sebagai tempat
ibadah kepada Allah melainkan juga sebagai tempat sosialisasi dan
pembinaan umat.
2. Dalam pengelolaan masjid yang baik perlu adanya manajemen
kepengurusan masjid profesional, yang mampu menata dan mengelola
masjid dengan baik sehingga masjid dapat memberikan produk
pelayanan yang menjadi kebutuhan jama'ah.
3. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan manajemen kepengurusan masjid
yang profesional kepada pengurus-pengurus masjid. Dengan pelatihan
semacam itu diharapkan pengurus-pengurus masjid dapat mempunyai
bekal dan pengalaman manajemen sehingga mampu mengelola masjid
112
dengan profesional. Kenyataan sekarang, masih banyak masjid-masjid
yang hanya berpusan pada satu tangan ulama' setempat. Ia menjalankan
peran rangkap sebagai khotib, amil, dan lain-lain. Sehingga masjid
hanya dapat berfungsi dalam arti parsial seremonial dan ritual
mahdhah.
5.2. Penutup
Alhamdulillah, rasa syukur penulis haturkan keharibaan Sang Illahi
Robbi yaitu Allah SWT, yang telah memberikan hidayah serta inayah-Nya
dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari, sebagai hamba yang dhaif dan penuh dengan
khilaf, serta keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sudah barang tentu
penulisan skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu , kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak
sangat diharapkan demi kebaikan skripsi ini.
Sebagai akhir kata penutup, semoga senantiasa rahmat dan hidayah-
Nya selalu terlimpahkan kepada hamba-Nya yang bertaqwa yang senantiasa
berjuang dalam menegakkan syari'at Islam. Semoga penulisan yang serba
dengan keterbatasan ini dapat membawa manfa'at bagi kita. Amiin.
113
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Suprianto. 2003. Peran dan Fungsi Masjid. Yogyakarta: Cahaya
Hikmah.
Arikunto, Suharini. 1993. Penelitihan Suatu Pendekatan Praktis. Reka cipta.
Ayub, Moh E, Muhsin, Ramlan Mardjuned. 1997. Manajemen Masjid Petunjuk
Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta. Gema Insani Press.
Atmosudirjo, Prajdudi. 1980. Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta:
University Press.
Ath-Thahan, Murhthafa Muhammad. 1996. Kemulian Sosok Pribadi Muslim.
Jakarta. Mustaqim.
Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Gazalba, Sidi. 1994. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Umat Islam.
Jakarta. Pustaka Al-Husna.
Hadi, Sutrisna. 1987. Metodologi Penelitihan Research I. Yogyakarta. Yayasan
Penerbit fakultasa Psikologi UGM.
Harahap, Sofyan Syafri. 1996. Manajemen Masjid. Yogyakarta. PT. Pana Bakti
Prima Yasa.
Husain, Ibnu. 2004. Pribadi Muslim Ideal. Semarang . Pustaka Nuun.
114
Machasin. 1987. Manajemen Dakwah. Semarang. Badan Penerbit Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo.
M. Manulang. 1963. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Muchtarom, Zaeni. 1997. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta . al-
Amin dan IKFA.
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta.
Rakesarasin.
Ningrat, Koenjara. 1985. Metode-Metode Penelitihan Masyarakat. Jakarta.
Gramedia.
Nurbuko, Cholid, Abu Achmadi. 1997. Metodologi Penelitihan. Jakarta. Bumi
Aksara.
Poerwodarminto, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta . Dedikbud.
Rifa'i, A. Bachrun, Moch Fakhruroji. 2005. Manajemen Masjid
(Mengoptimalkan Fungsi Sosial – Ekonomi Masjid). Bandung. Benang
Merah Press.
Siddiq, Syamsuri. 1981. Dakwah dan Teknik Berkhutbah. Bandung. Percetakan
Offset.
Supardi dan Teuku Aminuddin. 2001. Manajemen Masjid dalam Pembangunan
Masyarakat (Optimalisasi Peran dan Fungsi). Yogyakarta. UII Press.
Sutrisno. 1989. Metode Research. Jilid I . Andi offset.
115
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya. Al-
Ikhlas.
Winardi. 2000. Asas-Asas Manajemen. Bandung, Mandar Maju.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Yayasan Masjid Al-Falah. 1995. Kenangan Masjid Al-Falah. Surabaya.
----------------. 2005. Memori Kegiatan PKM Masjid Agung Baitul Ma'mur
Purwodadi. Purwodadi.
----------------. 2004. Kabupaten Grobogan Dalam Angka 2004. Purwodadi-
Grobogan.
----------------. 2004. Sejarah Hari Jadi Kabupaten Grobogan. Grobogan.
116
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : MUHAMAD SOLICHIN
NIM : 1101059
Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 26 Agustus 1982
Alamat : Dk. Nglumpang No. 59 RT 01 RW IV Ds.
Rejosari Kecamatan Grobogan Kabupaten
Grobogan.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : 1. SDN Rejosari II Kec. Grobogan Kab. Grobogan
lulus tahun 1995
2. MTs. DARUT TAQWA Purwodadi Grobogan
lulus tahun 1998
3. MAN Purwodadi Grobogan lulus tahun 2001
4. IAIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah
Jurusan Manajemen Dakwah (MD) angkatan
2001
Demikian riwayat singkat pendidikan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Grobogan, 20 Juli 2006
Penulis
MUHAMAD SOLICHIN
NIM. 1101059