BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

88
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang tidak mungkin dihindarkan dari kehidupannya, bersama dengan pengakuan dirinya sebagai seorang yang mengidentifikasi diri sebagai seorang penganut Islam. Sehingga orang yang mengaku diri sebagai seorang muslim, maka secara otomatis pula dia itu menjadi seorang juru dakwah. 1 Dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, bahkan tidak berlebihan apabila kita katakan bahwa tidak sempurna seseorang itu muslim, apabila dia menghindari tanggung jawabnya sebagai seorang juru dakwah. Dalam berdakwah, seringkali langkah yang ditempuh tidak mulus, akan tetapi banyak mengalami hambatan dan rintangan selalu menyertai usaha berdakwah. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan ataupun ganjalan yang akan muncul, maka diperlukan siasat cermat dan strategi jitu harus segera diambil. Untuk menunjang dalam mencapai sukses atau keberhasilan dakwah, perlu diusahakan usaha-usaha yang tepat dan konkrit, baik dalam bentuk metode atau alat yang akan dipakai untuk berdakwah. Salah satu usaha memenuhi harapan itu, yang perlu diperhatikan yaitu semakin lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dakwah dalam menyebarluaskan agama Islam, juga perlu memperhatikan hal tersebut. Di mana untuk mencapai tujuan ini, medialah yang harus kita pakai dengan tidak melupakan situasi dan kondisi. 2 Walisongo atau Wali Sembilan merupakan pelopor masuknya Islam di Jawa. Mereka dalam berdakwah menggunakan media yang di antaranya yaitu: Kebudayaan Jawa-Hindu, lengkap dengan seni suara, seni karawitan, 1 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, hlm. 32 2 Bambang Sugito, Dakwah Islam Melalui Media Wayang Kulit, Aneka, Solo, 1992, hlm. 11 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang tidak mungkin

dihindarkan dari kehidupannya, bersama dengan pengakuan dirinya sebagai

seorang yang mengidentifikasi diri sebagai seorang penganut Islam. Sehingga

orang yang mengaku diri sebagai seorang muslim, maka secara otomatis pula

dia itu menjadi seorang juru dakwah.1

Dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan

seorang muslim, bahkan tidak berlebihan apabila kita katakan bahwa tidak

sempurna seseorang itu muslim, apabila dia menghindari tanggung jawabnya

sebagai seorang juru dakwah.

Dalam berdakwah, seringkali langkah yang ditempuh tidak mulus,

akan tetapi banyak mengalami hambatan dan rintangan selalu menyertai

usaha berdakwah. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan ataupun

ganjalan yang akan muncul, maka diperlukan siasat cermat dan strategi jitu

harus segera diambil.

Untuk menunjang dalam mencapai sukses atau keberhasilan dakwah,

perlu diusahakan usaha-usaha yang tepat dan konkrit, baik dalam bentuk

metode atau alat yang akan dipakai untuk berdakwah. Salah satu usaha

memenuhi harapan itu, yang perlu diperhatikan yaitu semakin lajunya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dakwah

dalam menyebarluaskan agama Islam, juga perlu memperhatikan

hal tersebut. Di mana untuk mencapai tujuan ini, medialah yang harus kita

pakai dengan tidak melupakan situasi dan kondisi.2

Walisongo atau Wali Sembilan merupakan pelopor masuknya Islam di

Jawa. Mereka dalam berdakwah menggunakan media yang di antaranya

yaitu: Kebudayaan Jawa-Hindu, lengkap dengan seni suara, seni karawitan,

1 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, hlm. 32 2 Bambang Sugito, Dakwah Islam Melalui Media Wayang Kulit, Aneka, Solo, 1992, hlm. 11

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

2

seni wayang, seni tari, seni tulis dan lain-lain. Media tersebut tidak digunakan

secara mentah-mentah begitu saja, melainkan setelah dibesut lebih dahulu,

sehingga menjadi lebih indah dan menarik hati segala sesuatunya. Isi

maknawi wejangannya ialah gagasan-gagasan serba ajaran agama Islam,

pengganti yang serba Hindu dan atau animisme, malahan membangkitkan

pengertian dan kecenderungan batin para penganut Hindu kepada Islam.3

Adalah Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari Walisongo. Pada

waktu muda bernama Raden Said atau Jaka Said, putera Tumenggung

Wilatikta, Adipati Tuban. Sedangkan tahun kelahiran Sunan Kalijaga belum

dapat dipastikan, hanya diperkirakan sekitar tahun ± 1450 M.4

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Walisongo yang namanya

paling tenar di kalangan masyarakat, karena beliau sangat pandai bergaul di

segala lapisan masyarakat dan toleransinya yang sangat tinggi. Sunan

Kalijaga sangat berjasa bagi perkembangan agama Islam dan perkembangan

kebudayaan bangsa Indonesia, terutama kebudayaan wayang.

Sejarah perkembangan wayang tidak lepas dari peranan Sunan

Kalijaga. Wayang di dalam masyarakat Jawa sebelum agama Islam

berkembang telah menjadi sebagian dari hidupnya, dan di dalam dakwah,

Sunan Kalijaga menjadikan wayang ini sebagai alat atau media demi

suksesnya dakwah Islam.5

Sunan Kalijaga terhadap kesenian wayang dipandang sebagai tokoh

yang telah menghasilkan kreasi baru yaitu dengan adanya wayang kulit

dengan segala perangkat gamelannya. Wayang kulit merupakan

pengembangan baru dari wayang beber yang memang sudah ada sejak zaman

Erlangga. Di antara wayang ciptaan Sunan Kalijaga bersama Sunan Bonang

dan Sunan Giri adalah wayang Punakawan Pandawa yang terdiri dari : Semar,

Petruk, Gareng dan Bagong.6

3 K.M.A. Machfoedl, Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Bulan Bintang,

Jakarta, 1975, hlm. 14 4 Ridin Sofwan, Wasit, Mundiri, Islamisasi di Jawa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000,

hlm. 83-84 5 Umar Hasyim, Sunan Kalijaga, Menara Kudus, Kudus, 1974, hlm. 24 6 Ridin Sofwan, Wasit, Mundiri, Op. Cit., hlm. 121

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

3

Wayang mengandung makna lebih jauh dan mendalam, karena

mengungkapkan gambaran hidup semesta. Wayang dapat memberikan

gambaran lakon kehidupan umat manusia dengan segala masalahnya. Dalam

dunia pewayangan tersimpan nilai-nilai pandangan hidup Jawa dalam

menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesulitan hidup.

Wayang sebagai titik temu nilai budaya Jawa dan Islam adalah suatu

momentum yang sangat berharga bagi perkembangan kahasanah budaya

Jawa.7 Wayang sebagai seni budaya klasik tradisional telah banyak berubah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat pendukungnya. Dapat berbentuk

pagelaran wayang kulit, wayang golek ataupun wayang orang yang

pementasannya tidak terlepas dari unsur-unsur multidimensional. Dalam

pentas yang berbentuk pagelaran wayang kulit hanya pagelaran wayang kulit

Purwa (Jawa) saja yang masih menonjol, sedang wayang Beber, wayang

Menak serta wayang Gedong telah lama ditinggalkan.8

Wayang bagi masyarakat Jawa tidak hanya sekedar hiburan, tetapi

juga merupakan alat komunikasi yang mampu menghubungkan kehendak

dalang lewat alur cerita, sehingga dapat menginformasikan pendidikan dan

penerangan. Termasuk di dalamnya juga dapat digunakan sebagai media

Pengembangan Agama Islam (dakwah Islamiyah). Memperhatikan keunikan

wayang serta hikmah dari Sunan Kalijaga sebagai seorang da’i yang lebih

suka memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah,

maka penulis tertarik untuk mengambil judul : “Wayang Sebagai Media

Dakwah Sunan Kalijaga dan Efektivitasnya Pada Masa Kini”.

B. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas pengertian dari judul skripsi ini, agar tidak

menimbulkan presepsi yang berbeda, di sini penulis akan menyampaikan

beberapa penegasan istilah. Adapun beberapa istilah tersebut adalah sebagai

berikut :

7 H. M. Darori Amin, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa, Gama Media, Yogyakarta, 2000,

hlm.183 8 S. Haryanto, Bayang-bayang Adiluhung, Dahara Prize, Semarang, 1992, hlm. 22

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

4

1. Wayang

Wayang adalah sebuah kata bahasa Indonesia (Jawa) asli yang

berarti “bayang” atau bayang-bayang yang berasal dari akar kata “yang”

dengan mendapat awalan “wa” menjadi kata wayang.9

Wayang menurut Amir Mertosedono S.H. adalah : dalam bahasa

Jawa perkataan wayang berarti wayangan (layangan). Dalam bahasa

Indonesia berarti bayang-bayang, samar-samar, dan tidak jelas. Dalam

bahasa Aceh berarti bayang artinya wayangan. Sedangkan dalam bahasa

Bugis berarti wayang atau bayang-bayang.10

Sedangkan yang dimaksud wayang disini adalah wayang kulit

yaitu bayangan yang bergerak-gerak dan kadang-kadang juga menakutkan

yang dibuat dari kulit yang diukir.11

2. Media Dakwah

Media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah,

radio, televisi, film, poster dan spanduk.12

Dakwah secara etimologis berasal dari bahasa Arab

yang berarti seruan, panggilan, dan ajakan.13 دعوة - يدعو -دعا

Dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan kebaikan dan

meninggalkan keburukan (amar ma’ruf nahi munkar).

Media dakwah adalah alat yang dipakai sebagai perantara untuk

melaksanakan kegiatan dakwah.14

Menurut penulis media dakwah adalah suatu alat yang dipakai

untuk memberikan pesan dari da’i kepada mad’u, dalam rangka

melaksanakan kegiatan dakwah, supaya tercapai tujuan dakwah.

3. Sunan Kalijaga

9 Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme Dalam Wayang, Gunung Agung, Jakarta, 1983, hlm. 53

10 Amir Mertosedono, Sejarah Wayang, Dahara, Prize, Semarang, 1993, hlm. 28 11 Ibid., hlm. 32 12 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 1990, hlm 569. 13M. Aminuddin Sanwar, Pengantar Studi Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo, Semarang, 1984, hlm. 77-78 14 Ibid., hlm. 77

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

5

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Walisongo yang dalam

sejarah dakwahnya dipandang sukses dalam penyebaran agama Islam di

Pulau Jawa pada umumnya, dan Jawa Tengah pada khususnya.

4. Efektifitas

Efektifitas berarti kegunaan, hasil guna dan menunjang tujuan 15.

Efektivitas akan diukur melalui tanggapan para ahli dan para pecinta

wayang kulit.

5. Masa Kini

Masa kini berarti waktu yang terbaru atau saat yang terakhir.16

Sedangkan yang dimaksud masa kini pada penelitian ini adalah pandangan

masyarakat (para ahli dibidang wayang serta masyarakat pecinta

pertunjukan wayang) tentang efektifitas wayang digunakan sebagai media

dakwah pada masa kini atau pada waktu sekarang. Dengan adanya

kemajuan teknologipun wayang sebagai media dakwah pada masa kini

masih efektif, dimana manusia dengan mudah mendapatkan informasi

dalam berbagai bentuk termasuk dalam hal informasi hiburan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang wayang digunakan sebagai media dakwah?

2. Siapa pencipta-pencipta wayang dan apakah filsafat yang terkandung

dalam wayang?

3. Bagaimana wayang digunakan dalam dakwah Sunan Kalijaga?

4. Bagaimana pandangan masyarakat tentang efektivitas wayang digunakan

sebagai media dakwah pada masa kini?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

15 Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hlm. 128. 16 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit., hlm. 561.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

6

1. Menggambarkan latar belakang wayang digunakan sebagai media dakwah.

2. Mendeskripsikan pencipta-pencipta wayang dan filsafat yang terkandung

dalam wayang.

3. Mengetahui bagaimana wayang digunakan dalam dakwah Sunan Kalijaga.

4. Mengumpulkan pandangan masyarakat tentang efektivitas wayang

digunakan sebagai media dakwah pada masa kini.

E. Telaah Pustaka

Untuk menghindari kesamaan skripsi ini, maka penulis

memberikan tiga karya skripsi yang pernah dibuat. Karya-karya itu antara

lain :

1. Keberadaan Pandawa Lima dalam Wayang Purwa Ditinjau dari Segi

Dakwah Islamiyah, oleh Suharto tahun 1995, antara lain berisi tentang :

Bahwa keberadaan Pandawa Lima dalam wayang Purwa jika ditinjau dari

segi dakwah Islam, maka mengandung makna yang dapat dipakai sebagai

media dakwah Islam. Tetapi, ada juga hal-hal yang perlu ditinggalkan,

terutama mengenai kepercayaan yang bersifat pholitheisme, yaitu

kepercayaan terhadap beberapa dewa. Oleh karena itu bagi para dalang

supaya lebih hati-hati serta bersikap bijaksana.

2. Pagelaran Wayang Purwo sebagai Media Dakwah di Kecamatan Karang

Anom Kabupaten Klaten oleh Siti Muti’atun tahun 1991. Adapun hasil

dari penelitian tersebut adalah : dalam memasukkan ajaran Islam, dalang

dapat menyisipkan misi Islam melalui suluk, syair tembang ataupun saat

punokawan beraksi (goro-goro). Pagelaran wayang purwo di karang anom

mendapat tanggapan positif, baik dikalangan pelajar maupun masyarakat.

Hal ini dapat dibuktikan pada sebuah pelajaran wayang, yang mengambil

lakon “Wahyu Tirto Nadi”.

3. Eksistensi Wayang Golek sebagai Media Dakwah bagi Masyarakat

Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen oleh Gunawan tahun 1992. Hasil

dari penelitian tersebut antara lain adalah : wayang golek merupakan salah

satu bentuk kesenian yang telah mendapat tempat di hati masyarakat.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

7

Wayang golek sangat cocok untuk dijadikan sebagai media penyampaian

dakwah Islamiyah karena dilihat dari sumber cerita bertumpu dari negeri

Arab.

Dengan demikian penulis berasumsi bahwa judul yang penulis

angkat adalah baru, sebenarnya banyak buku-buku rujukan dan karya ilmiah

yang berbicara masalah media dakwah, akan tetapi obyek kajian yang kami

teliti berbeda, baik tokoh maupun isi dakwahnya. Oleh karena itu, melalui

kajian skripsi ini penulis hendak sedikit mengisi kekurangan tersebut.

F. Kerangka Teori

1. Pengertian wayang kulit.

Wayang kulit yaitu suatu bentuk pertunjukan tradisional yang

disajikan oleh seorang dalang dengan menggunakan gambar, boneka atau

semacamnya dari kulit, sebagai alat pertunjukan dengan diiingi musik

yang telah ditentukan.17 Wayang merupakan suatu budaya manusia yang

didalamnya terkandung seni estetis. Wayang berfungsi sebagai tontonan

dan juga berfungsi sebagai tuntunan kehidupan.

Dalam pertumbuhannya, fungsi wayang juga telah mengalami

beberapa perubahan yaitu sejak dari fungsi sebagai alat suatu upacara

yang ada hubungannya dengan kepercayaan hingga menjadi alat

pendidikan yang bersifat didaktis dan sebagai alat penerangan, lalu

menjadi kesenian daerah dan kemudian menjadi obyek ilmiah.18

2. Wayang kulit sebagai media dakwah

Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang telah berhasil

menghasilkan kreasi baru yaitu adanya wayang kulit dengan segala

perangkat gamelannya. Wayang sebagai media dakwah itu selalu

dipergunakan sunan Kalijaga dalam media dakwah diberbagai daerah dan

ternyata wayang ini merupakan media yang efektif untuk berdakwah.19

17 Bambang Sugito, Op.Cit. hlm. 31 18 Sri Mulyono, Wayang Asal usul Filsafat dan Masa Depannya, Gunung Agung,

Jakarta, 1982, hlm. 2 19 Ridin Sofwan, Wasit, Mundiri, Op.Cit., Hlm. 122.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

8

Wayang kulit sebagai media dakwah yang bersifat auditif,

visual, atau audio visual. Menurut sudut pandang mana kita melihatnya.

Wayang kulit sebagai media, juga dapat digunakan alat untuk mencapai

tujuan tertentu dalam bentuknya pagelaran. Wayang bagi masyarakat

jawa tidak hanya sebagai hiburan atau tontonan tetapi juga sebagai media

pendidikan bahkan sudah menjadi media dakwah.

3. Filsafat wayang

Wayang sebagai pertunjukan adalah ungkapan dan peragaan

religius yang terdapat bermacam-macam unsur lambang seperti bahasa,

gerak, suara, warna, dan rupa. Didalam wayang terdapat religius kuno

yang masih terdapat adanya mitos dan ritual. Dalam sejarah religius jawa

wayang tidak lepas dari pengaruh agama-agama Hindu, Budha, dan Islam

beserta mistiknya.20

Membicarakan wayang tak ubahnya membicarakan filsafat jawa.

Menurut dunia pewayangan hidup harus senantiasa berdasarkan

kebenaran, dan kebenaran sejati hanya dapat diperoleh dari Tuhan.21

Bagi orang jawa filsafat jawa mempelajari alam mistik dan tidak

rasional. Sehingga alam mistik dan filsafat menjadi satu secara fiosofis

dan religius. Inti dari filsafat wayang itu adalah berpusat pada pakem

(lakon)nya.

4. Pandangan-pandangan masyarakat tentang wayang.

Bagi orang jawa, dunia pewayangan merupakan dunianya

sendiri, dunia kejawen. Karena orang jawa menilai bahwa wayang

mengandung filsafat yang dalam dan memberi peluang untuk melakukan

pengajian filsafat dan mistik religius.22

Bagi masyarakat jawa wayang merupakan sesuatu yang tampak

langgeng, karena budaya tersebut tetap populer sejak jaman Hindu, Islam

penjajahan Belanda ataupun Jepang serta pada jaman revolusi

kemerdekaan maupun di zaman pembangunan sekarang ini. Sedangkan

20 S. Haryanto, Op.Cit., hlm. 153. 21 H.M. Darori Amin, dkk., Op.Cit.,hlm. 178. 22 S. Haryanto, Op.Cit., hlm.20

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

9

pandangan masyarakat yang dimaksud adalah tanggapan para ahli

dibidang wayang serta masyarakat pecinta pertunjukan wayang kulit.

G. Metode Penulisan Skripsi

Untuk memperoleh data yang valid, maka penulis menggunakan

metode-metode antara lain:

1. Metode Pengumpulan Data, antara lain :

a. Library Research (penyelidikan kepustakaan) yaitu teknik

pengumpulan data melalui perpustakaan.23 Metode ini digunakan

dalam rangka memperoleh data yang bersifat teori sebagai landasan

ilmiah yakni memilih literatur yang ada relevansinya dengan

penelitian, baik itu dari buku, koran, majalah, buletin, dan lain

sebagainya.

b. Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab.24 Wawancara ini digunakan untuk

memperoleh informasi mengenai pandangan masyarakat dan para ahli

tentang efektifitas wayang digunakan sebagai media dakwah pada

masa kini. Jumlah responden tidak dibatasi, namun brhenti sampai

ditemukan jawaban yang berulang-ulang dari masyaakat umum baik

dari para ahli dibidang wayang maupun para pecinta wayang.

2. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul maka perlu dianalisis untuk mendapatkan

kesimpulan data penelitian ini. Dalam analisis data ini penulis

menggunakan analisis reflektif, induktif dan komparatif .

Analisis reflerif yaitu analisis yang lebih mengedepankan kerangka

pikiran ide dan perhatian dari peneliti.25 Analisis ini digunakan untuk

memahami isi-isi literatur tentang wayang digunakan sebagai media

dakwah Sunan Kalijaga dan juga untuk memehami hubungan antar ide,

23 Winarno Surahmad, Paper Skripsi Tesis Desertasi, Tarsito, Bandung, l97l, hlm. 60. 24 Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalis Indonesia, Jakarta, 1999, hlm. 234. 25 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi III, Penerbit Rake Sarasim,

Yogyakarta, 1998, hlm. 102.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

10

sehingga dapat ditemukan ide-ide yang merupakan kesimpulan dari

hubungan tersebut.

Untuk menganalisa pandangan masyarakat dengan para ahli

tentang efektifitas wayang akan digunakan metode induktif dan

komparatif. Analisis induktif yaitu analisis atas data spesifik dari lapangan

menjadi unit-unit yang dilanjutkan dengan kategorisasi.26 Sedangkan

analisis komparatif yaitu analisis yang lebih menggunakan logika

perbandingan dan juga dapat membuat generalisasi.27 Dengan analisis ini

diharapkan didapatkan pendapat yang merupakan generalisasi dari para

individu baik dari para ahli wayang maupun dari masyarakat pecinta

wayang.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memberikan gambaran umum tentang skripsi ini, perlu

kiranya penulis kemukakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Pertama, merupakan bab pendahuluan, yang terdiri atas, latar

belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

telaah pustaka, kerangka teori, metode penulisan skripsi dan sistematika

penulisan skripsi.

Kedua, merupakan bab yang memuat landasan teori yakni tinjauan

kepustakaan yang menjadi sudut pandang penelitian. Ini akan diuraikan

menjadi dua sub bab. Sub bab pertama pengertian dakwah, dasar kewajiban

dakwah dan unsur-unsur dakwah. Sub bab kedua masalah wayang kulit, yang

meliputi : pengertian wayang kulit, sejarah dan perkembangan wayang kulit,

pencpta-pencipta wayang dan filsafat yang terkandung didalam wayang dan

latar belakang wayang digunakan sebagai media dakwah.

Ketiga, mengenal Sunan Kalijaga yang meliputi: silsilah dan asal-

usul sunan Kalijaga, perjalanan spiritual/menjadi wali, karya dan jasa sunan

Kalijaga, metode dakwah sunan Kalijaga, dan dakwah sunan Kalijaga dengan

menggunakan media wayang.

26 Ibid., hlm 123. 27 Ibid., hlm. 88

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

11

Keempat, efektivitas wayang sebagai media dakwah pada masa kini,

meliputi: peran dalang dalam kehidupan masyarakat, manfaat nonton

pergelaran wayang kulit dan pandangan masyarakat (para ahli wayang dan

pecinta wayang) tentang keberadaan wayang sekarang ini.

Kelima, merupakan bab analisis yang berisi: analisis tentang wayang

digunakan dalam dakwah Sunan Kalijaga dan analisis tentang efektifitas

wayang sebagai media dakwah pada masa kini.

Keenam, merupakan bab penutup yang memuat tentang kesimpulan

yang dapat ditarik dari bab-bab sebelumnya dan diakhiri dengan saran-saran

serta penutup.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

12

12

BAB II

DAKWAH DAN WAYANG KULIT

A. Pengertian Dakwah, Dasar Kewajiban Dakwah Dan Unsur-Unsur

Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu menjadi

jaminan bahwa pengertian dan pengetahuan tentang istilah sudah bisa

dipahami. Begitu juga dengan istilah dakwah. Meski istilah dakwah di

Indonesia bukan hal baru, akan tetapi belum tentu setiap orang

mengetahui dan memahami pengertian dakwah dengan segala seluk

beluknya. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila penulis dalam

membahas tentang dakwah, terlebih dahulu memaparkan pengertian

dakwah.

Pemaparan pengertian dakwah ini bukan berarti dengan

mengumpulkan dakwah berdasarkan definisi secara keseluruhan, namun

penulis menganggap cukup dengan mengemukakan beberapa definisi

yang sifatnya saling melengkapi untuk dipedomani pengertian-

pengertian itu antara lain :

Secara bahasa, “Dakwah” berasal dari kata Arab دعوة -دعا -

yang berarti: “ajakan, seruan, panggilan, undangan”.28 يدعو

Sedang menurut pakar, pengertian dakwah sebagai berikut:

Dr. Hamzah Ya’kub mendefinisikan dakwah ialah mengajak umat

manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk

Allah dan rasul-Nya.29

Drs. Barmawi Umari menambahkan bahwa dakwah mengajak orang

kepada kebenaran, mengerjakan perintah, menjauhi larangan agar

memperoleh kebahagiaan dimasa sekarang dan yang akan datang.30

28 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, Penerbit Diponegoro, Bandung, 1981, hlm., 13 29 Ibid.,hlm 13. 30 Barmawi Umari, Azas-azas Ilmu Dakwah, Ramadhani, Sala, 1969, hlm.,52.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

13

Setelah kita mengetahui pendapat-pendapat dari beberapa

pakar mengenai dakwah ini, kita dapat mengetahui adanya persamaan-

persamaan unsur tertentu, antara lain:

a. Unsur mengajak ke jalan yang benar menurut garis-garis dan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam agama Islam.

b. Unsur amar ma’ruf nahi munkar, yakni menyuruh manusia untuk

melakukan amal kebajikan serta melarang manusia untuk berbuat

kurang baik.

c. Unsur tujuan hidup manusia, yakni untuk memperolah kemaslahatan

dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Melihat persamaan-persamaan tersebut maka penulis akan

mengambil kesimpulan tentang pengertian dakwah yaitu mengajak dan

sebagainya kepada manusia lain baik perorangan maupun kelompok

agar melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sesuai ajaran Islam secara

penuh guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Dasar Kewajiban Dakwah

Dasar dari kewajiban dakwah ialah Al Qur’an surat Al-Imron

ayat 104:

ولتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن

.المنكر واولئك هم المفلحون

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf

dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang

yang beruntung”.31

Kemudian pada surat An-Nahl ayat 125, Allah menegaskan:

ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هى

. ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتديناحسن ان ربك هو اعلم بمن

31 Depag. RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989, hlm. 113.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

14

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.32

Meskipun seorang muslim mendapat perintah Allah untuk

menyerukan manusia, memperbaiki kehidupan sesuai jalan Allah, akan

tetapi dalam prakteknya Islam memberi kebebasan manusia untuk

menentukan agamanya. Firman Allah dalam surat Al Baqarah: 256.

.الاآره فىالدين قد تبين الرشد من الغي

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan

yang Salah....”33

3. Unsur-unsur Dakwah

Suatu aktifitas bila berjalan sebagaimana mestinya pastilah ada

unsur-unsur yang saling mendukung satu sama lain. Begitu juga dengan

aktivitas dakwah, terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi.

Dakwah ini memiliki lima unsur pokok yaitu:

a. Subyek (da’i)

Da’i merupakan pelaksana kegiatan dakwah, baik secara

individu maupun secara kelompok (organisasi). Da’i merupakan

Salah satu unsur dari dakwah. Dakwah tidak mungkin terselenggara

walaupun unsur-unsur yang lainnya terpenuhi dengan sempurna.

Da’i adalah seorang muslim yang memiliki syarat-syarat

dengan kemampuan tertentu yang dapat melaksanakan dakwah

32 Ibid, hlm. 421. 33 Ibid, hlm. 63.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

15

dengan baik. Da’i biasa juga disebut dengan mubaligh yang

merupakan pelaksana dakwah serta juru dakwah.34

Adapun syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi

seorang da’i menurut Hafi Anshari antara lain:

1. Persyaratan jasmani (fisik)

Kesehatan jasmani menjadi faktor yang penting dalam

memperlancar dakwah disamping itu juga kondisi jasmani dan

penampilan fisik seorang da’i akan menjadi kebanggaan bagi

mad’u. Persyaratan yang dimaksud meliputi: kesehatan jasmani

secara umum, keadaan tubuh bagian dalam dan keadaan tubuh

mengenai cacat atau tidak

2. Persyaratan ilmu pengetahuan

Persyaratan ilmu pengetahuan ini berkaitan dengan pemahaman

da’i terhadap unsur-unsur dakwah yang ada seperti mad’u,

materi, media serta tujuan dakwah.

3. Persyaratan kepribadian

Sebagai pemimpin yang akan menjadi panutan, sudah barang

tentu haruslah mempunyai kewibawaan, sedangkan kewibawaan

itu terwujud ditentukan oleh faktor kemampuan da’i untuk

memulai dari dirinya lebih dahulu sebagai contoh dan

keteladanan.

Seorang da’i haruslah mempunyai kepribadian yang baik, watak

dan sikapnya menyenangkan, perlakunya baik dan bisa dijadikan

contoh, perkataannya selalu benar, sedangkan sifat-sifatnya

mulia dan terpuji, akhlaknya juga baik, yang kesemuanya itu

tercermin didalam kepribadian Rasulullah SAW.35

b. Obyek (mad’u)

Masyarakat sebagai penerima dakwah, sasaran dakwah atau

kepada siapa dakwah itu ditujukan. Karena penerima dakwah adalah

34 Hamzah Ya’kub, Op.Cit., hlm. 36 35 HM. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, Al Ikhlas, Surabaya,

1993, hlm. 105-106.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

16

individu ataupun masyarakat, tentu akan dijumpai mad’u yang latar

belakangnya berbeda-beda. Untuk menghadapi ini da’i atau

mubaligh melengkapi dirinya dengan pengetahuan ilmu jiwa

(psikologi), sosiologi, ilmu politik, ilmu sejarah, antropologi dan

lain sebagainya.

Dalam menghadapi mad’u yang latar belakangnya berbeda-

beda seperti jenis kelamin, tingkat umur, tingkat pendidikan, sosial

ekonomi, dan lain-lain maka da’i harus membekali diri dengan

disiplin ilmu yang mendukung. Oleh sebab itu mad’u memiliki

keunikan individu artinya setiap individu memiliki karakteristik,

sifat, kebutuhan dan sebagainya yang berbeda-beda.

c. Materi dakwah

Materi dakwah kadang-kadang disebut dengan ideologi

dakwah yaitu ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam berpangkal pada

dua pokok yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.36 Kedua

hal tersebut menjadi landasan da’i dalam menyampaikan pesannya.

Ia tidak boleh menyimpang dan harus selalu belajar dan menggali

ajaran Islam guna menambah wawasan keIslaman, yang nantinya

diharapkan menjadi modal da’i untuk lebih menguatkan mad’u

dalam memahami Islam.

Adapun materi dakwah itu sendiri dapat diklasifikasikan

menjadi tiga hal pokok yaitu:

1. Akidah, yaitu menyangkut sistem keimanan/kepercayaan

terhadap Allah SWT.

2. Syariah, yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas

manusia muslim didalam semua aspek hidup dan kehidupannya,

mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, mana

yang halal dan haram dan lain sebagainya

36 Ibid.,hlm 29.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

17

3. Akhlak, yaitu menyangkut tata cara berhubungan dengan Allah

maupun sesama makhluk dan seluruh makhluk-makhluk Allah.37

d. Media dakwah

Media dakwah adalah alat yang dipakai sebagai perantara

untuk melaksanakan kegiatan dakwah. Adapun alat-alat tersebut

antara lain:

1. Dakwah melalui saluran lisan

Yang dimaksud dakwah secara lisan adalah dakwah secara

langsung dimana da’i menyampaikan ajakan dakwahnya kepada

mad’u.

2. Dakwah melalui saluran tertulis

Dakwah dengan saluran tertulis adalah kegiatan dakwah yang

dilakukan melalui tulisan-tulisan. Kegiatan dakwah tertulis ini

dapat dilakukan melalui surat-surat kabar, majalah, buku-buku,

buletin dan lain sebagainya.

3. Dakwah melalui alat-alat audio visual

Alat audio visual adalah peralatan yang dipakai untuk

menyampaikan pesan dakwah yang dapat dinikmati dengan

mendengar dan melihat. Peralatan audio visual ini antara lain:

TV, seni drama, wayang kulit, video cassete dan lain

sebagainya.

4. Dakwah melalui keteladanan.

Dakwah yang paling efektif adalah bentuk penyampaian pesan

dakwah melalui bentuk percontohan atau keteladanan dari da’i.

Dengan demikian akan menampakkan adanya bentuk yang

konsekuen antara pernyataan dan pelaksanaan. 38

e. Tujuan dakwah

37 Hafi Anshari, Op.Cit., hlm 146. 38 M. Aminudin Sanwar, Op.Cit.,hlm. 77.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

18

Dalam hidup orientasi manusia mencari kebahagiaan seperti

makan, minum, bergaul, menempuh pendidikan, bekerja dan

sebagainya adalah contoh-contoh keseharian. Namun menurut

Islam, kebahagiaan yang hakiki hanyalah mengingat Allah. Jadi

bukan sebab tingginya jabatan status sosial seseorang maupun harta

berlimpah, manusia mencapai derajat kebahagiaan yang

sesungguhnya.

Firman Allah dalam surat Ar-Ra’du ayat 28:

.الذين امنوا وتطمئن قلوبهم بذآراهللا االبذآراهللا تطمئن القلوب Artinya: “(yaitu) orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan

mengingat Allah hati menjadi tentram”.39

Lebih lanjut Abdur Rasyid Saleh mengatakan bahwa usaha

dakwah baik dalam bentuk menyeru atau mengajak umat manusia

agar bersedia menerima dan memeluk Islam, maupun dalam bentuk

amar ma’ruf nahi munkar, tujuannya dalam terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang

diridloi Allah SWT.40

B. Pengertian Wayang Kulit, Sejarah dan Perkembangan Wayang Kulit

1. Pengertian wayang kulit

Menurut Amir Mertosedono wayang kulit biasa disebut juga

dengan wayang purwa yaitu bayangan yang bergerak-gerak dan

kadang-kadang juga menakutkan yang dibuat dari kulit yang diukir,

yang jatuh pada kelir putih, biasanya tepi kelir berwarna merah.

Wayang purwa merupakan wayang yang tertua.41

39 Depag. RI, Op.Cit.,hlm 373 40 Abdur Rasyid Saleh, Op.Cit., hlm.21-22. 41 Amir Mertosedono, Op.Cit., hlm. 32

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

19

Sedangkan menurut Bambang Sugito, wayang kulit yaitu suatu

bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang dalang

dengan menggunakan gambar boneka atau semacamnya dari kulit

sebagai alat sebagai alat pertunjukan dengan diiringi musik yang telah

ditentukan.42

Wayang merupakan warisan kebudayaan leluhur, yang telah

mampu bertahan dan berkembang berabad-abad. Dengan mengalami

perubahan dan perkembangan sampai mencapai bentuknya yang

sekarang ini. Wayang juga dikenal dan didukung oleh sebagian besar

masyarakat jawa, yang memiliki corak yang bentuk yang khusus dan

bermutu tinggi sehingga dapat disebut kebudayaan nasional.

Wayang kulit merupakan seni kebudayaan nasional untuk

melaksanakan dakwah agama yang dibungkus dalam seni kata-kata

yang digunakan untuk nama-nama, tokoh-tokoh, kejadian-kejadian dan

sebagainya. Tidak mengherankan apabila dalam seni wayang terdengar

nama-nama yang baru pada saat itu, bahkan banyak yang diberi nama

dan peranan yang baru.

2. Sejarah dan perkembangan wayang kulit

Wayang telah dikenal sejak zaman purba yang merupakan

perwujudan dari bayang-bayang nenek moyang. Dalam kepercayaan

animisme dan dinamisme suatu kepercayaan yang dianut masyarakat

pada zaman itu berkaitan dengan roh nenek moyang yang telah lama

mati menjadi pelindung bagi manusia yang masih hidup. Roh tersebut

tinggal di bukit-bukit, gunung-gunung, pohon besar dan benda-benda

lainnya.

Menurut Dr. Hazeu, wayang telah ada sejak zaman airlangga

(950 caka = 1028 M permulaan abad XI Sesudah Masehi) didalam

kerajaan Kediri yang makmur. Pertunjukan bayang-bayang (wayang)

42 Bambang Sugito, Op.Cit., hlm. 31.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

20

mempergunakan boneka dari kulit (walulang inukir), dan bayang-

bayangnya diproyeksikan pada tabir (kelir).43

Kemudian pada tahun 1443 Sunan Kalijaga membuat wayang

dijadikan satu-satu, tiap wayang satu dibuat pada kulit satu lembar, jadi

penggunaan kulit kambing sebagai wayang adalah oleh Sunan Kalijaga

pula.44

Bahkan lebih jauh dari itu Ir. Sri Mulyono memberikan

penjelasan bahwa wayang kulit purwa itu merupakan bentuk kesenian

klasik tradisional yang timbul kurang lebih pada tahun 1500 SM. Jadi

hingga sekarang sudah berusia 35 abad.45

Perkembangan wayang kulit menurut Sunarto diketahui ada

dua macam teori yang cukup dikenal dalam dunia pewayangan.

Pertama, perkembangan wayang yang berkaitan dengan maSalah

morfologi wayang. Teori ini menjelaskan tentang asal usul wayang

yang bermula dari gambar relief candi kemudian dipindah pada

lembaran kertas yang disebut wayang beber. Perkembangan selanjutnya

wayang beber dipisah-pisahkan, sehingga dapat digerak-gerakkan dan

dibuat dari kulit kerbau yang selanjutnya disebut wayang kulit. Kedua,

teori perkembangan wayang berdasarkan perkembangan sejarah atau

sumber-sumber sejarah yang lebih dapat dipercaya kebenarannya.46

Dr. Hazeu mengupas secara ilmiah tentang pertunjukan

wayang kulit dan menyelidiki istilah-istilah sarana pertunjukan wayang

kulit yaitu: wayang, blencong, kepyak, dalang, kotak, istilah tersebut

diatas hanya terdapat dipulau jawa. Jadi bahasa jawa asli.47

Jadi jelaslah kini bahwa wayang merupakan budaya asli

Indonesia bukan budaya Hindu atau Budha. Yang harus kita garis

bawahi adalah meskipun begitu lamanya namun pewayangan hingga

43 Sri Mulyono, Op.Cit.,hlm. 21. 44 Umar Hasyim, Op.Cit., hlm. 25 45 Sri Mulyono, Op.Cit., hlm. 3. 46 Sunarto, Seni Gatra Wayang Kulit, Dahara Prize, Semarang, 1997, hlm. 16. 47 Sri Mulyono, Op.Cit., hlm. 8

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

21

kini masih saja digemari. Hal itu dikarenakan di dalam pewayangan

terdapat berbagai macam unsur-unsur: hiburan, seni, pendidikan,

dakwah, musik, vokal, ukir dan sebagainya.

C. Pencipta-pencipta Wayang dan Filsafat yang Terkandung dalam

Wayang

1. Pencipta-pencipta wayang

Dr. Hazeu mengatakan bahwa wayang telah ada sejak zaman

kahuripan, malahan dalam kedaton Erlangga telah diadakan pertunjukan

wayang. Zaman sang Prabu Jayabaya, dan seterusnya sampai zaman

Majapahit, wayang dinamakan wayang beber. Karena wayang digambar

diatas kertas yang lebar maka dikatakan wayang beber.48

Sejak zaman timbulnya wayang, wayang telah mengalami

perubahan dan perkembangan. Sehingga sampai sekarang terdapat

bermacam-macam wayang. Menurut K.P.A. Kusumodilogo jenis

wayang beserta penciptanya yaitu:

a. Wayang purwo rontal. Pada tahun 939 M atau 861 C dengan

cronogram/sengkalan gambaring wayang wolu, prabu Jayabaya

membuat wayang purwo pada daun rontal.

b. Wayang kertas. Pada tahun 1244 M. atau 1166 C. dengan

sengkalan/kronogram wayang diperbesar dan digambar diatas kertas

jawa oleh Raden Kudalaleyan/Prabu Surya Hamiluhur di Padjajaran.

c. Wayang beber. Pada tahun 1361 M. atau 1283 C. dengang

sengkalang/ kronogram Prabu Bratono di kerajaan Majapahit

membuat wayang beber untuk ruwatan, lengkap dengan sesajen dan

kemenyan.

d. Wayang demak. Pada tahun 1518 M. atau 1440 C. Sultan Alam

Akbar/Raden Patah di kerajaan Demak menyempurnakan

pertunjukan wayang agar tidak bertentangan dengan agama, dan

48 Umar Hasim, Op.Cit., hlm. 24

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

22

sebelumnya pada tahun 1511 M. atau 1433 C. mengangkut semua

wayang beber beserta gamelan dan perlengkapannya ke Demak.

e. Wayang semalam suntuk. Pada tahun 1521 M. atau 1443 C. para

wali (Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijogo dan Sunan Kudus)

menyempurnakan pertunjukan wayang dengan kelir, debog,

blencong dan lain sebagainya untuk pertunjukan wayang semalam

suntuk.

f. Wayang gedog. Tahun 1556 M. atau 1478 (saliro dwija dadi raja)

sinuwun tunggul ing Giri membuat wayang kidang kencana dengan

prada.dan pada tahun 1563 M. atau 1485 (gegamaning naga

kinaryeng dewa) sinuwun tunggul ing Giri juga membuat wayang

gedog cerita panji.

g. Wayang beber gedog. Pada tahun 1393 M. atau 1315 dan tahun

1565 M. atau 1486 (wayang wolu kinarya tunggal) sunan Bonang

membuat wayang beber gedog.

h. Wayang purwo gedog. Tahun 1583 M. atau 1505 (panca boma

marga tunggal) Raden Joko Tingkir yang memerintah pada tahun

1568 – 1586 M. dikerajaan Pajang membuat wayang Purwo Gedog.

i. Wayang golek. Diciptakan oleh Sunan Kudus pada tahun 1584 M.

atau 1506 (wayang sirna gumulunging wisma).

j. Wayang krucil. Tahun 1648 M. atau 1571 (waktu tunggangane buta

widadari) Prabu Hamangkurab Tegal Arum membangun kembali

wayang gedog. Pada waktu itu juga Raden Pekik di Surabaya

membuat wayang Krucil.

k. Wayang Sabrana. Pada tahun 1703 M. atau 1625 (buta nembah ratu

tunggal) Paku Buwono I (1704 – 1719) di Kartasura membuat

wayang sabrangan memakai baju.

l. Wayang pramukanya. Pada tahun 1733 M atau 1655 (buta lima

ngoyak jagat) Prabu Paku Buwono II (1719-1744) di Kartasura

membuat wayang Kyai Pramukanyo.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

23

m. Wayang kyai banjed. Pada tahun 1731 m atau 1656 (wayang misik

rasaning midodari) Sinuwun Paku Buwono II juga membuat

wayang Kyai Banjet.

n. Wayang wong. Tahun 1761 M atau 1687 (warasta wayaning jalma)

Mangkunegara I (1757-1795) membuat wayang wong.

o. Wayang kyai mangu dan kyai kanyut diciptakan oleh Pangeran

Adipati Anom II. Pada tahun 1771 M atau 1697 (resi truska wayang

tunggal).

p. Wayang Pramukanyo kadipaten diciptakan oleh Pangeran Adipati

Anom. Pada tahun 1774 M atau 1700 (tanpa mukswa pandita

praja).49

Menurut kesusasteraan jawa II oleh S. Patmosukotjo yaitu:

a. Wayang purwa tahun 939 M, Sri Jaya Baya, raja Kediri memulai

membuat wayang purwa, berujud rontal. Kemudian dibangun

kembali oleh Raden Panji di Jenggal pada tahun 1223 M. Waktu itu

suluknya masih menggunakan bahasa kawi, bahannya masih dari

rontal.

b. Wayang kertas tahun1244 M. Lembuamiluhur dari Pajajaran, putra

dari Raden Panji memulai membuat wayang dari kertas dan juga

mengguanakan gamelan slendro.

c. Wayang beber tahun 1283 M. wayang yang dibuat dari kertas

dinamakan wayang beber. Sang Prabu Brawijaya memulai gemar

memberi warna pada wayang mulai zaman Sunan Giri memberikan

sumbangan wayang berujud raksasa yang diberi dua biji mata.

d. Pada tahun 1400 lebih Raden Patah membuat gunungan wayang

purwa makin menanjak sedang wayang beber kalah terkenal.50

Sedangkan menurut Drs. Bambang Sugito macam-macam

wayang yaitu:

49 Sri Mulyono, Op. Cit., hlm. 35-38. 50 Amir Merto Sedhana, Op. Cit., hlm. 18.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

24

a. Wayang purwa (dahulu) diciptakan oleh Prabu Jaya Baya dari Kediri

yang pokok ceritanya dari kitab Mahabarata. Cerita wayang ini

semula diujudkan sebagi lukisan pada daun rontal. Kemudian

mengalami perubahan pada zaman Majapahit dan Demak, bentuk dan

bahannya sehingga berujud wayang kulit.

b. Wayang madya (zaman tengah). Ceritanya merupakan lanjutan dari

wayang purwa. Wayang ini diciptakan oleh Mangkunegara di

Surakarta.

c. Wayang gedog (kedok = topeng). Ceritanya adalah lanjutan wayang

madya sedangkan yang menciptakan wayang ini adalah Sunan Giri.

d. Wayang dupara. Wayang ini diciptakan oleh Susuhunan Paku

Buwono ke-X Surakarta. Ceritanya menggambarkan kerajaan

Demak, Pajang Mataram sampai Kartasura.

e. Wayang jawa. Penciptanya Dutadilaga di Solo. Isi ceritanya sejarah

kerajaan Demak sampai dengan Mataram habis.

f. Wayang menak. Penciptanya Trunadipa K. Dukun di Bateuretna,

Solo. Isinya menggambarkan khusus riwayat menak.

g. Wayang kancil. Pencptanya Mbah Bo Liem, seorang Tiong Ho, pada

tahun 1925 di Solo. Isi ceritanya dongeng kancil dan binatang untuk

dipertunjukkan terutama pada anak-anak.

h. Wayang perjuangan atau wayang sandiwara. Isi ceritanya tentang

penjajahan Belanda dan Jepang hingga zaman kemerdekaan.

Penciptanya R.M Sayed Solo tahun 1944 dan jawatan penerangan R.I

menamakan wayang suluh, karena untuk suluh penerangan.

i. Wayang beber (benteng). Diciptakan pada zaman Majapahit. Isi

ceritanya adalah wayang purwa.

j. Wayang wong. Diciptakan sejak Mangkunegara IV Surakarta. Isi

cerita seperti wayang purwa. Hanya tokoh-tokoh pelakunya

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

25

dimainkan di panggung dengan dekor-dekor semacam sandiwara,

tetapi masih menggunakan dalang.51

Demikianlah macam-macam (jenis) wayang beserta pencipta-

penciptanya menurut perubahan dan perkembangannya wayang

merupakan budaya masyarakat Indonesia yang cukup unik, satu sama

lainnya mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri.

Dari sekian macam-macam wayang yang ada yang mendapat

tempat dan digemari oleh masyarakat sampai sekarang dalam berbagai

lapisan adalah wayang kulit. Disamping itu wayang kulit telah

mencapai bentuk yang sempurna sehingga mempunyai kesan tersendiri

setelah menontonnya.

2. Filsafat yang terkandung dalam wayang

Membicarakan tentang wayang dan pewayangan selalu

menaikkannya dengan kata-kata filsafat. Kata filsafat itu sendiri berasal

dari bahasa Yunani Philosophia yang berarti cinta kebijaksanaan

sedang yang melakukannya disebut filsuf yang berasal dari kata Yunani

Philosophos. Kedua kata tersebut dipakai sejak abad ke-5 sebelum

masehi Socrates dan Plato, seorang filsuf berarti seorang pecinta

kebijaksanaan. Apa bila seseorang telah mencapai kebijaksanaan berarti

orang tersebut telah mencapai adi manusiawi.52

Berfilsafat yaitu berfikir dengan menggunakan akal budi

sedalam-dalamnya dengan penuh tanggungjawab, mengikuti metode

dan sistem yang teratur dan tertib untuk mengungkapkan misteri

permasalahan yang ingin kita pecahkan. Setelah itu dicari kesimpulan

yang umum dan universal.53

Dr, Hazim Amir berpendapat bahwa wayang menawarkan

ajaran-ajaran filosofis yang pada dasarnya bersumber pada ajaran-

ajaran religius. Dalam penjabarannya sehari-hari ajaran-ajaran tersebut

51 Bambang Sugito TH, Op.Cit., hlm. 33-34. 52 Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang, Gunung Agung, Jakarta,

1983, hlm. 16. 53 Budiono Heru Santoso, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, PT. Hanindita Graha

Widya, Yogyakarta, 2000, hlm. 61.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

26

termaktub dalam suatu konsep etika tradisional yang lengkap dan

semua itu di ekspresikan dalam suatu karya seni yang amat tinggi nilai

estetisnya. Dengan demikian wayang merupakan bukti bahwa filsafat,

etika dan estetika tidak perubahan dipisahkan dari yang lain.54

Dalam filsafat Jawa bagi orang-orang yang membahas dunia

pewayangan tidak pernah ditemukan kesamaan pendirian dan pendapat.

Karena titik tolaknya berlainan. Hal tersebut tidak perlu

dipermasalahkan karena justru sangat diperlukan karena perbedaan

tersebut akan bersifat saling melengkapi satu dengan lainnya.

Wayang sebagai pertunjukan merupakan ungkapan dan

peragaan pengalaman religius yang merangkum bermacam-macam

unsur lambang seperti bahasa,gerak (tari), suara (sastra), warna dan

rupa. Dalam wayang terekam ungkapan pengalaman religius kuna,

masih berperannya mitos dan ritus yang terdapat dalam lakon ruwat.

Dalam sejarah kehidupan religius jawa kesusasteraan dan wayang

saling mendukung dan menghidupkan, perumusan pengalaman religius

jawa dalam sejarahnya tidak lepas dari pengaruh agama-agama Hindu,

Budha dan Islam beserta mistiknya.55

Dalang dan wayang lebih baik bagi masyarakat jawa tengah

memegang peranan penting dalam pengembangan kebudayaan daerah.

Wayang bukanlah sekedar pagelaran episode-episode tertentu. Dari

kisah Ramayana ataupun Mahabarata. Meskipun termasuk bahan

mentah yang amat baik, tetapi kenikmatan rasa dan intisari filsafat

wayang hanya dapat kita resapi melalui bumbu khas jawa yang bernama

sanggit itu, yaitu kemampuan dalang yang lahir dari kedalaman filsafat

dan kemahiran penguasaan bahasa sehingga dapat menghidupkan dan

mendramatisir setiap adegan dan dialog untuk menyampaikan pesan

dan kesan tertentu sesuai dan embanan (mission) yang dipikulnya.56

54 Hazim Amir, Nilai-nilai Etis dalam Wayang, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997,

hlm.14. 55 S. Haryanto, Op.cit., hlm. 153 56 Sujatmo, Sabda Pandita Ratu, Dahara Prize, Semarang, 1993, hlm.126-126

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

27

Pewayangan sesungguhnya dunianya orang jawa. Karena

pewayangan bagi orang jawa merupakan dunia kejawen. Bagi dunia

kejawen pengajian kebenaran dilakukan melalui rasio dan indera batin

yang memegang peranana utama.

Jawa dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan

lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari

beberapa ajaran yang berkembang di tanah jawa, semasa zaman

Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran Islam

di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang

melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyerantara Islam di tanah

Jawa. Unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya-

budaya Jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu

jawa, ular-ular (petuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga

upacara-upacara tradisi yang dikembangkan.57

Wayang sebagai produk budaya Indonesia sebelum zaman

Hindu merupakan visualisasi perwatakan serta perilaku individual

maupun sosial bangsa Indonesia sejalan dengan masuknya agama Islam

di Indonesia kesempurnaan wayang turut berkembang dalam segala

aspeknya terutama dalam bidang seni rupa dan falsafahnya. Khusus

dalam bidang falsafah pewayangan tampaklah penggambaran sifat-sifat

atau perilaku-perilaku yang sangat mendasar pada para tokoh yang

diteladankan. Sifat-sifat tersebut sangat relevan bahkan sesuaidengan

falsafah hidup bangsa Indonesia pada zaman apapun.58

Pertunjukan wayang kulit purwa tidak hanya merupakan suatu

kesenian semata, tetapi telah menjadi kesenian sakral atau kesenian

sakti yang etap merupakan sebagian dari kebudayaan Jawa.

Wayang tidak sekedar seni pertunjukan .wayang adalah

ekspresi nilai-nilai masyarakat, khususnya Jawa. Wayang lokus di mana

semua teori-teori umum dipatahkan. Dalam wayang kita ditawari

57 http://joewono.tripod.com/moch djoko yuwono/id6.html 23 Juli 2003 58 S. Haryanto, Op.Cit., hlm. 157

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

28

kemungkinan-kemungkinan hidup manusia. Kemungkinan bukan

kepastian. Wayang membangun sebuah filosofi yang paling manusiawi.

Filsafat wayang adalah filsafat yang kompleks, karena ia adalah filsafat

moral yang kongkrit. Pada prinsipnya, wayang menawarkan jawaban

yang simpel tentang hidup.59

Pandangan hidup orang Jawa lazim disebut kejawen atau yang

dalam kesusasteraan jawa dinamakan ilmu kesempurnaan jawa/jiwa.

Ilmu kesempurnaan jiwa ini termasuk ilmu kebatinan dan dalam filsafat

Islam disebut tasawuf atau orang jawa menyebutkan suluk atau mistik.

Kejawen atau agama jawa, sebenarnya bukan agama, tetapi

kepercayaan. Disana ada ajaran-ajaran yang berlandaskan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Lebih tepat disebut pandangan hidup

atau falsafat hidup orang jawa.60

Filsafat hidup orang jawa ini terbentuk karena perkembangan

kebudayaan jawa akibat pengaruh filsafat Hindu atau filsata Islam.

Orang hindu datang ke Jawa menyebarkan agama Hindu seraya

membawa filsafatnya. Demikian juga saat orang-orang gujarat datang

ke Jawa, tidak hanya menyebarkan agama Islam, tetapi

mengembangkan alam pemikiran Islam. Akhirnya tradisi Jawa, Hindu,

tasawuf Islam dan agama melebur menjadi satu, dalam pikiran orang

Jawa.

Orang Jawa mengatakan bahwa wayang dan pewayangan

mengandung filsafat yang dalam dan dapat memberi peluang untuk

melakukan pengkajian filsafati dan mistis sekaligus. Gejala yang

tampak pada dunia filsafat menurut versi kejawen bermunculan dalam

bentuk yang serba lambang, serba simbolis yang dulu istilah Jawa

disebut pasemon banyak terdapat pada dunia pewayangan.61

Setiap orang mempunyai perasaan, anggapan, pandangan hidup

yang berbeda dan berfilsafat yang berbeda pula. Namun uniknya dalam

59 http://wayang.1-2.co.id/arsip/menantangwayang.htm 23 Juli 2003 60 Budiono Herususanto, Op.Cit., hlm.65 61 S. Haryanto, Op.Cit.,hlm.158

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

29

dunia kejawen umumnya atau dunia pewayangan khususnya perbedaan

pendapat tersebut belum pernah diperdebatkan ataupun dipolemikkan.

Agaknya para penggemar wayang dan pewayangan dikalangan orang

Jawa cukup arif, dan beranggapan bahwa tidak adanya suatu anggapan

yang mutlak benar dan mutlak Salah. Pada umumnya mereka

mempunyai sikap toleransi. Sikap toleransi ini terungkap dalam selogan

yang sangat populer yakni aja dumeh (jangan mentang-mentang) dan

aja nggugu benere dewe (jangan menuruh kebenaran sendiri).

Membicarakan wayang tak ubahnya membicarakan falsafah

jawa. Karena wayang adalah sebagai simbol filsafat jawa.menurut

dunia pewayangan hidup harus senantiasa berdasarkan kebenaran, dan

kebenaran sejati hanya dapat diperoleh dari Tuhan. Untuk memperoleh

kebenaran sejati harus terlebih dahulu mencapai kesadaran sejati harus

memiliki ilmu-ilmu sejati, untuk mendapatkan ilmu sejati harus

mendapatkan kenyataan sejati dan selanjutnya manusia harus tahu

tentang apa sejatining urip. Agar dapat melihat sejatining urip manusia

harus melakukan dua hal yaitu:

1. Menyiapkan jiwa raganya agar menjadi manusia yang kuat dan suci

ing pambudi.

2. Manusia harus senantiasa mohon berkah pada Sang Hyang Tunggal

agar dirinya tinarbuko artinya ada kesedian menerima kebaikan dan

kebenaran yang datangnya dari manapun.62 Dalam kehidupan

umumpun ada falsafah Jawa yang menjelaskan tentang ajining diri

saka pucuke lathi, ajining raga saka busana. Artinya harga diri

seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaliknya seseorang dapat

menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya). Sehingga

tak heran jika seorang yang karena ucapan dan pandai menempatkan

dirinya akan dihargai oleh orang lain.

D. Latar Belakang Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah

62 H.M Darori Amin, dkk., Op.Cit., hlm.178

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

30

Sejarah Islam Indonesia terutama di Jawa, berhutang besar

terhadap kearifan para wali dizaman walisongo. Betapa tidak keluesan

tabiat manusia jawa yakni alergi terhadap hal-hal baru, dapat dimanfaatkan

dengan baik oleh walisongo dengan menebarkan Islam ala Jawa, yakni

Islam yang tidak bertabrakan dengan Hindhu dan Budha.

Wayang kulit berasal dari Jawa dikemukakan oleh Hazeu. Hazeu

berpendapat bahwa orang Jawa pada zaman dahulu mempunyai

kepercayaan menyembah roh nenek moyang/leluhur yang telah meninggal,

sebab menurut kepercayaannya roh dari nenek moyang itu dapat

menampakkan didunia sebagai bayangan. Oleh karena itu orang Jawa untuk

menghormati nenek moyangnya dengan cara membuat lukisan yang

menyerupai bayangan nenek moyang dan gambar-gambar tersebut

dijatuhkan pada kelir atau gedhek/tembok. Sehingga menurut Hazeu

wayang berasal dari upacara penyembahan roh nenek moyang.63

Wayang memang kesenian tradisional milik kita yang sah.

Kesenian ini diciptakan oleh para wali untuk syiar agama Islam sekali gus

mengumandangkan rasa persaudaran antara agama khususnya Islam dan

Hindhu. Suluk-suluk dan tembangnya disadur dari ayat-ayat suci Al

Qur’an. Gamelan atau musiknya dikembangkan dari karawitan yang ada

dilengkapkan menjadi seperti sekarang, yaitu slendro dan pelog. Setiap

komponen diberi makna sesuai tuntunan hidup dalam agama Islam.

Sedangkan ceritanya disadur dari kisah Mahabarata dan Ramayana.64

Sunan kalijaga yang merupakan Salah satu dari walisongo

mempunyai pandangan bahwa dakwah itu harus disesuaikan dengan situasi

dan kondisi. Adat istiadat rakyat yang berbau Hindhu dan Budha jangan

langsung diberantas, akan tetapi diperlihara dan dihormati sebagai suatu

kenyataan. Adapun cara mengubahnya dengan sedikit demi sedikit

memberi warna baru kepada budaya yang lama (Hindhu dan Budha)

63 Sutarno, Wayang Kulit Jawa, Cendrawasih, Surakarta, t.t, hlm.5 64 http://www.indosiar.com/welcome/forum/topic.asp?TOPIC_ID=1729 tanggal 24

April 2003.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

31

mengikuti sambil mempengaruhi dan mengisinya dengan jiwa Islam, maka

dengan sendirinya kebiasaan lama akan hilang.

Sunan Kalijaga merupakan wali yang suka berdakwah dengan

menggunakan sarana kesenian dan kebudayaan. Sunan Kalijaga merupakan

tokoh walisongo yang suka menggunakan wayang kulit untuk berdakwah.

Dalam buku Suluk Linglung Sunan Kalijaga yang digubah pada

tahun1984 oleh Iman Anom, Salah seorang keturunan dekat Sunan kalijaga

yang berisi:

“Badarina dipun kadi wayang, kinudang aneng enggone, padhange blincongipun, ngibarate panggunggireki, damare ditya wulan, kelir alam suwung, ingkang nenggo cipta keboh bumi tetepe adege ringgit, sinangga maring nanggap”. Artinya: anggaplah ragamu wayang digerakkan ditempatnya, terangnya blencong itu, ibarat panggung kehidupanmu, lampunya bulan purnama, layar ibarat alam jagat raya yang sepi kosong yang selalu menunggu-nunggu buah pikir/kreasi manusia, batang pisang ibarat bumi tempat mukimnya wayang/manusia, hidupnya ditunjang oleh yang nanggap.65

Dari pernyataan di atas dapat di gambarkan bahwa Sunan Kalijaga

dalam berdakwah mengemukakan bahwa raga manusia itu dianggap

sebagai wayang, sedangkan panggung kehidupan diibartakan seperti

blencong atau lampu. Sedangkan layar diibaratkan sebagai alam yang

selalu menunggu kreasi manusia supaya tidak sepi dan kosong. Batang

pisang yang fungsinya untuk menancapkan wayang diibaratkan bumi

tempat tinggal manusia. Yang mengatur seluruh hidup manusia adalah

Allah SWT.

Sunan Kalijaga memanfaatkan pagelaran wayang sebagai media

dakwah untuk penyebaran agama/kepercayaan Islam. Sebagai dalang beliau

terkenal dengan sebutan “Kidalang sang Kuncoro Purwo”. Ini berarti

dizaman itu wayang sudah merupakan media informasi dan komunikasi

yang efektif, edukatif dan persuatif.66

65 Imam Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga, Terj. Muhammad Khafidz Basri ,

dkk., Balai Pustaka, Jakarta, 1993, hlm. 61-61. 66 http://wayang.i-2.co.id/sejarah wayanggolek.htm tanggal 15 Maret 2003

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

32

Disamping itu media wayang yang dipergunakan pengislaman

wayang (yang waktu itu menganut agama Hindhu dan Budha) yang konon

dilakukan oleh sunan kalijaga pada saat pertunjukan akan diadakan dengan

cara setiap pengunjung membaca kalimat sahadat sebagai “Tanggapannya”

(menurut bahasa cirebon tanggapan berarti pembayaran untuk dapat

menonton suatu pertunjukan).67

Berhasil tidaknya dakwah itu diantaranya tergantung pada da’i,

sedangkan dakwah dengan menggunakan media wayang itu berhasil

tidaknya tergantung pada dalangnya dalam memainkan wayang dan

menyisipkan ajaran-ajaran Islam. Peran dalang sangat penting dalam

pertunjukan wayang. Karena pertunjukan wayang itu tidak mungkin ada

tanpa adanya dalang.

Bagi masyarakat jawa, wayang tidaklah hanya sekedar tontonan

tetapi juga sebagai tuntunan. Wayang bukan hanya sekedar sebagai saran

hiburan, akan tetapi juga sebagai media komunikasi, media penyuluhan,

media pendidikan dan juga bisa digunakan sebagai media dakwah.

Kwalitas pertunjukan wayang, baik fungsinya sebagai tontonan

maupun sebagai tuntunan, memang sangat ditentukan oleh sang Dalang.

Akan tetapi hal ini tidaklah berarti bahwa peranan anggota yang lain seperti

wiraswara, pesinden atau swarawati itu hanyalah sebagai timun wungkuk

jaga imbuh atau sebagai embel-embel yang tidak berarti. Khususnya dilihat

dari aspek wayang sebagai peran dalang.iringan karawitan baik dilengkapi

dengan wiraswara dan swarawati yang baik dan dapat merupakan

kemestian yang bersifat tan keno ora. Namun dalang yang pada hakekatnya

merupakan dirigen dan sekaligus sutradara terhadap pertunjukan wayang

seutuhnya itu, tetaplah sebagai pengendali dan penentu keberhasilan

pertunjukan wayang.68

Dilihat dari aspek wayang sebagai tuntunan, peranan dalang

hampir-hampir sangat mutlak. Untuk bisa memberikan tuntunan kepada

67 Ibid. 68 Sujamto, Wayang dan Budaya Jawa, Dahara Prize, Semarang, 1992, hlm.28

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

33

masyarakat, khususnya para penonton, seorang dalang harus menguasai

hampir segala hal. Dalam istilah Jawa ia harus mumpuni. Seorang dalang

memang seharusnya memiliki kwalitas diri yang melampaui anggota

masyarakat lainnya. Seorang dalang itu bukan saja hanya sebagai

penghibur tetapi juga sebagai komunikator, sebagai penyuluh, sebagai

penutur, pendidik atau guru bagi masyarakat dan juga diharapkan

rohaniawan yang selalu berkewajiban mengajak masyarakat untuk berbuat

kebaikan dan melarang kejahatan, menanamkan kepada masyarakat

semangat amar ma’ruf nahi munkar, sesuai dengan ajaran agama.

Adapun lakon-lakon yang ditayangkan oleh para wali dari lakon

karangan Mahabarta dan Ramayana yang diambil tokoh-tokohnya sebagai

pelaku. Ditambahkan pula tokoh-tokoh karangan sendiri yaitu figur

punokawan antara lain semar, nala gareng, petruk, dan bagong, bukan

merupakan sebutan bahasa jawa kuno, tetapi berasal dari bahasa arab yaitu:

Semar yang berasal dari Ismaar

Nala gareng berasal dari Naala qariin

Petruk berasal dari Fatruk

Bagong berasal dari Baghaa.69

Adegan punokawan (goro-goro) memang banyak diminati

penonton disetiap pertunjukan. Humor, kritik merupakan isi adegan ini,

jadi sangat tepat apabila pesan Islam masuk goro-goro.

Sedangkan lakon pertama yang ditayangkan oleh sunan Kalijaga

adalah Bhimo suci. Lakon ini menggambarkan bagaimana seseoarang

mendapat godaan dalam menuntut keimanan. Keimanan sepeti pusaka atau

jimat yang adanya di samudra minang kalbu. Artinya didalam hati sanubari

yang bagaikan lautan luas tuhan itu berwujud Hyang Nawa Ruci yang mirip

diri sendiri dan keluar cahaya dari dada sendiri. Maksudnya tuhan itu ada

di setiap diri makhluknya, lebih dekat dari urat nadi kita. Lantas Bhima

disuruh masuk kelubang telinga. Artinya dengarkan dakwah meskipun ruci

69 M. Darori Amin, dkk., Op.Cit., hlm. 179-180.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

34

hanya sebesar kelingking, tetapi dalam ruci. Ruci ternyata memuat alam

semesta, artinya kekuasaan tuhan tak terbatas.70

Dalam perkembangannya banyak wujud wayang kulit dalam

kreasi baru yang dintaranya adalah wayang sadat. Wayang sadat ini

berdasarkan pada paham (ajaran) Islam yang berfungsi sebagai sarana

dakwah. Wujud wayang sadat masih masih berdasasr pada wayang kulit

purwa, baik atribut maupun stilasinya. Hanya saja bagian muka dan tangan

serta irah-irahan (ikat kepala) mendapat beberapa gubahan. Cerita wayang

sadat berkisar pada masa penyebaran ajaran Islam di Jawa (pada masa

dikenalnya para wali di Demak) hingga pada masa berdirinya berdirinya

kerjaaan mataram.71

Sesuai dengan misinya wayang sadat disamping wujud wayang

yang bercorak Islam, sarana lainnya juga disesuaikan dengan Islam. Baik

dalang maupun niyaga memakai memakai serban, serta anggota

lainnyapun memakai busana muslim. Awal pertunjukan wayang sadat

biasanya dimulai dengan pemukulan beduk yang kemudian dibuka dengan

Salam.

70 http://www.indosiar.com/welcome/forum/topic.asp?TOPIC_ID=1729 tanggal 24

April 2003 71 Sunarto, Op.Cit., hlm. 141.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

35

BAB III UPAYA SUNAN KALIJAGA DALAM MEMANFAATKAN WAYANG

KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH

Silsilah dan Asal-usul Sunan Kalijaga

Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Syahid atau disebut pula dengan Syaikh Melaya karena beliau adalah putera Tumenggung Melayakusuma di Jepara. Tumenggung Melayakusuma semula berasal dari seberang, keturunan Adipati Tuban oleh Sri Prabu Brawijaya, sehingga ia berganti nama dengan Tumenggung Wilatikta. (Majapahit). Kemungkinan besar Tumengung Melayakusuma adalah seorang imigran Jawa pada koloni Jawa di Malaka yang setelah memeluk agama Islam di Malaka, kemungkinan dia kembali lagi dan seterusnya menetap di Jawa.72

Mengenai kapan hari kelahiran dan wafat Sunan Kalijaga tidak di ketahui dengan pasti, hanya diperkirakan ia mencapai usia lanjut. Diperkirakan lahir kira-kira 1450 M. berdasarkan atas suatu sumber yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga kawin dengan putri Sunan Ampel pada usia kira-kira 20 tahun. Yakni pada tahun 1470 M. Sunan Kalijaga diperkirakan hidup lebih dari 100 tahun lamanya, yakni sejak pertengahan abad ke-15 sampai dengan akhir abad ke-16.73

Sedangkan menurut Umar Hayim Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, dan mendapatkan 3 orang putera yaitu Raden Umar said yang kemudian bergelar Sunan Muria, Dewi Rukayah dan Dewi sofiah.74

Masa hidupnya Sunan Kalijaga mengalami 3 masa pemerintahan yaitu masa akhir Majapahit (Kerajaaan Majapahit runtuh pada tahun 1478 M.), zaman Kasultanan Demak (berdiri pada tahun 1481-1546 M.) dan kesultanan Pajang (diperkirakan berakhir pada tahun 1568 M.) Dengan demikian Sunan Kalijaga diperkirakan hidup lebih dari 100 tahun lamanya yakni sejak pertengahan abad ke-15 sampai akhir abad ke-16.75

Tentang asal usul keturunannya ada beberapa pendapat bahwa Sunan Kalijaga kelahiran Arab asli, keturunan Cina dan ada pula yang menyatakan keturunan Jawa asli. Masing-masing pendapat mempunyai sumber-sumber yang berbeda.

Menurut buku “De Hedramaut et les colonies Arabies danS’l Archipel Indien” Karya Mr. CL.N. Van den Berg, Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab asli. Tidak hanya sunan Kalijaga akan tetapi semua wali yang ada di Jawa adalah keturunan Arab.

72 Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa, Mizan, Bandung, 1995, hlm. 30 73 Ridin S. dkk, Op.Cit, hlm. 84. 74 Umar Hasyim, Op.Cit., hlm. 12. 75 Ridin S. dkk, Op.Cit., hlm. 85.

34

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

36

Menurut buku tersebut silsilah Sunan Kalijaga adalah sebagai berikut: Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad), berputera Abbas, berputera Abdul Wakhid, berputera Abdullah, berputera Madro’uf, berputera Arifin, berputera Abbas, berputera Kourames, berputera Abdur Rakhim (Ario Tejo, Bupati Tuban), berputera Tejo Laku (Bupati Majapahit), berputera Lembu Kusuma (Bupati Tuban), berputera Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban) berputera Raden Syahid (Sunan Kalijaga).76

Kemudian yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga keturunan Cina adalah didasarkan pada buku “kumpulan ceritera lama dari kota wali (Demak)” yang ditulis oleh S. Wardi dan diterbitkan oleh “Wahyu” menuturkan bahwa Sunan Kalijaga sewaktu kecil bernama Said. Dia adalah keturunan Cina bernama Oei Tik Too yang mempunyai putera bernama Wilatikta (Bupati Tuban). Bupati Wilatikta ini mempunyai anak laki-laki bernama Oei Sam Ik, dan terakhir dipanggil Said.77

Sedangkan pendapat yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga berdarah Jawa asli, didasarkan atas sumber keterangan yang berasal dari keturunan dari sunan Kalijaga sendiri. Silsilah menurut pendapat yang ketiga ini menyatakan bahwa moyang Kalijaga adalah seorang panglima Raden Wijaya, raja pertama Majapahit, yakni Ronggolawe yang kemudian diangkat menjadi Bupati/Adipati Tuban. Seterusnya Adipati Ronggolawe berputera Aria Teja I (Bupati Tuban), berputera Aria Teja II (Bupati Tuban) berputera Aria Teja III (bupati Tuban) berputera Raden Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban), berputera Raden Mas Said (Sunan Kalijaga). Menurut keterangan Aria Teja I dan II masih memeluk agama Shiwa. Hal ini terbukti dari makamnya yang berada di Tuban yang memakai tanda Syiwa. Sedangkan Aria Teja III sudah memeluk agama Islam.78

Perjalanan Spiritual/Menjadi Wali

Sunan Kalijaga adalah seorang berandal yang terkenal dengan

sebutan Lokajaya. Raden Syahid setelah meninggalkan Kadipaten Tuban

terkenal sebagai pengadu ayam dan juga sebagai penyamun/perampok. Suatu

hari Lokajaya bertemu dengan seorang ulama (yang tidak lain adalah Sunan

Bonang) dengan pakaian yang nampak serba indah dan serba mahal harganya.

Lokajaya segera menghentikannya dan meminta mereka dan semua yang

dibawa, kalau berani menolak maka akan dibunuh. Lokajaya terkejut ketika

orang setengah baya tersebut menyebut namanya dan meminta supaya Sunan

76 Umar Hasyim, Op.Cit., hlm.4 77 Ibid. 78 Ibid., hlm. 5

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

37

Kalijaga melihat pohon aren. Alangkah terkejutnya Lokajaya melihat buah

kolang kaling itu adalah emas. Tampak pada pandangan Lokajaya semua

tirisan kolang kaling tersebut adalah emas yang berkilau indah dalam sinar

matahari. Kemudian / seketika Lokajaya berjongkok kepada orang tersebut

sambil meminta maaf dan minta supaya diterima sebagai muridnya.79

Berkat dakwahnya Sunan Bonang, berandal Lokajaya bertobat

kejalan yang benar bahkan menjadi ulama yang berhak mendapat kehormatan

yaitu menjadi wali penutup dan wali pusat.80 Kemudian berandal Lokajaya

atau Raden Syahid bergelar dengan sebutan Sunan Kalijaga.

Tentang asal usul Sunan Kalijaga berasal dari perkataan Jaga Kali.

Sunan Bonang yang merupakan guru Raden Syahid (Sunan Kalijaga)

kemudian mengujinya untuk menunggu kali atau bertapa. Setelah lama

dipendam di kali Sunan Bonang baru teringat tentang Raden Syahid.

Kemudian Sunan Bonang beserta sahabatnya pergi ke tempat Raden Syahid

dipendam untuk mengeluarkannya. Raden Syahid telah menjadi mayat, akan

tetapi tubuhnya tidak membusuk hanya tinggal tulang dan kulit. Kemudian

mayat Raden Syahid dibawa ke Ngampel Gading untuk dikembalikan

kekuatannya. Semua wali ikut mengembalikan kakuatan Raden Syahid.

Sedikit demi sedikit kekuatannya kembali seperti semula. Dan kemudian oleh

para wali Raden Syahid diangkat menjadi wali dengan sebutan Sunan

Kalijaga.81

Sunan Kalijaga adalah satu-satunya wali dan faham yang mendalami

segala pergerakan aliran atau agama yang hidup dikalangan rakyat. Sunan

Kalijaga sangat terkenal disegala lapisan masyarakat Jawa. Beliaulah yang

banyak mendekati rakyat baik itu dari kalangan raja-raja, para penguasa dan

juga dari kalangan rakyat jelata dan orang-orang kecil didesa-desa.

79 Ridin S. dkk., Op.Cit., hlm. 105 80 Widji Saksono, Op.Cit., hlm. 30 81 Ridin S., dkk., Op.Cit., hlm. 92

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

38

Karya dan Jasa Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga dalam berdakwah lebih memilih menggunakan

sarana kesenian dan kebudayaan. Sebagai mubaligh beliau sangat terkenal,

sebagai seorang wali yang berjiwa besar, serang pemimpin, muballigh,

pujangga dan filosofi daerah operasinya tidak terbatas. Oleh karena itu Sunan

Kalijaga terkenal sebagai muballigh keliling. Karena dalam berdakwah beliau

tidak hanya di kota-kota saja, akan tetapi sampai kepelosok desa-desa.

Sunan Kalijaga tenar disegala kalangan, baik dikalangan bawah karena bisa menyesuaikan diri dengan rakyat jelata dan bisa menyelami kehidupan rakyat kecil. Sunan Kalijaga juga pandai bergaul dikalangan atas, karena sangat kritis terhadap segala sesuatu hal dan mempunyai toleransi yang besar terhadap semua golongan dan segala hal.

Kaum bangsawan dan cendekiawan amat simpatik kepada beliau,

karena caranya menyiarkan agama Islam yang disesuaikan dengan aliran

zaman beliau adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dalam

pergaulannya dan berpandangan jauh serta berperasaan semasa hidupnya.

Sunan Kalijaga terhitung seorang wali yang ternama serta disegani, beliau

terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita

wayang yang disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam, dengan perkatan lain

dalam cerita-cerita wayang itu dimasukkan sebanyak mungkin unsure

keislaman. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa

pada waktu itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hindu dan Budha atau

Syiwa Budha, atau dengan kata lain masyarakat masih memegang teguh

tradisi-tradisi atau adat lama.82

Sunan Kalijaga selain sebagai seorang muballigh juga sebagai

budayawan. Perkembangan kebudayaan Indonesia terutama mengenai

kebudayaan daerah (jawa) tidak bisa lapas dari peranan Sunan Kalijaga dan

juga para wali lainnya. Peranan yang dimainkan sebagai muballigh yang

menyiarkan agama dikalangan masyarakat luas dan berbagai lapisan dan

golongan masyarakat yang telah mempunyai bentuk-bentuk kebudayaan dan

82 http://mujarobat.tripod.com/index6.html tanggal 23 Juli 2003

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

39

kepercayaan serta pola hidup tertentu, sangat besar artinya bagi sejarah

perkembangan kebudayaan Indonesia.

Masyarakat pada waktu itu masih suka pertunjukan wayang, gemar

pada gemelan dan beberapa cabang kesenian lainnya, sebab-sebab inilah yang

mendorong Sunan Kalijaga untuk mengatur siasat yaitu dengan cara

menempuh jalan mengawinkan atau menggabungkan adat istiadat lama

(Hindu dan Budha) dengan ajaran-ajaran Islam yang biasa disebut dengan

asimilasi kebudayaan. Jalan dan cara tersebut berdasarkan atas kebijaksanaan

para walisongo dalam menggabungkan ajaran agama Islam.83

Diantara karya dan jasa Sunan Kalijaga dalam menyiarkan agama di

kalangan masyarakat yang mempunyai efek dan sikap hidup disegala bidang

kehidupan atau mempunyai akibat yang luas dalam bidang hidup dan

kebudayaan yang mendapat pengaruh darinya yaitu:

1. Seni pakaian

Sunan Kalijaga yang menciptakan seni batik yang bermotifkan ilustrasi

gambar burung diberbagai macam bentuk. Beliau juga menciptakan baju

taqwa. Nama tersebut berasal dari bahasa Arab yang artinya taat dan

berbakti kepada Allah.

2. Seni suara

Mencipta lagu jawa dandang gula dan lagu dandang gula semarangan

adalah Sunan Kalijaga. Suatu nada toleransi antar melodi Arab dan jawa.

Adapun para wali yang lainnya juga turut menciptakan lagu seperti sunan

Giri menciptakan lagu asmara dana dan Pucung, Sunan Bonang

menciptakan lagu Mas Kumambang dan Mijil. Sunan Muria menciptakan

lagi sinom dan kinanti. Sunan Drajat menciptakan lagu pangkur.

3. Seni ukir

Seni ukir yang berbentuk manusia dan binatang yang telah ada pada

zaman sebelum Islam tidak dikembangkan oleh para wali, hanya

mengembangkan menjadi seni ukir berbentuk dedaunan, bentuk gayau

83 Ibid.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

40

atau alat menggantungkan gamelan, bentuk ukiran rumah-rumah adat di

Kudus, Demak dan bentuk yang lainnya.

4. Seni gamelan

Sunan Kalijaga adalah yang menciptakan gamelan, diantaranya gong

sekaten yang menurut nama aslinya sewaktu diciptakan dahulu oleh Sunan

adalah shahadatain, yaitu dua shahadat. Asal mulanya adalah gong ini

ditabuh pada perayaan mauludan di halaman masjid Demak, untuk

mengundang orang-orang supaya berbondong-bondong datang untuk di

beri ceramah. Adapun falsafah dari gamelan adalah:

a. Kenong, bunyinya nong, nong, nong. Sekarang ditambah dengan saron

berbunyi ning, ning.

b. Kempul, suaranya peng, pung, pung.

c. Kendang, tak ndang, tak nang, tak ndang.

d. Genjur, berbunyi nggur.

Kesemuanya dari bunyi gamelan itu bila diselaraskan bunyinya sebagai

berikut: ningnong, nong kono nang kene (disana, disitu, disini), pung pung

mumpung-mumpung (mumpung masih ada waktu) yang dihubungkan

dengan pul pul, kumpul-kumpul, ndang ndang (cepat-cepat) dan terakhir

berbunyi nggur artinya supaya lekas njegur atau masuk kedalam masjid.

5. Seni kentong dan bedug

Sunan Kalijaga memerintahkan Sunan Pandanaran yaitu mantan Bupati

Semarang supaya membuat bedug untuk mengundang orang-orang agar

berkumpul di masjid atau langgar untuk sholat berjamaah. Falsafah bedug

menurut para ahli otak atik adalah sesuai dengan bunyinya, deng-deng

artinya masih sedang atau masih muat yaitu dalam masjid masih muat

untuk sholat berjamaah. Dan kentongan berbunyi tong tong artinya masih

kosong atau kotong.

6. Grebeg maulud

Setiap setahun sekali pada bulan maulud di halaman masjid Demak

diselenggarakan tabligh akbar oleh para wali atas prakarsa oleh Sunan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

41

Kalijaga. Tabligh ini adalah dalam rangka memperingati maulud Nabi

Muhammad SAW. dan waktu itu sekaligus sebagai musyawarah para wali.

Orang yang ingin melihat harus melewati gapura atau pintu gerbang yang

dikatakan sebagai pintu pengampun (ghofuura artinya memberi ampun).

Orang yang masuk hendaknya membaca kalimat syahadat artinya sudah

masuk Islam.

7. Wayang

Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu jalan untuk

mendekatkan dan menarik simpati rakyat, atau untuk menyambung antara

pengertian agama dengan rakyat yaitu dengan menggunakan media. Maka

dari itu jasa beliau terhadap wayang tidak sedikit.84

Dalam perkembangan selanjutya sang wali juga menyebarkan lagu-

lagu yang bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal dari karangan

Kalijaga adalah ilir-ilir. Tidak semua syair menimbulkan suatu ajaran Islam,

mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang sebuah lagu.

Metode Dakwah Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang senang

menggunakan kesenian dan kebuadayaan. Diantara yang digunakan sunan

Kalijaga adalah Al Hikmah, Al Mujadalah billati hiya ahsan, dan

pembentukan dan penanaman kader serta penyebaran juru dakwah ke berbagai

daerah.85

Metode Al Hikmah sebagai sistem dan cara para wali merupakan

jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan secara popular, atraktif dan

sensasional. Cara ini mereka pergunakan dalam menghadapi masyarakat

awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyrakat awam itu mereka

hadapi secara massal. Dalam rangka metode ini sunan Kalijaga dengan

gamelan sekatennya. Maka dibuatlah keramaian dengan gamelan sekatenan

(dua kalimah persaksian kunci keislaman). Yang diadakan di masjid agung

dengan memukul gamelan yang sangat unik dalam hal langgaman lagu

84 Umar Hasyim, Umar Hasyim, Menara Kudus, Kudus, 1974, hlm. 16-24. 85 Ridin S., dkk, Op.Cit., hlm. 268-270

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

42

maupun komposisi instrumental yang lazim pada waktu itu. Karawitan

diadakan menjelang peringatan hari maulud Nabi Muhammad saw.86

Sekaten berasal dari kata arab syahadatain, artinya dua syahadat,

yakni nama dua buah gamelan yang diciptakan oleh sunan Kalijaga dan

ditabuh pada hari tertentu atau pada perayaan maulid nabi di masjid Demak

itu. Masing-masing namanya gamelan tersebut adalah kanjeng kyai

Nagawilaga dan kanjeng kyai Guntur Madu, yang kemudian sampai sekarang

disebut Nyai Sekati dan Kyai Sekati. Gamelan itu ditabuh umpamanya pada

malam jum’at atau perayaan hari besar Islam dan karena rakyat senang pada

gamelan tersebut, maka berkumpullah mereka kemudian diberi ceramah.87

Menurut adat istiadat kebiasaan pada setiap tahun, diserambi masjid

Demak diadakan perayaan maulid nabi yang diaramaikan rebana menurut

irama seni Arab. Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan

pengertian disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat jawa, maka gamelan

itupun ditempatkan di halaman masjid Demak dengan dihiasi bermacam-

macam bunga-bungaan yang indah. Gapura masjid juga dihiasi sehingga

banyaklah masyarakat yang tertarik untuk berkunjung kesana. Gamelan itupun

kemudian dipukul bertalu-talu tanpa henti-hentinya.

Kemudian dimuka gapura masjid, tampillah kedepan podium

bergantian para wali memberikan wejangan-wejangan serta nasehat-

nasehatnya, uaraian-uraiannya diberikan dengan gaya bahasa yang sangat

menarik sehingga orang yang mendengarkan hatinya tertarik untuk masuk

kedalam masjid untuk mendekati gamelan yang sedang ditabuh, dan mereka

diperbolehkan masuk ke dalam masjid. Akan tetapi terlebih dahulu harus

mengambil air wudlu di kolah masjid melalui pintu gapura. Upacara yang

demikian itu mengandung simbolik yang diartikan bahwa barang siapa telah

mengucapkan dua kalmah syahadat kemudian masuk kedalam masjid melalui

86 Ibid. 87 Umar Hasyim, Op.Cit., hlm.23

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

43

gapura (dari bahasa arab Ghafura) maka berarti bahwa sejak dosanya sudah

diampuni oleh Tuhan.88

Perayaan sekaten dipusatkan di alun-alun ibukota kerajaan Islam di

Demak, yang dapat dinikmati bersama rakyat jelata beserta khalayak ramai

pada umumnya. Perayaan sekaten ini dimulai tujuh hari sebelum tiba

peringatan Maulid Nabi saw. Yang tepat jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.

Sekaten di akhiri dengan upacara garebeg, yaitu upacara yang berpuncak pada

pembacaan siratun nabi (riwayat hidup Nabi saw.) dan sedekah selatan, yakni

membagi-bagikan makanan hadiah dari Sultan di masjid Besar. Acara ini

dihadiri oleh sultan dan pembesar-pembesar kerajaan. Sekaten ini merupakan

satu-satunya upacara dan perayaan terbesar karena pergelarannya merupakan

upacara memperingati hari lahir Nabi Besar Muhammad saw.89 Selain

menggunakan gamelan sekatenan, dalam berdakwah Sunan Kalijaga juga

mengarang lakon wayang baru dan menyelenggarakan pagelaran-pagelaran

wayang.

Metode selanjutnya yang digunakan Sunan Kalijaga adalah al

Mujadalah billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang baik). Cara ini

diterapkan terhadap tokoh yang secara terang-terangan menunjukkan kurang

simpati dan kurang setuju terhadap dakwah Islam. Cara ini digunakan Sunan

Kalijaga ketika mengajak Adipati Pandanaran di Semarang untuk masuk

Islam. Pada mulanya terjadi perdebatan seru, tetapi perdebatan itu berakhir

dengan rasa tunduk sang Adipati untuk masuk Islam. Bahkan ketika cerita-

cerita tradisional, sampai-sampai adipati ini rela mengorbankan pangkat dan

meninggalkan kemewahan dunia dan keluarganya demi untuk syarat-syarat

yang diminta oleh sunan Kalijaga untuk dapat diterima sebagai murid dalam

berguru ilmu keIslaman.90

Sedangkan metode yang lainnya ialah dengan pembentukan dan

penanaman kader, serta penyebaran juru dakwah keberbagai daerah. Tempat

yang dituju ialah daerah-daerah yang sama sekali kosong dari penghuni

88 http://mujarobat.tripod.com/index6,html 23 Juli 2003 89 Ridin S, Op.Cit., hlm.278 90 Ibid.,hlm. 268

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

44

ataupun kosong dari penghuni ataupun kosong dari penghuni Islam. Sunan

Kalijaga mengkader Kyai Gede Adipati Pandanaran yang kemudian dikenal

dengan debutan Sunan Tembayat. Selain itu Sunan Kalijaga juga mendidik ki

Cakrajaya dari Purworejo dan setelah menjadi wali naubah dianjurkan untuk

pindah ke lowanu agar mengislamkan masyarakat disekitar daerah itu.91

Metode dakwah tersebut pada waktu itu sangat efektif. Sebagian

besar Adipati di jawa memeluk Islam melelui Sunan Kalijaga. Diantaranya

adalah Adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas serta Pajang

(yang sekarang Kotagede Yogyakarta)

Dakwah Sunan Kalijaga dengan Menggunakan Media Wayang

Sejarah perkembangan wayang tidak bisa lepas dari peranan Sunan Kalijaga. Wayang di dalam masyarakat jawa sebelum agama Islam telah berkembang menjadi sebagian dari hidup mereka, dan kemudian Sunan Kalijaga dalam berdakwah menjadikan wayang sebagai media atau alat demi suksesnya dakwah Islam.

Pengaruh adat atau kebiasaan dari kebudayaan Majapahit atau Syiwa

Budha terhadap masyarakat sangat besar. Maka seni wayang termasuk

rangkaiannya seperti gamelan dan sebagainya sangat diagungkan oleh rakyat.

Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu jalan untuk

mendekatkan dengan rakyat dan juga untuk menarik simpati rakyat.92 Karena

pada waktu itu masyarakat lebih suka dengan keramaian, maka sangat cocok

apabila Sunan Kalijaga dalam berdakwah dengan menggunakan wayang yang

diiringi dengan musik gamelan.

Jasa Sunan Kalijaga terhadap perkembangan wayang yang sekarang

ini sangat besar. Diantaranya Sunan Kalijaga melengkapi pementasan wayang

dengan menciptakan debog (pohon pisang) yang gunanya untuk menancapkan

wayang, layar atau geber sebagai sandaran wayang dan blencong yang

diletakkan di atas ki dalang. Juga bala tentara kera, binatang-binatang gajah,

91 Ibid., hlm. 270 92 Umar Hasyim, Op.Cit., hlm.24

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

45

kuda, celeng atau babi, rampogan dan senjata-senjatanya dan gunungan adalah

tambahan pada zaman Sunan Kalijaga.93

Sunan Kalijaga adalah pengarang dari kitab-kitab cerita wayang

yang dramatis serta diberi jiwa agama, banyak cerita-cerita yang dibuatnya

yang isinya menggambarkan etnik keislaman, kesusilaan dalam hidup

sepanjang tuntunan dan ajaran Islam, hanya diselipkan ke dalam cerita

kewayangan. Karena Sunan Kalijaga mengetahui bahwa pada waktu itu

keadaan masyarakat menghendaki yang sedemikian, maka taktik perjuangan

beliaupun disesuaikannya pula dengan keadaan ruang dan waktu.

Berhubung pada waktu itu sedikit para pemeluk agam syiwa Budha

yang fanatik terhadap ajaran agamanya maka akan berbahaya sekali kiranya

apabila dalam menyairkan agama Islam selanjutnya tidak dilakukan dengan

cara yang bijaksana. Para wali termasuk didalamnya Sunan Kalijaga

mengetahui bahwa rakyat masih lekat/suka sekali kebudayaan kesenian dan

kebudayaan mereka, diantaranya masih gemar kepada gamelan dan

keramaian-keramaian yang bersifat keagamaan Syiwa-Budha.

Para wali kemudian musyawarah dan dapat ditemukan suatu cara

yang lebih supel, dengan maksud untuk mengislamkan orang-orang yang

belum masuk Islam. Cara ini ditemukan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang

yang berjiwa besar dan berpandangan jauh, berfikiran tajam, serta berasal dari

suku Jawa asli. Disamping itu berliau juga ahli dan faham pula gamelan serta

gending (lagu-lagunya).94

Sunan Kalijaga juga dipandang sebagai tokoh yang menghasilkan

kreasi baru yaitu dengan adanya wayang kulit dengan segala seperangkat

gamelannya. Wayang kulit ini merupakan pengembangan baru dari wayang

beber yang memang sudah ada sejak zaman Erlangga. Diantara wayang

ciptaan Sunan Kalijaga beserta Sunan Bonang dan Sunan Giri adalah wayang

Punakawan pandawa yang terdiri dari semar, petruk, gareng dan bagong.

93 Ibid. 94 http://mujarobat.tripod.com/index6.html , 23 Juli 2003.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

46

Adapun falsafah dari arti nama keempat punakawan pandawa itu

adalah sebagai berikut:

1. Semar, berasal dari bahasa Arab Ismar yang artinya paku berfungsi

sebagai pengokoh yang goyah. Ibarat ajaran agama Islam yang

didakwahkan para walisongo diseluruh kerajaan Majapahit, yang pada

waktu itu sedang dalam pergolakan dengan awal didirikannya kerajaaan

Demak oleh Raden Patah. Hal senada sesuai dengan hadist Al Islami

Ismaraddunya yang berarti Islam adalah pengokoh (paku pengokoh)

keselamatan dunia.

2. Gareng, dari bahasa Arab Naal Qariin oleh orang jawa menjadi naala

gareng yang berarti memperoleh banyak teman, dan tugas konsepsional

para walisongo sebagai juru dakwah (da’i) ialah untuk memperoleh

sebanyak-banyaknya kawan untuk kembali kejalan tuhan dengan sikap arif

dan harapan yang baik.

3. Petruk, berasal dari bahasa Arab Fatruk oleh pengucapan lidah jawa

menjadi petruk. Kata tersebut merupakan kata pangkal kalimat pendek dari

sebuah wejangan tasawuf tinggi yang berbunyi. Fat-ruk kulla man

siwallahi, yang artinya tinggalkan apapun selain Allah. Wejangan tersebut

kemudian menjadi watak pribadi para wali danmuballigh pendidikan pada

waktu itu.

4. Bagong, dari bahasa Arab Baghaa oleh orang jawa menjadi bagong yang

berarti berontak, yaitu berontak terhadap kebatilan atau kemungkaran

kesalahan. Dlamversi lain berasal dari kata baqa’ (arab) yang berarti

kekal. Menurut versi lain lagi bagong berasal dari kata Bahar (arab) yang

berarti bumbu. Betapa gayengnya ki dalang mementaskan tokoh bagong

sebagai bumbu penyedap lakon. Dia dikenal sebagai punakawan yang

kritis, blokosuto, dan tidak segan-segan mengkritik dan menyindir keadaan

yang dipandang tidak pas.95

Ditinjau dari makna serta isi dari seni wayang, jelas bahwa

punakawan adalah bentuk atau lambing atau visualisasi dari ide masyarakat

95 H.M. Darori Amin, dkk., Op.Cit., hlm. 180-181.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

47

jawa. Masyarakat gemar wayang menyadari bahwa manusia sebetulnya

memerlukan pamomong dalam perjalanaan hidup. 96

Dalam berdakwah dengan media wayang Sunan Kalijaga terkenal

sebagai dalang dengan sebutan/julukan Ki Dalang Sang Kancara Purwa.

Kemampuannya dalam mendalang (memainkan wayang) begitu memikat,

sehingga terkenallah berbagai nama samaran baginya. Jika menalang di

berbagai daerah seperti di pajajaran dikenal dengan nama Kidalang Sida

Brangti, bila mendalang didaerah Tegal dengan nama Ki Dalang Bengkok,

tetapi bila mendalang didaerah Purbalingga terkenal dengan sebutan Ki

Dalang Kumendung.97

Di zaman Pajang terkenal seorang tukang kendang bernama Kyai

Pengulu Dipaningrat. Konon pada zaman Sunan Kalijaga orang yang bertugas

menabuh gamelan dan dalangnya tidak boleh menanggung hadast, yakni harus

selalu suci, abadi wudlunya, karena hal ini memang dianggap sebagai tugas

suci agama.98

Dalam pertunjukan wayang kulit cerita yang paling terkenal adalah

cerita tentang Surat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang

sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka

bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa sipembawa surat ini akan menjadi

keangkaramurkaan di muka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa

sipembawa surat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa

isi surat ini. Namun akhir cerita, isi dari surat itupun dibeberkan oleh dalang.

Isi surat kalimasada berbunyi “aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku

bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya”. Isi ini tak lain adalah kalimat

syahadat.

Sunan Kalijaga hingga kini namanya masih tetap harum serta

dikenang oleh seluruh lapisan masyarakat dari yang atas sampai yang bawah.

Hal ini merupakan suatu fungsi bahwa beliau itu benar-benar manusia yang

besar jiwanya. Sebagai pujangga telah banyak mengarang berbagai cerita yang

96 Ibid. 97 Ridin S., dkk., Op.Cit., hlm. 122 98 Ibid.4

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

48

mengandung filsafat serta berjiwa agama. Seni lukis yang bernafaskan Islam,

seni suara yang berjiwakan taukhid. Disamping itu beliau berjasa pula bagi

perkembangan dari kehidupan wayang yang sekarang ini.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

49

BAB IV EFEKTIFITAS WAYANG SEBAGAI MEDIA DAKWAH

PADA MASA KINI

Peran Dalang dalam Kehidupan Bermasyarakat

Penjelasan wayang adalah suatu bentuk kesenian yang bersifat hiburan yang mellibatkan banyak orang sebagai pendukung, baik penabuh gamelan atau biasa disebut niyaga. Walaupun yang mengiring lagu (pesinden), yang dipimpin oleh seorang dengan memainkan wayang yang tebentuk dari kulit. Sedangkan lakon ceritanya diambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang aslinya berasal dari India, namun sudah digubah kedalam kebudayaan Indonesia.

Dalam pagelaran wayang seorang dalang mempunyai wewenang

untuk mengatur segala sesuatunya dalam pertunjukan itu. Sebagai tokoh

sentral ia mengatur pembagian tugas dan mengkoordinasikan niyaga dan

pesinden supaya mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berhasil tidaknya

dalam pertunjukan wayang ditentukan oleh dalang. Seorang dalang dapat

bertindak sebagai produser dengan menyuguhkan permainan sesuai dengan

keinginan penonton ataupun pendengarnya. Pesan-pesan yang disampaikan

banyak berupa simbol yang bisa dimengerti atau dipahami oleh penonton.

Penonton wayang dapat bertemu dengan sejumlah besar pribadi yang

beraneka ragam yang ditampilkan oleh sang dalang melalui tokoh-tokoh

wayang seperti raksasa, dewa, ksatria, punakawan dan lain-lain. Dalam

pertunjukan wayang selain penonton memperoleh hiburan juga mendapat

pendidikan moral yang sangat berharga dalam hidupnya.

Dalam penjelasan wayang, dalang mempunyai peranan penting

dalam melaksanakan upacara yang bersifat religius sejak dulu hingga

sekarang. Misalnya upacara bersih desa, ruwatan anak, khitanan, perkawinan,

tujuh bulanan, dan peringaran ‘Assyura. Untuk peringatan bersih desa dan

ruwatan anak biasanya dilaksanakan anak biasanya dilaksanakan oleh dalang

ruwat.99

99 Kanti Waluyo, Dunia Wayang¸Pustaka Palajar, Yogyakarta, 2000, hlm. 71.

48

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

50

Pertunjukan wayang untuk menolak bala nampak antara lain dalam

acaranya “ngruwat”. Ngruwat mungkin dari kata nguduri ruwet, maksudnya

menolak bahaya yang mengancam atau mengatasi keruwetan batin.

Pertunjukan wayang untuk kepentingan ngruwat biasanya diambil cerita

tertentu yang berisi piwulang, pameling, atau ajaran tertentu yang tersirat

didalam cerita. Pertunjukan wayang yang disajikan dalam bentuk seni itu

sekaligus untuk menghibur orang yang sedang ruwet batinnya.100

Pada zaman yang serba maju saat ini yang ditandai dengan majunya

ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba canggih namun dikalangan

masyarakat jawa kebiasaan dan keyakinan pembersih dosa orang yang

nandang sukerta masih dilakukan antara lain dengan cara menyelenggarakan

pertunjukan wayang kulit. Kata Sukerta berasal dari kata suker yang artinya

gangguan, mala, balak, kerawanan dan sebagainya. Dalam kondisi jiwa yang

keberadaanya nandang sukerta harus diruwat. Oleh karena itu harus diruwat

petaka itu yang diistilahkan dengan ruwatan atau ngruwat.101

Upacara ruwatan merupakan suatu upacara yang lekat agami jawi

yang dimaksudkan untuk melindungi anak-anak terhadap bahaya-bahaya gaib

yang dilambangkan oleh Bathara Kala, yakni dewa kehancuran. Berbagai

jenis kombinasi dalam satu keluarga yang dianggap berbahaya menyebabkan

bahwa anak-anak tersebut mudah terkena bahaya penyakit dan kematian

karena mereka menjadi mangsanya Bathara Kala.

Dalam upacara ruwatan dengan pertunjukan wayang dalang ruwat merupakan tokoh yang bertanggungjawab secara spiritual apapun yang terjadi terhadap pelaksanaan upacara ruwatan. untuk itu dalang yang diperbolehkan melaksanakan ruwatan menurut tradisi para dalang adalah mereka yang telah lanjut usia, atau setidak-tidaknya dalang yang sudah mengawinkan anaknya. Dalam arti mereka yang telah matang pengetahuannya dalam hal ruwatan.

Kehidupan teknologi yang dari hari kehari makin canggih, ternyata

mempengaruhi bentuk dari kebudayaan maupun kesenian. Upacara ruwatan

dengan pertunjukan wayang juga tidak luput dari pengaruh tersebut. Dalam

100 Suwaji Bastomi, Gemar Wayang, Dahara Prize, Semarang, 1995, hlm. 17. 101 Sutarno, Wayang Kulit Jawa, Cendrawasih, Solo, t.t., hlm. 58.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

51

hal ini mempengaruhi penyajian, pandangan hidup masyarakat serta sikap

dalam ruwat.

Pandangan hidup masyarakat jawa seperti “anak nggawa rejeki”

(ada anak ada rejeki) serta “mangan ora mangan kumpul” (makan tidak

makan asal kumpul) tentunya tidak sesuai dengan zaman sekarang. Orang

tidak menginginkan anak banyak tidak dapat memenuhi kebutuhannya

sehingga hanya akan mencetak “kere” (orang miskin). Oleh karena itu kita

harus mengindahkan anjuran pemerintah yaitu dua anak saja cukup, sehingga

dapat menciptakan keluarga bahagia. Demikian juga dengan sekarang karena

terbatasnya lapangan kerja maka konsep yang sesuai dengan situasi sekarang

adalah ngumpul ora ngumpul asal mangan (berkumpul tidak berkumpul asal

makan).

Pertunjukan wayang untuk keperluan ruwatan dewasa ini ada

kecenderungan yang befungsi sebagai setengah ritual dan setengah tontonan.

Akhirnya tehnik penyajiannya mengalami perubahan. Misalnya tahun 1950 –

1960 pertunjukan penuh dengan keseriusan, dengan suasana sakralnya sangat

kuat. Namun sekarang wujud penyajiannya diselingi dengan humor (dagelan)

pada adegan tertentu seperti pakeliran semalam suntuk. Setiap dalang ruwat

yang melakukan pertunjukan wayang adalah setengah ritual dan setengah

tontonan. Oleh karena itu tidak ingin kehilangan pekerjaan.102

Dalang dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang sakti, yang

memenuhi kekuatan gaib yang mempunyai tuah yang bermanfaat bagi

masyarakat. Anggapan masyarakat seperti itu dihubungkan dengan

kepercayaan bahwa wayang adalah bayangan roh nenek moyang. Oleh karena

itu sering diadakan pertunjukan wayang sebagai pemujaan atau penolak bala

untuk meluhurkan nenek moyang. Dengan bersih desa itu dimaksudkan agar

ki dalang dapat mengusir roh jahat. Dalam hal ini setan atau roh halus yang

tidak berbaik budi terhadap penduduk desa yang bersangkutan.103

102 Ibid., hlm. 64. 103 Suwaji Bastomi, Op. Cit., hlm. 17.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

52

Upacara bersih desa masih sering diadakan didesa-desa sehabis

panen. Mereka menganggap wayang untuk membersihkan desanya dari unsur-

unsur yang mengganggunya. Dalam hal ini adalah arwah-arwah serta roh-roh

halus yang tidak berbuat baik (berbuat jahat) terhadap masyarakat tersebut.

Pada masa pemerintah kolonial Inggris (1923) membahas peranan

dalang dalam upacara-upacara yang ada hubungannya dengan pertanian,

misalnya mencegah terjadinya hama tanaman dan mencegah kegagalan panen.

Masyarakat petani di daerah Jawa tengah khususnya didesa Kalirejo,

Kecamatan Karang Gayam Kabupaten Kebumen. Setiap tahun mengadakan

ruwatan bumi untuk mencari keselamatan bagi warga desa dan supaya

tanaman yang ditanam oleh petani tersebut tidak mengalami gangguan.104

Seorang dalang dalam setiap pergelaran wayang selalu membeberkan

nilai-nilai baik dan buruk yang disajikan dalam berbagai dilema dan konflik

yang dapat menyentuh hati nurani. Pada akhirnya nilai yang baik akan

mengalahkan nilai-nilai yang buruk, sekalipun untuk mencapai dengan cara

yang sulit.

Serorang dalang itu perlu mempunyai pengetahuan umum yang luas

yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Seorang

dalang juga harus memiliki kelebihan pengetahuan tentang kenegaraan,

pandangan hidup, filasafat, kesusilaan dan lain-lain. Sehingga ia dapat

diterima sebagai pemimpin dan guru dalam masyarakat yang menonton.

Selain itu juga seorang dalang bertindak sebagai produser dengan

memberikan permainan sesuai dengan keinginan penonton. Pesan-pesan yang

disampaikan oleh dalang banyak yang berupa simbol-simbol yang bisa

dipahami oleh penontonnya. Dalam cerita pewayangan dalang menggunakan

simbol-simbol dalam bentuk cerita terutama dalam ajaran budi pekerti,

misalnya cerita Dewaruci adalah gambaran seseorang yang mencari tujuan

hidup sebenarnya.

Media wayang kulit sudah lama berakar pada masyarakat, sehingga

dalang mempunyai pendekatan dalam berkomunikasi dan juga dalam

104 Kanti Wakuyo, Op.Cit., hlm. 103.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

53

berdakwah dengan penonton tersebut dibandingkan dengan media yang lain

seperti surat kabar, televisi dan film. Kelebihan media wayang jika

dibandingkan dengan media yang lain adalah antara dalang dengan penonton

bisa langsung bertatap muka.

Mahalnya biaya pergelaran wayang kulit dengan menghadirkan

dalang yang kondang atau terkenal membuat makin sedikit warga desa yang

dapat kesempatan untuk menonton wayang kulit yang bagus di desa.

Masyarakat lebih akrab dengan pementasan wayang kulit lewat siaran radio

maupun televisi ataupun lewat media yang lain seperti kaset-kaset rekaman

pada pesta sunatan dan perkawinan wayang kulit bagi masyarakat didesa

menjadi wahana yang tepat untuk mengikat masyarakat.

Peran dalang dalam pementasan wayang sangat penting karena kalau

tidak ada dalang maka pementasan wayangpun tidak aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan tidak ada dalang maka pementasan wayangpun tidak akan ada.

Dalang adalah manusia utama dan manusia inti dalam pergelaran wayang.

Ditinjau secara tehnis, dalanglah yang memantau dan mewakili pembicaraan

tokoh-tokoh wayang. Dalang harus menguasai perangai watak dan perilaku

manusia seperti yang dilambangkan dalam tiap-tiap boneka wayang. Dalang

harus pandai memerankan beberapa watak seperti, pemarah peramah,

pengecut dan lain-lain. Dengan kata lain dalanglah yang memberi jiwa kepada

boneka wayang sehingga boneka-boneka wayang yang menjadi tokoh yang

hidup. Dalanglah yang berperan menghayati kehidupan manusia melalui

kehidupan tokoh-tokoh wayang.105

Seorang dalang juga bisa berperan sebagai seorang juru dakwah. Ki

Manteb Sudarsono selain seorang dalang ia juga sudah dikenal oleh

masyarakat sebagai salah satu muballigh yang sering diundang untuk

memberikan ceramah keagamaan. Dalam hal menjalankan peranannya sebagai

juru dakwah itu. Ki Manteb juga menggunakan idiom-idiom jawa seperti

tembang macapat Dandang Gula untuk menyampaikan pesan-pesan

Qur’aniah seperti dalam kutipan dibawah ini.

105 Suwaji Bastomi, Op.Cit., hlm. 15.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

54

I. Rukun Islam kinitung memanis Pangeran kang limang prakoro

Mungguh merdine mangkene

Syahadat kang lumuwun

Shalat iku kang ongko kalih

Ramadhan wulan pasa iku kang kaping telu

Kaping pat zakat fitrah

Yen sembada kaping lima munggah kaji ing tanah suci mekkah.

Yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

Rukun Islam ada lima peraturan

Adapun peraturan itu artinya seperti ini

Pertama membaca syahadat

Kedua menegakkan shalat

Ketiga menjalankan puasa pada bulan ramadhan

Keempat membayar zakat fitrah

Kelima menunaikan haji bagi yang mampu.106

Sedangkan metode yang digunakan oleh Ki Manteb dalam

berdakwah lebih mengandalkan penyampaian materi melalui simbol-simbol

kehidupan yang nyata. Sebab dalam pandangan Ki Manteb hampir semua

orang sekarang ini rata-rata sudah menguasai tentang Islam, jadi tidak lagi

diberikan arahan yang bersifat menggurui.107

Tugas seorang dalang lambat laun dalam bidang keagamaan makin

berkurang lebih-lebih pada masa sekarang. Namun seorang dalang tetap

menyandang tugas mulia karena dalang berperan sebagai pendidik, juru

penerang, penghibur dan juga sebagai ahli dalam seni pertunjukan. Ditinjau

dari sudut profesinya, kedudukan dalam tengah-tengah masyarakat dahulu

maupun sekarang sama atau sederajat sebagai guru.

Kedudukan sebagai guru berarti sebagai pendidik. Dalang menjadi panutan atau sebagai penuntun masyarakat karena yang diajarkan oleh

106 Won Purnomo, dkk., Menjadikan Wayang Enak Dipandang, Yayasan Dwara

Budaya, Solo, 2000, hlm. 81-82. 107 Ibid., hlm. 83.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

55

dalang akan dianut dan menjadi petunjuk bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat memberi sebutan Ki Pada dalang yang artinya adalah guru atau orang tua yang tidak terpuji apabila dalang pada saat memperjelaskan pertunjukan wayang mengungkapkan hal-hal yang kotor dan juga kata-kata yang jorok.

Peran dalang menjadi sangat penting dalam pergelaran wayang

karena dalang menjadi sumber dari ajaran kehidupan sebagai guru, juru

dakwah, tauladan, dan juga menjadi panutan atau penuntun. Dengan demikian

akan sangat tidak terpuji apabila dalang pada saat memperjelas pertunjukan

wayang mengungkapkan hal-hal yang kotor dan juga kata-kata yang jorok.

Peran dalang menjadi sangat penting dalam pergelaran wayang

karena dalang menjadi sumber dari ajaran kehidupan, sebagi guru, juru

dakwah, tauladan dan juga menjadi panutan masyarakat. Keberadaan dalang

dan kehidupan masyarakat keduanya saling meneladani

Manfaat Nonton Pagelaran Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang dikenal di Indonesia. Wayang itu sudah lama dikenal oleh masyarakat di Indonesia terutama masyarakat di Jawa sunda dan Bali. Di daerah-daerah pedesaan di jawa tengah maupun di Jawa Timur, sejak kecil anak-anak telah mengenal wayang.

Wayang kulit ini masih memiliki banyak penggemar sehingga dapat

lestari sejak hidup dalam masyarakat. Hal ini, tidak mengherankan karena

wayang kulit memiliki banyak nilai-nilai yang sesuai dan dibutuhkan oleh

anggota masyarakat.

Hampir seluruh lakon yang dibawakan oleh dalang dalam wayang

berasal dari kitab Mahabarata dan Ramayana yang aslinya berasal dari India,

namun telah dirubah menjadi budaya Indonesia. Cerita-cerita wayang banyak

mengandung masalah budi pekerti yang sangat bermanfaat bagi penonton.

Dalang kondang Ki Manteb Sudarsono mengatakan, bahwa wayang

itu merupakan sebuah hiburan, yang di dalamnya berisisebuah ajaran moral.

Wayang disebut sebagai budaya yang adiluhurnya karena memang isinya

ajaran moralnya yang luhur.108

108 http://groups.Yahoo.com/group/Padepokan/message/240, tgl 20 Agustus 2003.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

56

Dalam cerita wayang, pekerti yang jahat akan kalah dengan pekerti

yang baik. Misalkan saja dalam cerita Barathayuda yaitu perang saudara

antara kurawa dengan pandawa. Meskipun kurawa berjumlah 100 orang tetapi

kalah dengan pendawa yang hanya 5 orang. Hal ini desebabkan oleh para

kurawa suka berbuat kejahatan dan juga perbuatannya tersebut tidak disukai

oleh para dewata. Sedangkan pandawa walaupun Cuma lima orang akan tetapi

mereka suka berbuat kebaikan seperti senang mencari ilmu dengan bertapa

sehingga mereka memperoleh ketangkasan. Kebaikan hati merekalah yang

membuat para dewa untuk selalu melindunginya.

Dari contoh diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa segala

sesuatu perbuatan yang jahat yang tidak diridloi olah Allah itu akan selalu

kalah dengan perbuatan yang baik walaupun tidak secara langsung. Akan

tetapi sedikit demi sedikit perbuatan yang jahat itu akan kalah. Orang yang

suka berbuat kebajikan akan selalu di lindungi oleh Allah.

Sebagian orang yang tidak suka dengan wayang berpendapat bahwa

menonton wayang itu menghabiskan waktu dan membosankan. Mereka juga

berpendapat bahwa wayang itu dipandang tidak mengandung dan membawa

ajaran Islam. Akan tetapi berbeda dengan orang yang suka wayang baik itu

kaum muda maupun kaum tua menganggap menonton wayang itu adalah

sesuatu hal yang sangat menyenangkan dan bisa menghibur hati seseorang

yang sedang gundah. Salah seorang pecinta wayang, Musthofa mengatakan

bahwa menonton/mendengar dan juga mengikuti alur cerita wayang itu

gayeng dan mengasyikkan.109

Masyarakat pada umumnya dalam penerimaan terhadap wayang itu

masih bersifat adat istiadat maksudnya masih berdasarkan kebisaaan yang

masih berlaku, hanya terdapat pada masyarakat yang penerimaannya

disesuaikan dengan ajarannya yakni seperti ajaran agama Islam. Disamping

penerimaan mereka ada yang masih terikat dengan dengan hal-hal yang

ditentukan oleh orang tua (pinisepuh, sesepuh) atau orang yang dipandang tua

109 Wawancara dengan Musthofa di Desa Bageng, Gembong, Pati, tanggal 29 Juli

2003.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

57

dan juga lebih tahu dalam hal ini, termasik dalang juga ikut

menentukannya.110

Pertunjukan wayang masih banyak penggemarnya. Hal ini terbukti

setiap ada pertunjukan wayang di desa Bageng Kecamatan Gembong

Kabupaten Pati apakah itu acara sedekah bumi atau yang diadakan setiap

tahun sekali, khitanan, perkawinan, memperingati hari 17 Agustus ataupun

acara yang lainnya selalu penuh oleh pengunjung.

Bagi kaum tua sajian wayang kulit dianggap tidak pernah menggurui

akan tetapi lebih banyak mempersilahkan penonton untuk mencari sendiri

yang terkandung dalam pertunjukan wayang kulit tersebut.

Bagi sebagian orang yang suka dengan wayang pertunjukan wayang

berpendapat bahwa wayang itu dapat menambah pengetahuan seseorang.

Menurut Riyono salah satu pecinta wayang mengatakan bahwa menonton

pertunjukan wayang itu dapat menambah pengetahuan seseorang diantaranya

tentang filsafat ketuhanan, akhlak/etika/budi pekerti, bidang sosial, politik dan

juga agama.111

Wayang juga dapat merubah sikap sesorang, dalam arti merubah

sikap seseorang menjadi baik. Maksum menambahkan bahwa wayang itu

dapat merubah sikap seseorang selam orang yang menonton wayang tersebut

memperhatikan serta mengambil hikmah yang ada didalam wayang

tersebut.112

Wayang kulit memberikan hiburan yang sehat bagi penontonnya.

Didalamnya terdapat unsur-unsur tragedi, komedi dan juga tragikomedi. Ada

percintaan yang mengharukan, ada dilema-dilema yang berat, pengorbanan

yang berat, pengorbanan yang besar, dan juga hiburan yang berupa

lawakan.113

110 Bambang Sugito TH., Op.Cit., hlm. 47. 111 Wawancara dengan Riyono, di Desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati,. tanggal 29 Juli 2003. 112 Wawancara dengan Ma’sum di Desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati, tanggal 30 Juli 2003. 113 Kanti Waluyo, Op.Cit., hlm. 55.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

58

Menurut Herbert Mead masyarakat mempunyai kesadaran sendiri

dan tahu bahwa apa yang ditontonnya adalah dirinya sendiri lebih lanjut

dijelaskan bahwa apa yang ditonton dari teater akan menggambarkan

kehidupan manusia itu sendiri. Apabila dikaitkan dengan pergelaran wayang

kulit penonton akan menentukan sendiri penjelasan dari dalang siapa yang

akan ia tonton. Selama delapan jam pertunjukan wayang banayak hal yang

bisa diambil oleh penonton sebagai pendidikan budi pekerti.114

Manfaat menonton wayang kulit bagi penonton selain mendapatkan

ajaran moral (budi pekerti) yang bernilai tinggi, juga mendapatkan yang

disampaikan oleh ki dalang. Pesan-pesan dari pemerintah seperti KB,

pembangunan desa dan koperasi. Sedangkan pesan yang dari agama adalah

mengajak untuk berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangan Allah. Dalang

sebagai seorang komunikator sekaligus sebagai seorang da’i dapat

menyampaikan pesan dari pemerintah dan juga ajaran dari agama kepada

masyarakat penonton.

Pesan dari pemerintah dan juga dalam berdakwah seorang dalang

dalam menyampaikan pesan bisa dalam bentuk dialog, tembang dan juga

lawak melalui adegan goro-goro ini dianggap oleh para dalang sebagai adegan

yang paling mbeling untuk bisa membicarakan apa saja, baik itu pesan dari

pemerintah maupun dari agama. Pasan yang disampaikan melalui goro-goro

tidak akan merusak keindahan ataupun merusak pakem (lakon) dalam

pertunjukan wayang.

Lakon apapun dalam wayang sebenarnya sebuah ajaran moral yang

sekaligus disampaikan dengan bentuk hiburan. Hal itu menjadi lebih pas

disampaikan daripada mengunakan media lain. Walisongo saat itu memang

melihat efektifitas wayang ini sebagai media dakwah.115

Pergelaran wayang kulit semalam suntuk sampai sekarang tetap menarik perhatian penonton terutama dari masyarakat desa, walaupun lakon-lakonnya sudah seringkali didengar maupun ditonton akan tetapi

114 Ibid., hlm. 16. 115 Http://groups.Yahoo.com/group/padepokan/message/240, tanggal 20 Agustus

2003.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

59

tidak membuat bosan bagi pecinta wayang. Didalam pertunjukan wayang ada pesan-pesan moral yang dapat diserap penonton yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

Pandangan Ahli Wayang (Para Ahli Wayang dan Pecinta Wayang) tentang

Keberadaan Wayang Sekarang Ini.

Dalam menggali dan mengembangkan budaya asal sesuai dengan wawasan nusantara serta ketahanan nasional menuju kejayaan bangsa dan menjamin keutuhan manusia Indonesia dunia pewayangan sangat meyakinkan sebagai sumber pendidikan budi pekerti bangsa Indonesia.116

Wayang merupakan salah satu warisan budaya yang mempunyai kelangsungan hidup, khususnya dimasyarakat Jawa sebagai hasil kebudayaan, wayang mempunyai nilai hiburan yang mengandung cerita pokok dan juga sebagai media komunikasi dan dakwah. Wayang dijadikan sebagai media dakwah pertama kali adalah oleh para wali untuk penyebaran agama Islam di pulau Jawa.

Pada masa penyebaran agama Islam di Jawa walisongo bahkan menggunakan media wayang kulit yaitu suatu seni pertunjukan yang lekat dengan ajaran Hindu untuk dakwah Islam. Istilah-istilah baru diciptakan dan cerita sampiran (larangan) juga dihadirkan dalam format besar Mahabharata itu. Ini membuktikan bahwa sejak lama dakwah dikalangan Islam begitu kreatif mengambil media pertunjukan dan diwariskan sampai kini.117

Wayang merupakan tradisi budaya warisan leluhur dan kita perlu mempertahankan dan melestarikannya. Namun kita harus mengetahui bahwa budaya Jawa yang menjadi pendukung eksistensi wayang sedang mengalami perubahan. Tradisi itu perlu dihargai dan dihormati tetapi jangan sampai menyebabkan kita bersikap tradisionalisme. Dengan kata lain kita perlu mengembangkan tradisi tanpa harus bersikap tradisionalisme. Dengan kata lain perlu membangun tradisi tanpa harus bersikap tradisional.

Dengan berpegang pada sikap yang demikian maka kita dengan besar hati akan mengakui; pertama, wayang tidak akan lagi hidup secara utuh seperti dahulu, baik dari bentuk seninya, fungsinya maupun penggemarnya. Kedua, wayang hanya merupakan dalam satu alternatif dan memiliki derajat yang sama dengan karya-karya seni lainnya yang datang dari luar. Dengan demikian tindakan yang dapat diambil adalah merubah merefisi dan memodifikasi wayang supaya tetap dapat melanjutkan kehidupannya didalam budaya masyarakat yang sedang berubah.118

116 S. Haryanto, Op.Cit.,hlm. 175. 117 Http://www.geocities.com/hidurditya/budaya/bud_43.htm, tanggal 20 Agustus

2003 . 118 Kanti Waluyo, M.Si., Op.Cit., hlm.11.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

60

Wayang sampai sekarang masih digemari oleh masyarakat di pedesaan yang menganggap wayang itu adalah kesenian tradisional yang sudah menyatu dengan masyarakat terutama suku jawa. Apalagi pergelaran wayang tersebut didukung oleh dalang kondang dan juga lihai dalam memainkan boneka wayang.

Wayang merupakan salah satu media yang digunakan dalam berdakwah. Yang pertama kali mempelopori dakwah dengan media wayang adalah para wali. Diantara walisongo yang lebih suka berdakwah dengan menggunakan kesenian wayang adalah Sunan Kalijaga. Dalam rangka menyebarluaskan agama Islam Sunan Kalijaga bertindak sebagai juru penerang dengan menggunakan wayang sebagai medianya. Oleh karena itu pada waktu itu Sunan Kalijaga bertugas sebagai seorang dalang.

Seorang dalang bisa juga disebut sebagai mass media (alat penyambung lidah) pemerintah atau kelompok tertentu kepada rakyat, maka seorang dalang dibekali dengan hal-hal yang berhubungan dengan program pemerintah sperti dalam bidang pembangunan desa, termasuk juga dalam usaha pemanfaatan dakwah islamiyah. Wayang kulit sebagai alat dakwah, dari sekian jumlah dalang yang ada itu dapat kita jumpai yang berusaha untuk memanfaatkan wayang sebagai alat dakwah dalam praktek pementasan. Sebut saja Ki Manteb Sudarsono seorang dalang kondang. Selain sebagai seorang dalang Ki Mateb juga berperan sebagai juru dakwah. Tidak saja secara verbal dalam sisipan-sisipan pesan melalui tokoh punakawan, tetapi pengaruh akidah islami ini juga memantau dalam menterjemahkan posisi dan sikap tokoh-tokoh wayang dalam lakon yang disajikan.119

Adapun yang menjadi dorongan berjalannya pemanfaatan wayang sebagai media dakwah adalah sebagai berikut:

a. Mereka melaksanakan dakwah, karena terdorong ingin mencoba

menyampaikan ajaran yang dimilikinya kepada para penggemarnya.

b. Sebenarnya banyak cerita-cerita wayang itu yang mengandung ajaran-

ajaran budi pekerti dan agama.

c. Hal itu telah dilakukan ternyata mendapat perhatian pula dari para

penggemarnya sehingga pernah mendalang dilingkungan kaum (para

santri).120

Wayang dahulu berfungsi sebagai penggambaran roh (arwah) nenek moyang untuk keperluan upacara-upacara atau persembahan yang bersifat ritual, sehingga keberadaan wayang sangat berkaitan dengan kegiatan upacara. Kemudian oleh para wali yang didukung para wali yang

119 Wan Punomo, dkk., Op.Cit., hlm. 80. 120 Bambang Sugito TH., Op.Cit., hlm. 49.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

61

didukung oleh para raja yang berkuasa pada waktu itu yaitu Raden Patah (1476-1518) dan Pangeran Sabrang Lor (1520-1521) mengadakan penyerbuan dan perubahan bentuk wayang kulit purwa yang berasal dari Majapahit, sehingga tidak bertentangan dengan ajaran ajaran Islam.121

Prof. Ki. M.A. Machfoed seorang Guru Besar Filsasat Agama di IAIN dan Universitas Gajahmada mengajak kita untuk tidak mengharamkan wayang ditempatkan kembali seperti pada zaman wali yaitu sebagai media dakwah islamiyah.122

Keberadaan wayang sampai sekarang digunakan sebagai media dakwah menurut Dra. Misbah Zulfah Elizabeth bahwa pada saat sekarang ini wayang masih bisa digunakan untuk dakwah islamiyah, karena seni pertunjukan wayang itu sangat familier bagi masyarakat Jawa, yang didalamnya mengandung ide-ide apa saja termasuk ide-ide yang bernilai Islami.123

Drs. Muzakki juga mengatakan bahwa wayang itu masih bisa digunakan untuk dakwah islamiyah pada masa sekarang ini, karena masih banyak para penggemar wayang terutama di daerah pedesaan. Wayang kulit juga merupakan budaya jiwa peninggalan dari para walisongo yang perlu dilestarikan.124

Para pecinta wayang suka dengan wayang itu mulai kecil yaitu ketika sudah dapat membedakan yang baik dan yang buruk (mumayiz). Mereka dapat menonton wayang dari tanggapan masyarakat dan juga dari televisi. Mustofa seorang pecinta wayang mengatakan bahwa setiap ada tontonan wayang selalu disempatkan untuk menonton. Misalkan dari orang punya kerja, setiap ada wayang peringatan tanggal 1 Muharram dan juga dari TV. Menonton wayang / mendengarkan wayang dalam 1 bulan rata-rata 3 kali.125

Dari pihak keluarga para pecinta wayang, juga banyak yang suka dengan wayang. Banyak pecinta wayang suka menonton pada saat adegan goro-goro. Selain adegan goro-goro juga ada yang suka secara keseluruhan dari tahap pementasan wayang. Zein Darmadi sebagai pecinta wayang mengatakan bahwa di dalam adegan goro-goro itu banyak mengandung etika (yaitu antara hamba dan tuhan).126 Sedangkan menurut Maksum bahwa suka dengan adegan wayang secara keseluruhan dari tahap

121 Ibid., hlm. 77. 122 Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang, Gunung Agung, Jakarta,

1983. hlm. 72 123 Wawancara dengan Dra. Misbah Zulfa Elizabeth di kampus Dakwah IAIN

Walisongo Semarang, tanggal 25 Agustus 2003. 124 Wawancara dengan Drs. A. Muzakki, Da’i, di Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati, tanggal 23 Agustus 2003. 125 Wawancara dengan Mustofa, di desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati, tanggal 29 Juli 2003. 126 Wawancara dengan Zein Darmadi, di desa Bageng Kecamatan Gembong

Kabupaten Pati, tanggal 30 Juli 2003.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

62

pementasan, tergantung kelihaian dalangnya dalam memerankan wayang.127

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilalui penulis bahwa banyak yang tidak setuju kalau wayang dihilangkan, karena wayang merupakan budaya nasional. Wayang juga tidak menentang ajaran agama negara. Wayang justru sudah dimasuki unsur-unsur keagamaan serta falsafah ketuhanan.

Sedangkan menurut para pecinta/penggemar wayang bahwa wayang itu merupakan tontonan yang menyenangkan karena wayang dapat menambah pengetahuan seseorang dan juga bisa merubah sikap seseorang. Surawi menambahkan bahwa menonton wayang itu dapat menambah pengetahuan seseorang tentang cerita rakyat dan juga pengetahuan tentang moral (budi pekerti).128

Bagi kelompok yang suka/menerima wayang berpendapat bahwa wayang kulit itu merupakan hiburan yang meriah karena semalam suntuk dapat dinikmati dan juga ada yang mengatakan paling meriah karena berjalan atau berlangsung sehari semalam. Selain itu juga wayang banyak mengandung tuntunan, manambah pengetahuan dan juga filasafat kehidupan yang dalam terutama bagi bangsa Indonesia.

Bagi kelompok yang tidak suka dengan wayang berpendapat bahwa menonton wayang kulit semalam suntuk itu menghabiskan waktu, selain itu mereka juga berpendapat bahwa di dalam wayang itu tidak mengandung ajaran-ajaran Islam.

Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat para penggemar wayang dapat menikmati wayang tidak harus menonton wayang secara langsung dapat menikmati wayang tidak harus menonton secara langsung seperti melalui orang yang menanggap wayang dalam acara sunatan, perkawinan dan lain-lain. Akan tetapi merka bisa menikmati wayang lewat televisi, radio ataupun kaset-kaset pertunjukan wayang.

Wayang dianggap mendukung dalam dakwah menurut salah satu ahli wayang oleh Dra. Misbah Zulfa Elizabeth yaitu dalam hal materi-materinya yang mempunyai nilai-nilai kebaikan religius baik dalam muatan isinya maupun karakteristik dari tokoh-tokohnya. Selain menonon secara langsung, wayang dapat dinikmati melalui media audio, video maupun media audio video.129

127 Wawancara dengan Maksum, di desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati, tanggal 30 Juli 2003. 128 Wawancara dengan Surawi, di desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati,

tanggal 29 Juli 2003. 129 Wawancara dengan Dra. Misbah Zulfa Elizabeth, Dosen Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang, tanggal 25 Agustus 2003.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

63

Wayang kulit pada dasarnya diterima oleh masyarakat, walaupun cara dalang menyampaikan cerita berupa bimbingan penyuluhan atau dakwah, mereka tetap menikmatinya sampai pertunjukan selesai sebagaimana biasanya.

Dalam pelaksanaan pewayangan yang berisi dakwah itu sebenarnya tidak diadakan perubahan dalam seni pedalangannya. Disamping sulit (tidak mudah) juga akan mempunyai resiko yang tidak kecil hanya menyajikan cerita-cerita banyak, disana-sini dapat diselipkan atau dimasukkan tentang ajaran tauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa, ibadah, shalat, mua’amalat, dan akhlak.130

Dakwah dengan menggunakan media wayang juga mempunyai kendala-kendala, diantaranya menurut para ahli wayang yaitu waktu pergelaran wayang yang biasanya malam hari, bahkan bisa juga semalam suntuk, sedangkan waktu malam adalah untuk istirahat. Untuk itu waktu pergelaran wayang bisa dirubah tidak harus malam hari.

Sedangkan menurut para pecinta wayang, kendala dakwah dengan mengunakan media wayang adalah dalam hal bahasa. Bahasa yang merupakan alat untuk komunikasi, didalam pertunjukan wayang biasanya seorang dalang yang merupakan tokoh utama dalam pertunjukan wayang menggunakan bahasa jawa kuno yang sulit dipahami oleh masyarakat, lebih-lebih masyarakat zaman sekarang. Kalau penontonnya bukan dari orang jawa asli seperti orang Sunda, maka akan sulit untuk bisa memahami isi dari cerita pertunjukan tersebut. Maka dari itu sedikit demi sedikit bahasa bisa diganti sehingga pergelaran wayang tersebut dapat dipahami oleh masyarakat umum.

Contoh cerita yang dapat dan banyak mengandung atau diisikan ajaran-ajaran agama (Islam) adalah sebagai berikut:

a. Jimat Kalimasada menceritakan tentang keampuhan dari kalimat tauhid

yakni dua kalimat sahadat sebagai sebagai kalimat Tayyibah yang

dipertahankan oleh para pendawa sampai titik darah penghabisan.

Dalam cerita itu dari berbagai rongrongan pihak musuh yang berusaha

menghancurkannya.

b. Petruk dadi ratu (petruk jadi ratu), ini menceritakan siapa saja orang

yang senantiasa berpegang kuat pada kalimat tauhid, akan jaya.

Digambarkan segala apa yang dikehendaki berkat rakhmat dan petunjuk

Allah akan terlaksana. Demikian Petruk yang memegang kuat jimat

kalimasada bisa menjadi raja yang tak terkalahkan.

130 Bambang Sugito, Op.Cit., hlm. 53.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

64

c. Cerita Syekh Siti Jenar (disebutnya Syekh Lemah Abang, Syekh Jali-

jali) dalam usahanya menyelewengkan ajaran Islam, yang kemudian

pada akhir ceritanya mati terbunuh, oleh para pandawa sebagai penegak

ajaran agama Islam atas perintah Sunan Kalijaga.131

Sukses tidaknya dakwah penyelenggaraannya menjadi tangungjawab da’i sebagai subyek dakwah. Begitu pula dengan wayang, dalang sebagai faktor primer yang menyampaikan ajaran-ajaran, hidup tidaknya dalam sebuah pewayangan terletak tanggugjawab yang pertama.

Dakwah dengan menggunakan media wayang juga mempunyai kendala-kendala diantaranya menurut para ahli wayang yaitu waktu pergelaran yang biasanya malam hari, bahkan bisa semalam suntuk. Sedangkan waktu malam untuk istirahat. Untuk itu waktu pergelaran bisa diubah tidak harus malam hari.

Sedangkan menurut para pecinta wayang kendala dakwah dengan menggunakan media wayang adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi. Dalam pertunjukan wayang biasanya seorang dalang yang merupakan tokoh utama dalam pertunjukan wayang menggunakan bahasa jawa kuno yang sulit dipahami oleh masyarakat awam, lebih-lebih masyarkat jaman sekarang. Kalau penontonnya bukan orang jawa asli seperti orang sunda, maka akan sulit untuk bisa memahami isi dari cerita pertunjukan tersebut maka dari itu sedikit demi sedikit bahasa bisa diganti sehingga pagelaran wayang tersebut dapat dipahami oleh masyarakat umum.

Dimasa kinipun wayang hendaknya lebih difungsikan sebagai media dakwah islamiyah, mengingat mayoritas penonton beragama Islam. Sedangkan didalam agama Islam itu sendiri menyuruh umatnya untuk saling menasehati antar satu dengan yang lainnya dengan kebenaran dan sabar.

131 Ibid., hlm. 54.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

65

BAB V

EFEKTIFITAS WAYANG SEBAGAI MEDIA DAKWAH PADA MASA

SUNAN KALIJAGA DAN MASA KINI

A. Analisis Efektifitas Wayang Sebagai Media Dakwah Pada Masa Sunan

Kalijaga

Wayang pertama kali muncul berfungsi sebagai penggambaran roh

(arwah) nenek moyang untuk keperluan upacara-upacara atau persembahan

yang bersifat ritual, sehingga keberadaan wayang sangat berkaitan dengan

kegiatan upacara-upacara keagamaan.

Kemudian wayang digunakan sebagai sarana penyebaran atau

kepercayaan, pada masa masuknya agama Hindu. Oleh karena itu banyak

cerita kepahlawanan yang menjadi pedoman dalam pergelaran wayang. Pada

zaman madya (masa islam di jawa), fungsi wayang masih berperan sebagai

sarana dakwah atau penyebaran agama, namun pada masa ini banyak hal yang

diberlakukan terhadap wayang kulit, terutama menyangkut bentuk, misi,

materi dan sebagainya.

Sehubungan dengan bentuk wayang kulit purwa, seperti yang dapat

dilihat pada masa sekarang ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari

puncak perkembangan pada zaman madya itu, sehingga dapat ditentukan

bentuk kesempurnaannya. Oleh karena itu wayang kulit purwa temasuk dalam

seni yang disebut klasik. Bila dicermati dari bentuknya, dalam bentuk puncak

menuju kesempurnannya itu tidak terlepas dari berbagai pengaruh

sekelilingnya. Salah satu budaya yang berperan dalam penyempurnaan wujud

wayang kulit purwa dan banyakmemberi warna serta penampilan adalah

budaya Islam. Oleh karena itu Islam memiliki arti penting dalam

perkembangan wayang kulit purwa, khususnya di Jawa.

Walisongo sebagai kelompok pemuka pengembangan/penyebaran

Islam di Jawa meletakkan dasar-dasar penyebaran Islam dan

pengembangannya, utamanya dalam struktur politik dan budaya. Dalam

66

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

66

spektrum yang terakhir yaitu budaya, walisongo mengedepankan corak

tasawuf yang fleksibel, lentur dan inklusif menjadi wacana. Dalam kaitannya

dengan wayang, watak fleksibel, lentur dan dan inklusif meniscayakan

pemanfaatan wayang sebagai salah satu media dakwahnya.132

Para wali dalam penyebaran agama Islam selalu melihat kondisi

masyarakat pada waktu itu baik dari adat istiadat maupun dari budaya yang

berkembang saat ini. Sunana Kalijaga yang merupakan salah satu dari

walisongo yang dibantu oleh wali yang lain menggunakan media wayang

untuk berdakwah, karena wayang merupakan suatu media wayang untuk

berdakwah, karena wayang meruapakan suatu media yang efektif untuk

menyampaikan emisi ini. Sebab masyarakat pada waktu itu masih suka

dengan keramaian.

Sunan Kalijaga memandang bahwa cerita wayang diusung dari

asalnya yaitu India ternyata banyak yang berbau Hindu, animisme dan

dinamisme. Sunan Kalijaga juga melihat bahwa pakem (lakon) wayang India

tersebut kurang komunikatif. Masyarakat hanya diminta duduk diam melihat

sang dalang memainkan lakonnya. Tentu tidak semua orang main untuk

menikmati adegan demi adegan senacam ini dalam waktu semalam suntuk.

Maka Sunan Kalijaga dengan wali yang lain menciptakan suatu tokoh yaitu

punakawan yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng. Semar yang sekiranya

mampu berkomunikasi dengan penonton, lebih fleksibel, mampu menampung

aspirasi penonton, lucu dan juga yang terpenting, dalam memainkan para

tokoh punakawan ini sang dalang dapat lebih bebas menyampaikan misinya

karena tidak harus terlalu terikat pada pakem.

Adapun lakon yang disajikan dari cerita Ramayana dan Mahabaratha

yang telah digubah dalam sedemikian rupa oleh Sunan Kalijaga, sehingga

penonton seakan-akan kisah tersebut benar-benar terjadi di pulau Jawa.

Penampilan tokoh Rama dan para pandawa dalam pergelaran seolah-olah

132 HM. Nafis, Dewaruci(Jurnal Dinamika Islam dan Budaya Jawa) Edisi 5 tahun

2002, IAIN Walisongo Semarang.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

67

merupakan pemunculan kembali para leluhur yang sengaja memberi tuntunan

hidup kepada anak cucunya, agar berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,

menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghindari kepalsuan dan

kemungkaran.

Sunan Kalijaga merupakan seorang ahli taktik didalam

menyampaikan seruannya kepada umat dan menjaga masyarakat kepada

agama Islam, kesemuanya itu dengan menggunakan taktik dan strategi yang

bijaksana pada saat itu, sesuai dengan situasi dan kondisi, pada waktu itu

masyarakat masih lekat sekali dengan kesenian dan kebudayaan mereka, yaitu

gemar kepada gamelan dan keramaian-keramaian yang bersifat keagamaan

Syiwa Budha. Oleh Sunan Kalijaga adat itu tidak di lenyapkan akan tetapi

dibiarkan dan memasuki dengan unsur-unsur keIslaman.

Pengaruh adat atau kebiasaan dari kebudayaan Syiwa Budha

terhadap masyarakat sangat besar. Maka seni wayang termasuk rangkaiannya

seperti gamelan dan sebagainya sangat diagungkan oleh rakyat. Dalam hal ini

Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu jalan untuk

mendekatkan dan menarik simpati rakyat, atau jelasnya untuk menyambung

antara pengertian agama dengan rakyat, sedangkan wayang sebagai medianya.

Sistem dakwah yang dilakukakan oleh walisongo bukan merupakan

perubahan atau perubahan kebudayaan Hindu Budha dan diganti dengan

kebudayaan Islam, melainkan melakukan penyelarasan penggabungan dengan

kebudayaan tradisional yang ada kemudian terjadilah sinkronisasi keagamaan

yang dikenal hingga sekarang adalah Islam kajawaan.133

Toleransi yang tinggi terhadap semua aliran dan juga tidak

memperlihatkan sikap antipati atau bahkan seakan-akan menimbulkan

adaptasi, asimilasi, dan juga akulturasi terhadap segala adat dan kepercayaan

dalam masyarakat. Didalam hal ini Sunan Kalijaga sangat pandai dalam

meyakinkan kepada masyarakat atas kebenaran agama Islam dengan berbagai

jalan, antar lain dengan menggunakan wayang.

133 S. Haryanto, Op.Cit., hlm., 179.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

68

Sunan Kalijaga dalam menjalankan syiar Islam dengan

menggunakan media wayang tetap menggunakan bahasa wayang, tetapi

dengan mempelajari dengan sungguh-sungguh sistematika Islami supaya

dapat diterima oleh masyarakat luas sebagai dasar penalaran yang digunakan

untuk menjalankan nilai-nilai moral, dan norma-norma sosial yang menjadi

dalam muatan yang menjadi pakelirannya.134

Sedangkan maksud yang ingin dicapai dalam pertunjukan wayang itu

adalah untuk melestarikan dan mengembalikan khittah wayang pemerintahan

Raden Patah di Kerajaan Demak dapat disebut sebagai simbol modernisasi

kebudayaan yang dihasilkan oleh sentuhan ajaran Islam dalam proses interaksi

kebudayaan.

Di Jawa wayang kulit oleh Sunan Kalijaga dipergunakan sebagai

media dakwah dan juga syiar agama, memperolehkan inovasi yang cukup

pelik dan merubah makna hirarkhis struktur lakon itu sendiri, sehingga

menentukan fenomena lakon baru, yakni dengan ditambahnya unsur Semar

dan jajaran punakawan dalam hirarkhis lakon.135

Prof. K.M.A. Machfoeld menerangkan bahwa Semar, Petruk,

Nalagareng dan Bagong kelompok figur wayang dan nama-namanya itu sama

sekali tidak terdapat dalam cerita Hindu sebagai sumber cerita wayang aslinya.

Segala sesuatunya berasal dari kelompok figur punakawan itu adalah kreasi

wali sanget tinelon untuk memperagakan dan mengabdikan diri sebagai

fungsi, watak, tugas konsepsionil walisongo oleh para muballigh Islam.136

Sistem dakwah yang dilakukan oleh walisongo bukan merupakan

perombakan kebudayaan Hindu dan Budha dan kemudian diganti dengan

kebudayaan Islam, melainkan melakukan penyelarasan atau penggabungan

134 Wan Purnomo, Op.Cit., hlm. 84. 135 Ibid., hlm. 84. 136 Sri Mulyono, Apa dan Siapa Semar, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989, hlm 80.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

69

dengan kebudayaan tradisionil yang ada. Kemudian terjadilah sinkronisasi

keagamaan yang dikenal hingga sekarang yaitu Islam kejawaan.137

Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari walisongo berpendirian

bahwa rakyat akan lari bila terus begitu saja dan diserang pendiriannya.

Dakwah harus sesuai dengan keadaan, yaitu harus sesuai dengan situasi dan

kondisi. Adat istiadat yang ada jangan terus diberantas, tetapi hendaknya terus

dipelihara dan dihormati oleh suatu kenyatan.

Oleh karena itu dakwah haruslah diselaraskan/disesuaikan dengan

kepercayaan lama. Adapun cara merubahnya sedikit demi sedikit dengan

memberi warna baru kepada yang lain dan juga mengikuti sambil

mempengaruhi, yang nantinya bila masyarakat telah mengerti yang tidak

perlu, merombak atau menghilangkan sendiri nama yang tidak sesuai dengan

agama.

Sunan Kalijaga dalam pewayangan mempunyai jasa paling besar

dengan membuat perlengkapan seperti kelir (layar). Layar secara simbolis

melambangkan langit serta alam semesta, debog (batang pisang yang

berfungsi untuk menancapkan wayang) melambangkan bumi, serta blencong

(pelita besar/lampu) yang melambangkan matahari. Sunan Kalijaga juga yang

telah memberi karakter pemeran utama wayang agar tidak menyalahi aturan

Islam. Kesenian wayang itu dalam proses berdakwah oleh para wali bukan

dihapus akan tetapi justru digunakan semaksimal mungkin menjadi alat

pendukung dan menyebarkan agama Islam.138

Sunan Kalijaga sebagai seorang wali mengikuti dari belakang sambil

mempengaruhi (tut wuri handayani) atau mengikuti kebudayaan lama sambil

mengisi dengan kebudayaan yang baru yaitu dengan jiwa Islam (tut wuri

hangi seni).139

137 S. Haryanto, Op.Cit., hlm. 277-278 138 Ridin S., dkk., Op.Cit., hlm. 277-278. 139 Umar Hasyim, Op.Cit., hlm 81.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

70

Kebijaksanaan Sunan Kalijaga dalam berdakwah yaitu dengan

menggunakan metode yang benar-benar sesuai pada waktu itu. Metode itu

ialah tidak sekaligus melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan radikal tetapi

dengan hikmah kebijaksanaan yaitu yang sesuai dengan situasi dan kondisi

orang jawa yang pada saat itu masih teguh memegang kepercayaan-

kepercayaan lama. Berkat dakwah Sunan Kalijaga yang dapat menyesuaikan

diri didalam dakwahnya kepada masyarakat, ternyata yang paling berhasil

pada saat itu.

Sunan Kalijaga adalah orang yang bijaksana dan mempunyai

pandangan yang luas serta jauh kedepan. Maka pada dasarnya kebijaksanaan

dakwah menurut Sunan Kalijaga adalah hal-hal yang sangat menyolok

disingkirkan sementara dari perkara-perkara yang sudah menjadi adat

kebiasaan rakyat dibiarkan berjalan begitu saja, hanya cukup diubah dengan

cara yang bijaksana tanpa kekerasan.

Wayang dipergunakan sebagai dakwah islamiyah oleh walisongo

berfungsi tut wuri sarwi ngiseni yaitu ikut serta dibelakang sambil mengisi

dapat kita benarkan juga. Namun pendapat yang menyatakan bahwa wayang

merupakan satu-satunya fungsi sebagai dakwah tidak dapat kita benarkan,

yang benar adalah wayang sebagai salah satu fungsinya adalah sebagai

dakwah.140

Wayang digunakan sebagai media dakwah pada waktu itu sangat

efektif, karena pada waktu itu masyarakat sangat menyukai kesenian wayang

termasuk gamelan dan lain sebagainya. Dan kemudian oleh Sunan Kalijaga

wayang digunakan sebagai media dakwah dengan menyisipkan pesan-pesan

tentang agama Islam dengan cara sedikit demi sedikit. Dan juga menciptakan

tokoh baru yaitu punakawan yang teridiri dari Semar, Gareng, Bagong dan

Petruk.

140 Srimulyono, Op.Cit., hlm. 81.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

71

B. Analisis Efektifitas Wayang Sebagai Media Dakwah Pada Masa Kini

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan dan selalu

mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat yang menjadi ajangnya.

Salah satu diantaranya adalah kesenian wayang kulit.

Wayang merupakanm warisan kebudayaan leluhur bangsa

Indonesia yang mempu bertahan berabad-abad lamanya dengan mengalami

berbagai macam perubahan dan perkembangan, sehingga akhirnya

berbentuk seperti yang kita lihat sekarang ini. Wayang, baik sebagai boneka

maupun sebagai seni pertujukan tradisional yang disajikan oleh seorang

dalang, mempunyai fungsi dan peranan dalam kehidupan sebagaian

masyarakat Indonesia dan karena keberadaannya yang didukung oleh

mereka dan memiliki sifat dan corak yang khas serta bermutu tinggi,

wayang dapat dianggap sebagai salah satu kebudayaan nasional.

Wayang dalam perjalanan hidupnya dari zaman kezaman telah

mengalami berbagai macam perubahan akibat adanya perubahan dalam

pemerintahan, politik, sosial budaya dan kepercayaan, sesuai dengan

perubahan yang terjadi dalam pikiran manusia serta kemajuan teknologi

yang mendorong manusia untuk lebih maju dan kreatif lagi.

Daya tahan wayang yang luar biasa membuktikan bahwa wayang

mempunyai fungsi dan peranan dalam kehidupan masyarakat. Fungsi dan

peranan wayang tidaklah tetap, tergantung pada kebutuhan, tuntutan dan

penggarapan masyarakat pendukungnya. Fungsi dan pernaan wayang akhir-

akhir ini tidak lagi di fokuskan pada upacara-upacara ritual dan keagamaan,

namun telah beralih ke hiburan dengan mengutamakan inti cerita dan

berbagai macam pengetahuan, filsafat hidup, nilai-nilai budaya dan berbagai

unsur seni yang terpadu dalam pedalangan.

Dunia pedalangan ikut serta mendewasakan masyarakat dengan

jalan membekalinya dengan konsepsi-konsepsi yang mudah dihayati dan

diresapkan dalam mengahadapi persoalan hidup. Filsafat pewayangan

membuat para pendukungnya merenungkan hakekat hidup, asal dan tujuan

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

72

hidup, manunggaling kawulo gusti (hubungan gaib antara dirinya dengan

Tuhan), kedudukan manusia dan alam semesta, dan sangkan parning

dumadi (kembali ke asal), yang dilambangkan dengan tancep kayon oleh

sang dalang pada akhir pergelaran.141

Seni pedalangan juga memberi santapan rohani, kesegaran jiwa

dan meningkatkan kesadaran budi para penggemarnya. Dunia pewayangan

merupakan khazanah budaya dan merupakan sumber yang tiada habis-

habisnya bagi yang mau menggalinya, menyerap suri tauladannya,

menghayati dalam rangka pembentukan pribadinya. Pertunjukan wayang

sejak dari pembukaannya hingga berakhirnya pergelaran, banyak

mempunyai kandungan filosofis Jawa. Wayang bukan saja sudah melekat

dihati masyarakat penggemarnya namun juga telah mempengaruhi sikap

hidup dan perilaku mereka.

Wayang supaya tetap hidup dan menjadi tradisi budaya Jawa harus

ditempatkan dalam konteks budaya, khususnya budaya Jawa. Wayang

disosialisasikan secara turun temurun dari generasi ke generasi maka

wayang akan tetap hidup dan menjadi tradisi budaya Jawa.142

Di dalam pergelaran wayang lebih banyak cerita yang membuka

persoalan hidup, bukan kepastian hidup. Ajaran-ajaran wayang tidak

menghadapkan pada teori-teori yang pasti, melainkan model-model tentang

hidup dan kelakuan manusia.

Moral wayang memberikan gambaran keaneka ragaman hidup

manusia tentang beratnya tanggungjawab yang terdapat dalam setiap

pengambilan keputusan, tetapi tidak memutuskan sesuatu. Masyarakat

penonton wayang itu sendiri yang harus menemukan apa yang menjadi

tugas, hak dan kewajiban masing-masing serta harus siap

mempertanggungjawabkan.

141 S. Haryanto, Seni Kriya Wayang Kulit, PT Pusaka Utama Grafiti, Jakarta, 1991,

hlm. 1-2. 142 Kanthi Waluyo, Op.Cit., hlm. 6.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

73

Wayang yang merupakan seni yang komprehensif, yang memiliki

fungsi, estetika, hiburan, sarat dengan nilai sakralitas, serta berisikan ajaran

agama dan misi hidup yang cenderung membuka persoalan hidup dari pada

kepastian hidup.143 Wayang merupakan tradisi budaya warisan leluhur dan

kita perlu mempertahankan dan melestarikan.

Wayang akan tetap menjadi budaya Jawa apabila budaya Jawa itu

sendiri belum banyak mengalami perubahan. Sementara saat ini telah

banyak unsur budaya jawa yang berubah akibat dari tekanan yang cukup

kuat dari unsur-unsur budaya itu berubah secara total, masih tampak adanya

unsur budaya Jawa yang masih tetap hidup dan bertahan. Dengan demikian

wayang masih menampakkan kehidupannya, masih ada unsur-unsur dan

wilayah budaya yang menampung dan memberi dukungan pada keberadaan

wayang ini.

Di desa-desa pertunjukan wayang sampai sekarang masih

merupakan bagian yang terpenting dari kehidupan budaya masyarakatnya.

Mengadakan pertunjukan wayang kulit di desa menarik perhatian semua

golongan, mulai dari anak kecil, anak muda sampai orang tua.

Dikalangan masyarakat dewasa ini minat dan kegemaran akan

pertunjukan wayang kulit tampak sangat meningkat, terutama dimasyarakat

pedesaan. Kemajuan teknologi modern juga sangat besar peranannya dalam

sejarah perkembangan wayang. Penggunaan alat-alat seperti pengeras suara,

alat-alat pemancar radio, televisi, tape recorder, dan kaset-kaset, semuanya

sangat membantu pergelaran wayang, sehingga para penggemar bertambah

menjadi lebih banyak karena tidak harus menonton secara langsung lewat

tanggapan para masyarakat.

Padahal dulu, sebelum ada alat-alat yang serba modern, jumlah

penonton pertunjukan wayang kulit sangat terbatas/sedikit sekali jumlahnya.

Karena suara dalang tidak dapat mencapai jaarak yang lebih jauh dan juga

sinar blencong (lampu minyak untuk pertunjukan wayang kulit) terbatas

143 Ibid., hlm. 10.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

74

kemampuannya untuk menerangi layar. Apalagi wayang jika dilihat dari

tempat yang agak jauh, wayang yang ditampilkan dan bayangan yang

ditampilkan wayang kurang jelas hanya tampak remang-remang, sehingga

kurang mendapat perhatian dari penonton.

Karena sifat dari hiburannya, pertunjukan wayang sering menyerap

banyak penonton. Unsur-unsur hiburan yang terkandung dalam pertunjukan

wayang tersebut merupakan lagu-lagu kegemaran penonton, tehnik

memainkan wayang oleh dalang, dan yang paling menonjol daya tariknya

adalah lawakannya dalang, baik melalui tokoh punakawan maupun tokoh-

tokoh lainnya.

Dewasa ini sering kita saksikan tokoh-tokoh wayang yang

seriuspun digunakan untuk membawakan lawakan. Pada saat adegan yang

seharusnya penuh dengan suasana keagungan, seringkali disisipi dengan

lawakan-lawakan. Menurut seni pedalangan tradisional hal tersebut

dianggap sebagai pelanggaran yang memerosotkan seni, namun beberapa

dalang yang sudah kenamaan/terkenal sekalipun sulit memegang teguh

persyaratan pedalangan, karena pertimbangan komersial sering lebih

diutamakan dari pertimbangan mutu.144

Para penonton sering memberikan reaksi mendukung kepada

dalang yang mengadakan penyimpangan tapi dapat menggembirakan

hatinya daripada kepada dalang yang patuh pada seni pedalangan, yang

terlalu serius. Seorang dalang sering dihadapkan pada dilema, lebih

mementingkan seni atau keinginan para penonton.

Wayang bagi masyarakat Jawa, merupakan sesuatu yang langgeng,

dan juga abadi karena kesenian tersebut tetap popular pada segala zaman,

mulai pada zaman Hindu, zaman Islam, zaman penjajahan Belanda dan

Jepang, zaman revolusi kemerdekaan, zaman pembangunan maupun pada

zaman reformasi sekarang ini. Penggemarnya sekarang bahkan lebih banyak

bila dibandingkan dengan zaman dahulu. Karena adanya perlengkapan

144 S. Haryanto, Op.Cit., hlm. 4.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

75

pergelaran yang modern seperti televisi, radio, dan juga banyak beredarnya

kaset-kaset pewayangan.

Wayang merupakan inti dari kebudayaan masyarakat yang

diwariskan secara turun temurun. Pada cerita dan watak tokoh-tokoh

wayang, kita dapat melihat inti dan tujuan hidup manusia. Dan secara

filosofis, wayang adalah pencerminan dari watak manusia, tingkah laku dan

juga kehidupannya.

Wayang purwo yang merupakan salah satu dari wayang yang ada

di Indonesia umurnya sudah ribuan tahun, akan tetapi hingga saat ini

khususnya wayang kulit masih dapat bertahan dan berfungsi dengan baik.

Padahal jenis kesenian lain yang senafas banyak yang telah punah atau

terdesak oleh perkembangan zaman yang semakin modern.

Walaupun demikian harus diakui frekuensi para pemakai jasa

sudah jauh berkurang apabila dibandingkan dengan enam atau tahun

puluhan yang lalu. Tak berlebihan kiranya apabila waktu itu wayang tampil

sebagai primadona diantara jenis kesenian yang ada. Dikota wayang

ditanggap, di desa semarak dan juga disukai oleh berbagai kalangan mulai

dari anak-anak kecil sampai orang-orang dewasa. Katakanlah bahwa waktu

itu orang nanggap wayang seolah-olah sudah menjadi keharusan tradisi yang

tidak pernah terlewatkan dalam setiap hajatan.

Surutnya para pemakai jasa wayang dapat dimaklumi mengingat

arus modernisasi telah demikian melanda kehidupan, terutama dikota-kota

besar seperti Jakarta. Wajah kota telah berubah menjadi ajang kehidupan

yang serba glamour, ditunjang dengan berbagai fasilitas yang serba mewah,

dan juga jenis hiburan yang serba modern terdapat hampir disetiap sudut

kehidupan kota.

Namun sekali lagi ditengah gemerlapnya kehidupan yang serba

wah itu, akan tetapi wayang masih tetap disenangi dan masyarakat masih

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

76

dapat menikmati indahnya kisah Ramayana dan Mahabarata, diiringi bunyi

gamelan dan juga olah kata dalang dan juga suara lembut dari para pesinden.

Maka tidak disangsikan lagi masih bertahannya wayang di abad

modern ini menunjukkan bahwa betapa canggihnya nilai-nilai budaya yang

menjadi dasar ketahanan dirinya selama ini.

Hal lain yang menyebabkan bahwa wayang tetap masih disukai

karena sifatnya tidak khusus bagi golongan tertentu saja, melainkan terbuaka

bagi semua golongan, mulai dari golongan kecil, golongan menengah

sampai kaum elite.

Wayang bukan sekedar bentuk yang indah dan menyenangkan,

tetapi mempunyai nilai khusus bagi bangsa Indonesia umumnya dan

masyarakat Jawa pada khususnya, atau mengandung maksud-maksud yang

lebih mendalam, yaitu memberikan suatu gambaran tentang hidup dan

kehidupan. Wayang merupakan karya seni rupa yang mempunyai makna

atau merupakan lambang, simbol bagi falsafah hidup bagi anggota-anggota

masyarakat pendukungnya.

Wayang selain sebagai media hiburan juga bisa dipergunakan

sebagai media dakwah. Dalam memaksimalkan wayang sebagai media

dakwah islamiyah tidaklah mudah. Memang disatu sisi dapat

memaksimalkan wayang sebagai sarana dakwah adalah sumber kemajuan.

Namun disisi lain pengalaman dan pengetahuan tentang keislaman para

dalang kurang bahkan minim.

Dalang sebagai sosok pendidik masyarakat punya tanggungjawab

moral terhadap khalayak, sebab dalang merupakan orang yang banyak

memberi wejangan. Dari kondisi ini apakah mungkin, seorang pemberi

wejangan tetapi sikap dan perilakunya tidak sesuai dengan yang

diwejangkan? Berpijak dari ini kembali kepada agama adalah keniscayaan.

Karena hanya agamalah yang bisa mengantarkan manusia untuk mencapai

derajat kehidupan yang lebih mulia.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

77

Membandingkan pemanfaatan wayang kulit sebagai media dakwah

di zaman wali dengan kondisi sekarang tidaklah bijaksana. Di zaman

tersebut, wayang kulit begitu menyatu dengan dakwah islamiyah dan juga

merupakan media yang efektif pada waktu itu, sebabwalisongo sengaja

menggunakan media wayang kulit untuk mengajak manusia kepada Islam.

Memang idealnya seseorang yang akan berdakwah, haruslah

mumpuni baik dalam pengetahuan ke Islaman maupun pengalaman. Dalam

hal ini keimanan dan ketakwaannya tidak diragukan. Ini diutamakan oleh

karena, ia dalam membawa misi dakwahnya diharuskan terlebih dahulu

dirinya sendiri dapat memerangi hawa nafsunya. Bila hal ini ditekankan,

dakwah tidak sebatas jarkoni atau biso ngajar ora biso nglakoni alias bisa

mendidik tapi tidak bisa melakukannya sendiri.

Terhadap dalang dimasa kini yang tampaknya mulai sadar

memanfaatkan wayang sebagai media dakwah islamiyah, meski dengan

kemampuan terbatas khususnya materi dakwah, menyikapi hal ini kita tidak

perlu sentimen atas usaha orang lain. Bahkan kita patut bersyukur dan

berkhusnuzdlon terhadap usaha para dalang.

Menurut penulis seorang dalang sebagai sosok panutan bisa juga

dikatakan dengan guru, mereka (para dalang) harus terus belajar dan

mendalami hal-hal yang berkaitan dengan materi keIslaman. Minimal untuk

membenahi diri sebelum membenahi orang lain.

Ki Manteb Sudarsono yang merupakan dalang kondang, dalam

menyisipkan materi dakwah dengan tidak memberikan arahan yang bersifat

menggurui secara verbal, akan tetapi memanfaatkan tokoh-tokoh wayang

yang ada.145 Menurut penulis bagi penonton khususnya masyarakat yang

awam terhadap agama akan lebih akrab untuk menyimaknya.

Wayang sampai sekarang masih bisa digunakan untuk berdakwah

menurut para ahli wayang dan para pecinta wayang. Hal ini karena wayang

145 Won Poerwono, dkk., Op.Cit., hlm. 83.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

78

merupakan media wayang yang sampai sekarang masih banyak digemari

oleh masyarakat dan merupakan budaya nasional yang perlu dilestarikan.

Pertunjukan wayang rupanya masih dianggap sebagai media yang

efektif untuk berdakwah. Penyebaran agama Islam yang sangat berkembang

di tanah Jawa sejak ratusan tahun yang lalu dan tidak bisa lepas dari peran

para wali yaitu Sunan Kalijaga dan juga dibantu oleh para wali yang lain

dengan memanfaatkan wayang sebagai media dakwah.

Bertolak dari sana Lembaga Dakwah Nahdlotul Ulama (LDNU)

berbuat hal serupa, yaitu dengan melakukan napak tilas lewat pertunjukan

wayang kulit dengan dalang mbeling yaitu Ki Enthus Susmono di lapangan

Tugu Api Pancasila, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada hari

Jum’at, 4 Juli 2003 mulai pukul 19.30 WIB. Dalam pergelaran wayang itu

Ki Enthus yang asal Tegal (Jawa Tengah) dengan menampilkan lakon

Babad Alas Metropolis yang mengacu pada etos Mahabarata Babad Alas

Hutani.146

Dalam pergelaran tersebut Ki Enthus bakal mencoba menyisipkan

dakwah dalam lakon Babad Alas Metropolis. Akan tetapi tanpa

mengesampingkan unsur hiburannya. Supaya tidak membuat penonton

bosan unsur hiburan merupakan pengikat, penyampaian nilai-nilai agama

dan moral bisa lewat pertunjukan wayang akan lebih mudah diterima oleh

masyarakat awam.

Pementasan wayang dengan dalang dalang tunggal, sudah kita

jumpai. Bahkan pentas wayang dengan dalang lebih dari satu juga sudah

biasa. Namun pentas dua dalang yang dikolaborasikan dengan seorang da’i,

bisa jadi merupakan acara yang belum pernah kita jumpai.

Pergelaran wayang kulit dengan kolaborasi dakwah itu diadakan

dilapangan Tegalsari, Sidorejo, Cilacap, Minggu (3 Agustus 2003), mulai

pukul 20.00 WIB. Pentas tersebut menampilkan kolaborasi dakwah dan

146 Http://www.Kompas.com/gayahidup/news/0307/04/115311.htm, tgl 9 September 2003.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

79

wayang kulit dengan lakon Gatotkaca Nagih Janji, sedangkan dua dalang

yang akan tampil adalah Ki Enthus (Tegal) dan Sugino Siswo Carito

(Banyumas) sedangkan yang akan di kolaborasikan adalah da’i remaja dari

Madiun Kharisma Yogi Noviana.147

Pergelaran tersebut diadakan bertujuan untuk melestarikan

kebudayaan yang telah ada, memberikan hiburan, selain itu juga sebagai

media untuk meningkatkan iman dan taqwa. Dari dua contoh pergelaran

wayang yang baru-baru ini ditampilkan membuktikan bahwa selain sebagai

hiburan wayang pada saat ini juga masih efektif digunakan sebagai media

dakwah, ditambah lagi banyaknya dalang yang menggunakan wayang

sebagai media dakwah.

Dalang merupakan sosok yang terpenting atau utama dalam

pergelaran wayang. Seorang dalang yang menggunakan wayang sebagai

media dakwah bisa memunculkan nilai-nilai religius/Islam. Dari Islam,

wayang juga menyerap nilai-nilai yang lengkap tentang bagaimana manusia

harus hidup. Islam percaya bahwasannya manusia itu dilahirkan untuk

menjadi wakil tuhan diatas bumi (Khalifah Fil Ardli) dengan tugas khusus

mengatur tata tertib kehidupan didunia. Untuk itu manusia harus

menjalankan semua perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya

dengan menjalankan semua itu manusia harus memiliki iman yang kuat,

menjalankan seluruh syariat atau peraturan tentang peribadatan dan juga

melakukan diri sendiri, manusia yang lain dan alam menurut peraturan yang

sudah ditetapkan.

Selain sebagai suatu sumber pencarian nilai-nilai yang amat

diperlukan bagi kelangsungan hidup bangsa, akan tetapi wayang juga

merupakan salah satu wahana atau alat pendidikan watak yang baik sekali.

Pertunjukan wayang itu sendiri merupakan alat pendidikan watak yang

menawarkan metode pendidikan yang amat menarik. Wayang mengajarkan

ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang baik, akan tetapi semua itu terserah kepada

147 http://www.suaramerdeka.com/harian/0308/01/bud2.htm , 9 September 2003.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

80

penonton (masyarakat dan individu-individunya) untuk menafsirkannya dan

juga bebas untuk menilai dan memilih mana ajaran dan nilai-nilai dengan

pribadi masing-masing.

Wayang mengajarkan nilai-nilai dan ajaran tersebut tidak secara

teoritis saja malainkan secara konkrit dengan menghadirkan kehidupan

tokoh-tokohnya sebagai teladan. Wayang selain mengajak penonton untuk

berpikir juga mendidik penonton melalui hati/rasanya dengan jalan adegan-

adegan lucu, adegan mengharukan atau menyentuh hati, membikin hati

geram dan lain-lain.

Wayang digunakan sebagai media dakwah pada masa kini menurut

pandangan masyarakat, baik dari para ahli wayang maupun para pecinta

wayang, masih efektif. Karena wayang merupakan salah satu media yang

masih banyak penggemarnya. Keefektifan wayang digunakan sebagai media

dakwah terletak pada dalang. Karena dalang merupakan faktor yang utama

dalam pertunjukan wayang. Oleh karena itu seorang dalang haruslah

menguasai ilmu-ilmu agama yang mumpuni untuk berdakwah. Seorang

dalang juga bisa sebagai guru yang bisa menjadi panutan masyarakat. Untuk

itu seorang dalang haruslah mempunyai banyak ilmu pengetahuan, baik itu

ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu agama, maupun ilmu-ilmu yang lain.

Di Indonesia khususnya di Jawa wayang bukan hanya sudah

melekat dihati masyarakat penggemarnya, akan tetapi juga telah

mempengaruhi pola hidup dan perilaku mereka. Disamping itu wayang juga

sebagai sarana hiburan, media pendidikan maupun sebagai media dakwah.

Menggunakan wayang sebagai media dakwah cukup dilematis.

Disatu sisi wayang identik dengan hal-hal yang syirik, sementara disisi lain

wayang kulit sebagai wayang kesenian yang cukup menarik. Maka

seyogyanyalah dimanfaatkan sebagai media dakwah sebab salah satu fungsi

wayang adalah sebagai pendidikan bagi masyarakat. Dan peminat wayang

itu mayoritas beragama Islam maka sudah sepantasnya mendapatkan

pendidikan tentang keIslaman melalui media wayang.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

81

BAB VI

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan dalam uraian dibawah ini.

Dakwah adalah mengajak (dan sebagainya) kepada manusia baik

perorangan maupun kelompok agar melaksanakan amar ma’ruf nahi

munkar sesuai ajaran agama Islam secara penuh guna memperoleh

kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sunan Kalijaga dalam berdakwah lebih memilih menggunakan

kesenian dan kebudayaan. Ia sangat toleran pada budaya lokal dan

berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika di serang pendiriannya.

Maka mereka harus didekati secara bertahap dengan mengikuti sambil

mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami

dengan sendirinya kebisaan yang lama akan hilang.

Sunan Kalijaga dipandang sebagai tokoh yang telah

menghasilkan kreasi baru yaitu dengan adanya wayang kulit dan segala

perangkat gamelannya. Wayang kulit ini merupakan perkembangan baru

dari wayang keber yang memang sudah ada sejak zaman Erlangga. Sunan

Kalijaga beserta Sunan Bonang dan Sunan Giri menciptakan wayang

Punakawan Pandawa yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.

Dalam rangka menggunakan wayang sebagai alat dakwah, Sunan

Kalijaga beserta para wali lainnya membuat beberapa cerita atau lakon

buatan sendiri, dalam artian cerita wayang itu tidak bersumber dari kitab

Mahabarata atau dari kitab Ramayana. Diantara cerita karangannnya

adalah cerita Dewa Ruci, Jimat Kalimasada (kalimat syahadat, Petruk jadi

raja dan lain-lain).

Bagi orang Jawa, dunia pewayangan merupakan dunianya sendiri

yaitu dunia kejawen. Karena orang Jawa menilai bahwa wayang

mengandung filsafat yang dalam dan memberi peluang untuk melakukan

81

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

82

suatu pengajian filsafat dan mistik. Sedangkan inti dari filsafat wayang

adalah berpusat pada pakem (lakon)nya.

Wayang mengandung makna yang lebih jauh dan mendalam

karena mengungkapkan gambaran hidup semesta, memberikan gambaran

lahan kehidupan umat manusia dengan segala masalahnya dan juga

mengandung nilai-nilai pandangan hidup Jawa dalam menghadapi dan

mengatasi segala tantangan dan kesulitan hidup. Bagi orang Jawa wayang

tidak hanya sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media

pendidikan maupun media dakwah.

Menurut pandangan masyarakat (para ahli wayang dan para

pecinta wayang) wayang digunakan sebagai media dakwah pada masa

sekarang ini masih efektif, karena wayang merupakan seni pertunjukan

yang sangat familiar bagi masyarakat Jawa. Komunitas-komunitasnya

masih menganggap bahwa wayang masih bisa digunakan sebagai media

dakwah. Wayang didalamnya mengandung ide apa saja, termasuk ide-ide

yang barnilai Islam.

Menurut para ahli wayang bahwa dakwah dengan menggunakan

media wayang mempunyai kendala-kendala diantaranya adalah waktunya

pergelaran wayang yang biasanya malam hari, bahkan bisa semalam

suntuk sedangkan waktu malam untuk istirahat. Oleh karena itu waktunya

bisa diganti tidak harus malam hari.

Menurut para pecinta wayang, kendala dalam berdakwah dengan

menggunakan media wayang itu diantaranya dalam hal bahasa yang

merupakan alat komunikasi. Didalam pertunjukan wayang seorang dalang

biasanya menggunakan bahasa jawa kuno yang sulit dipahami oleh

masyarakat umum lebih-lebih masyarakat jaman sekarang. Kalau

penontonnya bukan dari orang jawa asli, maka akan sulit untuk bisa

memahami isi dari cerita pertunjukan tersebut.

Kendala dakwah dengan menggunakan media wayang menurut

penulis pada masa sekarang ini adalah karena semakin majunya teknologi

dan ilmu pengetahuan membuat banyak hiburan sehingga para penonton

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

83

wayang menjadi berkurang. Anak kecil dan juga para pemuda yang

seharusnya menjadi penerus untuk melestarikan budaya wayang ternyata

lebih suka memilih hiburan yang lain, dan juga semakin mahalnya biaya

untuk mengadakan pertunjukan wayang membuat masyarakat jadi enggan

untuk mengadakan pertunjukan wayang.

Saran-saran

Ki dalang sebagai seorang da’i hendaknya membawa perubahan

dalam pementasannya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai moral

yang selama ini terpatri kuat, dalam budaya jawa yang penuh kehalusan

budi pekerti.

Kidalang sebagai subyek dakwah hendaknya meningkatkan

pengetahuan keagamaannya, disamping selalu memajukan tehnik pentas

dan ilmu pengetahuan.

Pergeseran budaya menuju wayang sebagai alat hiburan semata,

hendaknya selalu kita sikapi, agar nantinya wayang tidak merupakan

pertunjukan yang hampa dari nilai-nilai moral (budi pekerti).

Masyarakat hendaknya mau memperhatikan dan

mempertahankan seni wayang dengan seksama, bukan hanya sebagai

sarana hiburan semata dan mengenalkan pada generasi berikutnya, agar

seni yang penuh dengan nilai budi pekerti itu tidak hilang dari langit dan

masyarakat yang kita cintai ini.

Seorang dalang dalam pertunjukan wayang hendaknya

menyesuaikan garapannya sesuai dengan tuntutan zaman dan

menyesuaikan pula dengan tingkat kemampuan apresiasi penonton.

Wayang digunakan sebagai media dakwah perlu diusahakan

materi-materi yang mempunyai nilai-nilai kebaikan religius/Islami. Dan

juga dikembangkan lebih baik lagi dalam rangka untuk melestarikan

kesenian tradisional klasik yang adi luhung itu

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

84

Wayang supaya lebih efektif digunakan sebagai media dakwah

adalah perlu diperbaiki. Perbaikan yang pokok adalah terletak pada

dalang. Karena dalang merupakan pelaku utama dalam wayang maka

seorang dalang dalam pergelaran wayang perlu memunculkan nilai-nilai

yang religius/Islami.

Penutup

Demikian hasil penelitian yang telah penulis lakukan dengan

judul: “WAYANG SEBAGAI MEDIA DAKWAH SUNAN KALIJAGA

DAN EFEKTIVITASNYA PADA MASA KINI”. Hanya demikian yang

dapat penulis pesembahkan, yang tentunya masih jauh dari harapan para

pembaca sekalian.

Oleh karena itu demi kesempurnaan penelitian ini kritik dan

saran selalu penulis harapkan sehingga akan dapat menjadi masukan

yang positif bagi penulis dan akan menjadikan koreksi untuk penulis

dimasa mendatang.

Sebagai insan biasa yang tidak luput dari kesalahan penulis

mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga apa yang dapat penulis

berikan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi

para pembaca pada umumnya, amin.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

85

DAFTAR PUSTAKA

Amir Mertosedono, Sejarah Wayang, Dahara, Prize, Semarang, 1993.

Bambang Sugito, Dakwah Islam Melalui Media Wayang Kulit, Aneka, Solo, 1992.

Barmawi Umari, Azas-azas Ilmu Dakwah, Ramadhani, Sala, 1969.

Budiono Heru Santoso, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, PT. Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 2000.

Darori Amin, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa, Gama Media, Yogyakarta, 2000.

Depag. RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989.

Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, Penerbit Diponegoro, Bandung, 1981.

Hazim Amir, Nilai-nilai Etis dalam Wayang, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.

HM. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, Al Ikhlas, Surabaya, 1993.

HM. Nafis, Dewaruci(Jurnal Dinamika Islam dan Budaya Jawa) Edisi 5 tahun 2002, IAIN Walisongo Semarang.

Http://groups.Yahoo.com/group/padepokan/message/240, tanggal 20 Agustus 2003.

Http://Joewono.Tripod.Com/Moch Djoko Yuwono/Id6.Html 23 Juli 2003

Http://Mujarobat.Tripod.Com/Index6.Html , 23 Juli 2003.

Http://Mujarobat.Tripod.Com/Index6.Html tanggal 23 Juli 2003

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

86

Http://Wayang.1-2.Co.Id/Arsip/Menantangwayang.Htm 23 Juli 2003

Http://Wayang.I-2.Co.Id/Sejarah Wayanggolek.Htm tanggal 15 Maret 2003

Http://www.geocities.com/hidurditya/budaya/bud_43.htm, tanggal 20 Agustus 2003 .

Http://Www.Indosiar.Com/Welcome/Forum/Topic.Asp?Topic_Id=1729 tanggal 24 April 2003.

Http://www.Kompas.com/gayahidup/news/0307/04/115311.htm, tgl 9 September 2003.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0308/01/bud2.htm, 9 September 2003.

Imam Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga, Terj. Muhammad Khafidz Basri , dkk., Balai Pustaka, Jakarta, 1993.

Kanti Waluyo, Dunia Wayang¸Pustaka Palajar, Yogyakarta, 2000.

M. Aminuddin Sanwar, Pengantar Studi Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 1984.

Machfoedl, Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Bulan Bintang, Jakarta, 1975.

Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalis Indonesia, Jakarta, 1999.

Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi III, Penerbit Rake Sarasim, Yogyakarta, 1998.

Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

87

Ridin Sofwan, Wasit, Mundiri, Islamisasi di Jawa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.

S. Haryanto, Bayang-bayang Adiluhung, Dahara Prize, Semarang, 1992, hlm. 22

_________, Seni Kriya Wayang Kulit, PT Pusaka Utama Grafiti, Jakarta, 1991.

Sri Mulyono, Apa dan Siapa Semar, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989.

___________, Simbolisme dan Mistikisme Dalam Wayang, Gunung Agung, Jakarta, 1983.

___________, Wayang Asal usul Filsafat dan Masa Depannya, Gunung Agung, Jakarta, 1982.

Sujamto, Wayang dan Budaya Jawa, Dahara Prize, Semarang, 1992.

Sujatmo, Sabda Pandita Ratu, Dahara Prize, Semarang, 1993.

Sunarto, Seni Gatra Wayang Kulit, Dahara Prize, Semarang, 1997.

Sutarno, Wayang Kulit Jawa, Cendrawasih, Solo, t.t.

Suwaji Bastomi, Gemar Wayang, Dahara Prize, Semarang, 1995.

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997.

Umar Hasyim, Sunan Kalijaga, Menara Kudus, Kudus, 1974.

Wawancara dengan Dra. Misbah Zulfa Elizabeth di kampus Dakwah IAIN Walisongo Semarang, tanggal 25 Agustus 2003.

Wawancara dengan Drs. A. Muzakki, Da’i, di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, tanggal 23 Agustus 2003.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2004... · perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ... Menak serta wayang Gedong

88

Wawancara dengan Ma’sum di Desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, tanggal 30 Juli 2003.

Wawancara dengan Musthofa di Desa Bageng, Gembong, Pati, tanggal 29 Juli 2003.

Wawancara dengan Riyono, di Desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati,. tanggal 29 Juli 2003.

Wawancara dengan Surawi, di desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, tanggal 29 Juli 2003.

Wawancara dengan Zein Darmadi, di desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, tanggal 30 Juli 2003.

Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa, Mizan, Bandung, 1995, hlm. 30

Winarno Surahmad, Paper Skripsi Tesis Desertasi, Tarsito, Bandung, l97l.

Won Purnomo, dkk., Menjadikan Wayang Enak Dipandang, Yayasan Dwara Budaya, Solo, 2000.