Askep Pada Masalah Invaginasi

Post on 16-Apr-2015

178 views 1 download

Transcript of Askep Pada Masalah Invaginasi

ASKEP PADA MASALAH INTUSUSEPSI atau

INVAGINASI

BY : Yustina Purwaningsih, SST

Intususepsi/invaginasi merupakan penyebab obstruksi intestinum yang paling lazim pada usia 3 bulan sampai 6 tahun.

Kelainan ini jarang pada anak sebelum umur 3 bulan dan frekuensi akan menurun setelah berusia 36 bulan.

Insiden bervariasi dari 1-4 per-1000 kelahiran hidup.

Laku-laki berbanding perempuan adalah 4:1.

Beberapa intususepsi akan membaik spontan atau mengalami autoamputasi jika tidak diobati, kebanyakan menyebabkan kematian.

Pengertian invaginasi :

Intususepsi atau invaginasi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens). (Nettina, 2002).

INTUSUSEPSI ; suatu keadaan masuknya segmen usus bagian distalnya yg umumnya akan berakhir dgn obstruksi usus strangulasi (mansjoer.R.2000) 

Pengertian :

Suatu intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal. (Nelson, 1999)

Bentuk invaginasi.

Bentuk invaginasi ketika dioperasi

Anatomi usus halus :

Penyebab :

Penyebab intusepsi ini belum diketahui pasti. Namun diduga adanya infeksi virus pernafasan atas, perisaltik yang meningkat, polip pada intestinum, trauma tumpul pada abdominal, pada bayi dengan pemberian makanan padat sebelum waktunya.

Patofisiologis :

Intususepsi paling sering di ileokolon dan ileoiliokolon, agak jarang di sekokolon dan jarang hanya terdiri dari ileum.

Sangat jarang terjadi di apendik. Bagian usus yang mengalami

invaginasi ke bawah, menarik mesenteriumnya bersama-sama memasuki lumen yang menyelubunginya.

Kontriksi mesenterium menyumbat aliran balik vena, selanjutnya terjadi pembengkakanintususeptum.

Karena oedema dan perdarahan mukosa menyebabkan tinja mengandung darah, kadang-kadang mengandung mukus.

Puncak intususepsi dapat berjalan ko kolon tranversal, desendens, sigmoid, bahkan sampai melewati anus pada kasus yang terlantar.

Tanda ini harus dibedakan dengan prolapsus rektum.

Kebanyakan intususepsi tidak menjepit usus dalam 24 jam pertama, tetapi kemudian dapat menyebabkan ganggren usus dan syok.

Manifestasi klinik :

Gizi anak dalam keadaan baik. Anak tiba-tiba menangis. Nyeri perut procsimal. Muntah-muntah. Setelah 12 – 24 jam bercak lendir dan

darah tanpa tinja. Palpasi teraba tumor yang memanjang

seperti pisang. Keadaan abdomen dalam 24 jam

normal, bila 48 jam membuncit.

Gejala Trias antara lain :

Nyeri abdomen, bersifat kholiq, ditandai anak menangis dan fleksi pada panggul dan lutut.

Muntah-muntah. Sering tejadi pada vase awal selanjutnya muntah disertai empedu.

Darah dalam tinja. Seiring dengan munculnya nyeri klien biasanya BAB normal, setelah kolon kosong maka keluarlah tinja selai kismis bercampur darah timbul 2 jam sampai beberapa hari setelah nyeri dimulai.

Seiring dengan waktu pasien tampak pucat, apatis dan frekuensi serangan meningkat.

85 % pasien mengalami nyeri. 75 % muntah. 60 % mengeluarkan tinja darah.

Secara keseluruhan :

Usia bayi biasanya datang ke dokter dalam kondisi sudah parah, bayi letargis, penurunan kesadaran, bahkan sampai koma sehingga penegakan diagnosa menjadi sulit.

Anak usia 2 tahun keatas akan lebih cepat dibawa kedokter karena pada usia ini anak sudah mampu untuk mengkomunikasikan.

Pemeriksaan penunjang : Dengan rectal toucher terdapat darah pada

sarung tangan. Foto abdomen tegak tampak bagian

proksimal invaginasi dan bagian distal (kanan) kosong

Pada barium enema tampak “cupping” dari pada intususeptum.

Bila terdapat peritonitis barium enema adalah kontraindikasi.

Sekarang lebih diutamakan dengan enema udara untuk mencegah peritonitis.

Komplikasi :

Peritonitis intususepsi lama bisa menyebabkan

syok perforasi usus

kerusakan / kematian jaringan infeksi rongga perut, hingga

menyebabkan kematian

Penatalaksanaan :

24 jam setelah gejala pertama dapat dicoba pendorongan dengan barium enema atau udara.

Bila gagal atau timbul peritonitis dilakukan operasi.

Menghilangkan faktor resiko.

Gambar enema barium :

Perawatan pra-pembedahan : Tuba naso gastrik. Koreksi dehidrasi (jika ada). Reduksi intususepsi dengan penglihatan

langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.

Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.

Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer

Perawatan pos - operasi

Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil. Pemberian oksigen Dilanjutkannya cairan intravena. Antibiotika Jika dilanjutkannya suatu ileostomi,

drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.Observasi fungsi vital

Selamat Belajar …. !

Terima Kasih