Post on 05-Aug-2015
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler (Jantung Dan Pembuluh Darah)
Aterosklerosis, Angina Pektoris Dan Infark Miokardum
A. Pengertian
1. Aterosklerosis Koroner : adalah kondisi patologis arteri
koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan
jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan
struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung.
2. Angina Pektoris : adalah suatu sindroma klinis yang
ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di depan.
3. Infark Miokardium : infark miokardium mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat penyempitan kritis arteri koroner karena
aterosklerosis atau penyumbatan arteri koroner oleh emboli atau thrombus.
B. Etiologi
1. Aterosklerosis Koroner : akibat kelainan metabolisme
lipid, koagulasi darah, dan keadaan biofisika serta biokimia dinding arteri.
2. Angina Pektoris : disebabkan oleh berkurangnya aliran
darah arteri korner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau
dengan kata lain kebutuhan oksigen jantung meningkat.
3. Infark Miokardium : kemungkanan disebabkan oleh
penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total
arteri oleh emboli atau thrombus.
C. Manifestasi Klinis
1. Aterosklerosis Koroner : menimbulkan gejala dan
komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran
darah ke jantung yang menyebabkan terjadinya iskemik miokardium sehingga
terjadi manifestasi klinis utama yakni terjadinya nyeri dada.
2. Angina Pektoris : Terjadi nyeri dada yang hilang timbul
dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri
hebat yang disertai dengan atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa
1
pada daerah dibelakang sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosternal) dan
nyeri bersifat terlokalisasi.
3. Infark Miokardium : resiko terjadi pada pria usia diatas 40
tahun sering disertai hipertensi arterial. Serangan terjadi juga pada wanita dan pria
muda diawal 30-an atau bahkan 20-an, kasus meningkat tajam pada wanita
pascamenopause. Secara keseluruhan pada pria lebih tinggi dari wanita pada
semua tingkat usia. Gejala utama yang sering muncul adalah nyeri dada yang
berlangsung secara tiba-tiba dan berlangsung secara terus menerus, terletak
dibagian bawah sternum dan perut atas. Nyeri akan terasa semakin berat sampai
terasa tak tertahankan., bias menyebar ke bahu, biasanya bahu kiri.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat pasien : dilakukan dengan dua tahap :
a. Riwayat penyakit sekarang.
b. Riwayat penyakit terdahulu serta riwayat kesehatan
keluarga, khususnya yang berhubungan dengan penyakit jantung dalam
keluarga.
2. Elektrokardiogram (EKG) : digunakan untuk evaluasi
lebih jauh mengenai fungsi jantung, khususnya fungsi ventrikel. Pada angina
pectoris dapat terjadi elevasi gelombang ST, jika terjadi iskemik miokardium
maka dapat terjadi T inverted/terbalik dan ST depresi. Pada kasus infark
miokardium dapat terjadi elevasi segmen ST atau justru depresi dalam, terjadi
IMA dengan gelombang Q dan tanpa gelombang Q.
3. Enzim dan Isoenzim Serum :
a. Kreatin kinase (CK dengan isoenzimnya CK-MB)
kadarnya selalu meningkat dalam darah pada fase akut Infark miokard.
b. Lactat Dehidrogenase Isoenzim (LDH): kurang bisa
dipercaya sebagai indicator kerusakan otot jantung karena reaksinya lebih
lambat dan menigkat lebih lama, oleh karena itu pasien biasanya terlambat
dibawa ke rumah sakit. Ada dua macam LDH yang penting untuk penegakan
diagnosa MI yaitu LDH1 dan LDH2. Apabila presentase LDH1 melebihi LDH2,
maka keadaan ini disebut “terbalik”, menunjukan adanya MI akut.
2
4. Pemeriksaan Ekokardiografi :
a. Secara dua dimensi jauh lebih bermanfaat dari pada
M-made.
b. Dapat menilai faal jantung.
E. Penatalaksanaan Medis
Tujuannya adalah untuk memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama
bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai keseimbangan.
1. Mengembalikan kesimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen jantung.
2. Terapi obat-obatan :
a. Vasodelator : nitrogliserin(NTG) intravena, adalah
pilihan utama. Dosisnya bervariasi antara satu pasien dengan pasien yang lain.
b. Antikoagulan : Heparin adalah antikoagulan adalah
pilihan untuk mempertahankan integritas jantung.
c. Trombolitik : ada tiga macam trombolitik yaitu :
(1) streptokinase, (2) aktifator plasminogen jaringan (t-PA=tissue
Plasminogen Activator) dan (3) anistreplase.
d. Pemberian Oksigen : dimulai saat awitan nyeri.
e. Analgetik : pemberiannya dibatasi hanya pada
pasien yang tidak efektif diobati dedngan nitrat dan antikoagulan. Analgetik
pilihan masih tetap morfin sulfat per intravena dengan dosis meningkat 1
sampai 2 mg.
F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Angina Pektoris :
o Kapan cenderung terjadinya serangan ?
setelah makan? Setelah melakukan aktivitas tertentu? Setelah melakukan
aktivitas secara umum? Setelah mengunjungi anggota keluarga atau
teman-teman?
3
o Bagaimana pasien menggambarkan
nyerinya ?
o Apakah awitan nyeri mendadak atau
bertahap ?
o Berapa lama hal itu terjadi-dalam berapa
detik ? menit? Jam ?
o Apakah kualitas nyeri menetap dan terus
menerus ?
o Apakah rasa tidak nyaman disertai dengan
gejala seperti perspirasi yang berlebihan, sedikit sakit kepala, mual,
palpitasi, dan napas pendek ?
o Berapa menit nyeri berlangsung setelah
minum nitrogliserin ?
o Bagaimana nyeri berkurang ?
b. Infark Miokardium :
Pengkajian sistematis pasien mencakup riwayat yang cermat khususnya yang
berhubungan dengan gambaran gejala : nyeri dada, sulit bernapas (dispnu),
palpitasi, pingsan (sinkop) atau keringat dingin (diaporesis). Masing-masing
gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya, serta faktor yang mencetuskan
dan yang meringankan. Selain itu adanya pengkajian fisik yang lengkap dan
tepat juga sangat penting untuk mendeteksi adanya komplikasi.
o Nyeri dada
o Frekwensi dan irama jantung
o Teknan darah
o Denyut nadi perifer
o Tempat infus intravena
o Warna kulit dan suhu
o Paru
o Napas pendek
o Fungsi gastrointestinal
4
o Status volume cairan
G. Patogenesis, Penyimpangan Terhadap KDM
5
H. Diagnosa Keperawatan
1. Angina Pektoris :
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia miokardium.
b. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan
kematian.
c. Kurang pengetahuan akan sifat dasar penyakit dan
metode untuk menghindari komplikasi.
d. Potensial terjadi ketidakpatuhan terhadap aturan
terapeutik berhubungan dengan tidak mau menerima perubahan pola hidup
yang sesuai.
2. Infark Miokardium :
a. Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya
aliran darah koroner.
b. Potensial pola pernafasan tidak efektif berhubungan
dengan cairan berlebih.
c. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan
turunnya curah jantung.
d. Cemas berhungan dengan takut akan kematian.
e. Potensial tidak menjalankan program perawatan diri
berhubungan dengan mengingkari diagnosa gangguan MI.
6
7