Post on 20-Jul-2015
5/17/2018 anestesi lokal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-lokal-55b082a04cbee 1/4
Beberapa anestesi lokal mempengaruhi vasoaktif intrinsik. Lidokain dapat sedikit menyebabkan
vasodilatasi, dan mungkin menyebabkan penurunan potensi dalam tubuhnya dengan meningkatkan
ambilan vaskular. Ropivakain dapat menyebabkan aktifitas vasokontstriksi yang berbanding lurus
dengan dosis yang digunakan, yang mana dapat meningkatkan durasi kerja, terutama setelah
dilakukannya infiltrasi lokal.
Jalannya anestesi lokal melalui barrier plasenta dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisik dari obat
anestesi itu sendiri. Obat anestesi sebagian besar mempunyai bentuk molekul yang kecil, dan oleh
karenanya, berat molekul tidak mempengaruhi transpor obat tersebut. Kelarutan dalam lemak dan
derajat nonionisasi akan mempengaruhi proporsi konsentrasi di vena maternal yang ada pada darah
fetus, karena keduanya dapat mempermudah masuknya obat melewati membran lemak yang
terdapat pada plasenta. Bagaimanapun, penelitian terbaru menyatakan bahwa berapapun
konsentrasi obat yang terdapat pada plasenta berada dalam keadaan seimbang, maka ikatan protein
yang kuat di darah maternal tidak dapat menjamin keamanan untuk fetus.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktifitas anestesi lokal
Selain sifat kimia dan fisika dari sebuah obat, faktor resiko klinik lainnya dapat mempengaruhi
derajat blokade neural yang dapat dicapai oleh sebuah obat anestesi.
1. Volume dan konstentrasi obat
Dosis total sebuah obat anestesi dapat secara akurat mengetahui onset, kualitas, dan durasi
blokade. Peningkatan dosis obat dapat meningkatkan onset dan durasi kerja obat untuk
blokade. Contohnya peningkatan konsentrasi bupivacaine dari 0,25% menjadi 0,5% sambil
menjaga volume tetap konstan dapat meningkatkan onset, kualitas, dan durasi blokade
namun tidak terjadi perluasan blokade menurut dermatom. Volume, konsentrasi, dan dosissangat erat hubungannya karena dosis = volume x konsentrasi. Oleh karena itu, perubahan
pada salah satu parameter dapat mempengaruhi yang lainnya dan dapat menyebabkan
komplikasi. Secara klinik, volume obat mempunyai efek terhadap penyebaran dan kualitas
dari anestesi khususnya epidural anestesi, dimana dosis total kelihatannya menjadi sangat
penting pada anestesi spinal.
2. Penambahan agen vasokonstriktor
Epinefrin sering digunakan dengan anestesi lokal untuk meningkatkan kualitas dan durasi
analgesia. Akibat dari efek vasokonstriksi oleh epinefrin, akan lebih banyak anestesi lokal
yang dapat digunakan untuk blokade neural karena absorpsi yang sedikit pada vaskular bed.
Norepinefrin dan fenilepinefri juga dapat digunakan untuk memperpanjang blokade,
meskipun tidak lebih dikenal dibandingkan epinefrin. Penambahan epinefrin juga dapat
menyebabkan turunnya puncak konsentrasi plasma pada beberapa anestesi lokal, termasuk
mepivacaine dan lidokain. Epinefrin biasa digunakan sebagai penambah pada epidural
anestesi dengan lidokain ataupun dengan bupivakain dengan konsentrasi 1,7-5mcg/ml atau
1:600.000 sampai dengan 1: 200.000. Kadar ini akan menurunkan konsentrasi efektif
minimal hingga 30%. Selain itu, durasi juga akan diperpanjang oleh epinefrin. Dalam spinal
anestesia, epinefrin hanya memiliki efek minimal, meningkatkan durasi dari blokade
5/17/2018 anestesi lokal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-lokal-55b082a04cbee 2/4
motorik, tetapi tidak untuk sensorik pada anestesi lidokain, dan memperpanjang juga
blokade sensorik pada anestesi dengan bupivacain selama 4-19 menit.
3. Lokasi penyuntikkanAwitan obat anestesi lokal bervariasi tergantung pada lokasi penyuntikan. Pada penyuntikan
melalui spinal dan subkutan dihubungkan dengan onset yang lebih cepat, dimana epidural
dan pleksus braachialis blokade didapatkan menyebabkan awitan yang lebih lambat.
4. Bikarbonat
Zat anestesi lokal, terutama yang mengandung epinefrin, dikemas dengan pH rendah untuk
meningkatkan stabilitas membran. Penambahan biknat (1 ml dari larutan 1M ke 10 ml zat
anestesi) akan meningkatkan pH larutan tersebut yang sangat penting untuk difusi pada
membran sel saraf. Kecepatan awitan dan kualitas blokade meningkat dengan cara ini.
Penambahan bikarbonat pada bupivacaine tidak dianjurkan karena adanya kemungkinan
presipitasi apabila pH meningkat menjad 7,7. Penelitian di laboratorium juga menunjukkan
bahwa bikarbonat dapat meningkatkan efektivitas anestesi lokal.
5. Campuran lokal anestesi: Chlororprocaine dan obat-obatan lain
Sejarahnya, kombinasi dari obat-obat lokal anestetik digunakan untuk memperpendek onset
kerja dan meningkatkan kualitas blokadenya. Kombinasi spinal 1% tetracain dan 10%
procaine setara dengan kemampuan tetrakain hiperbarik untuk anestesi superior. Untuk
penggunaan epidural diharapkan onset cepat dari 2-chlorprocain dan durasi yang lama dari
bupivacaine. Tetapi penggunaan 2-chlorprocaine mengurangi durasi kerja bupivacaine.
Mekanismenya belum diketahui secara jelas tetapi kemungkinan berhubungan dengan
reseptor bupivacain pada membran oleh kehadira dari 2-chloroprocaine atau metabolit
asam kloraminobenzoat.
Perbandingan pencampuran anestesi lokal (EMLA)adalah 1:1. Campuran dari prilokain dan
lidokain yang menghasilkan anestesi kutaneus melalui kulit. Dosis pemberian 0,5-1 gram.
6. Kehamilan
Kehamilan mengurangi jumlah dari lokal anestesi baik spinal maupun epidural pada orang
hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil pada umur yang sama. Onset
blokadenya juga lebih cepat dengan penggunaan spinal, epidural dan blok saraf perifer.
Walaupun banyak mekanisme disebutkan memiliki pengaruh, namun, terutama didapatkan
pengaruh progesteron untuk meningkatkan blokade saraf.
7. Temperatur
5/17/2018 anestesi lokal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-lokal-55b082a04cbee 3/4
Suhu 100 oF dapat menurunkan onset dari blokade anestesi epidural. Penurunan pKa karena
suhu mungkin dapat menjelaskannya.
8. Toksisitas anestesi lokalAnestesi lokal dapat menyebabkan toksisitas sistemik yang bermanifestasi pada ssp atau
kardiovaskular, sama seperti toksisitas perifer yang dapat bermanifestasi sebagai blokade
konduksi irreversibel atau gejala-gejala neurologis. Anestesi lokal dapat menyebabkan efek
pada fetus.
9. Toksisitas sistemik
Tampilan klinis dari toksisitas sistemik bergantung pada konsentrasi dalam darah dari
anestesi lokal. Pada sebagian besar kasus, gejala ssp akan mempengaruhi perubahan
kardiovaskular. Di konsentrasi rendah, pasien dapat mengeluhkan seperti 1. Tinitus, 2.
Melayang, 3. Rasa besi, 4. Rasa kebas mulut. Dengan konsentrasi tinggi dapat muncul kejang
dan gangguan kesadaran yang dapat diikuti dengan gagal nafas. Bila dosis tinggi bolus
diberikan secara tidak sengaja melalui intravena pada orang hamil dapat muncul kejang
sebagai gejala utama. Kejadian ini juga dapat muncul pada wanita hamil yang mendapatkan
diazepam atau midazolam dalam dosis tinggi sebagai premedikasi, karena obat-obat ini
dapat menutupi gejala subjektif yang berhubungan dengan kadar darah yang rendah.
Asidosis respiratori (peningkatan paCO2 dan pH yang rendah) mengurangi batas ambang
kejang dan mungkin juga meningkatkan distribusi obat ke otak dengan meningkatkan aliran
darah ke otak. Asidosis juga dapat menurunkan kadar plasma bebas dengan caramengurangi peningkatan protein. Potensi dari lokal anestetik dari yang paling berpotensial
toksik: Bupivacain >Lidokain >>klorprokain.
Toksisitas sistemik pada sistem kardiovaskular
Anestesi lokal menghambat pintu natrium dari jantung dan kadang mempengaruhi kalsium dan
kalium channel. Toksisitas dari kardiov askular dapat dihasilkan secara tidak langsung oleh depresi
pernafasan. Kadar sistemik yang tinggi dari anestesi lokal seperti bupivakain dan etidokain
menghasilkan toksisitas kardiovaskular lebih sedikit dari dosis konvulsi. Ini dikarenakan dari efek
proaritmia pada pace maker dan sel-sel konduksi di jantung, penurunan dari durasi kerja dan
periode refraktori yang efektif
Toksisitas kv dari anestesi lokal lebih sering muncul secara signifikan pada isomer kanan dari anestesi
lokal yang lipofilik. Penelitian tersebut menghasilkan pengembanga dari bupivakain dan ropivakain
dimana mereka berdua memiliki gugus L atau S isomer. Levobupivakain memiliki sifat klinik yang
sama dengan bupivakain tetapi memiliki kadar toksik yang lebih rendah pada hewan percobaan.
Pada pembelajaran manusia, bupivakain menyebabkan gejala dari toksisitas kardiovaskular seperti
perubahan pada interval QT dan penurunan performa jantung dibandingkan levobupivakain.
Ropivakain juga menghasilkan toksisitas kardiovaskulr yang lebih rendah pada penelitian klinis,
tetapi ropivakain juga lebih lemh daripada bupivakain; penelitian membandungkan aktifitas median
5/17/2018 anestesi lokal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/anestesi-lokal-55b082a04cbee 4/4
konsentrasi percobaan anelgesi dan menghasilkan 40% lebih lemah. Tetapi, setelah menimbang
perbedaan keduanya, toksisiitas ropivakain jauh lebih lemah. Akan tetapi, perbedaan toksisitas
tersebut secara klinis lebih berpengaruh pdaa bidang obstetri dimana konsentrasi yang digunakan
biasanya rendah dan bolus dalam dosis tinggi jarngg. Tetapi, ropivakain jauh lebih mahal.