Anestesi Lokal (1)

Post on 01-Jan-2016

294 views 6 download

description

Anestesi Lokal (1)

Transcript of Anestesi Lokal (1)

ANESTESI LOKAL

Pokok Bahasan Anestesi Lokal

1. Anestesi lokal

2. Pemilihan teknik dan bahan anestesi

3. Saraf-saraf untuk kedokteran gigi

4. Teknik anestesi lokal

Anestesi

Yunani An : tanpa

aesthetos : rasa atau sensasi

anestesi : tanpa rasa.

painful dentistry anestesi painless

dentistry

Anestesi terdiri dari :

a. Anestesi Umum

tidak ada sensilibitas seluruh tubuh pada

keadaan pasien tidak sadar penuh

pasien yang tidak kooperatif, nervous,

area operasi yang luas

b. Anestesi Lokal

tidak ada sensasi/rasa pada daerah

terbatas pada keadaan pasien sadar

eksodonsia dan bedah minor.

Mekanisme anestesi lokal :

Cairan anestetikum dideponir

diabsorbsi jaringan lemak saraf

menghambat depolarisasi membran saraf

hambatan konduksi impuls ke otak

Armamentarium :

* Needles/jarum

gauges : 25, 27, 30

Beberapa petunjuk penggunaan jarum:

1.      Gunakan jarum steril dan disposable

2.      Jangan menggunakan 1 jarum untuk beberapa pasien

3.      Jangan menusukkan jarum melebihi 2/3 panjang

jarum

4.      Jangan memaksakan jarum waktu penyuntikan

5.      Jarum harus dihancurkan setelah digunakan agar

tidak melukai orang lain

* Dental syringe

* Cartridge

 

Pemilihan teknik anestesi lokal

Teknik anestesi lokal terdiri dari :

1.      Topikal

2.      Infiltrasi

3.      Regional/Blok saraf

Menurut Seldin (1947), teknik anestesi lokal terdiri dari :

1.      Anestesi konduksi/blok saraf/regional

2.      Anestesi infiltrasi/blok lapangan (field blocking)

a.       anestesi topikal/infiltrasi intramukosa

b.      infiltrasi submukosa

c.       infiltrasi supraperiosteal

d.      infiltrasi subperiosteal

e.       infiltrasi intraoseal

f.        infiltrasi perisemental

g.       infiltrasi intraseptal

h.       infiltrasi intradental

3.      Anestesi refrigerasi (freezing)

 

Macam teknik anestesi lokal

1. Anestesi refrigerasi (fisis)

membekukan protoplasma sel akhiran saraf

sensible

es, etil klorida/CE

durasi cepat

2. Anestesi topikal (kimia)

menganestesi saraf sensible di daerah

permukaan (kulit,mukosa)

         diminishing pain perception of needle insertion

  salep, spray, cream, dan gel

lidocaine 5-10%, cocain 2%, pantocaine, benzocaine

3. Anestesi infiltrasi

 memblok akhiran saraf sensible

 area operasi kecil, tidak butuh waktu

lama, pada area tidak ada infeksi

 dipengaruhi oleh ketebalan dan

kepadatan jaringan keras

4. Anestesi blok saraf

       memblok batang saraf sensible, antara

otak dan area operasi

 digunakan pada daerah tulang/jaringan

keras yang tebal dan padat

Pertimbangan menentukan teknik anestesi:

1. Luas daerah operasi

2. Keadaan umum pasien

3. Perluasan infeksi jaringan area operasi

4. Temperamen pasien

5. Tingkat kooperasi pasien

6. Ketebalan/kepadatan jaringan keras

Kontra indikasi anestesi lokal

1. Pada area infeksi

  cairan radang dan organisme terdesak ke

jaringan sehat menyebabkan infeksi meluas

         cairan anestetikum + cairan radang akan

menekan saraf sehingga menyebabkan rasa

sakit/nyeri

  anestesi menjadi tidak efektif dalam cairan

radang

  menghambat penyembuhan

2. Penderita nervous/tegang anestesi umum

3. Multiple extraction anestesi umum

tidak sakit, komplikasi pasca bedah kurang, dan penyembuhan luka lebih cepat

4. Penderita abnormal jarum salah masuk atau patah

5. Anak-anak penakut

    Pemilihan obat anestetikum lokal

Pertimbangan dalam memilih obat anestetikum lokal :

1.  Dipilih obat anestetikum yang cocok bagi

pasien

2.  Mengetahui kontra indikasi obat

anestetikum lokal

3.  Anamnesis yang akurat meliputi riwayat

alergi/anafilaksi obat anestetikum lokal

Bahan-bahan anestetikum lokal :

A. Golongan Ester

1. Procaine

2. Amethocaine

3. Tetracaine

4. Benzocaine

5.  dll

B. Golongan Amida

1. Lidocaine

2. Prilocaine

3. Bupivacaine

4. Mervacaine

5. Lincocaine

6. Lignocaine

7. dll

Tujuan pemberian vasokonstriktor :

1. Mengurangi perdarahan perifer

2. absorbsi anestetikum menjadi lambat

3. mengurangi resiko reaksi overdosis

4. memperpanjang kerja anestetikum

5. mengurangi dosis anestetikum

Macam-macam vasokonstriktor :

1. Epineprin

2. Norepineprin

3. Isoproterenol

4. Dopamine

5. Hydroxyamphetamine

Golongan Ester dan Amida berbeda dalam

toksisitas, metabolisme, saat mulai dan lamanya

bekerja.

Efektivitas anestetikum lokal tergantung dari :

a.       sifat kimia obat

b.      konsentrasi obat

c.       kecepatan difusi basa bebas dari garam

anestetikum

d. penambahan vasokonstriktor

Syarat-syarat anestetikum lokal yang ideal :

a. mempunyai daya penetrasi yang cukup kuat

b. mempunyai volume dan konsentrasi yang efektif sekecil mungkin

c. tidak menghasilkan reaksi lokal sekunder

d. stabil dalam larutan

e. mudah disterilkan tanpa ada perubahan

f. bebas dari reaksi alergi dan idiosinkrasi

g. mempunyai onset of action yang cepat dan duration of action yang cukup lama

h. mempunyai potensi yang cukup untuk memberikan keadaan anestesi yang sempurna

i. mempunyai toksisitas sistemik yang rendah untuk akhirnya obat akan diabsorbsi

j. tidak menyebabkan kerusakan yang menetap pada struktur saraf

k. tidak mengiritasi jaringan setempat

Bahan-bahan anestetikum lokal di kedokteran gigi

1. Procaine 2% dan 4% dengan epineprin 1:30.000 atau 1: 60.000

2. Monocaine HCl 1-1 1/2% dengan epineprin 1:75.000 atau 1:100.000

3. Kokain

       -  lebih toksis dari procaine

       - tidak dipakai secara injeksi

       -  anestesi topikal konsentrasi tinggi (3-10%) untuk

pasien yang takut jarum suntik

       -  anestesi tekanan (pressure anesthesia) pada

kavitas (anestesi intrapulpal)

4. Etil khlorida

     - semprotan/spray

- insisi abses, eksodonsia gigi decidui yang

luksasi/goyang

 

Epineprin

     adrenalin, adrenin, supranol (glandula suprarenalis)

suprarenin, suprenalin, sintetik L-Suprarenin (sintetis)

    vasokonstriktor dan mempercepat denyut jantung

      stimulan jantung dan hemostatik kontrol perdarahan

perifer

      standar 1:1.000 diaplikasikan langsung ke jaringan yang

perdarahan, tidak boleh lebih dari 1:1.000 nekrosis

dan gangren suplai O2 dan makanan berkurang

     kontra indikasi pada pasien jantung, hipertensi dan

arteriosclerosis, anerisma (penipisan pembuluh darah),

gangguan tiroid, diabetes mellitus, nervous berat

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian

anestetikum :

1. Anamnesis terutama riwayat alergi anestetikum

2. Apabila ada keraguan dalam memilih anestetikum, lakukan skin test pada tangan yaitu injeksi intradermal 0,5 cc. Apakah ada bercak bundar atau tidak

3. Pada pasien yang takut atau gelisah, lakukan premedikasi dengan der. As. Barbiturat (sod. Pentobarbital) yang dilarutkan dalam air 1:3, tahan dalam mulut dan telan. Ini untuk mengurangi trauma psikis dan antidot toksin procaine.

4. Germisida topikal (alkohol 70%) sebagai desinfektan dan anestesi topikal

5. Jarum suntik harus baru, runcing/tajam, steril

6. Mukosa tegang setelah injeksi, jarum jangan diputar-putar karena akan merusak jaringan sekitarnya

7. Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan

8. Harus selalu dilakukan aspirasi sebelum anestetikum disuntikkan.

Komplikasi anestesi lokal

1. Kegagalan anestesi

Penyebab :

- teknik yang salah

- respon purulen dari jaringan

terhadap injeksi

- anestetikum yang buruk

- daya tahan

- anatomi rahang yang menyimpang

Pencegahan :

* pengalaman

* anestesi diulang kembali

  * penguasaan anatomi

2. Rasa sakit

Penyebab :

- jarum tidak lurus, tidak runcing, berkarat

- teknik menyuntik salah

- larutan anestetikum kurang baik

- deponir cepat

Pencegahan :

. jarum stainless steel, tajam, dan lurus

. menguasai teknik menyuntik

. larutan anestetikum yang baik

. deponir perlahan-lahan

3. Ekimosis, Hematom

Penyebab :

- jarum masuk ke pembuluh darah dan mengenai plexus

venosus Pterigoideus untuk menyuntik nervus alveolaris

posterios superior

- Plexus venosus infra orbitalis untuk menyuntik nervus

infra orbitalis

Pencegahan :

. menghindari jarum masuk ke pembuluh darah karena sifat

vaskularisasi

. melakukan aspirasi untuk mengetahui bahwa tidak ada

cairan lain yang masuk selain anestetikum dan jarum tidak

mengenai pembuluh darah

4. Trismus

kesukaran membuka rahang karena

ketegangan

musculus (otot pengunyahan), bisa

diikuti rasa sakit, demam, dan infeksi

Penyebab :

- injeksi ke ramus pterigoideus

mandibularis

- injeksi ke musculus pterigoideus medius

5. Paralisis facialis

Penyebab :

pada injeksi nervus alveolaris inferior, jarum

masuk terlalu ke belakang ramus

ascendens glandula parotis mengenai

nervus facialis, musculus facialis

Pencegahan :

injeksi jangan terlalu ke belakang

Biasanya pulih 3 jam kemudian.

6. Hilangnya sensasi yang berkepanjangan

Penyebab :

- trauma ujung jarum

- nervus terluka

- perdarahan

- infeksi

Pencegahan :

. hindari trauma ujung jarum

. tidak membuat komplikasi

Gejala : bibir bawah baal

Terapi : Massage, termoterapi, neuroterapi, fisio

terapi, bedah

7. Jarum patah

Pencegahan :

- gunakan jarum stainless steel

- jarum disterilkan pra injeksi

- jarum disposable

Terapi :

. jujur pada pasien

. radiografi

. buat catatan kejadian

dan minta saran/konsul ke ahli bedah

8. Infeksi

Pencegahan : bekerja serba steril

Terapi : beri antibiotika

9. Trauma pada bibir

Penyebab :

- pasca anestesi rahang bawah, pasien

menggigit-gigit bibir bawah

- res thermal seperti minum yang panas sekali,

merokok sehingga menimbulkan ulkus pada

bibir

10. Gangguan visual

unilateral atau bilateral/komplit

kejulingan dan kebutaan sementara

Penyebab :

- injeksi maxilla yang komplikasi

- intra arteri dimana injeksi mengenai nervus

opticus atau otot motorik mata.

Pencegahan :

bekerja hati-hati

biasanya pulih setelah 3 jam

11. Sinkop serebral anemi

Tanda : pucat, pusing, penglihatan gelap,

keringat dingin, denyut nadi kecil

Pertolongan :

pasien diletakkan dengan kepala

direndahkan (posisi Trandelenburg)

12. Efek toksis

Ringan : nausea, vomitus, denyut nadi

cepat, dispnoe

Berat : kejang, depresi jantung, serebral anemi,

pingsan, tremor, spasmus, dll.

13. Alergi : urtikaria, sesak napas, pucat, nadi

lemah, syok

14. Xerostomia

takut, anestesi nervus lingualis melewati

kelenjar saliva

15. Dysphagia dan gagging

Anestesi palatum (n. palatinus anterior)

terlalu ke posterior otot-otot faring

 

N

anestesi blok

a

b d

anestesi infiltrasi

C1

C2 C3