Post on 30-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan kasus ini akan membahas pasien perempuan usia 35 tahun dengan diagnosis
soft tissue pada metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan eksisi dengan rencana
anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.
A. Identitas Pasien
No. Catatan Medik : 38-51-15
Nama : Ny. TF
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Alamat : Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS : 6 Mei 2012
Tanggal pemeriksaan : 7 Mei 2012
B. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 7 Mei 2012
Keluhan Utama : Benjolan.
Keluhan Tambahan : Nyeri yang menjalar dari telapak tangan kiri hingga bahu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 6 Mei 2012, pasien datang ke Poli Bedah RSPAD dengan keluhan
utama benjolan. Benjolan terdapat di telapak tangan sebelah kiri yang terjadi sejak
kurang lebih 3 tahun yang lalu. Awalnya benjolan hanya sebesar biji kacang hijau lalu
lama kelamaan membesar hingga sebesar kelereng. Jika benjolan dipegang terasa
kenyal. Selain itu pasien juga merasakan nyeri pada benjolan tersebut yang menjalar
hingga bahu dan bersifat hilang timbul, nyeri terutama dirasakan saat pasien
beraktifitas dengan menggunakan tangan kiri dan berkurang saat beristirahat.
Saat ini pasien tidak ada keluhan pusing, mual, muntah, demam, batuk, pilek, gigi
goyang, pemakaian gigi palsu, konsumsi obat-obat.
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 1
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Jantung : Tidak ada
Penyakit Paru : Tidak ada
Penyakit Asma : Tidak ada
Penyakit Hipertensi : Sejak 3 tahun yang lalu
Penyakit Diabetes Mellitus : Tidak ada
Alergi obat-obatan dan makanan : Tidak ada
Riwayat operasi dan anestesi : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Jantung : Tidak ada
Penyakit Paru : Tidak ada
Penyakit Asma : Tidak ada
Penyakit Hipertensi : Tidak ada
Riwayat kebiasaan
Merokok : Tidak ada
Minum alkohol : Tidak ada
Narkotik : Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik ( 7 Mei 2012 )
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 154cm
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan darah : 140/90
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36.5C
Status Generalis
1. Kepala : Normochepal
2. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor reflek
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 2
cahaya langsung +/+ normal, diameter pupil ± 3mm, reflek
cahaya tidak langsung +/+ normal
3. Hidung : Tidak ada deviasi septum, discharge -/-,, napas cuping hidung
tidak ada, sekret tidak ada, perdarahan tidak ada
4. Mulut dan gigi : Oral hygiene baik, bibir tidak kering, Mallampati 1
5. Telinga : Normotia, liang telinga lapang +/+ normal, Serumen tidak
ada, perdarahan tidak ada, membran timpani utuh.
6. Leher : Trakea tidak deviasi, KGB dan tiroid tidak membesar
7. Thoraks : Paru
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kanan-kiri kesan tak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop
(-)
8. Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah Suprapubik,
hepar , lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen
9. Ekstremitas : Superior – Inferior : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Cappilary Refill Test < 2”
10. Ruas Tulang belakang : Bentuk, postur dan gerakan dalam batas normal.
Status Lokalis
Tampak massa pada telapak tangan kanan sebesar kelereng, warna sama
dengan kulit, dan saat diraba teraba massa pada telapak tangan sebelah kiri, ukuran
2x1,5x1 cm, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, dan nyeri tekan.
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 3
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin :
o Hemoglobin : 12,7 mg/dl (12-16 mg/dl)
o Hematokrit : 40 mg/dl (37-47%)
o Eritrosit : 4.7 juta/uL(4.3-6.0 juta/uL)
o Leukosit : 7000 /uL (4800-10800/uL)
o Trombosit : 368.000 /uL (150.000-400.000/uL)
o MCV : 86 fl (80-96 fl)
o MCH : 27 pg (27-32 pg)
o MCHC : 32 mg/dl (32-36 g/dL)
o Masa Perdarahan : 1 menit 30 detik (1-3 menit)
o Masa Pembekuan : 4 menit (1-6 menit)
Kimia
o Protein total : 6.3 g/dl (6-8.5 g/dl)
o Albumin : 4.8 g/dl (3.5-5 g/dl)
o Globulin : 1.5 g/dl (2.5-3.5 g/dl)
o SGPT (ALT) : 10 mg/dl (<40 mg/dl)
o SGOT (AST) : 19 mg/dl (<35 mg/dl)
o Ureum : 25 mg/dl (20-50 mg/dl)
o Creatinin : 1.2 mg/dl (0.5-1.5 mg/dl)
o Asam urat : 6.2 mg/dl (3.5-7.5 mg/dl)
o Natrium : 137 mEq/L (135-145 mEq/L)
o Kalium : 4.4 mEq/L (3.5-5.3 mEq/L)
o Klorida : 101 mEq/L (97-107 mEq/L)
o Glukosa Puasa : 95 mg/dl (90 - 100 mg/dl)
o Glukosa 2 jam pp : 132 mg/dl (<140 mg/dL)
2. EKG : Dalam batas Normal
3. Foto Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal. Aorta tidak
membesar, mediastinum superior tidak melebar, kedua hilus tidak menebal, tidak
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 4
tampak infiltrat dikedua lapangan paru, kedua sinus kostofrenikus lancip, dan
tulang-tulang intact.
E. Diagnosis
Soft tissue pada metacarpal sinistra
F. Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA
ASA II dengan hipertensi grade I terkontrol
G. RencanaPembedahan
Eksisi
H. Rencana Anestesi
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka
I. Kesimpulan
Pasien, seorang perempuan usia 35 tahun dengan diagnosis soft tissue pada
metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan eksisi dengan rencana anestesi umum
inhalasi dengan sungkup muka.
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 5
BAB II
LAPORAN OPERASI
I. PERSIAPAN PASIEN
Diruang perawatan (7 Mei 2012)
a. Informed consent bertujuan untuk memberitahu kepada pasien tindakan medis apa
yang akan dilakukan kepada pasien, bagaimana pelaksanaannya, kemungkinan,
hasilnya, dan resiko tindakan yang akan dilakukan.
b. Surat persetujuan yang telah ditandatangani oleh pasien atau keluarga. : merupakan
bukti tertulis dari pasien atau keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan
tindakan medis yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.
c. Pasien dipuasakan sejak pukul 05.00 WIB tanggal 8 Mei 2012, tujuannya untuk
memastikan bahwa lambung pasien telah kosong sebelum pembedahan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya muntah dan aspirasi isi lambung yang akan
membahayakan pasien.
d. Bila ada gigi palsu sebaiknya dilepaskan agar tidak mengganggu kelancaran proses
intubasi (bila kemungkinan akan dilakukan anestesi umum dengan ETT nafas kendali
jika anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka gagal). Dan bila ada perhiasan
seperti cincin sebaiknya diberikan kepada keluarga pasien.
Diruang Persiapan (8 Mei 2012)
a. Identifikasi pasien
Pendataan kembali identitas pasien di kamar operasi dengan melakukan anamnesa
singkat yang meliputi berat badan, umur, riwayat penyakit, riwayat kebiasaan dan lain
sebagainya.
b. Pasien masuk kamar persiapan dengan memakai baju yang telah dipersiapkan
c. Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 6
x/menit, Suhu = 36.0C, RR = 18 x/menit.
d. Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan dimeja operasi kemudian dilakukan
pemasangan EKG, manset dan kanulasi tepi untuk infus.
e. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
II. PERSIAPAN ALAT
Alat Anestesi Umum Inhalasi dengan Sungkup Muka
1. Sepasang sarung tangan
Gambar 1. Sarung tangan
(Dikutip dari:
http://www.alibaba.com/product-tp/114738498/Natural_Latex_Examination_Glo
ves_For_Surgery.html)
2. Mesin Anestesi
Gambar 2. Mesin dan Monitor Anestesi
(Dikutip dari : www.gmpol.com/AnesthesiMachines)
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 7
-Komponen I : sumber gas, flowmeter dan vaporizer
-Komponen II : sirkuit napas / system ventilasi yaitu open , semi open , semiclose
-Komponen III alat penghubung sistem ventilasi dengan pasien yaitu sungkup muka
dan pipa ombak
3. Elektrokardiografi ( EKG )
4. Sfigmomanometer digital
5. Oksimeter/saturasi
6. Suction
7. Guedel
8. Sungkup muka ( face mask )
Gambar 3. Sungkup muka
( Dikutip dari:www.gmpol.com/facemask )
9. Balon pernafasan
10. Infus set dan cairan infus
Gambar 4. Infus set
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 8
( Dikutip dari :www.suntikputihdanpelangsing.com)
11. Plester
Alat Anestesi Umum
Alat-alat anestesi umum dipersiapkan bila anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka
tidak berhasil dilakukan.
1. Mesin anestesi 11. Plester/Tape: Hypafix
2. Monitor EKG 12. Mandrin
3. Sphygmomanometer 13. Magill
4. Pulse Oxymetri 14. Spuit 20cc
5. Laringoskop 15. Suction
6. Stetoskop 16. Lubricating Gel
7. Endotracheal Tube 3 ukuran,
yaitu No. 6.5; 7; 7.5
8. Face Mask Adult
9. Pipa Y-piece
10. Oropharyngeal Airway
Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 9
III. PERSIAPAN OBAT
1. Anestesi Umum : Fortanes (dalam sediaan 5mg/5ml)
Phetidin (
Propofol (dalam sediaan 200mg/20ml)
2. Maintanance (rumatan) :
- Sevoflurane
- N2O
- Oksigen
3. Obat Emergensi : Sulfas Atropin (dalam sediaan 0.25mg/ml)
Epinephrine (dalam sediaan 1mg/ml)
Ephedrine (dalam sediaan 50mg/ml dilarutkan dalam 10 ml NaCl
menjadi 5mg/ml)
Prostigmin (dalam sediaan 0.5mg/ml)
Aminophylline (dalam sediaan 240mg/10ml)
4. Obat –obat lainnya : Adona (dalam sediaan 50mg/10ml)
As.tranexsamid (dalam sediaan 50mg/5ml)
Ethiferan (dalam sediaan 10mg/2ml)
Ondansentron (dalam sediaan 4mg/2ml)
Kalmethasone (dalam sediaan 4mg/ml)
Dolgesik (dalam sediaan 100/2ml)
Lidocain (dalam sediaan 40mg/2ml)
IV. PELAKSANAAN ANESTESI
1. Pukul 13.15
Pasien dibaringkan di atas meja operasi
Memasang infuse RL 500 ml
Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse
Mengukur TD : 110/80 mmHg, nadi : 80 x/menit
2. Pukul 13.20
Pemberian Premedikasi Fortanes 2mg, phetidin 60mg
Induksi dengan profol 120 mg
Setelah itu diberikan Sevoflurane. Konsentrasi Sevoflurane mula-mula
tinggi 5 vol % agar anestesinya dalam sehingga pasien tertidur .
Setelah anestesi cukup dalam, dilakukan pemeliharaan anestesi dengan
pemberian sevoflurane 2,5 vol % dengan perbandingan N2O : O2 = 2 :
2 liter/mnt
3. Pukul 13.25
Operasi dimulai
4. Pengawasan Anestesi
Anestesi diberikan pada pukul 13.20 – 14.10. Operasi dimulai pada pukul 13.25 dan selesai
pukul 14.05.
PUKULPUKUL TEKANAN DARAHTEKANAN DARAH NADINADI KETERANGANKETERANGAN
13.15 110/80 mmHg 80x/menit IVFD RL 500 cc
13.20 110/80 mmHg 82x/menitFortanes 2mg, phetidin 60 mg,
propofol 120 mg
13.30 112/80 mmHg 76x/menit
13.45 130/80 mmHg 70x/menitEthiferan 8 mg, dan tramadol
100 mg
13.55 120/80 mmHg 80x/menit Ceftriaxone 1 gr
14.00 120/80 mmHg 80x/menit
14.05 118/79 mmHg 89x / menit Operasi selesai
5. Pukul 14.05
Operasi selesai
6. Pukul 14.10
Anestesi dihentikan, nadi 89 x/menit, TD 118/79 mmHg, SpO2 99 %
Setelah pasien dapat dibangunkan dan diberi oksigen murni pasien dibawa ke
recovery room.
Kebutuhan Cairan
Berat badan pasien = 60 kg
Lama Puasa = 8 jam
Maintenance = 2ml /kgBB
2ml x 60 kg = 120 ml
Pengganti Puasa = (lamanya puasa)8 jam x maintenance
8 jam x 120 cc = 960 ml
Operasi = (berat-ringan operasi)4ml x (bb)60 kg = 240 ml
Jam I = 50% x 960 cc +120 cc+ 240 cc = 840ml
Jam II = 25% x 960cc +120 cc+ 240 cc = 600ml
Cairan yang diberikan selama operasi :
RL I 500 ml
Cairan yang keluar selama operasi:
Urin = minimal
Perdarahan = 50 ml
Instruksi Pasca Bedah
Awasi tekanan darah , nadi, suhu, dan pernafasan
Pasien diperbolehkan makan
Post Anestesi
Tekanan darah pasien setelah operasi adalah nadi 89 x/menit, TD 118/79 mmHg, SpO2 98
%. Kemudian pasien dibawa keruang pemulihan dan dilakukan penilaian terhadap fungsi
vital.
PUKULPUKUL TEKANAN DARAHTEKANAN DARAH NADINADI
14.20 118/79 89
14.30 111/70 77
Penilaian pulih sadar di ruang pulih sadar dengan menggunakan Aldrette Score sebagai
berikut :
- Kesadaran : Mampu berorientasi dengan baik (2)
- Pernafasan : Adekuat (2)
- Tekanan darah : Menyimpang 20 mmhg dari normal (2)
- Aktivitas : 2 ekstermitas yang dapat digerakan (1)
- Warna kulit : Merah (2)
Total score = 9 , pasien diperbolehkan pindah keruang perawatan.
Prognosa
Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi umum inhalasi adalah anestesi dengan menggunakan gas atau cairan
anestetika yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui udara
pernapasan.Zat anestika yang dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan
konsentrasi zat anestetika tersebut tergantung dari tekanan parsialnya.Tekanan parsial dalam
jaringan otak menentukan daya anesthesia.Zat anestetika disebut kuat apabila dengan tekanan
parsial rendah sudah mampu member anestesia yang adekuat.1
Sungkup muka ( Face Mask ) mengantarkan udara atau gas anastesi dari alat
resusitasi atau system anestesi ke dalam jalan nafas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian
rupa sehingga ketika digunakan untuk bernafas spontan atau dengan tekanan positif tidak
bocor dan gas masuk ke semua trakea lewat mulut atau hidung. Bentuk sungkup sangat
beragam tergantung usia danpembuatnya, ukuran 0,3 biasanya digunakan untuk bayi baru
lahir, 0,2, 0,1 dan 1 digunakan pada anak-anak kecil, pada anak-anak yang besar biasanya
ukuran 2 atau 3, pada orang dewasa memakai ukuran 4 atau 5. Biasanya sebagian sungkup
muka dari bahan transparan agar udara ekspirasi kelihatan ( berembun ) dan bila terdapat
muntahan atau bibir terjepit dapat terlihat.2
Indikasi untuk anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka yaitu :3
- Untuk tindakan yang singkat (0,5 – 1 jam)
- Keadaan uum pasien cukup baik ( ASA I atau II )
- Lambung harus kosong
Kontra indikasi anastesi umuminhalasi dengan sungkup muka adalah :
- Operasi – operasi pada daerah muka dan kepala.
- Adanya manipulasi kepala.
Sejarah Anestesi Inhalasi
Kloroform, eter, dinitrogen oksida, dan etil klorida digunakan selama akhir abad 19.
Mereka diikuti pada tahun 1930 dan 1940 oleh etilen, siklopropan, trikloroetilen, isopropenil
vinil eter, dan lain-lain sampai halotan ditemukan pada 1951 dan diperkenalkan pada praktek
klinik pada 1956. Setelah itu, metoksifluran muncul pada awal tahun ’60-an, diikuti enfluran
dan isofluran pada tahun ‘70-an. Metoksifluran ditarik dari pasaran dalam satu dekade karena
berpotensi nefrotoksik. Dua anestesi inhalasi disintesis pada tahun ’70-an tetapi digunakan
pada awal tahun ‘90-an. Yang pertama, sevofluran, diperkenalkan di Jepang pada tahun 1990.
yang kedua, desfluran digunakan di Amerika pada tahun1992. Zat anestesi inhalasi yang
paling sering digunakan adalah dinitrogen oksida, isofluran, dan dua anestesi inhalasi yang
baru saja diperkenalkan sevofluran dan desfluran.
Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri dalam
farmakologi modern.Pemberian anestetik inhalasi melalui pernapasan menuju organ sasaran
yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia anestesiologi.
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik
ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Obat-obat lain
ditinggalkan, karena efek sampingnya yang tidak dikehendaki misalnya:
1. Eter : kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual-muntah,
kerusakan hepar, baunya merangsang.
2. Kloroform : aritmia, kerusakan hepar.
3. Etil-klorida : kebakaran, peledakan, depresi jantung, indeks terapi sempit, dirusak
kapur soda.
4. Triklor-etilen : dirusak kapur soda, bradi-aritmia, mutagenic
5. Metoksifluran : toksis terhadap ginjal, kerusakan hepar, dan kebakaran.
Farmakokinetik Anestesi Inhalasi
Farmakokinetik anestesi inhalasi mendeskripsikan ambilan, distribusi, metabolisme
dan eliminisasi.
Ambilan dan Distribusi Anestesi Inhalasi
Rangkaian gradien tekanan parsial, mulai pada vaporizer mesin anestesi, selanjutnya
sirkuit nafas anestesi inhalasi, pohon alveolus, darah, dan jaringan akan memastikan gerakan
udara ke depan. Sasaran utama gerakan ini adalah untuk mencapai tekanan parsial seimbang
di seluruh barier jaringan tubuh. Tekanan parsial alveolar menentukan tekanan parsial
anestesi di seluruh jaringan tubuh akhirnya, mereka semua akan menyeimbangkan tekanan
parsial alveolar udara.
Ambilan alveolus atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:
1. Ambilan oleh paru.
2. Difusi gas dari paru ke darah.
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan
ambilan alveolus. Dalam praktek kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang
penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya.Induksi dan pemulihan
berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada zat yang larut.
Kadar alveolus minimal (KAM) atau MAC (minimum alveolar concentration) ialah
kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk
mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya
immobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai KAM.
Dalam keadaan seimbang, tekanan parsiel zat anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan
zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.
Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh:
1. Konsentrasi inspirasi.
Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka ambilan
paru berhenti dan konsentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli. Hal ini dalam
praktek tak pernah terjadi.Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin tinggi,
asalkan tak terjadi depresi napas atau kejang laring.Induksi makin cepat jika disertai
oleh N2O (efek gas kedua).
2. Ventilasi alveolar.
Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan sebaliknya.
3. Koefisien darah/gas.
Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah konsentrasi
dalam alveoli dan sebaliknya.
4. Curah jantung atau aliran darah paru.
Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah.
5. Hubungan ventilasi-perfusi.
Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestetik.
Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang sebenarnya, karena
sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar
sebelum mencapai pernapasan.
Cara Pemberian Anestesi Inhalasi
Open drop method
Cara ini dipakai untuk anestetik yang menguap, peralatan yang digunakan
sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik diteteskan pada kapas dan diletakkan di
depan hidung penderita sehingga kadar zat anestetik yang dihisap tidak diketahui.
Pemakaiannya boros karena zat anestetik menguap ke udara terbuka.
Semi open drop method
Cara ini hampir sama dengan open drop method, hanya untuk mengurangi
terbuangnya zat anestetik digunakan masker, karbondioksida yang dikeluarkan
sering terhisap kembali sehingga menyebabkan hipoksia. Untuk menghindari hal
ini dialirkan oksigen melalui pipa yang ditempatkan dibawah masker.
Semi closed method
Udara yang dihisap diberikan bersama dengan oksigen murni yang dapat
ditentukan kadarnya, kemudian dilewatkan pada vaporizer sehingga zat anestetik
dapat ditentukan. Sesudah dihisap penderita, udara napas yang dikeluarkan akan
dibuang ke udara. Keuntungan cara pemberian ini adalah dalam anestesi dapat
diatur dengan memberikan kadar tertentu dari zat anestetik, dan hipoksia dapat
dihindari dengan pemberian O2.
Closed method
Cara ini hampir sama dengan semi closed method, hanya udara ekspirasi dialirkan
melalui NaOH yang dapat mengikat CO2, sehingga udara yang mengandung zat
anestetik dapat digunakan lagi. Cara ini lebih hemat, aman, dan lebih mudah,
tetapi harga alatnya cukup mahal.
OBAT ANESTESI INHALASI1, 4, 5
a. Dinitrogen Oksida ( N2O )
N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif, tidak
berasa, beratnya 1,5 kali dari udara, tidak mudah terbakar/meledak, dan tidak
bereaksi dengan soda limeabsorber (pengikat CO2). Gas ini bersifat anestetik
lemah tetapi analgesinya kuat. Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai
dalam kombinasi N2O : O2 yaitu 60% ; 40%, 70% ; 30, dan 50% : 50%. Dosis
untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% :
80%, untuk induksi 80% : 20% dan pemeliharaan 70% ; 30%. N2O sangat
berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotorak, pneumomediastinum,
obstruksi, emboli udara, dan timpanoplasti. Pada akhir anestesi setelah N2O
dihentikan, maka N2O akan cep;at keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindarinya kita
harus memberikan O2 100% selama 5-10 menit.
b. Halotan.
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap,
tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah
diuraikan cahaya.Halotan berkekuatan anestetik 4 – 5 kali eter atau 2 kali
kloroform.Keuntungan penggunaannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak
mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap
syok, jarang menyebabkan mual muntah. Kerugiannya adalah sangat poten,
relatif mudah terjadi overdosis, harus dikombinasi dengan obat analgesi dan
relaksani, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan TIK, menggigil
pasca anestesi, dan sirkulasi yang menyebabkan kematian. Dosis induksi 2 –
4% dan pemeliharaan 0,5 – 2%.
c. Etil Klorida.
Merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah
terbakar . Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat
hilang,.mudah menguap, dan mudah terbakar.
d. Eter (dietil eter).
Merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas, mengiritasi
saluran napas, mudah terbakar/meledak. Tidak bereaksi dengan sida lime
absorber dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter dapat digunakan
dengan berbagai metode anestesi.Dosis induksi 10 – 20% volume uap eter
dalam oksigen atau campuran oksigen dan N2O.Dosis pemeliharaan stadium
III 5 15%volume uap eter.
e. Isoflurane (forane).
20oC dan mendidih pada 56,5oC.Dalam hal ini sevofluran serupa dengan
anestetik volatil lainnya dan diberikan melalui vaporisator standar.Sevofluran
kurang bersifat iritan terhadap saluran pernapasan bagian atas dibanding
desfluran, pada induksi menyebabkan lebih sedikit batuk dan laringospasme.
Setelah 30 menit, rasio konsentrasi alveolar terhadap konsentrasi yang
diinspirasi adalah 0,85, dibandingkan dengan 0,99 untuk oksida nitrosa dan
0,73 untuk isofluran. Kelarutan sevofluran jaringan yang rendah (koefisien
partisi lemak/darah,53,4) menimbulkan eliminasi dan keadaan terjaga yang
cepat. Depresi ventilasi mencerminkan efek depresi langsung terhadap pusat
ventilasi meduler dan kemungkinan efek perifer terhadap fungsi otot
interkosta.Relaksasi otot polos bronkus dapat ditimbulkan melalui efek
langsung atau tidak langsung melalui penurunan lalu lintas saraf aferen atau
depresi medularis sentral dari refleks bronkokonstriksi.
Kontraindikasi : Isofluran (floran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada
dosis anestetik atau subanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap
oksigen, tetapi meninggikan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial.Peninggian aliran darah otak dan tekanan intrakranial ini dapat
dikurangi dengan teknik anestesia hiperventilasi, sehingga isofluran banyak
digunakan untuk bedah otak.
Keuntungan penggunaannya adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang
oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih cepat.Isofluran dangan konsentrasi
> 1 % terhadap uterus hamil menyebabkan relaksasi kurang responsif jika
diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat menyebabkan pendarahan pasca
persalinan.Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika
menggunakan isofluran.Dikontraindikasikan pada hipovolemik berat.
Dosis induksi 3 – 3,5% dalam O2 atau kombinasi N2O : O2 .
Dosis rumatan 0,5 – 3%.
f. Sevofluran.
Sevoflurane (ultane) merupakan halogenasi eter.Induksi dan pulih dari
anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran.Baunya tidak menyengat
dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi
inhalasi disamping halotan.Mempunyai tekanan uap sekitar 162 mmHg pada
1. Pasien dengan lesi katup aorta atau mitral stenotik mentolerir dengan
buruk perubahan tekanan darah dan tahanan vaskular sistemik.
2. Konsentrasi alveolar minimum (MAC) tertinggi pada 6 bulan pertama
kehidupan dan sedikit lebih rendah pada neonatus.
3. Sevofluran melintasi sawar plasenta, dan derajat depresi janin dan
neonatus (hipotensi, hipoksia, asidosis) berbanding langsung dengan
dalam dan lamanya anestesia ibu.
4. Penggunaannya merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gangguan
kejang dan kerentanan genetic yang dicurigai terhadap hipertermia
maligna.
Efek Samping Utama
Kardiovaskuler: hipotensi, aritmia
Pulmoner: depresi pernafasan, apne
SSP: pusing, euforia, peningkatan aliran darah otak dan tekanan intracranial
GI/Hati: mual, muntah, ileus
GU: gangguan fungsi ginjal
Metabolik: hipertermia maligna
g. Enfluran (2 kloro-1,1,2-trifluoroethyl ether).
Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap,
tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan sodalime.Penggunaan enfluran
relative jarang karena efeknya terhadap ginjal dan hati.Efek depresi napas
lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif disbanding
halotan.Depresi terhadap sirkulasi lebih kuat dibanding halotan, tetapi lebih
jarang menimbulkan aritma.Efek relaksasi terhadap otot lurik lebih baik
dibanding halotan. Dosis induksi 2 – 4,5% dikombinasi dengan O2 atau
campuran N2O : O2 . Dosis rumatan 0,5 – 3%.
h. Desfluran
Desfluran (suprane) merupakan halogensi eter dengan rumus bangun dan efek
klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan
anestetik volatil lain, sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6).
Titik didihnya mendekati suhu ruangan (23,5’C). Potensinya rendah (MAC 6,0
%). Ia bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi. Efek
depresi napasnya seperti isofluran dan etran.Desfluran merangsang jalan napas
atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesia.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini, pasien dengan Pasien, seorang perempuan usia 35 tahun dengan
diagnosis soft tissue pada metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan eksisi dengan
rencana anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapat,
pasien ini dapat digolongkan dalam ASA II karena pasien memiliki riwayat hipertensi
terkontrol sejak 3 tahun yang lalu.
Sebelum tindakan operasi, dilakukan persiapan pra anestesi 1-2 hari sebelum operasi
dilaksanakan. Tujuan dilakukannya persiapan pra anestesi adalah :
1. Untuk mempersiapkan mental dan fisis pasien secara optimal
2. Merencanakan dan memilih tehnik dan obat-obat anestetik yang sesuai
3. Menentukan klasifikasi yang sesuai (berdasarkan klasifikasi ASA)
Rencana anestesi pada pasien ini adalah anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.
Analgesia inhalasi ialah anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah
menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui udara pernapasan. Alasan pemilihan
tehnik anestesi berdasarkan indikasi sebagai berikut:
- Durasioperasinya relative singkat dan faktor resikonya lebih rendah
- Pada pemeriksaan fisik dan penunjang diketahui bahwa keadaan umum pasien cukup
baik (ASA II)
- Lambung dalam keadaan kosong karena pasien dipuasakan sejak pukul 05.00 WIB
- Daerah yang akan dioperasi bukan pada daerah muka dan kepala
Tehnik anestesi umum inhalasi napas spontan dengan sungkup muka
1. Pasien dibaringkan di atas meja operasi, kemudian dipasang monitor EKG dan manset
sfigmomanometer. Lalu kita lakukan pemeriksaan tanda vital dan pemasangan infuse RL.
Pemilihan infus RL ini dikarenakan agar pasien tidak kekurangan glukosa sehabis puasa.
2. Kemudian premedikasi diberikan fortanes 2mg sebagai obat penenang. Masukkan obat
analgetik Pethidin 60 mg yang berguna untuk menghilangkan rasa nyeri dan sakit pada
saat pembedahan dan nyeri pasca pembedahan.
3. Kemudian induksi secara inhalasi dikerjakan dengan pemberian sevoflurane dengan
konsentrasi mula – mula 5vol %. Setelah pasien tertidur serta reflek bulu mata hilang,
sungkup muka ditempatkan pada muka, dagu ditahan atau sedikit ditarik ke belakang
( posisi kepala ekstensi ), angulus mandibula ditarik ke atas agar jalan nafas bebas tidak
bocor. Jari kelingking diramus mandibula, jari telunjuk merapatkan sungkup muka
dengan dagu, sedangkan jempol merapatkan sungkup ke bagian hidung. Sehingga jari I
danII membentuk huruf C. dan jari ke III-V membentuk huruf E.
Sementara tangan kiri operator memegang sungkup muka, tangan kanan sekali – sekali
memompa balon pernafasan untuk membantu pernafasan pasien ( menekan balon sedikit
pada saat pasien inspirasi sesuai dengan tidal volume pasien).
4. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda mata (bola mata menetap), nadi tidak cepat
dan terhadap rangsang operasi tidak banyak berubah. Jika stadium anestesi sudah cukup
dalam, rahang sudah lemas, masukkan pipa orofaring (guedel) kedalam mulut untuk
menjaga lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menyebabkan obstruksi jalan
nafas. Mata pasien di plester agar mata pasien tidak terbuka dan kornea tidak menjadi
kering. Sungkup di pasangkan kembali dan di pegang sampai anestesi selesai.
5. Lalu masukkan profol 120mg sebagai induksi.
6. Selama operasi tanda-tanda vital dan kembang kempis balon harus tetap dipantau untuk
menghindari hal-hal yang tidak diiinginkan selama anestesi
7. Selama operasi, maintenance sevoflurane 2,5 vol%. N2O: O2= 2:2
8. Saat menjelang berakhirnya operasi ( penjahitan kutis ) sevoflurane dikurangi menjadi
0,5 – 1 vol % dan dihentikan beberapa menit sebelum operasi selesai.
9. Setelah operasi selesai sevoflurane dihentikan, pasien diberikan O2 murni selama
beberapa menit untuk mencegah hipoksia difusi.
10. Pada saat pasien sudah berada di Recovery Room oksigenasi dengan O2 tetap diberikan,
kemudian dilakukan fungsi vital menurut Aldrette Score:
- Kesadaran : Compos mentis, dapat dibangunkan.
- Pernafasan : Spontan, pasien dapat nafas dalam
- Tekanan Darah : 111/70mmHg
- Nadi : 70x/menit.
-Saturasi O2 : 99%.
Penilaian pulih sadar dengan Aldrete’s Score
Nilai 2 1 0
Kesadaran Sadar, orientasi
Baik
Dapat
dibangunkan
Tdk dapat
Dibangunkan
Warna Kulit
Merah muda,
tanpa oksigenasi,
Sa O2> 92%
Pucat/kehitaman,
perlu oksigenasi,
Sa O2> 90%
Sianosis, dengan
oksigenasi,
Saturasi O2
tetap < 90%
Aktivitas 4 ekstremitas
dapat digerakkan
Hanya 2
ekstremitas yang
dapat digerakkan
Tdk ada
ekstremitas yang
dapat digerakkan
Respirasi Dapat bernafas
dalam & batuk
Napas dangkal
dan sesak Apnoe / obstruksi
Tekanan
darah
Perubahan
tekanan
darah < 20%
Perubahan
tekanan
darah 20 – 30%
Perubahan
tekanan
darah > 50%
.
Pada pasien ini :
- Kesadaran : 2
- Pernafasan : 2
- Tekanan darah : 2
- Aktivitas : 1
- Warna kulit : 2
- Jumlah nilai pulih sadar : 9
Kesimpulan : Pasien diperbolehkan pindah keruang perawatan.
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien dengan Pasien, seorang perempuan usia 35 tahun
dengan diagnosis soft tissue pada metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan
eksisi dengan rencana anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.
Durasinya operasinya relative singkat (kurang dari 1 jam) dan faktor resikonya
lebih rendah
Keadaan umum pasien baik (ASA II)
Lambung dalam keadaan kosong karena pasien dipuasakan sejak pukul 05.00
WIB
Daerah yang akan dioperasi bukan pada daerah muka dan kepala
Selama anestesi dan operasi barlangsungtidak didapati kendali/masalah. Dan
Setelah operasi berhasil pasien segera dipindahkan ke ruang pulih sadar. Dan berdasarkan
kriteria skala pulih sadar yang dinilai pada pasien ini, didapatkan penilaian pulih sadar
dengan nilai 9, yang bermakna pasien dapat dipindahkan ke dalam ruang perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku G, Senapathi TGA, dalam Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi,
Indeks, Jakarta, 2010.
2. Ronald D. Miller, Miller’s Anesthesia, Seventh edition.
3. Mansjoer A. Suprohaita, Wardhani WI. Et all (editor), Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid 2, edisi 3, 2001 : Media Aesculapius – FK UI
4. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi
kedua, 2002, Jakarta : Bagian Anestesiologi dan terapi intensif FK UI
5. Muhiman M. Thaib MR, Sunatrio S. et all (editor), Anestesiologi, 1989, Jakarta :
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI