Post on 24-Jul-2015
1. Analisis penegakan diagnosisa Anamnesis
Dalam anamnesis, yang pertama kita tanya adalah identitas seperti nama, usia,
alamat, pekerjaan, status perkawinan, yang mana semua yang tersebut tadi dapat menjadi
faktor resiko dari penyakit yang diderita. Dari anamnesis dapat pula diketahui keluhan
yang dirasakan oleh pasien, sehingga dapat membantu kita dalam menegakkan diagnosis
penyakitnya. Selain itu, dapat pula kita tanyakan riwayat penyakit dahulunya, riwayat
penyakit keluarganya, keadaan dan kebiasaan pasien.
Pada kasus ini anamnesis yang dilakukan kurang lengkap. Tidak ada faktor resiko
yang mengarah ke sebuah penyakit. Selain itu riwayat penyakit sekarang dan penyakit
keluarga tidak tergali dengan baik.
b Pemeriksaan Fisik
Purnomo dalam buku Dasar-dasar Urologi tahun 2011 menyebutkan pemeriksaan
fisik pada pasien yang dicurigai menderita penyakit pada saluran kemih meliputi
pemeriksaan tentang keadaan umum pasien dan pemeriksaan urologi. Pada pemeriksaan
fisik, yang perlu kita lakukan adalah menilai secara keseluruhan. Mulai dari keadaan
umum pasien, tingkat kesadaran, serta tanda-tanda vital (tekanan darah, pernapasan, nadi,
respirasi, suhu).
Pemeriksaan vital sign yang dilakukan pada kasus ini menunjukkan hasil normal
kecuali untuk tekanan nadi sebesar 104kali/menit. Namun tidak dilakukan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui fungsi ginjal, meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi maupun
palpasi pada daerah ginjal dan saluran kemih.
c Pemeriksaan Penunjang
Effendi et all dalam buku Ilmu Penyakit Dalam tahun 2009 menjelaskan bahwa
untuk membantu proses penegakkan diagnosis penyakit saluran kemih, perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium seperti :
- Pemeriksaan sedimen urin: untuk mengetahui adanya leukosituria, hematuria, dan
dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
- Pemeriksaan kultur urin: mengetahui adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
- Pemeriksaan urinalisis & darah rutin: pemeriksaan kadar elektrolit seperti kadar
kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat dalam urin maupun darah.
Purnomo dalam buku Dasar-dasar Urologi menerangkan bahwa selain
pemeriksaan laboratorium, dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti :
- Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak
pada saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-
opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat
bersifat non-opak (radio-lusen). Untuk urutan radiopasitas batu saluran kemih sebagai
berikut :
Jenis Batu Radiopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non-opak
- Pemeriksaan Pielografi-Intravena (PIV)
Tujuan pemeriksaan PIV adalah untuk mengetahui dan menilai anatomi dan
fungsi ginjal, mendeteksi adanya batu semi opak maupun batu non-opak yang tidak
dapat terlihat pada foto polos perut. Untuk pelaksanaan PIV ini menggunakan bahan
kontras radio-opak.
- Ultrasonografi (USG)
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah menangkap gelombang bunyi ultra yang
dipantulkan oleh organ-organ atau jaringan yang berbeda kepadatannya. Pemeriksaan
ini dapat digunakan untuk membedakan massa padat (hiperekoik) dengan massa
kistus (hipoekoik). Fungsi USG berbeda tiap tempat. Berikut ini akan dijabarkan :
Pemeriksaan pada ginjal
a. Untuk mendeteksi keberadaan & keadaan ginjal (adanya hidronefrosis,
kista massa atau pengkerutan ginjal).
b. Sebagai penuntun saat pungsi ginjal atau nefrostomi perkutan
dilakukan.
c. Sebagai pemeriksaan penyaring pada dugaan adanya trauma ginjal
derajat ringan.
Pemeriksaan pada Vesika urinaria
a. Untuk menghitung sisa urin pasca miksi & mendeteksi adanya
batu/tumor di buli-buli.
Pada kasus ini, untuk pemeriksaan kultur urin memberikan hasil negatif. Selain itu
suhu pasien normal dan jumlah leukosit yang normal menyingkirkan diagnosis adanya
infeksi pada saluran kemih. Untuk pemeriksaan laboratorium darah seperti jumlah
hemoglobin, fraksi albumin dan globulin, kolestrol, kalsium darah, alkalin fosfatase dan
klorida darah menunjukkan hasil normal.
Pada pemeriksaan urin ditemukan albumin dan sel darah merah. Hal ini
menunjukkan adanya kerusakan pada glomerulus karena gangguan permeabilitas. Selain
itu, pada pemeriksaan IVP ditemukan batu kalsium fosfat dan sulfonamide berdiameter
0,3cm serta hidronefrosis dan hidroureter sebelah kanan. Kondisi ini terjadi dikarenakan
ukuran diameter ureter pada anak lebih sempit dibanding pada orang dewasa. Sehingga
batu berukuran kecil sudah dapat menyebabkan obstruksi pada saluran kemih. Lokasi batu
tersebut berada di ureter kanan, karena pada pasien ditemukan hidronefrosis dan
hidroureter.
Jadi, dapat disimpulkan untuk diagnosis penyakit pasien pada kasus ini adalah
Ureterolithiasis dengan kelainan permeabilitas glomerulus.