Post on 08-Aug-2015
description
FARMAKOTERAPI 1
KASUS ALZHEIMER’S DISEASE
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK C - 5
Riki Adi Putra
Pramita Bekti NastitiLisna JupitaTanthi Muchlisin
NIM. 06613182NIM. 09613148NIM. 09613173 NIM. 09613207
JURUSAN FARMASI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2011
ALZHEIMER
A. DEFINISI
Alzheimer (Alois Alzheimer, 1907)
“suatu sindrom demensia progresif yang ditandai dengan penurunan ingatan dan kemampuan
kognitif, perilaku dan fungsional pasien secara bertahap” (1).
B. FAKTOR RESIKO
1. Usia
Usia merupakan faktor resiko yang terpenting. Penyakit Alzheimer terjadi pada lansia
yang berusia 65 tahun atau lebih, dan meningkat 50% pada usia 85 tahun keatas (2).
2. Riwayat keluarga
Sekitar 5-7% pasien penyakit Alzheimer merupakan penyakit Alzheimer Familial.
Apabila salah satu orang tua mengalami penyakit Alzheimer familial, kemungkinan
setiap anaknya memiliki 50% peluang menurunnya penyakit ini (2).
3. Faktor genetik, gen APOE-e4
Faktor resiko gen APOE-e4 ini merupakan hal penting dari penyakit Alzheimer yang
meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit (2).
4. Jenis kelamin, wanita
Probabilitas wanita mengalami penyakit Alzheimer dua kali lebih tinggi dibandingkan
pria (2).
5. Penyakit kardiovaskular
Semua faktor resiko penyakit kardiovaskular merupakan faktor resiko penyakit
Alzheimer dan Demensia Vaskuler (2)
6. Penyakit diabetes
Diabetes tipe 2 merupakan faktor resiko penyakit Alzheimer (2).
7. Luka di kepala
luka di otak pada usia berapa pun terutama mengalami gegar otak berkali-kali
merupakan faktor resiko penyakit Alzheimer (2).
8. Down’s syndrome, Mild Cognitive Impairment (MCI), dan lain-lain (2).
C. PATOFISIOLOGI
Pasien penyakit Alzheimer umumnya mengalami atrofi kortikal dan berkurangnya
saraf secara signifikan, terutama saraf kolinergik (2).
Kerusakan saraf kolinergik terjadi terutama pada daerah limbik otak (daerah yang
terlibat dalm emosi) dan korteks (terlibat dalam memori dan pusat pikiran atau
advanced reasoning center) (2).
Penurunan jumlah enzim kolin asetiltransferase di korteks serebral dan hippocampus
juga terjadi sehingga menyebabkan penurunan sintesis asetilkolin di otak (2).
Pada otak pasien dijumpai lesi yang disebut senile plaques dan neurofibrillary tangles,
yang terpusat pada daerah yang sama di mana terjadi defisit kolinergik. Plak tersebut
berisi deposit protein yang disebut beta-amyloid (2).
Berikut adalah perbedaan otak pada pasien Alzheimer dengan seseorang yang normal(3)
D. TINGKATAN ALZHEIMER
Berikut adalah stage dan karakteristik pada penyakit Alzheimer berdasarkan MMSE(1)
Berikut adalah tahapan penurunan fungsi kognitif berdasarkan DMS(2)
E. GEJALA dan TANDA
Patofisiologinya bermula jauh sebelum tanda kliniknya terlihat (2).
Penyakit ini menyebabkan penurunan kemampuan intelektual penderita secara
progresif yang mempengaruhi fungsi sosialnya,meliputi:
Penurunan ingatan jangka pendek atau kemampuan belajar atau menyimpan
informasi (2).
Penurunan kemampuan berbahasa. Pasien mengalami kesulitan menemukan kata
atau kesulitan memahami pertanyaan atau petunjuk (2).
Ketidakmampuan menggambar atau mengenal gambar dua-tiga dimensi, dan lain-
lain(2).
Gejala Alzheimer awal berupa apati, hilangnya inisiatif, konsentrasi lemah,
kelambatan berpikir dan bergerak (4).
Sering kali juga dimulai dengan depresi yang berlangsung lebih dari 2 minggu, juga
gejala psikis lain (psikosis) (4).
Setelah beberapa tahun terjadi defek ingatan lainnya, desorientasi dan hilangnya daya
abstraksi (4).
Dalam jangka waktu 5-10 tahun, penyakit memburuk dan berakhir dengan kehilangan
decorum, hipokinesia, kekakuan motoris, tidak mengenali orang lagi dan menjadi total
invalid (4).
F. TUJUAN TERAPI
Tujuan terapi penyakit Alzheimer adalah: Memelihara fungsi pasien yang masih tersisa selama mungkin dan mengobati
kesulitan kognitif pasien (2). Mengobati sisa gejala psikiatrik dan perilaku yang terjadi akibat penyakit Alzheimer
(2).
G. SASARAN TERAPI
Sasaran terapinya adalah fungsi kognitif dan perilaku pasein (2).
Berikut Algoritma terapi Alzheimer(3)
Kasus Alzheimer
Seorang pasien, Tn. H, 69 tahun, berdasarkan hasil anamnesa Dokter dan pemeriksaan
penunjang yang terkait, didiagnosa mengalami Alzheimer tahap 3 dengan gejala
gangguan/penurunan fungsi kognitif dan cemas. Terapi yang diberikan adalah donepezil 10
mg, 1 X sehari dan ekstrak gingko biloba 1 X sehari. RPD : Hipertensi terkendali dgn
lisinopril 10 mg 1 X 1.
a. Bagaimana penerapan asuhan kefarmasian pada Tn. H?
b. Parameter apa yang perlu dimonitoring ?
a. Asuhan Kefarmasian :
FINDING
Tn. H usia 69 tahun
Gejala : Gangguan / penurunan fungsi kognitif
Cemas
Diagnosa : Alzheimer tahap 3
TTV : -
RPD : Hipertensi ( Lisonopril 10 mg 1 x sehari )
Terapi : donepezil 10 mg 1 x sehari
Ekstrak Gingko Biloba 1 x sehari
ASSESMENT, RESOLUTION, and MONITORING
No. Pemilihan Obat DRP’s Keterangan RESOLUTION MONITORING
1 Donepezil 10 mg
dosis 1 x sehari
untuk Alzheimer
tahap 3
Dosis obat
berlebihan
(overdose)
Donepezil merupakan enzim
inhibitor berdasarkan
pembentukan suatu kompleks
stabil dengan
asetikolinesterase, yang
dihidrolisa dalam beberapa
menit. (3)
Dimulai dengan dosis 5
mg/hari untuk dosis awal
pengobatan Alzheimer,
setelah 4 minggu dapat
ditingkatkan 10 mg/hari. (5)
Efektivitas :
Donepenzil spesifik dan reversible menghambat
asetilkolinesterase sehingga dapat meningkatkan
kadar asetilkolin di otak. Terapi ini digunakan
untuk mengatasi gejala gangguan kognitif, anxiety
dan atau menunda progresivitas penyakit (1).
Dipantau pemakaian Donepezil pada dosis 5
mg/hari selama 4 minggu pertama, jika tidak
berespon baik dosis dinaikkan menjadi 10 mg/hari,
dan jika pasien masih tidak responsif terhadap
donepezil, dapat diganti menjadi rivastigmin (2).
NB: rivastigmin lebih efektif dibanding donepezil
tetapi atas pertimbangan efek samping obat, maka
untuk pengobatan awal Alzheimer digunakan
donepezil.
Efek samping obat :
Efek samping ringan, gangguan lambung-usus
(mual, muntah, diare, anoreksia, dyspepsi,
konstipasi), kejang otot, dan tidak bisa tidur (5)
2. Ekstrak Gingko Pemilihan Beberapa referensi Diganti dengan Vitamin E Efektivitas:
Biloba
dosis 1 x sehari
untuk Alzheimer
tahap 3
obat kurang
tepat (obat
kurang
efektif)
menyatakan bahwa Ginkgo
Biloba kurang memberikan
efek yang signifikan terhadap
perbaikan fungsi kognitif (6)(10)
Sedangkan Vitamin E lebih
efektif untuk pemeliharaan
fungsi kognitif (11).
sebagai terapi antioksidan
dengan dosis tinggi 2000
IU/hari (8).
Antioksidan meningkatkan fungsi kognitif. Vitamin
E mendukung kerja dari donezepil pada penyakit
Alzheimer dan memperlambat perkembangan
penyakit Alzheimer (6).
Efek Samping :
Dapat menyebabkan mual, diare, keram perut,
pusing tetapi jarang terjadi (9).
3. Lisinopril
dosis 10 mg 1 x
sehari
untuk Hipertensi
Pemilihan
obat telah
tepat
Lisinopril bekerja sebagai
ACE inhibitor dengan dosis
awal 2.5 mg/hari dan dosis
pemeliharaan 10-20 mg/hari (9).
Pengobatan dapat
dilanjutkan dengan dosis 10
mg 1 x sehari(7).
Asumsi: pasien telah lama
mengkonsumsi lisinopril
sebagai antihipertensi.
Efektivitas:
Sebagai ACE inhibitor yang menurunkan tekanan
darah dengan mengurangi resistensi vascular perifer
tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan atau
kontraktilitas (7).
Efek Samping Obat :
Efek samping yang biasa ditemukan terdiri dari
batuk, kulit merah, demam, perubahan rasa,
hipotensi dan hiperkalemia(7).
b. Parameter yang perlu dimonitoring adalah:o Efek Samping Obat
o efektivitas obat
o kepatuhan pasien mengkonsumsi obat selama terapi
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Terapi non-farmakologis tidak dapat menyembuhkan Alzheimer secara permanen, tapi
terbukti menghambat perkembangan (progresif) sindrom. Terapi-terapi non farmakologis
bertujuan untuk :
1. Mengoptimalkan kemampuan yang masih ada
2. Mengatasi (mengendalikan) gangguan kepribadian dan perilaku penderita
3. Membantu mengarahkan keluarga atau orang yang merawatnya dengan memberi
informasi dan pengertian yang tepat,
4. Memberi dukungan melalui lingkungan sekitar
Untuk mngurangi penurunan fungsi kognitif dan memelihara kemampuan pasien dapat
dilakukan dengan beberapa metode terapi sebagai berikut :
a. Terapi LMN-no debate
Yaitu terapi gabungan yang menggunakan metode lukisan, musik dan pemberian nutrisi.
L : Lukisan
Perlihatkan lukisan dengan warna-warna lembut, hindari lukisan-lukisan abstrak
M : Musik,
Pasien diperdengarkan musik yang mengalun untuk menjaga fungsi sensorisnya.
Pasien dapat pula diberikan bau-bauan aromaterapi yang menenangkan
N : Nutrisi
Pemberian nutrisi yang baik dan seimbang
no debate : Tidak mendebat ketika pasien menunjukkan halusinasi, sebaiknya mengajak
berdiskusi tentang hal yang dilihat, dirasakan, atau dialami pasien saat itu(12).
b. Latihan orientasi ADL (Activity Daily Living)
Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan stimulasi / rangsangan teratur pada waktu yang
sama setiap harinya. Stimulasi ini dilakukan agar pasien dapat belajar mandiri, sehingga dapat
melakukan pekerjaan sederhana secara mandiri, dengan tetap pengawasan orang sekitarnya
atau caregiver(13).
Jangan kucilkan kerabat anda yang mengalami gangguan kepikunan ini, tetapi dampingilah
mereka agar tetap hidup bahagia di usia tua.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Dipiro, Joseph T, 2008, Pharmacoterapy a Pathophysiologic Approach 7th edition,
McGraw Hill Medical Publishing Division, USA
(2) Ikawati, Zullies, 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat, Bursa Ilmu,
Yogyakarta
(3) Anonim, 2009, Pelupa = Tanda-Tanda Penyakit Alzheimer?, available at :
http://zulliesikawati.wordpress.com/2009/05/30/pelupa-tanda-tanda-penyakit-
alzheimer/#comments, di akses tanggal 03 Desember 2011
(4) Tjay, Tan Hoan, Rahardja, Kirana, 2007, Obat – Obat Penting : Khasiat, Penggunaan,
dan Efek – Efek Sampingnya, Edisi Enam, PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta, 559
(5) Lacy, Charles, Armstrong, Lora L., Goldman, Morton P., Lance, and Leonard L., 2009,
Drug Information Handbook, Volume 1, 18th Edition, American Pharmacists
Association, New York, 478 – 479, 894 – 896.
(6) Pizzorno, J.E., Murray M.T., Bey J.H., 2008, The Clinical’s Handbook of Natural
Medicine, Second Edition, Churchill Livingstone, London, 43-46
(7) Mycek, Mary J., Harvey, Richard A., Champe, Pamela C.,Fisher, Bruce D., 2001,
Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi Dua, Widya Medika, Jakarta, 187 – 188
(8) McEvoy, Gerald K., 2005, AHFS Drug Information, Volume 6, America Society of
Health-Systems Pharmacists, USA, 3549 - 3551
(9) Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Departemen Kesehatan
RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, hal. 54
(10) Mazzaa, M., Capuanob, A., Briaa, P., and Mazzab, S., 2006, Ginkgo Biloba And
Donepezil: A Comparison In The Treatment Of Alzheimer’s Dementia In A Randomized
Placebo-Controlled Double-Blind Study, European Journal of Neurology, 13 : 981–985
(11) Louden, Kathleen, 2009, AGS 2009 : High-Dose Vitamins E Slows Functional Decline
in Alzheimer’s Disease, Medscape Medical News,.
(12) Tjahyanto, Adhy, dan Surilena, 2009, Penatalaksanaan Non-Farmakologis Demensia,
Majalah Kedokteran Damianus, 8 (1) : 7 – 10
(13) Olazaran, Javier, Reisberg, Barry, Clare, Linda, Cruz, Isabel, Pena-Cassanova, Jordi,
Ser, Teodoro del, Woods, Bob, Beck, cornelia, Auer, Stefanie, Lai, Claudia, Spector,
Aimee, Fazio, Sam, John, Bond, Kivipelto, Miia, Brodaty, Henry, Rojo, Jose Manuel,
Collins, Helen, Teri, Linda, Mittelman, Mary, Orrel, Martin, Feldman, Howard H., and
Muniz, Ruben, 2010, Nonpharmacological Therapies in Alzheimer’s Disease : A
Systemic Review of Efficacy, Dementia and Geriatric Cognitive Disorder (30) : 161 -
178