Post on 16-Jun-2019
A. Pencatatan dan penelitian perkara yang dimintakan
kasasi
1. Permohonan kasasi dapat diajukan oleh Terdakwa
atau Kuasa hukumnya yang diberi kuasa khusus
untuk itu, maupun oleh Oditur kepada Panitera
Pengadilan yang telah memutus perkaranya pada
Tk. Pertama atau Tk. Pertama dan Terakhir.
Permohonan tersebut diajukan dalam waktu 14
(empat belas) hari setelah putusan yang dimintakan
Kasasi itu diberitahukan/diucapkan.
-- 1 --
2. Panitera wajib memberitahukan adanya
permohonan kasasi dari pihak yang satu kepada
pihak yang lainnya (formulir model : 31 a dan 31 b).
3. Panitera setelah menerima permohonan kasasi
perkara pidana wajib membuat akta permohonan
kasasi yang ditandatangani oleh Panitera dan
pemohon kasasi (formulir model : 30 a dan 30 b).
Akta tersebut diteruskan ke Urminradang untuk
dicatat dalam register perkara oleh pemegang
buku register dan selanjutnya dilekatkan pada
berkas perkara.
-- 2 --
4.Apabila tengggang waktu 14 (empat belas) hari
setelah putusan banding diberitahukan, Terdakwa
atau Oditur tidak mengajukan permohonan kasasi,
maka yang bersangkutan dianggap menerima
putusan banding dan Panitera wajib membuat akta
putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(formulir model ; 17a). Apabila Terdakwa atau
Oditur sesudah itu mengajukan permohonan
kasasi, Panitera membuat akta terlambat
mengajukan permohonan kasasi (formulir model :
37a dan 37b). Akta tersebut dicatat dalam buku
register.
-- 3 --
5. Pemohon kasasi wajib mengajukan memori
kasasi yang memuat alasan-alasannya dan
memori kasasi tersebut harus sudah diserahkan
kepada Panitera yang bersangkutan dalam
waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai hari
berikutnya sesudah mengajukan permohonan
kasasi.
6. Apabila pemohon kasasi adalah Terdakwa
yang kurang memahami hukum, Panitera wajib
menanyakan apakah alasan Pemohon
mengajukan kasasi. Selanjutnya Panitera
menuangkan alasan-alasan tersebut dalam
memori kasasi.
-- 4 --
7. Panitera wajib membuat akta penerimaan
memori kasasi yang ditandatangani oleh
Panitera dan Pemohon (formulir model : 34
a dan 34 b).
8. Jika memori kasasi diserahkan oleh
Pemohon setelah lewat tenggang waktu
yang ditentukan, Panitera membuat akta
terlambat menyerahkan memori kasasi dan
dilekatkan dalam berkas perkara (formulir
model : 39).
--- 5 --
9. Panitera wajib menyampaikan salinan memori
kasasi yang diajukan oleh salah satu pihak
kepada pihak lainnya dan pihak lain itu berhak
mengajukan kontra memori kasasi dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
setelah diterimanya salinan memori kasasi.
Selanjutnya Panitera wajib menyampaikan
salinan kontra memori kasasi kepada pemohon
kasasi.
--- 6 ---
10. Panitera wajib membuat akta penerimaan
kontra memori kasasi yang ditanda
tangani oleh Panitera dan yang
mengajukan kontra memori kasasi
(formulir model : 35 a dan 35 b).
11. Dalam hal pemohon kasasi tidak
menyerahkan memori kasasi, Panitera
harus membuat akta tidak mengajukan
memori kasasi (formulir model : 38).
-- 7--
12.Terhadap perkara yang diancam dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau diancam
pidana denda, atau permohonan kasasi yang tidak
memenuhi syarat-syarat formal, Katera membuat
surat keterangan bahwa permohonan kasasi tidak
memenuhi syarat formal, kemudian Kepala
Pengadilan Tk. Pertama membuat Penetapan yang
menyatakan bahwa permohonan kasasi tidak dapat
diterima (formulir model ; 38a). Berkas perkara tidak
dikirimkan ke Mahkamah Agung ( perhatikan Pasal
45A Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 2004 Ttg
Perubahan atas UU No. 14 Th 1985 Ttg MA jo SEMA
Nomor 11 Tahun 2010 ).
-- 8 --
13. Setelah Pengadilan Tk. Pertama menerima
permohonan kasasi, Panitera Pengadilan
yang bersangkutan wajib segera
mengirimkan berkas perkara kepada
Ketua Mahkamah Agung paling lambat
14 (empat belas) hari setelah tenggang
waktu penyerahan memori kasasi.
Surat pengantar dari pengadilan tersebut
dengan tembusan kepada Dirjen
Badilmiltun dan Kadilmiltama.
-- 9 --
14.Apabila dalam tenggang waktu 14 (empat
belas) hari sesudah pengajuan permohonan
kasasi, salah satu pihak menyerahkan
tambahan memori kasasi atau tambahan kontra
memori kasasi, Panitera Pengadilan yang
bersangkutan wajib membuat akta tambahan
memori atau akta penerimaan tambahan
kontra memori kasasi (formulir model : 34 a
atau 34 b dan 35 a atau 35 b dengan
penyesuaian seperlunya) dan selanjutnya
mengirimkan secara tersendiri kepada Ketua
Mahkamah Agung. -- 10 --
15. Dalam hal permohonan kasasi diajukan oleh
Terdakwa yang berada dalam tahanan,
Panitera segera membuat laporan kasasi
kepada Ketua Mahkamah Agung untuk
menentukan status penahanan Terdakwa,
dengan memperhatikan SEMA Nomor : 3
Tahun 1987.
-- 11 –
B. Kelengkapan berkas perkara kasasi
1. Kelengkapan berkas perkara kasasi meliputi :
a. Surat pengantar
b. Bundel A
c. Bunde B
Bundel A terdiri dari :
B A P dari Penyidik
Bapat Ormil/ti
SPH Kaotmil/ti
--- 12 --
Skeppera
Surat dakwaan
Surat pelimpahan perkara
Tapkim
Tapsid
Relaas panggilan
Nota keberatan (eksepsi)
Tanggapan atas eksepsi
Putusan sela
Tuntutan
-- 13 --
Nota pembelaan
Tanggapan atas nota pembelaan (replik)
Duplik
Putusan
Petikan putusan
BAS
Surat-surat lain
-- 14 --
Bundel B terdiri dari :
Surat kuasa khusus kepada PH (kalau ada)
Akta pemberitahuan putusan banding
Akta permohonan kasasi
Akta pemberitahuan permohonan kasasi
Memori kasasi
Akta penerimaan memori kasasi
Akta tidak mengajukan memori kasasi
Akta pemberitahuan / penyerahan memori kasasi.
-- 16--
Kontra memori kasasi
Akta pemberitahuan / penyerahan kontra
memori kasasi
Surat pemberitahuan mempelajari berkas
perkara
Salinan putusan tingkat pertama
Salinan putusan tingkat banding (jika ada)
Surat surat lain
Soft copy/CD putusan tingkat pertama, banding
dan memori kasasi.
-- 17 --
2. Pengajuan permohonan kasasi harus
menyertakan dokumen elektronik yang
meliputi :
a. Relaas pemberitahuan putusan banding
b. Tanda terima memori kasasi
c. Memori kasasi
d. Akta permohonan kasasi
-- 18 --
e. Kontra memori kasasi
f. Surat dakwaan Ormil/ti
g. Putusan Pengadilan tingkat pertama; dan /
atau
h. Putusan Pengadilan tingkat banding
(SEMA No 1 Th 2014 tanggal 29 Januari 2014 Ttg
Perubahan atas SEMA No 14 Th 2010 Ttg Dokumen
elektronik sbg kelengkapan permohonan kasasi
dan PK)
-- 19 --
3. Selama perkara kasasi belum diputus oleh
Mahkamah Agung, permohonan kasasi dapat
dicabut sewaktu-waktu dan dalam hal sudah
dicabut, tidak boleh diajukan permohonan
kasasi lagi. Apabila pencabutan permohonan
kasasi dilakukan sebelum berkas perkara dikirim
ke Mahkamah Agung, berkas tersebut tidak
perlu dikirim ke Mahkamah Agung.
-- 20 --
4. Atas pencabutan tersebut Panitera membuat
Akta pencabutan permohonan kasasi yang
ditandatangani oleh Panitera dan
Pemohon kasasi (formulir model 32 a dan 32 b).
Akta tersebut dikirim ke Mahkamah Agung
dengan tembusan kepada Pengadilan tingkat
banding yang putusannya dimohonkan kasasi.
5. Pencabutan permohonan kasasi harus
diberitahukan pihak lainnya, untuk itu Panitera
membuat akta pencabutan permohonan kasasi
(formulir model : 33 dan 33 b).
--21 --
6. Dalam hal perkara telah diputus oleh
Mahkamah Agung maka berdasarkan
salinan putusan, Panitera membuat surat
panggilan untuk memberitahukan isi
putusan kepada Oditur dan Terdakwa.
Setelah isi putusan diberitahukan, Panitera
membuat Akta pemberitahuan isi
putusan kasasi (formulir model : 29 a dan
29 b).
-- 22--
7. Dalam hal Terdakwa tidak diketahui tempat
tinggalnya atau sudah tidak berstatus
militer dan tidak diketahui tempat
tinggalnya, atau bertempat tinggal di luar
negeri, Panitera memberitahukan putusan
melalui kepala Desa atau pejabat atau
melalui Perwakilan Republik Indonesia di
Terdakwa biasa bertempat tinggal.
--- 23 ---
8. Dalam hal upaya diatas belum berhasil, Panitera
memanggil dan memberitahukan putusan melalui 2
(dua) buah surat kabar yang terbit di daerah hukum
Pengadilan Tk. pertama atau daerah hukum yang
berdekatan (formulir model : 18c).
9. Dalam hal upaya pengumuman pertama belum
berhasil, Panitera memanggil dan memberitahukan
putusan untuk kedua kali melalui 2 (dua) buah surat
kabar setelah 14 (empat belas) hari dari pengumuman
yang pertama, dengan menyatakan bahwa putusan
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, pada
pengumuman dimuat (formulir model : 18 c). Untuk hal
ini Panitera membuat berita acara pemuatan
pengumuman.
-- 24 --
10. Salinan putusan kasasi diberikan kepada
perwira penyerah perkara, Oditur, Polisi militer
dan Ankum, sedangkan kepada Terdakwa atau
Penasihat hukumnya diberikan atas
permintaan.
11. Pemegang buku register mencatat dengan
cermat dalam register terkait, semua kegiatan
perkara yang berkenaan dengan perkara
kasasi, dan pelaksanaan putusan ke dalam
buku register induk yang bersangkutan.
-- 25 --
C. Pencatatan dan penelitian perkara yang
dimintakan kasasi demi kepentingan
hukum.
1. Demi kepentingan hukum terhadap semua
putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dari pengadilan lain selain
Mahkamah Agung, dapat diajukan 1 (satu)
kali permohohan kasasi demi kepentingan
hukum oleh Oditur Jenderal (Orjen).
-- 26 --
2. Permohonan kasasi demi kepentingan hukum
diajukan secara tertulis oleh Orjen kepada
Mahkamah Agung melalui Panitera
Pengadilan yang memutus perkara pada Tk.
pertama atau Tk. pertama dan terakhir,
disertai risalah yang memuat alasan
permintaan. Panitera membuat Akta
penerimaan risalah kasasi demi kepentingan
hukum (formulir model : 36).
-- 27 --
3. Salinan risalah sebagaimana dimaksud di
atas, oleh Panitera segera disampaikan
kepada yang berkepentingan untuk
diketahui.
4. Kepala Pengadilan segera meneruskan
permintaan dimaksud kepada Mahkamah
Agung.
-- 28 --
5. Dalam hal perkara telah diputus oleh Mahkamah
Agung maka berdasarkan salinan putusan
kasasi demi kepentingan hukum, Panitera
membuat surat panggilan untuk
memberitahukan isi putusan kepada Orjen
dan Terdakwa, selanjutnya setelah isi
putusan diberitahukan, Panitera membuat
akta pemberitahuan isi putusan kasasi demi
kepentingan hukum (formulir model : 29 a dan
29 b dengan penyesuaian seperlunya).
-- 29 --
6. Dalam hal Terdakwa bertempat tinggal di
daerah hukum Pengadilan tingkat pertama
lain, Panitera meminta bantuan kepada
Panitera Pengadilan tersebut untuk
memberitahukan isi putusan kasasi demi
kepentingan hukum kepada Terdakwa,
Panitera yang melaksanakan
pemberitahuan putusan membuat akta
pemberitahuan isi putusan kasasi demi
kepentingan hukum.
-- 30 --
D. Pencatatan dan penelitian perkara yang
dimintakan peninjauan kembali
1. Terhadap putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum, dapat diajukan permintaan peninjauan
kembali oleh Terpidana atau Ahli warisnya kepada
Mahkamah Agung.
2. Terhadap putusan Pengadilan yang menyatakan
dakwaan terbukti tetapi tidak diikuti oleh suatu
pemidanaan dan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, Oditur dapat mengajukan permintaan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.
-- 31 --
3. Panitera Pengadilan yang memutus perkara
pada Tk. pertama atau Tk. pertama dan
terakhir, setelah menerima permohonan
peninjauan kembali (PK) wajib membuat akta
permohonan PK yang ditandatangani oleh
panitera dan pemohon (formulir model ; 40).
Akta tersebut diteruskan ke Urminradang
(Panmud perkara) untuk dicatat oleh
pemegang buku register dalam register
perkara dan selanjutnya dilekatkan pada
berkas perkara.
-- 32 --
4. Apabila pemohon peninjauan kembali (PK) adalah Terpidana yang kurang memahami hukum, Panitera wajib menanyakan apakah alasan pemohon mengajukan PK. Selanjutnya Panitera menuangkan alasan-alasan tersebut dalam surat permohonan PK.
5. Setelah menerima berkas permintaan peninjauan kembali, Panitera segera menyerahkan kepada Kaurminradang untuk dicatat oleh pemegang buku register, kemudian Panitera menyampaikan kepada kepala Pengadilan setelah dilengkapi dengan formulir penetapan penunjukan Hakim (tapkim) dan formulir penetapan hari sidang (tapsid).
-- 33 --
6. Kepala Pengadilan menunjuk Hakim/Majelis Hakim yang tidak memeriksa perkara semula yang dimintakan peninjauan kembali (PK), untuk memeriksa apakah permintaan PK memenuhi alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 (form model : 41).
7. Sebelum Hakim/Hakim Ketua menetapkan hari sidang, Panitera menyusun rencana sidang dengan memperhatikan tempat tinggal/domisili/satuan Pemohon.
-- 34--
8. Hakim/Majelis Hakim yang telah ditunjuk segera
memperlajari berkas perkara, selanjutnya
menetapkan hari sidang (form model : 41 a).
9. Panitera memanggil Terpidana dan Oditur untuk
hadir dalam sidang guna menyampaikan
pendapatnya.
10. Atas pemeriksaan tsb dibuat Berita Acara
Pemeriksaan (Form Model : 42 a) yang
ditandatangani oleh Hakim / Majelis Hakim, Oditur,
Panitera dan Terpidana.
-- 35 --
11. Berdasarkan Berita acara pemeriksaan itu dibuat berita acara pendapat (Bapat) yang ditandatangani oleh Hakim/Majelis Hakim dan Panitera (form model : 42 b).
12. Kepala Pengadilan, segera mengirimkan permintaan peninjauan kembali yang dilampiri berkas perkara semula, berita acara pemeriksaan dan berita acara pendapat, kepada Mahkamah Agung yang tembusan surat pengantarnya disampaikan kepada Terpidana dan Oditur.
-- 36--
13. Dalam hal suatu perkara yang dimintakan
peninjauan kembali adalah putusan
banding, maka tembusan surat
pengantarnya dilampiri salinan berita
acara pemeriksaan dan salinan berita
acara pendapat kemudian disampaikan
kpd Pengadilan Tk. banding ybs.
14. Permintaan peninjauan kembali atas suatu
putusan tidak menangguhkan maupun
menghentikan pelaksanaan putusan.
-- 37 --
15. Permintaan peninjauan kembali atas suatu
putusan hanya dapat dilakukan satu kali. (SEMA No. 7 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 Ttg
Pengajuan permohonan peninjauan kembali perkara pidana)
16. Pemegang buku register mencatat dengan
cermat dalam register terkait semua yang
berkenaan dengan perkara peninjauan
kembali, dan pelaksanaan putusan ke dalam
buku register induk yang bersangkutan.
-- 38 --
E. Kelengkapan berkas perkara peninjauan
kembali
1. Kelengkapan berkas perkara peninjauan kembali meliputi :
a. Surat pengantar
b. Bundel A
c. Bunde B
Bundel A terdiri dari :
B A P dari Penyidik
Berita acara pemeriksaan sidang
Berita acara pelaksanaan putusan sela
-- 39--
Surat dakwaan
Surat tuntutan
Penetapan penunjukan hakim
Surat-surat lainnya
Bundel B terdiri dari :
Surat pengantar pengiriman berkas / status Terpidana
Relaas pemberitahuan putusan Pengadilan yang dimintakan peninjauan kembali
Akta permohonan peninjauan kembali
-- 40 --
Surat kuasa khusus (jika ada)
Memori peninjauan kembali
Akta penerimaan memori peninjauan kembali
Relaas pemberitahuan tentang adanya permohonan peninjauan kembali
Relaas pemberitahuan memori peninjauan kembali
Pendapat Jaksa/Oditur
Putusan Pengadilan tingkat pertama
-- 41--
Putusan Pengadilan tingkat banding
Putusan kasasi
Novum (bukti baru) dari pemohon PK
Berita acara pendapat Hakim PK
Barang bukti
-- 42--
2. Pengajuan permohonan peninjauan kembali (PK) harus menyertakan dokumen elektronik yang meliputi :
a. Akta permohonan PK
b. Berita acara pendapat Hakim
c. Memori PK
d. Kontra memori PK
e. Putusan Pengadilan tingkat pertama ; dan/atau
f. Putusan Pengadilan tingkat banding ; dan/atau
g. Putusan tingkat kasasi
-- 43 --
1. Penyertaan dokumen elektronik tersebut harus dilakukan melalui fitur komunikasi data(menu upaya hukum) pada direktori putusa MARI.
2. Keberadaan dokumen elektronik tersebut menjadi kelengkapan dari bundel - B -, sehingga apabila dokumen elektronik tidak disertakan dalam berkas permohonan, Mahkamah Agung RI akan menyatakan berkas tersebut tidak lengkap.
(SEMA No 1 Th 2014 tanggal 29 Januari 2014 Ttg Perubahan atas SEMA No 14 Th 2010 Ttg Dokumen elektronik sbg kelengkapan permohonan kasasi dan PK)
-- 44--
F. Pencatatan dan penelitian perkara yang
dimintakan grasi
1. Terhadap putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, dapat
diajukan permohonan grasi kepada Presiden secara
tertulis oleh :
a. Terpidana dan atau kuasa hukumnya.
b.Keluarga Terpidana dengan persetujuan
Terpidana.
c. Keluarga Terpidana tanpa persetujuan
Terpidana, dalam hal pidana yang
dijatuhkan adalah pidana mati.
-- 45 --
2. Putusan pidana yang dapat dimohonkan
grasi adalah :
a. Pidana mati.
b. Pidana seumur hidup.
c. Pidana penjara paling rendah 2 (dua)
tahun.
3. Permohonan grasi hanya dapat diajukan 1
(satu) kali.
-- 46 --
4. Permohonan grasi diajukan paling lama 1
(satu) tahun sejak putusan BHT. (ps.7 ayat 2 UU
No. 5 Tahun 2010 tentang perubahan UU No.
22 Tahun 2002 Tentang grasi).
5. Permohonan grasi diajukan kepada Presiden
dan salinannya disampaikan kepada
Pengadilan yang memutus perkara pada Tk.
pertama atau Tk. pertama dan terakhir untuk
diteruskan kepada Mahkamah Agung.
-- 47 --
6. Dalam hal permohonan Grasi diajukan oleh
Terpidana yang sedang menjalani pidananya di
Lembaga Pemasyarakatan (lapas), maka
permohonan dan salinannya disampaikan kpd
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (kalapas)
selanjutnya kalapas menyampaikan
permohonan grasi tsb kpd Presiden, dan
salinannya dikirim kpd Pengadilan yang
memutus perkara pada Tk. pertama atau Tk.
pertama dan terakhir paling lambat 7 (tujuh)
hari dihitung sejak diterimanya permohonan
grasi dan salinannya.
-- 48--
7. Panitera wajib membuat akta penerimaan
salinan permohonan grasi (formulir model :
45), selanjutnya berkas perkara beserta
salinan permohonan grasi diteruskan kepada
Mahkamah Agung.
Apabila permohonan grasi tidak memenuhi
persyaratan, maka Panitera membuat Akta
Penolakan permohonan grasi (formulir model
: 46) yang dicatat dalam buku register induk
namun berkas tidak dilanjutkan.
-- 49--
8. Dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan salinan permohonan grasi, Pengadilan Tk. pertama mengirimkan salinan permohonan tersebut dan berkas perkara Terpidana kepada Mahkamah Agung.
--50--
9. Salinan keputusan Presiden yang diterima oleh Pengadilan yang memutus perkara pada Tk. pertama atau Tk. pertama dan terakhir dicatat oleh pemegang buku register dalam register induk perkara dan diberitahukan oleh Panitera kepada Terpidana dengan membuat Akta pemberitahuan keputusan grasi (formulir model : 47 a dan 47 b).
-- 51 --
10. Salinan keputusan Presiden yang diterima
oleh Pengadilan yang memutus perkara pada
Tk. pertama atau Tk. pertama dan terakhir
dicatat oleh pemegang buku register dalam
register induk perkara dan diberitahukan oleh
Panitera kepada Terpidana dengan membuat
akta pemberitahuan keputusan grasi (formulir
model : 47 a dan 47 b).
-- 52 --
G. Tahapan penyelesaian perkara pidana militer di
Mahkamah Agung
1. Penerimaan berkas perkara
Unit kerja penerima berkas perkara (Biro umum)
melaksanakan tugasnya :
a. Menerima, mengagendakan dan memilah
berkas perkara sesuai dengan jenis perkaranya.
b. Melakukan input data pada sistem informasi.
c. Mendistribusikan berkas perkara kepada unit
kerja penelaah berkas yang sesuai dengan
perkaranya (Direktorat pratalak militer).
-- 53 --
2. Penelaahan berkas perkara
Direktorat Pratalak militer melaksanakan tugasnya al :
a. Meneliti kelengkapan dan kesesuaian berkas perkara, termasuk dokumen elektroniknya.
b. Menelaah syarat formal perkara dan membuat catatan penelaahan.
c. Melakukan input data pada sistem informasi.
d. Mendistribusikan perkara ke Kepaniteraan muda perkara pidana militer.
e. Apabila berkas tidak lengkap, maka Dit Pratalakmil meminta kelengkapan berkas perkara ke Pengadilan pengaju.
--54 --
3. Registrasi berkas perkara
Kepaniteraan muda perkara melaksanan
tugasnya al:
a. Memberi nomor register perkara.
b. Melakukan input data pada sistem informasi
dan buku register perkara.
c. Menyiapkan lembar pendapat (adviceblad)
Hakim agung.
d. Mengirimkan memorandum kepada ketua
MA untuk penentuan distribusi perkara.
-- 55 --
5. Penetapan kamar, majelis Hakim dan distribusi perkara.
a. Ketua MA menetapkan kamar yang mengadili dan mendisposisikan kpd ketua kamar untuk menunjuk majelis Hakimnya.
b. Ketua kamar menetapkan majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkaranya.
c. Penetapan majelis Hakim disampaikan kpd Panmud perkara dan Panmud kamar.
-- 56 --
d. Panmud perkara menyampaikan Tapkim kepada
majelis Hakim dan Panitera pengganti (PP) disertai
dgn penyampaian dokumen elektronik berkas
perkara bundel “B” dan lembar pendapat.
e. Berkas perkara bundel “A” dan “B” (dok. Kertas)
oleh Panmud perkara disampaikan kepada Tualis utk
disimpan yg sewaktu waktu diperlukan oleh anggota
majelis Hakim.
f. Guna percepatan penyelesaian minutasi konsep
putusan pasca persidangan Hakim agung P1 dibantu
PP dan operator membuat konsep putusan dgn
memanfaatkan templat putusan dan dokumen
elektronik yang tersedia.
-- 57 --
6. Penetapan hari musyawarah dan ucapan
a. Setelah menerima Tapkim , dlm jangka waktu
maks 90 hari, Tualis harus sudah menetapkan hari
musyawarah dan ucapan.
b. Setelah Tualis menetapkan hari musyawarah dan
ucapan, Panmud kamar melaksanakan :
1) Input data informasi jadwal sidang pada
sistem informasi.
2) Mendistribusikan surat penetapan hari
musyawarah kpd anggota majelis dan Panitera
pengganti dgn tembusan kpd Panitera.
--58--
7. Pembacaan berkas
a. Setelah menerima berkas, aggota majelis Hakim dan Panitera pengganti mengidentifikasi kemungkinan adanya konflik kepentingan sesuai yg diatur dlm UU.
b. Setiap aggota majelis Hakim membaca dan memeriksa berkas perkara secara serentak sesuai jangka waktu yg tlh ditetapkan.
c. Pemeriksaan berkas perkara dilaksanakan dgn memanfatkan dokokumen elektronik bundel “B” yg tersedia, jika diperlukan dpt melihat berkas bundel “A” yg ada pada Tualis
-- 59 --
d. Setiap Aggt. majelis Hakim memberikan
pendapatnya dlm lembar pendapat utk
dibawa ke sidang musyawarah dan ucapan
yg telah ditetapkan.
e. Panmud kamar menyampaikan rol sidang
kpd setiap Aggt. Majelis Hakim dan
Panitera pengganti sebelum sebelum hari
sidang musyawarah dan ucapan.
-- 60 --
8. Persidangan musyawarah dan ucapan
a. Persidangan muscap dilaksanakan pada hari yang telah ditetapkan dgn dihadiri oleh seluruh Aggt. majelis Hakim dan Panitera pengganti (PP).
b. Segera setelah penjatuhan putusan PP menyusun petikan putusan.
c. Panmud kamar melakukan publikasi informasi perkara berdasarkan petikan putusan.
d. Publikasi informasi perkara berisi amar lengkap putusan dan tanggal putus.
-- 61 --
9. Minutasi
a. Karena sifatnya rahasia, maka Panmud
perkara, Panmud kamar, PP dan Operator dan
tenaga lainnya yang membantu dlm
penyelesaian perkara wajib merahasiakan
konsep putusan.
b. PP dibantu Operator melengkapi konsep
putusan dgn menambahkan pertimbangan
hukum dan amar berdasarkan hasil
persidangan musyawarah dan ucapan.
-- 62--
c. PP melakukan koreksi atas konsep putusan
yang telah lengkap dgn ketentuan :
1) Memastikan kesesuaian format
putusan dengan templat putusan.
2) Memastikan kesesuaian data dlm
konsep putusan dgn data pada berkas
perkara.
3) Memastikan tidak ada kesalahan
pengetikan.
--63--
d. Setelah PP memastikan hasil koreksinya, Hakim agung P1 melakukan pengecekan dan koreksi kembali konsep putusan dengan ketentuan :
1) Memastikan kebenaran data yg dpt mengakibatkan batalnya putusan.
2) Memastikan kelengkapan pertimbangan hukum dan amar putusan.
3) Tualis melakukan pengecekan dan koreksi akhir atas konsep putusan dgn ketentuan memastikan kelengkapan pertimbangan hukum dan amar putusan.
-- 64--
e. Tualis melakukan pengecekan dan koreksi
akhir atas konsep putusan dgn ketentuan
emastikan kelengkapan pertimbangan
hukum dan amar putusan.
f. Setelah ketentuan dlm huruf c, d dan e
terpenuhi, dokumen put. ditandatangani
oleh Tualis, Aggota majelis dan PP.
g. PP membuat salinan putusan setelah
dokumen putusan ditandatangani.
-- 65 --
h. PP melakukan pemeriksaan akhir atas
kesesuaiannya antara dok. putusan dgn
salinan putusan dan dok. elektronik putusan.
i. PP mendistribusikan dokumen putusan,
salinan putusan dan dokumen elektronik
putusan kepada Panmud kamar.
j. Panmud kamar mengunggah dokumen
elektronik putusan pada direktori putusan.
k. Panmud kamar selanjutnya mendistribusikan
dokumen putusan, salinan put, dan dokumen
elektronik putusan kepada Panmud perkara.
-- 66 --
10. Pengiriman berkas
a. Panmud perkara melakukan pemeriksaan
akhir atas otentikasi salinan putusan.
b. Panmud perkara mengirimkan salinan
putusan, berkas perkara bundel “A” ke
Pengadilan pengaju serta mengirimkan
dokumen putusan dan berkas perkara
bundel “B” ke unit kerja pengarsipan.
--67--