Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari...

104
AKREDITASI: AKSI SEPENUH HATI SEKALI BERARTI UNTUK NEGERI Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG Media Komunikasi Mahkamah Agung Republik Indonesia MAHKAMAH AGUNG

Transcript of Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari...

Page 1: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

akreditasi:

aksi sepenuh

hati

sekaLi Berartiuntuk neGeri

Nomor XIII/2017

MAHKAMAH AGUNGMedia Komunikasi Mahkamah Agung Republik IndonesiaMAHKAMAH AGUNG

Page 2: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus
Page 3: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

1

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Redaksi menerima artikel ilmiah tentang hukum dan laporankegiatan di lingkungan peradilan.Naskah harus asli dan belum pernah dimuat di media manapun.Naskah dikirim ke alamat redaksi:Perpustakaan Mahkamah Agung RIJl. Medan Merdeka Utara No. 9-13 JAKARTA 10010Telepon: 3843348, 3810350, 3457661

Gedung Tower MA setinggi 85,88 meter menjadi icon perubahan bagi gedung pemerintah di sekitarnya. Pembangunan gedung 15 lantai ini dimulai sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2016.

SALAM REDAKSI2 Hukum Harus Teguh meski Politik Gaduh

LAPORAN UTAMA3 Ngebut agar Pelayanan Kian Yahud8 PENYAMARAN PARA PIMPINAN MA Shock Therapy Budaya Pelayanan13 PERMA 13 Tak Bikin Celaka Justru Bikin Sehat Berniaga15 Akreditasi dalam Implementasi16 Jiwa Korsa PN Blora18 Akreditasi: Bukan Soal Gedung21 Akreditasi: Aksi Sepenuh Hati24 Sehari di Blora25 Jokowi Undercover

LAPORAN KHUSUS26 Kemegahan Gedung Peradilan Tak Ada Artinya....31 Membangun dengan Uang Rakyat33 Untuk Kali Kedua Hatta Ali Pimpin MA Akan Berikan yang Terbaik untuk Negara38 Visi-Misi MA dapat Tercapai pada 202543 Kerja Keras Usai Dilantik45 Jangan Biarkan Hakim Merana49 Sek-MA Berbenah SDM

WAWANCARA51 Tangan Kanan Berbuat, Tangan Kiri Tak Boleh Tahu

KEPANITERAAN55 MA Finalisasi Simplifikasi Format Putusan Perdata56 MA Adakan FGD Implementasi Register Elektronik

TOKOH 57 Lebih Baik Kehilangan Teman daripada Kehilangan Tuhan

KOLOM59 Apa Kabur Restrukturisasi Organisasi MA?

RAGAM62 LAPORAN TAHUNAN MA 2016 Upaya Memelihara Kepercayaan Publik64 Kampung Hukum Selalu Bikin Ramai Pengunjung67 PN Batulicin Inisiatif Digitalisasi dari Pengadilan di Pelosok68 Seminar Nasional Ikahi: Menjerat Korporasi dalam Pertanggungjawaban Hukum71 Antara Independensi dan Kesejahteraan Hakim

TIRTA75 Wujudkan Paskah dalam Hidup Nyata

BERANDA77 Purnabakti Prof. Dr. Abdul Manan Ingin Istikomah agar Kian Berkah80 PN Klaten Tata Ruang untuk Minimalisasi KKN82 Aplikasi Transkrip Persidangan PN Kendal lebih Revolusioner

TRIBUNAL83 Gedung Darurat untuk Selesaikan Tugas Berat88 Menjadi Hakim karena ‘Kecelakaan’

RESENSI91 ‘Preman Pasar’ Jadi Ulama Besar’

PUISI95 Desir Daun Jati

PUSTAKA96 Penataan Pengelolaan Perpustakaan

GALERI97

Pembaca dapat mengakses majalah e-paper melaluiwebsite: www.mahkamahagung.go.id

DAFTAR ISI

Page 4: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

2

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

MAJALAH MAHKAMAH AGUNG

PELINDUNGPROF. DR. H. M. HATTA ALI, S.H., M.H. DR. H. MUHAMMAD SYARIFUDDIN, S.H., M.H. H. SUWARDI, S.H., M.H.

PEMBINADR. DRS. ACO NUR, M.H.

PENANGGUNG JAWABKEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS MAHKAMAH AGUNG RI

PEMIMPIN REDAKSIDR. RIDWAN MANSYUR, S.H.,M.H.

WAKIL PEMIMPIN REDAKSIRIDHO TAUFIQ, S.H.

REDAKTUR PELAKSANAVIKTOR P. PANE

REDAKTURRITA ZAHARA

REPORTERSUSANTO WIBOWO

FOTOGRAFERRICHARD PANESON

PENATA LETAKDEDI KUSPENDI IKA, S.H.,M.Si.

KONTRIBUTOR JAKARTA DARMONO YUTI WITANTO ASEP NURSOBAHM.E.R HERKI ARTANI RICHMIANI NUR AZIZAH

KONTRIBUTOR DAERAHEMPAT LINGKUNGAN PERADILAN SELURUH INDONESIA

SIRKULASI DAN DISTRIBUSIHIDAYATNUR CAHYONO PUTRO

DITERBITKAN OLEHBIRO HUKUM DAN HUMASBADAN URUSAN ADMINISTRASIMAHKAMAH AGUNG RIJl. Merdeka Utara No. 9–13JAKARTA 10010

Telepon: 3843348, 3810350, 3457661www.mahkamahagung.go.id

SALAM REDAKSI

Hukum Harus Teguh meski Politik Gaduh

Tahun 2017 merupakan tahun penuh harapan

meskipun banyak dihiasi oleh perhelatan poli-

tik yang panas, karena di tahun 2017 Mahka-

mah Agung memiliki Ketua dan Sekretaris yang

baru, tentunya dengan segudang semangat

dan gagasan-gagasan yang baru pula.

Politik boleh panas, tapi hukum punya pos-

tulatnya sendiri. Ia teguh pada dirinya: pada

kepastian dan keadilan. Di situlah keteguhan

mesti didedikasikan pada publiknya. Hukum tak boleh tunduk oleh tekan-

an massa atau mobilisasi opini, terlebih pada negara demokrasi. Hukum

mesti kukuh pada dalil dan logikanya, karena demokrasi butuh para peng-

adil yang teguh.

Jauh dari perhatian publik, di PN Blora Jawa Tengah, sedang berlang-

sung sidang kasus buku Jokowi Undercover yang ditulis oleh Bambang Tri

Mulyono. Tapi yang menarik bukan karena tengah menyidangkan kasus

dugaan penghinaan Presiden, tapi di luar perkiraan, PN Blora ternyata

punya prestasi yang mengagumkan. Dengan fasilitas yang minim, bud-

get yang terbatas, fisik gedung yang belum prototype, serta posisi yang

jauh dar ibukota propinsi, namun ternyata mampu meraih akreditasi dari

Badan Peradilan Umum (Badilum).

Itu sebabnya PN Blora menjadi bagian Laporan Utama edisi kali ini.

Semua itu menjadi bukti dan spirit bagi Mahkamah Agung yang tengah

gencar melakukan proses akreditasi dan pengawasan. Untuk menjamin

terselenggaranya pelayanan yang baik para petinggi MA yang dipimpin

Ketua MA Prof. Dr. H.M. Hatta Ali, SH., MH, sampai harus melakukan per-

jalanan secara diam-diam, incognito, ke berbagai pengadilan. Tujuannya

tidak lain adalah untuk memastikan bahwa pelayanan hukum pada ma-

syarakat senantiasa lurus dan tak boleh bengkok.

Sekretaris MA yang baru, Achmad Setyo Pudjoharsoyo, tengah beru-

paya meningkatkan profesionalitas birokrasi, tanpa mengabaikan kese-

jahteraan pegawai. Itu sebabnya, ia memberdayakan koperasi. MA dengan

8.000 hakim dan 35.000 pegawai non hakim memang harus sejahtera

agar tak ada lagi yang main mata mencari tambahan nafkah dengan cara

yang tidak berkah (baca wawancara di hlm 45).

Akhirnya, hanya keteguhan hakim yang bisa menyelamatkan hukum

dan sekaligus menyelamatkan demokrasi.

Demikian. Selamat membaca.

Dr. Ridwan Mansyur

Page 5: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

3

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

nGeButagar PelayananKian yahud

MAHKAMAH Agung (MA) seperti tengah berlari

cepat. Berbagai masalah yang muncul sepanjang

2016 dan sorotan tajam masyarakat pada institusi

ini bukan untuk menjadikan MA tenggelam, tapi justru untuk

bangkit. Kritik tajam itu justru menjadi vitamin yang menyehat-

kan, membuktikan bahwa masyarakat masih peduli pada MA. Ini

justru membuat MA kerja ngebut agar pelayanan makin yahud.

Page 6: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

4

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

MAHKAMAH Agung (MA) seperti tengah berlari cepat. Berbagai ma-salah yang muncul sepanjang 2016

dan sorotan tajam masyarakat pada institusi ini bukan untuk menjadikan MA tenggelam, tapi justru untuk bangkit. Kritik tajam itu justru men-jadi vitamin yang menyehatkan, membuktikan bahwa masyarakat masih peduli pada MA. Ini justru membuat MA kerja ngebut agar pelayanan makin yahud.

Selain inspeksi mendadak dengan incognito (penyamaran) yang dilakukan para petinggi MA Januari silam, sepanjang 2016 MA juga telah melakukan berbagai gebrakan. MA telah mener-bitkan 14 Peraturan Mahkamah Agung (Perma) dan empat Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA). (Lihat boks)

Dalam jumpa pers di akhir Desember 2016, Ketua MA Hatta Ali menyebut fakta tersebut se-bagai jumlah penerbitan Perma terbanyak dalam sejarah MA. Sebagai ilustrasi, jumlah Perma yang diterbitkan MA dalam lima tahun terakhir seba-gai berikut: tahun 2011 sebanyak 2 Perma, tahun 2012 sebanyak 6 Perma, tahun 2013 sebanyak 3 Perma, tahun 2014 sebanyak 5 Perma, dan tahun 2015 sebanyak 7 Perma.

MA juga telah melakukan pembaruan bi-dang teknis dan manajemen perkara secara ber-kesinambungan. Ini merupakan bagian dari busi-

ness process reengineering. Perinciannya, ada 10 inisiatif pembaruan di bidang teknis dan 6 ini-siatif di bidang manajemen perkara. Ini tentu pembaruan yang mesti menjadi acuan kinerja bukan semata pajangan. Sebab, pembaruan bi-dang teknis memang perwujudan fungsi menga-tur yang diatributkan kepada MA sesuai Pasal 79 UU No.14 Tahun 1985. Berdasarkan fungsi ini, MA dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang di-perlukan bagi kelancaran penyelenggaraan pera-dilan. Hal ini terutama bila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang seba-gai pelengkap untuk mengisi kekurangan/keko-songan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan.

Manajemen PerkaraPembaruan di bidang manajemen perkara ber-

orientasi pada peningkatan pemberian pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan dan meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan. Program pembaruan di bidang manajemen perkara yang telah dilakukan oleh Mahkamah Agung sepanjang tahun 2016 adalah:

Standardisasi penerbitan keterangan pengadil-an untuk syarat administratif pencalonan kepala daerah/wakil kepala daerah dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2016 tentang Per-mohonan Surat Keterangan bagi Calon Kepala

Konferensi pers

n Ketua MA, Prof. Dr. Hatta Ali (tengah), diapit oleh para pimpinan MA (ki-ka): Ridwan Mansyur (Karo Humas), M. Syarifuddin (Wk. Ketua MA Bidang Yudisial), Suwardi (Wk. Ketua MA Bidang Non Yudisial), dan Suhadi (Jubir MA), menyampaikan berbagai kemajuan MA dalam sebuah konferensi pers di Media Center Harifin A. Tumpa.

Page 7: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

5

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

Daerah dan Wakil Kepala Dae-rah di Pengadilan. Surat Edaran ini membatalkan dan menyatakan tidak berlaku SEMA Nomor 5 Ta-hun 2005 tentang Syarat Tidak Se-dang Dinyatakan Pailit bagi Calon Kepada Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 

Implementasi otentikasi salinan putusan Mahkamah Agung ber-basis teknologi informasi dengan menerbitkan Keputusan Panitera Mahkamah Agung Nomor 2326/PAN/OT.01.3/XI/2016 tanggal 23 November 2016 tentang Pedo-man Penerbitan Salinan Putusan Berbasis Teknologi Pengamanan Dokumen.

Pembentukan proyek rintisan sistem komunikasi data penyam-paian pemberitahuan permoho-nan kasasi perkara pidana, pene-tapan perpanjangan penahanan dan petikan putusan antara Mah-kamah Agung dan Ditjen Pema-syarakatan Kementerian Hukum dan HAM.

Penyempurnaan Document Management System untuk meng-akses dokumen elektronik dalam pemeriksaan kasasi/peninjauan kembali 

Monitoring delegasi bantuan panggilan berbasis sistem infor-masi perkara dengan membuat menu delegasi bantuan panggilan pada Sistem Informasi Penelu-suran Perkara yang dapat diakses publik. 

Peningkatan publikasi putusan Mahkamah Agung per tanggal 31 Desember 2016 berjumlah 2.061.320 putusan.

Percepatan PutusanSecara konkret pula, sepanjang

2016 MA telah memutus sebanyak 16.233 perkara. Jumlah perkara putus ini merupakan yang ter-tinggi dan berhasil “memecahkan” rekor tertinggi. Rekor sebelumnya, diukir pada 2013, dengan jumlah perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak

13.100  perkara (80,75%) diputus oleh MA kurang dari tiga bulan.

Adapun perkara selebihnya, yaitu 3.123 perkara (19,25%) dipu-tus dalam tenggang waktu sebagai berikut: 2.117 perkara (13,05%) diputus dalam jangka waktu 3–6 bulan, 865 perkara (5,33%) dipu-tus dalam jangka waktu 6–12 bu-lan, 116 perkara (0,72%) diputus dalam jangka waktu 12–24 bulan, dan 25 perkara (0,15%) diputus dalam jangka waktu di atas 24 bu-lan.

Ketua MA menjelaskan, beban penanganan perkara 2016 (sampai tanggal 27 Desember 2016, red) sebanyak 18.514 perkara. Jumlah tersebut terdiri dari perkara yang diterima sebanyak 14.564 perkara dan sisa perkara tahun 2015 ber-jumlah 3.950 perkara. Dari jumlah beban penanganan perkara terse-but, MA berhasil memutus seba-nyak 15. 964 perkara, sehingga sisa perkara berjumlah 2.550 perkara.

Dengan angka-angka terse-but di atas, perkara yang diteri-ma tahun 2016 meningkat 4,20% jika dibandingkan 2015 yang menerima 13.977 perkara. Jum-lah perkara yang diputus pada 2016 meningkat menjadi 10,46% jika dibandingkan 2015 yang me-mutus 14.452 perkara. Adapun jumlah sisa perkara tahun 2016 berkurang 35,44% jika diban-dingkan dengan sisa perkara ta-hun 2015 yang berjumlah 3.950 perkara.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui jumlah perkara yang diputus di bawah tiga bulan pada masing-masing kamar sebagai berikut. Kamar perdata sebanyak 3.830 dari 5.279 perkara (72,55%), perkara perdata khusus sebanyak 1.263 dari 1.388 perkara (90,99%), perkara pidana sebanyak 1.735 dari 1.812 perkara (95,75%), perkara pidana khusus seban-yak 2.192 dari 3.422 perkara (64, 06%). Selanjutnya perkara per-data agama sebanyak 942 dari 946 perkara (99,58%), perkara pidana

militer sebanyak 292 sebanyak 350 perkara (83,43%) dan perkara tata usaha negara sebanyak 2.846 dari 3.026 perkara (94,05%).

Perkara yang diputus di bawah tiga bulan jika dikategorikan berdasarkan jenis kewenangan adalah sebagai berikut: perkara kasasi sebanyak 9.570 dari 12.212 perkara (78,37%), perkara penin-jauan kembali sebanyak 3.448 dari 3.924 perkara (87,87%), perkara grasi sebanyak 54 dari 55 perkara (98,18%) dan perkara hak uji ma-teriil sebanyak 28 dari 32 perkara (87,50%).

Terkait dengan data-data terse-but, Ketua MA membandingkan dengan capaian tahun-tahun se-belumnya. Menurutnya jumlah sisa perkara tahun 2016 merupa-kan yang paling rendah sepanjang sejarah Mahkamah Agung.

Jika dibandingkan dengan sisa perkara tahun 2004 yang ber-jumlah 20.314, kata Ketua MA, kondisi sisa perkara pada akhir Desember 2016 yang berjumlah 2.550 menjadi bukti bahwa MA konsisten dan selalu kerja keras dalam melakukan berbagai upaya terstruktur dan strategis untuk mengikis sisa perkara dari tahun ke tahun.

Pencapaian ini mestinya harus terus ditingkatkan. Tentu penam-bahan hakim agung menjadi hal mendesak pula. Sebab, kini yang ada hanya 45 orang sementara se-suai UU No.5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung, jumlah hakim agung maksimal 60 orang. Meng-ingat Negara dengan populasi 250 juta penduduk, tentu banyak pula anggota masyarakat yang terlibat sengkata hukum. Tentu sei- ring meningkatnya kesadaran ma-syarakat akan hukum, ini sesuatu yang wajar.

Menggeber AkreditasiSepanjang 2016 pula akrediktasi

terhadap peradilan juga digeber. Pada penghujung Desember 2016, bertempat di Denpasar, Bali, Ke-

Page 8: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

6

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

Perma 2016n Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan;n Perma Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara dalam Sengketa Penetapan Lokasi Pembangunan un- tuk Kepentingan Umum pada Peradilan Tata Usaha Negara;n Perma Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan dan Penitipan Ganti Kerugian ke Penga- dilan Negeri dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;n Perma Nomor 4 Tahun 2016 tentang Larangan Peninjauan Kembali Putusan Praperadilan;n Perma Nomor 5 Tahun 2016 tentang Sertifikasi Hakim Ekonomi Syariah;n Perma Nomor 6 Tahun 2016 tentang Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan serta Pengadaan Tenaga Hakim;n Perma Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penegakan Disiplin Kerja Hakim pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya;n Perma Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pengawasan dan Pembinaan Atasan Langsung di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di Bawahnya;n Perma Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan (Whistle Blowing System) di Mahka- mah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya;n Perma Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Perma Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Keru- gian Negara di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya;n Perma Nomor 11 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan dan Sengketa Pelanggaran Administrasi Pemilihan;n Perma Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas di Pengadilan;n Perma Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi;n Perma Nomor 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah.

SEMA 2016n SEMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penghentian Penggunaan Biaya Proses Penyelesaian Perkara Yang Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Perma Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Penge- lolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnyan SEMA Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Efesiensi dan Transparansi Penanganan Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Pengadilann SEMA Nomor 3 Tahun 2016 tentang Permohonan Surat Keterangan bagi Calon Kepala Daerah dan Wakil Ke- pala Daerah di Pengadilann SEMA Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Ta- hun 2016 sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas bagi Pengadilan.

n Konferensi Pers LAPORAN TAHUNAN digelar di Ruang Harifin A. Tumpa

Page 9: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

7

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

Rerata waktu memutus perkara pada masing-masing jenis perkara

NoLamanya Proses Pemeriksaan (dalam bulan)

Jumlah 1 sd 3 3 s.d 6 6 sd12 12 sd24 > 24

1 Perdata 3.830 944 424 62 19 5.2792 Perdata Khusus 1.263 111 10 2 2 1.3883 Pidana 1.735 76 1 0 0 1.8124 Pidana Khusus 2.192 763 417 49 1 3.4225 Perdata Agama 942 4 0 0 0 9466 Pidana Militer 292 47 11 0 0 3507 Tata Usaha Negara 2.846 172 2 3 3 3.026

Jumlah 13.100 2.117 865 116 25 16.223

% 80,75% 13,05% 5,33% 0,72% 0,15%

mewujudkan visi dan menjalankan misi Mahkamah Agung. Standar mutu juga diperlukan sebagai alat peng-gerak untuk memacu aparatur lembaga Peradilan untuk meningkatkan kinerjannya dalam memberikan layanan yang berkualitas sekaligus sebagai sarana perwujudan akuntabilitas publik dan transparansi lembaga peradilan dalam menyelenggarakan tugas pokoknya.

Standarisasi atas mutu pelayanan peradilan, katanya, haruslah senantiasa dievaluasi atau ditingkatkan melalui benchmarking atau pengindentifikasikan praktek ter-baik terhadap proses yang sama atau serupa baik secara eksternal maupun internal. Karena itu seluruh jajaran pimpinan MA harus bekerja keras untuk mewujudkan-nya.

Sedangkan Dirjen Badan Peradilan Umum Herri Swantoro mengutarakan bahwa sejak tahun 2015 hingga 2016 Ditjen Badilum telah memberikan sertifikat kepa-da 67 pengadilan negeri dan 7 pengadilan tinggi. Untuk mensertifikasi seluruh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi se-Indonesia dibutuhkan waktu lebih dari lima tahun. Akan tetapi dengan memberikan kepercayaan dan peran yang lebih besar kepada pengadilan tinggi diharapkan tahun 2018 seluruh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi sudah terakreditasi dan tersertifikasi oleh Ditjen Badilum sehingga Indonesia Court Perfor-mance Excellent dapat segera terwujud.

Dalam refleksi akhir tahun 2016, Ketua MA Hatta Ali juga mengungkap berbagai capaian itu. Tetapi, ia meminta pada jajaran MA dan peradilan untuk tidak berpuas diri. Justru capaian itu harus menjadi cambuk untuk terus memperbaiki kinerja dan pelayanan kepada masyarakat. Panen prestasi itu akan tidak ada artinya jika hanya sebatas capaian, tapi tidak ditingkatkan dari hari ke hari. (MMA/AN/RZ)

n Dr. Herri Swantoro, Dirjen Badilum

tua MA Hatta Ali didampingi beberapa pim-pinan MA, menyerahkan sertifikasi Akreditasi Penjaminan Mutu (APM) kepada tujuh Penga-dilan Tinggi dan 26 Pengadilan Negeri seluruh Indonesia. Sebelumnya telah ada 41 (empat puluh satu) PN yang telah memperoleh sertifi-kat APM Badan Peradilan Umum. Ini menun-jukkan bahwa tekad dan usaha yang keras dari pengadilan di bawah Badan Peradilan Umum untuk terus membenahi pelayanan publik oleh lembaga peradilan.

Dalam sambutannya Hatta Ali menerang-kan bahwa standar mutu yang dibutuhan oleh lembaga peradilan sebagai acuan dasar dalam

Page 10: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

8

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

PENYAMARAN

PARAPIMPINAN

MA

Page 11: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

9

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

ShockTherapyBudayaPelayananBAYANGKAN, delapan petinggi Mahkamah Agung, termasuk Ketua MA

Hatta Ali dan Ketua Kamar Pidana MA, Artidjo Alkotsar, menyamar (incognito) atau tersembunyi menyebar ke seluruh pengadilan yang ada

di Jakarta. Mereka melakukan inspeksi mendadak (sidak) dengan cara berperan sebagai masyarakat yang tengah mencari keadilan. Pagi itu, Kamis, 26 Januari 2017, sidak dilakukan di empat lingkungan pengadilan di Jakarta. Hasilnya ti-dak sia-sia. Mereka menemukan beberapa pelanggaran etik dan pelayanan tidak maksimal.

Para pembesar MA itu mengenakan kostum ala pemain teater. Penampilan mereka berubah total! Mereka langsung berbaur, melihat, mengamati, dan ber-bincang dengan para pegawai pengadilan, pengacara, masyarakat pencari kea-dilan, serta berbagai pihak yang sedang berada di peradilan.

Sebagaimana layaknya inspeksi mendadak, semua itu tentu tak disadari oleh para warga peradilan. Penyamaran mereka begitu sempurna! Bayangkan, waktu itu Ketua MA Hatta Ali mengenakan kemeja lengan panjang, memakai brewok, berkacamata, dan bertopi. Sementara Ketua Muda MA Bidang Agama/Ketua Kamar Agama Abdul Manan mengenakan baret cokelat. Adapun Ketua Muda MA Bidang Pidana/Ketua Kamar Pidana, Artidjo Alkostar, mengenakan kopiah, baju gamis hijau, sarung, dan sandal jepit. Lalu, Wakil Ketua MA Bidang Non-yudisial Suwardi memilih memakai topi dan kumis palsu. Ada pula Wakil Ketua MA Bidang Yudisial Syarifuddin yang memakai wig/rambut palsu dan kacamata hitam. Sementara Ketua Muda MA Bidang Militer/Ketua Kamar Militer Timur Manurung memakai topi putih, kemeja lengan pendek, dan celana blue jean.

Page 12: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

10

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

TemuanKetua PN Jakarta Timur, Nawawi Pomo-

lango, pun terkejut atas kunjungan yang tidak disadarinya. Kehadiran Artidjo Alkostar ke PN yang dipimpin Nawawi tak diketahui oleh para hakim ataupun staf lainnya. “Saat sidak, kami tidak menyadari,” ujar Nawawi.

Ia dan para warga PN Jakarta Timur baru menyadarinya ketika didatangi oleh Ketua MA Bidang Pembinaan/Ketua Kamar Pembi-naan Takdir Rahmadi dan Inspektur Wilayah Bawas MA Asnawati, sehari setelahnya. “Prof Takdir menyerahkan temuan-temuan berupa hasil foto-foto yang dilakukan tim saat penya-maran dan meminta kami menindaklanjuti temuan di lapangan,” kata Nawawi dengan

wajah serius. Kedatangan petinggi MA itu memang bertujuan mengetahui sistem pela-yanan publik lembaga peradilan berjalan nor-mal atau tidak.

Namun, Nawawi memberikan apresiasi atas incognito yang dilakukan oleh petinggi MA itu. Ia mengakui memang ada beberapa pelanggaran etika di wilayah peradilan yang ia pimpin.

Ia pun hampir setiap hari mengingatkan jajaran di bawahnya bahwa pimpinan MA kerap menyamar untuk inspeksi mendadak (sidak). “Saya sudah jauh-jauh hari mengi-ngatkan kemungkinan sidak seperti itu ke-pada seluruh hakim dan staf,” ucap Nawawi.

Setali tiga uang dengan PN Jakarta Timur, seluruh awak PN Jakarta Selatan juga sama sekali tak menyangka inconigto itu. “Kita ng-gak tahu sama sekali. Jadi tahunya ketika ada salah seorang yang memberikan pelayanan kurang bagus dilaporkan ke pimpinan di sini. Dari situ baru tahu yang datang tim dari

“Kita ini pimpinanhanya mau membuktikan. Juga membuat komitmen supaya pengadilan ber-sih ”

MA,” ujar juru bicara PN Jaksel, Made Sutris-na. Ia tahu kemudian yang sidak ke PN Jaksel adalah Ketua Kamar Agama Abdul Manan. Hakim agung itu pun mendapati ketidakpu-asan dalam pelayanan informasi.

Ketua Muda MA Artidjo Alkostar menceri-takan pengalaman sidak ke PN Jakarta Pusat. Bersama pimpinan MA lain, ia menyamar un-tuk mengevaluasi pelayanan lembaga peradil-an di DKI Jakarta. “Kita ini pimpinan hanya mau membuktikan. Juga membuat komit-men supaya pengadilan bersih,” tutur Artidjo seusai peresmian tower MA dan 135 gedung lembaga peradilan, di Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, akhir Januari silam.

Artidjo yang menyamar dengan memakai kopiah putih, sorban, sarung, dan sandal je-pit, menemukan beberapa pelanggaran etika di PN Jakarta Pusat. Penyamarannya suk-ses, pegawai PN Jakpus tidak mengetahui ia pimpinan MA. Ia pun menemukan transaksi di masjid. “Ketahuannya setelah ada (bukti masalah). Ini ada masalah, ada transaksi di masjid, difoto, kemudian kita beri tahu Ke-tua PN dan nggak bisa mengelak lagi,” kata Artidjo seraya mengatakan pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai tersebut karena terli-bat dalam jual-beli perkara informasi. Selain itu, ada yang terlibat dalam urusan tilang. “Orangnya sudah diperiksa. Dia itu staf pe-ngadilan,” ungkap Artidjo.

Atur SiasatUntuk benar-benar penyamaran itu tak

diketahui oleh siapa pun, para pimpinan MA pun mengatur siasat. Ketua MA Hatta Ali membeli sendiri brewok palsu nan hitam di Yogyakarta. Kenapa di Yogyakarta? Kalau di Jakarta kemungkinan terbongkarnya tinggi.

Bahkan, untuk lebih meyakinkan lagi, ia menambahkan kacamata hitam dan topi. “Pesannya di Yogya, rada mahal, tapi nggak apa-apa. Kalau beli di sini, bisa, tapi kelihat-an,” bebernya seraya tersenyum.

Hatta mengatakan penyamaran itu dilaku-kan sendiri. Ia memasang sendiri brewok pal-su itu. Alhasil, tidak satu pun pegawai penga-dilan yang tahu kalau dirinya Ketua MA.

Page 13: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

11

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

Sebelum penyamaran, pimpin-an MA mengirim ‘agen’ sebanyak 10 orang ke sasaran. Mereka sema-cam tim pendahuluan. Merekalah yang melakukan investigasi, me-lihat apa yang terjadi di berbagai pengadilan itu. Hasil temuan itu menjadi bahan masukan bagi para pimpinan MA. Lalu, perjalanan in-cognito pun dilakukan.

Hatta mengungkapkan, agar rencana mereka tak bocor, pagi hari para pimpinan MA berkum-pul di rumah dinasnya, di Widya Chandra. Para sopir pun diminta pulang dengan alasan akan ada rapat. Mereka pun keluar dari kan-tor diam-diam karena takut keta-huan orang kantor yang berpoten-si membocorkan rencana penya-maran itu. “Jadi kita ngumpul di rumah dinas saya di Widya Chan-dra untuk mengatur strategi,” kata Hatta Ali di gedung MA, Jalan

Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, akhir Januari lalu.

DiapresiasiBanyak pihak mengapresiasi

shock therapy yang dilakukan pim-pinan MA. “Sidak, apalagi dengan cara menyamar, tentu strategis sekali. Justru selama ini sering kali inspeksi itu bersifat seremonial,”

kata Ketua Ombudsman Amzu-lian Rifai. Sidak dengan cara me-nyamar itu bagus, katanya, tentu dengan catatan asal penyamaran itu sendiri tidak bocor.

Sidak dengan menyamar bisa memahami apa yang terjadi se-sungguhnya dengan pelayanan publik di semua pengadilan. Hal itu sangat membantu dalam meru-muskan kebijakan. “Diharapkan sidak dengan cara menyamar ini memunculkan budaya waswas para pelayan publik bahwa mereka

merasa diawasi terus walaupun tersembunyi. Diharapkan tercipta kultur melayani,” kata Amzulian Rifai.

Dosen hukum pidana di Uni-versitas Parahyangan, Bandung, Agustinus Pohan, juga memu-jinya. “Saya merespons positif apa yang dilakukan para hakim MA. Menurut saya, apa yang dilakukan para pimpinan MA merupakan upaya meyakinkan masyarakat ka-lau MA serius untuk memperbaiki peradilan,” katanya.

Menurut Agustinus, sudah ba-nyak laporan dari masyarakat terkait dengan pelanggaran-pela-yanan di lembaga peradilan. “Ini sudah lama dan banyak terjadi. Kalau apa yang ditemukan setelah menyamar dan sidak itu mence-ngangkan, berarti ada sistem yang tidak benar. Laporan masyarakat itu cukup banyak dari sekadar jual perkara, segala macam per-mainan.” ucap Agustinus seraya menambahkan ke depan MA lebih serius lagi dalam pengawasan.

Pujian juga dilontarkan guru besar hukum pidana Universitas Jenderal Soedirman, Prof. Hibnu Nugroho. “Ya ini langkah bagus penerapan ilmu, teknik, dan tak-tik pengungkapan. Jangan sampai MA hanya menunggu laporan dari masyarakat yang justru lama un-tuk ditindaklanjuti,” tutur Hibnu.

Ia pun berharap penyamaran para hakim agung itu tidak ber-henti begitu saja. “Perlu dilaku-kan secara periodik dan tentunya harus dikembangkan lebih lanjut dalam pengawasan. Model penya-maran dan sidak ini seperti teknik saber pungli. Yang pimpinan juga harus mau turun ke bawah dan melihat langsung pelanggaran apa yang terjadi,” jelasnya.

n Dalam penyamaran, para pimpinan MA tidak dikenali lagi, seperti pada foto di atas, Ketua MA, Hatta Ali (kemeja putih), diapit oleh (ki-ka): Abdul Manan (Ketua Kamar Agama), Soltoni Mohdally (Ketua Kamar Perdata), Artidjo Alkostar (Ketua Kamar Pidana), Suwardi (Wakil Ketua MA Bidang Nonyudisial), Syarifuddin (Wakil Ketua MA Bidang Yudisial), Supandi (Ketua Kamar TUN), dan Timur Manurung (Ketua Kamar Militer). (Sumber foto: detikcom)

Page 14: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

12

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

Tindak lanjutInconigto para pimpinan MA menjelang

akhir Januari silam merupakan upaya shock therapy yang jitu. “Ini merupakan shock therapy. Paling nggak, unsur ketakutan me-reka semakin tinggi, jadi tidak akan berbuat macam-macam,” tegas Hatta Ali. Harapan-nya, para pegawainya dapat memberikan pelayanan maksimal untuk masyarakat.

Namun, seperti dikatakan Ketua MA Hatta Ali, sidak dengan penyamaran se-perti yang dia lakukan bersama koleganya harus berkesinambungan sampai budaya kerja yang mengutamakan pelayanan pub-lik benar-benar terwujud. Dan, jangan lupa, di lingkungan MA sendiri, di Jalan Merde-ka Utara, para pimpinan MA juga perlu melakukan sidak dengan penyamaran seru-pa. Jangan sampai asyik menertibkan di luar, di dalam sendiri justru kecolongan.

Hatta pun menampik kalau penyamaran dilakukan hanya baru-baru ini saja. Lantar-an selama ini Bawas MA sudah lebih aktif dalam mengawasi hakim dan lembaga per-adilan. “Kami sudah lama melakukan ini. Bawas kan proaktif. Cukup banyak yang terjaring. Tetapi kami menghendaki supaya lebih lagi,” imbuhnya.

“Ada beberapa hal ini yang akan ditinda-klanjuti oleh Bawas. Yang perlu kita perik-sa, kita periksa. Misalnya ada pegawai yang pelayanannya kurang, ada pegawai yang menunjuk orang lain yang tidak kompeten, dan kami juga wawancarai para pengacara yang hadir di pengadilan,” tandas Hatta Ali.

Hatta mengatakan, ke depan langkah ini akan terus dilakukan secara acak ke lem-baga peradilan yang tersebar di Indonesia. Pihaknya juga akan menyebar para anggota ke pengadilan negeri lainnya. “Ini tetap kami akan lanjutkan dan akan dilakukan

“Kami sudah lama melakukan ini.Bawas kan proaktif.Cukup banyak yangterjaring.Tetapi kamimenghendaki supaya lebih lagi ”

di luar Pulau Jawa. Nanti 10 orang ini bisa duluan lapor ke kita untuk ditindaklanjuti. Sehingga pimpinan kita akan disebar ke semua daerah untuk melakukan penyamar-an masing-masing,” ujarnya.

Apresiasi banyak pihak atas penyamaran para pimpinan MA, semoga menjadi penye-mangat gebrakan untuk benar-benar men-jadikan Mahkamah Agung peradilan yang agung. Upaya yang memang harus terus menerus dilakukan.***

Page 15: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

13

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

PERATURAN Mahkamah Agung (Perma) ten-tang Pidana Korporasi dipandang sebagian kalangan dunia usaha sebagai aturan untuk

meluluhlantakkan mereka. Padahal, justru seba-liknya. Perma ini disusun untuk membuat nyaman pengusaha dan membuat dunia usaha bersih dari tin-dak pidana korupsi. Dengan selalu patuh pada aturan, yang diuntungkan justru semua pihak. Dunia usaha lurus jalannya, dan negara pun bisa mendapat man-faat secara maksimal. Akan tetapi, karena Perma No-mor 13 tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Tindak Pidana oleh Korporasi masih baru, maka di

sana-sini ada kekhawatiran, khususnya bagi kalangan dunia usaha.

Usai pembacaan Laporan Tahunan MA tahun 2016, pada 9 Februari silam, Biro Hukum dan Hu-mas MA-RI menggelar talk show bertajuk “Pertang-gungjawaban Pidana oleh Korporasi menurut Perma Nomor 13 tahun 2016’. Beberapa nara sumber ha-dir, yakni Hakim Agung Prof. Dr. Surya Jaya, Deputi Penindakan KPK Irjen (Pol) Heru Winarko, dan Ke-tua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia.

Tak BikinCelaka13PeRMA

Justru Bikin sehat Berniaga

n Talk show bertajuk “Pertanggungjawaban Pidana oleh Korporasi menurut Perma Nomor 13 tahun 2016’ menghadirkan (ki-ka) Hakim Agung Prof. Dr. Surya Jaya, Deputi Penindakan KPK Irjen (Pol) Heru Winarko, dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia, dengan moderator Hakim Yustisial D.Y. Witanto.

Page 16: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

14

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

WWCR A

n Pidana Korporasi menjadi tema Seminar Nasional Ikahi di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 21 Maret 2017. Seminar diselenggarakan dalam rangka HUT ke-64 Ikahi.

LAPORAN UTAMA

PERATURAN Mahkamah Agung (Perma) ten-tang Pidana Korporasi dipandang sebagian ka-langan dunia usaha sebagai aturan untuk melu-luhlantakkan mereka. Padahal, justru sebaliknya. Perma ini disusun untuk membuat nyaman pen-gusaha dan membuat dunia usaha bersih dari tin-dak pidana korupsi. Dengan selalu patuh pada aturan, yang diuntungkan justru semua pihak. Dunia usaha lurus jalannya, dan negara pun bisa mendapat manfaat secara maksimal. Akan tetapi, karena Perma Nomor 13 tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Tindak Pidana oleh Korporasi masih baru, maka di sana-sini ada kekhawatiran, khususnya bagi kalangan dunia usaha.

Usai pembacaan Laporan Tahunan MA tahun 2016, pada 9 Februari silam, Biro Hukum dan Hu-mas MA-RI menggelar talk show bertajuk “Per-tanggungjawaban Pidana oleh Korporasi menu-rut Perma Nomor 13 tahun 2016’. Beberapa nara sumber hadir, yakni Hakim Agung Prof. Dr. Surya Jaya, Deputi Penindakan KPK Irjen (Pol) Heru Wi-narko, dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda In-donesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia.

Pidana KorporasiDalam pemaparannya, Surya Jaya menjelaskan,

korporasi sebagai subjek tindak pidana disebut-kan oleh setidaknya seratus undang-undang. Na-mun, dalam praktiknya hampir tidak pernah ada korporasi yang dapat diajukan sebagai tersangka atau terdakwa ke pengadilan jika mereka melaku-kan pelanggaran pidana korporasi. Hal ini dise-babkan karena hukum acara yang berlaku di Indo-nesia belum mengakomodasi tata cara pengajuan subjek hukum dalam bentuk badan hukum (recht persoon).

Bertolak dari kekosongan hukum itulah, kata

Surya, Mahkamah Agung kemudian menerbitkan Perma No-mor 13 tahun 2016 yang mengatur bagaimana para penegak hukum pidana dapat mengajukan korporasi sebagai pelaku tindak pidana ke pengadilan. Hakim pun dapat menjatuhkan pidana jika korporasi terbukti melakukan tindak pidana.

Selanjutnya Surya mengatakan, meskipun Perma terse-but berisi norma-norma teknis tentang bagaimana penegak hukum dapat menjerat korporasi dalam proses penegakan hukum, namun di sisi lain Perma tersebut sebenarnya men-gandung tujuan untuk menciptakan pola persaingan usaha yang sehat. Karena itu, tidak beralasan jika Perma tersebut membuat khawatir kalangan usaha akan dikriminalisasi. “Justru Perma Nomor 13 tahun 2016 akan memberikan ke-nyamanan dalam berusaha,” pungkas Surya Jaya di akhir pemaparannya.

Surya meyakinkan dunia usaha bahwa penegak hukum tidak akan mengusut dan hakim tidak akan memutus kor-porasi tersebut melakukan tindak pidana jika tidak ada mens rea (niat jahat). Namun kalau korporasi mendapat manfaat, mendapat keuntungan (dari tindak pidana) dan seseorang yang melakukan tindak pidana bertindak untuk atas nama dan kepentingan korporasi, korporasi kena. “Jangan kor-porasi dapat enak, tetapi tidak mau tanggung jawab,” cetus-nya dalam diskusi yang diselenggarakan MA itu.

Kepastian HukumSenada dengan Surya, Deputi Penindakan KPK Heru Wi-

narko menilai Perma 13/2016 memberi kepastian hukum bagi korporasi. Namun, agar korporasi tidak was-was, KPK melalui Deputi Pencegahan KPK akan mengundang berbagai korporasi dan organisasi yang membawahi untuk membuat aturan-aturan apa saja yang harus ditaati korporasi agar ti-dak terjerat pidana korupsi.

Menurut Heru, Perma No.13 tahun 2016 akan membantu KPK dalam proses pengembalian keuangan negara akibat tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi. “Selama ini KPK kesulitan untuk menjerat pelaku korupsi dari subjek hukum korporasi karena belum tersedianya instrumen hu-kum yang dapat menjadi pijakan dalam mengajukan kor-porasi yang diduga melakukan korupsi ke pengadilan.”

Dengan Perma tersebut tidak ada alasan lagi bagi KPK un-tuk tidak memproses korporasi yang diduga kuat melakukan tindak pidana korupsi. “Namun demikian, para pengusaha tidak perlu takut dengan berlakunya Perma tersebut sepan-jang aktivitas usahanya tidak melanggar hukum,” tegas Heru yang juga mantan Kapolda Lampung itu.

Hal itu diamini oleh Bahlil (ketua HIPMI). Menurutnya, kalangan dunia usaha sebelumnya juga khawatir dengan Perma No. 13 tersebut. Akan tetapi, setelah dipelajari, jus-tru membuat sehat dunia usaha. “Kami tidak perlu khawatir mengingat dalam aktivitas usaha juga berlaku prinsip good corporate governance, sehingga tidak semata-mata dituju-kan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, na-mun tetap harus memperhatikan nilai kejujuran dalam men-jalankan usaha.” (MMA/Dyw/RZ)

Page 17: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

15

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Dr. Herri Swantoro, Dirjen Badilum

LAPORAN UTAMA

anggaran. Hasilnya, mereka justru mengungguli pengadilan-pengadilan besar di kota-kota besar, entah dalam kualitas ataupun dalam kecepatan bertindak.

Beberapa contoh dapat disebut. PN Praya, misal-nya, di pelosok Lombok sana. Di tengah masyara-kat setempat yang tergolong keras dan sensitif, aparat peradilan di sana melakukan penegakan hu-kum dengan memperhatikan kondisi sosial budaya setempat. Mengadopsi cara mediasi lokal di balai terbuka ke pengadilan modern merupakan salah satu wujud responsifnya aparat peradilan setempat terhadap tuntutan masyarakat akan keadilan.

PN Temanggung, sebuah pengadilan kelas II di Jawa Tengah, adalah contoh lainnya. Ia pengadilan yang paling cepat membangun sistem, lalu menjadi percontohan bagi pengadilan-pengadilan lain.

Contoh lain adalah PN Blora. Lokasinya di dae-rah kering. Jalan menuju ke sana kurang bagus, agak sulit dijangkau. Tak semua pejabat mau ke sana. Tapi dengan adanya akreditasi, luar biasa pe-rubahan yang terjadi di sana, melebihi pengadilan yang gampang dijangkau. “Performance fisiknya maupun sistemnya bagus,” kata Dr. Herri Suwan-toro, Dirjen Badilum, penggagas APM, kepada Majalah Mahkamah Agung.

Hal-hal seperti itu menjadi kebanggaan tersen-diri bagi Herri. Itu sebabnya, ia mendorong pub-likasi bagi pengadilan yang berprestasi di tengah keterbatasan. “Saya senang kalau ditonjolkan ki-nerja aparat peradilan yang di pelosok,” kata Herri.

Wajar saja kalau Herri memuji kemajuan penga-dilan-pengadilan itu, sebab mereka memang bi-naannya. Tapi kalau sampai bupati Blora berkata kepada para bawahannya, “Contohlah budaya ker-ja di PN Blora,” bukankah pujian itu sesuatu yang mengharukan buat Anda, para warga peradilan?

akreditasidalam imPlemenTasi

GERAKAN Akreditasi Penjaminan Mutu (APM) menimbulkan gairah dan kesada-ran baru di dunia peradilan Indonesia.

Pengadilan-pengadilan berlomba-lomba memper-baiki kinerja masing-masing.

APM memang bertujuan untuk mewujudkan ki-nerja terbaik bagi peradilan Indonesia. Sasarannya, peradilan yang unggul, atau, dalam rumusan visi-misi MA, peradilan yang agung.

Yang menarik, dengan akreditasi, ada pen-gadilan-pengadilan di tempat-tempat terpencil yang mencapai prestasi luar biasa. Luar biasanya, prestasi itu dicapai lewat kerja keras segenap warga pengadilan setempat. Juga dengan kreativitas me-reka. Mereka bekerja keras dan kreatif, mengha-dapi keterbatasan infrastruktur, pula keterbatasan

Page 18: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

16

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

RABU 21 Maret. Siang itu cuaca agak panas, suhu sekitar 35 derajat Celcius. Kami tiba di PN Blora, Jawa Tengah, tepat pukul 15.00. Di lobi bangunan berkukuran 1.029 m2 Itu, kami disambut seluruh jajaran pengadilan dengan yel penuh semangat. Yang luar biasa, yel itu di-pimpin Ketua PN Blora, Unggul Tri Esthi Muljono, dan Wakil Ketua Makmurin Kusumaastuti. Dipandu oleh hakim Rr. Dewi Nugraheni, pencipta yel itu, mereka meneriakkannya secara serentak. Kompak!

“Pengadilan Negeri Blora: prima … prima … yes; Pengadilan Negeri Blora: professional, ramah, inova-

tif, murah, adil; Pengadilan Negeri Blora: maju … go… go… go…” Inilah nilai-nilai budaya PN Blora yang menjadi

komitmen mereka. Yel serentak dan kompak juga se-rupa pemandu kerja. Inilah jiwa korsa (semangat ke-bersamaan) yang mereka terus tumbuhkan. Ada rasa persaudaraan yang kental di insitusi peradilan umum tingkat pertama itu.

Setelah rentetan yel diteriakkan, Unggul memperke-nalkan seluruh jajaran dari mulai unsur pimpinan, staf, dan seluruh karyawan yang berjumlah 49 orang. Mereka dipersatukan dalam ikatan keluarga besar PN Blora Mul-jono. Baik unsur hakim maupun nonhakim.

Sambutan hangat itu sungguh meruntuhkan rasa lelah

kami. Padahal, setelah terbang dari Jakarta, kami harus menempuh perjalanan selama empat jam untuk jarak 127 km dari Bandara Ahmad Yani Semarang ke arah timur, mendekati Jawa Timur. Jalan provinsi yang kami lalui memang tak semulus jalan nasional. Tetapi, sekali lagi, kehangatan penyambutan menghapus lelah-letih kami.

Dalam perjalanan itu kami melewati persawahan, ke-bun tebu, dan hutan jati. Rupanya, Jepara yang dikenal dengan jati ukir, seluruh bahan bakunya dari Kab. Blora.

“Selamat datang di PN Blora. Kami senang mendapat kunjungan dari tim Majalah MA dan Badilum. Banyak yang menyebut ini pengadilan di tengah hutan,” kata Unggul merendah, diselingi tawanya yang renyah. Ketua PN Blora, yang lahir di Purwodadi, 8 Mei 1965, itu baru dua bulan bertugas di Blora, setelah sebelumnya bertu-gas sebagai KPN Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah.

Semula Dipandang Sebelah MataMemang selama ini PN Blora dipandang sebelah

mata. Jarang pejabat meliriknya. Tetapi, justru karena ledekan sebagai pengadilan di tengah hutan, mereka ter-motivasi. Mereka bangkit. Mereka membutikan bahwa PN Blora bukan seperti yang mereka persepsikan. PN Blora, meski gedung dan fasilitasnya terbatas, bukan be-rarti kemampuannya terbatas pula. Buktinya pengadilan

Jiwa korsa

Pn Blora

Page 19: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

17

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

“ Di sini masyarakat-nya sangat menghargai an-tarsesama. Tidak ada yang usil mengurusi orang lain. Masing-masing menghar-gai hak dan kewajibannya. Maka, kami pun ”

LAPORAN UTAMA

ini mendapat akreditasi memuaskan, dengan nilai A. Inilah prestasi yang mestinya menjadi inspirasi seluruh warga peradilan.

Jujur saja, reportase kami ke PN Blora juga karena ber-mula dari apresiasi Dirjen Badilum Herri Swantoro ter-hadap PN Blora. “PN Blora layak mendapat apresiasi.

Layak dicontoh karena menjadi role model se-buah lembaga. Mena-riknya, Blora itu alamnya kering, infrastrukturnya juga kurang, tidak semua pejabat mau ke sana. Tapi saya sidak ke sana, PN Blora perubahannya luar biasa dengan adanya akreditasi, melebihi PN yang gampang dilintasi,”

kata Dirjen Badilum dua pekan sebelum keberangkatan kami ke Blora.

Kearifan LokalBlora yang berpenduduk sekitar 850.000 jiwa itu dike-

nal sebagai wilayah dengan suku Samin terbesar di Jawa Tengah. Suku Samin dikenal sangat menjaga bumi dan hidup dalam ikatan sosial dan budaya yang kuat. Kare-na itu, kearifan lokal itu berimbas pada laku kehidupan sehari-hari para hakim di PN Blora. Tak ada persaing-an mengejar materi secara keras. Mereka menyadari bahwa kerja keras dan dan sungguh-sungguhlah kunci bagaimana mendapatkan rezeki atau nafkah.

“Di sini masyarakatnya sangat menghargai antarsesa-ma. Tidak ada yang usil mengurusi orang lain. Masing-masing menghargai hak dan kewajibannya. Maka, kami pun yang berada di PN Blora ikut merasakan ketenang-an dan kedamaian,” kata Dwi Ananda, salah satu hakim yang ikut menyidangkan kasus penulis buku Jokowi Un-dercover, Bambang Tri Utomo.

Ketenangan juga diakui oleh Abdul Munif, panitera yang bulan April telah resmi pindah tugas ke PT Sema-rang. Munif-lah yang mengantar jemput kami selama di PN Blora. “Iya, kami betah di sini,” kata Munif yang dalam beberapa urusan bisa berfungsi sebagai humas yang baik.

Blora juga dikenal sebagai tempat eksplorasi minyak terbesar di pulau Jawa, tepatnya di Kecamatan Cepu. Inilah yang disebut eksplorasi Blok Cepu. Tapi, karena pengaruh masyarakat Samin yang tak hedonis, kasus yang menonjol adalah tindak pidana pencurian kayu dan perjuadian. Periode Januari-Maret, perkara pidana 52 kasus; gugatan 13 buah, permohonan 64 buah (per-mohonan menjenguk tahanan di lapas), dan gugatan sederhana 10 buah.

Blora juga dikenal kota Sate. Sate Blora yang gusto juga berekspansi ke banyak kota termasuk Jakarta.

Blora juga tempat kelahiran sastrawan ternama Pra-moedya Ananta Toer, yang melahirkan tetralogi novel Bumi Manusia yang kondang itu. Kumpulan cerita pendeknya, Cerita dari Blora yang bercerita semasa re-volusi, tersurat Blora daerah perjuangan juga.

PN Blora agaknya juga meneruskan api perjuangan serupa itu, perjuangan di bidang hukum. Seperti spirit dalam yel yang yang menyambut kami. “Pengadilan Ne-geri Blora: profesional, ramah, inovatif, murah, adil.” ***

n Kiri: Seluruh staf PN Blora biasa menyambut tamu dengan yel.n Kanan: Wakil Ketua PN Blora, Makmurin Kusumastuti, tak segan-segan turun tangan membersihkan meja informasi dari debu.

Page 20: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

18

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

SEPINTAS, tidak ada yang terlihat istimewa kalau kita memasuki halam-an PN Blora. Sepintas, semuanya bi-asa-biasa saja. Malahan yang menon-jol justru wajah tua gedung PN Blora dibanding gedung baru pengadilan-pengadilan lain yang sudah sesuai de-ngan prototipe.

Tak usah jauh-jauh cari pemban-ding. Lihat saja gedung PA Blora, yang hanya berjarak beberapa ratus me-ter dari PN Blora. PA Blora tampak megah, sementara PN Blora tak bisa menyembunyikan usianya. Maklum, gedung ini dibangun tahun 1983, su-

dah memasuki usia 34 tahun.Akan tetapi, kesan sepintas biasa-

biasa itu sirma kalau kita memasuki gedung PN Blora. Begitu masuk, arah-kanlah pandangan ke segala penjuru. Asri di mana-mana. Anda tak akan menemukan sampah berserakan. Se-baliknya, anda akan disambut taman yang asri. Ruangan-ruangan pun ser-ba bersih. Ruang tahanan dan dapur saja resik, apalagi ruang anak, ruang mediasi, ruang ibu menyusui, ruang teleconference, perpustakaan, arsip dan lain-lain. Pokoknya, semua tertata rapi. Nyaman.

akreditasi:

BuKan soalGeDUNG

n Setiap pagi, segenap warga PN Blora mengadakan kerjabakti dengan melepas status, seperti terlihat pada gambar: Didik Riyadi, Panmud Pidana (1), Oges Sinaga, staf IT (2), Budi Wibawati, staf Perpustakaan (3), Zainuddin, satpam (4), Suwono, supir (5), Morindra Kresna, hakim (6), dan Jatman, staf kepaniteraan perdata (7).

1

2

3

4

Page 21: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

19

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

Kenyamanan itu diciptakan dengan mempertimbangkan kepentingan para pengunjung pengadilan, khususnya para pencari keadilan. Bangku jati disediakan secukupnya di berbagai sudut. Pengun-jung bisa menunggu di mana saja, tak perlu takut terlewat nomor antriannya, karena antrian tertulis sudah dikonversi ke audio, dan panggilan akan terdengar di tempat ia menunggu.

Kerja Bakti Lepas StatusKalau anda mau melihat contoh pe-

ngadilan yang bersih dan rapi, pergilah ke PN Blora. Usahakan datang pagi hari, sekitar pukul 8.00 pagi. Tapi jangan kaget kalau sepagi itu anda melihat Makmurin Kusumastuti, WKPN Blora, sedang mem-bersihkan ruang desk info dari debu de-ngan kemoceng. Sementara itu, Mundhofa, petugas desk info, sedang mengepel.

Jangan cari Unggul Tri Esthi Muljono di ruangannya pada jam itu, karena sa-ngat mungkin KPN Blora tersebut se-dang merapikan taman bersama rekan-nya hakim Morindra dan supirnya Su-wono.

Kalau bertemu dengan seseorang yang sedang mengepel lantai lorong, jangan buru-buru mengira dia OB; sangat mung-kin dia itu Didik Riyadi, panmud hukum PN Blora. Atau, Anda melihat seseorang membersihkan selokan, bisa jadi dia itu Jatman, staf kepaniteraan perdata.

Ada banyak contoh lain, yang mung-kin mengagetkan bagi orang lain, tapi tidak bagi para warga PN Blora. Mereka sudah terbiasa seperti itu. Menariknya, semua itu dilakukan dalam suasana ri-ang, tidak merasa terbebani.

Itu mungkin ciri khas PN Blora. Dari ketua PN hingga satpam, semuanya terli-

bat bersih-bersih, kerjabakti tanpa mem-bedakan status. Hakim atau bukan, pega-wai tetap atau honorer, semua berbaur. Dan itu berjalan setiap pagi. Catat, setiap pagi, lima kali seminggu, tidak hanya sekali seminggu.

Pagi itu (23/3), Unggul mengenakan kaos berkeliling mengontrol bersih-ber-sih anak buahnya. Ia bahkan ikut mera-pikan taman. “Yah, beginilah hari-hari kami di PN Blora,” kata pria yang terlebih dulu menjadi PNS baru menjadi hakim ini. “Inilah yang kami tanamkan setiap hari, satu jam setelah absen. Kami semua juga jadi sehat karena bergerak. Ada rasa kebersamaan, saling menghargai, dan tak memboroskan anggaran untuk pera-watan,” imbuh Unggul.

Menurut Unggul, perawatan fisik se-tiap hari itu merupakan kesepakatan ber-sama di antara segenap warga PN Blora,

5

6

77

Page 22: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN UTAMA20

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

bukan perintah pimpinan. Itu sebabnya, tugas itu tidak diang-gap memberatkan. “Kami semua bekerja dari hati,” kata Unggul.

Hal itu dibenarkan oleh Yunita, hakim pengawas bagian umum dan keuangan. Ia merasa, tugas-nya sebagai pengawas tidak terla-lu berat. Sebab, semua warga PN Blora bekerja secara bertanggung jawab, tanpa rasa takut dimata-matai. “Kita nyaman bekerja di lingkungan yang bersih dan sehat. Walaupun gedung tua, tapi ka-lau bersih, kita merasa nyaman di dalamnya,” imbuh Yunita.

Tak Mengandalkan PrototipeDi PN Blora, taman-taman dita-

ta, dengan hakim Morindra Kres-na bertindak sebagai “arsitek”. Lalu, untuk merawatnya, dibentuk kapling-kapling tanggung jawab. Misalnya, yang di sebelah timur menjadi tanggungjawab kepani-teraan pidana dan hukum, di be-lakang tanggung jawab kasubag umum, di luar gedung tanggung jawab panitera pengganti dan ka-subag kepegawaian. Para pegawai honorer juga mendapat kapling khusus, misalnya ruang atas. Setelah satu bulan, penanggung jawab dirotasi.

Segenap warga PN Blora benar-benar diikat dalam kebersamaan kerja: swakelola gedung. Mereka tak sepenuhnya menyerahkan urusan kebersihan dan perawatan kepada para petugas kebersihan. Semua jajaran merasa memiliki gedung tempat mereka bekerja.

Tapi sesungguhnya tampilan fisik yang ciamik itu hanya bagian kecil dari keunggulan PN Blora. Ada hal-hal lain yang khusus dari PN Blora, dan itu justru jauh lebih penting untuk pencari keadilan.

PN Blora adalah sebuah contoh bagi pengadilan-pengadilan lain. Ia adalah PN yang bisa meraih akreditasi A dari Dirjen Badilum, tanpa mengandalkan kemegahan gedung baru. Ia justru mengan-dalkan kekompakan dan kerjasa-

ma dari semua unsur pengadilan. Hasilnya, PN dengan gedung tua pun bisa terakreditasi A.

Hal itu dibenarkan oleh Dr. Zarof Ricar, Sekretaris Dirjen Badilum. “APM tidak menilai ge-dung itu baru atau lama,” tegas Zarof. “Ada gedung pengadilan yang tua, tapi rapi dan bersih. Se-baliknya, ada gedung baru tapi ti-dak terawat,” imbuhnya.

Menurut Zarof, akreditasi itu penilaian menyeluruh. “Sebe-lum akreditasi, tadinya penilaian pengadilan-pengadilan dilaku-kan secara parsial saja, misalnya di bidang berkas perkara, admi-nistrasi, atau bangunan fisik saja. Penilaian-penilaian parsial itu ke-mudian disatukan dalam akredi-tasi,” jelasnya.

Siap DisidakMungkin ada baiknya suatu saat

pimpinan MA mengadakan sidak dengan penyamaran ke PN Blora. Tapi jangan ‘kecewa’ kalau sidak itu tidak menghasilkan ‘temuan’ yang berarti.

Cobalah menyamar jadi pe-ngunjung tahanan di PN Blora. Jangan ‘kecewa’ jika Anda dilaya-ni dengan baik. Anda tidak akan dikenakan biaya siluman seperti di tempat lain, dan izin untuk berkunjung akan Anda peroleh dalam hitungan menit.

Hal serupa terjadi pada semua jenis layanan lain. Semua layanan sudah ada SOP-nya dan dijalankan sesuai dengan SOP itu.

Tetapi bukan itu inti keunggulan PN Blora. Bukan pada administrasi yang rapi, SOP dan tata kelola ter-tulis, serta segala macam aturan baku. Sebab, segala proses bisa disusun sedetil-detilnya, tapi ujung-ujung-nya manusia juga yang melaksanakannya. Jika tidak ada integritas, tidak ada kekompakan dan kerjasama yang baik, pada akhirnya segala aturan tertulis itu tinggal aturan yang mati.

n Dr. Zarof Ricar, Sekretaris Badilum

n Seusai salat asar berjamaah, Sekretaris PN Blora, Agus Setianto, memberikan tausiah.

Page 23: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

21

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Sehari di PN Blora, ter-lihat akreditasi itu bukan teori di atas kertas. PN Blora mengimplementa-sikannya dengan jelas, terukur, dan konkret da-lam kehidupan sehari-hari. Bagi mereka, butir-butir akreditasi hanya akan menjadi kata-kata mati jika tak diimpele-mentasikan dengan sepe-nuh hati.

Nilai Akreditasi Pen-jaminan Mutu (APM) A yang mereka raih No-vember tahun lalu bukan jatuh dari langit. Ini hasil kerja keras seluruh tim

yang waktu itu diko-mandoi oleh Dju Johnson Mira Manggi, KPN ketika itu, yang kini bertugas sebagai hakim di PN Jakarta Selatan. Mereka berani mengajukan diri ikut akreditasi pada April 2016 semata karena ingin membuktikan mereka bisa.

Bagi Unggul Tri Esthu, APM bukanlah barang baru, karena PN Kuala Kapuas, tempat ia menjadi KPN sebelum menjadi KPN Blora, sudah pula mendapatkan sertifikat APM dan ISO, sama persis dengan PN Blora.

Ketika ditanya bagaimana langkah ke depannya untuk meng-hadapi APM kedua, Unggul mengatakan bahwa ia hanya akan melanjutkan PR yang ia dapat di PN Kuala Kapuas. “Saya baru dua bulan di PN Blora. Kebetulan PN Blora dan PN Kuala Kapuas sama-sama kelas II, sama-sama mendapat akreditasi dengan nilai A, sama-sama menerima sertifikatnya di Mataram, NTB pada November 2016,” kata pria yang pernah menjadi juru sita (1990) dan panitera pengganti (1995) di PN Purwodadi ini.

Menurut jadwal, akan ada tim auditor (assessor) untuk melakukan pemeriksaan pada bulan April. Merujuk surat yang terakhir dari Dirjen, APM di PN-PN bisa dilakukan oleh Penga-dilan Tinggi (PT) yang sudah mendapat akreditasi. Itu berarti, pemeriksaan di PN Blora akan dilakukan oleh PT Jawa Tengah.

Ditanya tentang bagaimana menjaga kualitas agar tetap bisa memperoleh APM lagi, Unggul menyatakan kesiapannya. Be-

gitu datang ke Blora, katanya, ia langsung merencanakan untuk menyongsong penilaian yang kedua. Jajaran pimpinan PN Blo-ra diajaknya duduk bersama. Lalu ia bikinkan SK Tim. Mereka langsung berbenah-benah dari segi administrasi. Bahkan mulai pertengahan Maret lalu sudah dilakukan audit internal oleh tim yang dibentuk Unggul. “Saya tinggal tunggu laporannya. Saya sudah perintahkan hakim-hakim pengawas untuk melakukan pemeriksaan. Hasilnya kita lihat bersama-sama, apakah ada yang harus diperbaiki atau tidak,” imbuh Unggul, yang pertama kali bertugas sebagai hakim di PN Sungailiat, Bangka Belitung (2002).

Unggul merasa tenang berkat kerjasama dari semua bawah-annya, khususnya Sekretaris Agus Setianto, yang sudah mem-punyai pengalaman dalam menghadapi akreditasi.

Agus Setianto sendiri sangat senang dengan program akre-ditasi dari Badilum. Menurutnya, andaikan tidak ada program akreditasi, mungkin pelayanan PN Blora masih seperti yang dulu-dulu. “Dengan adanya akreditasi itu, kami bisa berbenah dalam pelayanan dan penampilan, termasuk SDM,” kata Agus.

Dalam TPM, audit internal dilakukan oleh para hakim. Ha-kim Yunita ditunjuk menjadi pengawas IT dan perencanaan, Dwi Ananda FW pengawas bidang hukum dan perdata, Morin-dra Kresna pengawas bidang pidana, Rr. Endang Dewi Nugra-heni urusan kepegawaian, dan Yayuk Musyafiah pengawas ba-gian umum dan keuangan.

PN Blora kini menjadi role model bagi institusi lain, baik di jajaran peradilan maupun di birokrasi secara umum. Prestasi itu membuktikan pepatah, “Not the gun, but the man.” Bukan senjatanya, melainkan manusianya. Meski fasilitas terbatas, tapi prestasinya jelas. Layaklah memang mereka mendapatkan apre-siasi itu.

Dirjen Badan Peradilan Umum (Badilum) Herri Swantoro juga memuji betapa PN Blora punya daya transformasi etos ker-ja yang luar biasa setelah mengikuti APM. “PN Blora yang dulu kerap dianggap sebelah mata kini menjelma sebagai pengadilan yang boleh dibanggakan,” kata Herri bangga.

Hal senada diungkapkan oleh Unggul. “PN Blora sekarang pelayanannya bagus semua. Alhamdulilah, sekarang sudah ti-dak ada lagi orang di pengadilan yang teriak-teriak “pengadilan lamban”. Setelah akreditasi, tidak ada lagi yang mengeluh,” ka-tanya bangga.

Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Blora juga kerap

LAPORAN UTAMA

akreditasi:

aksisePenuh haTi

n Unggul Tri esthu

Page 24: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN UTAMA22

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

memuji betapa PN Blora itu contoh yang amat konkret bagai-mana semangat dan etos untuk maju mengalahkan segala hambatan, terutama hambatan fasilitas. PN Blo-ra bahkan bisa menjadi contoh di berbagai peradilan di bawah Mahkamah Agung.

Hari itu pun kami dari Majalah Mahkamah Agung benar-benar melihat Akreditasi Penjamin Mutu bagi PN Blora bukan hanya teori, melainkan aksi yang dikerjakan dengan sepenuh hati. Ia praktik nyata dalam kerja mereka sehari-hari. Seba-gaimana dikatakan Unggul, “Akreditasi itu program bagus, maka pantas diapresiasi oleh KMA. Tapi kalau menjalankannya tidak dari hati, rasanya mem-beratkan.” ***

n Hakim Morindra Kresna (kemeja batik) dalam tugas pengawasan pidana.

n Dalam upaya mempertahankan mutu layanan dan akre-ditasi, harus dilakukan pengawasan secara rutin. Tampak pada gambar, Hakim Dwi Ananda F.W. (kerudung hijau) melakukan tugas pengawasan hukum dan perdata.

1

3

Page 25: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN UTAMA 23

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Yayuk Musyafiah, hakim pengawas bagian umum dan keuangan

efeknya tidak sampai ke bawah.Namun Unggul menyadarkan para bawahannya, bahwa akreditasi

ini adalah untuk sekantor (pengadilan), bukan untuk pimpinan saja. Hasil akreditasi berpengaruh juga pada karier semua bawahannya. Untuk itu, pimpinan pengadilan tentu menilai berdasarkan besar-ke-cilnya sumbangsih dan peranan masing-masing pada hasil akreditasi yang diperoleh.

Selain itu, Unggul mengaitkan akreditasi dengan gaji. “Gaji kita sudah besar. Banyak yang iri dengan kita. Kita harus tun-jukkan bahwa kita layak digaji besar. Kita tunjukkan dengan pelayanan yang bagus,” kata Unggul mengulang ucapannya kepada para bawahan.

Kini, PN Blora harus mempertahankan apa yang sudah di-raihnya. “Sudah akreditasi, kami harus mempertahankan-nya. Malu kami kalau sampai kuning, apalagi merah,” kata Unggul.

Tapi itu bukan pekerjaan mudah. Malahan, kata orang, mempertahankan lebih sulit daripada meraih. Itu sebabnya, pimpinan PN Blora bersepakat me-ningkatkan pengawasan. “Dalam rangka mem-pertahankan akreditasi, kami harus bekerja, menjaga supaya semua berjalan sesuai de-ngan yang dikehendaki Mahkamah Agung,” kata Yunita, hakim yang ditunjuk menjadi pengawas bagian umum dan keuangan.

n Hakim Rr. e. Dewi Nugraheni (berdiri) dalam tugas pengawasan kepegawaian.

Contoh PimpinanKebiasaan kerjabakti lepas status

di PN Blora bukanlah ujug-ujug jadi. Prosesnya tetap lewat pendidikan dan pembentukan mental.

Diceritakan Unggul, awalnya ia ha-rus bersusah payah melawan budaya. Sebagai pimpinan, ia memberi contoh dengan menyapu. Eh, rupanya para stafnya tidak rela kalau ia sampai me-megang sapu.

Tapi Unggul tak kehilangan akal. Sapunya diserahkan kepada staf yang meminta, lalu ia mengambil sapu lain, dan bekerja seperti biasa. Lama-lama stafnya menjadi terbiasa dengan sikap sang ketua. Inilah arti sebuah kete-ladanan.

Hambatan lain, menurut Unggul, adalah skeptisme bawahannya me-nyangkut akreditasi. Ada pertanyaan kritis dari bawahannya menyangkut efek akreditasi bagi karier bagi ma-sing-masing. Bagi bawahan tersebut, akreditasi hanya berakibat langsung terhadap karier pimpinan. Dengan raihan akreditasi yang bagus, kari-er pimpinan akan meningkat, tapi

Page 26: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN UTAMA24

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Kurnia Yani Darmono, S.H.,M.Hum. Hakim PN Bekasi

n KPN Blora, Unggul Tri esthi (duduk di tengah), bersama para hakim dan stafnya.

KAMIS, 23 Maret. Kami berang-kat dari hotel tempat kami menginap pukul 7.30 selepas sarapan, lalu tiba di PN Blora, pukul 7.40. Ini artinya 20 menit sebelum jam kantor dimu-lai, yakni pukul 08.00.

Kami berangkat sepagi itu semata-mata karena ingin melihat dari dekat bagaimana jajaran PN Blora, Jawa Tengah, mengawali hari-harinya dalam tugas.

Meski jam kantor belum dimulai, para awak pengadilan telah banyak yang datang. Mereka umumnya me-makai kaos. Rupanya, pukul 08.00--09.00, satu jam pertama kerja di kan-tor, digunakan untuk bersih-bersih halaman maupun bagian dalam ge-dung. Ini kebijakan yang dicanang-kan Ketua PN Blora, Unggul Tri Es-thi Mulyono. (Lih. Akreditasi: Bu-kan Soal Gedung, halaman 18)

Sementara bersih-bersih, kami berkeliling melihat semua ruangan. Di lantai atas, ada ruang menyusui, di mana ibu-ibu yang menyusui di-jaga privasinya dengan disediakan ruangan ber-AC dan tempat tidur untuk menyusui. Tak jauh dari situ

ada ruangan bermain anak dengan mainan yang sederhana. Ini diper-untukkan bagi anak-anak dari pi-hak yang berperkara. Ketika sidang berlangsung, anak-anak tidak ribut karena asyik dengan mainannya.

Yang mengesankan, semua ruang tertata rapi dan bersih, termasuk ru-ang tahanan anak dan ruang tahanan perempuan di lantai atas, yang ter-pisah jauh dari ruang tahanan laki-laki di lantai bawah.

Juga menarik, perpustakaan PN Blora cukup memadai. Ruang baca dilengkapi dengan sofa. Koleksi bu-ku tertata rapi pada raknya.

Pukul 09.00 bersih-bersih selesai. Semua berganti pakaian. Kamis itu, mereka memakai batik akreditasi, se-ragam kreasi sendiri untuk PN Blora.

Kami pun diterima di ruang Pak Ketua, dengan ditemani Panitera, Totok Agus Sukamto, dan Sekretaris, Agus Setianto. Kami berbincang-bin-cang seputar APM yang diperoleh PN Blora.

Menjelang siang, kami mengun-jungi loket pelayanan One Day Ser-vice. Di Kepaniteraan Hukum, ha-

nya dalam waktu 1 menit 15 detik, arsip yang kami minta sudah kami peroleh. Di Kepaniteraan Pidana, surat permohonan izin besuk dapat diperoleh dalam waktu kurang dari satu jam. Di kepaniteraan perdata, para pihak tidak membayar secara tunai, tetapi dengan menggunakan mesin gesek Bank Mandiri. Dan di bagian umum, data gedung penga-dilan yang kami minta sebagai bahan tulisan dapat tersedia dalam waktu 10 menit.

Jarum jam menunjukkan pkl. 15.03. Suara azan berkumandang dari musola berukuran 4 x 5 m di ba-gian belakang area PN Blora. Warga peradilan dan pengunjung pengadil-an berdatangan untuk menunaikan salat asar berjamaah yang kali itu diimami oleh sekretaris PN, Agus Setianto. Selesai salat, sang imam memberikan tausiah. Rupanya, se-tiap Kamis, setelah salat asar, ada tausiah. Ada tiga orang yang bertu-gas bergiliran, yaitu Agus Setianto (sekretaris), Winarto (jurusita), dan Zul. “Kami punya persediaan ustad sendiri,” ungkap Unggul bangga.

sehari di Blora

Page 27: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

25

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN UTAMA

Usai kerjabakti pukul 09.00, segenap warga PN Blora berganti pakaian se-ragam pengadilan. Kamis itu, mereka mengenakan “batik akreditasi”, seragam

kreasi PN Blora. Hari itu, 23 Maret 2017, kebetulan hari sidang ke-

dua kasus buku Jokowi Undercover dengan terdakwa Bambang Tri Mulyono. Tepat pukul 09.15 sidang dimulai. Sidang kedua itu menghadirkan lima saksi.

Ketua majelis hakim, Makmurin Kusumastuti, sa-ngat tegas dalam memimpin sidang. Menarik, majelis hakim yang menyidangkan kasus itu adalah 3 srikan-di PN Blora. Makmurin didampingi anggota majelis Dwi Nanda FW dan Rr. E. Dewi Nugraheni.

Rencananya, mulai 3 April, sidang akan dilakukan dua kali seminggu, yakni Senin dan Kamis. Sebab, Kejaksaan Negeri Blora hanya punya waktu 90 hari atau tiga bulan untuk menyelesaikannya. PN Blora

sepakat, karena berprinsip makin cepat makin baik. Bambang Tri, penulis buku Jokowi Undercover itu,

didakwa melanggar Pasal 28 ayat (2) jo Pasal 45 A ayat (2) UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Transaksi Elek-tronik jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. Jebolan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto itu didakwa menyebar berita bohong alias fitnah dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun.

Buku ini menghebohkan karena menyangkut nama Presiden Joko Widodo, yang oleh Bambang Tri disebut berasal dari keuarga partai komunis. Pada-hal, BIN pada 2015 telah melakukan penelitian atas tuduhan itu dan sama sekali tak terbukti. Cuplikan-cuplikan buku itu ditampilkan dalam akun Facebook sang penulisnya dan kemudian menyebar di berbagai media sosial seperti Youtube, WahatsApp, Twitter, dan media-media lain. Akan tetapi, oleh PN Blora, kasus itu diperlakukan sebagai kasus biasa saja.

JokowiUNDeRcoveR

n Agus Setianto, Sekretaris PN Blora n Totok Agus Sukamto, Panitera PN Blora

Page 28: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

26

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Peresmian Tower MAKetua MA, Prof. Dr. Hatta Ali:

“ kemegahan Gedung peradilan tak ada artinya …”

LAPORAN KHUSUS

Page 29: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

27

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Hj Roosdiati Hatta Ali menggunting pita peresmian gedung Tower MA.

LAPORAN KHUSUS

DEMI Pelayanan publik, Mahkamah Agung RI tak henti-hentinya beru-paya membangun berbagai sa-

rana dan prasana yang diperlukan. Itulah semangat yang mendorong Mahkamah Agung membangun Tower MA dan 135 gedung pedung pengadilan, yang dires-mikan bersamaan pada hari Selasa, 31 Januari 2017 silam.

Acara peresmian digelar di Kantor MA, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Hadir dalam acara itu para hakim agung MA, para pejabat MA, dan sejum-lah undangan, termasuk para hakim ketua pengadilan dari seluruh Indonesia.

Dalam pidato peresmiannya, Hatta Ali menekankan kembali pentingnya men-jaga perilaku seluruh warga peradilan. “Kemegahan gedung pengadilan tak ada artinya jika aparatur pengadilan melaku-kan hal-hal tercela,” tegas Hatta Ali.

Hatta mengatakan kehadiran Tower MA beserta renovasi 135 gedung peradilan merupakan bentuk modernisasi oleh MA. Ini merupakan pertama kalinya dalam se-jarah Mahkamah Agung meresmikan satu Tower dan 135 gedung pengadilan baru beserta fasilitas di dalamnya.

Momentum Peningkatan KinerjaPembangunan tower MA dan 135 ge-

dung pengadilan pada 4 (empat) ling-kungan peradilan dilaksanakan secara bertahap sejak tahun anggaran 2011 s.d. 2016 dengan total anggaran senilai Rp.1.656.798.629.182,-.

Hatta Ali punya harapan besar dengan selesai dibangunnya tower MA dan 135 gedung pengadilan. Hal itu diungkapkan-nya pada pidato peresmiannya. Pemba-ngunan tersebut, harap Hatta Ali, menjadi momentum untuk meningkatkan kinerja. “Saya mengajak awal tahun ini kita menu-ju pengadilan modern dan dipercaya pub-lik,” kata Hatta Ali.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar kinerja seluruh jajaran peradilan lebih di-tingkatkan. “Saya mendorong terus agar kita jujur, tidak pungli, tidak suap. Kita sebagai palang pintu terakhir keadilan,” imbau Hatta Ali.

Page 30: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN KHUSUS28

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Tower MAPembangunan 15 lantai Tower dimulai sejak tahun 2013

sampai dengan tahun 2016 dengan sistem anggaran multi years. Adapun anggaran yang digunakan sebesar Rp243.715.591.500. Gedung setinggi 85,88 meter itu akan menjadi icon perubahan bagi bangunan gedung di seki-tarnya.

Tower Mahkamah Agung dibangun dengan merenovasi dan memperluas gedung yang ada. Pembangunan tower setinggi 15 lantai ini dimaksudkan untuk kebutuhan ru-ang kerja pimpinan Mahkamah Agung, para hakim agung,

para hakim ad hoc dan para staf mereka. Penempatannya adalah sebagai berikut:

Lantai 1: Balairung Mahkamah Agung RI Lantai 2: Ruang Serbaguna/Ruang Rapat Lantai 3-4: Ruang kerja Hakim Adhoc Lantai 5-11: Ruang kerja Ketua Kamar dan Hakim Agung Lantai 12: Ruang Serbaguna/Ruang Rapat, Ruang Sidang Lantai 13: Ruang kerja Ketua Mahkamah Agung RI Lantai 14: Ruang Kusuma AtmadjaLantai 15: Ruang Perawatan (maintenance)

Page 31: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN KHUSUS 29

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

135 Gedung PengadilanBersamaan dengan peresmian Tower MA, Hatta Ali

meresmikan juga 135 gedung pengadilan pada 4 ( empat) lingkungan peradilan. Pembangunan 135 gedung pengadil-an itu disesuaikan dengan prototype, yaitu tercukupinya jumlah ruang sidang, ruang kerja hakim, ruang kerja ling-kungan kepaniteraan dan kesekretariatan, ruang tunggu si-dang, ruang informasi, ruang pelayanan, ruang sidang dan ruang tunggu anak, ruang tahanan pria dan wanita yang memadai.

n Kiri: Ketua MA, Prof. Dr. Hatta Ali, bersama para pimpinan MA mengadakan teleconference dengan beberapa pengadilan yang diresmikan.n Atas: Ketua MA, Prof. Dr. Hatta Ali, menandatangani prasasti peresmian Tower Mahkamah Agung.

Page 32: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN KHUSUS30

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

PERADILAN UMUM1. PN Simpang Tiga Redelong 2. PN Takengon3. PT Medan 4. PN Tarutung5. PN Sawahlunto6. PN Batusangkar 7. Pengadilan Tipikor Padang8. PN Ranai 9. PN Pasir Pangaraian10. PN Kuala Tungkal 11. Pengadilan Tipikor Jambi12. PN Prabumulih13. PN Pagar Alam14. PN Sungailiat15. Pengadilan Tipikor Bengkulu16. PN Serang17. PN Jakarta Pusat18. PT Bandung19. PN Wates20. PN Gresik21. PN Putussibau22. PN Ketapang23. PN Ngabang 24. Pengadilan Tipikor Pontianak25. Pengadilan Tipikor Palangkaraya26. PN Masamba27. PN Pasangkayu28. PN Bulukumba29. PN Jeneponto30. PN Pare Pare 31. PN Sinjai32. PN Poso33. PN Andoolo 34. PN Pasarwajo35. Pengadilan Tipikor Gorontalo36. Pengadilan Tipikor Mataram37. Pengadilan Tipikor Ambon38. PN Labuha39. PN Fakfak

PERADILAN AGAMA40. Mahkamah Syari’ah Lhokseumawe41. Mahkamah Syari’ah Sabang42. Mahkamah Syari’ah Banda Aceh43. Mahkamah Syari’ah Jantho44. Mahkamah Syari’ah Bireuen45. Mahkamah Syari’ah Meuredeu

46. Mahkamah Syari’ah Lhoksukon47. Mahkamah Syari’ah Idi48. Mahkamah Syari’ah Langsa49. Mahkamah Syari’ah Simpang Tiga Radelong 50. Mahkamah Syari’ah Kutacane51. PA Padangsidempuan52. PA Simalungun53. PA Tebing Tinggi54. PA Balige 55. PA Panyabungan56. PTA Padang57. PA Maninjau58. PA Lubuk Sikaping59. PA Tanjung Pati60. PA Koto Baru61. PA Batusangkar62. PA Sawahlunto 63. PA Payakumbuh64. PA Bangkinang 65. PA Batam66. PA Muara Bungo 67. PA Muara Bulian68. PA Baturaja69. PA Pangkalpinang 70. PA Mentok71. PA Lebong72. PA Cilegon73. PA Jakarta Barat74. PA Cimahi75. PA Cirebon76. PA Garut77. PA Purwakarta78. PA Subang79. PA Majalengka80. PA Kota Tasikmalaya 81. PA Kota Banjar82. PA Cilacap83. PA Batang84. PA Jepara 85. PA Semarang86. PA Jember87. PA Probolinggo88. PA Lumajang89. PA Bangkalan 90. PA Kabupaten Malang91. PA Sintang

92. PA Bengkayang 93. PA Putussibau94. PA Nunukan95. PA Tanjung Redeb 96. PA Tanah Grogot97. PA Barabai98. PA Batulicin 99. PA Martapura100. PA Muara Teweh101. PA Makassar102. PA Parigi103. PA Kolaka104. PA Andoolo 105. PA Pasarwajo106. PA Amurang107. PA Gorontalo 108. PA Marisa109. PA Badung110. PA Taliwang111. PA Gianyar 112. PA Klungkung113. PA Ende114. PA Maumere115. PA Ruteng116. PA Kalabahi117. PA Labuan Bajo 118. PA Soe119. PTA Ambon120. PA Morotai121. PA Fakfak122. PA Serui123. PA Sentani124. PA Merauke125. PA Paniai126. PA Sorong127. PA Mimika 128. PA Arso

PERADILAN TUN129. PT TUN Jakarta130. PTUN Serang131. PTUN Bandung 132. PTUN Samarinda133. PTUN Ambon

PERADILAN MILITER134. Pengadilan Militer I-04 Palembang 135. Pengadilan Militer I-07 Balikpapan

135 PENGADILAN YANG DIRESMIKAN

Page 33: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN KHUSUS 31

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

TOWER itu kebutuhan. Tower dibangun bukan untuk gagah-gagahan, tapi karena memang gedung lama MA sudah tidak memadai untuk mendukung kinerja Mahkamah Agung.

Bayangkan suasana hakim agung bekerja di ruang yang sem-pit. Berkas perkara berserakan di mana-mana. Sebagian ditum-puk di tempat lalu lalang. Ruangan itu hanya bisa menampung 2 orang operator. Padahal, agar bisa bekerja optimal, hakim agung membutuhkan 2 asisten dan 5 operator, sedang ketua Kamar memerlukan 3 asisten dan 6 operator.

Itulah sebabnya pimpinan MA mengambil suatu kebijakan untuk membangun gedung baru di tengah-tengah gedung MA lama. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan ruangan untuk peningkatan kinerja hakim agung sesuai dengan undang-un-dang. Di undang-undang disebutkan, MA berwenang merek-rut 60 hakim agung. Selama ini, hal itu tidak dapat dipenuhi karena terbatasnya ruang hakim agung. Yang tersedia hanya 50 ruangan.

Bersamaan dengan peresmian Tower MA, ada juga peresmi-an 135 gedung pengadilan seluruh Indonesia. Pengadilan yang dibangun ini di seluruh Indonesia ini terdiri dari 4 peradilan, yaitu peradilan umum, agama, militer dan TUN. Pembangunan-nya dimulai dari 2012 sampai 2017. Ke-135 gedung itu sebagian dibangun karena gedung lama sudah tidak memenuhi syarat. Ada juga pembangunan gedung karena adanya pemekaran.

Dengan adanya Tower dan 135 gedung pengadilan baru, pimpinan MA mengharapkan kinerja para hakim akan semakin baik, terutama dalam rangka penyelesaian perkara; putusan-putusan akan lebih banyak lagi dikeluarkan, kualitas putusan-nya juga meningkat.

Menurut KaBUA, Dr. Aco Nur, dengan adanya gedung baru

DR. Drs. Aco NUR, M.H. (KaBUA):

Page 34: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN KHUSUS32

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

ini, dari pihak masyarakat ada harapan, agar pelayanan kepada masyarakat semakin berkualitas. Tidak ada lagi masyarakat yang mengatakan bahwa pelayanan pengadi-lan kurang bagus. “Kita telah membangun dengan uang masyarakat, oleh karena itu pelayanan kepada masyara-kat perlu ditingkatkan kualitasnya. Berikan kepuasan dan kepastian hukum kepada masyarakat pencari keadilan pencari keadilan,” kata Aco Nur menekankan apa yang di-sampaikan Ketua MA.

Undian RuanganTower Mahkamah Agung dibangun 14 (empat

belas) lantai, plus satu lantai tambahan untuk maintenance. Keempat belas lantai itu sebagian besar dipakai untuk ruang kerja para hakim. Selebihnya dipakai untuk ruang rapat dan ser-baguna.

Lantai 14 merupakan ruang sidang besar, di-gunakan untuk kegiatan sidang saja. Demikian juga lantai 2 dan lantai 12, merupakan ruang si-dang atau ruang serbaguna.

Lantai 13 digunakan oleh Ketua Mahkamah Agung beserta para stafnya. Askor dan Panitera yang berkaitan dengan kedinasan Ketua MA semuanya ditempatkan di lantai 13.

Lantai 3 hingga lantai 11 ditempati para hakim. Lantai 3 dan 4 dikhususkan bagi hakim ad hoc. Sedang lantai 5 hingga 11 dibagi di antara para hakim agung. Di sini tersedia ruang kerja untuk 56 hakim agung. Karena hakim agung sekarang hanya 48 orang, berarti masih ada ruang yang kosong. Ini bentuk antisipasi tersedianya ru-angan untuk belasan hakim agung baru.

Ketua kamar dan para hakim agung tidak dikumpulkan di satu lantai per kamar. Mereka disebar lewat undian. Tujuannya, agar para ha-kim agung berbaur dan tidak ada kecemburuan satu sama lain. Maka bisa saja lantai di mana Ke-tua Kamar Pidana ada hakim agung dari Kamar Perdata.

Sementara itu Wakil Ketua MA tetap di ru-angan yang sekarang, karena ruang tersebut masih memenuhi persyaratan bagi kedua pim-pinan MA, yaitu Wakil Ketua Yudisial maupun Non Yudisial, dan nanti akan ada perbaikan atau pengembangan ruangan lebih lanjut, karena di samping kiri dan kanan ruangan kamar masing ada tempat kosong, sehingga akan diperluas dan diperbaiki lagi.

Fasilitas di masing-masing ruangan itu sudah sesuai dengan harapan. Ada televisi, ada dis-penser. baik di ruangan hakim agung maupun ruangan staf sudah disiapkan juga. ada sedikit kesulitan sinyal HP di beberapa lantai, namun sedang diupayakan untuk memperbaiki dan menambah alat untuk memperoleh sinyal itu se-cepatnya dan pasti bisa dilaksanakan di tahun anggaran tahun ini paling lambat bulan Juni 2017.

n Tower menjadi solusi untuk ketidaknyamanan ruangan kerja.

n KaBUA, Dr. Aco Nur, menyampaikan sambutan pada peresmian Tower dan 135 pengadilan di Balairung Mahkamah Agung.

Page 35: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

33

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

SELAMAT! Hatta Ali terpilih kembali sebagai ketua

Mahkamah Agung (MA) periode kedua (2017-

2022). Jalan mulus ke kursi nomor satu MA itu

memang terlihat beberapa hari menjelang pemilihan. Tidak

ada pesaing yang diprediksi bisa mengalahkan pria kelahir-

an Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 7 April 1950 itu. Terbukti,

ketika pemilihan pada Kamis, 14 Februari silam, dari total

47 suara hakim agung, Hatta memperoleh 38 suara, Andi

Samsam Nganro 7 suara, Suhadi dan Mukti Arto masing-

masing berbagi 1 suara.

Untuk Kali Kedua Hatta Ali Pimpin MA

Page 36: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

34

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

Lima tahun lalu, tepatnya 8 Februari 2012, Hatta Ali juga dinyatakan sebagai ke-tua MA setelah terpilih dengan 28 suara

dalam putaran pertama pemilihan. Jumlah suara tersebut mencapai lebih dari 50%+1, mengung-guli empat nama hakim agung ketika itu, yakni: Abdul Kadir Mappong (Wakil Ketua MA Bidang Yudisial), 4 suara; Ahmad Kamil (Wakil Ketua MA Bidang Non Yudisial), 15 suara; Paulus E. Lotu-lung (Ketua Muda TUN), 1 suara; dan Mohamad Saleh (Ketua Muda Perdata Khusus) 3 suara. Pada waktu pemilihan tersebut terdapat 3 suara yang dinyatakan tidak sah.

Hanya Tiga TahunPemilihan dengan sistem voting itu bertempat

di ruang Kusumah Atmadja. Dengan aturan sang pemenang harus memperoleh minimal 50%+1, Hatta pun melenggang tanpa harus menghada-pi pemilihan putaran kedua. Jelas suara mantan Ketua PN Tangerang ini lebih dari 50%+1 suara.

Meski ia terpilih untuk periode 2017-2022, tapi

mengingat usia hakim agung hanya sampai 70 tahun sesuai UU No.3 Tahun 2009, maka Hatta akan menjabat hingga 2020 saja, hanya selama tiga tahun.

Namun, selama tiga tahun itulah, Hatta mene-gaskan, akan terus meningkatkan pengawasan. Apa lagi belakangan, banyak aparat kehakiman yang tertangkap tangan terlibat korupsi. “Tiga tahun inilah, saya berusaha memanfaatkan se-maksimal mungkin apa yang bisa saya berikan kepada Negara dan kepada Mahkamah Agung tentunya,” tegasnya.

Dalam refleksi akhir tahun yang diadakan pada 28 Desember 2016, Hatta juga sudah memapar-kan, ia tidak menutup mata pada 2016 banyak pejabat pengadilan yang terkena OTT (Operasi Tagkap Tangan). “Tetapi kita tidak boleh putus asa, justru itu memberi semangat saya untuk le-bih meningkatkan pengawasan dan penertiban terhadap penyimpangan yang dilakukan peja-bat pengadilan,” katanya dalam konferensi pers tersebut.

n Sesaat setelah pelantikannya sebagai Ketua Mahkamah Agung, Hatta Ali menerima ucapan selamat dari Presiden RI, Joko Widodo, di Istana Negara.

Page 37: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

35

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

“ saya pun tidak

menyangka, rupanya

masih dipercaya untuk

periode kedua. Berarti

mereka menilai saya ini

baik.”

Tata TertibSekadar pengetahuan, berdasarkan Surat Keputusan

Ketua Ma No 12/KMA/SK/I/2017 Tentang Tata Tertib Pe-milihan Ketua MA, Ketua MA dipilih dari dan oleh hakim agung. Pemilihan dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah hakim agung. Adapun tata cara pemilihan, setiap hakim agung dapat memilih dan dipi-lih menjadi calon ketua MA. Setiap hakim agung hanya dapat memilih 1 (satu) calon ketua MA.

Apabila berdasarkan hasil perhitungan suara calon Ketua MA sudah mendapatkan suara 50%+1, maka calon akan langsung ditetapkan sebagai Ketua MA. Jika calon tidak bersedia ditetapkan sebagai Ketua MA, maka calon ketua MA posisi 2 dan 3 akan diminta ke-sediaannya untuk dicalonkan sebagai Ketua MA.

Apabila pada putaran pertama tak ada yang memenuhi suara 50%+1, maka pemilihan akan dilanjut-kan ke putaran kedua dan seterusnya. Namun, apabila putaran ketiga suaranya tetap sama, maka akan diada-kan putaran keempat yang akan dilaksanakan dalam waktu 1 x 24 jam.

Tak MenyangkaNamun, meski banyak pihak memprediksi Hatta akan

melenggang mudah kembali sebagai Ketua MA, sang petahana ini mengaku kaget karena kembali terpilih sebagai Ketua MA untuk periode 2017-2022. Baginya, kepercayaan yang diberikan tersebut merupakan apre-siasi atas lima tahun kerjanya sebagai pimpinan periode sebelumnya.

“Saya pun tidak menyangka, rupanya masih diper-caya untuk periode kedua. Berarti mereka menilai saya ini baik. Kalau tidak baik, tidak mungkin memilih saya lagi. Itu saja patokannya kenapa saya malah berbangga dan merasa terhormat masih dipilih yang kedua kalinya, bahkan dengan suara yang terjadi peningkatan,” kata-nya.

Dalam pemilihan periode kedua memang ada pe-ningkatan 10 suara. Pada pemilihan periode pertama mendapat 28 suara, kali ini 38 suara.

Untuk itu, Hatta berjanji akan bekerja lebih keras un-tuk menciptakan peradilan yang lebih baik, berintegritas dan profesional. Sebab, hukum adalah benteng terakhir mewujudkan keadilan bagi masyarakat. Salah satu yang dibanggakannya selama lima tahun kepemimpinannya adalah meningkatnya penanganan perkara sehingga tunggakan perkara berkurang.

Hatta berjanji akan menginstruksikan ba-gian pengawasan melakukan upaya lang-sung ke lapangan. Caranya, melakukan pe-nyamaran untuk mengetahui secara aktual situasi di semua tingkat pengadilan, teru-tama pengadilan yang banyak dilaporkan masyarakat banyak kecurangan. (Tentang penyamaran baca juga Laporan Utama, hala-man 9)

Menurut Hatta, tidak akan ada yang lepas dari pengawasannya. Namun, pengawasan juga ada batasnya. Dalam artian, tidak boleh masuk dalam putusan perkara. “Jangan kita masuk (putusan), karena kalau kita masuk, sama halnya dengan sudah mengintervensi pengadilan. Justru masalah intervensi ini, kita semua, termasuk para wartawan, harus menjaga. Kalau hakim sudah diintervensi, maka tidak ada artinya penegakan hukum di pengadilan. Saya selalu menjaga indepen-densi, kemerdekaan hakim. Itu salah satu tugas lainnya sebab kalau independensi su-dah tidak ada, kacau balau dunia peradilan,” tegasnya.

Page 38: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

36

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

“Sekarang sisa 2.375 perkara. Itu perkara sedang berproses, bukan tunggakan. Jadi, belum pernah terjadi dalam sejarah MA, ta-hun 2016 penurunan drastis penyelesaian perkara, sisa 2.375. Kalau dahulu kala itu sam-pai puluhan ribu, pas saya masuk MA. Kalau tidak salah masih 20.000 (perkara) pada ta-hun 2004-2005,” ungkapnya.

Tanpa Politik UangHatta Ali menegaskan, tidak ada money

politic atau politik uang dalam setiap proses pemilihan Ketua MA. Termasuk, dua kali pro-ses pemilihan yang berlangsung satu putaran

n Hatta Ali menerima ucapan selamat dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.

dan menetapkan dirinya sebagai peraih suara ter-banyak, yaitu tahun 2012 dan 2017. Hatta bahkan berani mengatakan, ia akan masuk penjara jika ada praktek politik uang dalam proses pemilihan Ketua MA.

“Sama sekali tidak ada money politic di sini. Ka-lau ada, saya jamin, saya masuk penjara. Jangan coba-coba main money politic, sebab bisa saja para hakim agung lainnya justru memberikan pe-nilaian negatif,” ungkapnya saat konferensi pers di Gedung MA, Jakarta, Selasa (14/2).

Menurutnya, yang dijadikan acuan dalam mem-berikan suara dalam proses voting adalah kinerja. Dalam artian, setiap hakim agung sudah mengeta-hui kinerja hakim agung lainnya. Oleh karena itu, seorang hakim agung tidak mudah tergoda, apa-lagi dengan cara politik uang.

“Hari-hari kita jumpa, sampai de-ngan selesai semua tidak ada rahasia. Bagaimana kemampuan teknisnya, bagaimana kemampuan leadership-nya, semua kita tahu. Oleh karena itu, hakim agung ini tidak gampang terpengaruh ajakan untuk mem-berikan suara,” ujarnya.

Karier Hatta AliHatta Ali memulai kariernya sebagai CPNS pada

Departemen Kehakiman, sejak 1 Maret 1978. Di in-stitusi ini, ia bertugas sebagai pemeriksa pada Ins-pektorat Jenderal Depkeh.

Karier hakim Hatta Ali dimulai pada 1982. Ia diangkat sebagai calon hakim (cakim) pada PN Jakarta Utara. PN Sabang menjadi tempat kerja berikutnya, tepatnya mulai 5 April 1984. Lima ta-hun berikutnya, tepatnya 8 Juli 1989, ia diangkat sebagai Pelaksana Harian Ketua PN Sabang. Pada April 1990. Hatta Ali kembali mendapat mutasi, kali ini ke PN Lubuk Pakam. Lima tahun ia menjadi pen-gadil di Lubuk Pakam, pada 7 April 1995 Hatta Ali dipromosikan menjadi wakil ketua PN Gorontalo.

Jabatan WKPN Gorontalo ini dijabatnya hingga turun SK jabatan ketua PN Bitung pada tanggal 18 November 1996. Dua tahun berikutnya, ia kembali dipromosikan menjadi hakim PN Jakarta Utara. Setelah dua tahun di PN Jakarta Utara, Hatta Ali kembali mendapat promosi jabatan sebagai ke-tua PN Manado. Jabatan terakhir ini hanya kurang

Page 39: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

37

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

lebih setahun diembannya, karena pertengahan 2001, ia kembali dimutasi menjadi ketua PN Tangerang.

Setelah beberapa kali berpengalam-an sebagai pimpinan pengadilan, pada 21 Mei 2003 ia mendapat mutasi seba-gai hakim tinggi di PT Denpasar. Se-tahun berikutnya ia dipercaya sebagai hakim tinggi Jakarta yang diperbantu-kan sebagai sekretaris Ketua MA.

Pada pertengahan tahun 2005, Hatta mendapat kepercayaan sebagai Dirjen Badan Peradilan Umum. Jabatan ini ia emban hingga terpilih menjadi hakim agung pada 23 Juli 2007. Rekam jejak dan pengalaman kepemimpinan itulah menjadi bekal untuk mengantarkan penyandang doktor hukum dari Uni-versitas Padjadjaran ini untuk menjabat sebagai Ketua Muda Pengawasan pada 8 April 2009.

Pada hari Rabu, 8 Februari 2012, dalam sidang paripurna khusus de-ngan agenda utama pemilihan Ketua MA, Hatta terpilih dengan suara mut-lak, yakni 28 suara. Sebulan kemudian, 1 Maret 2012, Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengambil sumpah ja-batan Hatta di Istana Negara. Pada 14 Februari, lima tahun kemudian, Hatta kembali memimpin MA untuk periode kedua dengan perolehan 38 suara.

KETUA MA KE-13

Melihat catatan sejarah Mahkamah Agung, Hatta Ali menjadi Ke-tua Mahkamah Agung yang ke 13 sejak berdirinya Mahkamah Agung pada tahun 1945. Berikut nama-nama Ketua MA sejak tahun 1945:

No Ketua MA Periode jabatan 1 Prof. Dr. Kusumah Atmaja, SH 1945–1952 2 Prof. Dr. R. Wirjono Projodikoro, S. H 1952–1966 3 Soerjadi, S. H 1966–1968 4 Prof. R. Subekti, S. H 1968–1974 5 Prof. Oemar Seno Adji, S.H 1974–1981 6 Mudjono, SH 1981–1984 7 H. Ali Said, S.H 1984–1992 8 H.R. Purwoto S. Ganda Subrata, S.H 1992–1994 9 H. Soerjono, S.H 1994–1996 10 H. Sarwata, S.H 1996–2000 11 Prof. Dr. Bagir Manan, SH, MH, MCL 2001–2008 12 Dr. Harifin A. Tumpa, S.H., M.H 2009–2012 13 Prof. Dr. M. Hatta Ali, S.H, M.H 2012–2020

n Seusai dilantik di Istana Negara, Ketua MA Hatta Ali menerima ucapan selamat dari para pejabat yang hadir.

Page 40: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

38

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

SELAMA kepemimpinan Hatta Ali, MA telah melakukan reformasi di berba-gai bidang. Di bidang penanganan

perkara, di antaranya peningkatan efekti-fitas sistem pemeriksaan berkas kasasi/PK secara serentak, perubahan jangka waktu penanganan perkara di MA dari satu tahun menjadi delapan bulan, perubahan jangka waktu penanganan perkara di tingkat ju-dex facti; modernisasi penanganan bantuan

delegasi panggilan/pemberitahuan; op-timalisasi kerjasama dengan Kemente-rian Luar Negeri ter-kait dengan roga-tory letters dan ban-tuan penyampaian dokumen elektronik dalam masalah per-data (electronic court file) untuk per-mohonan kasasi/PK; dan peningkatan dan pemanfaatan publikasi putusan pengadilan di direk-tori putusan MA.

Pembaharuan di bidang teknis, MA antara lain menerbitkan Perma nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Pe-nyelesaian Gugatan Sederhana. Pada tahun 2016 dilakukan penyempurnaan aturan prosedur mediasi di pengadilan dengan menerbitkan Perma Nomor 1 tahun 2016 dan SK KMA Nomor 108/KMA/SK/VI/2016 tanggal 17 Juni 2016 tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadi-lan. Sebagai kado akhir tahun bagi ke-majuan dunia usaha, MA menerbitkan Perma Nomor 14 tahun 2016 tentang

Prof. Dr. M. Hatta Ali:

Visi-misi madapat Tercapai pada 2025

tata cara penyelesaian perkara ekono-mi syariah. Semua ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mendukung program pemerin-tah meningkatkan indeks kemudahan berusaha di Indonesia atau Ease of Do-ing Business (EODB) yang dapat me-ningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai komitmen transparansi publik, MA membuka akses masyarakat pada keadilan (access to justice) melalui penerapan kebijakan one day publish, yaitu upload amar putusan paling lama 24 jam setelah diputus. Putusan yang telah dimutasi dipublikasikan dalam Direktori Putusan MA sebagai bentuk pertanggungjawaban publik. Publikasi hingga tanggal 31 Desember 2016 telah mencapai 2.061.320 putusan. MA juga mengembangkan teknologi informasi berbasis aplikasi dengan sistem infor-masi penelusuran perkara atau Case Tracking System (CTS) dan Sistem In-formasi Administrasi Perkara (SIAP). Selanjutnya akses masyarakat semakin ditingkatkan dengan terus menyem-purnakan Document Management Sys-tem untuk mengakses dokumen elek-tronik dalam pemeriksaan kasasi/PK. Melalui Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP), publik dapat melaku-kan penelusuran data perkara (jadwal sidang sampai dengan putusan).

Berbagai penghargaan telah diper-oleh MA, seperti opini Wajar Tanpa Pengecualian terhadap laporan per-tanggungjawaban anggaran MA sela-ma empat tahun berturut-turut.

Namun tak ada gading yang tak re-tak. Selain berbagai prestasi yang telah ditorehkan MA selama kepemimpinan

Saya menerima banyak

surat keluhan soal pe-

nyelesaian perkara,

sebab ada belasan

tahun yang belum pu-

tus. Saya bergerak dari

landasan ini.

Page 41: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

39

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

Page 42: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

40

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

Hatta Ali, ada juga hal-hal yang memprihatinkan. Demi menjun-jung integritas lembaga MA, maka ada seorang hakim agung yang terpaksa disidangkan di MKH dan diberhentikan dengan tidak hor-mat karena melakukan pelanggar-an kode etik sebagai hakim.

Sebagai upaya preventif, pim-pinan MA memonitor kewajiban para hakim dan para pejabat wa-jib lapor LHKPN untuk melaporkan harta kekayaan ke KPK, sehingga dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan kepatuhan pelaporan dan MA mencatat prestasi yang sangat dihargai KPK, yaitu: pada tahun 2016, dari jumlah 13.619 pe-nyelenggara negara yang wajib lapor LHKPN di MA dan badan peradilan di bawahnya, jumlah yang telah melaporkan LHKPN ke KPK sebanyak 12.088 atau sekitar 88,76%. Jumlah tersebut meru-pakan yang tertinggi di antara se-luruh Kementerian dan Lembaga Indonesia.

Dalam rangka mengeliminir pe-langgaran disiplin KKN, MA mene-rapkan zero tolerance terhadap pelaku KKN. Kebijakan pengawasan melekat dan berjenjang diberlaku-kan antara lain dengan menerbitkan Perma Nomor 9 tahun 2016 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan (Whistleblowing System) di MA dan badan peradilan di bawahnya. Untuk memudahkan masyarakat melaporkan penyimpangan oknum di MA, pada tanggal 29 September 2016 diluncurkan aplikasi Sistem In-formasi Pengawasan MA RI (SIWAS MARI) yang merupakan jawaban atas amanat Undang-undang No-mor 14 Tahun 2008 tentang Keter-bukaan Informasi Publik dan men-dukung pelaksanaan Perma Nomor 9 tahun 2016.

Sudah banyak trobosan baru yang sudah dilaksanakan. Regulasi yang diterbitkan pada tahun 2106 merupakan yang terbanyak sepan-jang sejarah MA.

Menyambut terpilihnya kembali Hatta Ali menjadi ketua MA, Ma-

jalah Mahkamah Agung mewawan-carainya pekan lalu, Jumat 31 Ma-ret 20017. Berikut petikannya.

Setelah terpilih kembali sebagai ke-tua MA priode 2017-2022, apa priori-tas Anda untuk perbaikan MA?

Meningkatkan kualitas dan in-tegritas SDM. Karena itu, MA me-nyelenggarakan berbagai program diklat, pola promosi mutasi melalui Profile Assesment dan Fit and Pro-fer Test, di samping mendorong agar para hakim dan pegawai MA terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

MA juga menjalin berbagai ker-jasama dengan banyak pihak un-tuk memberi kesempatan pada para hakim dan pegawai untuk ikut pelatihan, pendidikan, studi banding atau magang, antara lain ke Federal Court of Australia, Family Court Australia dan Hoge Raad Belanda, Jepang, Turki, Cina, Amerika Serikat dan Arab Saudi. Pimpinan MA dan Badan Litbang Diklat MA melakukan studi ban-ding dan kerjasama Judicial Sector Support Program (JSSP) dengan pusdiklat hukum Belanda, Sticht-ing Studiecentrum Rechtspleging (SSR), dalam hal Information Com-munication Technology (ICT) dan pelatihan hakim.

Sesudah Pak Ali Said, Anda akan menjadi ketua MA terlama. Anda in-gin dikenang sebagai ketua yang bagaimana?

Biarlah orang lain yang menilai. Yang terpenting bagi saya adalah bagaimana agar MA bertambah baik dari segi penyelesaian perka-ra maupun dari segi pelayanan ke-pada masyarakat, juga meningkat kualitas sumber daya manusianya.

Memang, ketika memasuki pri-ode pertama saya, ada belasan ribu sisa perkara. Setelah saya, jumlahnya terkikis banyak. Penu-runan sisa itu karena beberapa terobosan. Pertama, adanya sis-tem kamar. Kedua, yang paling menentukan, terbitnya SK KMA

119 tahun 2013. SK ini merevolusi sistem pembacaan  berkas di MA dari pembacaan bergiliran   men-jadi pembacaan serentak. Dengan membaca serentak, MA mene-tapkan  maksimum perkara 3 bu-lan   sejak berkas diterima majelis harus sudah diputus oleh MA.

Sisa perkara dari tahun ke ta-hun semakin menurun. Tahun 2016 tersisa 2.357 perkara, sebelumnya berjumlah 3.950 pada tahun 2015. Itu berarti kinerja para hakim cu-kup baik.

Anda puas dengan capaian itu?Cukup puas, sebab tugas po-

kok MA dan jajaran peradilannya adalah menyelesaikan perkara.

Bagaimana awalnya Anda terpikir un-tuk mengatasi tunggakan perkara?

Waktu saya masuk MA, saya mene-rima banyak surat keluhan soal penye-lesaian perkara, sebab ada belasan ta-hun yang belum putus. Saya bergerak dari landasan ini. Ini menyangkut tu-gas pokok MA dan ternyata masyara-kat belum puas dengan kecepatan pelayanan kita.

Penyelesaiannya, kita pacu agar lebih cepat dengan menerbitkan lagi SK KMA 213 dan 214 tahun 2014 yang

Dalam rangka

memberikan pelayanan

yang terjangkau bagi

masyarakat, disediakan

pelayanan bantuan

hukum gratis bagi

rakyat tak mampu.

Page 43: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

41

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

mengatur tentang pentahapan dari penerimaan berkas perkara, mulai dari bagian umum hingga sampai dengan keluar.

Dulu ada masalah bagaimana cara-nya memperoleh informasi perkara di MA, apakah sudah putus atau belum. Itu banyak disalahgunakan oleh oknum warga kita sendiri. Untuk mendapat-kan informasi saja, masyarakat harus membayar. Celakanya, kadang kala informasi yang diberikan bukan yang sebenarnya. Akhirnya, kasihan para pencari keadilan , harus mengeluarkan

uangnya hanya untuk bertanya. Maka terbitlah SKKMA yang me-

nyatakan 1 x 24 jam petikan sudah harus di-upload di website MA. Hal ini sangat menggembirakan bagi seluruh pencari keadilan, terutama jaksa dan pengacara. Yang saya rasakan, ma-syarakat sangat mengapresiasi hal itu. Dengan demikian, mereka tidak perlu datang bertanya ke MA.

Untuk hakim sendiri, kita menghim-bau agar tidak terlalu lama menyim-pan berkas untuk dikoreksi. Sudah ada pembacaan bersama berkas dengan konsinyering. Membaca bersama sa-ngatlah membantu.

Kami sekarang sedang memper-siapkan suatu langkah berikutnya me-nyangkut simplifikasi putusan. Nanti,

putusan tidak perlu semuanya dimuat, cukup hanya dilampirkan saja.

Mungkin masyarakat tidak banyak tahu tentang hal ini.

Nah, masyarakat masih banyak yang belum tahu, sehingga cap yang diberi-kan kepada MA pada masa tempo dulu terbawa. Tapi tak apalah. Prinsip saya, yang terpenting, semangat kerja MA tidak terpengaruh. Masyarakat pasti akan tahu nanti. Semua itu pasti mem-butuhkan waktu.

Upaya apa lagi yang dilakukan MA un-tuk meningkatkan pelayanan publik?

Berbagai kebijakan telah dilahirkan. Dan MA sedang merintis kontribusi jangka panjang dengan memanfaat-kan teknologi informasi guna memu-dahkan akses.

Sehubungan dengan penumpukan beban pekara, MA melakukan berba-gai kerjasama, penelitian, observasi dan kajian dalam rangka meletakkan dasar pembatasan perkara yang ma-suk ke MA dengan menugaskan suatu komite yang memeriksa kelayakan perkara yang diminta upaya hukum, semacam mekanisme “leave” pada pengadilan-pengadilan common law untuk mengatasi penumpukan perkara di MA.

Dalam rangka meningkatkan pela-yanan dan kepuasan pada para pen-cari keadilan (justiciabellen), MA telah melakukan kajian untuk menerapkan simplikasi putusan, demi percepatan minutasi.

MA juga sedang merintis upaya pengamanan salinan putusan melalui secure printing. Setelah melalui pem-bahasan panjang, MA menerbitkan Keputusan Ketua MA No. 178/KMA/SK/XXI/2015 tanggal 29 Desember 2015 tentang Penerbitan Salinan Pu-tusan MA dengan otentifikasi melalui

fitur pengamanan pencetakan doku-men. Keputusan ini ditindaklanjuti dengan surat Keputusan Panitera MA No. 2326/PAN/OT.01.3/XI/2016 tang-gal 23 November 2016 tentang Pe-doman Penerbitan Salinan Putusan MA dengan Otentifikasi melalui Fi-tur Pengamanan Pencetakan Doku-men. Kedua surat keputusan tersebut merupakan upaya MA mempercepat proses minutasi, yaitu dengan memo-tong jalur birokrasi pembubuhan paraf panitera muda dan stempel. Sistem otentikasi salinan putusan MA de-ngan pembubuhan fitur pengamanan pencetakan dokumen (optical water-mark dan micro printing) ini menggan-tikan keberadaan stempel dan paraf panitera muda.

Page 44: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN KHUSUS42

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Dalam rangka memberikan pelayan-an yang terjangkau bagi masyarakat, disediakan pelayanan bantuan hukum gratis bagi rakyat tak mampu, sidang keliling di luar pengadilan dan di luar negeri serta pembebasan biaya perka-ra bagi rakyat tak mampu (prodeo).

Untuk meningkatkan kualitas pera-dilan, upaya apa yang dilakukan?

Standarisasi pelayanan. Maka di-upayakan agar satker-satker pada MA dan badan peradilan di bawahnya mendapat Akreditasi Penjamin Mutu sesuai dengan ISO 9001:2015 serta Internasional Framework for Court Excellence demi optimalisasi refor-masi menuju visi MA, yaitu terwujud-nya badan peradilan Indonesia yang agung. Program saya, semua jalur yang ada kita gerakkan demi menca-pai tujuan.

Akreditasi itu bagus, karna bersifat komprehensif. Di samping itu, akre-ditasi juga tidak mengeluarkan biaya terlalu banyak.

Reformasi MA memang bukan pro-ses yang mudah. Membawahi 832 satker, pimpinan MA harus dapat memotivasi peningkatan kinerja dari sekitar 31.400 pegawai. Jumlah satker yang cukup banyak berkonsekuensi logis pada penataan organisasi yang memerlukan waktu lama. Karena itu, salah satu strategi percepatan refor-masi adalah menunjuk pengadilan-pengadilan pilot project untuk melak-sanakan proyek percontohan yang dirancang sebagai pengujian dalam rangka mengetahui keefektifan suatu pelaksanaan program, dampak pelak-sanaan program dan keekonomisan-nya, untuk kemudian diperbaiki dan dikembangkan agar dapat dilakukan duplikasi oleh satker yang lain.

Selama menjadi Ketua MA RI, apa- kah ada hal yang menjadi hambatan dalam menjalankan tugas?

Selama menjabat sebagai ketua MA, saya fokus pada manajemen peruba-han MA melalui berbagai perenca-naan kebijakan yang tersusun matang, pelaksanaan berbagai program kerja sesuai dengan prioritas yang berkelan-jutan serta monitoring dan evaluasi terus-menerus.

Tantangan terberat adalah bagaima-na memotivasi diri sendiri dan para pimpinan lain untuk mampu menjadi suri tauladan bagi anak buah, baik dari segi akhlak maupun kinerja. Sebab, seorang “pemimpin” bukan hanya memerintah tetapi sebagai leader. Ia harus menjadi manusia terbaik (pri-mus interpares) di organisasinya. Ha-nya dengan demikian ia dapat meng-gerakkan hati anak buahnya agar bekerja dengan tulus dan melahirkan calon-calon pemimpin di masa yang akan datang.

Ada berbagai hambatan dalam melaksanakan mewujudkan reformasi MA. Antara lain, tidak semua personil pengadilan punya pemahaman yang seragam/merata terhadap visi dan

misi peradilan. Oleh karena itu, harus terus dilakukan sosialisasi, dan di tiap kegiatan ditetapkan Standard Opera-tional Procedure (SOP).

Sistem yang belum menjawab per-masalahan dan kebutuhan serta belum efektif dan efisien perlu diperbaiki ter-us melalui berbagai kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya.

Tingkat meratanya kapabilitas dan kualitas aparat pengadilan harus dia-tasi. Budaya santai harus diubah men-jadi budaya kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas.

Apakah program kerja yang tertuang dalam Cetak Biru MA dapat optimal tercapai?

Berkat sinergi yang baik dari selu-ruh jajaran peradilan, program kerja dalam cetak biru MA dapat dikatakan terlaksana optimal sesuai dengan tahapan-tahapannya. Maka saya yakin dalam tempo 10-15 tahun, insya Allah semuanya akan berjalan lancar. Tahun 2015, visi misi MA akan tercapai. Asal-kan seluruh warga MA kompak untuk sepenuh hati mendukung tercapainya visi dan misi MA.

Page 45: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

LAPORAN KHUSUS 43

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Achmad Setyo Pudjoharsoyo

Pudjoharsoyo mengawali kariernya sebagai calon hakim pada PN Tegal (1985), lalu diangkat menjadi hakim pada PN Labuha (1989). Sebelum terpilih menjadi Sekretaris MA, ia merupakan hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi (PT) Tanjungkarang, Lam-pung. Dengan latar belakang sebagai hakim, ia diharapkan memahami kepentingan profesi hakim sehingga dapat meningkatkan martabat hakim ke depan.

Sebagai Sekretaris MA, Pudjoharsoyo merupakan pengendali roda organisasi dan manajemen MA. Ia memimpin organisasi kesekretariatan MA yang membawahi lebih dari 825 satker dan 31.000 per-sonil di seluruh Indonesia. Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2005, Sekre-taris Mahkamah Agung membawahi 3 (tiga) Direk-torat Jenderal, 1 (satu) Badan Pengawasan, 1 (satu) Badan Litbang Diklat dan 1 (satu) Badan Urusan Administrasi.

k e r J a keras u s a iDILANTIK

SEKRETARIS MA terpilih Achmad Setyo Pudjoharsoyo di-lantik pada hari Selasa tanggal 7 Februari 2017 di Tower Mahkamah Agung, Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13

Jakarta Pusat. Acara tersebut dihadiri oleh para hakim agung, para pejabat MA, serta sejumlah undangan.

Pudjoharsoyo dipilih oleh Presiden Joko Widodo untuk menjabat Sekretaris MA, menggantikan Nurhadi Abdurach-man, yang mengundurkan diri pada Juli 2016. Sebelumnya, selain Pudjoharsoyo, Presiden menerima dua nama lain se-bagai calon sekretaris MA yang sudah lolos seleksi, yaitu Plt. Sekretaris MA, Aco Nur, dan mantan Ketua PA Jakarta Se-latan, Imron Rosyadi.

Sebelum ketiga nama itu diajukan ke Presiden, MA telah melakukan proses seleksi lelang jabatan pada November 2016 di Pusdiklat MA Mega Mendung Bogor. Tim Panitia Seleksi diketuai oleh Wakil Ketua MA bidang non yudisial Suwardi.

n Achmad Setyo Pudjoharsoyo bersama istri dan keempat putranya seusai pelantikan sebagai Ses-MA baru.

Page 46: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

n Achmad Setyo Pudjoharsoyo dilantik sebagai Sekretaris MA oleh Ketua MA, Hatta Ali

44

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

RIWAYAT HIDUPNama lengkap : H. ACMAD SETYO PUDJOHARSOYO, S.H., M.H.Tempat, Tgl Lahir : Semarang, 22 Agustus 1960Agama : IslamKELUARGAIstri : Drg. Ani Pratamawaty DewiAnak : 1. M. Yuridenta Wilkan Malwa 2. M. Yuridenta Aditya Aulia Dista 3. M. Yuridenta Aulia Rizky Dhana 4. M. Yuridenta Aulia Dhazky Dhanu

PENDIDIKANSD Jomblang Barat II, Semarang (lulus 1973)SMP Theresiana III, Semarang (lulus 1976) SMAN III, Semarang (lulus 1980)Fak. Hukum Universitas Diponegoro, Semarang (SH, 1985)Universitas Jayabaya (M.Hum, 2005)

PEKERJAAN/JABATAN30 Juni 1987 : CPNS/Cakim di PN Tegal1 Juli 1987 : PNS/Cakim di PN Tegal31 Maret 1993 : Hakim di PN Labuha 31 Maret 1994 : Hakim di PN Idi31 Juli 1999 : Hakim di PN Mungkid4 September 2000 : Hakim di PN Jakarta Utara18 Februari 2005 : WKPN Marabahan16 Maret 2006 : KPN Marabahan29 Januari 2008 : KPN Kebumen30 November 2009 : WKPN Klaten11 November 2011 : KPN Purwakarta3 September 2013 : WKPN Batam10 Juni 2014 : KPN Pekanbaru1 Juni 2016 : KPN Jakarta Barat

Dengan posisi itu, Pudjoharsoyo memi-kul beban berat, mengingat reputasi dan kredibilitas MA belum pulih setelah ter-coreng oleh terungkapnya sejumlah kasus mafia peradilan yang melibatkan oknum MA dan peradilan di bawahnya. 

Sementara itu, Pudjoharsoyo harus menyukseskan program percepatan re-formasi hukum yang diagendakan peme-rintah. Ia harus bisa mendorong institusi MA bersinergi dengan pemerintah guna menyukseskan percepatan reformasi hukum. Pemerintah sendiri sudah meng-ambil prakarsa percepatan reformasi hukum melalui tujuh agenda pembenah-an: pelayanan publik, penataan regulasi, pembenahan manajemen perkara, pe-nguatan SDM penegak hukum, pengu-atan kelembagaan, pembangunan buda-ya hukum di masyarakat, dan pembenah-an lembaga pemasyarakatan.

Semua agenda percepatan reformasi hukum itu sangat relevan dengan fungsi dan tugas Pudjoharsoyo sebagai Sekre-taris MA. Itu sebabnya, begitu dilantik, ia bekerja keras. Baginya, waktu kerja tidak cukup jam 8.00 sampai jam 17.00. Biasanya jam 7.00 pagi ia sudah di kantor dan pulang di atas jam 21.00. Jadi, sehari-hari ia bekerja lebih dari 12 jam. Kadang-kadang ia tidur di kantor. Dan pada jam-jam kerja, ia tidak pernah keluar kantor untuk kepentingan pribadi. Maka jarang ia melihat kota Jakarta di siang hari.

Page 47: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

45

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Setelah Anda menjabat Sekretaris MA, apa yang mendesak harus Anda tangani?

Prioritas saya mutasi dan kekosongan jabatan. Masalah ini sudah sekian lama belum tersele-saikan. Kekosongan jabatan, baik di pusat maupun di daerah, sangat mengganggu kinerja MA.

Mutasi di lingkup apa saja?Mutasi pengisian Eselon 3, Eselon 4, dan penge-

sahan staf. Jumlahnya ratusan, sampai saat ini be-lum terisi karena harus ditandatangani oleh sek-retaris. Selain itu perlu ditelaah secara teliti dan hati-hati agar orang yang duduk di sana memang orang yang tepat, bukan karena like and dislike.

Sekarang pun saya sedang mengerjakan tugas promosi dan mutasi yang tertunda karena masa transisi kemarin. Sejak Agustus 2015 sampai de-ngan Februari 2017, hampir tidak ada pengang-katan untuk promosi dan mutasi. Saya kejar agar

Achmad Setyo Pudjoharsoyo, S.H., M.Hum. Sekretaris MA

JanGan Biarkan

haKim meranaSEKRETARIS MA (Sek-MA) mengemban tugas yang sangat luas dan strategis. Pasalnya, hampir semua

keputusan terkait organisasi, administrasi, dan finansial MA diusulkan oleh Sek-MA. Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2005, Sek-MA membawahi tiga Direktorat Jenderal, yaitu Badan Pengawasan, Badan Litbang Diklat, dan Badan Urusan Administrasi.

Untuk mengetahui prioritas-prioritas apa yang harus dilakukan Sek-MA, akhir Februari silam Rita Za-hara dan Nur Azizah dari MMA mewawancarai Achmad Setyo Pudjoharsoyo, S.H.,M.Hum yang didam-pingi Kepala Biro Perencanaan, Djoko Upoyo, di ruang kerjanya. Berikut petikannya.

tuntas pada bulan Maret 2017. Saya harus bahas yang jumlahnya hampir 800 orang yang men-duduki jabatan. Harus saya sisir satu persatu, yang rotasi maupun mutasi.

Dari daerah sudah banyak yang berteriak dan mengeluh. Mereka mengira kita tidak kerja, pada-hal saya sampai tertatih-tatih.

Ada yang berupaya menyalahgunakan jabatan Anda?

Ada. Saya mendapatkan SMS dari orang yang minta jabatan tertentu dengan janji memberikan uang sejumlah Rp 250.000.000. Hal ini merupa-kan penghinaan bagi saya. Saya langsung kirim tim saber. Tim dari Polda melacak, dan ketahuan. Ini sudah dalam proses dan saya minta Bawas segera turun tangan.

Saya harap jangan sering kasak-kusuk. Bekerja saja dengan baik, pasti akan saya promosikan. Sekarang ini saya mau memberdayakan para pim-pinan satuan kerja di daerah agar bisa memilih pejabat sesuai kompetensinya. Satuan kerja itulah yang mengusulkan promosi kepada kami. Yang minta pindah pun harus diketahui atasan lang-sung. Kalau tidak ada rekomendasi atasan, maka akan saya kembalikan.

Selain mutasi, apa lagi yang mendesak Anda ta-ngani?

Rekrutmen hakim. Tentunya kita menyiapkan sebagaimana yang sedang digodok antara MA dan Kemenpan, yakni menyusun dan membuat mekanisme sehingga teratasi apa yang selama ini terkendala karena aturan-aturan hakim sebagai pejabat negara dan sebagainya. Sekarang ini su-dah ada titik cerah. Mudah-mudahan tahun ini su-

n “Hakim dituntut harus begini harus begitu, tapi dibiarkan merana.”

LAPORAN KHUSUS

Page 48: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

46

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

dah ada rekrutmen hakim yang telah 6-7 tahun tidak terlaksana.

Izin prinsip untuk rekrutmen hakim sudah ada. Tinggal menunggu pertim-bangan teknis dari Menteri Keuangan untuk masalah gaji, tunjangan dan pensiun. Mudah-mudahan dalam 3 minggu ke depan sudah diterima izin teknis dari Menkeu.

Sementara itu tim Menpan mem-buat regulasinya. Regulasi dalam ben-tuk Peraturan MA tentang tata cara dan pengadaan hakim. Draft sudah se-lesai, tinggal saya ajukan kepada pim-pinan MA untuk dilakukan rapim un-tuk menilai apakah sudah sesuai atau belum, disetujui tanpa koreksi atau dengan koreksi. Di samping itu kami berkoordinasi terus dengan Menpan dan Menteri Keuangan dan DPR untuk betul-betul pertimbangan teknis itu keluar dan bisa merekrut hakim sesuai dengan jumlah yang kita harapkan.

Kalau bicara tentang kebutuhan akan hakim, sudah 6 atau 7 tahun pengadilan-pengadilan kelas II men-jerit kekurangan hakim. Di sana ha-nya ada 3 orang hakim. Majelis hakim terdiri dari ketua, wakil dan anggota. Berputar-putar begitu saja susunan majelisnya.

Kami terus menyiapkan rekrutmen. Saya tidak mau main-main dengan rekrutmen calon hakim ini, karena ini yang menentukan baik buruknya pera-dilan di Indonesia, jadi jangan sampai coba-coba kasak-kusuk untuk dapat diterima, karena kita harus benar-benar mendapatkan hasil hakim yang kita perlukan yang jumlahnya besar.

Mutasi hakim tak terhindarkan. Lalu, biaya pelantikan harus mereka tang-gung sendiri?

Betul. Hakim-hakim yang dimutasi, terutama ke daerah-daerah, tidak pernah diberi uang yang cukup untuk menuju tempat bertugas. Dan untuk pelantikan, hakim mengeluarkan biaya sendiri, kadang harus menggunakan gaji, kadang menggunakan uang jalan. Ironisnya uang jalan baru akan keluar setelah tiga bulan bertugas.

Sementara bagi pejabat eselon, semua biaya pelantikan ditanggung.

Nah, ini kan timpang. Saya sendiri baru menikmati pelantikan yang tidak mengeluarkan uang sendiri pada pe-lantikan sebagai Sek-MA.

Masalah juga terjadi bagi hakim yang dipindah jauh, harus berpisah sama keluarga. Biaya hidup di sana tinggi dan mereka harus mondar-man-dir mengunjungi keluarga.

Untuk ke depannya, baik mutasi atau pelantikan sebagai hakim tingkat pertama atau menduduki jabatan struktural, harus ada biaya yang diser-takan di sana.

Bisa tunjukkan di mana ada hakim yang hidupnya memprihatinkan?

Gak usah jauh-jauh, hakim yang tu-gas di Jakarta pun tidak mendapatkan fasilitas tempat tinggal yang mewah. Mereka hanya mampu menyewa kos-kosan, tidak bagus, apalagi mewah. Pengalaman saya ketika masih men-jadi ketua PN Jakarta Barat, ada ha-kim anggota sakit, saya datang ke kos-kosannya. Itu cuma kos-kosanan satu kamar ukuran 3 x 4 meter, lebih buruk daripada kos-kosan mahasiswa. Dia sakit, jalan tertatih-tatih tidak bisa keluar, tidak ada yang memperhatikan. Mestinya untuk hakim kasihlah BPJS Utama agar hakim tidak harus antre untuk bisa mengecek kesehatannya.

Seharusnya hakim seperti ini didekatkan dengan keluarganya, tapi malah dijauhkan dari keluarga. Ini pen-deritaan hakim yang tidak pernah dili-hat oleh masyarakat dan Pemerintah.

Kadang-kadang saya telepon jam 12 malam. Dijawab oleh hakim, “Se-dang membuat putusan.” Sementara besok dia harus datang pagi. Ada ha-kim yang tinggal di Bogor dan harus berangkat jam 4.00. Ada yang tinggal di luar kota karena tidak sanggup kos di dekat kantornya. Di sisi lain, pejabat nonhakim mendapatkan fasilitas-fasi-litas penuh.

Lalu apa solusinya?Salah satu target saya adalah di ko-

ta-kota besar ada semacam flat untuk hakim. Saya harus mendorong Peme-rintah agar tidak pelit untuk memberi fasilitas kepada para hakim, karena

hakim dituntut harus begini harus be-gitu, tapi dibiarkan merana. Barangkali Pemerintah tidak mendapat informasi yang jelas. Jadi, Pemerintah tahunya hakim gajinya besar, fasilitasnya ha-kim bisa naik mobil. Lihat di Ibu Kota saja banyak hakim yang naik bus kota ke kantor. Kalau bus umumnya sudah nyaman sih tidak apa-apa.

Ke depan saya harus memperjuang-kan apa yang bisa kita berikan kepada hakim agar hakim tidak harus berpikir keras hanya untuk membeli pakaian yang layak, menjaga kesehatannya, dan sebagainya.

Bagaimana anggarannya?Untuk mendukung kinerja, kami ha-

rus membuat sarana dan prasarana. Pendapatan atau gaji hakim dan pega-wai perlu ditingkatkan. Dan kebutuhan organisasi juga perlu ditingkatkan. Tapi anggaran yang disediakan oleh Pemerintah untuk badan peradilan yang membawahi 828 satker jauh di bawah lembaga-lembaga lain yang satkernya sama. MA hanya menerima anggaran Rp 8,1 triliun. Seharusnya kami terima Rp 8,6 triliun, tapi dipo-tong Rp 500 miliar. Dari Rp 8,1 triliun, sejumlah 80% untuk membayar gaji pegawai. Artinya, hanya 20% untuk mengembangkan organisasi. Tidak sampai Rp 1,5 triliun untuk dibagikan ke seluruh Indonesia. Ini mempriha-tinkan.

Coba bayangkan, MA adalah or-ganisasi besar yang perlu biaya besar. Jadi, apa yang bisa dibuat dengan uang tersebut? Kalau disetujui remu-nerasi naik, tapi diambilkan dari pagu yang tersedia, maka akan percuma. Maka MA akan semakin terpuruk. Oleh karenanya, saya berusaha mengemba-likan anggaran “penghematan” yang dipotong Pemerintah dari anggaran MA. Saya berusaha dan mendorong agar Pemerintah untuk memasukkan-nya kembali dalam APBNP.

Lalu bagaimana? Kewajiban Pemerintah untuk mem-

berikan anggaran. Saya hanya mendo-rong Pemerintah agar memperhatikan anggaran untuk MA. Saya bukan minta

LAPORAN KHUSUS

Page 49: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

47

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

tolong, karena kalau minta tolong, jangan-jangan ujung-nya barter. Ini kewajiban Pemerintah.

Kita boleh saja menaikkan gaji pegawai atau tunjangan hakim, kalau uangnya tetap segitu juga. Kalau kami me-naikkan gaji pegawai dan tunjangan hakim, maka dana pengembangan organisasi jadi turun. Di satu sisi ada tun-tutan untuk menaikkan kesejahteraan pegawai MA di se-luruh Indonesia, sementara di sisi lain kami dituntut untuk mengembangkan organisasi, tapi uangnya segitu-gitu saja.

Sekarang MA masih kekurangan sekian ribu pegawai, sekian ribu hakim, tapi nanti setelah dia menjadi pega-wai akan dibayar dengan apa? Makanya jangan bersorak-sorak kalau ada rekrutmen hakim. Ini kan harus dihitung ulang. MA idealnya mendapat anggaran 21–22 trilium, tapi faktanya MA hanya menerima sepertiganya.

Yang penting, anggaran untuk kenaikan remunerasi di-harapkan tidak diambil dari anggaran yang sudah ada, tetapi betul-betul tambahan baru pada anggaran MA. Ar-tinya, Pemerintah menambahkan anggaran belanja MA, baik dalam APBNP maupun anggaran tahun berikutnya. Masalahnya, kalau diambilkan dari pagu yang sudah ada, maka akan sangat mengganggu kegiatan-kegiatan lainnya.

Saya berharap, kenaikan remunerasi benar-benar dalam arti sebenarnya, bukan hanya memindah-mindahkan dari anggaran yang semula untuk modal dan belanja barang atau pengembangan organisasi. Kalau itu yang terjadi, sama juga bohong.

Tampaknya Anda sangat memperhatikan kesejahteraan hakim. Itu karena Anda berlatar belakang hakim?

Ya, tentunya pasti ada hal-hal yang tidak dimiliki oleh Sek-MA yang bukan hakim. Sek-MA itu posisinya support-ing. Kalau dijabat oleh seorang hakim, maka ia akan me-ngetahui persis isi peradilan-peradilan yang ada di daerah karena sudah terbiasa di daerah. Pengalaman sebagai hakim memudahkan dalam membaca dan memetakan kebutuhan-kebutuhan hakim dan lembaga-lembaga per-adilan di daerah. Misalnya, keluhan rumah dinas, penem-patan, dan rotasi mutasi.

Apa harapan Anda ke depan? Apa yang ingin Anda capai untuk MA selama Anda pada posisi Sek-MA?

Saya mengacu pada visi misi MA saja. Kita mempunyai Blue Print 2035. Di situ ada road map. Kita jalankan saja renstra jangka mene-ngah. Sekarang sudah tahap kedua, sampai ta-hun 2019. Target saya, road map yang ditetap-kan sampai tahun 2019 betul-betul bisa tercapai selama saya di sini.

Lembaga kita terdiri dari bagian teknis dan non-teknis. Tugas bagian non-teknis adalah supporting unit yang memberi layanan pendu-kung pada tugas utama lembaga peradilan, yai-tu menegakkan hukum dan keadilan. Saya ada di posisi non-teknis. Saat ini saya harus mela-yani, bukan dilayani, dan saya siap capek. Warga sebagai majikan saya.

Hal apa lagi yang Anda pikirkan untuk perbai-kan Mahkamah Agung?

Satu hal yang penting, Mahkamah Agung se-bagai induk peradilan di Indonesia tidak hanya bicara masalah tugas pokok memeriksa, mene-rima dan memutus perkara. Penting bagaimana dalam pelaksanaan tugas pokok itu MA menjadi percontohan bagi badan peradilan di bawahnya, sebagai organisasi yang tertib dan rapi.

Untuk itu perlu penataan ruangan-ruangan, kantin, taman-taman dan lainnya; juga penata-an arsip tiap unit satuan kerja yang bertumpuk-tumpuk dan amburadul. Kita terbantu setelah ada gedung yang baru, sekarang ada ruangan yang kosong.

Harapan saya, kalau ada satker dari daerah datang ke induknya, maka mereka tertarik un-tuk mencontoh dan mengikuti induknya. pera-dilan di bawah MA bisa mencontoh lembaga induknya. Dengan demikian, kita tidak perlu berteriak-teriak ke bawah.

Apa pesan Anda untuk seluruh warga peradilan?Selalu saya sampaikan pada teman-teman,

mari kita jaga komitmen kita untuk merebut ke-percayaan masyarakat pada badan peradilan. Peradilan Indonesia yang agung adalah satu-sa-tunya jalan untuk meraih kepercayaan yang tum-buh dari masyarakat kepada lembaga peradilan.

Kita memang dalam kondisi ‘sakit’. Tidak ada anggaran untuk mengembangkan orga-nisasi atau meningkatkan kesejahteraan. Tapi kondisi itu jangan membuat kita patah sema-ngat. Tunjukkan kepada Pemerintah bahwa kita berkomitmen untuk selalu memberikan pela-yanan terbaik serta mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara. Ayo kita sama-sama tun-jukkan komitmen bahwa kita selalu bisa! (MMA/

RZ/AZZ/IFH)

n ”Di Ibu Kota saja banyak hakim yang naik bus kota ke kantor.”

LAPORAN KHUSUS

Page 50: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

48

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

Saat ini saya lihat koperasi di MA belum tertata baik. Katanya ada koperasi, tetapi segala sesuatu-nya atas nama pribadi.

Koperasi yang beroperasi di MA cenderung ha-nya melakukan kegiatan simpan pinjam. Saya kha-watir ini akan menjadi riba. Tidak ada kejelasan tentang prosedurnya. RAT tidak pernah dibuat. Sisa hasil usaha tidak jelas, hanya dinikmati oleh pihak ketiga yang tidak ada hubungan dengan kita, dimakan oleh orang-orang luar, sedangkan warga

kita sendiri tidak pernah mendapatkan kesejahte-raan dari situ.

Akan saya panggil pengurus koperasi yang se-mentara ini “menggunakan” nama besar MA, tetapi tidak pernah ada kejelasan statusnya. Harus kita rombak.

Kita bisa melakukan mengelola kegiatan kopera-si itu yang modern, profesional, sesuai dengan ke-tentuan yang berlaku. Tidak hanya simpan pinjam. Harus ada kegiatan usaha lainnya.

Yang lebih penting lagi, koperasi itu untuk mensejahterakan warga peradilan yang ada di pusat sampai di tingkat bawah. Lewat koperasi, kita bisa memberikan kesejahteraan, terutama ke-

pada orang bawah. Selama ini kita hanya memikir-kan orang-orang besar, sedangkan orang-orang kecil belum terpikirkan.

Yang utama adalah bahwa koperasi harus ber-badan hukum dan dikelola secara profesional. Saya melihat kantor Angkatan Darat, Kepolisian, Departemen Keuangan, dan Mahkamah Konstitusi, mereka mempunyai koperasi yang bagus. Di Mah-kamah Konstitusi, operasional Pusdiklat dikelola oleh koperasi. Di beberapa lembaga juga seperti itu. Tetapi MA, koperasinya tidak jelas. Mengapa badan sebesar ini, yang mempunyai jaringan di se-luruh pelosok tanah air, tidak memiliki badan dan organisasi untuk mensejahterakan pegawai melalui koperasi?

Potensi MA itu luar biasa. Di Diklat MA, misal-nya, catering dan pengadaan barang sehari-hari dapat dikerjakan koperasi. Jika dikelola koperasi, akan mendapatkan keuntungan yang dapat dinik-mati oleh seluruh warga. Itu tidak akan melanggar aturan-aturan yang ada.

Banyak perkerjaan yang diperoleh dari koperasi. Koperasi yang mempunyai badan usaha dapat me-nampung tenaga kerja kita yang status pekerjaan-nya belum jelas, yaitu tenaga honorer yang ada di MA maupun yang ada diperadilan-peradilan.

Sering kita dengar pertanyaan tentang siapa yang membayarkan tenaga honor tersebut. Mereka dapat ditampung di koperasi. Di sela-sela kosong-nya pekerjaan di pengadilan, mereka diperbantu-kan di koperasi. Mereka juga bisa dibayar melalui koperasi.

Kalau koperasi itu punya toko batik, misalnya, nanti pegawai akan bisa belanja di kantor, tidak perlu izin keluar kantor, dan belanjaannya dapat dibayar bulan berikutnya.

Saya sudah mempersiapkan pendirian koperasi dengan mengundang Dinas Koperasi untuk mem-berikan sosialisasi. Akan dibentuk pokja tentang pembentukan badan koperasi ini. Saya sudah be-berapa kali rapat dengan Biro Umum.

Inilah konsep saya. Ini yang akan saya bangun. Mudah-mudahan di awal 2018 nanti sudah berdiri koperasi yang kita dambakan, suatu koperasi yang modern dan profesional.

TENTANG KOPERASI MA

foto koperasi

Page 51: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

49

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

BEGITU dilantik sebagai Sekretaris MA (7 Februari 2017), Achmad Setyo Pudjo-harsoyo segera merancang pembenahan

SDM. Untuk meningkatkan Reformasi Birokrasi di lingkungan MARI, ia mengeluarkan SK Sekre-taris MARI tentang pembentukan tim RB MARI.

Kini, Pudjo, demikian panggilan akrabnya, su-dah melihat perkembangan yang sangat signifi-kan. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi  (PMPRB) dari Tim RB telah diterima Bawas pada akhir Maret 2017, lalu dievaluasi atau diaudit. Kemudian pada April 2017 ini Kabawas selaku auditor pengawasan menyelesaikan au-dit dan menyerahkan hasilnya ke Sekretaris MA. Diharapkan, pada pertengahan April 2017, Sek-retaris MA sudah menyerahkan hasilnya kepada Menpan RB.

sek-maBerbenahsdm Hasilnya mulai kelihatan, prosentase kinerja

MA semakin meningkat. Memang tidak serta merta melonjak, tapi berkembang secara signifi-can, dengan nilai 88,27, naik dari angka tahun lalu 88,08.

Dukungan AnggaranPudjo menilai, untuk mengejar nilai menuju

100, perlu dinaikkan remunerasi dari angka 70%. Tapi untuk itu, ia berharap agar Pemerintah ja-ngan mengambil dari DIPA yang sudah ada.

Menurut Pudjo, RB tak lepas dari anggaran. Ia khawatir, kalau SDM tidak ditata dengan sung-guh-sungguh dengan dukungan anggaran yang benar, rapuh nilai yang dicapai MA. Sebab, yang menggerakkan semuanya adalah SDM. Area 1 sampai 8, penggeraknya adalah SDM. Kalau SDM tidak dibangun spiritnya dan ditingkatkan semangatnya, akan bahaya.

Menurut Pudjo, tindak lanjut pertama untuk lebih meningkatkan PMPRB di lingkungan per-adilan adalah dukungan kepada SDM berupa reward and punishment. Artinya, mereka yang memiliki prestasi, rewardnya harus jelas; se-baliknya, yang sudah menyimpang dari aturan harus jelas sanksinya. “Seringkali kita lupa mem-berikan reward, hanya punishment saja. Padahal reward itu mudah. Mengucapkan terima kasih saja sudah merupakan reward, dapat memba-hagiakan dan membangkitkan semangat. Per-hatian dari pimpinan, sapaan, senyuman, kun-jungan, semua itu sudah merupakan reward dan kebanggaan tersendiri bagi SDM,” kata Pudjo.

Sistem Promosi MutasiDalam rangka Reformasi Birokrasi, Pudjo kini

membuat pola promosi mutasi yang sifatnya teknis. Diharapkan, bulan April ini sistem itu selesai dan ditandatangani. Dalam sistem itu, semua jabatan disusun berdasarkan pemetaan dan jenjang.

Pada saat bersamaan, calon pejabat eselon 1 dan eselon 2 yang kosong sedang dilakukan

Page 52: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

50

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

LAPORAN KHUSUS

dengan open bidding. Sedangkan untuk eselon 3 dan 4 dilakukan assesment kecil-kecilan, dengan rapat Baperjakat. Itu dilakukan agar penunjukan tepat sasaran, bukan berdasarkan bawaan siapa-siapa.

Saat ini Pudjo masih konsentrasi pada usul-an-usulan pejabat struktural yang masih harus diselesaikan dalam waktu 2 atau 3 bulan men-datang. Diharapkan, setelah tayang dalam 2 minggu, yang bersangkutan sudah menerima SK. Saat ini SK sudah dalam proses penyele-saian. Tetapi karena jumlahnya banyak, satker-satker harus bersabar dahulu.

Sementara itu, di daerah-daerah dikembang-kan Sistem Baperjakat dengan cara fit and proper test. Tujuannya adalah membangun SDM yang capable dan dapat dipertanggungjawab-kan, tidak asal tunjuk.

RasionalisasiYang paling penting, menurut Pudjo, orang

yang ditunjuk untuk memegang posisi tertentu punya kemampuan untuk duduk di situ. Seluruh pegawai, dari staf sampai pejabat eselon, di-petakan untuk dievaluasi ulang, apakah kurang atau malah berlebihan. Jika berlebih, harus ada rasionalisasi untuk semua jabatan, termasuk pegawai.

Khususnya di MA, Pudjo menilai, sudah terlalu banyak SDM. Terbukti, banyak satuan kerja di mana satu pekerjaan dilakukan oleh beberapa orang. Padahal pekerjaan tersebut cukup di-lakukan oleh satu orang.

Pudjo sudah melakukan sidak di lingkungan MA. Ia melihat banyak orang bergerombol, ti-duran di masjid atau duduk berjam-jam di kan-tin. Ini berarti sudah kelebihan tenaga.

Kelebihan itu, menurut Pudjo, akan dikirim ke daerah sekitar yang masih banyak kekurangan staf, misalnya PN Jakarta Timur dan PN Jakarta Selatan. Diharapkan, di tahun 2017 ini semuanya akan selesai pindah-pindahan.

Teladan PimpinanSatu hal penting, menurut Pudjo, pimpinan

harus bisa memberikan contoh yang baik, ja-ngan hanya mentang-mentang menjadi seorang pejabat yang harus dilayani, tetapi justru mela-yani.

Oleh karenanya, Pudjo selalu minta teman-te-man di daerah, ketika ia berkunjung ke daerah, ia tidak perlu disambut berlebihan, karena kita sudah mempunyai anggaran sendiri yang sudah diongkosi oleh Negara. Begitu juga kendaraan tidak perlu dipersiapkan, karena ia sudah me-nyewa sendiri dengan anggaran DIPA. (Herki Ar-

tani R)

Page 53: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

51

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

SUPANDI mungkin salah satu hakim agung yang latar belakang pendidikannya cukup berwarna. Cita-citanya sejak kecil ingin menjadi dokter. Namun, setamat SMP (1967), ia melanjutkan ke Sekolah Teknik Menengah (STM), bukan ke SMA atau sekolah lain yang berkaitan dengan medis atau kedokteran.

“Sebenarnya cita cita saya sejak kecil ingin menjadi seorang dokter, saya merasa bahagia kalau bisa mem-bantu orang sakit. Namun ketika lulus SMP saya mengi-kuti saran orangtua untuk masuk STM supaya gampang cari kerja. Akhirnya saya masuk STM. Walaupun seko-lah ini bukan jiwa saya, namun saya tetap bisa lulus pada 1970 meski tidak bahagia,” ungkap Supandi pada Tim Majalah MA, Herki Artani dan Zamzami, di ru-ang kerjanya beberapa waktu lalu.

Setamat dari STM, Supandi mendapatkan beasiswa dari Pemerintah untuk studi di Akademi Penerba-ngan, Curug, Tangerang, Jawa Barat (kini Banten). Tamat 1972, setahun kemudian Supandi diangkat menjadi PNS pada Kementerian Perhubungan di bagian Teknisi Ke-selamatan Penerbangan pada Pelabuhan Udara Polonia Medan (1973-1980), lalu menjadi staf Perizinan dan Pe-ngendalian Angkutan Udara (1980-1983).

Walaupun sudah PNS, keinginannya untuk kuliah ti-dak pernah padam. Ia ingin tetap masuk kedokteran, tetapi tidak bisa karena kuliah kedokteran pagi dan sore

hari. Hanya sekolah hukum yang bisa sore hari. “Akhirnya saya memilih kuliah di

Fakultas Hukum Universitas Su-matera Utara. Mulai ku-liah tahun 1975 saya

dan tamat ta-hun 1981. D i

b i -d a n g hukum ini saya

m e r a -sakan ke-

b a h a g i a a n . Saya merasa Tu-

han telah mengem-balikan saya pada

Dr. Supandi, S.H., M.H. (Ketua Kamar TUN):

Tangan Kanan Berbuat, Tangan Kiri Tak Boleh Tahu

jiwa dan habitat saya,” ungkap laki-laki kela-hiran Tembung, Sumatera Utara, 17 Septem-ber 1952.

Masa kecil dijalani Supandi dengan per-juangan. Di tanah kelahirannya, Sumatera Utara, ia harus berjuang untuk hidup sehari-hari dengan mendulang (emas), bertani, juga berdagang. Ia putra Jawa kelahiran Sumatera. Nenek moyangnya masih di tanah Jawa, di kota Pati, Jawa Tengah.

Hingga kini Supandi masih mengenang masa-masa itu. Ia kerap berkumpul dengan teman SD, kadang nyanyi-nyanyi. Ia senang bertemu teman-teman seperjuangan, teman menangis ketika susah makan, teman kerja sama dan makan di hutan. “Saat itu kami suka mencabut singkong di kampung hanya untuk mengganjal perut. Makanya sekarang kadang kami makan nasi bungkus untuk mengenang masa lampau. Saya sangat bahagia bertemu dengan teman-teman lama. Lebih baik capek fisik daripada capek batin. Tali silaturahim tetap saya jaga. Itulah raha- sia hidup. Saya tidak merasa t e r g a n g g u d e n g a n pertemuan-perte- muan ini kare-

na saya bisa atur waktu,”

jelasnya. Kini, sebagai

h a k i m agung dan ketua Kamar TUN, Supandi sangat menerapkan disiplin

dan ketertiban dalam bekerja, namun tidak mengesampingkan hubungan sosial. Prinsip disiplin ini menjadi tradisi kerja para staf dan asistennya. “Mereka melakukan tugas secara tepat waktu sehingga tidak ada pekerjaan yang terbengkalai. Hal ini ditunjang dengan prinsip kerja yang mendasarkan diri pada ke-rendahan hati,” ungkap dosen luar biasa Uni-versitas Indonesia ini, yang dilantik sebagai hakim agung pada 7 April 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Berikut petikan wawancara dengan Supandi.

WAWANCARA

Page 54: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

52

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Bagaimana perjalanan karier hakim Anda?Perjalanan karier saya panjang. Sebenarnya

dulu saya ingin terus mengabdi di Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubung-an Udara, tetapi ijazah sarjana hukum saya ti-dak diakomodir pada waktu itu, tidak ada pe-nyesuaian, karena tidak ada formasi.

Sebagai jalan keluar saya ikut tes peneri-maan calon hakim tahun 1982. Alhamduli-lah, saya diterima. Tahun 1983 saya mengun-durkan diri dari Departemen Perhubungan setelah masa kerja 11 tahun. Status saya kemu-dian berubah dari CPNS menjadi calon hakim (cakim) di PN Medan (1983-1985). Pada tahun 1985 saya diangkat sebagai hakim di PN Sa-bang. Lima tahun saya di sana. Tidak seperti sekarang, mutasi bisa tiga tahun.

Di PN Sabang saya bertemu dengan senior saya yang sekarang menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung, Dr. Hatta Ali, S.H.,M.H. Beliau lebih dahulu bertugas di sana. Kemu-dian beliau pindah ke Lubukpakam, sedang-kan saya pindah ke PN Kualasimpang selama enam tahun.

Bagaimana ceritanya Anda beralih dari PN ke TUN?

Tahun 1996, Pengadilan TUN kekurangan tenaga hakim yang berpangkat III D. Saya lalu mengajukan permohonan, dan ternyata diteri-ma. Melalui pelatihan selama satu bulan, saya kemudian ditempatkan di PTUN Medan (1996). Di sinilah karier hakim TUN saya dimulai.

Ketika tugas di Medan saya banyak mem-peroleh kemudahan untuk kembali ke kam-pus. Saya kuliah lagi sebagai mahasiswa S2 di Fakultas Hukum USU. Setelah tamat, saya di-promosikan sebagai wakil ketua PTUN Medan.

Tak berhenti di situ, saya melanjutkan ku-liah S3. Tetapi baru kuliah tiga semester, saya dipromosikan sebagai ketua Pengadilan TUN Jakarta. Sejak itu, proses disertasi saya terhen-ti. Tapi alhamdulilah kemudian saya dipin- dahkan menjadi hakim tinggi PTUN Medan. Di situlah saya bisa menyelesaikan disertasi S3 tahun 2005.

Serba kebetulan atau ada unsur tangan Tuhan?

Di belantara mana pun kita ditaruh, kalau betul-betul kita memohon pertolongan-Nya dan berusaha sungguh-sungguh, Tuhan tahu dan menolong kita. Saya ingat, waktu saya pindah dari pengadilan negeri ke pengadilan tata usaha negara, teman-teman memperta-

nyakannya. Kata mereka, menghukum pemerintah itu menyusahkan. Kalau di pengadilan negeri akan cepat menjadi ketua pengadilan.

Tetapi saya dan istri merasa tidak menjadi masalah di mana pun bisa berbakti. Ternyata, takdir berkata lain. Di PTUN saya bisa sekolah S2, lanjut ke S3, dan kemu-dian dipromosikan sebagai Kapusdiklat, bahkan sebagai ketua kamar. Teman-teman saya masih sebagai hakim tinggi. Hal ini bukan karena saya adalah orang yang he-bat, namun menurut saya suatu kemujuran yang dipero-leh dari Sang Kehidupan, yang tentu tak lepas dari doa orangtua, guru, dan teman-teman.

Anda pernah menjadi Kapusdiklat. Apa yang berke-san bagi Anda?

Saya menjabat sebagai kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis (Kapusdiklat Teknis) MA di Megamen-dung pada 2016-2010. Saat itu MA baru pertama kali me-miliki pusdiklat. Saya senang sekali di Pusdiklat, karena saya memang suka mengajar. Selain di Pusdikat, untuk memanfaatkan waktu, saya juga mengajar di pascasar-jana beberapa perguruan tinggi swasta seperti di Medan dan Semarang.

Lima tahun di Pusdiklat, di samping belajar mengasah wawasan di bidang hukum, khususnya peradilan TUN, saya berhasil menerbitkan tiga judul buku, kemudian me-nyusul tiga judul lagi. Buku-buku ini akan saya sumbang-kan ke perpustakaan MA. Buku-buku tersebut sangat ber-guna, terutama buku-buku terjemahan dari bahasa Ing-gris dan bahasa Belanda yang sangat diperlukan bagi ma-syarakat hukum, khususnya peradilan tata usaha negara.

Apa yang memotivasi Anda menjadi hakim agung ?Ini adalah karier. Siapa pun yang memiliki profesi ha-

kim, pasti bercita-cita menjadi hakim agung. Alhamdu-lillah, setelah saya mengikuti seleksi hakim agung atas usul ketua MA, saya dinyatakan lolos. Saya mengikuti seleksi dua kali. Gagal pada seleksi pertama (2008) dan baru lolos pada seleksi kedua (2010).

Tahun 2010 saya mulai mengabdi di MA di Kamar Tata Usaha Negara (TUN), dan alhamdulillah pada 2016 di-angkat sebagai Ketua Muda TUN, menggantikan Bapak Imam Soebechi yang purnabakti. Kemudian pada April 2016 saya diberi amanah sebagai ketua Kamar TUN. Saat itu saya berjanji akan mencurahkan pengetahuan sekuat hati sampai akhir tugas. Ini amanah yang sudah diberi-kan Tuhan. Saya harus laksanakan sebaik-baiknya.

Bagaimana sistem kerja di Kamar TUN?Distribusi perkara dari ketua MA, lalu ketua majelis

menentukan hari sidang. Kebanyakan perkara kasasi tidak saya tidak pegang sendiri, supaya saya bisa men-jadi ketua majelis PK. Sebab, kalau saya pegang perkara kasasi, pasti ketua atau wakil ketua MA akan terbebani jika perkara itu PK.

WAWANCARA

Page 55: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

53

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Saat ini di Kamar TUN kami berusaha agar perkara bisa selesai tiga bulan. Bahkan, bisa dua bulan sudah selesai. Kalau ucapan agak lama, maka dilakukan konsinyer-ing. Kalau perkara sederhana, bisa 400-800 perkara dalam dua atau tiga hari. Setelah selesai, pa-nitera muda langsung mengirim putusan. Yang agak repot jika ba-gian pengiriman memakai SOP lama. Dengan menggunakan SOP baru, pengiriman bisa selesai le-bih cepat, seperti perkara pilkada. Hari ini putus, langsung dikirim ke pengadilan pengaju.

Para asisten bekerja berdasar-kan ketetapan yang berlaku de-ngan sistem pembaruan teknologi modern sesuai perubahan kerja di MA. Saat ini dalam penyelesaian perkara, MA sudah bekerja cepat, profesional, transparan, akunta-bel, efektif, dan efisien. Ini sesuai dengan visi peradilan yang agung.

Perkara yang sudah disele-saikan tahun 2015-2016?

Sekitar 1.600 perkara sudah putus. Yang tinggal adalah tung-gakan minutasi. Ini yang akan di-kerjakan waktu konsinyering de-ngan RDJK (Rapat di Luar Jam Ker-ja). Tahun ini belum dilakukan. Diharapkan, sekali konsinyering saja sudah selesai perkara terse-but. Kami ingin perkara diputus langsung selesai hari itu juga. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan dalam bentuk SDM, perangkat komputer, dan anggaran (misal-nya untuk lembur). Misalnya, dua orang operator untuk majelis. Ke-mudian, penguatan asisten. Saat ini, satu hakim agung dibantu dua asisten. Cita-citanya, nanti ada ahli yang diambil dari hakim tinggi. Jadi, sebuah putusan dikaji da-hulu. Jika sudah ada kesimpulan, baru diserahkan kepada hakim agung, sehingga hakim agung ti-dak terlampau berat kerjanya.

Inilah yang harus diperjuang-kan. Pekerjaan profesional men-cakup man, money, and material,

sehingga kebutuhan bisa teratasi. Hal ini membutuhkan kerja keras dari sekretaris MA, kepala Badan Urusan Administrasi, termasuk ke-pala Biro Prencanaan. Tentu, res-tu pimpinan MA menunjang itu semua.

Bagaimana dengan minutasi?Jika hal itu terwujud, insya Allah

perkara diputus langsung selesai. Kenapa itu yang menjadi pemiki-ran kami? Karena minutasi adalah momok bagi kami. Proses minuta-si dari satu tangan ke tangan yang lain kadang tertunda lama,

karena ada yang berhalangan, ti-dak ada di tempat. Namun, kalau dalam sidang bisa langsung sele-sai, maka tak perlu mencari-cari untuk tanda tangan atau korek-si. Selesai, langsung kirim, tanpa pemberkasan segala. Pengiriman tidak lewat pos lagi, tetapi via fax atau email langsung sampai tu-juan. Itulah langkah-langkah yang ditetapkan dalam Surat Keputusan KMA. Tadinya enam bulan, diubah menjadi lima bulan.

Lihatlah kemajuan yang luar biasa. Dulu tunggakan kita setiap

tahun 10.000 perkara. Tahun 2015 tunggakan kita tinggal sekitar 4.000 dan insya Allah pada 2016 ini prediksi saya tinggal sekitar 1.500 perkara. Tetapi orang luar tidak mengetahui hal itu. Mereka terus mencaci-maki MA. Tapi kita tidak boleh banyak bicara. Harus diam. Hakim pada dasarnya seba-gai orang yang ikhlas. Tangan kan-an berbuat, tangan kiri tidak tahu.

Majelis hakim agung TUN kom-peten?

Hakim TUN berjumlah enam orang. Semuanya kompeten, juga dalam hal pajak. kami sadar kalau kami bukan ahli pajak, maka kami belajar. Atas seizin ketua MA, kami panggil tutor untuk berdiskusi mengenai putusan pengadilan pa-jak, tetapi orang luar tidak tahu. kami belajar jam 8.00, kemudian jam 9.00 atau jam 10.00 mulai si-dang.

Kami juga berlatih kefasihan berbahasa Inggris setiap Selasa pagi. Pengajarnya diberikan ho-nor oleh masing-masing peserta kursus. kami menyiapkan sara-pan pagi pukul 08.00 bersamaan dengan belajar bahasa Inggris. Setelah pelatihnya pulang pukul 09.00, kami sudah bisa bersidang.

Saya mempraktekkan kerja ber-sama yang baik dan kekeluargaan antara para hakim, anggotanya, sampai staf. Berkat dukungan mo-ril untuk maju, termasuk bidang teknologi, kami perkuat semua SDM di Kamar TUN. Akhirnya ini semua menunjang tugas-tugas pimpinan. Di sisa-sisa kehidup-an saya, mudah-mudahan dapat memberikan dukungan yang baik bagi MA.

Anda merasa MA sudah melaku-kan banyak dengan perubahan?

Omong kosong kalau dikatakan bahwa MA tidak ada perubahan. Mereka tidak melihat kenyataan. Sekarang sudah ada perumahan hakim, kantornya bagus, dan me-madai. Alhamdulillah sekarang

saat itusaya BerJanJi

akanmencurahkanpengetahuansekuat hati

sampaiakhir tugas.

ini amanahyang sudah

diBerikan tuhan.saya haruslaksanakan

seBaik-Baiknya.

WAWANCARA

Page 56: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

WAWANCARA54

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

pun saya bisa menikmati ruangan kantor seperti ini, fasilitas kantor, dan gaji yang bisa ditabung. Semua terpenuhi dengan baik.

Apakah sudah merata secara menyeluruh? Belum tetapi sudah mengarah ke sana, teru-

tama penggajian atau remunerasi yang cukup. Para hakim muda sekarang sudah enak. Sebagai contoh, sekarang masa kerja tiga tahun sudah bisa dipindahkan. Dahulu lima atau enam tahun baru bisa pindah. Pindahnya pun sekarang su-dah jelas. Sistem mutasinya diperdebatkan dan terjaga. Sekarang sudah dibuat SK Ketua MA me-ngenai promosi, mutasi, dan demosi tenaga sum-ber daya manusia MA sampai ke bawah. Itu ber-dasarkan sistem sehingga bersifat adil.

Apa yang masih kurang menurut Anda?Kata penyair WS Rendra, hakim adalah ma-

nusia yang setengah malaikat. Tetapi dalam ma-syarakat kita, apakah hakim diperlakukan se-layaknya sebagai malaikat? Pada kenyataannya, hakim diperlakukan sebagai PNS biasa. Ini suatu kekeliruan besar.

Di Belanda, seorang hakim sudah dipikirkan seluruh kebutuhannya oleh negara. Sangat pres-tisius, sehingga jika seseorang mau bicara de-ngan hakim sudah malu sendiri. Di Indonesia belum seperti itu, dan yang dipersalahkan hanya hakimnya saja.

Sistemnya harus dikoreksi untuk menjaga para hakim dari ‘virus-virus’ yang bisa menggerogoti dan menjaganya dari intervensi kekuasaan poli-tik.

Siapa idola Anda di dunia Peradilan TUN?Almarhum hakim agung Prof. Dr. Paulus, S.H.,

M.H. Beberapa hari lalu, waktu seminar di Hotel Mercure, saya menyebut nama beliau, langsung saya berhenti dan mengeluarkan air mata. Semi-nar itu dihadiri para pakar TUN, ada 220 peserta. Karena Ketua MA ada acara penting, maka saya ditugaskan sebagai key note speaker.

Prof. Paulus itu orangnya tidak pernah mele-dak-ledak, tidak kasar dengan orang. Kita gali ilmunya dan kita ikuti. Beliau adalah motiva-tor kita sehingga orang-orang termotivasi untuk bergelar doktor.

Harapan ke depan untuk MA, khususnya peradilan TUN?

Harapan kami konsisten. Visi dan misi MA ha-rus sesuai dengan perkembangan zaman menuju era informatika yang menuntut perubahan par-adigma berbangsa dan bernegara. Visi misi MA

harus bisa menjawab tantantangan zaman agar tercip-ta suasana peradilan yang agung serta konsisten dan mampu beradaptasi dengan informasi teknologi.

Peradilan yang agung tidak didapat dengan tulisan (teori) namun muncul apabila kita bisa menerapkan-nya dalam praktek. Kita bisa bekerja dengan profe-sional dan transparan, akuntabel, dan efektif sehing-ga tidak ada kesempatan orang untuk mengeluh pada peradilan di Indonesia. Itu sama dengan the rule of law sebagai supremasi hukum, di mana hakikatnya tata-nan hukum sudah sesuai dan supremasi hukum mun-cul dengan sendirinya.

Demikian juga peradilan yang agung sudah bekerja sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung. Ketua MA menghendaki putusan perkara selesai tiga bulan. Di TUN, peradilan yang agung menganut falsafah bah-wa lebih cepat lebih baik.

Sekretariat MA harus mendukung man, material, dan money. Karena ini menyangkut kekuasaan negara di bidang bujet, maka harus diperjuangkan melalui Biro Perencanaan. Hal ini karena MA memerlukan pengem-bangan, terutama penguatan SDM dari segi operator, asisten, dan peralatan informasi. Jangan sampai per-angkat komputer tahun 1993 masih dipakai, harus di-ganti dengan versi baru. Kalau masih dipakai perang-kat lama yang tidak memadai, berarti kita bekerja ti-dak dengan visi dan misi MA yang baru. (MMA/HA/ZAM)

n Dr. Supandi, S.H., M.H.

Page 57: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

KEPANITERAAN 55

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

DALAM beberapa bulan terakhir, Mahkamah Agung sedang melakukan kajian reformulasi pu-tusan perdata ke arah format yang lebih simpel. Dipimpin oleh Hakim Agung Syamsul Maarif dan beranggotakan beberapa hakim agung, hakim yustisial, serta sejumlah peneliti dari LeIP (Lem-baga Kajian dan Advokasi Independensi Peradi-lan), mereka bekerja sama dalam sebuah kelom-pok kerja (Pokja). Pokja yang dibentuk oleh Ketua Kamar Perdata Solthoni Mohdally ini pada  Selasa (14/3/2017) menyelenggarakan pertemuan untuk membahas pedoman teknis penggunaan template putusan hasil simplifikasi. 

Ma FinaLisasiSIMPlIFIKASI FoRMATPUTUSAN PeRDATA

Konsep Simplifikasi FormatDalam pembukaan kegiatan, Ketua Kamar Perdata,

Soltoni Mohdally, mengatakan bahwa saat ini Pokja telah berhasil menyelesaikan konsep format putusan perdata yang lebih simpel. Pemberlakuan format putusan hasil simplifikasi tersebut menunggu keputusan pimpinan MA.

Simplifikasi format putusan dilakukan dengan se-rangkaian kegiatan, mulai dari perbandingan dengan putusan MA dari masa ke masa, putusan pengadilan dari berbagai negara, dan diskusi terfokus dengan para hakim agung, advokat, peneliti, serta akademisi.

Soltoni yakin, jika template putusan hasil simplifikasi ini diterapkan, minutasi perkara akan lebih cepat. Hal ini karena salah satu kendala minutasi adalah proses ko-reksi dokumen yang memakan waktu yang lama akibat terlalu banyak materi yang dimuat dalam putusan MA.

Sebagaimana diketahui, format putusan kasasi per-data saat ini memuat materi informasi sebagai berikut: identitas pihak, posita gugatan, eksepsi/rekonvensi, amar putusan tingkat pertama, amar putusan tingkat banding, alasan-alasan kasasi (memori kasasi), pertim-bangan hukum, dan amar putusan MA.

Dengan sistematika putusan seperti itu, putusan MA bisa mencapai ratusan halaman, padahal bagian per-timbangan hukum hanya satu atau dua lembar saja. Dan dengan format putusan seperti itu, koreksi putusan memakan waktu lama. Potensi kekeliruan pun sangat tinggi, karena ada bagian yang tidak terkoreksi. Akibat-nya, banyak renvoi (perbaikan putusan) yang diajukan oleh pihak berperkara.

Hasil SimplifikasiFormat putusan perdata hasil simplifikasi yang diu-

sulkan oleh Pokja adalah sebagai berikut: identitas, pe-titum gugatan, amar putusan pengadilan tingkat perta-ma dan banding, petitum memori kasasi, pertimbangan hukum MA, dan amar putusan.

Dalam format putusan yang baru, pertimbangan hu-kum MA akan lebih elaboratif. Sementara itu, proses koreksi putusan akan lebih cepat dan potensi kelirunya akan dapat diminimalisir. Dengan demikian, para pencari keadilan pun akan segera menerima salinan putusan.

Dikatakan oleh Ketua Kamar Perdata, apabila model simplifikasi putusan perdata telah disetujui oleh Rapat Pimpinan, template tersebut segera direplikasi kepada kamar lain yang serumpun, seperti kamar agama. (MMA/

AN)

n Pokja simplifikasi putusan sepakat mengusulkan format baru putusan kepada pimpinan MA.

Page 58: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

KEPANITERAAN56

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Dasar HukumTerkait dengan dasar hukum penggunaan register elek-

tronik yang menggantikan buku register manual, hal terse-but, menurut I Made Rawa, bukan menjadi kendala. Sesuatu yang secara tegas diatur dalam UU dapat dilakukan peruba-han, sepanjang mengacu pada argumen yang berbasis riset dan kajian.

Meski demikian, persoalan implementasi register elek-tronik bukan semata pada aspek regulasi. Ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi sebelum implementasi reg-ister elektronik, yaitu: kesiapan sarana dan prasarana, kes-iapan SDM, keamanan sistem informasi, manajemen risiko, prosedur operasi standar dalam mengelola, serta pengem-bangan dan evaluasi sistem informasi.

Di akhir sambutannya, Panitera MA berharap, ketika ad-ministrasi perkara berbasis elektronik diterapkan, maka hal tersebut harus bersifat tunggal. “Tidak lagi dilakukan secara dua versi, manual dan elektronik,” tegasnya.

Memperhatikan Berbagai AspekDalam proses diskusi, semua peserta sependapat bahwa

untuk memberlakukan register elektronik, MA tidak perlu melakukan perubahan undang-undang (HIR). MA cukup menerbitkan peraturan pemberlakuan register elektronik berbasis sistem informasi perkara. Hal ini karena ketika diberlakukan Pola Bindalmin, yang di dalamnya terdapat pola Register Perkara, payung hukum yang digunakan adalah SK Ketua MA. Namun sebagaimana arahan Panitera MA, pemberlakukan register elektronik harus memperhati-kan berbagai aspek,antara lain sistem keamanan, manaje-men risiko, tata kelola, kesiapan SDM, dan sarana prasarana.

Topik lain yang menjadi materi diskusi adalah implemen-tasi penerbitan salinan putusan menggunakan teknologi secure printing. Inisiatif pembaruan ini telah mendapat SK Ketua MA di akhir tahun 2015. Tapi karena perpindahan tem-pat kerja hakim agung ke gedung baru (Tower MA), imple-mentasinya sedikit terhambat. Saat ini sedang dilakukan in-stalasi ulang di setiap ruang kerja. Setelah sistem penerbitan salinan putusan berbasis teknologi secure printing ini berja-lan efektif, MA akan dapat melakukan percepatan minutasi perkara. (MMA/AN)

Ma adakanFgd imPlemenTasi regisTer eleKTroniK

Pemanfaatan teknologi informasi dalam administrasi peradilan menjadi sebuah keharusan. Hal ini bahkan tercantum dalam Cetak Biru Pembaruan Peradilan. Pengadilan modern yang berbasis teknologi informasi menjadi salah satu indikator badan peradilan yang agung.

Untuk mencapai hal tersebut, MA bekerjasama de-ngan Tim Asistensi Pembaruan Peradilan menyeleng-garakan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Dis-cussion) mengenai implementasi register elektronik pada Kepaniteraan MA. Kegiatan diskusi dibuka oleh Panitera MA, Made Rawa Aryawan, Senin (14/3/2017) di Jakarta. Hadir sebagai peserta diskusi para panitera muda kamar dan sejumlah para hakim yustisial.

Dalam sambutannya, Panitera MA, I Made Rawa, menyampaikan dukungan terhadap implementasi re-gister elektronik di MA. Ia memandang implementasi teknologi informasi dalam administrasi peradilan, ter-masuk e-registry, menjadi sebuah kebutuhan.

Menurut I Made Rawa, dari perspektif peningkatan kepercayaan publik, pemanfaatan teknologi infor-masi juga menjadi faktor pengungkit. Hal ini karena kepercayaan publik dapat tumbuh, jika masyarakat dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh pengadi-lan terkait perkara yang diajukannya (transparan). “Hal tersebut hanya bisa terwujud dengan pemanfaatan teknologi informasi,” tandasnya.

n Sebelum register elektronik diberlakukan, harus dipersiapkan sistem keamanan, manajemen risiko, tata kelola, kesiapan SDM, dan sarana prasarana.

Page 59: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

TOKOH 57

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Tak Pernah Menjanjikan SesuatuTahun 2009, dua tahun setelah selesai S3, Salman

mendaftar menjadi hakim agung. Teman-temannya dari akademisi dan LSM juga mendorongnya supaya ikut mendaftar. Pada tahap seleksi di Komisi Yudisial (KY), ha-kim agung yang memiliki dua orang anak ini langsung lo-los. Akhirnya, ketika seleksi hakim agung pada 2010 di DPR, Salman memperoleh suara tertinggi dengan 55 suara.

Bagaimana strategi ketika ikut seleksi hakim agung itu, mengingat persaingannya cukup ketat? Ia dibantu oleh banyak teman yang bisa mengakseskan ke partai poli-tik. Ia bertemu dengan pimpinan-pimpinan partai politik. Jalannya dimudahkan oleh jaringan yang ia bangun sejak dulu di kampus. Ia dulu juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), juga aktif di LBH dan mengenal orang-orang di DPR. Di samping itu ia juga memiliki jaringan LSM hing-ga sekarang. “Tetapi, saya tidak pernah menjanjikan se-suatu. Dan mereka juga tidak pernah meminta sesuatu. Tidak ada transaksional begitu,” jelas Salman.

Pada waktu itu, ia katakan pada anggota DPR, negeri ini menjadi baik atau buruk paling banyak ditentukan oleh DPR. Berbeda dengan di Amerika Serikat, parlemen di Amerika atau Kongres Amerika itu hanya menentukan bujet dan kebijakan perundang-undangan. Mereka tidak memilih orang. Di sini (Indonesia), DPR menentukan bujet, melakukan pengawasan pemerintah, menyusun legislasi, dan menentukan orang. Jadi, kalau negeri ini baik, banyak juga peran DPR. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita mau memulai untuk memperbaiki negeri? Dari sekarang, kalau Tuhan menghendaki saya menjadi hakim agung me-lalui tangan bapak-bapak, itu sebuah rasa syukur yang luar biasa. Tapi kalau tidak terjadi, ya saya tidak patheken (tidak apa-apa). Tidak jadi hakim agung, ya gak apa-apa,” kata Salman kepada DPR ketika itu.

Dunia Akademis dan HukumSalman Luthan dilantik sebagai hakim agung pada 2010.

Di MA, ia tidak butuh waktu terlalu lama untuk beradaptasi.

Dr. SalmaN luthaN, S.h.,m.h.Lebih BaikKehilanganTemandaripadaKehilanganTuhan

Mantan aktivis kampus dan volunter LBH Yogyakar-ta ini memiliki segudang kegiatan akademik. Sebagai dosen di almamaternya, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Dr. Salman Luthan, S.H.,M.H., juga dikenal aktif melakukan penelitian, membuat publika-si karya ilmiah di jurnal dan surat kabar, serta menulis bunga rampai mengenai isu-isu yang terkait dengan hukum. Prestasinya yang sedemikian luas menjadi salah satu poin bagi Salman untuk terpilih sebagai hakim agung pada 2010.

Jauh sebelum menjadi hakim agung, ia mengawali kariernya menjadi volunter (pembela umum) di LBH Yogyakarta (1983-1987). Sempat menjadi kepala Di-visi Riset dan Pengembangan LBH tersebut, ia lalu bekerja sebagai staf Pusat Studi Kriminologi Fakultas Hukum UII (1986-1988). Kini ia masih mengajar Pro-gram S1, S2, dan S3 untuk mata kuliah yang terkait hukum pidana, hukum acara pidana, serta hukum pidana ekonomi.

Semula Salman ingin menjadi guru. Setelah tamat SMA di Pekanbaru, ia masuk Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta (sekarang Uni-versitas Negeri Yogyakarta, UNY). Pada saat yang sama ia juga masuk di Fakultas Hukum UII Yogya-karta. “Karena berbarengan, akhirnya saya memutus-kan hanya melanjutkan di UII dan berhenti dari IKIP yang sempat saya ikuti selama dua semester,” kenang Salman.

Pertengahan Januari lalu, wartawan MMA, Rita Za-hara, mewawancarai hakim agung kelahiran Batu-sangkar, Sumatera Barat, 11 Juli 1959 ini di ruang ker-janya. Berikut rangkumannya.

Page 60: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

58

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Ada juga orang yang merasa pernah membantu Salman, lalu sekarang minta tolong kepadanya, tapi itu pun ia to-lak. Ia minta maaf tidak bisa membantu. Baginya, pilihan-nya adalah kehilangan teman atau kehilangan Tuhan, dan Salman memilih tidak mau kehilangan Tuhan.

Mereka yang ditolaknya, ada juga yang sakit hati pada-nya. Tapi, Salman tetap pada prinsipnya, bahwa pada akhirnya hidup harus memilih: kehilangan teman atau ke-hilangan Tuhan. “Bagi saya, sepanjang Allah rida, kehilan-gan teman itu risiko. Prinsip saya, daripada kehilangan Tu-han lebih baik kehilangan teman.”

Tuhan Perkenankan Vonis MatiSebagai hakim agung di Kamar Pidana, Salman banyak

menangani perkara narkoba, korupsi, serta perlindungan anak dan perempuan. Rata-rata perkara yang masuk ke mejanya setiap bulan 70 perkara. Yang selesai juga ti-dak jauh dari jumlah itu. Untuk itu, ia biasanya memba-wa berkas ke rumah, supaya di rumah masih menyele-saikan perkara. Kadang ia membawa softcopy supaya bisa mengerjakan kasus dalam perjalanan ke bandara atau saat menunggu keberangkatan pesawat.

Ketika ditanya apakah pernah memvonis hukuman mati, kakek dari tiga cucu itu mengiyakan. “Vonis hukuman mati sudah banyak, tetapi saya tidak pernah menghitung. Ada yang sudah dieksekusi. Saya lupa sudah berapa kali, kare-na perkara begitu banyak,” jawabnya.

Bagi Salman, menjatuhkan vonis mati itu hal yang biasa saja, karena ia yakin itu dilakukannya demi keadilan yang benar. Menurutnya, hal yang paling ringan dalam hidup sampai yang paling serius selalu bergandengan. Hukuman mati dan yang bukan hukuman mati pasti ada dan Tuhan memperkenankan itu. “Setelah memutuskan hukuman mati, tidak ada rasa bersalah atau terbawa dalam pikiran, kalau menurut saya itu memang pantas dihukum mati. Ya, saya tidak ada beban, biasa saja,” katanya.

Diingatkan AnakDalam mengarungi profesinya di Jakarta sebagai hakim

agung, Salman memilih istrinya tetap tinggal di Yogya-karta. Ia tak merasa berat, karena sebagai pengajar UII, ia juga kerap pulang ke Yogyakarta. Sang istri, Isti’anah ZA, adalah juga dosen bidang hukum di Universitas Muham-madiyah Yogyakarta.

Pasangan ini dikaruniai dua orang anak, putra dan pu-tri, keduanya berprofesi sebagai dokter. Kebahagiaannya bertambah dengan hadirnya tiga cucu, satu di antaranya baru lahir dan diberi nama Arkan Ibrahim Arrasyad.

Salman merasa campur tangan Tuhan sangat kental dalam hidupnya. Semua yang ia inginkan dikabulkan oleh Allah. Makanya kalau ia sedang drop, anaknya akan meng-ingatkannya dengan mengutip kitab suci. ‘Nikmat apa lagi yang mau diingkari?” kata Salman menutup perbicangan. (MMA/RZ)

Nikmat apa lagi yang mau diingkari?

Kehilangan Tuhan atau TemanSalman mengibaratkan hakim itu matahari bagi ke-

adilan. Jika hakim tidak melaksanakan fungsi dan tu-gasnya dengan baik, maka negeri ini akan suram dan gelap gulita, karena yang paling fundamental di dalam hidup manusia itu adalah keadilan. Menurut Salman, ideologi kehidupan seorang penegak hukum mau ti-dak mau adalah keadilan berdasarkan kebenaran.

Bagi Salman, sangat berat amanat yang diemban-nya sebagai hakim agung. Pada jabatan itu, tak se-dikit orang yang “meminta tolong” kepadanya, tetapi sampai sekarang pun ia tegas menolaknya seraya minta maaf. “Pada saat saya mendaftar hakim agung, saya berjanji pada Yang Maha Kuasa bahwa saya akan menegakkan keadilan sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan. Nah, kalau memang yang digariskan tidak sesuai dengan permintaan, saya minta maaf seba-nyak-banyaknya. Hanya itulah yang bisa saya laku-kan,” kata Salman.

Ia merasa cukup independen ketika masuk ke MA. Ia bisa menghargai pikiran orang lain dan orang juga bisa memahami pendiriannya.

Setelah menjabat hakim agung, hingga kini Salman tidak meninggalkan dunia akademis. Ia tetap menga-jar.

Bagi Salman, dunia akademis dan dunia hakim itu punya kesamaan. Keduanya bicara tentang pengeta-huan hukum, tentang fenomena-fenomena pelang-garan hukum yang terjadi di masyarakat, kemudian mencoba untuk mencari solusi. Di kampus pun, kalau mengajar, Salman kerap memberi kasus pada para mahasiswanya. “Kalau di kampus, saat mengajar dan saat ujian, paling kita berikan kasus-kasus,” ungkap-nya. “Kita memahami hukumnya secara teoritik, ke-mudian menerapkannya dalam penyelesaian kasus-kasus melalui soal ujian atau tugas-tugas kepada ma-hasiswa.”

Jadi, relevansi antara kebiasaannya mengajar atau menguji mahasiswa dan hubungannya dengan peker-jaan hakim itu sangat kuat. Cuma memang kalau di MA, katanya, setiap hari harus menghadapi perma-salahan-permasalahan hukum.

TOKOH

Page 61: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

59

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Apa KaburRestrukturisasi Organisasi MA?

Catatan untuk Arsul Sani dan Kita SemuaOleh: herman hasyim*

Memperbincangkan restrukturisasi organisasi Mahkamah Agung haruslah memperbincangkan pula redesain sta-tus hakim. Begitupun sebaliknya, sebab keduanya punya hubungan erat, seerat jalinan cinta rokok dan korek api.

Kemarin, kawan saya melontarkan tanya, “Jika seorang dirjen jadi ke-tua PT, itu promosi atau bukan ya?” Ia beranggapan, dirjen jadi ketua PT itu turun derajat. Dirjen itu eselon IA, se-mentara ketua PT setara dengan eselon IB. Dirjen membina pengadilan seluruh

Indonesia, sedangkan ketua PT hanya membina pengadilan-pengadilan se-provinsi. Dirjen dapat menentukan nasib ribuan hakim, sementara garis nasib ketua PT kadang malah ditentukan istrinya.

Apakah dalam kasus tersebut terjadi promosi atau degradasi, menurut saya, tergantung pada konteks yang kita gunakan. Jika kita melihat dalam konteks eksekutif, dirjen jadi ketua PT itu turun jabatan. Tapi kalau kita melihatnya dalam konteks yudikatif, dia naik jabatan.

“Kok bisa?” kawan saya memamerkan bola mata-nya.

“Itu karena saat dia jadi dirjen, statusnya adalah hakim tinggi. Bukankah seorang hakim tinggi men-jadi ketua PT itu adalah promosi?” tanya saya, sam-bil menebarkan aroma gusi.

Kalau kita renung-renungkan, itu bukan seka-dar promosi lho, tapi promosi istimewa, karena pada umumnya sebelum terdongkrak jadi ketua PT, seorang hakim tinggi mesti lebih dulu jadi wakil ketua PT. Sementara dirjen langsung jadi ketua PT. Lebih istimewa lagi, ia langsung ditempatkan di PT wilayah Jawa, tanpa transit dulu di pulau-pulau lain.

Juga mesti diingat, dirjen itu pejabat administratif, sedangkan ketua PT itu pejabat negara. So, pejabat administratif jadi pejabat negara itu jelas kemajuan karir. Suatu pencapaian prestisius.

“Nggak kalah dengan pencapaian Leicester City,” saya beranalogi.

“Kok ruwet ya?” tanya kawan saya.“Ya, memang birokrasi MA itu ruwet,” saya me-

nukas, “Tapi, seruwet-ruwetnya birokrasi MA, masih kalah ruwet dibanding keruwetan hidupmu ketika di akhir bulan, dikejar-kejar debt collector. Iya to? Ayo, ngaku!”

Dia diam, lalu memutar mukanya sedikit ke kanan, dan tampaklah pipinya lebam-lebam. Mungkin usai diciumi si penagih janji. Dicium pakai telapak tangan.

Ruwetnya Struktur Organisasi MA Ihwal ruwetnya struktur organisasi MA sudah disa-

dari pelbagai kalangan, sejak bertahun-tahun lalu. Kalau seorang komisioner KPK mendengungkan isu restrukturisasi organisasi, sesungguhnya ia telat, setidaknya tiga tahun. Tapi mungkin baginya lebih baik baik telat tiga tahun, ketimbang telat tiga bu-lan, karena telat tiga bulan berarti sudah ada janin dalam perut.

Ya, sejak bertahun-tahun lalu, struktur organisasi MA pasca era satu atap jadi gerundelan sebagian kalangan. Kemudian, pada tahun 2013, secara resmi Ketua MA membentuk pokja untuk menyusun nas-kah akademik restrukturisasi organisasi MA. Namun sayang, pokja itu tampaknya hanya fokus pada re-strukturisasi organisasi MA dalam hal penanganan perkara selaku pengadilan tertinggi. Itu tercermin dari bunyi konsideran SK pembentukan pokja terse-but. Sangat wajar jika hasil kerjanya lebih terlihat pada pengaturan Sistem Kamar di MA yang bebe-rapa kali mengalami perubahan. Sampai sekarang kita belum menjumpai adanya naskah akademik re-strukturisasi organisasi MA sebagaimana diamanat-kan Ketua MA.

Meski demikian, bukan berarti pimpinan MA lepas tangan terhadap dorongan perlunya menata ulang kelembagaan MA. Dorongan itu, jika dipetakan, be-rasal dari dua kubu: pemerintah dan lembaga mitra.

KOLOM

Page 62: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

60

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Sejak bergulirnya reformasi birokrasi jilid dua yang dimulai tahun 2010, setiap kementerian/lembaga di-tuntut melakukan apa yang disebut sebagai “right sizing” atau penepatan ukuran. Organisasi yang ter-lalu gemuk diharapkan untuk dilangsingkan. Fung-si-fungsi yang tumpang tindih harus dipadukan. Jabatan-jabatan yang mubazir harus dilikuidasi. Ar-tis-artis berbodi seksi perlu diundang jadi pemandu senam pagi. Oh, yang terakhir ini hanya bercanda.

Pada saat bersamaan, lembaga mitra dari luar ne-geri juga mendorong MA segera menata diri lagi. Penekanannya pada pemangkasan mata rantai bi-rokrasi dan modernisasi organisasi, sehingga bisa lebih efektif dan efisien.

Dua tahun lalu, dengan sokongan lembaga mit-ra, lahirlah rancangan struktur organisasi MA yang baru. Di situ, Sekma di-down grade menjadi Sekjen, sedang Bawas di-up grade jadi Irjen, sehingga kedudukan Sekjen dan Irjen selevel. Sejumlah dirjen digabung jadi satu, dan dimunculkan unit kerja ese-lon I baru yang mengurusi teknologi informasi.

Sempat jadi bahan rumpian dan melahirkan go-sip-gosip tak karuan, rancangan restrukturisasi or-ganisasi MA itu kini tak jelas juntrungannya. Kabur!

Seorang teman mengatakan, awalnya upaya me-restrukturisasi organisasi MA akan dilakukan dalam

empat tahap. Eh, ternyata, baru selesai tahap satu, upaya itu mandeg.

Ketika upaya menata kelembagaan MA di pusat macet, justru upaya lain menyalip: penataan kelem-bagaan pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding. Maka lahirlah Perma 7/2015.

Lantas, apa yang membuat penataan kelem-bagaan MA terkesan terseok-seok? Ada banyak sebab. Salah satu yang harus kita pahami bersama ialah fakta bahwa kelembagaan MA, khususnya kepaniteraan dan kesekretariatan MA, diatur dengan Perpres.

Baik Perpres 13/2005 yang mengatur kesekretari-atan MA maupun Perpres 14/2005 yang mengatur kepaniteraan adalah anak kandung dari UU 5/2004 tentang MA. Meski UU 5/2004 telah diubah dengan UU 3/2009, soal organisasi kepaniteraan dan kesek-retariatan MA tidak mengalami perubahan.

Saat ini, UU 3/2009 sedang diupayakan untuk

diubah. Draft RUU-nya sudah sekitar empat tahun menginap di gedung DPR.

Nah, selama RUU MA yang baru belum disahkan DPR menjadi UU, restrukturisasi organisasi MA tidak akan terlaksana. Ini berbeda episodenya dengan pe-misahan panitera dan sekretaris pengadilan tingkat pertama dan banding, yang memang sudah jadi ke-hendak sejumlah UU mengenai badan-badan pera-dilan yang ditetapkan pada tahun 2009.

Sebab lain mengapa upaya merestrukturisasi or-ganisasi MA tertatih-tatih ialah tidak mudahnya mereposisi dan memarkir ratusan pejabat yang ada. Ini terkait dengan asap dapur, Bung!

Rancangan BaruJika menengok ke belakang, organisasi MA telah

beberapa kali ditata ulang. Gambaran besarnya, ba-baknya begini: mulai berdiri tahun 1945 hingga 1985; 1985 hingga 2005; dan 2005 hingga saat ini. Yang terakhir ini kita biasa menyebutnya era satu atap.

Sejumlah kalangan akhir-akhir ini mendesak segera dilakukan penataan ulang organisasi MA, dengan diagnosa dan resep sebagai berikut:

Pertama, proses berperkara di MA, menurut me-reka, seharusnya hanya ditangani kepaniteraan MA. Sekarang ini kesekretariatan MA masih ikut terlibat

dalam proses berperkara, yaitu Biro Umum, dalam hal mengelola surat/berkas masuk dan keluar; dan Direktorat Pranata dan Tatalaksana Perkara, dalam hal penelaahan kelengkapan berkas perkara.

Kedua, Bawas, masih menurut mereka, semestinya selevel dengan Sekma. Jangan seperti sekarang, Ba-was berada di bawah Sekma, sehingga kewenangan dan kekuatan Bawas jadi terbatas. Bawahan tidak mungkin memeriksa atasan.

Ketiga, MA, lagi-lagi menurut mereka, perlu mem-bentuk unit kerja eselon I yang khusus mengurusi TI. Sekarang, unit kerja yang membidangi masalah TI di MA hanya eselon III, padahal modernisasi dan transparansi pengadilan memerlukan unit kerja yang lebih powerful di bidang TI.

Seluruh diagnosa dan resep itu masuk akal, namun tidak menyentuh persoalan yang asasi. Menurut saya yang tergolong kaum alit ini, rancang bangun organisasi MA hendaknya dimulai dari:

Organisasi yang terlalu gemuk diharapkan untukdilangsingkan. Fungsi-fungsi yang tumpang tindihharus dipadukan. Jabatan-jabatan yang mubazirharus dilikuidasi.

KOLOM

Page 63: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

61

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Pertama, memperjelas lagi kedudukan hakim: apakah berstatus tunggal sebagai pejabat negara ataukah berstatus ganda campuran sebagai PNS dan pejabat negara.

Ini sangat penting di-clear-kan, sebab secara ge-nerik, pejabat administratif atau pejabat struktural tidak boleh jadi atasan pejabat negara. Di sisi lain, pejabat negara tidak pas jadi pejabat administratif.

Organisasi MA pada masa sekarang terkesan ru-wet, karena organisasi tersebut dulu disusun dengan asumsi dasar: hakim ialah PNS yang diangkat jadi pejabat negara. Sekarang, seiring dengan perge-seran status hakim menjadi pejabat negara semata-mata (meskipun masih di atas kertas), organisasi MA terlihat serba ambigu.

Nah, ambiguitas itu harus diselesaikan dengan, seka-li lagi, memperjelas dan mempertegas status hakim. Idealnya RUU Jabatan Ha-kim bisa jadi problem solv-er-nya.

Kedua, setelah status hakim disepakati oleh DPR dan pemerin-tah melalui UU, d i tentukan lah kembali sistem pengaturan, pem-binaan dan penga-wasan badan-badan peradilan: apakah tetap satu atap seperti sekarang atau menggu-nakan sistem lain.

Apa ada sistem lain yang bisa menjamin independensi dan menjaga har-kat dan martabat hakim. Ada! Misalnya, sistem satu atap tapi dua bangunan. MA hanya berposisi seba-gai pengadilan tertinggi. Sedang fungsi pengaturan, pembinaan dan pengawasan badan-badan peradi-lan dipasrahkan kepada lembaga lain, namun lem-baga ini dipimpin oleh Ketua MA juga. Jadi, Ketua MA ex officio ketua lembaga tersebut. Ini seperti idenya Prof. Bagir Manan dulu.

Dengan pembagian seperti ini, Komisi III DPR bakal lebih mudah bermitra. Selama ini, oleh Komi-si III, MA dibelah dua: yudikatif dan eksekutif. Jika berhadapan dengan MA selaku lembaga yudikatif, Komisi III DPR mengalah dengan mengadakan rapat konsultasi. Tapi kalau berhadapan dengan MA selaku lembaga eksekutif, Komisi III DPR petentang-pe-tenteng saat mengadakan rapat dengar pendapat.

Ketiga, setelah ditentukan atap dan jumlah ba-ngunannya, disusunlah kerangka tugas dan fungsi apa saja yang ada pada organisasi itu. Dari sini akan tergambar berapa unit kerja eselon I, II, III dan se-terusnya yang diperlukan dan apa saja nomenkla-turnya.

Keempat, setelah rancangan organisasi versi baru itu terbentuk, disusunlah road map implementa-sinya, mulai dari disahkannya rancangan itu melalui peraturan perundang-undangan, masa transisi hing-ga masa implementasi.

Dan kelima, pada akhirnya, peradilan di Indone-sia akan punya struktur organisasi yang lebih masuk akal. Tupoksi tidak tumpang tindih. Tidak

ada jabatan yang nir-pekerjaan dan tidak ada

pekerjaan yang tanpa pengem-ban tugas. Tidak seperti saat ini, di MA terlalu sering dibikin working group, pokja, timnas atau apalah namanya, yang mengindikasikan adanya fungsi-fungsi tertentu yang belum ada pengemban tugas-nya dalam struktur organisasi MA.

Ah, tak terasa tulisan kurang berbobot ini jadi sedemikian panjang. Maafkan saya, Kawan, telah menyiksamu dengan huruf-huruf tiada berguna ini. Semoga engkau tetap sehat wal afiat dalam dekap-an istri muda, eh istri satu-satunya yang masih tam-pak muda.

Oya, satu lagi, jangan lupa bayar utang. Agar pi-pimu tidak diciumi debt collector pakai telapak ta-ngan.

KOLOM

Page 64: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

62

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Ketua Mahkamah Agung RI didamping Wakil Ketua dan para Ketua Kamar menyampaikan Laporan Tahunan Mahkamah Agung 2016 di Ge-

dung Mahkamah Agung Jakarta, Kamis (9/2).TAHUN 2016, bagi MA, merupakan tahun upaya

pengembalian kepercayaan publik dengan fokus pada beberapa regulasi dan kebijakan. Meskipun tahun 2016 masih menyisakan beberapa hal yang belum sempurna, MA berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembenahan dan perbaikan di segala bidang seperti halnya yang menjadi harapan publik selama ini.

Demikian butir-butir sambutan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali dalam Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI tahun 2016 di Jakarta, Kamis (9/2). Hari itu, di hadapan ratusan undangan, di antaranya ketua Pengadilan Tinggi, ketua Pengadilan Negeri, ketua Mahkamah Agung ASEAN dan negara sahabat, para duta besar, jajaran kabinet kementerian, perwakilan organisasi kemasyarakatan serta para akademisi, ketua MA yang didampingi oleh wakil ketua dan para hakim agung memaparkan peningkatan kinerja MA selama 2016. Salah satunya adalah melampaui target kinerja yang ditetapkan dalam memutus perkara, yaitu di atas 70%, sehingga sisa perkara pada akhir tahun 2016 ha-nya berjumlah 2.357 perkara.

upaya MeMeLiharaKePeRCAYAAN PUBLIK

LAPORAN TAHUNAN MA 2016

Akses KeadilanLebih lanjut, Hatta Ali mengatakan, ada beberapa

capaian lain yang menjadi prestasi MA, misalnya di bidang akses terhadap keadilan. MA konsisten untuk memberikan pelayanan sidang keliling, pos bantuan hukum, penyediaan sarana dan prasarana bagi penyan-dang disabilitas serta website yang setiap saat bisa diakses oleh para pencari keadilan.

Khusus mengenai akses pada keadilan, MA melalui Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Hukum, secara berkelanjutan telah melaku-kan berbagai kegiatan, terutama diklat bagi panitera pengganti, juru sita di bidang mediasi, hubungan in-dustrial, perikanan, niaga, tindak pidana korupsi, eko-nomi syariah, dan lainnya. Ini agar setiap aparatur peradilan menjadi komplet pengetahuannya sehingga kebutuhan masyarakat pencari keadilan dapat terlayani dan dipertanggungjawabkan dengan baik.

Ditanya soal kemudahan publik mengakses dan mendapatkan keadilan, Hatta menguraikan bahwa banyak inovasi yang telah dilakukan agar pelayanan publik lebih maksimal. Misalnya masyarakat yang tidak puas dengan pelayanan pengadilan, tinggal membuka aplikasi pengembangan sistem informasi pengawasan

RAGAM

Page 65: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

63

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

RAGAM

Bagi EU-UNDP SUSTAIN sendiri, Laporan Tahunan MA menjadi suatu kebanggaan, karena pada kesem-patan itu Ketua MA menyebutkan beberapa keber-hasilan dan capaian dari empat kamar peradilan tak lepas dari dukungan EU-UNDP SUSTAIN, misalnya penerapan SIPP di lingkungan peradilan Agama, Tata Usaha Negara, dan Militer setelah sebelumnya diterapkan di lingkungan peradilan umum. Begitu pula dengan program implementasi whistle-blowing system atau SIWAS yang didukung penuh oleh SUS-TAIN,” ujar Gilles.

Lebih rinci, Gilles mengungkapkan SUSTAIN juga mendukung lima pengadilan anak di Cibinong, Ku-pang, Manado, Sleman juga Stabat dalam bentuk peralatan closed-circuit TV (CCTV) dan turut men-dukung upaya monitoring untuk mewujudkan sistem perlindungan terhadap anak dan korban yang lebih baik lagi. (MMA/JMA/RZ)

(SIWAS) dan mengadukan hal-hal yang dialaminya langsung secara online. Ada juga aplikasi penghitungan panjar biaya perkara (e SKUM), peningkatan fungsi Sistem Informasi Pene-lusuran Perkara (SIPP) dan sistem-sistem online lain yang ter-integrasi langsung dengan web Mahkamah Agung.

Peningkatan akses pada keadilan ini akan berbanding lurus dengan prestasi MA untuk terus mempertahankan predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang telah diraih se-cara berturut-turut sejak tahun 2012. “Capaian ini tentu cukup membanggakan, karena hasil ini bisa dipenuhi dengan kerja keras seluruh warga peradilan dan komitmen kuat untuk men-jaga transparansi, efektivitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset,” ujar Hatta.

Dukungan EU-UNDP SUSTAINSementara itu, Gilles Blanchi, Project Manager/Chief Tech-

nical Advisor EU-UNDP SUSTAIN, yang berkesempatan hadir pada acara tersebut mengungkapkan bahwa kegiatan laporan tahunan merupakan kesempatan untuk memberitahukan ke-pada publik tentang kinerja pengadilan selama setahun. Ke-giatan ini, menurutnya, sangat tepat untuk menggambarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui reformasi di sektor peradilan yang telah diupayakan oleh Mahkamah Agung dalam 15 tahun terakhir.

n Laporan Tahunan dihadiri para hakim agung dan sejumlah undangan.

Page 66: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

64

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

RAGAM

Ratusan pelajar, mahasiswa, masyara-kat umum terlihat berbaur dalam satu arena pameran bertajuk “Kampung

Hukum Mahkamah Agung”. Acara yang di-gelar oleh Biro Hukum dan Humas Mahka-mah Agung RI ini diikuti oleh 12 peserta, yak-ni Komisi Yudisial, Kepolisian RI, Kejaksaan Agung, MPR, Mahkamah Konstitusi, Kemen-kumham, KPK, PPATK, LPSK, BNN, Ombus-man, dan MA selaku tuan rumah. Di arena kampung hukum, tepatya di panggung uta-ma, juga diadakan beberapa seri diskusi ten-tang pelaksanaan e-tilang dan tindak pidana oleh korporasi.

Dalam sambutannya, Kepala Biro Hukum dan Humas, Ridwan Mansyur, menyampai-kan, tema besar yang diusung dalam pa-

meran ini, yaitu Meningkatkan Kepercayaan Publik Melalui Pelayanan Prima di Era Digital. “Ini menjadi salah satu momentum sosialisasi lembaga negara dan lembaga penegak hukum ke-pada publiknya. Ini juga sebagai respon ter-hadap perubahan zaman dan tuntutan refor-masi dalam rangka menjalankan kebijakan strategis pimpinan Mahkamah Agung,” jelas Ridwan Mansyur.

Pemukulan gong oleh Ketua Mahkamah Agung RI, Hatta Ali, yang dilanjutkan dengan meninjau stan-stan pameran, menandai di-bukanya Pameran Kampung Hukum. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian prosesi Sidang Pleno Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI tahun 2016.

Menurut Hatta Ali, Mahkamah Agung te-

KampungHuKum

selalu Bikin ramai

Pengunjung

Page 67: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

65

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

RAGAM

rus berusaha mendekat dan memberi pela-yanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam pameran kali ini juga digelar 2 talkshow, yaitu “Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu-lintas dengan produk baru e Tilang” dan “Pertanggungjawaban pidana oleh korporasi menurut Perma Nomor 13 tahun 2016.

Setiap tahun, acara ini selalu dipadati pe-ngunjung karena disertakan berbagai ke-giatan menarik. Para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum pun bersemangat berta-nya tentang berbagai permasalahan hukum ketika mengunjungi berbagai arena pameran. Seperti Amira, pegawai swasta yang bekerja di sekitar Jalan Veteran. Ia menyambut antu-sias acara pameran kampung hukum ini. “Pas kebetulan jam istirahat, saya ke sini, karena kata temen-temen ada stand kepolisian yang bisa memperpanjang SIM A saya. Tapi sayang ya kenapa cuma sehari penyelenggaraan kam-pung hukum ini?,” tanya Amira.

n Pameran “Kampung Hukum” yang digelar setiap tahun bersamaan dengan Laporan Tahunan selalu ramai dengan pengunjung, khususnya dari kalangan pelajar (Gbr 1) Pameran diramaikan dengan talk show (2) dan hiburanmusik (3)

1

2

3

2

Page 68: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

66

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

3

1

RAGAM

2

Lain lagi dengan Dika, siswa kelas X SMA 4 Gambir yang datang bersama rombongan teman-temannya. Ia mengungkapkan kegem- biraannya dengan diadakannya acara ini. “Saya dan teman-teman seneng ada acara dis-kusi beginian, jadi nambah ilmu pengetahuan ten-tang berlalu lintas yang bener, apalagi ada aca-ra pembagian doorprize dan penyanyi AGV-SHAFI jebolan X-FACTOR.”

Dari tahun ke tahun Kampung Hukum se-lalu menarik pengunjung. Bagus juga kalau acara serupa pada tahun depan dihadiri oleh masyarakat umum dan mahasiswa yang lebih luas. (MMA/JMA)

n Para pelajar berusaha mendapatkan informasi hukum dari stand-stand yang berpartisipasi, terutama stand KPK (1) dan MA (2 dan 3).

Page 69: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

67

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

PADA era digital sekarang ini, transformasi dari sistem administrasi berbasis kertas ke sistem berbasis digital sudah tidak bisa dielakkan lagi! Ini berlaku juga bagi

administrasi badan peradilan. Penyelenggaraan pelayanan pengadilan berbasis elektronik atau digitalisasi pengadil-an kini telah menjadi tren pengadilan di dunia. Contohnya, Pengadilan Federal Australia telah meresmikan pelayanan pengadilan elektronik pada tahun 2015. Hoge Raad Belanda meluncurkannya di Februari 2017.

Digitalisasi pengadilan merupakan respon pengadilan ter-hadap tuntutan modernitas dan sebagai upaya meningkatkan akses terhadap keadilan. Bahkan bagi “komunitas” yang ter-gabung dalam International Consortium for Court Excellence, digitalisasi pengadilan merupakan tekad bersama sebagai jalan menuju pengadilan yang unggul (court excellence). 

Pn BaTuliCinInISIAtIf DIgItAlISASI dari Pengadilan di PelosoK

Kebijakan MAMahkamah Agung RI sebagai ba-

gian dari masyarakat dunia telah menangkap isyarat kecenderungan universal badan peradilan di du-nia tersebut dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan implementasi teknologi informasi dalam pena-nganan perkara. SEMA No. 14 Tahun 2010 dan SEMA No. 1 Tahun 2014 adalah salah satu wujud kebijakan digitalisasi pengadilan dalam pe-nanganan perkara kasasi dan pe-ninjauan kembali. Sementara dalam penanganan perkara di tingkat per-tama dan banding, inisiatif digital-isasi telah dimulai dengan kebijakan penerapan sistem informasi pena-nganan perkara (case management system).

Selain kebijakan yang bersifat top down, sejumlah pengadilan melaku-kan inisiatif sendiri yang sifatnya memperkuat kebijakan penerapan teknologi informasi dalam pena-nganan perkara di pengadilan. Salah satu contohnya adalah inovasi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Batulicin di daerah hukum Pengadi-lan Tinggi Banjarmasin.

n Digitalisasi di PN Batulicin: berkas perkara menjadi dokumen elektronik sehingga proses administrasi dan teknis yudisial penanganan perkara dilakukan secara elektronik.

RAGAM

Page 70: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

68

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Penerimaan PerkaraMeja satu menerima pendaftaran

perkara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perkara perdata diteri-ma oleh Kepaniteraan Muda Perdata, sedangkan perkara pidana diterima oleh Kepaniteraan Muda Pidana.

Proses digitalisasi berkas dimulai bersamaan dengan proses peneri-maan berkas perkara oleh masing-masing Kepaniteraan Muda. Setiap berkas dipindai scanner dengan out file berformat *PDF. File kemudian disimpan dalam server yang dapat diakses oleh semua unit yang ber-hubungan dengan berkas tersebut.

PN Batulicin menggunakan metode share folder untuk berbagi pake dokumen elektronik tersebut. Untuk perkara pidana, berkas elek-tronik dikelompokkan menjadi ber-kas kepolisian dan berkas kejaksaan.

Proses digitalisasi berkas ini ber-langsung seiring dengan perjalanan penanganan perkara. Setiap terbit dokumen, seperti penetapan majelis hakim, penetapan hari sidang, relaas panggilan atau berita acara sidang, maka petugas di masing-masing Kepaniteraan Muda Pidana dan Kepa-niteraan Muda Perdata memindai do-kumen tersebut dan menyimpannya dalam server sehingga tergabung dengan bundel berkas yang lainnya.

Distribusi BerkasPerkara yang telah mendapat pene-

tapan majelis hakim, berkas elek-troniknya dapat diakses oleh majelis hakim dan panitera pengganti pada folder sharing server lokal. Majelis hakim dapat menyalin dokumen ele-ktronik ke dalam komputer/laptop masing-masing sehingga dokumen elektronik tersebut dapat diakses ke-tika tidak tersedia jaringan internet.

Digitalisasi PN BatulicinPN Batulicin adalah pengadilan negeri yang yuris-

diksinya mewilayahi daerah hukum Kabupaten Tanah Bumbu. Ia berjarak sekitar 1.600-an km atau sekitar 2,5-3 jam perjalanan udara dari kantor Mahkamah Agung di Jakarta.

Meski berjarak cukup jauh dari “episentrum” gerak-an pembaruan peradilan, bukan berarti PN Batulicin tidak merasakan getaran semangatnya. Bahkan, bisa dikatakan resonansi pembaruan peradilan, khususnya modernisasi manajemen perkara, cukup kuat dirasakan di kantor yang beralamat di Jalan Kodeko KM 4 Batulicin Tanah Bumbu itu. Hal ini terlihat dari inovasi digitalisasi proses penanganan perkara.

Kepaniteraan MA berkesempatan melihat dari dekat proses digitalisasi penanganan perkara di Pengadilan Negeri Batulicin. Digitalisasi yang dimaksud adalah alih media berkas perkara menjadi dokumen elektronik se-hingga proses administrasi dan teknis yudisial pena-nganan perkara dilakukan secara elektronik, sedangkan berkas fisiknya disimpan di ruang arsip sehingga terjadi immobilisasi berkas perkara. Meskipun penanganan perkara dilakukan secara elektronik, berkas yang diaju-kan oleh pihak berperkara atau kejaksaan masih dalam bentuk berkas kertas. Proses digitalisasi sepenuhnya di-lakukan oleh pihak pengadilan.

Proses digitalisasi berkas yang dilakukan oleh PN Ba-tulicin dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

RAGAM

Page 71: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

69

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

bukti surat. Dokumen tersebut langsung dipindai sehingga langsung menyatu de-ngan berkas perkara lainnya.

Menurut Ketua PN Batulicin, aplikasi pembaca berkas elektronik ini akan dikem-bangkan lebih lanjut dengan menambah fitur database peraturan perundang-unda-ngan, yurisprudensi, doktrin dan lain-lain. Ia berharap aplikasi ini akan membantu hakim dalam menelusuri berbagai rujukan yang terkait dengan perkara yang sedang diperiksanya. Bahkan apabila meta data dokumen elektronik dilengkapi dengan in-formasi aturan, yurisprudensi, atau doktrin terkait, maka akan menjadi aplikasi pintar yang akan mencari korelasi otomatis den-gan undang-undang, yurisprudensi, atau doktrin.

Fasilitas Teleconference Setiap ruang sidang PN Batulicin dileng-

kapi fasilitas teleconference. Fasilitas ini di-gunakan ketika saksi tidak dapat dihadap-kan ke ruang sidang dengan pertimbangan tertentu. Saksi/saksi korban dalam kondisi seperti tersebut ditempatkan di satu ru-angan khusus yang telah dilengkapi dengan kamera, monitor dan perangkat audio yang terhubung ke seluruh ruang sidang. (MMA/

AN/RZ) 

Pemeriksaan di PersidanganDi ruang sidang telah disediakan komputer

dengan monitor berlayar sentuh yang diperun-tukkan bagi ketua majelis, para hakim anggota, penuntut umum, terdakwa, atau penggugat dan tergugat. PN Batulicin membuat aplikasi untuk membuka dokumen elektronik (document mana-gement system) yang terhubung dengan aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP).

Untuk mengakses dokumen elektronik berkas perkara yang akan diperiksa di persidangan, ha-kim memasukkan nomor perkara ke dalam form yang tersedia di aplikasi. Dokumen elektronik akan ditampilkan di layar monitor yang tersedia di meja sidang. Jika diperlukan, dokumen elek-tronik juga dapat diproyeksikan ke monitor yang disediakan untuk pengunjung sidang. Penun-tut umum ataupun penggugat/tergugat dapat mengakses dokumen elektronik menggunakan perangkat komputer yang tersedia di mejanya.

Ketika proses persidangan berlangsung, Pani-tera Pengganti melakukan perekaman dan meng-konversi suara ke dalam teks menggunakan ap-likasi Audio to Text Recording.

Di meja sidang juga disediakan satu perangkat scanner yang akan digunakan ketika pihak ber-perkara menyerahkan jawaban, replik, duplik atau

n PN Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

RAGAM

Page 72: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

70

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Seminar Nasional Ikahi di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 21 Maret 2017

“Menjerat Korporasi dalam Pertanggungjawaban Hukum” menjadi tajuk seminar nasional yang di elenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikahi dalam rang-ka memperingati HUT Ikahi ke-64. Topik seminar yang diambil dari salah satu regulasi yang diterbitkan Mahkamah Agung pada tahun 2016 ini, yaitu Perma Nomor 13 tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Kor-porasi, menjadi jawaban bagi para pelaku usaha yang merasa resah dengan kehadiran Perma tersebut.

seminar nasional ikahi:

menJerat korporasiDAlAM PeRTANggUNgJAwABAN HUKUM

Seminar diadakan pada hari Selasa 21 Maret 2017 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, dihadiri oleh 900 peserta. Mereka terdiri dari para hakim agung, hakim dari empat lingkungan peradilan, serta para praktisi dan penegak hukum, an-tara lain para advokat, penyidik dan penuntut umum KPK serta Kejaksaan RI, Polri, PPATK, dan perwakilan pengusaha.

Menurut Ketua Panitia Seminar Prof. Dr. Krisna Harahap, S.H., M.H., dalam Perma 13 tahun 2016 terkandung semangat untuk memberantas pelaku tin-dak pidana korupsi dari kalangan subjek hukum korporasi, meskipun kehadiran Perma tersebut tidak serta merta dapat menyelesaikan banyak keraguan, di antaranya menetapkan garis pemisah antara “business judgement rule” dan “tindak pidana”.

Penyelenggaraan seminar kali ini menghadirkan nara sumber dari dalam dan luar negeri, yaitu Mr. Kevin R. Feldies (US Attorney, Department of Justice), Prof. DR. Dwija Priyatno (Rektor Universitas Surya Kencana), Laode Muham-mad Syarif, S.H., L.L.M. (wakil ketua KPK), Ir. Hariyadi B. Sukamdani, M.M. (Ke-tua Apindo), dan Prof. Dr. Surya Jaya (Mahkamah Agung). Mereka menyampai-kan makalah dengan dipandu oleh Hakim Agung Syamsul Ma’arif, L.L.M., Ph.D. (MMA/DYw/lT)

RAGAM

Page 73: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

71

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Bisa Anda jelaskan nilai penting apa yang diemban Ikahi?

Sejak lahirnya, Ikahi memperjuangkan kemandirian badan peradilan; bukan hanya personil hakimnya, tetapi juga lembaganya harus lepas dari campur tangan pihak lain. Di samping itu tentu kita harus berjuang untuk meningkatkan kualitas dan kese-jahteraan para anggota yang mempunyai tugas profesional hakim sesuai bidang-nya.

Bentuk nyata perjuangan Ikahi?Ikahi ikut memperjuangkan lahirnya Tap

MPR tahun 1998, yang menyatakan bahwa kekuasaan penyelenggaraan negara (ekse-kutif, legislatif, dan yudikatif) harus terbagi secara tegas. Maka lahirlah UU No. 35 tahun 1999 yang secara tegas menyatakan bahwa organisasi administrasi dan finansial badan peradilan berada di bawah satu atap, yaitu Mahkamah Agung.

Lima tahun kemudian dilaksanakan per-siapan untuk satu atap. Dan pada 2004 resmilah badan peradilan berada pada satu atap. Lembaga peradilan pertama yang bergabung adalah peradilan umum. Enam bulan berikutnya menyusul peradilan agama dan peradilan TUN. Adapun admin-istrasi peradilan militer masih di bawah De-partemen Hankam.

Ikahi ikut serta memperjuangkan kese-jahteraan para hakim, antara lain mengenai penyesuaian gaji hakim. Ikahi merancang itu semua, sejak masih di bawah Prof. Pau-lus Lotulung, kemudian dilanjutkan Ketua Muda Pembinaan Bapak Widayatno, S.H.,

M.H. Saya sendiri yang mewakili Ikahi mem-bentuk rapat panitia kecil yang terdiri dari MA, Komisi Yudisial, Menpan, Kementerian Keuangan, dan Setneg, sehingga ada ke-sepakatan kenaikan gaji hakim di seluruh Indonesia.

Perjuangan lain dari Ikahi adalah ketika lahir UU 11 tahun 2012 tentang Sistem Pera-dilan Anak. Di UU ini dicantumkan bahwa hakim, jaksa, dan penyidik, kalau tidak melakukan diversi, dapat dituntut dengan ancaman hukuman penjara selama dua tahun. Demikian juga, apabila hakim tidak memberikan petikan putusan, bisa dituntut dua tahun penjara.

Tentu Ikahi bereaksi atas ketentuan tersebut. Memidanakan hakim berarti merongrong kebebasan hakim. Pengurus Pusat (PP) Ikahi melakukan uji materi (judi-cial review) ke Mahkamah Konstitusi. Hal itu dianggap sebagai campur tangan dalam bi-dang kekuasaan kehakiman. Hakim tidak la-gi bebas, akan dipidana kalau dalam kondisi tertentu lalai dalam melakukan tugasnya.

Kemudian, keluar ketentuan UU No. 49, 50, dan 51 tentang Peradilan Umum, Pera-dilan Agama, dan Peradilan TUN, yang menentukan antara lain bahwa rekrutmen hakim dilakukan MA bersama KY. Hal ini dinilai oleh Ikahi sebagai salah suatu bentuk intervensi dalam kekuasaan kehakiman. Pa-dahal, sebelumnya selama satu atap, aspek rekrutmen, pembinaan, dan proses untuk meningkatkan SDM hakim dilakukan oleh MA, tanpa campur tangan KY. Mengenai hal ini kemudian dilakukan uji materi ke MK dan akhirnya dikabulkan.

Ketua Ikahi: Dr. SUHA DI, S.H., M.H

Antara Independensidan Kesejahteraan Hakim

PADA Munas Ikahi 3-5 November 2016 di Mataram, NTB, Dr. Suhadi, S.H., M.H., terpilih menjadi ketua Ikahi (Ikatan Hakim Indonesia), organisasi para hakim Indonesia yang didiri-kan pada 20 Maret 1953. Ia menggantikan Prof. Dr. Moh. Saleh yang purnabakti pada April 2016.

Akhir Januari yang lalu wartawan MMA Rita Zahara, Herki Artani, dan fotografer Nur Cahyo wawancarai Suhadi di ruang kerjanya. Berikut petikannya.

RAGAM

Page 74: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

72

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Bagaimana sikap Ikahi dengan RUU Jabatan Hakim?

Memang sekarang ini Ikahi juga sedang menghadapi perkembangan yang kurang menyejukkan. RUU Jabatan Hakim berkehen-dak untuk mengurangi umur hakim. Hakim tingkat pertama yang sebelumnya usianya 65 tahun menjadi pensiun pada umur 60 tahun, hakim tinggi yang tadinya 67 tahun menjadi 63 tahun, dan hakim agung yang tadinya 70 menjadi 65 tahun.

Para hakim berjuang agar UU ini tidak memvonis seperti itu. Yang dikehendaki ha-kim adalah bagaimana hakim itu berkedudu-kan sebagai pejabat negara karena beberapa UU menyebutkan agar hakim sebagai pejabat negara. Undang-Undang Kekuasaan Kehaki-man no 48 tahun 2009, kemudian UU No 49, 50, 51, dan UU ASN (aparat sipil negara) me-nyebutkan bahwa hakim agung dan hakim di empat peradilan, kecuali hakim ad hoc, adalah pejabat negara. Hal ini merupakan harapan para hakim se-Indonesia agar kedudukan ha-kim sebagai pejabat negara bisa diwujudkan dalam UU tersebut.

Namun, setelah dilihat RUU tersebut secara utuh, justru hal tersebut tidak termuat. Yang sangat nyata justru RUU tersebut ingin me-masung usia hakim seperti yang telah dise-butkan tadi. Padahal selama ini pelaksanaan proses peradilan kita sudah mencapai presta-

n Suhadi, Ketua Ikahi

si yang cukup membanggakan. Contohnya, penyelesaian perkara, dahulu pada 2012 tung-gakan perkara di MA masih 10.000 perkara. Tahun lalu, tinggal 3.950 perkara. Hal ini dica-pai karena regulasi dan adanya terobosan dari peraturan MA.

Jadi, yang dicari oleh hakim adalah hal-hal yang dapat menunjang agar hakim dapat memberikan kualitas terbaik dari tugasnya se-bagai hakim.

Hal apa lagi yang mengemuka pada Munas Ikahi 2016 di Mataram terkait RUU tersebut?

Sekarang ini hakim di Indonesia juga sema-kin berkurang. Dengan terhentinya rekrutmen calon hakim sejak 2011, sangat terasa keku-rangannya. Dan ini mengacaukan sistem mu-tasi dan promosi hakim karena jumlah penga-dilan tingkat bawah itu sangat besar. Satker seluruh Indonesia itu ada 840 lebih.

Perputaran hakim itu sudah jelas. Semakin senior, semakin tinggi tingkat pengadilan. Strata pembinaan itu ada pada pengadilan kelas II, I B, IA dan IA Khusus. Kalau sekarang golongan IV C itu ketua PN, maka golongan IV B tidak dapat naik. Golongan IV C itu dapat menjadi pimpinan di pengadilan kelas I B, tapi tertahan, padahal sudah waktunya untuk kenaikan pangkat. Kenapa demikian? Kalau naik, maka akan ada kekosongan di bawah.

RAGAM

Page 75: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

73

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Pimpinan MA bersama pimpinan baru Ikahi menyanyikan Hymne Ikahi pada acara Seminar Nasional Ikahi (21 Maret 2017).

RAGAM

Sudah ada 86 keppres untuk mendirikan pengadilan baru, tapi ini pun tidak bisa di-laksanakan antara lain karena kekurangan hakim.

Hal-hal itulah yang diperjuangkan oleh Ikahi supaya RUU itu ditinjau kembali dan ja-batan hakim disesuaikan dengan kebutuhan hakim.

Jadi, RUU itu tidak masuk akal?Betul. Sementara ada kekurangan hakim

sedemikan besar, di saat itu malah mau di-kurangi jumlahnya dengan pengurangan umur hakim sekitar 30% atau 40%.

Penerimaan calon hakim sekarang ini ti-dak menjawab kebutuhan saat ini. Mereka baru bisa dimanfaatkan setelah tiga tahun. Ini karena pendidikan seorang calon ha-kim memakan waktu 2,5 tahun. Setelah itu diusulkan oleh ketua MA kepada Presiden dalam waktu 3-6 bulan. Dengan demikian, baru tiga tahun bisa digunakan untuk ditu-gaskan.

Sampai di mana proses pemotongan usia hakim?

RUU jabatan hakim diajukan oleh DPR. Setelah ketok palu di DPR, RUU diserahkan kepada Pemerintah. Dari Presiden kemudian diserahkan kepada Kementerian Hukum dan HAM. Kementerian ini kemudian menugas-kan dirjen yang bersangkutan membuat tim untuk membahas dan meneliti RUU itu. Dalam waktu 60 hari sebetulnya Pemerin-

tah harus sudah menyelesaikannya dengan membuat daftar permasalahan pada ran-cangan itu, tetapi sampai sekarang belum jadi, bahkan belum ada undangan dari me-reka untuk membahas rancangan itu. Mung-kin masih ada permasalahan.

Perjalanan masih panjang. Mudah-muda-han tidak jadi, karena itu merugikan para hakim. Lain yang diminta, lain yang diberi-kan. Yang dibutuhkan adalah kesejahteraan hakim. Kalau hakim itu pejabat negara, ten-tunya harus diperhatikan kesejahteraannya, akomodasinya, transportasinya dan kedudu-kan lain sebagai pejabat negara.

Kemarin kami diundang oleh Setneg atas pemberitahuan Kementerian Hukum dan HAM bahwa RUU yang diajukan ke DPR itu belum selesai. Dengan demikan sekarang masih menggantung.

Mengenai rekrutmen hakim, sudah ada ja-lan keluar?

Menpan dan BKN angkat tangan dan me-ngatakan tidak mau campur tangan untuk aktivitas yang berhubungan dengan bukan PNS atau bukan ASN. Bukan kewenangan mereka.

Nah, kami juga bicara dengan Kemen-terian Keuangan menyangkut APBN. Di sana angkat tangan dengan alasan tidak pernah memberikan kuota untuk hakim. Tapi kalau ada keputusan pejabat yang berwenang yang memerintahkan untuk membayarkan, maka bisa dibayar.

RAGAM

Page 76: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

74

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Ulang tahun ke-64 Ikahi dimeriahkan pemotongan kue tart.

saja. Nanti kalau tidak lulus, dilepaskan atau digugurkan. Akan teta-pi ternyata anggaran tidak bisa didapat, dengan alasan belum ada statusnya. Makanya sampai sekarang belum ada jalan keluarnya.

Harapan ke depan Ikahi?Ikahi berharap organisasi tetap tumbuh dan eksis dalam mem-

pertahankan indepedensi profesi hakim, baik pribadinya maupun badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman. Kami ingin terus meningkatkan kualitas para hakim dengan berbagai pelatihan dan pendidikan, baik di dalam maupun di luar negeri. Kami juga berupaya meningkatkan kesejahteraan hakim sebagai pejabat negara, walaupun bukan pejabat negara di bidang politis.

Jadi, diharapkan hakim pada jabatan tertentu punya aturan ter-tentu, dan hakim mempunyai aturan pembinaan maupun kepang-katan sehingga ada perbedaan antara hakim baru dan yang sudah puluhan bertugas. Tidak seperti antara anggota DPR yang baru dan yang lama masuk, sama kedudukannya, tidak ada yunior dan senior. Kalau hakim, harus ada perbedaan; kalau tidak, akan terjadi keka-cauan. Tak mungkin hakim baru tiba-tiba bisa menjadi ketua pe-ngadilan. Tetap dibutuhkan suatu aturan khusus mengenai hakim. Ini tantangan hakim ke depan sebagai organisasi profesi. (MMA/RZ/

HA/Nc)

Ketua Umum : Dr. Suhadi, S.H., M.H. Ketua I : Agung Sumanatha, S.H., M.H. (Peradilan Umum)Ketua I I : Amran Suadi, S.H., M.H. (Peradilan Agama)Ketua III : Burhan Dahlan, S.H., M.H., ( Peradilan Militer)Ketua IV : Dr. Yulius, S.H., M.H. (TUN). Sekretaris I : Kadar Slamet, S.H., M.H.Sekretaris II : Dr. Fauzan, S.H., M.H.Sekretaris III : Soeharto, S.H., M.H.Bendahara : Drs. Abdul Goni dan Ibu Elli

Struktur organiSaSi ikahi

Menemui jalan buntu, kami lari ke Setneg untuk menanyakan jalan keluarnya. Setneg menugas-kan Menpan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kami masih tunggu hasilnya sampai seka-rang, apakah masih seperti sistem yang dahulu --sebagai pegawai negeri-- sehingga Menpan berwenang, dan nanti setelah diangkat sebagai hakim, maka akan menjadi pejabat negara.

Di ASN dicantumkan bahwa pejabat negara itu terdiri dari presiden, gubernur, bupati, walikota, hakim agung, dan hakim di empat lingkungan peradilan, kecuali hakim ad hoc. Di situ jelas aturannya mengenai periodesasi. Begitu diang-kat dan dipilih, langsung terima gaji, tidak ada calon pejabat negara lagi. Tetapi kalau hakim, calon hakim selama 2,5 tahun tidak ada status-nya. Lalu siapa yang membayar?

Dulu pernah kami tanya Kepala Badan Diklat, apakah bisa mengajukan anggaran 2,5 tahun pendidikan cakim, yang sifatnya honor atau apa

RAGAM

Page 77: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

75

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Paskah (Latin: Páscha, Yunani: Πάσχα, Paskha; Aram: ַפ ּ פֶ :‎ Pasḥa; Ibraniאחס ּ ַס (Pesaḥ חadalah perayaan terpenting dalam agama Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus. Jemaat Kristen percaya bah-wa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebang-kitan tersebut, peristiwa paling sakral dalam hidup Yesus, seperti yang tercatat di dalam keempat Injil di Perjanjian Baru.

Kita sebagai umat Kristen diajak untuk mengingat dan merenungkan makna pen-deritaan Kristus hingga kematianNya di kayu salib karena dosa-dosa kita. Sebagai pengikut Kristus, kita percaya bahwa kita mengambil bagian dalam kematian Kristus dengan cara ‘mati’ atau ‘menguburkan’ atau meninggal-kan dosa kita, dan bangkit bersama Kristus kepada cara-cara hidup baru yang sesuai de-ngan kehendak Kristus (Roma 6:5-6). Kita ti-dak lagi membiarkan dosa menguasai hidup kita. Karena itu, dalam masa perenungan ini, ada baiknya kita memeriksa kehidupan priba-di, keluarga maupun masyarakat kita, sambil menanyakan pada diri kita, dosa-dosa apakah yang sedang menguasai kita. Hanya dengan kesadaran akan dosa-dosa kita serta mengan-dalkan rahmat Allah yang membawa kita ke-pada pertobatan dan tekad untuk membarui hidup, kita dapat dan layak menyambut serta merayakan Paskah.

Tidaklah berlebihan kalau disebutkan bahwa kini kita dihadapkan dengan berbagai bentuk bayang-bayang kematian. Dalam ke-hidupan berbangsa, kita sedang berada dalam peradaban yang mementingkan jumlah pe-nganut agama; peradaban yang mengedepan-kan mereka yang bersuara keras; peradaban yang memenangkan mereka yang hidup ma-

Wujudkan Paskahdalam hidup nyataoleh: dandy Capryanto hermawan, sh., mh *

pan; dan peradaban yang mengarus-utamakan kekerasan. Kita juga sedang berhadapan dengan kecenderungan per-adaban yang mengedepankan kepentingan kelompok, su-ku dan agama seraya mengorbankan nilai-nilai kebersa-maan, kesetaraan dan kemanusiaan. Kita prihatin dengan maraknya korupsi dan eksploitasi alam yang berlebihan, serta peradaban yang mengutamakan kepentingan jang-ka pendek dan sesaat, misalnya pilkada lima tahunan. Semua itu mengorbankan nilai-nilai universal yang lebih berjangka panjang.

Kita risau dengan perkembangan peradaban sedemiki-an, karena pada gilirannya akan menimbulkan perselisih-an, kebencian dan balas-dendam; suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian, bukan budaya cinta yang menghidupkan manusia dan segenap makhluk ciptaan Allah.

Syukurlah, Paskah mewartakan bahwa kematian bu-kanlah kata akhir. Kematian Kristus justru merupakan cara Allah mengalahkan kematian itu, sehingga sengat maut, yakni kematian itu, tidak lagi berkuasa atas kehi-dupan kita. Dosa tidak lagi berkuasa! Kristus telah bang-kit, dan dengan itu Ia membebaskan kita dari kuasa kema-tian (Roma 6:10).

Oleh karena itu, dengan merayakan Paskah, kita tidak hanya mewartakan kebangkitan-Nya, tetapi juga meng-hidupi kebangkitan itu. Kita bangkit mengalahkan ba-yang-bayang kematian dan kuasa dosa, yang sebaiknya kita mulai dari diri kita.

Dalam semangat kebangkitan Kristus yang membebas-kan kita dari kuasa kematian inilah kita sebagai warga du-nia peradilan dan Mahkamah Agung juga dapat melaku-kan hal-hal besar. Ada yang sedang kita lakukan, salah satunya Reformasi Birokrasi. Ini bagian dari upaya peme-rintah untuk mencapai good governance serta melakukan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah, terutama menyangkut aspek-aspek kelem-bagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business proses) dan sumber daya manusia (aparatur). Sasarannya adalah bersih dari KKN, kapasitas dan akuntanbilitas kinerja tinggi serta pelayanan publik yang berkualitas sebagai

TIRTA

Page 78: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

76

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

bagian dari karya Allah.Aplikasinya dalam

menjalankan karya Al-lah adalah dengan me- merangi segala bentuk dosa yang membawa kita ke arah bayang-bayang ke-matian dan belenggu maut, seperti perilaku manipulatif-koruptif, materialistis, maupun tindakan kekerasan terhadap sesa-ma dan alam serta kerakusan yang tak kenal batas, juga ikut serta memelihara kehidupan bersama yang berlandaskan ka-sih dan keadilan, dengan memberi perhatian khusus kepada mereka yang menjadi korban ke-kerasan dan ketidak-adilan.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita juga dapat menebar bibit perdamaian dan mengupa-yakan kesejukan serta kesejahteraan dalam ke-hidupan bersama di tengah kemajemukan suku, bahasa, agama dan budaya bangsa. Kekayaan In-donesia dengan keragaman suku, bahasa, agama dan budaya adalah karunia Allah yang harus terus kita pelihara dan perjuangkan dalam upaya membangun Indonesia sebagai rumah bersama yang harmonis dan damai. Dengan demikian akan tercetak sumber daya manusia unggulan dan berkarakter wawasan kebangsaan Pancasila yang akan bekerja secara bersama-sama memba-ngun masa depan bangsa Indonesia.

Dalam kehidupan pribadi kita juga dapat mela-wan konsumerisme dan perilaku konsumtif. Un-tuk itu, dalam masa Paskah ini, kita diajak un-tuk berbela rasa dengan mereka yang selama ini kurang beruntung dan terpinggirkan dari berba-gai sumber-sumber ekonomi, sosial, dan budaya. Misalnya dengan mengurangi pola hidup kon-sumtif dan mengkonversi pengurangan terse-but untuk aksi-aksi solidaritas bagi mereka yang

s e l a m a ini tersisih dan menderita.

Kebangkitan Kristus tidak hanya mendamaikan Allah dengan manusia, tetapi juga mendamaikan Allah dengan alam semesta, dan manusia dengan alam semesta. Oleh karena itu, dalam semangat Paskah kita juga diajak untuk terus mengembangkan aksi-aksi penyelamatan bumi dan segala isinya. Dalam kehidupan nyata, upaya pendekatan dengan alam dapat dilaksanakan dengan berorientasi pada prinsip efektif, efisien dan ekonomis seperti dalam penggunaan listrik, penggunaan kertas, penggunaan tisu, pengelolaan sampah lingkungan, dan sebagainya. Dalam menjaga hubungan kita dengan alam, kita dapat melaku-kan upaya pemulihan alam yang telah rusak oleh per-lakuan manusia yang ceroboh dan tamak.

Demikianlah kiranya kebangkitan Kristus yang telah mengalahkan kematian kiranya dapat menyemangati kita agar lebih berkarya bagi sesama.

Selamat Paskah!

*Kasi Peningkatan Mutu Hakim TUN, Bingganis TUN Dirjen-miltun

TIRTA

Page 79: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

77

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Purnabakti Prof. Dr. Abdul Manan

ADA saat bertemu, ada saat berpisah. Begitulah siklus kehidupan. Begitu pula dunia kerja.

Awal 2017, keluarga MA harus melepas salah satu putra terbaiknya. Ia adalah Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum. Ketua Kamar Agama ini memasuki masa purna tugas. Segenap keluarga besar MA merasa kehilangan sosok pendiam namun humoris ini. Banyak kebijakan dan kebaji-kan ia torehkan selama menjabat. Kini ia memasuki pensiun dengan perasaan lega dan bahagia.

Suka DukaMenyelesaikan tugas selama kurang-

lebih 42 tahun sebagai hakim dan 14 tahun sebagai hakim agung, Manan kini meng-ucap syukur. “Saya sampaikan syukur Al-hamdulillah karena dengan rahmat dan izin-Nya saya dapat menyelesaikan tugas,” ucapnya.

Selama menjadi hakim, ia merasa ilmu-nya bertambah terus. Kadang-kadang,

INgIN ISTIKoMAHAgAR KIAN BeRKAH

perkara yang ditanganinya memang menuntut ia harus belajar terus. Sebab, ia tak hanya menye-lesaikan masalah di lingkungan peradilan agama saja, tetapi juga masuk dalam tim perdata.

Menurut Manan, ia tak boleh lalai dengan sim-bol-simbol yang akan dijadikan dasar hukum yang diputuskan, bahkan harus menggali itu. Ini yang menurutnya menjadi salah satu sukanya, terma-suk berbagi pendapat dalam diskusi-diskusi untuk mengambil suatu keputusan.

Ilmu mengenai kepemimpinan yang ia peroleh dari Ketua MA Hatta Ali menjadi kebahagiaan tersendiri baginya selama mejadi Tuada (Ketua Muda). “Beliau ini orang yang demokratis dan per-suasif. Setiap ada masalah dibicarakan bersama. Jadi, menurut saya, beliau terbuka. Kita diharap-kan bersikap terbuka dalam mengambil suatu kes-impulan,” tuturnya.

Manan ditempatkan di lingkungan peradilan agama, namun bertugas juga di lingkungan pera-dilan lain. Ia banyak menangani perkara berat dan besar. Sedihnya, ketika ia menangani perkara non-agama, pihak yang kalah selalu menyalahkannya. Ia dianggap tidak kompeten, hanya paham soal perceraian saja. Mereka tak tahu Manan doktor hukum tata negara, bukan doktor dari IAIN. Se-mentara gelar profesornya adalah dalam bidang ilmu politik hukum. Jadi ia pun menguasai poli-tik, misalnya masalah yang berhubungan dengan pilkada.

Manan pernah dikirim ke luar negeri untuk be-lajar mengenai masalah di berbagai bidang ilmu, misalnya bidang KPPU, HAM, independensi pera-dilan, dan perbandingan hukum keluarga. Jadi, meskipun ia hakim agama, bukan hanya masalah perceraian saja yang ia kuasai. “Inilah yang paling berat saya rasakan. Ini salah satu duka. Menurut saya, ini termasuk pengaruh teori resepsi yang diciptakan Snouck Hurgronje,” katanya.

Teori resepsi mengatakan bahwa hukum Islam boleh dipakai kalau sudah beradapatsi dengan hu-kum adat. Kalau belum beradaptasi, tidak boleh dipakai.

BERANDA

Page 80: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

78

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Menurut Manan, pendapat Hurgronje menim-bulkan citra buruk kepada hukum Islam. “Dia katakan hukum Islam itu barbarisme, mengham-bat kemajuan, ketinggalan zaman, pokoknya yang jelek-jeleklah. Celakanya teori ini diajarkan di Universitas Leiden, Belanda. Di sana banyak orang Indonesia yang belajar hukum. Setelah lu-lus menjadi master atau doktor, mereka menjadi dosen di UGM, UI, Universitas Sriwijaya, USU, dan di mana-mana. Teori Hurgronje ini yang diajarkan. Kalau sudah bersikap kepada Islam seperti itu, pasti meremehkan,” katanya.

Dalam pengalaman Manan, kalau ada pembi-caraan sedikit saja yang berhubungan dengan hukum Islam, misalnya di DPR, walau mereka taat beragama Islam, mereka menunjukkan sikap tidak suka terhadap hukum Islam. “Mungkin 100 tahun lagi tidak akan hilang,” jelasnya.

Menurut Manan, setelah merdeka, Indonesia memakai sumber hukum Pancasila. Di sini Ketu-hanan Yang Maha Esa itu adalah jadi sumber uta-ma. Bahkan, sumber hukum nasional Indonesia ini ada tiga: hukum perdata, hukum agama, dan hu-kum adat. Jadi, tidak dipisah-pisah begitu.

Tetapi lebih dari itu, Manan tak menemui kenda-la berarti. Dalam lingkup pergaulan di MA dengan sesama hakim agung, misalnya, ia punya hubun-gan baik dan akrab.

Tak MenundaAbdul Manan lahir di Pantonlabu, Aceh Utara, 1

Januari 1947, dari pasangan H. Teuku Chik Lam-kuta dan Cut Mansyah. Kedua orangtua inilah yang sejak kecil mendidik Manan untuk disiplin tak boleh menunda pekerjaan. Tak ada kamus besok

atau lusa. Itu terbawa hingga kini dalam bekerja.

Manan menyelesaikan Sekolah Rendah Islam Negeri dan SMPN di kota kelahi-rannya. Ia melanjutkan ke SMA Muham-madiyah Purwokerto dan kuliah di Jurusan Fikih, Fakultas Syariah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di tengah kesibukannya, ia juga kuliah di Jurusan Administrasi Ne-gara, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universi-tas Terbuka. Ia melanjutkan program pas-casarjana Jurusan Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta, lulus 1996. Gelar doktor Ilmu Hukum diraih dari Universitas Sumatera Utara pada 2004.

Manan menikah dengan Rubiati binti Chasbullah, dan dikaruniai seorang anak bernama Daud Al Wadud.

Karier Abdul Manan dimulai sebagai hakim di Pengadilan Agama (PA) Pema-lang, Jawa Tengah (1976-1981). Setelah itu tugasnya berpindah-pindah sebagai hakim hingga ketua pengadilan agama di berbagai daerah, termasuk menjadi ketua PA Jakarta dan ketua Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu. Kariernya kian moncer setelah lulus seleksi menjadi hakim agung MA. Puncaknya ia menjadi ketua Kamar Agama MA.

Disiplin dan semangat belajar menjadi karakter Manan dalam bekerja. Ia beru-saha semaksimal mungkin jangan sampai ada perkara yang tertunda. “Kalau perkara datang kepada saya, saya pelajari betul. Kalau belum selesai, saya bawa pulang. Alhamdulillah, istri saya juga tak berke-beratan saya mengerjakan pekerjaan kan-tor di rumah. Istri saya santai saja, paling diselingi nonton TV bareng. Habis salat subuh lanjut membaca lagi. Jadi, alham-dulillah sidang-sidang juga cepat,” cerita Manan.

Dalam menjalin hubungan, kalau ada waktu luang, ia berkumpul dengan para sahabat di MA. Sesekali mereka keluar kan-tor dalam satu mobil, makan di restoran. Ia merasa bersyukur, karena sampai Maret ini, kalau ada acara MA, ia masih dilibatkan.

n Purnabakti sebagai hakim agung, Manan ingin mengikuti amanah almarhumah istrinya.

BERANDA

Page 81: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

79

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

bih lama membaca Al-Qur’an, saya ingin meresapi maknanya,” ungkapnya.

Manan ingin mengikuti amanah almarhumah istrinya. Anak sudah kerja, cucu sudah tiga. Seka-rang istikomah saja agar berkah. “Untuk apa kita kumpul-kumpul harta lagi? Harta peninggalan ayah saya saja itu tidak ada yang mengurus. Di kampung ada sawah dan tambak ikan, dikelola oleh keluarga saja, mereka yang tak punya kesem-patan kuliah atau sekolah,” ungkapnya.

Harus Lebih BaikManan menilai, keadaan MA sudah baik. Per-

kara-perkara lebih cepat diproses. Sistemnya su-dah diubah, tak seperti dulu lagi, bertahun-tahun orang menunggu. Ia buktikan, perkara selesai sebulan setelah diputus. Dalam hal ini, menurut Manan, RDJK (Rapat Di luar Jam Kantor) banyak membantu.

Ke depan, Manan berharap, MA harus lebih baik lagi. Para hakim agung, khususnya dari Ka-mar Agama, dapat bekerja lebih giat. Tak hanya bekerja, tapi juga membagi ilmunya kepada yang lain lewat tulisan.

Secara pribadi, Manan meminta maaf kalau ada kesalahan selama di MA. Akan tetapi, untuk ling-kungan peradilan agama, ia merasa lega. “Alham-dulillah sudah saya letakkan dasar-dasarnya, teru-tama dalam bidang Ekonomi Syariah,” katanya.

Manan bersyukur atas terbitnya tiga Perma: per-tama, Perma tentang kompilasi, yang isinya Eko-nomi Syariah untuk pedoman para hakim; kedua, Perma tentang Sertifikasi Ekonomi Hakim; dan ketiga, Perma tentang penyelesaian tata caranya. “Tapi ini bukan karya saya sendiri, melainkan bukti adanya dukungan dari semua pimpinan. Kalau Pak Hatta Ali dan yang lain tidak memberi dukungan, juga tidak bisa. Berkat dukungan mereka semua ini dapat berjalan,” katanya merendah.

Menurut Manan, langkah itu belum sempurna, tetapi ia percaya nanti pimpinan MA akan menyem- purnakannya. “Pak Hatta Ali mungkin akan me-mikirkan lebih lanjut. Kepailitan, misalnya, belum terakomodir, karena memang itu membutuhkan waktu untuk mendidik kolektor dan hakim penga-was. Jadi, tidak bisa sekarang. Mungkin dua tahun ke depan,” kata Manan menutup pembicaraan.

Selamat menikmati masa purna bakti dengan is-tikomah, Profesor. Selamat mendapat berkah dari Sang Illahi. (MMA/lT/AZH)

Manan mewakili Ketua MA. Di sana, ia ber-kesempatan bertemu dengan Deddy Miz-war. Deddy lalu bertanya, “Gimana ini, sudah pensiun, Prof? Kembali ke film lagi?” Manan menjawab, “Nanti saya pikir dulu, sebab shootingnya repot. Menunggunya berjam-jam.”

Apa yang dilakukannya setelah purnabak-ti? Ia mengajar di berbagai perguruan tinggi. Awal Desember 2016, ia sudah memperoleh INDN (Nomor Induk Dosen Negara). Ia me- ngajar di Universitas Muhamamadiyah Su-matera Utara (UMSU). Di situ ia menjadi gu-ru besar ilmu hukum. Di samping itu, ia juga secara freelance mengajar hukum dan eko-nomi di Pascasarjana UNS Solo. Di UII Yog-yakarta ia mengajar hukum Islam dan hu-kum ekonomi Islam. Di Jayabaya, Jakarta ia mengajar politik hukum, sementara di UMSU ia mengajar politik hukum dan metodologi penemuan hukum.

Manan juga mendapat tawaran mengajar di salah satu universitas Malaysia, tetapi ia belum menjawabnya.

Manan merasa telah diberi banyak hal oleh Allah, tetapi kurang beribadah kepada-Nya. Karena urusan pekerjaan, mungkin salat terburu-buru dan hanya sedikit membaca Al-Qur’an selepas Maghrib. “Saya ingin le-

Nanti saya pikir dulu,sebab shootingnya repot.Menunggunya berjam-jam.”

“Prinsip saya, kehidupan jangan dibikin ru-mit sekali, santai tapi serius. Dalam menye-lesaikan tugas, supaya tidak stres, ya harus santai tapi serius alias sersan,” ungkapnya.

Mengajar dan IstikomahTak banyak diketahui, Abdul Manan yang

menjadi hakim agung sejak 18 Juni 2003 ternyata pernah menjadi aktor laga di masa mudanya. Suatu waktu, pada acara purna-bakti hakim agung Zaynudin di Bandung,

BERANDA

Page 82: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

80

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

PN KLATENTATA RUANGUNTUK MINIMALISASI KKN

TERNYATA disain tata ruang pengadilan tak selalu harus sesuai dengan prototype. Modifikasi dan kreativitas dapat disetujui

oleh pimpinan MA sejauh mendukung visi-misi MA. PN Klaten sudah membuktikannya. Disain tata ruang pelayanan publik dibuat berbeda dengan prototype, tetapi hal itu disetujui oleh KaBUA.

Adalah Sri Prih Utami, S.H., M.H., orang di belakang modifikasi itu. Panitera yang biasa dipanggil Mbak Utami ini memikirkan pena-taan sarana dan prasarana layanan publik yang semaksimal mungkin memberi kepuasan dan mendapat kepercayaan dari pencari keadilan, sesuai dengan visi dan misi MA. Menurutnya, kepuasan dan kepercayaan dari pencari keadi-lan hanya dapat diperoleh dengan memenuhi harapan dan keinginan mereka. Karena itu, perlu dirancang sebuah sistem manajemen yang tanggap terhadap kebutuhan dan hara-pan pencari keadilan secara cepat, tepat, dan transparan.

Utami akhirnya mengajukan sebuah disain ta-ta ruang ke MA, dan ternyata disain itu disetujui oleh KaBUA, Dr. Aco Nur. “Saya tidak menyang-ka bila disain tata ruang yang saya rancang un-tuk PN Klaten akan disetujui oleh Bapak KaBua karena disain ini berbeda dengan prototipe ge-dung pengadilan yang sudah ada,” ucap Utami.

One Stop ServiceUntuk mewujudkan pemikirannya, Sri Utami

menyusun penataan ruang kerja PN Klaten dengan konsep “One Stop Service”. Aspek terpenting yang diusung dari konsep tersebut adalah meminimalkan kontak antara petugas pengadilan dan para pengguna jasa di pengadil-an. Hal ini sebagai upaya agar tidak terjadi KKN di dalam lingkup kerja pengadilan. Pelaksanaan pembangunannya tetap disesuaikan dengan anggaran Kegiatan Rehab Gedung Kantor PN Klaten TA 2015 senilai Rp2.500.000.000,-.

Menurut Utami, ada beberapa aspek yang ha-rus diwujudkan dari konsep “One Stop Service” itu. Segala hal yang berhubungan dengan PN Klaten akan dilayani di sini. Maka di sini harus tersedia meja informasi dengan petugas yang siap melayani para pengunjung PN Klaten untuk memperoleh berbagai informasi seputar penga-dilan. Di situ, para pencari keadilan harus dapat menyelesaikan urusan hukum dalam waktu singkat. Tersedia pula sumber daya (bahan, peralatan, perlengkapan, dll.) sehingga petu-gas dapat memberikan pelayanan yang maksi-mal dan terbaik bagi pencari keadilan. Petugas melayani kebutuhan masyarakat dengan baik dan sopan tanpa memandang suku, agama, ras, status ekonomi, dan jabatan sehingga tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan. Pokoknya, gedung pengadilan harus memberi rasa nyaman dan aman bagi orang-orang yang beraktivitas di dalamnya.

Di deretan meja informasi, para petugas siap melayani kebutuhan pencari keadilan. Mereka terdiri dari staf kepaniteraan pidana, kepani-teraan perdata, dan kepaniteraan hukum. Staf

n Sri Prih Utami, S.H., M.H., orang di belakang modifikasi tata ruang PN Klaten

BERANDA

Page 83: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

81

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Sejak dari meja informasi hingga ruang kerja, penataan ruang PN Klaten sudah tampak beda dengan pengadilan negeri lainnya.

kinkan pihak lain, selain pegawai, untuk mema-suki ruang kerja tersebut.

Demikian juga ruang ketua, wakil ketua, ha-kim, panitera, sekretaris, panitera pengganti dan kesekretariatan yang berada di lantai 2, hanya memiliki satu jalan untuk akses masuk dan selalu dijaga oleh petugas keamanan. Se-tiap tamu yang akan menemui para pejabat tersebut harus melapor terlebih dahulu kepada petugas keamanan. Khusus untuk ruang hakim dan panitera pengganti disediakan akses jalan yang langsung menuju ke dalam ruang sidang melalui pintu darurat yang berada di belakang masing-masing ruang sidang. Dengan demiki-an, hakim dan panitera pengganti tidak akan melewati para pengunjung sidang saat mema-suki ruang sidang.

Ruang pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat dipusatkan di lantai 1. Di situ terdapat ruang sidang, ruang sidang anak, ruang mediasi, ruang diversi, ruang kaukus, ru-ang tahanan anak, poliklinik, ruang perawatan anak dan ibu menyusui, dan ruang bermain anak. Tidak ketinggalan pula di situ juga terse-dia akses bagi penyandang difabilitas serta toi-let khusus untuk mereka.

Dengan kekhasan penataan ruangannya, ti-dak heran apabila pengadilan-pengadilan lain menjadikan tata ruang PN Klaten sebagai ba-han perbandingan dengan pengadilan masing-masing. “Pengadilan negeri lainnya pun, se-perti PN Jakarta Pusat, Denpasar, Selong, dan Jayapura pernah datang ke sini,” kata Utami.

Tampil BedaPenataan meja informasi membuat PN Klat-

en berbeda dengan pengadilan negeri lainnya. Saat kita memasuki gedung utama pengadilan, kita tidak akan melihat ruang kerja dan aktivitas pegawainya karena semua ruangan tertutup partisi dan tembok bangunan gedung. Hal ini dimaksudkan untuk membatasi kontak secara langsung antara pegawai pengadilan dan para tamu yang berhubungan dengan pengadilan agar tidak terjadi KKN.

Memasuki ruang kerja kepaniteraan pidana, perdata, dan hukum, kita bisa melihat suasana kerja dengan meja kerja yang tertata dengan rapi, dilengkapi almari arsip yang menyatu dengan dinding gedung kantor. Penataan yang tidak terlihat oleh pandangan mata dari luar ini menjadikan ruang kerja steril, tidak memung-

kepaniteraan pidana bertugas sebagai pem-bantu “Meja Pertama” yang berkomunikasi langsung dengan panitera muda pidana. Fung-sinya, menerima pelimpahan perkara pidana dari penuntut umum dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan “Meja Pertama”.

Sama halnya, staf kepaniteraan perdata juga sebagai pembantu “Meja Pertama” kepanitera-an perdata. Di sini, pengajuan gugatan serta permohonan dan Informasi yang berhubungan dengan perkara perdata akan diberikan kepada pihak yang membutuhkan.

Bila ada pengaduan masyarakat, maka staf kepaniteraan hukum yang bertugas sebagai petugas informasi siap melayani mereka.

BERANDA

Page 84: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

82

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

SEBAGAI langkah awal dalam pelaksanaan Program Kerja di Tahun 2017, Ketua Pengadilan Tinggi Semarang, Dr. Nommy H.T. Siahaan, S.H., M.H., melakukan pembinaan terhadap seluruh unit kerja yang

berada di bawahnya. Pembinaan dilakukan di Semarang pada 13-14 Ma-ret lalu melalui kegiatan rapat koordinasi yang dihadiri oleh para ketua, panitera dan sekretaris Pengadilan Negeri se-Jawa Tengah.

Pada kegiatan tersebut, Nommy menyampaikan bahwa upaya perbai-kan kualitas pelayanan publik menjadi fokus dalam program kerja dari Pengadilan Tinggi Semarang yang akan diteruskan pelaksanaannya di masing-masing pengadilan di daerah. Menurut pengamatannya, sejauh ini telah ada beberapa Pengadilan Negeri di Jawa Tengah yang me-rintis pembaruan dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat. Apa yang telah dirintis oleh beberapa pengadilan itu, menurut Nommy, harus diapresiasikan dan diterapkan di pengadilan negeri lainnya.

Satu hal yang menggembirakan saat ini adalah pengadilan negeri di Jawa Tengah berlomba-lomba membuat aplikasi Teknologi Informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Tentunya apa yang telah dihasilkan tersebut akan dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Dan apabila memang dapat diterapkan, maka akan ditetapkan pelaksa-naannya melalui surat keputusan.

Salah satu pengadilan yang mendapat apresiasi dari Ketua Pengadi-lan Tinggi Jawa Tengah adalah Pengadilan Negeri Kendal yang mewu-judkan transparansi proses persidangan dengan menciptakan Aplikasi Transkrip Persidangan (ATP). Menurut Nommy, dengan adanya aplikasi ini, maka perbedaan antara apa yang diucapkan di depan persidangan dan yang termuat dalam Berita Acara maupun putusan dapat dihindari. Dalam penilaiannya , dibandingkan dengan aplikasi sejenis yang telah digunakan di pengadilan saat ini, ATP di PN Kendal lebih unggul dan revolusioner.

Ketua Pengadilan Negeri Kendal, Mulyadi, S.H., M.H., dan Ketua Pe-ngadilan Negeri Purwokerto, Purwanto, S.H., M.H., menjadi narasum-ber dalam acara tersebut. Mereka masing- masing menyampaikan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan aplikasi pencatat persidangan yang ber-ada di unit kerjanya masing-masing.

Menurut Mulyadi, keunggulan ATP adalah perekaman teks dan audio, masing-masing jendela berdiri sendiri sehingga tindak terjadi tumpang-tindih data. Spasi dan titik koma terekam otomatis. Aplikasi ini dapat menggunakan video call. 6 jendela perekaman berdiri sendiri sehingga perekaman dapat dilakukan secara bersamaan. Selain itu, perangkat hardware-nya realtif murah, sementara software-nya gratis. “Bagi yang berminat, silahkan menghubungi PN Kendal,” ucap Mulyadi.

aplikasitranskrip

persidanganPn Kendal leBih

reVolusioner

n Atas: KPT Semarang, Nommy H.T. Siahaan Bawah: KPN Kendal, Mulyadi, (kiri) dan KPN Purwokerto, Purwanto.

BERANDA

Page 85: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

83

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

APAPUN KONDISINYA, pelayanan publik tetap harus prima! Itulah tekad Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara. Sebab, di te-

ngah gencarnya gerakan Akreditasi Penjaminan Mutu (APM), kini PN Jakarta Utara justru harus numpang berkantor di gedung tua, bekas PN Ja-karta Pusat, yang berlokasi di Jalan Gajah Mada. Gedung ini sudah tak layak untuk memberikan pelayanan publik yang optimal. Tapi apa boleh buat, PN Jakarta Utara terpaksa menempatinya untuk sementara, karena gedung PN Jakarta Utara yang terletak di Jl. RE Martadinata No 4, Padema-ngan, Jakarta Utara, rupanya harus segera direno-vasi total.

Kerja BaktiSemula, unsur pimpinan PN Jakarta Utara mera-

sa galau dengan gedung perkantoran yang num-pang itu. Pada waktu mau pindah ke Jl. Gajah Mada ini, Ketua PN Jakarta Utara, Dwiarso Budi Santiar-to, merasa ragu. Sebab, SK KMA untuk izin pindah ke sini bulan Desember 2015, dan pindah-pindahan baru terlaksana 1 Oktober 2016. Ketika ia meninjau ke bekas PN Jakarta Pusat itu, tampak gedung ini sangat tua dan tidak terawat. Maklum, sudah satu tahun gedung itu ditinggal oleh PN Jakarta Pusat. Sampai terpikir oleh Budi, apakah bisa gedung ini difungsikan jadi kantor. Tetapi, kalau tidak pindah, perbaikan gedung di Jakarta Utara bisa molor, ka-rena perbaikannya secara menyeluruh. “Akhirnya, kami bertekad untuk pindah,” jelas Dwiarso Budi kepada MMA beberapa pekan silam.

Karena tidak ada pilihan, Budi pun menyema- ngati seluruh awak PN Jakut untuk membereskan bekas gedung PN Jakarta Pusat itu dengan segala risiko. Toh sifatnya sementara. Seluruh anak buah-nya dimotivasi agar mereka bersemangat membe-reskan gedung tua itu. Mereka semua bekerja bakti

selama dua minggu dengan lembur Sabtu-Minggu. Para hakim patungan untuk mengecat dan mem-beli wall paper untuk ruangan mereka sendiri. Be-gitu pula dengan panitera pengganti, patungan membeli air condition (AC).

Tentang perpindahan ke bekas PN Jakarta Pusat, Panitera PN Jakarta Utara, Rina Pertiwi, S.H., M.H, punya cerita. Perempuan kelahiran Ciamis, Jawa Barat, 3 Desember 1964, ini mengungkapkan, dua tahun lalu ia menghadap KaBUA (Kepala Badan Urusan Administrasi), Dr. Aco Nur, di MA untuk membahas biaya perpindahan dari PN Jakarta Utara yang memang sudah tak layak itu. “Daripada biayanya dipakai untuk kontrak gedung, bagaima-na kalau pinjam dulu bekas PN Jakarta Pusat?” tanya Rina Pertiwi kepada Aco Nur.

n Rina Pertiwi, Panitera PN Jakarta Utara

TRIBUNAL

Page 86: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

84

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Ketua PN Jakarta Utara, Dwiarso Budi (duduk, kemeja safari biru), beserta seluruh hakim dan para staf PN Jakarta Utara tetap ceria di gedung darurat bekas PN Jakarta Pusat.

TRIBUNAL

Gayung bersambut, usul putri se-orang mantan hakim itu ditanggapi dengan baik oleh Aco Nur. Sebab, dalam usulan itu terkandung penghe-matan. Maka alumnus Fakultas Hukum Universitas Parahyangan, Bandung, itu kemudian mengajukan anggaran pindah-pindah dan BUA MA menyetu-juinya.

Page 87: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

85

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

TRIBUNAL

Direncanakan, pembangunan gedung PN Jakarta Utara akan selesai dalam waktu tiga tahun lalu. “Dua tahun anggaran untuk pembangunan gedung dan satu tahun anggaran untuk mebelair,” kata Rina, yang mengawali kariernya pa-da tahun 1990 melalui Departemen Kehakiman, saat belum satu atap dengan Mahkamah Agung.

Akreditasi BKerepotan pindah-pindahan dan keadaan gedung tua itu berpengaruh pada

kesiapan PN Jakarta Utara terhadap kegiatan penilaian Akreditasi Penjaminan Mutu (APM) yang sedang gencar-gencarnya digalakkan oleh Dir-jen Badilum.

Page 88: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

86

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Rapat para hakim dalam kesederhanaan

TRIBUNAL

“Persiapannya memang sangat mendadak dan kami pindah ke sini langsung mendapat-kan penilaian, sementara kami belum beres-beres secara sempurna,” jelas Rina.

Kendati demikian, seluruh warga PN Ja-karta Utara tidak menyerah. Mereka berusaha melakukan yang terbaik di tengah keterba-tasan. Gedung dibersihkan dan dibereskan sebisanya. Patut dicatat, bangunan bekas Pengadilan Jakarta Pusat itu adalah cagar budaya yang tidak boleh diubah, tidak boleh diapa-apakan, hanya boleh dicat saja.

Menurut Rina, sebelum pindah-pindahan, pihaknya telah menyiapkan banyak hal de-ngan baik untuk APM, khususnya dokumen-dokumen administrasi dan SOP masing-ma-sing sebagai standar kinerja dan sebagai alat kontrol. Tapi karena keadaan gedung, maka nilai akreditasi diperoleh PN Jakarta Utara hanya B.

Kendati demikian, segenap warga PN Ja-karta Utara tetap bersyukur. Mereka tetap

melayani dengan baik. “Sudah terakreditasi B saja, kami sudah syukur alhamdulillah,” imbuh Rina yang menjadi panitera sejak 2010 pertama kali di PN Cianjur.

Rina berharap, PN Jakarta Utara dapat menge-jar akreditasi A secepatnya, sebab Dirjen Badi-lum akan mengadakan evaluasi enam bulan ke-mudian. Menurut sang panitera, yang paling be-rat adalah mengubah mindset pegawai agar pe-kerjaan berjalan lancar. “Itu tugas para pimpinan (ketua, wakil ketua, panitera dan sekretaris) agar dapat meningkatkan nilai akreditasi menjadi A,” katanya.

Banyak Tenaga HonorerLepas dari masalah gedung, rupa-nya PN Ja-

karta Utara masih mengalami masalah kekura-ngan SDM. Jika dilihat dari beban kerja, kata Ri-na, PN Jakarta Utara sesungguhnya kekurangan SDM di area Administrasi Teknis maupun Admi-nistrasi Non Teknis. Pihaknya telah mengusulkan penambahan SDM ke Mahkamah Agung c.q. Biro

Page 89: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

87

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Ruang basement PN Jakarta Utara selalu tergenang air sehingga tak bisa digunakan

TRIBUNAL

PN Jakarta Utara sementara

ini menggunakan bekas Pengadilan Negeri Ja-karta Pusat di Jl. Gadjah Mada. Gedung tua itu sebenarnya sudah menjadi cagar budaya, se-hingga tidak boleh diubah, tidak boleh diapa-apakan, kecuali dicat saja.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, basement gedung ini dipakai sebagai tempat

tahanan. Ketika Indonesia sudah merdeka, ru-angan itu berubah fungsi menjadi tempat ar-sip. Tetapi, belakangan ruangan itu tidak bisa digunakan lagi karena sering kena banjir rob. Basement digenangi air dan kondisi gedung sangat lembap. Oleh sebab itu, gedung sering diberikan anti rayap, termasuk dilakukan fog-ging setiap tiga bulan, supaya tidak menjadi sarang nyamuk demam berdarah.

GEDUNG CAGAR BUDAyA

Kepegawaian Badan Urusan Administrasi, tetapi belum ada jawaban. Maka sementara ini kekura-ngan itu diatasi dengan mempe-kerjakan tenaga honorer.

Sekarang ini PN Jakarta Utara memiliki total pegawai 131 orang, dengan perincian 30 hakim karier, 11 hakim adhoc, 9 pejabat struktural, 37 panitera pengganti, 18 jurusita/jurusita pengganti, dan 26 tenaga admi-nistrasi. Menurut Rina, di antara pengadilan negeri se-DKI, PN Jakarta Utara adalah yang paling sedikit SDM-nya.

Nyatanya, meski harus menempati ge-dung darurat untuk menyelesaikan tugas berat, seluruh awak PN Jakarta Utara tetap bekerja giat. Sidang demi sidang dan seluruh pelayanan publik lainnya ber-jalan tanpa terhambat. Jumlah perkara yang masuk di tahun 2016 terdiri dari 599 perkara perdata gugatan, 569 perdata per-mohonan, 1.691 pidana biasa, dan 3 pidana khusus perikanan. Kira-kira persentase pe-nyelesaian perkara adalah 76% untuk sisa perkara tahun 2015 dan tahun 2016. (MMA/

RZ/vP/HA)

Page 90: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

88

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

TRIBUNAL

BAGI Dwiarso Budi, menjadi hakim bu-kanlah cita-citanya sejak semula. Ia me-mang masuk fakultas hukum selepas

SMA, tetapi tak pernah terlintas dalam benak-nya untuk menjadi hakim, sang pengadil itu. Budi, begitu ia dipanggil oleh kawan-kawan-nya, ketika kuliah di Fakultas Hukum Univer-sitas Airlangga, ingin menjadi notaris atau dosen. Bahkan, ketika kuliah pun tidak pernah menginjakkan kaki ke pengadilan.

Pria yang berpembawaan tenang ini juga bukan berasal dari keluarga hakim. Orang-tua dan keluarganya tak ada yang berprofesi sebagai hakim. Bahkan, anak-anaknya pun,

kemudian, tak ada yang mau mengge-luti profesi yang sama dengan

Budi.Baginya, menjadi hakim

adalah jalan hidup yang kebetulan. “Menjadi hakim ini mungkin malah ke-

celakaan. Saya diajak teman untuk melamar sebagai ca-kim (calon hakim) pada 1986. Pada waktu wawancara,

saya merasa tertarik. Saya pikir, daripada menjadi

jaksa atau penga-cara, lebih baik jadi hakim, karena hakim yang menentukan. Alhamdulillah saya lulus tes. Namun te-man yang menga-

jak justru gagal,” tutur pria kela-

hiran Madiun, 14 Maret

1962, itu.

Ketua Pn Jakarta utara, h. dwiarso Budi santiarto, s.h., m.hum

Menjadi hakimkarena ‘Kecelakaan’

Ketika ia mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) pendala-man profesi hakim, semangat untuk menjadi hakim lebih terasa lagi. “Waktu diklat hakim, saya baru makin mendalami, bahwa hakim harus begini dan sifatnya harus begitu. Jadi, pekerjaan hakim adalah pekerjaan yang menentukan. Istilahnya, jaksa, pengacara, polisi masih tunduk pada ketentuan hakim,” tu-turnya.

Tantangan dalam BertugasSebagai hakim, Dwiarso Budi sudah pernah bertugas di em-

pat pulau besar: Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Berpindah dari daerah yang satu ke daerah yang lain itu me-mang bagian dari tugas dan kesiapan seorang hakim. Menjadi calon hakim di PN Surabaya pada 1986, setelah itu ia menjadi hakim di PN Sungguminasa, Sulawesi Selatan, 1991. Selama tujuh tahun di sana, lalu pada 1997 masuk Mahkamah Agung (MA) sebagai asisten Ketua Mahkamah Agung (KMA), Sarwata. KMA ini pensiun pada 2000, Budi lalu menjadi hakim PN Jakarta Pusat hingga 2004.

Kemudian 2004 ia diangkat menjadi Wakil Ketua di PN Kotabumi Lampung. Tahun 2006 sebagai Ketua PN Kraksaan, Probolinggo sampai 2009. Kemudian mutasi ke PN kelas IB De-pok sebagai wakil ketua, dan tahun berikutnya sebagai Ketua Pengadilan Depok hingga 2013, lalu pindah ke PN Banjarma-sin sebagai wakil ketua. Pada 2015, ia menjadi wakil ketua PN Semarang, kemudian ketua PN Semarang. Terakhir, sejak Mei 2016,ia menjadi ketua Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Ketika ikut cakim pada 1986, salah satu daya tarik yang di-tawarkan temannya adalah pindah-pindah tugas di beberapa wilayah, dan ini memang benar ia rasakan. Sungguhpun demiki-an, ketika tugas pertama harus pindah ke PN Sungguminasa, Budi kaget dan merasa berat juga. Pada waktu itu ia sudah mempunyai anak satu. Ia pulang setahun sekali naik kapal Pelni dari Surabaya dengan waktu tempuh 24 jam.

“Dahulu pesawat ongkosnya sangat tinggi. Tidak seperti se-karang, mungkin naik kapal laut lebih mahal daripada pesawat. Namun, saya masih bersyukur, karena ada teman-teman yang lebih ke timur tugasnya, cutinya hanya habis di jalan saja,“ ke-nangnya.

Page 91: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

Dilarang masukSelama menyidangkan Ahok, ada hal

yang lucu-lucu dihadapi Budi. Beberapa kali ia tidak diperkenankan masuk tem-pat sidang oleh polisi yang menjaga di luar gedung. Karena setiap sidang ramai dihadiri massa, polisi tak mengenalinya. “Sama sekali tidak ada yang menge-nali saya. Untung waktu itu ada satpam pengadilan yang melihat saya, dan ke-mudian mengamankan saya untuk ma-suk,” katanya seraya mengembangkan senyumnya.

89

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

TRIBUNAL

Perkara Besar dan BeratKini Budi tengah menjadi perhatian seluruh rakyat Indonesia,

bahkan dunia, karena tengah memimpin majelis menyidangkan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang didakwa melakukan penodaan agama Islam karena ucapannya menyangkut Surat Al-Maidah ayat 51 di Pulau Pramuka, Kepu-lauan Seribu, pada 27 September 2016. Namun, Budi merasa biasa-biasa saja. Baginya, yang penting, majelis hakim bekerja dengan benar dan profesional. Ia bersyukur, karena sama sekali tidak ada intervensi dari siapa pun selama memimpin sidang Ahok.

Budi menekankan kepada para anggota majelisnya untuk tetap tak memberikan statement atas opini apa pun di luar. Sebagai manusia biasa, dan itu manusiawi, ia memang merasa ingin menanggapi, ketika ada komentar miring tentang hakim. Tapi, karena terikat dengan etika, ia tetap menjaga tak mengo-mentari apa pun opini dan tekanan di luar gedung sidang. “Insya Allah, kami tetap bekerja seobjektif mungkin, seadil mungkin, dengan dasar fakta-fakta di persidangan,” tegasnya.

Atas pertanyaan apakah sidang Ahok yang paling besar mendapat perhatian publik, Budi menjawab, baginya sidang Ahok biasa saja. Karena bagi hakim, semua perkara hukum ha-rus diperlakukan sama. Ketika bertugas di PN Jakarta Pusat, ia pernah menyindangkan kasus-kasus yang daya tariknya menu-rut publik juga tinggi. Ia mengakui kasus-kasus di Jakarta me-mang lebih kompleks dan rumit.

Bagaimana menghadapi sidang dengan tekanan massa se-perti kasus Ahok? “Itu mudah, karena kita membuat putusan ‘Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’. Itu menjadi pegangan. Itu yang saya terapkan. Jadi, kita merasa nyaman. Kalau ada tekanan di sana-sini, tidak usah dipikirkan,” tegas Budi.

Menurut Budi, kalau terpengaruh ketika ada tekanan massa, itu manusiawi saja. Namun hakim mempunyai prinsip. Masalah tekanan fisik diserahkan kepada kepolisian. Sidang dijaga betul, karena para hakim itu menjalankan tugas negara.

Lain halnya kalau tekanan itu bentuknya opini, itu lebih be-rat. Misalnya, hakim belum memutus, sementara di luar sudah banyak opini, seperti pada kasus Jessica. Tapi bagaimanapun, menghadapi tekanan itu, hakim tidak boleh berkoar-koar, lang-sung menjawab opini. “Sebagai manusia, hakim kadang kesal

juga diberitakan begini-begitu, tapi sekali lagi, hakim tidak boleh menanggapinya.”

Budi mengakui, perkara di Jakarta memang lebih kompleks. “Namanya juga Pusat. Di PN ini ada bermacam-macam perkara, dari kasus pencurian kotak amal sampai kasus korupsi miliaran. Perkaranya lebih kompleks dan rumit, sehingga diperlukan hakim yang sudah ber-pengalaman dengan jam terbang tinggi. Kalau di daerah, dari segi variasi, itu hanya pencurian ternak, penganiayaan, dan pembunuhan,” ka-tanya.

Menurut Dwiarso Budi, sebetulnya perkara hukum itu tidak ada yang berat dan tidak ada yang ringan. Cuma, yang membedakan itu banyak dan sedikitnya saksi. Semakin banyak saksi yang diajukan, semakin lama pemerik-saannya, dan semakin banyak informasi yang bisa digali. Hakimlah yang menjadi penentu pertanyaan itu layak atau tidak dikemukakan para pihak di pengadilan, baik jaksa penuntut hukum, penasihat hukum, saksi, maupun ter-dakwa. Kalau dirasa pertanyaan dan jawaban tidak relevan, hakim akan mengarahkan atau menyetopnya.

Sebagai manusia, hakim kadang kesal juga diberitakanbegini-begitu, tapi sekali lagi, hakim tidak boleh menanggapinya.“ ”

Page 92: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

90

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

TRIBUNAL

Nama : H. Dwiarso Budi Santiarto, S.H., M.HumTempat,Tgl. lahir : Madiun, 14 Maret 1962Istri : Agustina Wiyanti, S.H.,M.H.Anak : 1. Rio Anandito, S.T., MSc.; 2. Kania Anindita, S.H.

Pendidikan:n SMA 5 Surabayan Sarjana Hukum (S1) FH Universitas Airlangga, Surabayan Magister Hukum (S2) FH Universitas Gajahmada, Yogyakarta

Karier:n Cakim di PN Surabaya (1986)n Hakim PN Sungguminasa, Sulawesi Selatan (1991)n Asisten Ketua Mahkamah Agung Sarwata (1997)n Hakim PN Jakarta Pusat (2000)n Wakil Ketua PN Kotabumi, Lampung (2004)n Ketua PN Kraksaan, Probolinggo (2006)n Hakim PN Depok (2010)n Wakil Ketua PN Depok ( 2013) n Wakil Ketua PN Banjarmasin (2013)n Wakil Ketua PN Semarang (2015)n Ketua PN Jakarta Utara (Mei 2016)

MA Mengarah ke PutihMenurut Budi, kini MA tengah melakukan upaya perbaik-

an di sana-sini. “Kita dalam proses untuk menjadi lebih baik. Paling tidak mengarah ke yang baik. Kalau kita dulu-nya agak hitam atau abu abu, maka sekarang dalam proses mengarah ke putih.”

Dalam penilaiannya, MA memiliki banyak hakim yang ba-gus. “Jujur saja, hakim karier di daerah sebetulnya banyak yang sudah baik. Tinggal bagaimana terus ditingkatkan, diberi perhatian, dan tentu tantangan untuk terus mening-katkan kemampuannya. Saya amat percaya, kita ini se-dang dalam proses menjadi lebih baik,” katanya menutup perbincangan. (MMA/RZ, vP, HA).

“Untuk kasus yang besar, sepanjang hukum aca-ra dan materiilnya kita kuasai, OK-OK saja. Sebab, hukum pidana itu tidak ganti-ganti. Tetapi kalau hukum bisnis, ini ada masalah macam-macam dan aturannya selalu berubah dan harus update terus. Maka hakim pengadilan niaga itu kita harus rajin meng-update Peraturan/Undang-Undang,” jelas Budi.

Ketika ditanya hukuman yang paling berat yang pernah dijatuhkannya, Budi menjawab bahwa ia belum pernah memvonis hukuman mati. Ia maksi-mal “hanya’ menjatuhkan hukuman seumur hidup, dalam kasus tipikor perkara BLBI. “Kalau perkara pidana umum itu, seingat saya, hukuman yang paling berat maksimal 18 tahun, ketika saya di PN Jakarta Pusat pada 2012. Waktu itu perkara BLBI tersebut sedang booming.”

Page 93: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

91

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

RESENSI

PROF. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah

atau Buya Hamka adalah ulama yang tak le-

kang dimakan zaman. Meski ia telah lama ti-

ada, tetapi dakwah-dakwahnya yang sejuk,

pikiran, dan jejak aktivitas keislamannya masih

mempunyai pengaruh besar bagi perkemba-

ngan Islam di Indonesia. Lihat saja karya sang

ulama ini: 120 buku tentang agama dan karya

sastra. Karya gemilangnya berjudul Tafsir Al-

Azhar, masterpiece yang ditulisnya dalam pen-

jara.

Dengan melihat kiprah dan karyanya, wajar

jika hingga kini pikiran dan ajaran Buya Ham-

ka masih menjadi referensi bagi umat Islam In-

donesia. Buku-buku yang digunakan Hamka

sebagai referensi pemikirannya adalah Ihyâ’

Ulûmuddîn, Arba’înfîushûluddîn, Bidâyah, al-

Hidâyah, Minhâj al-Abidîn, Tahdzîb al-Akhlâq,

Tafsir Muhammad Abduh, Raddu ‘alaDahri-

yîn, Adâb al-Dunyawa al-Dîn, Riyâdh al-Shâli-

hîn, kumpulan majalah Azhar, beberapa risalah

Ibnu Sina dan lain-lain. Semua buku-buku itu

dijadikan Hamka sebagai penguat argumenta-

si yang dibangunnya, dengan terkadang me-

nambahkan beberapa poin analisis pribadinya.

Otodidak

Hamka muda sesungguhnya pribadi yang so-

liter. Dia lebih menikmati belajar secara otodi-

dak dalam membaca teks. Lebih monologial.

Hal inilah yang membuatnya memilih keluar dari

beberapa sekolah. Bagi Hamka, metode belajar

hafalan tidak kompatibel dengan pikirannya. Ia

juga sering bersilang pendapat dengan ayah-

nya, Syaikh Abdul Karim Amrullah, yang biasa

dipanggil dengan sebutan Haji Rasul. Hamka

terbiasa mempertahankan argumen dan ber-

pikir mandiri. “Pekak nian telingamu, Bujang!”

itulah kalimat yang dilontarkan ayahnya ketika

Hamka memutuskan berhenti sekolah di Para-

bek, Sumatera Barat.

Hamka lahir di Kampung Molek, Maninjau,

”Jika kamu ingin hidup abadi dan dikenang sejarah, menulislah.”Itulah nasihat Haji Rasul, sang ayah, pada Hamka. Inilah yangmenjadi pelecut Hamka menulis lebih dari 100 buku.

Judul Buku : Hamka, Sebuah Novel Biografi

Penulis : Haidar Musyafa

Penerbit : Imania

Terbit : Oktober 2016

(Cetakan Pertama)

Tebal : 460 halama

‘preman pasar’ Jadi Ulama Besar

Page 94: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

92

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Sumatera Barat, pada 15 Muharam 1326 Hi-

jriah atau 17 Februari 1908. Dalam sejarah

nasional, daerah Maninjau merupakan tem-

pat lahir tokoh-tokoh politik, ekonomi, pen-

didikan dan pergerakan Islam seperti Mo-

hammad Natsir, A.R Sutan Mansyur, dan

Rasuna Said. Maninjau, terlebih Sumatera

Barat pada umumnya, dahulu memang lokus

yang banyak melahirkan ulama, sastrawan,

wartawan, dan para pemimpin nasional.

Dalam buku yang dikemas dalam novel

biografi ini, Haidar Musyafa menceritakan,

Hamka, ketika kanak-kanak dan remaja, le-

bih suka mengunjungi bibliotek (penyewaan

buku) yang didirikan oleh gurunya di Diniyah

School di Padang Panjang, Syaikh Zainuddin

Labay el-Yunusy. Inilah bibliotek satu-satu-

nya di Padangpanjang.

Hamka memang dikenal malas berseko-

lah formal dengan alasan terlalu mengekang.

Beberapa kali ia keluar dari sekolah, terma-

suk di Sumatera Thawalib, sekolah agama

yang diasuh ayahnya sendiri, Haji Rasul. Ia

selalu bertolak belakang dengan kehendak

ayahnya yang ia nilai otoriter. Sifat ini sangat

berbeda dengan ibunya, Shafiyah. Dari sang

ibulah Hamka mendapat kasih sayang.

Ketika sekolah di Parabek, Hamka rema-

ja kerap datang ke bioskop untuk menon-

ton film. Ia kerap pergi ke pasar untuk me-

lihat orang-orang pasar berjudi dan me-

nyabung ayam. Ia pun kerap mbolos sekolah

dan mulai berjudi dengan menyabung ayam.

Tentu saja karena tak tahu bagaimana cara

menyabung, ia kerap kalah. Uang kiriman

sekolah pun lekas habis. Ia pernah menjadi

joki pacuan kuda, belajar silek (silat), dan

menantang preman pasar berkelahi. Mula-

mula dengan tangan kosong, tapi kemudian

dengan pisau. Mula-mula Hamka menang,

namun kemudian babak belur dengan luka

cukup parah.

Akan tetapi, pada akhirnya anak pem-

bangkang dan berandalan ini pergi ke Mekah

dan berguru kepada ulama Sayyid Zaini dan

Syaikh Muhammad Hasbullah. Bahkan, ikut

belajar bersama mereka yang lebih muda

seperti Syaikh Ahmad Khatib dan Syaikh Ta-

her Jalaludin.

Secara basis pikiran, Hamka sendiri ba-

nyak mengikuti cara berpikir ayahnya dalam

memahami pokok-pokok agama Islam,

meskipun berbeda dalam sisi pendekatan.

Ayah Hamka sendiri memiliki pemahaman

yang berbeda dengan pendahulunya. Meski-

pun sama-sama belajar di Mekah, Haji Rasul

terkenal sangat menolak praktik-praktik iba-

dah yang pernah dilakukan dan didakwah-

kan ayah dan kakeknya. Ia terkenal sebagai

tokoh pembaru (al-tajdîd).

tokoh Multipredikat

Hamka kemudian mulai banyak berkip-

rah dan mengabdikan diri kepada umat me-

lalui gerakan Muhammadiyah maupun pada

lembaga lainnya. Ia mendapat banyak pre-

dikat: ulama, sastrawan, wartawan, organi-

satoris, dan aktivis politik. Di bidang poli-

tik, Hamka memulai aktivitasnya pada 1925

dengan masuk Partai Serikat Islam. Hingga

pada tahun 1945 ia membantu perjuangan

melawan pihak kolonial melalui pidato-pida-

to dan menyertai kegiatan gerilya di hutan

belantara Medan. Ia dilantik menjadi ketua

Front Pertahanan Nasional Indonesia (1947,

lalu menjadi anggota Konstituante mewakili

daerah pemilihan Jawa Tengah untuk Par-

tai Masyumi (1955), tetapi Konstituante ke-

mudian dibubarkan (1959) dan Masyumi pun

dibubarkan Soekarno (1960).

Sebenarnya, sejak sebelum kemerdekaan,

terutama ketika Bung Karno dibuang ke

Bengkulu, hubungan kedua tokoh ini sangat

dekat. Hamka sangat mengagumi pengeta-

huan Islam yang dimiliki Bung Karno saat itu.

Akan tetapi, rezim Soekarno jualah kemudi-

Page 95: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

BUKU 93

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

RESENSI

an yang memenjarakan Hamka atas tuduhan

(fitnah) makar anti Soekarno (GAS: Gerakan

Anti Soekarno). Hamka dipenjara di rumah

sakit pemberian Rusia di daerah Rawa Ma-

ngun, tepatnya RS Persahabatan. Selain

Hamka ditangkap pula tokoh-tokoh Masyumi

seperti Mr. Kasman Singodemedjo, Ghazali

Sahlan, Dalari Umar, dan Yusuf Wibisono.

Hamka baru dibebaskan pada 23 Mei

1966. Sebelumnya telah ditangkap pula

rekan-rekannya seperti Mohammad Natsir,

Syafruddin Prawiranegara, Syahrir, Moham-

mad Roem, Prawoto, Yunan Nasution, dan

Isa Anshori pada tahun 1962 karena dituduh

sebagai pemberontak PRRI. Namun, ketika

Bung Karno wafat pada 21 Juni 970, Buya

Hamka-lah yang mendapat wasiat mensalati

jenazah presiden pertama Republik Indone-

sia itu.

Setelah bebas, Hamka kemudian me-

musatkan kegiatannya dalam dakwah me-

lalui taklim dan tabligh dan menjadi imam

Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran, Jakarta

Selatan. Ia terpilih sebagai ketua MUI (Majelis

Ulama Indonesia) pada tahun 1975 oleh

pemerintahan Orde Baru, dan terpilih kem-

bali pada periode kedua 1980. Mengenai

keterlibatannya di MUI, ada satu ungkapan

Hamka yang sangat terkenal, “Kalau saya

diminta menjadi ketua Majelis Ulama, saya

terima. Akan tetapi ketahuilah, saya sebagai

ulama tidak dapat dibeli.”

Hamka tak hanya dekat dengan Bung Kar-

no, tetapi juga dengan berbagai tokoh lain,

salah satunya Haji Abdul Karim Oei, seorang

Tionghoa yang juga banyak memajukan Mu-

hammadiyah di Bengkulu.

Hamka, yang pernah bekerja di Medan

sebagai Pemimpin Redaksi majalah Pedo-

man Masyarakat, aktif memajukan Muham-

madiyah. Sebagai tokoh Muhammadiyah, ia

berupaya menjaga toleransi dan spirit Islam

moderat. Ia pun membangun persahabatan

dengan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU)

seperti Ketua PBNU Idham Khalid. Menu-

rut Ahmad Syafii Maarif dalam Kata Pengan-

tar buku ini, ketika Hamka dan Idham Khalid

bertugas bersama keluar kota untuk berdak-

wah, Hamka melafalkan doa qunut ketika ia

menjadi imam salat Subuh. Sebaliknya, keti-

ka Idham menjadi imam salat, ia meniadakan

doa qunut. Itu semua dilakukan kedua tokoh

itu untuk saling menghormati.

Perenungan Pemikiran

Salah satu tema besar pemikiran Hamka

adalah tentang tasawuf. Ia mendefinisikan

tasawuf sebagai ‘ilmu’. Menurutnya, tasawuf

adalah Shifâ’ul Qalbi, artinya membersihkan

hati, membersihkan budi pekerti

dari perangai-perangai yang

tercela, lalu memperhias diri

dengan perangai yang terpu-

ji. Dalam buku Tasawuf Mod-

ern, ia menulis tasawuf adalah

membersihkan jiwa, mendi-

dik dan mempertinggi derajat

budi, menekan segala kelo-

baan dan kerakusan, me-

merangi sahwat yang ter-

lebih dari keperluan untuk

keperluan diri”. Sedang-

kan dalam buku Tasawuf

dari Abad ke Abad, Hamka

mendefinisikan tasawuf se-

bagai “membersihkan jiwa

dari pengaruh benda dan

alam, supaya mudah menuju

Tuhan.”

Hamka ketika menafsir-

kan QS.Asy-Syams: 9-10

dalam Tafsir al Azhar: 9-10

dengan mengatakan,

“Sungguh berun-

Page 96: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

94

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

RESENSI

tung orang yang mensucikan (jiwa itu). Dan

sungguh rugi orang yang mengotorinya.” Ja-

lan tasawufnya, kata Hamka, dibangun lewat

sikap zuhûd. Konsep zuhud, menurut Ham-

ka, adalah “tidak ingin” dan “tidak demam”

kepada dunia, kemegahan, harta benda, dan

pangkat. Dengan demikian, maka seorang

zahid adalah orang yang hatinya tidak terikat

oleh materi. Itulah paradigma zuhud.

Zuhud juga dapat melahirkan sikap mena-

han diri, memanfaatkan harta untuk kepen-

tingan produktif. Zuhud mendorong untuk

mengubah harta, bukan saja sebagai aset ila-

hiyah yang mempunyai nilai ekonomis, teta-

pi juga sebagai aset sosial dan mempunyai

tanggung jawab pengawasan aktif terha-

dap pemanfaatan harta dalam masyarakat.

”Jalan tasawuf ialah perenungan diri sendiri.

Membersihkan diri dan melatihnya dengan

berbagai macam latihan (riyâdhah al-nafs),

sehingga kian lama kian terbukalah selubung

diri dan timbullah cahaya yang gemilang.”

Jika diterjemahkan kata gemilang itu berarti

Al-Azhar.

genre novel

Dengan memakai pendekatan penulisan

biografi menggunakan genre novel, Haidar

Musyafa agaknya ingin kisah tokoh besar

seperti Hamka bisa mudah dipahami oleh

publik yang lebih luas. Seorang pemberontak

ketika kanak-kanak, bahkan pernah memilih

hidup di jalanan, kemudian tumbuh menjadi

ulama, pendidik, wartawan, sastrawan, dan

cendekiawan muslim yang mumpuni. Ma-

jalah Islam yang didirikan Hamka, Panji Ma-

syarakat, di masa jayanya pernah menjadi

bacaan berkelas. Perguruan Al-Azhar yang

ia dirikan hingga kini telah berkembang pesat

di banyak wilayah. Karya sastra yang ia tu-

lis, Di Bawah Lindungan Kabah dan Teng-

gelamnya Kapal Vanderwijk, telah difilmkan

dan masih terus jadi pembicaraan. Tafsir Al-

Azhar dan Tasawuf Modern menjadi buku Is-

lam yang menggema di beberapa negara.

Meski semasa kanak-kanak hingga rema-

ja Hamka kerap membangkang pada sang

ayah, dorongan menulis sesungguhya juga

berasal dari sang ayah. ”Jika kamu ingin hi-

dup abadi dan dikenang sejarah, menulis-

lah,” begitu nasihat Haji Rasul. Dan itu dilaku-

kan betul oleh Hamka.

Sayang jika generasi hari ini yang kian

akrab dengan dunia digital melewatkan buku

ini. Apa pun eranya, karya dan kisah hidup

Buya Hamka masih layak menjadi inspira-

si. Dakwah-dakwahnya sejuk, kata-katanya

santun, pilihan katanya berisi, tak provokatif

tapi persuasif.

Hamka wafat di Jakarta 24 Juli 1981. Se-

lama hidupnya, ratusan buku ia tulis, kon-

tras dengan kehidupan hari ini, ketika banyak

yang mengklaim sebagai ulama, tapi tak me-

ninggalkan buku sebagai tanda berkarya. (gibran Tabamas Sudradjat)

Kalau saya diminta men-

jadi ketua majelis ulama,

saya terima. akan tetapi

ketahuilah, saya seba-

gai ulama tidak dapat di-

beli.”

Page 97: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

PUISI 95

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

Oleh : Rr.endang Dewi Nugraheni, S.H., M.H.Hakim Pengadilan Negeri BloraBlora, Senin, 27 Maret 2017, Pukul 16.00 WIB

Dengan menyebut namaMu, Tuhan Kutelusuri jalan penuhi panggilanMuDi antara pohon jati yang menawanDi antara desir daun jati maha karyaMu

Duhai Sang Pencipta alam.... engkau ciptakan merdu desir daun jati Memikat hati sang pencari kehidupan Berjalan, berlari, mengejar desir daun jati

Insan tua memanggul kapak Penuhi panggilan desir daun jati Daun jati pun merdu berdesir Di antara tumbangnya pohon jati

Tak lama terdengar suara....Berhenti!!! Insan tua pun meletakkan kapaknya Kaki rapuhnya gemetar takut berlari Di balik teralis besi matanya penuh sesal

Dosa bukan takdir desir daun jatiDosa suratan tangan manusia Sesali dosa..... adalah nasihat IllahiUntuk berlaku adil pada maha karyaNya

Page 98: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

4

3

96

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Tim perpustakaan MA melakukan penataan pengelolaan perpustakaan PN Tangerang. Tampak pada foto: 1. M. Ridho Taufik, Kepala Perpustakaan MA (kedua dari kanan), diterima oleh KPN Tangerang (ketiga dari kanan). 2. Al Iqbal Lubis (kanan), Siti Salbiah (tengah), dan Dwi Listiani (kanan) memeriksa koleksi buku perpustakaan PN Tangerang. 3. Kerli Purba (kiri), Zamzani Kartiza (kanan) bersama Novi (duduk), pengelola perpustakaan PN Tangerang.

n Hidayat (kanan) dan Herki Artani (tengah) dari Perpustakaan MA melakukan studi banding ke Perpustakaan ITB.

n Kepala Perpustakaan MA, M. Ridho Taufik

PUSTAKA

PeNATAAN PeNgelolAAN PeRPUSTAKAAN

1

2

4

Page 99: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

GALERI 97

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Panitia Pameran Kampung Hukum 2017 di bawah pimpinan Kepala Biro Hukum dan Humas MA, Dr. Ridwan Mansyur (tengah, kemeja putih)

n Delegasi ALA Indonesia mengahdiri pertemuan GoverningCouncil ke-39 di Brunei Darussalam pada 25 Maret 2017. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Ketua MA, M. Hatta Ali, selaku ketua ASeAN LAW.

Page 100: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

n Acara pemeriksaan kesehatan gratis rutin dilakukan di MA. Tampak Hakim Agung Burhan Dahlan (berdasi) menunggu giliran diperiksa.

98

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

GALERI

n Pelantikan eselon IV di lingkungan Badan Urusan Administrasi MA

n Pelantikan Deputi Gubernur Bank Indonesia (6 Januari 2017)

Page 101: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

n Promosi doktor Herri Swantoro (Dirjen Badilum) di Universitas Padjadjaran, Maret 2017.

99

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

GALERI

n Sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH) untuk seorang hakim tinggi dari PT Pekanbaru, 4 Januari 2017.

n Pembukaan seleksi uji kepatutan dan kelayakan calon pimpinan pengadilan negeri kelas IA tahun 2017

Page 102: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

n Ismail, pegawai PN Raba Bima, jatuh terpeleset ketika banjirmelanda Bima beberapa waktu lalu. Ia dilarikan ke RSUD Bimaoleh rekan-rekannya.

100

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Tutfi, tenaga honorer PN Raba Bima, ikut menjadi korban bencana banjir Bima.

n PN Kelas II Rengat menerima sertifikat APM dari Ditjen Badilum. PN Rengat memperoleh nilai 700 (excellent).

Page 103: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

n Hakim Agung Artidjo Alkotsar menyeleksi calon hakim tipikordi Pusdikat MA, Megamendung, Bogor.

n MA kerap mengikuti pameran yang diadakan diadakan lembaga lain. Tampak antusiasme pengunjung stand MA di pameran DPR-MPR.

101

Nomor XIII/2017 – MAHKAMAH AGUNG

n Panitia siap menyambut tamu pada acara peresmian Tower MA

GALERI

Page 104: Nomor XIII/2017 MAHKAMAH AGUNG · 2017. 9. 7. · perkara putus sebanyak 16.034 perkara. Dari jumlah perkara yang telah diputus pada 2016, sebanyak 13.100 perkara (80,75%) diputus

n Lotus, Oil on Canvas 90 x 90 cm, Dr. Ridwan Mansyur