15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ,25 -0 Ags 0 Sep .Okt Me--'--------...

Post on 27-Mar-2019

220 views 0 download

Transcript of 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ,25 -0 Ags 0 Sep .Okt Me--'--------...

141 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1317 18 19 20 21 22 23 24 ,25 @ 27 28-O,------Ja-n-O=-P--e-b-----=O=-M-a--r---:;:O::-A-p-r-O::::::-M-e-j-0=-J-u-n--;:0~J~7 -0 Ags 0 Sep .Okt

-.....;;~--=--"..-,;;~"""""..;;;..":-=----=~,----=---------:=---------;:,.,~~~,..,,,..,"""""'=-===--z;;;~

15 1629 30 31ONov ODes

Me--'---"- ---- uruGelarpodium

Asep SalahudinWakil Rektor IAILM TasikmalayaJ

Kandidat Doktor UNPAD

Kalima haji ka Mekahtepi ka betah, ti haji tepi ka ajigeus aji tepi ka uji tepi ka wijigeus tepi jadi pangaji (HajiHasan Mustapa)

HAJI adalah ritual multidi-mensi. Dalam konteksnegara kita, haji bukanhanya berarti ritus namunjuga memiliki muatan sosio-kultural bahkan jugaekonomi. Tidak berlebihanseandainya animo haji begitudahsyat, kuotanya terusmeningkat bahkan harusmasuk dalam daftar tungguhingga tiga tahun. Orangrela menabung bertahun-tahun, meminjam ke bank,dan atau menjual sawah danladang agar bisa berhaji.Kalau perlu tidak hanyacukup satu kali. Negarapun(Kementeriaan Agama)begitu bersemangat kalausudah ngomong urusanmengurus haji.Gelar haji seakan menjadi

sebuah garansi indikatorkesalehan seseorang.Keberimanan dianggapbelum sempurna seandainyabelum menunaikan rukunIslam yang kelima. Seorangustadz apalagi kiai dianggaptidak afdol apabali belumhaji. Tidak auratik. [auh darikharismatik. Inilah yangdahulu mendorong DrSayyi~ Razak Thawilj!997),

guru besar Al-Azhar ~air-o--menolak pemakaian gelar"haji". Penolakan yang jugadisosialisasikannya kepadamasyarakat lain. Alasannyasangat sederhana: zamanRasulullah SAW,sahabatbahkan tabi'in gelar haji itutidak pemah dipakai. Ulama,para mujtahid dan pemikirIslam abad pertengahantidak ada yang mencantum-kan atribut haji di depannamanya.Realitas terobsesi oleh

gelar (termasuk gelar haji)seperti itu tentu tidak berdirisendiri. la berkelindandengan mindsetmasyarakatkita yang gandrung terha-dap segela sesuatu yangbersifat formalistik (ingatterbongkarnya gelarakademik bodong). Masya-rakat agraris dengan sistemfeodalistiknya yang telahberakar biasanya lebihmengedepankan omamen

ketimbang substansi. Lebihmenomorsatukan aspek .kemeriahan kenduri lahiriahdaripada kedalarnan-batiniah.Kalau dahulu Rene

Descartes mendeklarasikanbahwa keberadaan manusiaitu mengacu kepada nalar(aku berpikir, aku ada) makasaat ini deklarasi itu berbu-n . bahwa aku ada karena

Kliping Humas Unpad 2011

gelar. . ang seakan tidakpercaya diri kalau gelamyatidak dicantumkan (danmemang harus tidak percayadiri karena kebanyakangelar itu sama sekali tidakmemiliki korelasi denganekspektasi nalar bahkantidak sedikit orang meraihgelar guru besar sementarakarya yang dilahirkannyanyaris sulit untuk dilacak).Memburu gelar nampak-

nya menjadi ritual utamamanusia saat ini. Menjamur-nya perguruan tinggidengan menawarkan masakuliah yang singkat menjadipemandangan keseharian.Bahkan tidak sedikit yangmenawarkan hanya wisudatanpa harus didahului olehproses panjang perkuliahan.Sehingga ada plesetan STIAmenjadi "Sakola Tara IjazahAya".Dan akhirnya, memburu

gelarpun menjadi sebuahupacara. Dalam telaahbudaya Taufik Rahzen, kalauorang Barat menghasilkanteknologi, orang TimurTengah dengan tradisikenabiannya membuahkankepekaan rasa, kita bangsaIndonesia berakhir dengansakralitas upacara-upacara.Belum berangkat haji sajasudah disibukan denganupacara walimatus sajar yang,boleh jadi biayanya lebihbesar daripada haji itusendiri.Walaupun, misalnya, kita

tahu bahwa haji yang kedudan seterusnya hukurnnyasunat bahkan mungkinmubah ketika ada sektor Iaiyang lebih penting. Kenyataannya kita lebih berminatketimbang ongkos hajinyaitu disalurkan kepada sektoryang hukurnnya wajib ituseperti untuk beasiswa,merenovasi sekolah yangruntuh, dan seterusnya:Berdasarkan data Badan

Pusat Statistik (BPS),kemis-kinan di Indonesia mencapai17,9 persen. Menurut BankDunia, kemiskinan mencapaihampir separuh rakyatIndonesia, 49 persen. Realitasmengenaskan yang seharus-nya menjadi alasan kuat bagikita untuk mengurungkanniat haji (yang keduakalinya). Dalam kaidahepistemologi hukum Islamdisebutkan, al-muia' addyafdhaI min al-qashir. Ibadahyang manfaatnya dirasakanorang lain itu lebih utamadaripada ibadah yangmanfaatnya hanya dirasakansendiri.

Selalu mengendap dalamlayar bawah sadar masyara-kat ihwal pahala yang begitubesar tentang haji mabrur.Padahal tempo hari Nabitelah memberikan ketela-danan tentang kemabruranyang diletakkan tidak ditanah suci tapi dalam sikapempatik dan toleransikepada sesama. Sayangriwayat Nabi seperti ini dikita tidak begitu populer.

Coba kita sirnak seleng-kapnya hikayat itu: Padazaman Rasulullah adapedagang kulit domba inginnaik haji. la menabungselama 20 tahun. Dalamperjalanan ke Mekkah, iamenyaksikan sepanjangjalan orang-orang miskinyang membuatnya iba. labatalkan berangkat hajinya.Kemudian uang hasiltabungannya itu seluruhnyadiberikan kepada kaummiskin itu.

Setelah uangnya habis iabingung. Nawaetu semulajadi urung sebab uang sudahtidak terisisa sedikit pun.Disampaikannya situasiseperti ini kepada Nabi,Jawab Rasul, "Anda telah

mabrur!"Dalam sejarah kenabian

temyata Rasulullah hanyasekali saja melakukan ibadahhaji, yaitu haji Wada' (hajiperpisahan). Padahal, beliaumemiliki kesempatan untukberhaji lebih dari satu kali.Setidaknya pasca FatuhMekkah pada tahun ke-8 H.Namun, faktanya beliaulebih tertarik untuk membi-na masyarakat di Madinah,melakukan pemberdayaaandan mempersiapkanmasyarakat Madinah yangmemiliki SDM yang kokoh.

Bukan TujuanPemaparan di atas membe-

rikan gambaran bagi kita,temyata haji bukanlah tujuantapi sarana. Media untukmembangun kesadaran.Setelah kita melakukannapak tilas terhadap perjalan-an ruhani yang diretas NabiIbrahirn dan MuhammadSAWkita dapat mewarisibukan hanya akhlak ritualkedua Nabi itu namun jugaakhlak sosialnya. Bahkanbukan hanya akhlak sosialnamun juga akhlak terhadaplingkungansebagairnanadisirnbolkan dengan kun-jungan kepada tanah haram:di tanah ini kita ditekankanuntuk tidak menyakitibinatang, merusak pepohon-an bahkan memetik setang-kai rumput sekalipun.Sejatinya, tanah haramadalah metafora dari upayauntuk mendesakkan kesadar-an kepada paol jamaah hajiihwal ke.llaiUSaJ.i memperla-kukan alam dengan santun

dan penuh cinta.Haji adalah pemadatan

makna tentang toleransi dankebaikan seperti disirnboli-sasikan oleh situs-situsruhaniah yang dibuat keduaNabi agung itu. Aktualisasidari sirnbol-sirnbol itu dalamwujud sikap dan tindakansehari-hari merupakanisyarat dari kemabruran hajiseseorang (Shihab, 1992).

Al-Huiwiri dalam kitabKasyful Mahjub pemahmemberikan kritik terhadapmasyarakat yang terjebakdalam ritualitas dan lupaakan realitas, "Aku heranpada orang-orang yangmencari Kabah-Nya didunia. Mengapa merekatidak berupaya melakukanmusyahadah tentang-Nya didalam hati mereka? Tempatsuci kadangkala merekadapati dan adakalanyamereka tinggalkan, tapimusyahadah bisa merekanikmati setiap saat. [ikamereka harus mengunjungibatu (Kabah) yang dilihathanya setahun sekalisesungguhnya mereka lebihharus mengunjungi Kabahhati di mana Dia bisa dilihattiga ratus enam puluh kalisehari semalam. Tetapi setiaplangkah mistikus adalahsirnbol perjalanan menujuMakkah, dan bilamana iamencapai tanah suci iamenerirna jubah kehormat-an bagi setiap langkah."

Haji Hu "Mengada"Haji tentu adalah ibadah

yang sarat sirnbol. Sirnbolagar kita ketika pulangmenerjemahkan seluruhpesan haji itu dalam sejarahkita sehari-hari. Terlibat di

nyata dan --istilah"degger-- "Meng-ada di

punia" seperti dialog" atif Hallaj kepada

Rud dalam Javida-nya Iqbal: Makalah doa sang mukmin

ada Tuhan, "Kamibersamamu, hendaklahJmgkau bersama karni"Ilcetetapannya adalahmenciptakan ketentuanTuhanl dan pada haripertempuran, panahnyaadalah panah Tuhan. Sebabbagairnana pun juga lanjutIqbal: Kemajuan Negaradicapai melalui nyali indivi-dui tiap orang dirnatangkanoleh usahanya sendiri:1samudera mendekap hartakarunnya/tatkala sangpenyelam mencari kulitmutiara/berpeganglah padabatas pantai.

Semoga kawan dansaudara kita yang sekarangterpanggil berziarah ketanah suci, dapat meraihkemabruran. ***