Post on 28-Oct-2015
description
DIAGNOSA & PENYAKIT PULPA
drg. Andina Rizkia
andinakusuma@gmail.com
Diagnosa dapat dibagi menjadi 2 yaitu;
Diagnosis medis: penentuan jenis penyakit berdasarkan
tanda dan gejala, menggunakan cara dan alat seperti
laboratorium, foto dan klinik
Diagnosis pembanding (Differential Diagnose/DD):
diagnosis yang dilakukan dengan membandingkan
tanda – tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis
penyakit lain.
Pemeriksaan menegakkan diagnosis
I. Pemeriksaan subjektif
II. Pemeriksaan objektif
III. Pemeriksaan radiograf
I. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Adalah pandangan operator ( dokter gigi ) terhadap
gejala klinis yang dialami oleh pasien dan dicatat
dalam rekam medis.
Pemeriksaan subjektif meliputi :
Pengisian kartu status
Anamnesa
Anamnesa
Adalah tanya jawab mengenai kesehatan umum pasien, ada / tidaknya
penyakit sitemik dan keluhan mengenai gejala sakit yang dirasakan.
Stimulus rasa sakit
- dingin, panas, pengunyahan.
Frekuensi rasa sakit
- Berkali-kali/jam/hari/terus-menerus.
Durasi (jangka waktu) rasa sakit
- menit/jam
Keparahan rasa sakit
- apakah pasien minum analgesik ?
- apakah analgesik berguna ?
- Jenis analgesik apa yang menghilangkan
rasa sakit ?
Spontanitas rasa sakit
- sangat penting untuk menentukan
diagnosis yang akurat.
Rasa sakit spontan menunjukkan kemungkinan besar kondisi
ireversibel. Tidak harus pulpitis ireversibel, tetapi kondisi ireversibel
yang memerlukan layanan endodontik atau perawatan gigi lain.
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan :
Apakah pernah sakit gigi ?
Kapan rasa sakit ini terjadi dan apa penyebabnya ?
Berapa lama rasa sakit itu terjadi ?
II. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
adalah pemeriksaan gejala klinis dengan melakukan tes
klinis.
Tes klinis dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
1. Tes diagnosis
a) Visual
b) Sondasi
c) Perkusi
d) Palpasi
e) Tes mobilitas
f) Tes vitalitas
2. Tes untuk keadaan sulit
a) Transiluminasi
b) Tes anastesi
c) Tes gigit (bite test)
d) Pewarnaan (staining)
e) Gutta perca point tracing dengan radiograf
Visual
Pemeriksaan paling sederhana hanya melihat
saja dibutuhkan penerangan yang baik dan
gigi harus dibersihkan,
Hal – Hal yang Diamati
Kelainan ekstra oral :
Asimetri muka
Pembengkakan
Kelainan intra oral:
Warna gigi yang abnormal
Lesi jaringan lunak
Gigi fraktur
Sondasi
Tujuan
pemeriksaan ini untuk mengetahui kavitas sudah
mencapai dentin atau belum.
Cara
menggeser sonde half moon pada gigi tanpa
tekanan pada daerah kavitas.
Perkusi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan ketukan
ringan pada gigi menggunakan ujung jari atau ujung
tangkai instrument.
Tujuan
menentukan ada/tidaknya kelainan pada jaringan
periodontal.
Cara pemeriksaan
dimulai pada gigi tetangga yang sehat gigi
yang sakit.
dimulai dgn ujung jari ujung tangkai kasus
akut
arah vertical pada daerah insisal / oklusal gigi
arah horizontal pada daerah bukal / lingual gigi
Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan perabaan / tekanan ringan
menentukan konsistensi jaringan guna mengetahui :
Ada/tidaknya pembengkakan
Ada/tidaknya rasa sakit pada daerah yang dipalpasi
Kelainan terdapat pada jaringan lunak / keras
Kasar / licinnya permukaan jaringan
Tujuan
Mengetahui kerusakan yang terjadi pada periosteum.
Cara pemeriksaan:
Palpasi dilakukan dengan menggunakan ujung jari
Tekanan ringan pada gusi/mukosa sekitar apeks gigi
Perhatikan adanya pembengkakan/rasa sakit
Perhatikan apakah ada fluktuasi pada pembengkakan
Perhatikan apakah gigi goyang saat dipalpasi
Jangan lakukan palpasi apabila diduga abses akut
Test mobilitas
Tujuan
mengetahui derajat kegoyangan gigi sehingga
dapat dideteksi ada/tidaknya kerusakan tulang
alveolar
Derajat goyang gigi menurut Grossman
1. Derajat I
Penderita merasakan goyangnya gigi sedangkan operator belum
melihat goyangnya gigi tersebut
2. Derajat II
Goyangnya gigi terlihat dan terasa, gigi goyang ±1 mm dari soket
nya
3. Derajat III
Goyangnya gigi lebih dari 1 mm dan gigi dapat digerakkan dalam
arah vertikal
Tes vitalitas
Tujuan mengetahui vitalitas gigi,
3 Test yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Thermal dingin
Menggunakan udara dingin, es, kapas + chloretyl.
hasil + : pulpa masih vital
hasil - : berarti pulpa terisolasi atau non vital.
2. Thermal panas
Menggunakan gutta perca panas atau instrument panas.
3. Electronic pulp tester (EPT)
Indikasi:
semua gigi yang dapat diisolasi / dikeringkan
Kontra indikasi:
Gigi yang sulit diisolasi/keringkan
Gigi dengan mahokta selubung atau restorasi besar
Trauma baru
Gigi yang teranestesi
Rasa sakit yang kontinyu
Pasien yang gugup/nervous
Ketepatan pemeriksaan ini tergantung pada :
Status psikologi penderita
Ketepatan alat itu sendiri
Ambang rangsang individual
Kondisi umum penderita
Cara penggunaan EPT :
Baca petunjuk pabrik
Isolasi dan ulasi bagian bukal gigi yang akan diperiksa dengan
gel
Pengatur arus diset pada angka 0
Ujung EPT dilekatkan pada servikal gigi
Jangan sentuhkan EPT pada gingival atau restorasi metal
Naikkan pengatur arus bertahap sampai timbul respon
Catat pada skala berapa timbul respon, lakukan 2x
Transiluminasi
Pemeriksaan menggunakan sinar fiberoptic sebagai
sumber cahaya.
Tujuan
mengetahui ada atau tidaknya garis fraktur.
Cara pemeriksaan :
Cahaya menembus struktur jaringan, bila:
Jaringan sehat jernih kemerahan
Jaringan patologik keruh / gelap
Fraktur cahaya tidak melewati garis fraktur
Test anastesi
Tujuan
mendapatkan kepastian terakhir bila sumber
sakit tidak ditemukan dengan cara lain.
Cara pemeriksaan
anastesi infiltrasi gigi geligi rahang atas mulai gigi
yang lebih anterior
anestesi blok gigi geligi rahang bawah
Apabila gigi yang dicurigai sebagai sumber sakit
berhenti rasa sakitnya setelah dianestesi dipastikan
gigi geligi tersebut merupakan sumber rasa sakit
Test gigitan (bite test)
Tujuan
menemukan gigi yang mengalami retak dengan memisahkan
segmen gigi yang retak.
Cara pemeriksaan :
Penderita diinstruksikan menggigit forceps yang dililit kapas
atau applicator stik
Segmen gigi yang fraktur akan terpisah bergerak sehingga
timbul rasa sakit.
Tes pewarnaan (staining tes)
Tujuan
mengisolasi gigi yang fraktur.
Cara pemeriksaan ada 3 cara bebas tumpatan
a) Gigi diulasi larutan 2% iodine atau methylene blue
dalam preparasi kavitas iodine akan mewarnai garis
fraktur jadi lebih gelap
b) Campuran, zinc okside dan eugenol dalam kavitas
Campuran akan meresap dan memperlihatkan garis
fraktur
c) Pemberian disclosing tablet dan dikunyah garis
fraktur akan terlihat.
Gutta perca point tracing dengan radiograf
Tujuan
Melokalisasi lesi endodontic pada gigi spesifik
bantuan u/ mendiagnosis banding antara lesi
periodontal dan endodontic.
Cara pemeriksaan :
Tempatkan gutta point ke dalam fistula
Ambil foto rontgen kearah apeks gigi yang
dicurigai penyebab fistula.
III. PEMERIKSAAN RADIOGRAF
Pemeriksaan Ro, wajib kasus endodontic
Gambaran yang didapat pada rontgen :
Radiolusen objek terlihat gelap, yaitu; jaringan lunak
dan substansi lain yang dapat dilalui sinar X.
Radioopak objek terlihat jelas, yaitu; tumpatan metal,
jaringan keras dan substansi lain yang tidak dapat dilalui
sinar X
Fungsi radiograf
dalamnya karies gigi
besar kerusakan tulang pada jaringan periapikal dan
periodontal
gigi impaksi dan belum erupsi
adanya benda asing
konfigurasi saluran akar
resorpsi eksterna dan interna
fraktur
sinus
tumpatan
Kekurangan pemakaian alat rontgen:
hanya memberi gambaran dua dimensi
kesalahan proyeksi pemotretan
tidak dapat membedakan dengan jelas antara
granuloma dan kista radikular.
Drg.Arlina Nurhapsari.,SpKG
Faktor-faktor Penyebab Penyakit
Pulpa
1. Faktor fisik
a. Mekanik :
1) trauma
2) keausan patologik (pathologic wear)
3) fraktur
4) perubahan barometrik
5) alat ortodontik
6) vibrasi ultrasonik
7) preparasi kavitas
b. Termal
1) kecepatan preparasi (tekanan,kecepatan dan ukuran bur)
2) bahan dasar kavitas
3) pemolesan
4) serbuk resin
5) tester termal
c. Listrik :
1) tester listrik
2) kontak tumpatan logam yang berbeda
d. Radiasi
2. Kimiawi
a. Bahan restorasi : 1) semen silikat
2) semen seng fosfat
3) arsen
4) paraformaldehid
5) dll
b. Bahan sterilisasi : 1) phenol
2) thymol
3) silver nitrat
4) alkohol
c. Bahan disinfeksi : ZnCl2, NaF, dll.
3. Bakteri
a. Toksin bakteri pada karies
b. Invasi bakteri secara langsung
1) pulpa terbuka karena karies / mekanis
2) anakhoresis
3) melalui saluran lateral
4) pada kavitas yang dalam
c. Kebocoran tepi tumpatan
Penyakit Pulpa Klasifikasi menurut Grossman dkk.(1988) Pulpitis 1. Reversibel a. simtomatik b. asimtomatik 2. Ireversibel a. akut :1) sensitif thd rangsang dingin 2) sensitif thd rangsang panas b. khronis : 1) asimtomatik dengan pulpa terbuka 2) pulpitis hiperplastik 3) resorpsi interna
KLASIFIKASI KONDISI PULPA (Arens dkk ,2009):
1. Pulpa sehat
2. Pulpitis reversible
3. Pulpitis irreversible
Simptomatik
Asimtomatik
4. Nekrosis pulpa
Parsial (sebagian)
Total (seluruh)
1. PULPA SEHAT
Pulpa sehat pulpa yang masih vital dan bebas peradangan
Asimtomatik
Rangsangan termal dan elektrik akan memberikan reaksi ringan sebelumnya tidak ada riwayat sakit pada gigi tsb
Perkusi dan palpasi negatif
Gambaran radiograf normal
Sensitivitas terhadap dingin/panas kecil
Respon terhadap rangsang dingin bertahan 3-10 detik
2. PULPITIS REVERSIBEL
Definisi
kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh rangsangan dari iritan, tetapi
pulpa mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah rangsangan ditiadakan
Gejala :
Gigi asimtomatik
Rangsangan thermal sakit tajam dan singkat
Sakit hilang bila rangsang hilang
Respon terhadap suhu dingin lebih cepat daripada panas
Perkusi negatif
Gambaran radiografi normal
Terdapat kavitas pada mahkota cukup dalam
Restorasi baru (amalgam, komposit, mahkota) dalam beberapa hari
Penyebab :
Trauma : traumatic oklusi
Syok termal penggunaan bur yang terlalu lama berkontak dengan gigi. Panas berlebihan saat pemolesan
Dehidrasi kavitas dengan alcohol yang berlebihan
Stimuli ringan atau yang berjalan sebentar, misal karies awal, erosi servikal atau atrisi oklusal, prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam, fraktur dengan dentin terbuka
Perawatan :
Penyebab/iritan dihilangkan pemberian
dressing sedatif + restorasi ulang
Penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan
desensitasi.
3. PULPITIS IRREVERSIBEL
Definisi
kondisi peradangan pulpa yang persisten, sehingga pulpa tidak
dapat kembali ke normal.
Gejala klinis
Paroksisme (rasa sakit yang sangat), tajam, menusuk, spontan dan
terus-menerus
Sangat sensitif terhadap rangsang dingin, panas, manis, asam dan
tekanan makanan
Kongesti pembuluh darah (saat berbaring)
•Tingkat akhir PI, cairan/makanan panas merupakan keluhan
utama dan sumber primer rasa sakit
•Rasa sakit makin bertambah durasinya atau frekuensinya
setelah beberapa hari / minggu
•Rasa sakit kadang-kadang difus atau menyebar sampai TMJ
•Perkusi mungkin sensitif pada akhir PI
•Pasien minum obat analgesik karena tingkat rasa sakit sedang
sampai parah
•Radiograf mungkin menunjukkan sedikit penebalan LPD,
kadang-kadang erosi lamina dura
PULPITIS IRREVERSIBEL SIMTOMATIK
Gejala :
Rasa sakitnya bersifat spontan, berdenyut dan terus menerus dapat memancar sampai ke telinga atau mata
Rasa sakit yang hebat akibat rangsang termal, makanan manis atau asam, tekanan yang masuk dalam kavits (makanan), berbaring.
Rasa sakit minum panas > minum dingin
Pemeriksaan vitalitas Electric pulp test pulpa masih vital
Gambaran radiograf
terlihat penyebab sakit seperti karies yang dalam
atau restorasi yang berlebih.
Perawatan
Hilangkan rasa sakit, pulpotomi, pulpektomi
PULPITIS IREVERSIBEL ASIMTOMATIK
Ad. proses peradangan yang terjadi sebagai
mekanisme pertahanan jaringan pulpa terhadap
iritasi dengan proses proliferasi berperan disini.
Perubahan dari pulpitis akut menjadi kronis
≠ sakit pengurangan dan keseimbangan
tekanan intrapulpa.
Gambaran radiografi
karies besar, luas dan menembus jaringan pulpa
Macam pulpitis ireversibel asimtomatis:
1. Pulpitis kronik hiperplastik
2. Pulpitis kronis ulseratif
1. Pulpitis kronik hiperplastik
= polip pulpa
Ad. peradangan pulpa yang terbuka, ditandai dengan
terjadinya jaringan granulasi karena adanya iritasi
yang ringan dalam waktu lama jumlah & besar sel
bertambah
Gejala :
≠ gejala
Tampak benjolan jaringan ikat berwarna kemerahan,
menyembul dari kavitas yang besar. Benjolan mudah
berdarah, karena penuh pembuluh darah.
Ketika menelan tekanan dari gumpalan makanan
akan menyebabkan rasa sakit
2. Pulpitis kronis ulseratif
Keadaan ini umumnya terjadi pada pulpa muda
/tua yang sanggup menahan proses infeksi
Gejala :
Pembentukan ulkus permukaan pulpa yg terbuka
Rasa sakit tidak begitu hebat/kadang ≠rasa sakit
sama sekali kecuali ada makanan masuk ke dalam
kavitas.
Respon test termal dan elektrik menurun
4. NEKROSIS PULPA
Ad. kondisi dimana jaringan pulpa mati. Jaringan
pulpa non vital, bisa sebagian atau seluruhnya.
Penyebab :
Bakteri
Trauma
Iritasi kimiawi
Ada 2 tipe nekrosis :
1. Nekrosis koagulasi
Bagian jaringan pulpa yang dapat larut mengendap atau diubah menjadi bahan padat (massa seperti keju, terdiri dari protein yang mengental, lemak dan air)
2. Nekrosis likuefaksi
Likuefaksi / pengentalan dan pencairan, terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang lunak, cairan atau debris amorfus
Gejala nekrosis pulpa :
≠ keluhan
Gigi terkadang sudah berubah warna (diskolorisasi gigi)
adanya fistula merupakan drainase sehingga asimtomatik
Perkusi +/-
Radiograf :
tidak berubah
Penebalan LPD, LD terputus
Radiolusen periapikal
gigi nekrosis parsial dapat bereaksi terhadap perubahan suhu karena adanya serabut saraf vital yang melalui jaringan inflamasi di dekatnya.
Pembukaan kavitas sering diikuti bau gas gangren.
VID. PENY PULPA
Baum, Phillips, dan Lund, 1994, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Cohen, S., dan Burns, R.C., 2006, Pathways of the Pulp, 9th ed,
Elsevier Mosby, ST. Louis
Grossman L.I., Oliet, S., dan Del Rio C.E.1995. Endodontic
Practice.ed11. Lea Fabinger, Philadelphia
Banerjee.A.,Watson.T.F.2011.Pickard’s Manual of Operative
Dentistry.Ed 9.Oxford
Robenson, T. M., Heymann, H. O., Swift, E. J., 2006, Sturdevant’s Art
and Science of Operatif Dentistry.ed 5. Mosby Elsevier.
Walton, R. E., dan Torabinejad, M., 2009, Endodontic:Principle and
Practice. Ed 4.Saunders Elsevier.St louis
Fejerskov.O.,Kidd.E.2008., Dental Caries: The Disease and Its Clinical
Management Book. Ed 2. Blackwell Munksgaard
Bergenholtz.G.,Horsted-Bindslev.P.,Reit.C.2010. Textbook of
Endodontology. Ed 2. Blackwell Munksgaard
Arens.D.E.2009.Practical lessons in Endodontic
Treatment.Quintessence
Journal of Endodontic
Journal of Operative Dentistry