1 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Dari laporan perkembangan situasi Narkoba dunia tahun 2014, diketahui
angka estimasi pengguna Narkoba di tahun 2012 adalah antara 162 juta
hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5%-7%1. Perbandingan estimasi
prevalensi tahun 2012 (3,5%-7%)2 dengan estimasi tahun 2010 yang
kisarannya 3.5%-5.7% menunjukkan kecenderungan prevalensi
penyalahgunaan Narkoba relatif stabil. Jenis yang paling banyak digunakan
adalah ganja, opiod, cocain atau type amphetamine dan kelompok stimulant
(UNODC, 2014). Penggunaan polydrugs yang merupakan campuran
penggunaan dari dua zat atau lebih secara bersamaan baik menjadi perhatian
yang serius baik konsekuensi kesehatan masyarakat dan kaitannya dengan
program pengendalian peredaran Narkoba.
Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalah guna Narkoba setahun
terakhir sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari
populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka
prevalensi penyalah guna Narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013
(BNN, 2011).3 Fakta tersebut di dukung oleh adanya kecenderungan
peningkatan angka sitaan dan pengungkapan kasus Narkoba. Data
pengungkapan kasus di tahun 2006 sekitar 17.326 kasus, lalu meningkat
menjadi 26.461 kasus di tahun 2010. Demikian pula data sitaan Narkoba untuk
jenis utama yaitu ganja, shabu, ekstasi, dan heroin.4
1United Nation Office on Drugs and Crime. 2010. World Drug Report 2014 https://www.unodc.org/documents/wdr2014/World_Drug_Report_2014_web.pdf 2United Nation Office on Drugs and Crime. 2010. World Drug Report 2014 https://www.unodc.org/documents/wdr2014/World_Drug_Report_2014_web.pdf 3BNN (2011). Journal od Data on the prevention and eradication of drug abuse and illicit trafficking 2011 4BNN (2011). Jurnal Data 2011
Perpus
takaa
n (UNODC, 2014). Penggunaan polydrugs yang merupakan campuran
Perpus
takaa
n (UNODC, 2014). Penggunaan polydrugs yang merupakan campuran
penggunaan dari dua zat atau lebih secara bersamaan baik menjadi perhatian
Perpus
takaa
n penggunaan dari dua zat atau lebih secara bersamaan baik menjadi perhatian
yang serius baik konsekuensi kesehatan masyarakat dan kaitannya dengan
Perpus
takaa
n yang serius baik konsekuensi kesehatan masyarakat dan kaitannya dengan
program pengendalian peredaran Narkoba.
Perpus
takaa
n program pengendalian peredaran Narkoba.
Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalah guna Narkoba setahun
Perpus
takaa
n
Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalah guna Narkoba setahun
terakhir sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari
Perpus
takaa
n
terakhir sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari
populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka
Perpus
takaa
n
populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka
prevalensi penyalah guna Narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013
Perpus
takaa
n
prevalensi penyalah guna Narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013
(BNN, 2011).Perpus
takaa
n
(BNN, 2011).3Perpus
takaa
n
3 Fakta tersebut di dukung oleh adanya kecenderungan Perpus
takaa
n
Fakta tersebut di dukung oleh adanya kecenderungan
peningkatan angka sitaan dan pengungkapan kasus Narkoba. Data Perpus
takaa
n
peningkatan angka sitaan dan pengungkapan kasus Narkoba. Data
BNN dengan estimasi tahun 2010 yang
BNN dengan estimasi tahun 2010 yang
kisarannya 3.5%-5.7% menunjukkan kecenderungan prevalensi
BNNkisarannya 3.5%-5.7% menunjukkan kecenderungan prevalensi
penyalahgunaan Narkoba relatif stabil. Jenis yang paling banyak digunakan
BNNpenyalahgunaan Narkoba relatif stabil. Jenis yang paling banyak digunakan
adalah ganja, opiod, cocain atau type amphetamine dan kelompok stimulant BNNadalah ganja, opiod, cocain atau type amphetamine dan kelompok stimulant
(UNODC, 2014). Penggunaan polydrugs yang merupakan campuran BNN(UNODC, 2014). Penggunaan polydrugs yang merupakan campuran
2 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Di tengah berbagai upaya penegakan hukum, peluang keuntungan yang besar di semua tingkatan distribusi memicu kemarakan perdagangan Narkoba. Perdagangan ilegal Narkoba di dunia diperkirakan mencapai 400 milyar US dollar per tahun, atau 8% dari jumlah nilai keseluruhan perdagangan (UNODC, 1995). Gambaran keuntungan transaksi secara rinci adalah, jika harga heroin per kilo di Pakistan sekitar $1.605 dollar, di jalanan London menjadi $135.985 dollar (Dixon, 1998), atau $195.604 dollar di Jepang (Effendi, 2003), $114.000 dollar/kilo gram di Eropa Barat sekitar dan $110,000 dollar/kilo gram di USA (Godfrey,1995). Sementara di Indonesia heroin kualitas rendah diperkirakan bernilai sekitar $27,473 dollar/kilogram sedangkan kualitas terbaik mencapai $142,857 dollar/kilogram.
Akibat maraknya perdagangan ilegal Narkoba, terjadi peningkatan dampak (biaya kerugian) akibat Narkoba baik dampak sosial, kesehatan dan ekonomi. Penyalahgunaan Narkoba berdampak sosial sangat besar, mendorong tindak kejahatan dan meningkatan kerawanan sosial. Dari sisi penyalah guna, kebutuhan ekonomi untuk membiayai pemakaian Narkoba yang berharga mahal mendorong mereka melakukan tindak kejahatan seperti pencurian dan perampokan (Goode, 1999).
Selain kerugian sosial, penyalahgunaan Narkoba juga membuat kerugian ekonomi baik biaya nyata (real cost) maupun akibat peluang yang hilang (opportunity cost). Satu studi di Wales, Inggris, memperkirakan kerugian ekonomi penyalahgunaan Narkoba berkisar $22,7 milyar dollar, atau rata-rata $12,397 per orang per tahun (Godfrey, 2000). Sebuah penelitian di negara bagian Washington di Amerika Serikat tahun 1996 memperkirakan kerugian ekonomi karena kejahatan yang terkait penyalahgunaan alkohol dan obat sekitar $541 juta dolar, atau meningkat 55% dari tahun 1990 (Wickizer, 1996).
Penelitian Liu (2003) di negara bagian Texas, Amerika Serikat, pada tahun 2000 memperkirakan seluruh kerugian ekonomi karena penyalah-gunaan alkohol dan Narkoba di negara bagian dan dalam tahun tersebut mencapai $26 milyar dollar; di mana biaya perawatan kesehatan mencapai $791 juta dollar; akibat kematian premature mencapai $4,8 milyar dollar, dan lost productivity sebesar $11,180 juta dollar.
Perpus
takaa
n ekonomi. Penyalahgunaan Narkoba berdampak sosial sangat besar,
Perpus
takaa
n ekonomi. Penyalahgunaan Narkoba berdampak sosial sangat besar, mendorong tindak kejahatan dan meningkatan kerawanan sosial. Dari sisi
Perpus
takaa
n mendorong tindak kejahatan dan meningkatan kerawanan sosial. Dari sisi penyalah guna, kebutuhan ekonomi untuk membiayai pemakaian Narkoba
Perpus
takaa
n penyalah guna, kebutuhan ekonomi untuk membiayai pemakaian Narkoba yang berharga mahal mendorong mereka melakukan tindak kejahatan seperti
Perpus
takaa
n yang berharga mahal mendorong mereka melakukan tindak kejahatan seperti pencurian dan perampokan (Goode, 1999).
Perpus
takaa
n pencurian dan perampokan (Goode, 1999).
Selain kerugian sosial, penyalahgunaan Narkoba juga membuat kerugian
Perpus
takaa
n
Selain kerugian sosial, penyalahgunaan Narkoba juga membuat kerugian ekonomi baik biaya nyata (
Perpus
takaa
n
ekonomi baik biaya nyata (real cost
Perpus
takaa
n
real cost
(opportunity cost)
Perpus
takaa
n
(opportunity cost). Satu studi di Wales, Inggris, memperkirakan kerugian
Perpus
takaa
n
. Satu studi di Wales, Inggris, memperkirakan kerugian ekonomi penyalahgunaan Narkoba berkisar $22,7 milyar dollar, atau rata-rata
Perpus
takaa
n
ekonomi penyalahgunaan Narkoba berkisar $22,7 milyar dollar, atau rata-rata $12,397 per orang per tahun (Godfrey, 2000). Sebuah penelitian di negara Perp
ustak
aan
$12,397 per orang per tahun (Godfrey, 2000). Sebuah penelitian di negara bagian Washington di Amerika Serikat tahun 1996 memperkirakan kerugian Perp
ustak
aan
bagian Washington di Amerika Serikat tahun 1996 memperkirakan kerugian
BNNAkibat maraknya perdagangan ilegal Narkoba, terjadi peningkatan
BNNAkibat maraknya perdagangan ilegal Narkoba, terjadi peningkatan dampak (biaya kerugian) akibat Narkoba baik dampak sosial, kesehatan dan BNNdampak (biaya kerugian) akibat Narkoba baik dampak sosial, kesehatan dan ekonomi. Penyalahgunaan Narkoba berdampak sosial sangat besar, BNNekonomi. Penyalahgunaan Narkoba berdampak sosial sangat besar,
3 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Studi tahun 2014 ini merupakan lanjutan dari studi mengenai dampak
kerugian biaya ekonomi dan sosial dari penyalahgunaan Narkoba tahun 2004
dan 2008 dan 2011. Pada tahun 2004 diketahui tingkat kerugian sebesar
Rp. 23,6 trilyun, tahun 2008 sebesar Rp. 32,4 trilyun dan tahun 2011 estimasi
kerugian sebesar Rp. 48,2 trilyun. Hasil ketiga studi tersebut telah menjadi
bahan advokasi. Hasil kajian tahun 2014 ini juga diharapkan akan berguna
untuk memberikan informasi terbaru tentang besaran potensi biaya atau
kerugian yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan Narkoba baik secara mikro
maupun makro. Informasi dari studi ini nantinya dapat digunakan sebagai
bahan advokasi kepada pembuat kebijakan (stakeholder) agar dapat
memahami besarnya konsekuensi penyalahgunaan Narkoba dari sisi ekonomi
yang selanjutnya dapat merancang atau memformulasikan kebijakan atau
perhitungan estimasi anggaran/pengeluaran pemerintah dalam menangani
penyalahgunaan Narkoba khususnya menurunkan jumlah pecandu di
Indonesia ini sehingga potensi konsekuensi dan biaya kerugian yang lebih
besar dapat dicegah.
Melihat estimasi besaran peredaran dan prevalensi Narkoba di dunia dan
Indonesia yang cukup besar maka Badan Narkotika Nasional bekerjasama
dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia melakukan
pemutakhiran data studi biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan Narkoba
di Indonesia untuk tahun 2011. Para pemangku kepentingan dan pengambil
keputusan telah menyadari akan pentingnya evidence based planning dalam
keputusannya, dimana evidence yang akurat, reliable.
Hasil studi dampak sosial ekonomi Narkoba tahun 2004 (BNN dan
Puslitkes UI) sudah dijadikan sebagai input dalam perumusan kebijakan bagi
para cukup besar bagi para pengambil kebijakan, untuk itu datanya perlu
diperbaharui dengan data-data terbaru. Dengan tujuan agar dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi atau bahan dalam merumuskan kebijakan baru dalam
upaya penanggulangan Narkoba di Indonesia.
Perpus
takaa
n aran pemerintah dalam menangani
Perpus
takaa
n aran pemerintah dalam menangani
khususnya menurunkan jumlah pecandu di
Perpus
takaa
n khususnya menurunkan jumlah pecandu di
Perpus
takaa
n Indonesia ini sehingga potensi konsekuensi dan biaya kerugian yang lebih
Perpus
takaa
n Indonesia ini sehingga potensi konsekuensi dan biaya kerugian yang lebih
Melihat estimasi besaran peredaran dan prevalensi
Perpus
takaa
n
Melihat estimasi besaran peredaran dan prevalensi
Indonesia yang cukup besar maka Badan Narkotika Nasional bekerjasama
Perpus
takaa
n
Indonesia yang cukup besar maka Badan Narkotika Nasional bekerjasama
dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia melakukan
Perpus
takaa
n
dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia melakukan
Perpus
takaa
n
pemutakhiran data studi biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan
Perpus
takaa
n
pemutakhiran data studi biaya ekonomi dan sosial penyalahgunaan
di Indonesia untuk tahun 2011. Para pemangku Perpus
takaa
n
di Indonesia untuk tahun 2011. Para pemangku
keputusan telah menyadari akan pentingnya evidence based planning dalam Perpus
takaa
n
keputusan telah menyadari akan pentingnya evidence based planning dalam
BNNbahan advokasi kepada pembuat kebijakan (stakeholder) agar dapat
BNNbahan advokasi kepada pembuat kebijakan (stakeholder) agar dapat
Narkoba
BNNNarkoba dari sisi ekonomi
BNNdari sisi ekonomi
yang selanjutnya dapat merancang atau memformulasikan kebijakan atauBNNyang selanjutnya dapat merancang atau memformulasikan kebijakan atau
aran pemerintah dalam menangani BNNaran pemerintah dalam menangani
4 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
1.2 Tujuan.
Tujuan umum studi adalah diketahuinya estimasi angka penyalahgunaan
Narkoba dan besaran kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2014. Secara khusus tujuan
yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Diperolehnya gambaran pola pakai, pola edar, dan tempat peredaran
Narkoba dikalangan penyalah guna.
2. Diperolehnya informasi mengenai jumlah barang bukti Narkoba
mencakup, jenis, harga, dan asal Narkoba dari pihak kepolisian.
3. Dianalisisnya kebijakan program pencegahan dan penanggulangan
Narkoba di Indonesia.
4. Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat penyalahgunaan
Narkoba.
5. Diperolehnya rata-rata biaya penyalahgunaan Narkoba menurut jenis
penyalahgunaan Narkoba.
Diestimasinya biaya ekonomi dan sosial, baik real cost maupun
oportunity cost yang harus dipikul oleh penyalah guna, keluarga, dan
masyarakat akibat penyalahgunaan Narkoba.
Perp
ustak
aan
Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat penyalahgunaan
Perpus
takaa
n Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat penyalahgunaan
Diperolehnya rata-rata biaya penyalahgunaa
Perpus
takaa
n Diperolehnya rata-rata biaya penyalahgunaa
Diestimasinya biaya ekonomi dan sosial, baik
Perpus
takaa
n
Diestimasinya biaya ekonomi dan sosial, baik
yang harus dipikul oleh penyalah guna, keluarga, dan
Perpus
takaa
n
yang harus dipikul oleh penyalah guna, keluarga, dan
masyarakat akibat penyalahgunaan Narkoba.
Perpus
takaa
n
masyarakat akibat penyalahgunaan Narkoba.
BNNmencakup, jenis, harga, dan asal Narkoba dari pihak kepolisian.
BNNmencakup, jenis, harga, dan asal Narkoba dari pihak kepolisian.
Dianalisisnya kebijakan program pencegahan dan penanggulangan
BNNDianalisisnya kebijakan program pencegahan dan penanggulangan
Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat penyalahgunaan BNN Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat penyalahgunaan
5 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
BAB II METODOLOGI
2.1 Desain Studi: Lokasi, Waktu dan Jumlah Responden.
Estimasi kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat penyalahgunaan
Narkoba dihitung dengan pendekatan satuan biaya (unit cost) per konsekuensi
penyalahgunaan Narkoba dikalikan dengan estimasi jumlah penyalahguna
Narkoba (Godfrey dkk, 2002). Metode yang sama juga dipakai pada survei
sejenis di tahun 2004, 2008, dan 2011. Perspektif studi yang digunakan
adalah perspektif klien atau penyalah guna Narkoba karena laporan data rutin
yang dikumpulkan pemerintah terkait penyalahgunan Narkoba masih sangat
terbatas. Hal ini juga telah disinyalir oleh Single et al (2001), bahwa pada
negara-negara berkembang sangat sulit mengumpulkan data seperti di negara
maju karena keterbatasan dan ketersediaan infrastuktur datanya, misalkan
tidak tersedia angka incidence dan prevalence Narkoba, kematian &
kesakitan, kriminalitas, kesehatan, dan sebagainya. Untuk menyiasati
keterbatasan data, maka metode yang diterapkan melakukan survei
dikalangan penyalah guna Narkoba di 17 provinsi untuk mendapatkan satuan
biaya (unit cost) dan proporsi angka kejadian setiap konsekuensi akibat
Narkoba. Kedua, melakukan estimasi dan proyeksi jumlah penya-lahguna
dengan memanfaatkan hasil survei pada kelompok pelajar/mahasiswa;
pekerja formal; dan rumah tangga yang telah dilakukan dari tahun 2005
sampai 2012. Berikut uraiannya secara lebih lengkap.
Pertama, mendapatkan estimasi satuan biaya (unit cost) dan proporsi
kejadian di penyalah guna per tiap konsekuensi. Data tersebut diperoleh
melalui survei dikalangan penyalah guna Narkoba di 17 provinsi yaitu: Sumut,
Kepri, Sumsel, Lampung, DKI Jakarta, Jabar, DIY, Jatim, Bali, NTB, Kalbar,
Kaltim, Sulsel, Sultra, Sulut, Maluku, dan Papua. Lokasi di seluruh provinsi
berada di ibukota tiap provinsi. Pemilihan provinsi tersebut mendasari jumlah
tangkapan kasus dan pertimbangan geografis.
Perpus
takaa
n negara berkembang sangat sulit mengumpulkan data seperti di negara
Perpus
takaa
n negara berkembang sangat sulit mengumpulkan data seperti di negara
maju karena keterbatasan dan ketersediaan infrastuktur datanya, misalkan
Perpus
takaa
n maju karena keterbatasan dan ketersediaan infrastuktur datanya, misalkan
dan
Perpus
takaa
n dan prevalence
Perpus
takaa
n prevalence
kesakitan, kriminalitas, kesehatan, dan sebagainya.
Perpus
takaa
n kesakitan, kriminalitas, kesehatan, dan sebagainya.
keterbatasan data, maka metode yang diterapkan melakukan survei
Perpus
takaa
n
keterbatasan data, maka metode yang diterapkan melakukan survei
penyalah guna
Perpus
takaa
n
penyalah guna Narkoba
Perpus
takaa
n
Narkoba
) dan proporsi angka kejadian set
Perpus
takaa
n
) dan proporsi angka kejadian set
Kedua, melakukan estimasi dan proyeksi jumlah penya
Perpus
takaa
n
Kedua, melakukan estimasi dan proyeksi jumlah penya
dengan memanfaatkan hasil survei pada kelompok pelajar/mahasiswa;
Perpus
takaa
n
dengan memanfaatkan hasil survei pada kelompok pelajar/mahasiswa;
Perpus
takaa
n
formal; dan rumah tangga yang telah dilakukPerpus
takaa
n
formal; dan rumah tangga yang telah dilakuk
Berikut uraiannya secara lebih lengkap.Perp
ustak
aan
Berikut uraiannya secara lebih lengkap.
BNNsejenis di tahun 2004, 2008, dan 2011. Perspektif studi yang digunakan
BNNsejenis di tahun 2004, 2008, dan 2011. Perspektif studi yang digunakan
adalah perspektif klien atau penyalah guna Narkoba karena laporan data rutin
BNNadalah perspektif klien atau penyalah guna Narkoba karena laporan data rutin
yang dikumpulkan pemerintah terkait penyalahgunan Narkoba masih sangat
BNNyang dikumpulkan pemerintah terkait penyalahgunan Narkoba masih sangat
terbatas. Hal ini juga telah disinyalir oleh Single et al (2001), bahwa BNNterbatas. Hal ini juga telah disinyalir oleh Single et al (2001), bahwa
negara berkembang sangat sulit mengumpulkan data seperti di negara BNNnegara berkembang sangat sulit mengumpulkan data seperti di negara
6 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Metode survei yang digunakan dengan memodifikasi dari pendekatan
Respondent Driven Sampling (RDS). Mula-mula sebuah wilayah studi dibagi
menjadi 5 bagian, misalkan timur, barat, utara, selatan, dan tengah. Di setiap
bagian wilayah dicari 3 jenis responden yang berstatus pelajar, pekerja, dan
tidak bekerja. Tiga kategori responden tersebut sebagai pintu masuk untuk
mendapatkan responden berikutnya. Pemilihan calon responden berikutnya
berasal dari nominasi nama dari responden terpilih tersebut, maksimal 2 orang
nama diluar dari kelompok berkumpulnya atau tempat nongkrongnya. Proses
ini diulang terus hingga jumlah minimal sampel terpenuhi di setiap pintu masuk
(antara 9-10 responden). Jumlah responden di satu lokasi studi sebanyak 140
responden sehingga total seluruh responden yang diperoleh sebanyak 2.414
orang.
Di setiap provinsi, selain dengan pendekatan RDS, kami juga melakukan
pengambilan sampel secara purposive untuk mendapatkan gambaran
responden coba pakai5 Narkoba (jumlah pemakaian Narkoba kurang dari 5
kali dalam seumur hidupnya) dan dari mereka yang sakit terkait Narkoba.
Jumlah responden coba pakai sebanyak 20 responden per lokasi studi,
dengan total responden ada sebanyak 340 responden. Responden di telusuri
dari berbagai aktor kunci (key-informant) yang berada dilapangan, seperti
pelajar, pekerja, mitra kerja LSM, dan sebagainya. Untuk jumlah responden
yang sakit diambil sebanyak 10 responden per lokasi studi, dengan total
responden ada sebanyak 170 responden. Responden dipilih secara purposif
dari rumah sakit/klinik atau LSM yang bergerak dibidang HIV/AIDS. Pemilihan
responden dengan mempertimbangkan jenis penyakit yang diderita oleh
responden, yaitu penyakit HIV/AIDS, Tuberkolosis (TBC), hepatitis, dan
sebagainya. Selain itu, mengobservasi dan mengikuti 2 orang penyalah guna
Narkoba di setiap provinsi selama satu bulan ke depan yang bertujuan melihat
perilaku pola konsumsi Narkoba dan konsekuensinya.
5Dari hasil dengan nominasi metode RDS tidak akan diperoleh responden coba pakai
Perpus
takaa
n Di setiap provinsi, selain dengan pendekatan RDS, kami juga melakukan
Perpus
takaa
n Di setiap provinsi, selain dengan pendekatan RDS, kami juga melakukan
pengambilan sampel secara purposive untuk mendapatkan gambaran
Perpus
takaa
n pengambilan sampel secara purposive untuk mendapatkan gambaran
Narkoba (jumlah pemakaian Narkoba kurang dari 5
Perpus
takaa
n Narkoba (jumlah pemakaian Narkoba kurang dari 5
kali dalam seumur hidupnya) dan dari mereka yang sakit terkait Narkoba.
Perpus
takaa
n kali dalam seumur hidupnya) dan dari mereka yang sakit terkait Narkoba.
Jumlah responden coba pakai sebanyak 20 responden per lokasi studi,
Perpus
takaa
n
Jumlah responden coba pakai sebanyak 20 responden per lokasi studi,
Perpus
takaa
n
dengan total responden ada sebanyak 340 responden. Responden di telusuri
Perpus
takaa
n
dengan total responden ada sebanyak 340 responden. Responden di telusuri
dari berbagai aktor kunci (
Perpus
takaa
n
dari berbagai aktor kunci (key-informant
Perpus
takaa
n
key-informant
pelajar, pekerja, mitra kerja LSM, dan sebagainya. Untuk jumlah responden
Perpus
takaa
n
pelajar, pekerja, mitra kerja LSM, dan sebagainya. Untuk jumlah responden
Perpus
takaa
n
yang sakit diambil sebanyak 10 responden per lokasi studi, dengan total Perpus
takaa
n
yang sakit diambil sebanyak 10 responden per lokasi studi, dengan total
responden ada sebanyak 170 responden. Responden dipilih secara purposif Perpus
takaa
n
responden ada sebanyak 170 responden. Responden dipilih secara purposif
BNN(antara 9-10 responden). Jumlah responden di satu lokasi studi sebanyak 140
BNN(antara 9-10 responden). Jumlah responden di satu lokasi studi sebanyak 140
responden sehingga total seluruh responden yang diperoleh sebanyak 2.414
BNNresponden sehingga total seluruh responden yang diperoleh sebanyak 2.414
7 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Kedua, estimasi jumlah penyalah guna Narkoba dihitung dengan metode
langsung (direct estimation), yaitu perkiraan jumlah populasi penduduk
berumur 10-59 tahun menurut sasaran survei dikalikan angka prevalensi
penyalahgunaan Narkoba menurut sasaran survei, yaitu kelompok
pelajar/mahasiswa (2006, 2009, dan 2011), pekerja formal (2009 dan 2012),
dan rumah tangga (2005 dan 2010).
Ketiga, untuk mendapatkan gambaran permasalahan Narkoba secara
lebih mendalam dan konfrehensif di tingkat lapangan, maka dilakukan
wawancara mendalam kepada berbagai pihak yang terkait, seperti penyalah
guna Narkoba (34 orang), keluarganya (34 orang), kepolisian (17 orang),
BNNP (17 orang), panti rehabilitasi (17 orang), bandar atau pengendar
Narkoba (17 orang), lembaga pemasyarakatan (15 orang), dan mantan
narapidana (16 orang). Selain itu, untuk memperkuat temuan, dilakukan
diskusi kelompok terpimpin pada separuh provinsi dengan sasaran: penyalah
guna Narkoba/mantan dan para pelaksana program/pengambil kebijakan yang
terkait Narkoba.
2.2 Estimasi dan Proyeksi Jumlah Penyalah guna.
Salah satu komponen penting untuk mengukur kerugian sosial ekonomi
pengguna Narkoba adalah diawali dengan menghitung esimasi besaran
jumlah penyalahgunaan. Hasil dari estimasi dapat digunakan untuk membuat
dan mengembangkan strategi kebijakan dan program pengendalian Narkoba
baik berupa pencegahan dan rehabilitasi. Selain itu, besaran jumlah
penyalahgunaan dapat dipergunakan mendesain kebutuhan program,
memonitor dan mengevaluasi keberhasilan program, untuk memberantas dan
mencegah peredaran Narkoba. Angka prevalensi yang akurat akan
menghasilkan perencanaan dan penilaian situasi yang tepat baik di tingkat
lokal maupun tingkat nasional.
Perpus
takaa
n (17 orang), lembaga pemasyarakat
Perpus
takaa
n (17 orang), lembaga pemasyarakat
Selain itu, untuk memperkuat temuan, dilakukan
Perpus
takaa
n Selain itu, untuk memperkuat temuan, dilakukan
diskusi kelompok terpimpin pada separuh provinsi dengan sasaran:
Perpus
takaa
n diskusi kelompok terpimpin pada separuh provinsi dengan sasaran:
Perpus
takaa
n /mantan dan para pelaksana program/pengambil kebijakan yang
Perpus
takaa
n /mantan dan para pelaksana program/pengambil kebijakan yang
2.2 Estimasi dan Proyeksi Jumlah Penyalah
Perpus
takaa
n
2.2 Estimasi dan Proyeksi Jumlah Penyalah
Salah satu komponen penting untuk mengukur kerugian sosial ekonomi
Perpus
takaa
n
Salah satu komponen penting untuk mengukur kerugian sosial ekonomi
pengguna Narkoba adalah diawali dengan menghitung esimasi besaran Perpus
takaa
n
pengguna Narkoba adalah diawali dengan menghitung esimasi besaran Perpus
takaa
n
jumlah penyalahgunaan. Hasil dari estimasi dapat digunakan untuk membuat Perpus
takaa
n
jumlah penyalahgunaan. Hasil dari estimasi dapat digunakan untuk membuat
BNNwawancara mendalam kepada berbagai pihak yang terkait, seperti
BNNwawancara mendalam kepada berbagai pihak yang terkait, seperti
(34 orang), keluarganya (34 orang), kepolisian (17 orang),
BNN(34 orang), keluarganya (34 orang), kepolisian (17 orang),
BNNP (17 orang), panti rehabilitasi (17 orang), bandar atau pengendar BNNBNNP (17 orang), panti rehabilitasi (17 orang), bandar atau pengendar
an (15 orang), dan mantan BNNan (15 orang), dan mantan
8 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Besaran jumlah penyalahgunaan cukup sulit diukur karena penyalah
guna Narkoba adalah populasi tersembunyi (hidden population). Besaran
jumlah penyalahgunaan yang biasa dipergunakan adalah prevalensi. Untuk
mengukur angka prevalensi perlu ada beberapa indikator terkait masalah
kesehatan dan sosial yang dapat diperoleh angkanya melalui survei, namun
untuk prevalensi penyalahgunaan Narkoba tidak dapat langsung dikutip dari
hasil survei rumah tangga mengingat sifat penyalah guna yang tertutup. Oleh
karena itu perlu upaya khusus untuk mendapatkan besaran penyalahgunaan
melalui berbagai metode estimasi.
Untuk mengukur besaran permasalahan Narkoba, berikut yang
disampaikan oleh UNODC, (2010) adalah (i) Besaran permasalah
penyalahgunaan Narkoba diukur dengan angka prevalens (pernah pakai,
pakai dalam satu tahun terakhir, pakai dalam 30 hari terakhir) pada populasi
umum, dan (ii) Potensi masalah dari penyalahgunaan Narkoba diukur dengan
penggunaan Narkoba di kalangan anak muda, sedangkan biaya dan
konsekuensi penggunaan Narkobanya diukur dengan angka/ indikator
permintaan perawatan (Narkoba terkait morbiditas dan mortalitas).
2.3 Kriteria Penyalah guna Narkoba: Coba Pakai; Teratur; Pecandu.
Banyak konsep dan definisi operasional penyalahgunaan Narkoba, ada
yang melalui pedekatan frekuensi pemakaian Narkoba ataupun tingkat
ketergantungan melalui pengukuran berbagai indikator psikologis maupun
mental. Menurut Ritter & Anthony (1991) coba pakai (new initiation)
didefiniskan apabila frekuensi penggunaan 6 kali atau kurang per tahun.
Sedangkan Todorov et al. (2006) menetapkan 5 kali atau kurang sebagai
mencoba, lebih dari 5 kali per tahun sebagai lebih dari mencoba, disebut
pengguna teratur bila memakai setiap hari selama minimal selama 2 minggu.
Menurut Meyer (1975), penggunaan Narkoba lebih dari satu kali sehari dalam
periode 10 sampai 14 hari atau lebih termasuk kategori ketergantungan obat.
Perpus
takaa
n penyalahgunaan Narkoba diukur dengan angka prevalens (pernah pakai,
Perpus
takaa
n penyalahgunaan Narkoba diukur dengan angka prevalens (pernah pakai,
pakai dalam satu tahun terakhir, pakai dalam 30 hari terakhir) pada populasi
Perpus
takaa
n pakai dalam satu tahun terakhir, pakai dalam 30 hari terakhir) pada populasi
umum, dan (ii) Potensi masalah dari penyalahgunaan Narkoba diukur dengan
Perpus
takaa
n umum, dan (ii) Potensi masalah dari penyalahgunaan Narkoba diukur dengan
penggunaan Narkoba di kalangan anak muda, sedangkan biaya dan
Perpus
takaa
n penggunaan Narkoba di kalangan anak muda, sedangkan biaya dan
konsekuensi penggunaan Narkobanya diukur dengan angka/ indikator
Perpus
takaa
n
konsekuensi penggunaan Narkobanya diukur dengan angka/ indikator
Perpus
takaa
n
permintaan perawatan (Narkoba terkait morbiditas dan mortalitas).
Perpus
takaa
n
permintaan perawatan (Narkoba terkait morbiditas dan mortalitas).
2.3 Kriteria Penyalah guna Narkoba: Coba Pakai; Teratur; Pecandu.
Perpus
takaa
n
2.3 Kriteria Penyalah guna Narkoba: Coba Pakai; Teratur; Pecandu.
Banyak konsep dan definisi operasional penyalahgunaan Narkoba, ada Perpus
takaa
n
Banyak konsep dan definisi operasional penyalahgunaan Narkoba, ada
yang melalui pedekatan frekuensi pemakaian Narkoba ataupun tingkat Perpus
takaa
n
yang melalui pedekatan frekuensi pemakaian Narkoba ataupun tingkat
BNNUntuk mengukur besaran permasalahan Narkoba, berikut yang
BNNUntuk mengukur besaran permasalahan Narkoba, berikut yang
disampaikan oleh UNODC, (2010) adalah (i) Besaran permasalah BNNdisampaikan oleh UNODC, (2010) adalah (i) Besaran permasalah
penyalahgunaan Narkoba diukur dengan angka prevalens (pernah pakai, BNNpenyalahgunaan Narkoba diukur dengan angka prevalens (pernah pakai,
9 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
SAMHSA (2008) membagi perilaku pakai atas tiga kategori yaitu 1)
penyalah guna seumur hidup (lifetime use), minimal sekali pakai Narkoba
dalam seumur hidup, termasuk penyalahgunaan 30 hari atau 12 bulan lalu, 2)
penyalah guna tahun lalu (past year use), waktu pakai Narkoba terakhir kali
dalam 12 bulan lalu termasuk 30 hari lalu sebelum wawancara, 3) penyalah
guna sebulan lalu (past month use), waktu pakai Narkoba terakhir dalam 30
hari lalu sebelum wawancara.
Tabel 2.1 Cutting Points dan Kriteria Tingkat Ketergantungan dari Berbagai Sumber
Experimental Occasional Casual Moderate Use Regular Heavy
UsersHabitual, Cronic
1-2 kali (Mizner, 1973)
3-9 kali (Mizner)
1-20 kali (Stanton)
10-29 kali (Mizner)
Minimal 1 kali per minggu (Johnson)
21-199 kali (Stanton)
> 200 kali (Stanton)
1-2 kali (Josephson, 1973)
3-59 kali (Josephson, 1973)
Satu atau lebih dari 1 bulan (Johnson)
>30 kali (Mizner)
3 kali seminggu dalam 3 tahun atau lebih atau pakai tiap hari selama 2 tahun (Hochman $ Brill, 1973)
1-9 kali (Josephson, 1972)
10-59 kali (Josephson, 1972)
> 60 kali (Josephon)
< 1 kali dlm 1 bulan (Johnson)
10 kali satu tahun terakhir (Hochman& Brill, 1973)
3 kali per minggu atau > 1 bln pakai (Robins)
min 1 kali/ bulan (Johnson)
Sumber : Kandel, 1975
Secara garis besar cutting points dan kriteria tingkat ketergantungan
dimulai dari bukan penyalah guna hingga coba pakai (eksperimetal),
menengah (moderate), penyalah guna berat (heavy use). Tinjauan atas
beberapa penelitian dilakukan oleh Elinson (1974) seperti yang ditelusuri oleh
Kandel (1975), menghasilkan beberapa definisi dan kriteria yang digunakan
untuk menggambarkan pola penyalahgunaan atau tingkat ketergantungan
dengan lebih rinci (Tabel 1). Ada pula yang mengembangkan kombinasi
pengukuran diatas, untuk mengetahui tingkat ketergantungan (dependesi)
melalui kriteria DSM-IVTR (Todorov et al., 2006) dan kriteria Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (SAMSHA, 2008).
Perpus
takaa
n (Johnson)
Perpus
takaa
n (Johnson)
Perpus
takaa
n (Josephson,
Perpus
takaa
n (Josephson,
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
satu
Perpus
takaa
n
satu tahun
Perpus
takaa
n
tahun terakhir
Perpus
takaa
n
terakhir(Hochman&
Perpus
takaa
n
(Hochman& Brill, 1973)
Perpus
takaa
n
Brill, 1973)
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
min 1 kali/
Perpus
takaa
n
min 1 kali/ bulan
Perpus
takaa
n
bulan (Johnson)
Perpus
takaa
n
(Johnson)
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Sumber : Kandel, 1975 Perpus
takaa
n
Sumber : Kandel, 1975 Perpus
takaa
n
Secara garis besar Perpus
takaa
n
Secara garis besar
BNNHeavy
BNNHeavy Users
BNNUsers
BNN(Johnson)BNN(Johnson)
21
BNN21-
BNN-199 kali
BNN199 kali(Stanton)
BNN(Stanton)
BNNBNN
>30 kaliBNN>30 kaliBNN
BNNBNNBNN
10 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Dalam studi ini, kami memfokuskan untuk memotret lebih detail pada
penggunaanNarkoba dalam setahun terakhir yang dikategorikan berdasarkan
frekuensi pakai dan cara pakai Narkoba. Ada 4 kategori penyalah guna
setahun terakhir, yaitu coba pakai adalah mereka yang pakai Narkoba kurang
dari 5 kali dalam setahun terakhir dari saat survei. Teratur pakai adalah
mereka yang pakai Narkoba sebanyak 5 sampai 49 kali dalam setahun
terakhir dari saat survei. Pecandu bukan suntik adalah mereka yang pakai
Narkoba lebih dari 49 kali dalam setahun dari saat survei. Terakhir, pecandu
suntik adalah mereka yang pakai Narkoba dengan cara suntik berapapun
jumlahnya dalam setahun terakhir dari saat survei.
2.4 Pengertian Biaya Penyalahgunaan Narkoba.
Markandya dan Pearce (1989) mendefinisikan biaya total
penyalahgunaan Narkoba adalah private cost ditambah biaya sosial. Biaya
private adalah biaya terkait konsumsi dan produksi Narkoba, sedangkan biaya
lain yang terkait dengan Narkoba dan dibebankan bukan pada penyalah guna
tetapi pada masyarakat dikategorikan sebagai biaya sosial. Schauffler (2001),
Collins & Lapsley (2004) mengakui pendapat para ahli ekonomi yang
membedakan biaya akibat Narkoba. Studi biaya Narkoba banyak yang
memasukkan tiga jenis biaya utama yaitu biaya pelayanan kesehatan, biaya
produktivitas, biaya terkait hukum dan pengadilan (Single et al, 2001).
Beberapa negara maju membuat estimasi biaya penyalahgunaan Narkoba
mengacu pada ‖The International Guidelines‖ (Single et al, 2001). Namun
metodologi tersebut sangat sulit diaplikasikan pada negara-negara
berkembang karena keterbatasan dan ketersedian infrastuktur datanya,
misalkan tidak tersedia angka incidence dan prevalence Narkoba, kematian &
kesakitan, kriminalitas, kesehatan, dan sebagainya (Single et al. 2001).
Perpus
takaa
n Markandya dan Pearce (1989) mendefinisikan biaya total
Perpus
takaa
n Markandya dan Pearce (1989) mendefinisikan biaya total
private cost
Perpus
takaa
n private cost ditambah biaya sosial. Biaya
Perpus
takaa
n ditambah biaya sosial. Biaya private cost ditambah biaya sosial. Biaya private cost
Perpus
takaa
n private cost ditambah biaya sosial. Biaya private cost
adalah biaya terkait konsumsi dan produksi Narkoba, sedangkan biay
Perpus
takaa
n adalah biaya terkait konsumsi dan produksi Narkoba, sedangkan biay
lain yang terkait dengan Narkoba dan dibebankan bukan pada penyalah guna
Perpus
takaa
n
lain yang terkait dengan Narkoba dan dibebankan bukan pada penyalah guna
tetapi pada masyarakat dikategorikan sebagai biaya sosial. Schauffler (2001),
Perpus
takaa
n
tetapi pada masyarakat dikategorikan sebagai biaya sosial. Schauffler (2001),
Perpus
takaa
n
Collins & Lapsley (2004) mengakui pendapat para ahli ekonomi yang
Perpus
takaa
n
Collins & Lapsley (2004) mengakui pendapat para ahli ekonomi yang
membedakan biaya akibat Narkoba. Studi biaya Narkoba banyak yang
Perpus
takaa
n
membedakan biaya akibat Narkoba. Studi biaya Narkoba banyak yang
memasukkan tiga jenis biaya utama yaitu biaya pelayanan kesehatan, biaya Perpus
takaa
n
memasukkan tiga jenis biaya utama yaitu biaya pelayanan kesehatan, biaya
produktivitas, biaya terkait hukum dan pengadilan (Single et al, 2001). Perpus
takaa
n
produktivitas, biaya terkait hukum dan pengadilan (Single et al, 2001).
BNNsuntik adalah mereka yang pakai Narkoba dengan cara suntik berapapun
BNNsuntik adalah mereka yang pakai Narkoba dengan cara suntik berapapun
11 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Tabel 2.2 Lokasi, Penulis, Metode dan Komponen Biaya Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Penyalahgunaan Narkoba
Negara Penulis Metode Komponen Biaya
Amerika
Serikat National Drug Control
Policy, 2004 6 Cost of Illness
(Human Capital
approach)
Biaya langsung:
1. Biaya pelayanan kesehatan:
a. Biaya pengobatan yang
disediakan federal.
b. Konsekuensi medis
2. Biaya lain:
a. Sistem pengadilan dan
biaya publik.
b. Biaya pribadi
Biaya tidak langsung:
1. Estimasi kehilangan produk-
tivitas;
2. Penyakit akibat penyalah-
gunaan Narkoba.
3. Dirawat di RS.
4. Kehilangan produktivitas
akibat menjadi korban
kejahatan.
5. Penjara.
6. Riwayat kriminalitas.
6Office of National Drug Control Policy.2004.The Economic Costs of Drug Abuse in the United States, 1992-2002. Washington, DC: Executive Office of the President (Publication No. 207303) http://www.ncjrs.gov/ondcppubs/publications/pdf/economic_costs.pdf
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNNonsekuensi medis
BNNonsekuensi medis
iaya lain:
BNNiaya lain:
aBNNa.BNN
. SBNNSistem pengadilan dan BNN
istem pengadilan dan
biaya BNNbiaya BNN
BNN
12 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Negara Penulis Metode Komponen BiayaKanada Rehm et al. 2006 7 Cost of illness,
Human Capital 1. Biaya langsung perawatan
(morbiditas, RS, RS jiwa,
kunjungan dokter umum,
resep obat). 2. Biaya langsung tindakan
hukum (polisi, pengadilan,
naik banding). 3. Biaya langsung untuk
pencegahan dan penelitian
(penelitian, program
pencegahan, gaji dan dana
operasi). 4. Biaya langsung lainnya
(kebakaran, kecelakaan lalu
lintas, kerugian di tempat
kerja, biaya admin dan
pembayaran transfer). Australia Collins & Lapsley,
20048 Demographic Biaya terlihat:
1. Tenaga kerja di lingkungan
kerja. 2. Tenaga kerja di rumah
tangga. 3. Pelayanan kesehatan. 4. Kecelakaan lalu lintas. Biaya tidak terlihat: 1. Kehilangan hidup. 2. Kecacatan akibat kecelakaan
lalu lintas.
7Rehm, J., Baliunas, D., Brochu, S., Fischer, B., Gnam, W., Patra, J., Popova, S., Sarnocinska-Hart, A., Taylor, B. 2006.The Cost of Substance Abuse in Canada 2002.http://www.ccsa.ca/2006%20CCSA%20Documents/ccsa-011332-2006.pdf 8Collins, D.J. & Lapsley, H.M. 2004. The costs of tobacco, alcohol and illicit drug abuse to Australian society in 2004/2005 http://www.health.gov.au/internet/drugstrategy/publishing.nsf/Content/34F55AF632F67B70CA2573F60005D42B/$File/mono64.pdf
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n Demographic
Perpus
takaa
n Demographic
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
(peneli
BNN(penelitian, program
BNNtian, program
pencegahan, gaji dan
BNNpencegahan, gaji dan
operasi)
BNNoperasi).
BNN.4 BNN4. BNN
. Biaya langsung lainnya BNNBiaya langsung lainnya
(kebakaran, kecelakaan lalu BNN(kebakaran, kecelakaan lalu BNNBNN
13 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Negara Penulis Metode Komponen Biaya
Perancis Kopp & Blanchard 9 Cost of Illness, Human capital
1. Biaya pelayanan kesehatan. 2. Biaya selain pelayanan
kesehatan. 3. Pengeluaran oleh badan-
badan pemerintah. 4. Kehilangan pendapatan dan
produktivitas. 5. Biaya lain terkait penyalah-
gunaan Narkoba (kriminalitas dan kecelakaan).
Inggris & Wales
Gordon et al. 2006 10 Human capital 1. Kejahatan terkait penyalah-gunaan Narkoba (penipuan, pencurian, perampokan, tertangkap tangan Narkoba).
2. Biaya kesehatan (pelayanan rawat inap (RS & RSJ), kunjungan dokter umum, efek Narkoba terhadap neonatal, penyakit infeksi).
3. Kematian akibat Narkoba. 4. Perawatan sosial.
Spanyol Garcia-Altes et al. 2002 Prevalens 1. Indikator kesehatan (pela-yanan pengobatan, overdo-sis, penyakit HIV, kecelaka-an disengaja, kecelakaan tidak disengaja).
2. Indikator kejahatan (biaya pengadilan dan biaya per-baikan terkait kejahatan Narkoba, serta kesejah-teraan sosial).
3. Kehilangan produktifitas (kematian premature, kehilangan waktu akibat Narkoba, biaya penelitian & pencegahan).
9Kopp, P. & Blanchard, N. 1997.Social costs of drug use in France.http://www.pierrekopp.com/downloads/Social%20Cost%20in%20France%20_v6_.pdf 10Gordon, L., Tinsley, L., Godfrey, C., Parott, S. 2006. The economic and social costs of Class A drug use in England and Wales 2003/2004. Home Office Online Report 16/06
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Altes et al. 2002
Perpus
takaa
n
Altes et al. 2002 Prevalens
Perpus
takaa
n
Prevalens
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
Kejahatan terkait penyalah
BNNKejahatan terkait penyalahgunaan
BNNgunaan Narkoba
BNNNarkobapencurian, perampokan,
BNNpencurian, perampokan, tertangkap tangan
BNNtertangkap tangan 2 BNN2. BNN
. Biaya kesehatan (pelayanan BNNBiaya kesehatan (pelayanan rawat inap (RS & RSJ), BNNrawat inap (RS & RSJ), BNN
14 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2.5 Komponen Biaya Sosial-Ekonomi Narkoba.
Komponen biaya ekonomi sosial Narkoba tidak ada standarisasinya antar
tiap studi di berbagai negara. Ketersediaan data merupakan kata kunci penting
dalam menentukkan komponen biayanya. Di negara-negara maju sumber data
lebih banyak mengandalkan data rutin dari laporan tiap kementrian atau
lembaga terkait dengan penyalahgunaan Narkoba. Perspektif studi juga
memberikan pengaruh besar ketika menentukkan komponen biaya. Perspektif
studi terdiri atas perspektif klien (pengguna), perspektif negara, atau perspektif
sosial (masyarakat). Dalam studi ini perspektif yang digunakan adalah
perspektif pengguna Narkoba.
Menurut Single et al (2001)11 komponen biaya sosial ekonomi
penyalahgunaan Narkoba terdiri atas 4 bagian besar, yaitu biaya pelayanan
kesehatan (biaya untuk pelayanan ketergantungan obat dan biaya untuk
penyakit & trauma terkait Narkoba), biaya produktivitas (biaya kematian dini
dan biaya kematian-kehilangan pekerjaan dan produktifitas), biaya terkait
hukuman dan pengadilan (pengeluaran kriminal, waktu yang hilang akibat
kriminal, dan biaya di penjara), dan biaya kehilangan harta akibat kecelakaan
atau tindak kriminal.
Sementara itu menurut Pacula et.al, (2009),12 ada dua pendekatan dalam
melakukan penelusuran biaya ekonomi dan sosial yaitu biaya pendekatan
melalui pemakaian dan atau kebijakan. Biaya pemakaian terdiri atas 3
komponen yaitu 1) biaya kesehatan (pelayanan, overdosis, kematian,
HIV/AIDS, Hepatitis B & C, biaya ketergantungan yang tidak terlihat), 2) biaya
produktivitas (berkaitan dengan kematian dini, dan ketidakmampuan dalam
waktu singkat), 3) biaya kejahatan (Narkoba pemicu kejahatan). Dari sisi
kebijakan yaitu 1) Biaya kejahatan (biaya pengadilan dan penangkapan) dan
biaya lain langsung (biaya kebijakan pencegahan, biaya kebijakan
pengurangan dampak buruk akibat Narkoba). Secara detail komponen biaya
dari berbagai studi dapat dilihat pada tabel 3.7.
11Single et al. 2001.International Guidelines for Estimating the Costs of Substance Abuse.http://www.pierrekopp.com/downloads/International%20guidelines%202001%20edition-4.pdf 12Pacula, R.L., Hoorens, S., Kilmer, B., Reuter, P.H., Burgdorf, J.R., Hunt, P. 2009. Issues in estimating the economic cost of drug abuse in consuming nations. Report 3. RAND Corporation. http://www.rand.org/pubs/technical_reports/TR709.html
Perpus
takaa
n kesehatan (biaya untuk pelayanan ketergantungan obat dan biaya untuk
Perpus
takaa
n kesehatan (biaya untuk pelayanan ketergantungan obat dan biaya untuk
penyakit & trauma terkait Narkoba), biaya produktivitas (biaya kematian dini
Perpus
takaa
n penyakit & trauma terkait Narkoba), biaya produktivitas (biaya kematian dini
dan biaya kematian-kehilangan pekerjaan dan produktifitas), biaya terkait
Perpus
takaa
n dan biaya kematian-kehilangan pekerjaan dan produktifitas), biaya terkait
hukuman dan pengadilan (pengeluaran kriminal, waktu yang hilang akibat
Perpus
takaa
n hukuman dan pengadilan (pengeluaran kriminal, waktu yang hilang akibat
kriminal, dan biaya di penjara), dan biaya kehilangan harta akibat kecelakaan
Perpus
takaa
n kriminal, dan biaya di penjara), dan biaya kehilangan harta akibat kecelakaan
Perpus
takaa
n
Sementara itu menurut Pacula et.al, (2009),
Perpus
takaa
n
Sementara itu menurut Pacula et.al, (2009),
melakukan penelusuran biaya ekonomi dan sosial yaitu biaya pendekatan
Perpus
takaa
n
melakukan penelusuran biaya ekonomi dan sosial yaitu biaya pendekatan
melalui pemakaian dan atau kebijakan. Biaya pemakaian terdiri atas 3
Perpus
takaa
n
melalui pemakaian dan atau kebijakan. Biaya pemakaian terdiri atas 3
komponen yaitu 1) biaya kesehatan (pelayanan, overdosis, kematian, Perpus
takaa
n
komponen yaitu 1) biaya kesehatan (pelayanan, overdosis, kematian, Perpus
takaa
n
HIV/AIDS, Hepatitis B & C, biaya ketergantungan yang tidak terlihat), 2) biaya Perpus
takaa
n
HIV/AIDS, Hepatitis B & C, biaya ketergantungan yang tidak terlihat), 2) biaya
BNN komponen biaya sosial ekonomi
BNN komponen biaya sosial ekonomi
penyalahgunaan Narkoba terdiri atas 4 bagian besar, yaitu biaya pelayanan
BNNpenyalahgunaan Narkoba terdiri atas 4 bagian besar, yaitu biaya pelayanan
kesehatan (biaya untuk pelayanan ketergantungan obat dan biaya untuk BNNkesehatan (biaya untuk pelayanan ketergantungan obat dan biaya untuk
penyakit & trauma terkait Narkoba), biaya produktivitas (biaya kematian dini BNNpenyakit & trauma terkait Narkoba), biaya produktivitas (biaya kematian dini
15 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2.6 Prosedur dan Komponen Estimasi Kerugian Biaya Ekonomi.
Estimasi biaya kerugian biaya ekonomi diperoleh dari perkalian estimasi
jumlah penyalah guna Narkoba (prosedur diatas) dikalikan dengan biaya
satuan (unit cost) per konsekuensi penyalahgunaan Narkoba. Besaran dari
tiap konsekuensi dan satuan biaya diperoleh dari survei penyalahgunaan
Narkoba yang dilaksanakan di 17 provinsi.
Pertama, metode kalkulasi satuan biaya untuk setiap komponen biaya
ekonomi dan sosial.
Biaya konsumsi Narkoba adalah nilai rata-rata dari seluruh jumlah konsumsi
Narkoba per orang yang nilai konsumsinya disetahunkan, lalu diuangkan
nilainya menggunakan harga pasaran per jenis Narkoba. Biaya konsumsi jenis
Narkoba dihitung rinci menurut jenis Narkoba, seperti ganja, shabu, ekstasi,
dan sebagainya. Cara kalkulasinya dengan membuat rata-rata konsumsi
Narkoba per orang per tahun dikali harga pasar per jenis Narkoba.
Biaya pengobatan rehabilitasi dan detoksifikasi adalah biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan pelayanan dan perawatan detoksifikasi dan rehabilitasi
selama setahun. Biaya ini diperoleh dari pengakuan responden atas semua
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini selama setahun terakhir.
Biaya pengobatan dan perawatan sakit adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh responden baik rawat jalan maupun rawat inap dalam upaya melakukan
pengobatan penyakitnya terkait Narkoba dalam setahun terakhir. Biaya ini
diperoleh dari pengakuan responden atas semua biaya yang dikeluarkan
untuk mengobati penyakitnya, baik perawatan maupun pengobatan. Bila
responden tidak mengetahui besaran biayanya maka diganti dengan rata-rata
besaran biaya dari hasil studi dikalangan mereka yang sakit akibat Narkoba.
Biaya overdosis adalah biaya yang dikeluarkan ketika terjadi overdosis akibat
penggunaan Narkoba yang berlebih. Biaya ini dikalkulasi berdasarkan
pengakuan responden ketika terjadi overdosis mulai dari biaya yang
dikeluarkan untuk penanganan sementara, biaya pengobatan ke rumah
sakit/klinik, transportasi, dsb yang terjadi dalam setahun terakhir.
Perpus
takaa
n dan sebagainya. Cara kalkulasinya dengan membuat rata-rata konsumsi
Perpus
takaa
n dan sebagainya. Cara kalkulasinya dengan membuat rata-rata konsumsi
Narkoba per orang per tahun dikali harga pasar per jenis Narkoba.
Perpus
takaa
n Narkoba per orang per tahun dikali harga pasar per jenis Narkoba.
Biaya pengobatan rehabilitasi dan detoksifikasi
Perpus
takaa
n Biaya pengobatan rehabilitasi dan detoksifikasi
Perpus
takaa
n untuk melakukan pelayanan dan perawatan detoksifikasi dan rehabilitasi
Perpus
takaa
n untuk melakukan pelayanan dan perawatan detoksifikasi dan rehabilitasi
selama setahun. Biaya ini diperoleh dari pengakuan responden atas semua
Perpus
takaa
n
selama setahun. Biaya ini diperoleh dari pengakuan responden atas semua
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini selama setahun terakhir.
Perpus
takaa
n
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini selama setahun terakhir.
Biaya pengobatan dan perawatan sakit
Perpus
takaa
n
Biaya pengobatan dan perawatan sakit
Perpus
takaa
n
oleh responden baik rawat jalan maupun rawat inap dalam upaya melakukan
Perpus
takaa
n
oleh responden baik rawat jalan maupun rawat inap dalam upaya melakukan
pengobatan penyakitnya terkait Narkoba dalam setahun terakhir. Biaya ini Perpus
takaa
n
pengobatan penyakitnya terkait Narkoba dalam setahun terakhir. Biaya ini Perpus
takaa
n
diperoleh dari pengakuan responden atas semua biaya yang dikeluarkan Perpus
takaa
n
diperoleh dari pengakuan responden atas semua biaya yang dikeluarkan
BNN adalah nilai rata-rata dari seluruh jumlah konsumsi
BNN adalah nilai rata-rata dari seluruh jumlah konsumsi
Narkoba per orang yang nilai konsumsinya disetahunkan, lalu diuangkan
BNNNarkoba per orang yang nilai konsumsinya disetahunkan, lalu diuangkan
nilainya menggunakan harga pasaran per jenis Narkoba. Biaya konsumsi jenis
BNNnilainya menggunakan harga pasaran per jenis Narkoba. Biaya konsumsi jenis
Narkoba dihitung rinci menurut jenis Narkoba, seperti ganja, shabu, ekstasi, BNNNarkoba dihitung rinci menurut jenis Narkoba, seperti ganja, shabu, ekstasi,
dan sebagainya. Cara kalkulasinya dengan membuat rata-rata konsumsi BNNdan sebagainya. Cara kalkulasinya dengan membuat rata-rata konsumsi
16 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Biaya kriminalitas adalah kerugian biaya yang terjadi akibat tindakan
kejahatan/kriminalitas yang dilakukan oleh responden. Yang termasuk biaya
ini adalah tindakan mencuri, mencopet, atau menjual barang-barang milik
keluarganya atau orang lain. Biaya kriminalitas ini hanya dikalkulasi dalam
setahun terakhir berdasarkan pengakuan dari responden ketika menjual
barang atau nilai ketika mencuri uang tersebut.
Biaya penjara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh responden atau
keluarganya ketika responden di penjara.
Biaya disini termasuk biaya yang dikeluarkan ketika proses penangkapan,
sidang, ataupun selama di penjara. Biaya yang dicatat berdasarkan
pengakuan responden yang terjadi dalam setahun terakhir.
Biaya kehilangan waktu produktifitas (overdosis, sakit, penjara, dsb) prinsipnya
sama. Biaya ini adalah lama waktu orang yang hilang akibat menunggu atau
menemani selama responden menjalani perawatan, termasuk biaya yang
dikeluarkan untuk makan dan transportasi. Cara kalkulasinya adalah lama hari
yang hilang dikalikan dengan upah minimum regional (UMR) ditambah biaya
konsumsi dan transportasi.
Biaya premature death adalah estimasi biaya yang hilang akibat kematian dini
(premature). Cara kalkulasinya adalah mencari rasio tingkat perkiraan angka
kematian diantara teman penyalah guna. Perkiraan umur teman yang mati
tersebut lalu didistribusikan menurut kelompok umur (per 5 tahun sampai
maksimal 55 tahun karena dianggap umur pensiun). Sisa umur hidup lalu
dikalkulasikan dengan cara umur pensiun (56 tahun) dikurangi umur mati
dikalikan dengan besaran upah minimum regional. Untuk mendapatkan
besaran jumlah tingkat kematian, maka angka rasio tersebut lalu dikalikan
dengan angka jumlah penyalah guna suntik.
Kedua, kalkulasi jumlah lahgun dikalikan dengan unit cost dan angka
prevalensi per tiap konsekuensi. Setelah diperoleh perhitungan unit cost dari
hasil survei, lalu mengalikan unit cost dan angka prevalensi dari tiap
konsekuensi tersebut dengan jumlah penyalah guna Narkoba.
Perpus
takaa
n sama. Biaya ini adalah lama waktu orang yang hilang akibat menunggu atau
Perpus
takaa
n sama. Biaya ini adalah lama waktu orang yang hilang akibat menunggu atau
menemani selama responden menjalani perawatan, termasuk biaya yang
Perpus
takaa
n menemani selama responden menjalani perawatan, termasuk biaya yang
dikeluarkan untuk makan dan transportasi. Cara kalkulasinya adalah lama hari
Perpus
takaa
n dikeluarkan untuk makan dan transportasi. Cara kalkulasinya adalah lama hari
yang hilang dikalikan dengan upah minimum regional (UMR) ditambah biaya
Perpus
takaa
n yang hilang dikalikan dengan upah minimum regional (UMR) ditambah biaya
konsumsi dan transportasi.
Perpus
takaa
n konsumsi dan transportasi.
premature death
Perpus
takaa
n
premature death adalah estimasi biaya yang hilang akibat kematian dini
Perpus
takaa
n
adalah estimasi biaya yang hilang akibat kematian dini
(premature). Cara kalkulasinya adalah mencari rasio tingkat perkiraan angka
Perpus
takaa
n
(premature). Cara kalkulasinya adalah mencari rasio tingkat perkiraan angka
kematian diantara teman penyalah guna. Perkiraan umur teman yang mati
Perpus
takaa
n
kematian diantara teman penyalah guna. Perkiraan umur teman yang mati
tersebut lalu didistribusikan menurut kelompok umur (per 5 tahun sampai Perpus
takaa
n
tersebut lalu didistribusikan menurut kelompok umur (per 5 tahun sampai
maksimal 55 tahun karena dianggap umur pensiun). Perpus
takaa
n
maksimal 55 tahun karena dianggap umur pensiun).
dikalkulasikan dengan cara umur pensiun (56 tahun) dikurangi umur mati Perp
ustak
aan
dikalkulasikan dengan cara umur pensiun (56 tahun) dikurangi umur mati
BNNsidang, ataupun selama di penjara. Biaya yang dicatat berdasarkan
BNNsidang, ataupun selama di penjara. Biaya yang dicatat berdasarkan
pengakuan responden yang terjadi dalam setahun terakhir.
BNNpengakuan responden yang terjadi dalam setahun terakhir.
(overdosis, sakit, penjara, dsb) prinsipnya BNN(overdosis, sakit, penjara, dsb) prinsipnya
sama. Biaya ini adalah lama waktu orang yang hilang akibat menunggu atau BNNsama. Biaya ini adalah lama waktu orang yang hilang akibat menunggu atau
17 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2.7 Analisis Data.
Software program Epi Info yang dikeluarkan oleh CDC-WHO digunakan
untuk memasukkan data dari hasil survei, sedangkan pengolahan datanya
menggunakan software data SPSS ver 13 dan Microsoft Excel. Sedangkan
data dari hasil studi kualitatif diolah dan dianalisis dengan menggunakan
software In-Vivo versi 7.0.
Ada 3 variabel utama yang menjadi dasar analisis studi ini, yaitu
kelompok umur, jenis kelamin, kategori penyalahgunaan Narkoba (coba pakai,
teratur, pecandu suntik, dan pecandu bukan suntik). Data dari hasil survei
dianalisis dengan cara distribusi frekuensi untuk mengecek konsistensi data.
Lalu ketiga variabel utama tersebut dilakukan tabulasi silang dengan setiap
konsekuensi yang terjadi akibat penggunaan Narkoba. Tabulasi silang
tersebut bertujuan untuk mendapatkan satuan biaya dan angka besaran
masalah (persentase) di setiap konsekuensi.
Perpus
takaa
n tersebut bertujuan untuk mendapatkan satuan biaya dan angka besaran
Perpus
takaa
n tersebut bertujuan untuk mendapatkan satuan biaya dan angka besaran
masalah (persentase) di setiap konsekuensi.
Perpus
takaa
n masalah (persentase) di setiap konsekuensi. BNNdianalisis dengan cara distribusi frekuensi untuk mengecek konsistensi data.
BNNdianalisis dengan cara distribusi frekuensi untuk mengecek konsistensi data.
Lalu ketiga variabel utama tersebut dilakukan tabulasi silang dengan setiap
BNNLalu ketiga variabel utama tersebut dilakukan tabulasi silang dengan setiap
konsekuensi yang terjadi akibat penggunaan Narkoba. Tabulasi silang
BNNkonsekuensi yang terjadi akibat penggunaan Narkoba. Tabulasi silang
BNNtersebut bertujuan untuk mendapatkan satuan biaya dan angka besaran BNNtersebut bertujuan untuk mendapatkan satuan biaya dan angka besaran
19 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
BAB III HASIL PENELITIAN BNN TAHUN 2014
3.1 Estimasi dan Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba.
3.1.1 Estimasi Jumlah Penyalah guna Narkoba.
Estimasi jumlah penyalah guna Narkoba dihitung dengan cara
populasi penduduk umur 10-59 tahun dikalikan dengan angka
prevalensi penyalahgunaan Narkoba dari hasil tiap sasaran survei.
Angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba yang dihitung adalah
mereka yang setahun pakai (current users). Untuk penyalah guna
setahun pakai, dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu coba pakai,
teratur pakai, pecandu bukan suntik, dan pecandu suntik. Formula
perhitungan yang digunakan adalah :
Et = ∑ (pi * P * wi )t
Et = Estimasi jumlah penyalah guna tahun t
pi = Angka prevalensi penyalah-guna kelompok penduduk i tahun t
P = Jumlah penduduk (10-59 tahun) tahun t
wi = Proporsi kelompok penduduk i terhadap seluruh penduduk
Catatan : Penduduk adalah penduduk umur 10-59 tahun; i=
pelajar; pekerja; dan rumah tangga.
Langkah yang dilakukan adalah :
Pertama, dekomposisi penduduk Indonesia tahun 2013-2020 menurut sasaran survei.
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 yang berumur 10-59 tahun
diperkirakan sebesar 181,9 juta dan meningkat menjadi 196,5 juta di
2020 (BPS, 2013). Jumlah tersebut sekitar 73% dari total seluruh
penduduk Indonesia.
Perpus
takaa
n teratur pakai, pecandu bukan suntik, dan pecandu suntik. Formula
Perpus
takaa
n teratur pakai, pecandu bukan suntik, dan pecandu suntik. Formula
perhitungan yang digunakan adalah :
Perpus
takaa
n perhitungan yang digunakan adalah :
Estimasi jumlah penyalah guna tahun t
Perpus
takaa
n Estimasi jumlah penyalah guna tahun t
Angka prevalensi penyalah-guna kelompok penduduk i tahun t
Perpus
takaa
n
Angka prevalensi penyalah-guna kelompok penduduk i tahun t
P = Jumlah penduduk (10-59 tahun) tahun t
Perpus
takaa
n
P = Jumlah penduduk (10-59 tahun) tahun t
Proporsi kelompok penduduk i terhadap seluruh penduduk
Perpus
takaa
n
Proporsi kelompok penduduk i terhadap seluruh penduduk
Catatan Perpus
takaa
n
Catatan : Perpus
takaa
n
: Penduduk adalah penduduk umur 10-59 tahun; i= Perpus
takaa
n
Penduduk adalah penduduk umur 10-59 tahun; i=
BNNprevalensi penyalahgunaan Narkoba dari hasil tiap sasaran survei.
BNNprevalensi penyalahgunaan Narkoba dari hasil tiap sasaran survei.
Angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba yang dihitung adalah
BNNAngka prevalensi penyalahgunaan Narkoba yang dihitung adalah
current users
BNNcurrent users).
BNN). Untuk penyalah guna
BNN Untuk penyalah guna
setahun pakai, dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu coba pakai, BNNsetahun pakai, dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu coba pakai,
teratur pakai, pecandu bukan suntik, dan pecandu suntik. Formula BNNteratur pakai, pecandu bukan suntik, dan pecandu suntik. Formula
20 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Jumlah penduduk tersebut lalu dikomposisi menurut berbagai kelompok sasaran survei (pelajar/mahasiswa; pekerja formal; dan sisa populasi yang dikategorikan sebagai kelompok rumah tangga), jenis kelamin (laki; perempuan), dan provinsi (33 provinsi).
Sumber data dekomposisi penduduk berasal dari berbagai sumber data. Untuk dekomposisi penduduk menurut sasaran survei, provinsi, dan jenis kelamin, maka data pelajar/mahasiswa berasal dari Kementrian Pendidikan (Kemdiknas), data pekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan data populasi penduduk dari BPS.
Kedua, estimasi dan dekomposisi angka penyalah guna Narkoba dari hasil berbagai survei menurut periode penggunaan Narkoba dan tingkat keparahan penyalahgunaan.
Setelah format dekomposisi populasi diatas terbentuk, maka langkah berikutnya adalah mengisi sel-sel disetiap format tersebut dengan angka prevalensi dari berbagai survei menurut jenis kelamin dan provinsi. Ada 3 survei yang dimanfaatkan, yaitu survei pelajar/ mahasiswa, pekerja, dan rumah tangga. Dari setiap survei tersebut diperoleh angka pernah pakai setahun terakhir. Sebagai basis rujukan inputasi data perhitungan adalah estimasi angka di tahun 2013. Secara umum nampaknya angka prevalensi dari 3 survei cenderung mengalami penurunan, terutama di kelompok pelajar/mahasiswa. Untuk angka inputasi yang digunakan dalam kalkulasi ini diperoleh dari angka rerata dari setiap kelompok survei. Detail angka inputasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1. Angka Prevalensi Survei Penyalah guna 2005-2011 dan Estimasi Angka Prevalensi Tahun 2013
TAHUN2005 2006 2009 2010 2011 2013
Rumah Tangga Laki-laki 1,47 1,20 1,33 Perempuan 0,15 0,13 0,14
Pelajar/Mahasiswa Laki-laki 9,18 7,19 4,85 7,78 Perempuan 1,98 2,52 1,26 2,14
Pekerja Laki-laki 6,51 5,43 5,97 Perempuan 3,03 3,62 3,33
Perpus
takaa
n berikutnya adalah mengisi sel-sel disetiap format tersebut dengan
Perpus
takaa
n berikutnya adalah mengisi sel-sel disetiap format tersebut dengan angka prevalensi dari berbagai survei menurut jenis kelamin dan
Perpus
takaa
n angka prevalensi dari berbagai survei menurut jenis kelamin dan provinsi. Ada 3 survei yang dimanfaatkan, yaitu survei pelajar/
Perpus
takaa
n provinsi. Ada 3 survei yang dimanfaatkan, yaitu survei pelajar/ mahasiswa, pekerja, dan rumah tangga. Dari setiap survei tersebut
Perpus
takaa
n mahasiswa, pekerja, dan rumah tangga. Dari setiap survei tersebut diperoleh angka pernah pakai setahun terakhir. Sebagai basis rujukan
Perpus
takaa
n diperoleh angka pernah pakai setahun terakhir. Sebagai basis rujukan inputasi data perhitungan adalah estimasi angka di tahun 2013. Secara
Perpus
takaa
n
inputasi data perhitungan adalah estimasi angka di tahun 2013. Secara umum nampaknya angka prevalensi dari 3 survei cenderung mengalami
Perpus
takaa
n
umum nampaknya angka prevalensi dari 3 survei cenderung mengalami penurunan, terutama di kelompok pelajar/mahasiswa. Untuk angka
Perpus
takaa
n
penurunan, terutama di kelompok pelajar/mahasiswa. Untuk angka inputasi yang digunakan dalam kalkulasi ini diperoleh dari angka rerata
Perpus
takaa
n
inputasi yang digunakan dalam kalkulasi ini diperoleh dari angka rerata dari setiap kelompok survei. Detail angka inputasi dapat dilihat pada
Perpus
takaa
n
dari setiap kelompok survei. Detail angka inputasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Perp
ustak
aan
tabel dibawah ini.
Tabel 3.1. Angka Prevalensi Survei Penyalah guna 2005-2011 dan Perpus
takaa
n
Tabel 3.1. Angka Prevalensi Survei Penyalah guna 2005-2011 dan
BNNKedua, estimasi dan dekomposisi angka penyalah guna Narkoba
BNNKedua, estimasi dan dekomposisi angka penyalah guna Narkoba dari hasil berbagai survei menurut periode penggunaan Narkoba
BNNdari hasil berbagai survei menurut periode penggunaan Narkoba
Setelah format dekomposisi populasi diatas terbentuk, maka langkah BNNSetelah format dekomposisi populasi diatas terbentuk, maka langkah berikutnya adalah mengisi sel-sel disetiap format tersebut dengan BNNberikutnya adalah mengisi sel-sel disetiap format tersebut dengan
21 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Selanjutnya, pada angka setahun pakai dirinci menurut kategori coba pakai, teratur pakai, pecandu suntik, dan pecandu bukan suntik menurut jenis kelamin dan provinsi dari tiap kelompok survei. Besaran angka-angka prevalensi penyalah guna tersebut akan digunakan untuk melakukan dekomposisi setelah jumlah penyalah guna Narkoba diperoleh. Pola yang sama juga dilakukan untuk mendapatkan angka per jenis Narkoba.
Ketiga, mengalikan jumlah penduduk dan angka prevalensi dan dekomposisi angka penyalah guna Narkoba dari hasil berbagai survei menurut jenis kelamin, provinsi, tingkat ketergantungan, dan jenis Narkoba.
Setelah semua data siap di tiap sel pada format di Microsoft Excel, langkah selanjutnya adalah mengalikan angka prevalensi tersebut dengan jumlah penduduk di tiap sel-nya. Tahap pertama, adalah mendapatkan angka besaran secara nasional terlebih dahulu untuk jumlah penyalah guna Narkoba menurut jenis kelamin, jumlah penyalah guna menurut tingkat ketergantungan, jumlah penyalah guna menurut jenis Narkoba. Setelah itu baru dilakukan dekomposisi menurut provinsi. Untuk provinsi yang tidak ada angka surveinya maka dilakukan inputasi data dengan merujuk dan mempertimbangkan angka prevalensi pelajar/mahasiswa karena datanya ada di seluruh provinsi kecuali Kalimantan Utara. Kalimantan Utara menggunakan basis data Kalimantan Timur karena sebelumnya merupakan induk provinsinya.
3.1.2 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba.
Setelah estimasi angka prevalensi penyalah guna tahun 2013 diperoleh, lalu diproyeksikan sampai tahun 2020. Ada 3 skenario proyeksi, yaitu skenario naik, skenario stabil, dan skenario turun. Untuk melakukan proyeksi, maka cara yang dilakukan sebagai berikut:
1. Tentukkan angka kenaikan prevalensi per tiap jenis survei
menurut skenario dan jenis kelamin di tahun 2020 dengan
mempertimbangkan pola data yang terjadi dari hasil regresi, lalu
buat kesepakatan dengan pihak terkait melalui workshop.
Perpus
takaa
n dengan jumlah penduduk di tiap sel-nya. Tahap pertama, adalah
Perpus
takaa
n dengan jumlah penduduk di tiap sel-nya. Tahap pertama, adalah mendapatkan angka besaran secara nasional terlebih dahulu untuk
Perpus
takaa
n mendapatkan angka besaran secara nasional terlebih dahulu untuk jumlah penyalah guna Narkoba menurut jenis kelamin, jumlah penyalah
Perpus
takaa
n jumlah penyalah guna Narkoba menurut jenis kelamin, jumlah penyalah
menurut tingkat ketergantungan, jumlah penyalah guna menurut
Perpus
takaa
n menurut tingkat ketergantungan, jumlah penyalah guna menurut
Perpus
takaa
n jenis Narkoba. Setelah itu baru dilakukan dekomposisi menurut provinsi.
Perpus
takaa
n jenis Narkoba. Setelah itu baru dilakukan dekomposisi menurut provinsi. Untuk provinsi yang tidak ada angka surveinya maka dilakukan inputasi
Perpus
takaa
n
Untuk provinsi yang tidak ada angka surveinya maka dilakukan inputasi data dengan merujuk dan mempertimbangkan angka prevalensi
Perpus
takaa
n
data dengan merujuk dan mempertimbangkan angka prevalensi pelajar/mahasiswa karena datanya ada di seluruh provinsi kecuali
Perpus
takaa
n
pelajar/mahasiswa karena datanya ada di seluruh provinsi kecuali
Perpus
takaa
n
Kalimantan Utara. Kalimantan Utara menggunakan basis data
Perpus
takaa
n
Kalimantan Utara. Kalimantan Utara menggunakan basis data Kalimantan Timur karena sebelumnya merupakan induk provinsinya. Perp
ustak
aan
Kalimantan Timur karena sebelumnya merupakan induk provinsinya.
3.1.2 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba. Perp
ustak
aan
3.1.2 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba.
BNNsurvei menurut jenis kelamin, provinsi, tingkat ketergantungan,
BNNsurvei menurut jenis kelamin, provinsi, tingkat ketergantungan,
Setelah semua data siap di tiap sel pada format di Microsoft Excel,
BNNSetelah semua data siap di tiap sel pada format di Microsoft Excel, langkah selanjutnya adalah mengalikan angka prevalensi tersebut BNNlangkah selanjutnya adalah mengalikan angka prevalensi tersebut dengan jumlah penduduk di tiap sel-nya. Tahap pertama, adalah BNNdengan jumlah penduduk di tiap sel-nya. Tahap pertama, adalah
22 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2. Lakukan perhitungan angka proyeksi prevalensi per tahun dengan
menggunakan pendekatan sum of digits years, dari 2014 sampai
2020.
3. Lakukan pengalian antara angka prevalensi per tiap survei,
dengan populasi penduduk dan bobot populasi per tiap survei.
4. Lakukan distribusinya per tiap provinsi menurut kelompok survei
dan jumlahkan hasilnya.
3.2 Perkiraan Jumlah Penyalah guna Narkoba.
Jumlah penyalah guna Narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta
sampai 4,1 juta orang yang pernah pakai Narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59 tahun di tahun 2014 di Indonesia.
Dengan bahasa lain ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang dari mereka yang
berusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai Narkoba di tahun 2014. Perlu
diketahui, dalam terminologi internasional ada 2 jenis penyalah guna Narkoba, yaitu pernah pakai (ever used) dan setahun terakhir pakai (current users).
Dalam kalkulasi ini tidak dihitung jumlah penyalah guna yang pernah pakai
Narkoba (ever used). Definisi pernah pakai adalah mereka yang satu kali saja
pernah pakai Narkoba di sepanjang hidupnya.
Tabel 3.2 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba Setahun Terakhir di Indonesia, 2014-2020 (dalam ribuan orang)
JENIS KELAMIN
SKENA-RIO
TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Laki-laki Naik 3.088,7 3.224,0 3.348,7 3.461,4 3.561,5 3.648,3 3.722,8
Stabil 2.997,5 3.051,5 3.105,5 3.159,0 3.211,9 3.264,4 3.318,0
Turun 2.884,6 2.837,6 2.803,8 2.783,4 2.777,4 2.786,9 2.814,0
Perempuan Naik 1.058,4 1.109,6 1.157,1 1.200,5 1.239,1 1.272,9 1.302,1
Stabil 1.025,2 1.046,6 1,068,1 1.089,5 1.110,4 1.131,3 1.152,5
Turun 986,0 972,2 963,0 958,4 958,6 964,2 975,8
Total Naik 4.147,1 4.333,5 4.505,9 4.661,9 4.800,6 4.921,2 5.024,9
Stabil 4.022,7 4.098,0 4.173,6 4.248,4 4.322,3 4.395,8 4.470,5
Turun 3.870,5 3.809,8 3.766,0 3.741,8 3.746,0 3.751,1 3.789,9
Perpus
takaa
n berusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai Narkoba di tahun 2014. Perlu
Perpus
takaa
n berusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai Narkoba di tahun 2014. Perlu
diketahui, dalam terminologi internasional ada 2 jenis penyalah guna Narkoba
Perpus
takaa
n diketahui, dalam terminologi internasional ada 2 jenis penyalah guna Narkoba) dan setahun terakhir pakai (
Perpus
takaa
n ) dan setahun terakhir pakai (
tidak dihitung
Perpus
takaa
n tidak dihitung jumlah penyalah guna yang pernah pakai
Perpus
takaa
n jumlah penyalah guna yang pernah pakai
). Definisi pernah pakai adalah mereka yang satu kali saja
Perpus
takaa
n ). Definisi pernah pakai adalah mereka yang satu kali saja
pernah pakai Narkoba di sepanjang hidupnya.
Perpus
takaa
n
pernah pakai Narkoba di sepanjang hidupnya.
Tabel 3.2 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba Setahun Terakhir di
Perpus
takaa
n
Tabel 3.2 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba Setahun Terakhir di Indonesia, 2014-2020 (dalam ribuan orang)
Perpus
takaa
n
Indonesia, 2014-2020 (dalam ribuan orang)
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
SKENAPerpus
takaa
n
SKENAPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
Jumlah penyalah guna Narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta
BNNJumlah penyalah guna Narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta
sampai 4,1 juta orang yang pernah pakai Narkoba dalam setahun terakhir
BNNsampai 4,1 juta orang yang pernah pakai Narkoba dalam setahun terakhir ) pada kelompok usia 10-59 tahun di tahun 2014 di Indonesia.
BNN) pada kelompok usia 10-59 tahun di tahun 2014 di Indonesia.
Dengan bahasa lain ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang dari mereka yang BNNDengan bahasa lain ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang dari mereka yang
berusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai Narkoba di tahun 2014. Perlu BNNberusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai Narkoba di tahun 2014. Perlu
23 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Ketika melakukan proyeksi, ada 3 skenario yang dikembangkan yaitu skenario naik, stabil, dan turun. Skenario naik adalah terjadinya situasi kenaikan jumlah penyalah guna akibat tekanan yang lebih kuat dari para pengedar/bandar Narkoba. Skenario turun adalah terjadinya situasi penurunan jumlah penyalah guna akibat tekanan yang lebih kuat dari para aparat penegak hukum dan seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan Narkoba, terutama aspek sosialisasi dan edukasi. Skenario stabil adalah kondisi dimana relatif tidak ada kenaikan jumlah penyalah guna Narkoba dari tahun ke tahun karena adanya kesamaan kekuatan antara pihak aparat penegak hukum dan seluruh lapisan masyarakat melawan para pengedar/bandar Narkoba.
Apabila skenario naik, jumlah penyalah guna Narkoba meningkat dari 4,0 juta (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila terjadi skenario turun maka akan terjadi penurunan dari 4,0 juta menjadi 3,7 juta orang (2020). Sementara itu, bila skenario stabil diperkirakan akan menjadi 4,4 juta orang di tahun 2020. Secara absolut dan angka prevalensi terjadinya kenaikan jumlah penyalah guna pada skenario stabil karena adanya peningkatan jumlah penduduk dan perubahan komposisi kelompok penduduk sebesar 1% di setiap kelompok pelajar13/mahasiswa dan pekerja14 yang juga berimplikasi pada kelompok rumah tangga.
Besaran jumlah penyalah guna tersebut, jika dibagi dengan jumlah
populasi penduduk umur 10-59 tahun, lalu dikalikan dengan 100% maka
nilainya dapat disetarakan antar provinsi/negara ataupun waktu. Angka ini
disebut sebagai angka prevalensi. Pada tahun 2014, diperkirakan angka
prevalensi berkisar antara 2,1% sampai 2,25%. Jika dibandingkan studi tahun
2011, angka prevalensi tersebut relatif stabil (2,2%) tetapi terjadi kenaikan bila
dibandingkan hasil studi tahun 2008 (1,9%). Dengan demikian, angka
prevalensi tahun 2014 ini mengindikasikan pola seperti yang terjadi di dunia
yaitu angka prevalensi penyalah guna Narkoba relatif stabil15 dari tahun 2011
sampai saat ini. 13Adanya program sekolah gratis dari pemerintah, seperti beasiswa sekolah miskin 14Pertumbuhan ekonomi antara 5%-7% per tahun sehingga membuka peluang jumlah pekerja di sektor formal bertambah 15UNODC (2013). World Drugs Report 2012
Perpus
takaa
n turun maka akan terjadi penurunan dari 4,0 juta menjadi 3,7 juta orang (2020).
Perpus
takaa
n turun maka akan terjadi penurunan dari 4,0 juta menjadi 3,7 juta orang (2020). Sementara itu, bila skenario stabil diperkirakan akan menjadi 4,4 juta orang di
Perpus
takaa
n Sementara itu, bila skenario stabil diperkirakan akan menjadi 4,4 juta orang di hun 2020. Secara absolut dan angka prevalensi terjadinya kenaikan jumlah
Perpus
takaa
n hun 2020. Secara absolut dan angka prevalensi terjadinya kenaikan jumlah
penyalah guna pada skenario stabil karena adanya peningkatan jumlah
Perpus
takaa
n penyalah guna pada skenario stabil karena adanya peningkatan jumlah penduduk dan perubahan komposisi kelompok penduduk sebesar 1% di setiap
Perpus
takaa
n penduduk dan perubahan komposisi kelompok penduduk sebesar 1% di setiap
Perpus
takaa
n
/mahasiswa dan pekerja
Perpus
takaa
n
/mahasiswa dan pekerjakelompok rumah tangga.
Perpus
takaa
n
kelompok rumah tangga.
Besaran jumlah penyalah guna
Perpus
takaa
n
Besaran jumlah penyalah guna
populasi penduduk umur 10-59 tahun, lalu dikalikan dengan 100% maka
Perpus
takaa
n
populasi penduduk umur 10-59 tahun, lalu dikalikan dengan 100% maka
Perpus
takaa
n
nilainya dapat disetarakan antar provinsi/negara ataupun waktu. Angka ini Perpus
takaa
n
nilainya dapat disetarakan antar provinsi/negara ataupun waktu. Angka ini
disebut sebagai angka prevalensi. Pada tahun 2014, diperkirakan angka Perpus
takaa
n
disebut sebagai angka prevalensi. Pada tahun 2014, diperkirakan angka
BNNApabila skenario naik, jumlah penyalah guna Narkoba meningkat dari 4,0
BNNApabila skenario naik, jumlah penyalah guna Narkoba meningkat dari 4,0 juta (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila terjadi skenario BNNjuta (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila terjadi skenario turun maka akan terjadi penurunan dari 4,0 juta menjadi 3,7 juta orang (2020). BNNturun maka akan terjadi penurunan dari 4,0 juta menjadi 3,7 juta orang (2020).
24 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Tabel 3.3 Proyeksi Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Setahun Terakhir di Indonesia, 2014-2020 (dalam persen (%))
SKENARIO TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Naik 2,25 2,33 2,39 2,45 2,49 2,53 2,56
Stabil 2,18 2,20 2,21 2,23 2,24 2,26 2,27
Turun 2,10 2,04 2,00 1,96 1,94 1,93 1,93
Detail jumlah angka penyalah guna per provinsi dapat dilihat pada
lampiran.
Sebagai catatan yang perlu diketahui. Mengapa seolah-olah jumlah
penyalah guna relatif stabil? Jika merujuk dari hasil estimasi perhitungan
jumlah penyalah guna pada tahun 2008 dan 2011 dibandingkan 2014, ada hal
yang perlu diketahui. Rumus perhitungan jumlah penyalah guna Narkoba
adalah angka prevalensi dikalikan dengan populasi. Dalam kalkulasi ini,
jumlah populasi penduduk merujuk dari angka yang dipublikasikan Badan
Pusat Statistik (BPS). Perhitungan jumlah populasi penduduk tahun 2008 dan
2011 mengacu dari hasil perhitungan jumlah penduduk hasil sensus penduduk
tahun 2000. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2014, merujuk pada sumber
data BPS terbaru yaitu dari hasil sensus penduduk tahun 2010. Jumlah
penduduk tahun 2014 lebih kecil dibandingkan angka populasi penduduk 2011
(lihat tabel bawah). Implikasinya tentu terhadap hasil kalkulasi jumlah
penyalah guna secara nasional, maupun di tiap provinsi.
Tabel 3.4 Jumlah Populasi Penduduk (10-59 Tahun) Berdasarkan Hasil 2 Sensus
SENSUS 2000 SENSUS 2010
2008 2011 2014
Indonesia 169.251.600 191.686.756 184.175.500
Perpus
takaa
n penyalah guna relatif stabil? Jika merujuk dari hasil estimasi perhitungan
Perpus
takaa
n penyalah guna relatif stabil? Jika merujuk dari hasil estimasi perhitungan
jumlah penyalah guna pada tahun 2008 dan 2011 dibandingkan 2014, ada hal
Perpus
takaa
n jumlah penyalah guna pada tahun 2008 dan 2011 dibandingkan 2014, ada hal
yang perlu diketahui. Rumus perhitungan jumlah penyalah guna
Perpus
takaa
n yang perlu diketahui. Rumus perhitungan jumlah penyalah guna
adalah angka prevalensi dikalikan dengan populasi. Dalam kalkulasi ini,
Perpus
takaa
n adalah angka prevalensi dikalikan dengan populasi. Dalam kalkulasi ini,
Perpus
takaa
n jumlah populasi penduduk merujuk dari angka yang dipublikasikan Badan
Perpus
takaa
n jumlah populasi penduduk merujuk dari angka yang dipublikasikan Badan
Pusat Statistik (BPS). Perhitungan jumlah populasi penduduk tahun 2008 dan
Perpus
takaa
n
Pusat Statistik (BPS). Perhitungan jumlah populasi penduduk tahun 2008 dan
2011 mengacu dari hasil perhitungan jumlah penduduk hasil sensus penduduk
Perpus
takaa
n
2011 mengacu dari hasil perhitungan jumlah penduduk hasil sensus penduduk
tahun 2000. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2014, merujuk pada sumber
Perpus
takaa
n
tahun 2000. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2014, merujuk pada sumber
Perpus
takaa
n
data BPS terbaru yaitu dari hasil sensus penduduk tahun 2010. Jumlah
Perpus
takaa
n
data BPS terbaru yaitu dari hasil sensus penduduk tahun 2010. Jumlah
penduduk tahun 2014 lebih kecil dibandingkan angka populasi penduduk 2011 Perpus
takaa
n
penduduk tahun 2014 lebih kecil dibandingkan angka populasi penduduk 2011
(lihat tabel bawah). Implikasinya tentu terhadap hasil kalkulasi jumlah Perp
ustak
aan
(lihat tabel bawah). Implikasinya tentu terhadap hasil kalkulasi jumlah
BNN. Mengapa seolah-olah jumlah
BNN. Mengapa seolah-olah jumlah
BNNpenyalah guna relatif stabil? Jika merujuk dari hasil estimasi perhitungan BNNpenyalah guna relatif stabil? Jika merujuk dari hasil estimasi perhitungan
25 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
coba teratur non suntik suntik
Jumlah
Penya
lahgun
a (oran
g)
Pekerja
Pelajar
Rumah Tangga
3.3 Kategorisasi Pengguna Narkoba.
Sampai saat ini belum ada definisi yang disepakati oleh para ahli terkait pengklasifikasian untuk menentukkan batas seseorang sebagai pengguna teratur, rekreasional, maupun pecandu berat (lihat tinjauan pustaka). Ada yang menggunakan pendekatan medis, psikologi, frekuensi pakai, atau kombinasi-nya. Dalam studi ini kami mengklasifikasi kategori pengguna Narkoba menjadi 4 macam (coba pakai, teratur pakai, pecandu non suntik, dan pecandu suntik) menurut frekuensi pemakaian atau cara pakai (hanya suntik) dari setiap kelompok survei.
Grafik 3.1 Estimasi Angka Penyalah guna Menurut Tingkat Ketergantungan, 2014
Sebagian besar penyalah guna berada pada kelompok coba pakai terutama pada kelompok pekerja. Tekanan pekerjaan yang berat, kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan teman kerja merupakan faktor pencetus terjadinya penyalahgunaan Narkoba pada kelompok pekerja. Sebagian besar dari mereka masih dalam taraf coba pakai dan teratur pakai, terutama jenis shabu. Mereka pakai shabu tersebut dalam keadaan tekanan kerja yang tinggi dalam pekerjaannya sehingga memerlukan tambahan stamina yang diperoleh melalui konsumsi shabu. Salah satu alasan yang disampaikan dari hasil wawancara mendalam, shabu tersebut sebagai doping agar kuat dalam bekerja (tidak cepat lelah). Sayangnya sebagian dari mereka (para pekerja) tidak paham bahwa yang dikonsumsinya (shabu) merupakan salah satu jenis Narkoba. Bahkan mereka percaya bahwa shabu tidak menyebabkan ketergantungan, karena dapat dikontrol pemakaiannya oleh pengguna tersebut. Miskonsepsi tentang shabu ini banyak beredar pada kelompok pekerja.
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
teratur
Perpus
takaa
n
teratur
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Sebagian besar penyalah guna berada pada kelompok coba pakai
Perpus
takaa
n
Sebagian besar penyalah guna berada pada kelompok coba pakai terutama pada kelompok pekerja. Tekanan pekerjaan yang berat, kemampuan
Perpus
takaa
n
terutama pada kelompok pekerja. Tekanan pekerjaan yang berat, kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan teman kerja merupakan faktor
Perpus
takaa
n
sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan teman kerja merupakan faktor
Perpus
takaa
n
pencetus terjadinya penyalahgunaan Narkoba pada kelompok pekerja. Perpus
takaa
n
pencetus terjadinya penyalahgunaan Narkoba pada kelompok pekerja. Sebagian besar dari mereka masih dalam taraf coba pakai dan teratur pakai, Perp
ustak
aan
Sebagian besar dari mereka masih dalam taraf coba pakai dan teratur pakai,
BNNBNNBNNBNNBNN
Grafik 3.1 Estimasi Angka Penyalah guna Menurut Tingkat
BNNGrafik 3.1 Estimasi Angka Penyalah guna Menurut Tingkat
26 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Penyalah guna Narkoba suntik cenderung mengalami penurunan dari
tahun 2008 sampai saat ini. Jika pada tahun 2008 jumlah penyalah guna
suntik sekitar 263ribu, lalu terus menurun menjadi 70 ribuan (2011), lalu
menjadi 67 ribuan di tahun 2014. Namun, saat ini di tingkat lapangan mulai
muncul pengguna suntik baru dimana jenis yang disuntikkan ke tubuh bukan
lagi heroin/putau tetapi jenis Narkoba lainnya, seperti shabu, subuxon, dsb.
Jika ini dibiarkan, maka dapat dipastikan akan terjadi kenaikan jumlah
penyalah guna suntik, dan akan terjadi peningkatan kasus HIV AIDS.
3.4 Perkiraan Jumlah Penyalah guna Per Provinsi.
Setelah diperoleh hasil estimasi jumlah penyalah guna secara nasional,
langkah berikutnya adalah memilah menurut provinsi, dan
memproyeksikannya sampai tahun 2020. Dasar pemilihan angka prevalensi di
tiap provinsi mengacu dari hasil angka semua survei prevalensi dari tiap
provinsi dari ketiga survei, yaitu pelajar/mahasiswa, pekerja, dan rumah
tangga. Bagi provinsi yang tidak ada surveinya, digunakan basis survei pelajar
untuk melakukan estimasi dan koreksi angka prevalensinya, sebab survei
pelajar yang paling lengkap datanya, kecuali di Kalimantan Utara sebab
provinsi baru pemekaran dari Kalimantan Utara.
Semua provinsi di pulau Jawa secara absolut memiliki jumlah penyalah
guna yang terbanyak dibandingkan provinsi-provinsi di luar jawa, kecuali
Sumatera Utara. Hal ini disebabkan jumlah populasi penduduk yang lebih
besar dibandingkan kota-kota di luar Jawa. Namun, apabila distandarisasi
dengan angka prevalensi, tidak demikian. Angka prevalensi dihitung dengan
membagi jumlah penyalah guna (absolut) dengan angka jumlah penduduk per
tiap provinsi. Dalam grafik terlihat, provinsi DKI Jakarta (4,73%) memiliki
angka prevalensi yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya, diikuti oleh
Kalimantan Timur (3,07%) dan Kepulauan Riau (2,94%). Sebagai catatan,
provinsi Kalimantan Timur telah dipecah menjadi 2 bagian, yaitu Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara.
Perpus
takaa
n memproyeksikannya sampai tahun 2020. Dasar pemilihan angka prevalensi di
Perpus
takaa
n memproyeksikannya sampai tahun 2020. Dasar pemilihan angka prevalensi di
tiap provinsi mengacu dari hasil angka semua survei prevalensi dari tiap
Perpus
takaa
n tiap provinsi mengacu dari hasil angka semua survei prevalensi dari tiap
provinsi dari ketiga survei, yaitu pelajar/mahasiswa, pekerja, dan rumah
Perpus
takaa
n provinsi dari ketiga survei, yaitu pelajar/mahasiswa, pekerja, dan rumah
tangga. Bagi provinsi yang tidak ada surveinya, digunakan basis survei pelajar
Perpus
takaa
n tangga. Bagi provinsi yang tidak ada surveinya, digunakan basis survei pelajar
untuk melakukan estimasi dan koreksi angka prevalensinya, sebab survei
Perpus
takaa
n
untuk melakukan estimasi dan koreksi angka prevalensinya, sebab survei
Perpus
takaa
n
pelajar yang paling lengkap datanya, kecuali di Kalimantan Utara sebab
Perpus
takaa
n
pelajar yang paling lengkap datanya, kecuali di Kalimantan Utara sebab
provinsi baru pemekaran dari Kalimantan Utara.
Perpus
takaa
n
provinsi baru pemekaran dari Kalimantan Utara.
Semua provinsi di pulau Jawa secara absolut memiliki jumlah penyalah
Perpus
takaa
n
Semua provinsi di pulau Jawa secara absolut memiliki jumlah penyalah
yang terbanyak dibandingkan provinsi-provinsi di luar jawa, kecuali Perpus
takaa
n
yang terbanyak dibandingkan provinsi-provinsi di luar jawa, kecuali
Sumatera Utara. Hal ini disebabkan jumlah populasi penduduk yang lebih Perpus
takaa
n
Sumatera Utara. Hal ini disebabkan jumlah populasi penduduk yang lebih
BNNSetelah diperoleh hasil estimasi jumlah penyalah guna secara nasional,
BNNSetelah diperoleh hasil estimasi jumlah penyalah guna secara nasional,
langkah berikutnya adalah memilah menurut provinsi, dan BNNlangkah berikutnya adalah memilah menurut provinsi, dan
memproyeksikannya sampai tahun 2020. Dasar pemilihan angka prevalensi di BNNmemproyeksikannya sampai tahun 2020. Dasar pemilihan angka prevalensi di
27 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Secara angka absolut propinsi yang terendah adalah Irian Jaya Barat,
sedangkan angka prevalensi terendah adalah Papua (1,23%). Hal yang patut
dicermati di provinsi Papua adalah jumlah penyalah guna dan angka
prevalensinya semakin meningkat tajam sebab tingkat peredaran Narkoba
jenis ganja yang masuk dari perbatasan Papua Nugini semakin marak. Apalagi
harganya jauh lebih murah dibandingkan jenis shabu.
Grafik 3.2 Estimasi Angka Absolut dan Angka Prevalensi Penyalah guna Narkoba Per Provinsi, 2014
3.5 Karakteristik Penyalah guna Narkoba, 2014-2020
Bagian ini mengilustrasikan karateristik responden yang disurvei di
kalangan penyalah guna Narkoba dengan metode RDS tahun 2014. Data
survei ini digunakan sebagai acuan input data untuk memproporsikan setiap
konsekuensi dan besaran satuan biaya akibat penyalahgunaan Narkoba.
Asumsi tersebut dipakai untuk mengkalkulasi kerugian biaya ekonomi-sosial
akibat penyalahgunaan Narkoba. Jika dipilah menurut kategori penyalah guna
Narkoba, maka hanya ada 3 dari 4 kategori yang berhasil dijaring dengan
metode RDS, yaitu teratur pakai, pecandu suntik, dan pecandu non suntik.
Untuk mendapatkan kelompok coba pakai dilakukan dengan cara purposive sampling. Karateristik penyalah guna yang disampaikan berasal dari metode RDS tersebut.
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.5 Karakteristik Penyalah guna Narkoba, 2014-2020
Perpus
takaa
n
3.5 Karakteristik Penyalah guna Narkoba, 2014-2020
Bagian ini mengilustrasikan karateristik responden yang disurvei di
Perpus
takaa
n
Bagian ini mengilustrasikan karateristik responden yang disurvei di
Perpus
takaa
n
kalangan penyalah guna Narkoba dengan metode RDS tahun 2014. Data Perpus
takaa
n
kalangan penyalah guna Narkoba dengan metode RDS tahun 2014. Data
survei ini digunakan sebagai acuan input data untuk memproporsikan setiap Perp
ustak
aan
survei ini digunakan sebagai acuan input data untuk memproporsikan setiap
BNN
28 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Sebagian besar responden penyalah guna adalah laki-laki (91%), dengan pola sebaran relatif sama di semua wilayah survei. Di DIY, Maluku, Sumut, Sumsel, NTB, Sultra dan Papua, proporsi lelakinya lebih banyak lagi mencapai 95%. Di Sulut dan Kepri persentase responden perempuan lebih banyak (15%) dibanding provinsi lain. Dari responden perempuan ditemukan ada 6% yang sedang hamil terutama pada pecandu suntik (9%).
Rentang usia responden antara 11 sampai 66 tahun, dengan rerata usia berkisar 26-27 tahun. Rerata usia kelompok teratur dan pecandu non suntik hampir sama yaitu 26 tahun, sedangkan pada kelompok pecandu suntik sedikit lebih tua (32 tahun). Sekitar duapertiga dari responden berpendidikan tinggi, yaitu minimal SMA/MA sederajat. Responden di Kalbar, Maluku, DIY, Jatim, Bali dan NTB yang telah menamatkan SMA/MA sederajat mencapai 70%. Bahkan di Jabar, NTB, Sutra dan Papua responden yang telah menamatkan Akademi/perguruan tinggi lebih dari 15%, sedangkan di Lampung paling tinggi 25%.
Di sebagian besar provinsi, lebih dari duapertiga berstatus belum menikah. Responden yang belum menikah paling banyak di DIY (85%). Di Bali proporsinya agak berbeda dengan provinsi lainnya, dimana sekitar separuhnya belum menikah dan hampir separuh lainnya berstatus menikah. Di kelompok pecandu suntik polanya agak berbeda dengan kelompok lainnya, yaitu mereka yang sudah menikah (40%), cerai (10%), dan sisanya belum menikah.
Tabel 3.5 Karakteristik Penyalah guna Menurut Kategori Kelompok Penyalah guna Narkoba
TERATUR PECANDU NON SUNTIK
PECANDU SUNTIK TOTAL
Jenis Kelamin a. Laki-Laki 88,0% 90,7% 94,7% 91,3% b. Perempuan 0,12% 5,70% 5,3% 8,7% Pendidikan a. Tidak Sekolah, SD, SMP 27,9% 31,8% 22,1% 28,7% b. SMA/MA Sederajat 58,8% 58,3% 67,4% 60,7% c. Perguruan Tinggi 13,3% 9,9% 10,5% 10,6% Perkawinan a. Belum Kawin 71,4% 70,5% 44,0% 63,8% b. Kawin 23,5% 23,6% 41,9% 28,3% c. Cerai 3,7% 1,6% 12,2% 6,6%
Perpus
takaa
n Di sebagian besar provinsi, lebih dari duapertiga berstatus belum
Perpus
takaa
n Di sebagian besar provinsi, lebih dari duapertiga berstatus belum menikah. Responden yang belum menikah paling banyak di DIY (85%). Di
Perpus
takaa
n menikah. Responden yang belum menikah paling banyak di DIY (85%). Di Bali proporsinya agak berbeda dengan provinsi lainnya, dimana sekitar
Perpus
takaa
n Bali proporsinya agak berbeda dengan provinsi lainnya, dimana sekitar separuhnya belum menikah dan hampir separuh lainnya berstatus menikah.
Perpus
takaa
n
separuhnya belum menikah dan hampir separuh lainnya berstatus menikah. Di kelompok pecandu suntik polanya agak berbeda dengan kelompok lainnya,
Perpus
takaa
n
Di kelompok pecandu suntik polanya agak berbeda dengan kelompok lainnya, yaitu mereka yang sudah menikah (40%), cerai (10%), dan sisanya belum
Perpus
takaa
n
yaitu mereka yang sudah menikah (40%), cerai (10%), dan sisanya belum
Karakteristik
Perpus
takaa
n
Karakteristik gunaPerp
ustak
aan
guna NarkobaPerpus
takaa
n
NarkobaPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
tinggi, yaitu minimal SMA/MA sederajat. Responden di Kalbar, Maluku, DIY,
BNNtinggi, yaitu minimal SMA/MA sederajat. Responden di Kalbar, Maluku, DIY, Jatim, Bali dan NTB yang telah menamatkan SMA/MA sederajat mencapai
BNNJatim, Bali dan NTB yang telah menamatkan SMA/MA sederajat mencapai 70%. Bahkan di Jabar, NTB, Sutra dan Papua responden yang telah
BNN70%. Bahkan di Jabar, NTB, Sutra dan Papua responden yang telah menamatkan Akademi/perguruan tinggi lebih dari 15%, sedangkan di BNNmenamatkan Akademi/perguruan tinggi lebih dari 15%, sedangkan di
29 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Sekitar separuh responden tinggal di rumah orangtuanya dan sekitar
11% tinggal di rumah sendiri. Sementara itu, responden yang tinggal di rumah
kost/kontrakan, persentasenya bervariasi antar tiap provinsi. Persentase yang
kost/kontrak banyak ditemukan di Kepri (52%), DIY (44%), Kaltim (43%), Bali
(39%), dan Papua (36%). Di sebagian besar provinsi, hampir semua
responden tinggal bersama orangtua dan keluarga (suami/istri, anak atau
saudara kandung (kakak, adik) atau dengan kakek/nenek/keluarga lain).
Mereka yang tinggal sendiri hanya 10%.
Pekerjaan utama responden kebanyakan pegawai swasta dan
mahasiswa. Responden yang tidak bekerja ada 20% dari total responden
dengan sebaran bervariasi pada tiap provinsi (9% hingga 36%), terutama di
Papua (36%), Sumut (31%) dan Kaltim (29%). Pada kelompok teratur dan
pecandu non suntik (@20%) adalah mahasiswa. Pecandu suntik paling
banyak sebagai pegawai swasta (24%). Sekitar sepertiga responden
menanggung kebutuhan hidup orang lain. Di Jatim, Bali, Sultra dan Sulsel
hampir separuh dari responden menyatakan menanggung kebutuhan hidup
orang lain. Sementara itu, proporsi penyalah guna teratur dan pecandu non
suntik yang menanggung kebutuhan hidup orang lain sekitar sepertiganya.
Sedangkan di kelompok pecandu suntik hampir separuhnya (48%).
Besaran jumlah penghasilan utama responden sangat lebar yaitu antara
50ribu sampai 30 juta per bulan per orang, dengan rerata sekitar 2,5 juta per
bulan. Rerata pendapatan di kelompok teratur lebih rendah dibandingkan
pecandu non suntik dan pecandu suntik. Ada sekitar duapertiga dari
respondenmengaku memiliki penghasilan tambahan. Sumber penghasilan
tambahan kebanyakan dari orangtua (41%) dan dari bekerja (32%).
Ada sekitar sepertiga responden mengaku memiliki tabungan dan piutang, kecuali di DIY (14%). Hampir sepertiga responden mengaku mempunyai utang, kecuali di Maluku (7%), Sulut (14%) dan Papua (9%). Mereka yang memiliki kartu kredit sekitar 5%, terutama di Jabar (11%), Lampung (11%), Jatim dan Sultra (@9%). Persentase yang punya kartu kredit pada pecandu suntik (7%) hampir dua kali lebih banyak dibanding pecandu non suntik dan teratur.
Perpus
takaa
n banyak sebagai pegawai swasta (24%). Sekitar sepertiga responden
Perpus
takaa
n banyak sebagai pegawai swasta (24%). Sekitar sepertiga responden
menanggung kebutuhan hidup orang lain. Di Jatim, Bali, Sultra dan Sulsel
Perpus
takaa
n menanggung kebutuhan hidup orang lain. Di Jatim, Bali, Sultra dan Sulsel
hampir separuh dari responden menyatakan menanggung kebutuhan hidup
Perpus
takaa
n hampir separuh dari responden menyatakan menanggung kebutuhan hidup
orang lain. Sementara itu, proporsi penyalah guna teratur dan pecandu non
Perpus
takaa
n orang lain. Sementara itu, proporsi penyalah guna teratur dan pecandu non
suntik yang menanggung kebutuhan hidup orang lain sekitar sepertiganya.
Perpus
takaa
n suntik yang menanggung kebutuhan hidup orang lain sekitar sepertiganya.
Sedangkan di kelompok pecandu suntik hampir separuhnya (48%).
Perpus
takaa
n
Sedangkan di kelompok pecandu suntik hampir separuhnya (48%).
Besaran jumlah penghasilan utama responden sangat lebar yaitu antara
Perpus
takaa
n
Besaran jumlah penghasilan utama responden sangat lebar yaitu antara
50ribu sampai 30 juta per bulan per orang, dengan rerata sekitar 2,5 juta per
Perpus
takaa
n
50ribu sampai 30 juta per bulan per orang, dengan rerata sekitar 2,5 juta per
bulan. Rerata pendapatan di kelompok teratur lebih rendah dibandingkan
Perpus
takaa
n
bulan. Rerata pendapatan di kelompok teratur lebih rendah dibandingkan
Perpus
takaa
n
pecandu non suntik dan pecandu suntik. Ada sekitar duapertiga dari Perpus
takaa
n
pecandu non suntik dan pecandu suntik. Ada sekitar duapertiga dari
respondenmengaku memiliki penghasilan tambahan. Sumber penghasilan Perp
ustak
aan
respondenmengaku memiliki penghasilan tambahan. Sumber penghasilan
BNNmahasiswa. Responden yang tidak bekerja ada 20% dari total responden
BNNmahasiswa. Responden yang tidak bekerja ada 20% dari total responden
dengan sebaran bervariasi pada tiap provinsi (9% hingga 36%), terutama di
BNNdengan sebaran bervariasi pada tiap provinsi (9% hingga 36%), terutama di
Papua (36%), Sumut (31%) dan Kaltim (29%). Pada kelompok teratur dan
BNNPapua (36%), Sumut (31%) dan Kaltim (29%). Pada kelompok teratur dan
pecandu non suntik (@20%) adalah mahasiswaBNNpecandu non suntik (@20%) adalah mahasiswa. BNN
. Pecandu suntik paling BNNPecandu suntik paling
banyak sebagai pegawai swasta (24%). Sekitar sepertiga responden BNNbanyak sebagai pegawai swasta (24%). Sekitar sepertiga responden
30 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.6 Perilaku Penggunaan Narkoba.
3.6.1 Riwayat Pemakaian Narkoba.
Pada bagian ini menjelaskan tentang hasil dari tiap konsekuensi
akibat penyalahgunaan Narkoba yang diperoleh dari hasil survei
dikalangan penyalah guna Narkoba, 2014. Secara detail akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Jenis Narkoba Pertama Kali Disalahgunakan.
Jenis Narkoba yang pertama kali digunakan oleh responden
bervariasi antar tiap provinsi. Ganja (gele, cimeng, marijuana,
getok) masih jenis Narkoba yang pertama kali banyak
disebutkandi semua provinsi (61%), terutama di Papua (92%),
NTB (84%), Maluku (82%) dan Kalbar (79%). Selain ganja, jenis
yang banyak digunakan pertama kali adalah shabu (yaba, SS,
tastus, ubas) dan ekstasi. Shabu banyak ditemukan di Kaltim
(49%), Sumsel (19%), dan Sumut (13%). Untuk ekstasy paling
banyak pertama kali digunakan di Kepri (22%), Sumsel (16%),
Sumut (11%), Lampung (10%), dan Bali (9%).
Sebagai catatan, disetiap provinsi ada perbedaan pola jenis
Narkoba yang pertama kali digunakan oleh responden. Ada jenis
Narkoba yang banyak digunakan di provinsi A, tetapi tidak di
provinsi B atau sebaliknya. Ini mengindikasikan bahwa ada jenis-
jenis Narkoba tertentu yang memang popular sebagai jenis
Narkoba yang pertama kali dikonsumsinya. Jenis Narkoba daftar
G atau obat resep, tidak terlalu banyak menjadi pilihan yang
pertama kali dipakai responden, tetapi pilihan berikutnya.
Misalkan, nipam banyak digunakan pertama kali di Sulsel (19%),
sementara itu Pil Koplo di Jatim (21%) dan Jogja (14%). Jenis
Sanax banyak ditemukan di Jogja (10%), dan dextro di Sulut
(16%) dan Sultra (10%).
Perpus
takaa
n disebutkandi semua provinsi (61%), terutama di Papua (92%),
Perpus
takaa
n disebutkandi semua provinsi (61%), terutama di Papua (92%),
NTB (84%), Maluku (82%) dan Kalbar (79%). Selain ganja, jenis
Perpus
takaa
n NTB (84%), Maluku (82%) dan Kalbar (79%). Selain ganja, jenis
yang banyak digunakan pertama kali adalah shabu (yaba, SS,
Perpus
takaa
n yang banyak digunakan pertama kali adalah shabu (yaba, SS,
tastus, ubas) dan ekstasi. Shabu banyak ditemukan di Kaltim
Perpus
takaa
n tastus, ubas) dan ekstasi. Shabu banyak ditemukan di Kaltim
Perpus
takaa
n (49%), Sumsel (19%), dan Sumut (13%). Untuk ekstasy paling
Perpus
takaa
n (49%), Sumsel (19%), dan Sumut (13%). Untuk ekstasy paling
banyak pertama kali digunakan di Kepri (22%),
Perpus
takaa
n
banyak pertama kali digunakan di Kepri (22%),
Sumut (11%), Lampung (10%), dan Bali (9%).
Perpus
takaa
n
Sumut (11%), Lampung (10%), dan Bali (9%).
Sebagai catatan, disetiap provinsi ada perbedaan pola jenis
Perpus
takaa
n
Sebagai catatan, disetiap provinsi ada perbedaan pola jenis
Perpus
takaa
n
Narkoba yang pertama kali digunakan oleh responden. Ada jenis
Perpus
takaa
n
Narkoba yang pertama kali digunakan oleh responden. Ada jenis
Narkoba yang banyak digunakan di provinsi A, tetapi tidak di Perpus
takaa
n
Narkoba yang banyak digunakan di provinsi A, tetapi tidak di
provinsi B atau sebaliknya. Ini mengindikasikan bahwa ada jenis-Perp
ustak
aan
provinsi B atau sebaliknya. Ini mengindikasikan bahwa ada jenis-
BNNJenis Narkoba yang pertama kali digunakan oleh responden
BNNJenis Narkoba yang pertama kali digunakan oleh responden
bervariasi antar tiap provinsi. Ganja (gele, cimeng, marijuana,
BNNbervariasi antar tiap provinsi. Ganja (gele, cimeng, marijuana,
getok) masih jenis Narkoba yang pertama kali banyak
BNNgetok) masih jenis Narkoba yang pertama kali banyak
disebutkandi semua provinsi (61%), terutama di Papua (92%), BNNdisebutkandi semua provinsi (61%), terutama di Papua (92%),
31 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2. Jenis Narkoba Pernah Dipakai (Ever Used).
Lebih dari separuh responden (55%) mengaku pernah
menggunakan Narkoba lebih dari satu jenis (polydrug used).
Relatif tidak ada perbedaan antara lelaki (58%) dan perempuan
(53%). Para pecandu suntik cenderung mempraktekan polydrug
used dibanding kelompok Narkoba lainnya. Enam jenis Narkoba
yang popular disalahgunakan adalah Ganja (85%), Nipam (64%),
Shabu (39%), Heroin (25%), Dumolid (23%), dan Valium (17%).
3. Jenis Narkoba Setahun Terakhir (Current Users).
Mereka yang pakai Narkoba setahun terakhir mengindikasikan
jenis Narkoba yang beredar saat ini. Jenis Narkoba yang popular
adalah Ganja, Nipam (49%), Shabu (18%), heroin (13%),
Amphetamine (7%). Jenis Narkoba lain persentasenya kurang
dari 5%. Ganja paling tinggi di Papua (99%), Maluku (97%), NTB
(84%) dan Sulsel (82%). Ganja begitu 31opular di Papua dan
Maluku karena aksesnya mudah, dan berasal dari Papua Nugini,
bukan Aceh. Nipam banyak ditemukan di Kaltim (92%) dan
Sumsel (91%). Shabu banyak disebut di Kepri (66%), Sumsel
(38%), Bali (34%), dan Kalbar (33%). Untuk heroin tertinggi di DKI
(50%), Jabar (45%), dan Kalbar (18%).
4. Tempat Paling Sering Pakai Narkoba.
Kebanyakan responden mengaku tempat pakai Narkoba di rumah teman (63%), rumah responden (41%) dan tempat kost (32%). Ini mengindikasikan bahwa rumah menjadi pilihan utama ketika ingin pakai Narkoba, baik di rumah teman maupun rumah sendiri. Dengan demikian, walaupun anak selalu berada di rumah, maka tidak menjamin akan menjadi seorang anak yang ―baik-baik‖.
Pilihan tempat lain untuk pakai Narkoba adalah rumah/bangunan/ruko kosong (15%) dandiskotik/karaoke/pub (18%).
Perpus
takaa
n adalah Ganja, Nipam (49%), Shabu (18%), heroin (13%),
Perpus
takaa
n adalah Ganja, Nipam (49%), Shabu (18%), heroin (13%),
Amphetamine (7%). Jenis Narkoba lain persentasenya kurang
Perpus
takaa
n Amphetamine (7%). Jenis Narkoba lain persentasenya kurang
dari 5%. Ganja paling tinggi di Papua (99%), Maluku (97%), NTB
Perpus
takaa
n dari 5%. Ganja paling tinggi di Papua (99%), Maluku (97%), NTB
(84%) dan Sulsel (82%). Ganja begitu
Perpus
takaa
n (84%) dan Sulsel (82%). Ganja begitu
Perpus
takaa
n Maluku karena aksesnya mudah, dan berasal dar
Perpus
takaa
n Maluku karena aksesnya mudah, dan berasal dar
Nipam banyak ditemukan di Kaltim (92%) dan
Perpus
takaa
n
Nipam banyak ditemukan di Kaltim (92%) dan
Sumsel (91%). Shabu banyak disebut di Kepri (66%), Sumsel
Perpus
takaa
n
Sumsel (91%). Shabu banyak disebut di Kepri (66%), Sumsel
Perpus
takaa
n
(38%),
Perpus
takaa
n
(38%),
Perpus
takaa
n
Bali (34%), dan Kalbar (33%). Untuk heroin tertinggi di DKI
Perpus
takaa
n
Bali (34%), dan Kalbar (33%). Untuk heroin tertinggi di DKI
(50%), Jabar (45%), dan Kalbar (18%).
Perpus
takaa
n
(50%), Jabar (45%), dan Kalbar (18%).
Perpus
takaa
n
Tempat Paling Sering Pakai Narkoba. Perpus
takaa
n
Tempat Paling Sering Pakai Narkoba.
BNN Jenis Narkoba Setahun Terakhir (Current Users).
BNN Jenis Narkoba Setahun Terakhir (Current Users).
Mereka yang pakai Narkoba setahun terakhir mengindikasikan
BNNMereka yang pakai Narkoba setahun terakhir mengindikasikan
Narkoba yang beredar saat ini. Jenis Narkoba yang popular
BNN Narkoba yang beredar saat ini. Jenis Narkoba yang popular
adalah Ganja, Nipam (49%), Shabu (18%), heroin (13%), BNNadalah Ganja, Nipam (49%), Shabu (18%), heroin (13%),
Amphetamine (7%). Jenis Narkoba lain persentasenya kurang BNNAmphetamine (7%). Jenis Narkoba lain persentasenya kurang
32 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.7 Narkoba Suntik.
Narkoba suntik menjadi isu penting karena menjadi jalur pintu masuk
penularan berbagai penyakit menular seperti hepatitis dan HIV AIDS. Bahkan
beberapa tahun lalu, jalur penularan terbesar kasus HIV AIDS berasal dari
pengguna Narkoba suntik.
1. Usia Pertama Kali dan Waktu Terakhir Kali Pakai Narkoba Suntik.
Rerata usia pertama kali pakai Narkoba suntik adalah 19-20 tahun,
dimana usia termuda pertama pakai Narkoba suntik 10 tahun. Rerata
terakhir kali waktu pakai Narkoba suntik 1 hingga 5 hari yang lalu dari
saat survei. Mereka mengaku telah secara teratur pakai Narkoba suntik
sejak 10 sampai 12 bulan lalu atau sekitar satu tahun. Dengan demikian,
kebanyakan responden termasuk dalam kategori penyalah guna Narkoba
suntik baru. Indikasi ini terlihat dari rentang lama pakai Narkoba yaitu
mereka telah menggunakan Narkoba suntik selama satu bulan dan
paling lama selama 48 bulan atau 4 tahun yang lalu.
2. Penggunaan Jarum Suntik Bersama/Bergantian.
Pintu masuk penularan berbagai penyakit dikalangan penasun melalui
penggunaan jarum suntik bersama. Sehingga upaya pengurangan jarum
bersama menjadi kunci intervensi program penanggulangan HIV AIDS,
melalui pendistribusian jarum suntik gratis. Berdasarkan pengakuan
responden, rentang jumlah jarum suntik baru yang dipakai antara 30
sampai 120 buah per bulan. Untuk akses jarum suntik sangat mudah.
Hampir sebagian besar jarum diperoleh secara gratis dari pihak LSM.
Namun, ada pula yang mengaku sedikit jarum suntik yang dibeli. Fakta
dilapangan, praktek penggunaan jarum bersama masih ada, walaupun
telah ada program LASS. Kebanyakan mereka pakai suntik bersama
dengan 2-3 orang.
Kebanyakan para penasun memakai di rumah (64%) atau di rumah/ bangunan/ruko kosong (23%).
Perpus
takaa
n kebanyakan responden termasuk dalam kategori penyalah guna Narkoba
Perpus
takaa
n kebanyakan responden termasuk dalam kategori penyalah guna Narkoba
suntik baru. Indikasi ini terlihat dari rentang lama pakai Narkoba yaitu
Perpus
takaa
n suntik baru. Indikasi ini terlihat dari rentang lama pakai Narkoba yaitu
mereka telah menggunakan Narkoba suntik selama satu bulan dan
Perpus
takaa
n mereka telah menggunakan Narkoba suntik selama satu bulan dan
paling lama selama 48 bulan atau 4 tahun yang lalu.
Perpus
takaa
n paling lama selama 48 bulan atau 4 tahun yang lalu.
Perpus
takaa
n Penggunaan Jarum Suntik Bersama/Bergantian.
Perpus
takaa
n Penggunaan Jarum Suntik Bersama/Bergantian.
Pintu masuk penularan berbagai penyakit dikalangan penasun melalui
Perpus
takaa
n
Pintu masuk penularan berbagai penyakit dikalangan penasun melalui
penggunaan jarum suntik bersama. Sehingga upaya pengurangan jarum
Perpus
takaa
n
penggunaan jarum suntik bersama. Sehingga upaya pengurangan jarum
bersama menjadi kunci intervensi program penanggulangan HIV AIDS,
Perpus
takaa
n
bersama menjadi kunci intervensi program penanggulangan HIV AIDS,
Perpus
takaa
n
melalui pendistribusian jarum suntik gratis. Berdasarkan pengakuan Perpus
takaa
n
melalui pendistribusian jarum suntik gratis. Berdasarkan pengakuan
responden, rentang jumlah jarum suntik baru yang dipakai antara 30 Perpus
takaa
n
responden, rentang jumlah jarum suntik baru yang dipakai antara 30
BNNterakhir kali waktu pakai Narkoba suntik 1 hingga 5 hari yang lalu dari
BNNterakhir kali waktu pakai Narkoba suntik 1 hingga 5 hari yang lalu dari
saat survei. Mereka mengaku telah secara teratur pakai Narkoba suntik
BNNsaat survei. Mereka mengaku telah secara teratur pakai Narkoba suntik
sejak 10 sampai 12 bulan lalu atau sekitar satu tahun. Dengan demikian,
BNNsejak 10 sampai 12 bulan lalu atau sekitar satu tahun. Dengan demikian,
kebanyakan responden termasuk dalam kategori penyalah guna Narkoba BNNkebanyakan responden termasuk dalam kategori penyalah guna Narkoba
33 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.8 Narkoba dan Seks.
1. Perilaku Seksual dan Penggunaan Kondom.
Sebagian besar responden (83%) mengaku pernah berhubungan seks.
Rerata usia pertama kali hubungan seks 18 tahun, dengan usia termuda
8 tahun dan tertua 42 tahun. Sekitar duapertiga responden melakukan
hubungan seks dalam sebulan terakhir. Partner hubungan seksual
sebulan terakhir adalah pacar (49%), istri/suami (41%),
teman/TTM/kenalan (26%), dan pekerja seks (12%). Ada pula patner
seksnya dengan bandar Narkoba (0,3%), yaitu di Lampung (1,2%), DKI
(1,1%), Sulsel (2,0%), dan Sulut (1,0%). Ini mengindikasikan adanya
barter seks dengan Narkoba. Hal menarik lain yang perlu dicermati
adanya hubungan seks dengan sesama jenis. Mereka yang mengaku
hubungan seks dengan sesama jenis lebih banyak diantara kelompok
penyalah guna teratur (8%) dibandingkan dengan pecandu non suntik
(2%) dan pecandu suntik (0,4%).
Pasangan seks terakhir kali adalah pacar (48%), istri/suami (31%),
teman/TTM/kenalan (10%), pekerja seks (8%), dan sesama jenis (0,8%).
Pada penyalah guna teratur dan non suntik lebih banyak dengan pacar,
sedangkan pecandu suntik lebih banyak dengan istri/suami. Hal ini
terkait dengan status perkawinan, dimana mereka yang menikah pada
pecandu suntik lebih tinggi dibanding pada dua kelompok lainnya.
Hanya sekitar sepertiga respondenyang mengaku pakai kondom saat
hubungan seks terakhir, kecuali di Kepri, Lampung dan Jatim (mencapai
@40%). Penggunaan kondom di kelompok pecandu suntik (33%) lebih
tinggi dibanding kelompok pecandu non suntik (26%) dan teratur pakai
(28%).
Perpus
takaa
n barter seks dengan Narkoba. Hal menarik lain yang perlu dicermati
Perpus
takaa
n barter seks dengan Narkoba. Hal menarik lain yang perlu dicermati
adanya hubungan seks dengan sesama jenis. Mereka yang mengaku
Perpus
takaa
n adanya hubungan seks dengan sesama jenis. Mereka yang mengaku
hubungan seks dengan sesama jenis lebih banyak diantara kelompok
Perpus
takaa
n hubungan seks dengan sesama jenis lebih banyak diantara kelompok
penyalah guna teratur (8%) dibandingkan dengan pecandu non suntik
Perpus
takaa
n penyalah guna teratur (8%) dibandingkan dengan pecandu non suntik
Perpus
takaa
n (2%) dan pecandu suntik (0,4%).
Perpus
takaa
n (2%) dan pecandu suntik (0,4%).
Pasangan seks terakhir kali adalah pacar (48%), istri/suami (31%),
Perpus
takaa
n
Pasangan seks terakhir kali adalah pacar (48%), istri/suami (31%),
teman/TTM/kenalan (10%), pekerja seks (8%), dan sesama jenis (0,8%).
Perpus
takaa
n
teman/TTM/kenalan (10%), pekerja seks (8%), dan sesama jenis (0,8%).
Pada penyalah guna teratur dan non suntik lebih banyak dengan pacar,
Perpus
takaa
n
Pada penyalah guna teratur dan non suntik lebih banyak dengan pacar,
Perpus
takaa
n
sedangkan pecandu suntik lebih banyak dengan istri/suami. Hal ini Perpus
takaa
n
sedangkan pecandu suntik lebih banyak dengan istri/suami. Hal ini
terkait dengan status perkawinan, dimana mereka yang menikah pada Perpus
takaa
n
terkait dengan status perkawinan, dimana mereka yang menikah pada
BNNteman/TTM/kenalan (26%), dan pekerja seks (12%). Ada pula patner
BNNteman/TTM/kenalan (26%), dan pekerja seks (12%). Ada pula patner
seksnya dengan bandar Narkoba (0,3%), yaitu di Lampung (1,2%), DKI
BNNseksnya dengan bandar Narkoba (0,3%), yaitu di Lampung (1,2%), DKI
(1,1%), Sulsel (2,0%), dan Sulut (1,0%). Ini mengindikasikan adanya
BNN(1,1%), Sulsel (2,0%), dan Sulut (1,0%). Ini mengindikasikan adanya
barter seks dengan Narkoba. Hal menarik lain yang perlu dicermati BNNbarter seks dengan Narkoba. Hal menarik lain yang perlu dicermati
34 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2. Seks Dibayar/Membayar.
Bagian ini memotret praktek terselubung seks komersial untuk mendapatkan Narkoba. Responden yang mengaku membayar saat hubungan seks terakhir sebanyak 10%. Pada kelompok pecandu suntik lebih tinggi yang membayar seks dibanding kelompok lain. Sementara itu, ada sekitar 3%-4% yang mengaku dibayar ketika berhubungan seks terakhir. Mereka inilah yang sebenarnya melakukan praktek prostitusi. Namun, ada pula yang sengaja ingin mendapatkan Narkoba dengan cara mengajak berkencan atau berhubungan seks. Mereka yang mengakui hal ini ada sekitar 10%, terutama di kalangan pecandu suntik. Praktek seperti ini banyak ditemukan di Kalbar (16%), Sumut (15%), Lampung (18%), dan DKI (18%).
3. Pengedar/Kurir Narkoba.
Narkoba merupakan bisnis yang menggiurkan bagi siapapun karena tingkat keuntungan yang besar. Ada seperempat dari responden (24%) yang mengaku pernah menjual Narkoba, terutama kelompok pecandu suntk. Mereka yang melakukan hal tersebut banyak ditemukan di Sulsel (49%) dan Jabar (38%). Dari mereka yang pernah menjual Narkoba, sekitar 40% masih melakukan praktek tersebut dalam setahun terakhir, terutama jenis ganja (46%), shabu(41%), putau (10%). Selain itu, ada responden yang mengaku pernah menjadi kurir Narkoba (8%), terutama di Sultra (18%), NTB (17%) dan Papua (15%).Jenis Narkoba yang paling sering dibawa adalah ganja (56%) dan shabu (54%), heroin/putau (23%) dan xanax (10%). Dalam upaya memperluas peredaran gelap Narkoba, maka sekitar separuh responden (53%) mengaku pernah menawarkan Narkoba pada oranglain, terutama di Kalbar (86%).
3.9 Tingkat Keterbukaan Status Narkoba di Keluarga.
Sekitar 48% responden mengaku ada anggota keluarga yang tahu status Narkobanya. Bahkan di beberapa provinsi lebih dari separuh responden telah diketahui status Narkobanya, seperti di Sumut (54%), DKI (64%), Jabar (60%), Jatim (51%), Bali (64%), Sulsel (70%). Ada pula responden yang tidak ingin diketahui status Narkobanya seperti di di Kepri (15%), Maluku (21%) dan Papua (18%).
Perpus
takaa
n Narkoba merupakan bisnis yang menggiurkan bagi siapapun karena
Perpus
takaa
n Narkoba merupakan bisnis yang menggiurkan bagi siapapun karena tingkat keuntungan yang besar. Ada seperempat dari responden (24%)
Perpus
takaa
n tingkat keuntungan yang besar. Ada seperempat dari responden (24%) yang mengaku pernah menjual Narkoba, terutama kelompok pecandu
Perpus
takaa
n yang mengaku pernah menjual Narkoba, terutama kelompok pecandu suntk. Mereka yang melakukan hal tersebut banyak ditemukan di Sulsel
Perpus
takaa
n suntk. Mereka yang melakukan hal tersebut banyak ditemukan di Sulsel (49%) dan Jabar (38%). Dari mereka yang pernah menjual Narkoba
Perpus
takaa
n (49%) dan Jabar (38%). Dari mereka yang pernah menjual Narkobasekitar 40% masih melakukan praktek tersebut dalam setahun terakhir,
Perpus
takaa
n
sekitar 40% masih melakukan praktek tersebut dalam setahun terakhir,
Perpus
takaa
n
terutama jenis ganja (46%), shabu(41%), putau (10%). Selain itu, ada
Perpus
takaa
n
terutama jenis ganja (46%), shabu(41%), putau (10%). Selain itu, ada responden yang mengaku pernah menjadi kurir Narkoba (8%), terutama
Perpus
takaa
n
responden yang mengaku pernah menjadi kurir Narkoba (8%), terutama di Sultra (18%), NTB (17%) dan Papua (15%).Jenis Narkoba yang paling
Perpus
takaa
n
di Sultra (18%), NTB (17%) dan Papua (15%).Jenis Narkoba yang paling sering dibawa adalah ganja (56%) dan shabu (54%), heroin/putau (23%)
Perpus
takaa
n
sering dibawa adalah ganja (56%) dan shabu (54%), heroin/putau (23%)
Perpus
takaa
n
dan xanax (10%). Dalam upaya memperluas peredaran gelap NarkobaPerpus
takaa
n
dan xanax (10%). Dalam upaya memperluas peredaran gelap Narkobamaka sekitar separuh responden (53%) mengaku pernah menawarkan Perp
ustak
aan
maka sekitar separuh responden (53%) mengaku pernah menawarkan
BNNseperti ini banyak ditemukan di Kalbar (16%), Sumut (15%), Lampung
BNNseperti ini banyak ditemukan di Kalbar (16%), Sumut (15%), Lampung
Narkoba merupakan bisnis yang menggiurkan bagi siapapun karena BNNNarkoba merupakan bisnis yang menggiurkan bagi siapapun karena
35 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Para pecandu suntik (81%) lebih banyak anggota keluarga yang tahu
status Narkobanya dibandingkan pengguna teratur (29%) dan pecandu non
suntik (38%).
Hampir seperempat (23%) dari anggota keluarga responden yang juga
pakai Narkoba. Bahkan di beberapa provinsi ada yang jauh lebih tinggi
angkanya, yaitu di Sulsel (45%) dan DKI (39%). Pada kelompok pecandu
suntik (32%) ditemukan lebih banyak ada anggota keluarganya yang pakai
Narkoba dibandingkan kelompok teratur (13%) dan pecandu non suntik (20%).
Anggota keluarga yang pakai Narkoba paling banyak adalah Adik/Kakak
(52%) dan Saudara/Kerabat (48%). Responden yang ayahnya juga pemakai
Narkoba banyak ditemukan di Jatim (25%) dan DKI (17%). Sedangkan yang
berstatus Suami/Istri ada sekitar 10%, terutama di Sulut (20%), Sumut(18%),
dan Jatim (17%).
3.10 Konsekuensi Akibat Penyalahgunaan Narkoba.
Pada bagian ini akan diulas konsekuensi akibat penyalahgunaan
Narkoba dari data survei di kalangan penyalah guna Narkoba. Asumsi data ini
digunakan untuk melakukan disagregasi sewaktu melakukan kalkulasi
perhitungan kerugian biaya ekonomi-sosial akibat Narkoba.
1. Keluhan Gejala atau Penyakit Dikalangan Penyalah guna Narkoba.
Mereka yang pakai Narkoba berisiko terkena berbagai penyakit. Dari hasil survei diketahui, limakeluhan kesehatan yang banyak dialami oleh responden adalah selera makan berkurang (37%), rasa sesak di dada (31%), rasa mual berlebihan (26%), rasa lelah (fatigue) berkepanjangan (26%), dan rasa sakit pada ulu hati (20%). Secara umum, pecandu suntik 2-3 kali lipat lebih tinggi persentase yang melaporkan keluhan atau gejala sakit dibanding kelompok lain. Responden yang melaporkan kondisi tersebut banyak ditemukan di kalbar, Kepri, Sumsel, Lampung, DKI, Jabar, Jogja, Jatim, Bali, Sulut, dan Sultra.
Perpus
takaa
n berstatus Suami/Istri ada sekitar 10%, terutama di Sulut (20%), Sumut(18%),
Perpus
takaa
n berstatus Suami/Istri ada sekitar 10%, terutama di Sulut (20%), Sumut(18%),
3.10 Konsekuensi Akibat Penyalahgunaan Narkoba.
Perpus
takaa
n 3.10 Konsekuensi Akibat Penyalahgunaan Narkoba.
Pada bagian ini akan diulas konsekuensi akibat penyalahgunaan
Perpus
takaa
n Pada bagian ini akan diulas konsekuensi akibat penyalahgunaan
Narkoba dari data survei di kalangan penyalah guna Narkoba. Asumsi data ini
Perpus
takaa
n
Narkoba dari data survei di kalangan penyalah guna Narkoba. Asumsi data ini
Perpus
takaa
n
digunakan untuk melakukan disagregasi sewaktu melakukan kalkulasi
Perpus
takaa
n
digunakan untuk melakukan disagregasi sewaktu melakukan kalkulasi
perhitungan kerugian biaya ekonomi-sosial akibat Narkoba.
Perpus
takaa
n
perhitungan kerugian biaya ekonomi-sosial akibat Narkoba.
Keluhan Gejala atau Penyakit Dikalangan Penyalah guna Narkoba. Perpus
takaa
n
Keluhan Gejala atau Penyakit Dikalangan Penyalah guna Narkoba.
Mereka yang pakai Narkoba berisiko terkena berbagai penyakit. Dari Perp
ustak
aan
Mereka yang pakai Narkoba berisiko terkena berbagai penyakit. Dari
BNNAnggota keluarga yang pakai Narkoba paling banyak adalah Adik/Kakak
BNNAnggota keluarga yang pakai Narkoba paling banyak adalah Adik/Kakak
(52%) dan Saudara/Kerabat (48%). Responden yang ayahnya juga pemakai
BNN(52%) dan Saudara/Kerabat (48%). Responden yang ayahnya juga pemakai
Narkoba banyak ditemukan di Jatim (25%) dan DKI (17%). Sedangkan yang
BNNNarkoba banyak ditemukan di Jatim (25%) dan DKI (17%). Sedangkan yang
berstatus Suami/Istri ada sekitar 10%, terutama di Sulut (20%), Sumut(18%), BNNberstatus Suami/Istri ada sekitar 10%, terutama di Sulut (20%), Sumut(18%),
36 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2. Pola Pencarian Pengobatan.
Hampir separuh responden (46%) yang mengalami keluhan kesehatan menyebabkan gangguanterhadap kesehatan fisik/mental, terutama di Jogja (71%) dan Papua (69%). Bahkan sekitar 27% dari responden mengaku pergi berobat untuk mengatasi keluhannya dalam setahun terakhir, terutama para pecandu suntik (50%). Jenis pengobatan yang banyak dipilih adalah pengobatan medis (65%), kebanyakan ke rumah sakit (RS) dan puskesmas. Cara lain yang dipilih pengobatan sendiri dengan membeli obat bebas di warung (41%) dan atau pengobatan tradisional/keagamaan (10%). Lama aktivitas terganggu akibat keluhan penyakitnya tersebut antara 3-11 hari. Pada pecandu suntik lama hari aktifitas terganggulebih lama (4-17 hari). Diantara responden, ada sekitar 45% dari responden pernah rawat jalan, dan atau yang rawat inap 7%.
Setelah mereka pergi berobat ke rumah sakit/klinik, lebih dari separuh responden (55%) tahu hasil diagnosis penyakitnya, terutama dikalangan pecandu suntik (69%). Berdasarkan pengakuan responden, jenis penyakit yang banyak di derita adalah HIV/AIDS (23%), paru-paru (18%), Hepatitis C (15%), TBC (11%), dan Kejiwaan/depresi (9%). AIDS (50%) dan Hep C (44%) paling banyak dilaporkan oleh responden di Jatim. Ada sebanyak 30% dari responden mengaku pernah tes HIV dan sekitar 7%yang saat ini mengkonsumsi ARV16. Untuk Tes HIV dan ARV paling banyak ditemukan pada kelompok pecandu suntik. Ada 77% dari pecandu suntik yang pernah tes HIV dan ada seperempat dari total responden pecandu suntik saat ini mengkonsumsi ARV.
3. Overdosis.
Responden yang pernah overdosis (OD) sebanyak 12%, terutama di Bali (29%), Jatim (28%), Jabar (25%), dan DKI (24%). Dari yang pernah mengalami overdosis, sekitar 19% dari kejadiannya di alami setahun terakhir. Dalam setahun terakhir kejadian overdosis lebih banyak terjadi pada kelompok pecandu non suntik (45%) dan teratur (27%). Tindakan pertama ketika overdosis kebanyakan ditolong teman (49%) atau mencari pertolongan medis (37%).
16Obat rutin yang harus diminum bagi penderita HIV AIDS
Perpus
takaa
n Setelah mereka pergi berobat ke rumah sakit/klinik, lebih dari separuh
Perpus
takaa
n Setelah mereka pergi berobat ke rumah sakit/klinik, lebih dari separuh responden (55%) tahu hasil diagnosis penyakitnya, terutama dikalangan
Perpus
takaa
n responden (55%) tahu hasil diagnosis penyakitnya, terutama dikalangan pecandu suntik (69%). Berdasarkan pengakuan responden, jenis
Perpus
takaa
n pecandu suntik (69%). Berdasarkan pengakuan responden, jenis penyakit yang banyak di derita adalah HIV/AIDS (23%), paru-paru (18%),
Perpus
takaa
n penyakit yang banyak di derita adalah HIV/AIDS (23%), paru-paru (18%), Hepatitis C (15%), TBC (11%), dan Kejiwaan/depresi (9%). AIDS (50%)
Perpus
takaa
n Hepatitis C (15%), TBC (11%), dan Kejiwaan/depresi (9%). AIDS (50%) dan Hep C (44%) paling banyak dilaporkan oleh responden di Jatim. Ada
Perpus
takaa
n
dan Hep C (44%) paling banyak dilaporkan oleh responden di Jatim. Ada sebanyak 30% dari responden mengaku pernah tes HIV dan sekitar
Perpus
takaa
n
sebanyak 30% dari responden mengaku pernah tes HIV dan sekitar yang saat ini mengkonsumsi ARV
Perpus
takaa
n
yang saat ini mengkonsumsi ARVbanyak ditemukan pada kelompok pecandu suntik. Ada 77% dari
Perpus
takaa
n
banyak ditemukan pada kelompok pecandu suntik. Ada 77% dari pecandu suntik yang pernah tes HIV dan ada seperempat dari total
Perpus
takaa
n
pecandu suntik yang pernah tes HIV dan ada seperempat dari total responden pecandu suntik saat ini mengkonsumsi ARV. Perp
ustak
aan
responden pecandu suntik saat ini mengkonsumsi ARV.
Overdosis. Perp
ustak
aan
Overdosis.
BNNpenyakitnya tersebut antara 3-11 hari. Pada pecandu suntik lama hari
BNNpenyakitnya tersebut antara 3-11 hari. Pada pecandu suntik lama hari aktifitas terganggulebih lama (4-17 hari). Diantara responden, ada sekitar
BNNaktifitas terganggulebih lama (4-17 hari). Diantara responden, ada sekitar 45% dari responden pernah rawat jalan, dan atau yang rawat inap 7%.
BNN45% dari responden pernah rawat jalan, dan atau yang rawat inap 7%.
Setelah mereka pergi berobat ke rumah sakit/klinik, lebih dari separuh BNNSetelah mereka pergi berobat ke rumah sakit/klinik, lebih dari separuh
37 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Rerata jumlah OD sebanyak 2 kali dalam setahun terakhir dan waktu
terakhir kejadian OD sekitar 2-10 bulan lalu. Ada 3 orang dari pecandu
suntik yang pernah OD dalam satu bulan terakhir, yaitu sekitar 14 hari
sebelum saat disurvei.
4. Rehabilitasi.
Kurang dari separuh responden (40%) yang tahu lokasi tempat rehabilitasi di kotanya, terutama di Kepri (13%), Maluku (13%), dan Sulut (6%). Responden yang pernah ikut rehabilitasi sangat rendah (6%). Bahkan hanya 2% dari responden yang ikut rehabilitasi dalam setahun terakhir, kebanyakan berada di DKI (32%) dan Bali (28%), dan dari kelompok pencandu suntik (20%). Waktu terakhir kali di rehabilitasi sekitar 4 sampai 6 bulan lalu. Dengan rata-rata lama per rehab sekitar 1 hingga 3 bulan. Tempat rehabilitasi yang banyak dipilih responden dalam setahun terakhir adalah LSM (18%), Rumah sakit (11%),panti rehab keagamaan (10%), dan BNN (9%). Kelompok pecandu non suntik dan pecandu suntik melakukan rehabilitasi di hampir semua jenis tempat rehabilitasi, sedangkan di kelompok teratur melakukannya di BNN atau tempat lain. Responden yang mengaku pernah di rehabilitasi di BNN berasal dari Kalbar, Sumut, DKI, Jatim, NTB, Sulsel, Sulut dan Sultra.
Sekitar 10% dari total responden mengaku berniat mau ikut rehabilitasi dalam waktu dekat (1-12 bulan ke depan). Para pecandu suntik yang berniatnya lebih tinggi (15%) dibandingkan kelompok lainnya. Alasan bagi mereka yang berniat ikut rehabilitasi agar bebas dari Narkoba (biar sehat) sebanyak 58%, kesadaran sendiri (54%), dan bosan/cape pakai Narkoba sebanyak 40%. Sekitar 20% responden masih ragu-ragu untuk ikut rehabilitasi, lalu sekitar 10% responden belum terpikir untuk berhenti dan sekitar 45% dari responden tidak ada niat untuk berhenti. Melihat pola jawaban seperti itu, maka yang harus diprioritaskan adalah mereka yang berniat ikut rehabilitasi saja, dan membujuk yang masih ragu-ragu. Lalu tinggalkan yang tidak ada niat dan tidak berpikir berhenti, sebab akan membuang energi jika belum ada kesadaran dari diri sendiri untuk berhenti Narkoba. Mereka yang tidak ada niat untuk berhenti banyak ditemukan di Sulsel (64%), DKI (64%), Sultra (60%), Jabar (59%), NTB (58%), dan Jogja (57%).
Perpus
takaa
n setahun terakhir adalah LSM (18%), Rumah sakit (11%),panti rehab
Perpus
takaa
n setahun terakhir adalah LSM (18%), Rumah sakit (11%),panti rehab keagamaan (10%), dan BNN (9%). Kelompok pecandu non suntik dan
Perpus
takaa
n keagamaan (10%), dan BNN (9%). Kelompok pecandu non suntik dan pecandu suntik melakukan rehabilitasi di hampir semua jenis tempat
Perpus
takaa
n pecandu suntik melakukan rehabilitasi di hampir semua jenis tempat rehabilitasi, sedangkan di kelompok teratur melakukannya di BNN atau
Perpus
takaa
n rehabilitasi, sedangkan di kelompok teratur melakukannya di BNN atau tempat lain. Responden yang mengaku pernah di rehabilitasi di BNN
Perpus
takaa
n tempat lain. Responden yang mengaku pernah di rehabilitasi di BNN berasal dari Kalbar, Sumut, DKI, Jatim, NTB, Sulsel, Sulut dan Sultra.
Perpus
takaa
n
berasal dari Kalbar, Sumut, DKI, Jatim, NTB, Sulsel, Sulut dan Sultra.
Sekitar 10% dari total responden mengaku berniat mau ikut rehabilitasi
Perpus
takaa
n
Sekitar 10% dari total responden mengaku berniat mau ikut rehabilitasi dalam waktu dekat (1-12 bulan ke depan). Para pecandu suntik yang
Perpus
takaa
n
dalam waktu dekat (1-12 bulan ke depan). Para pecandu suntik yang berniatnya lebih tinggi (15%) dibandingkan kelompok lainnya. Alasan
Perpus
takaa
n
berniatnya lebih tinggi (15%) dibandingkan kelompok lainnya. Alasan bagi mereka yang berniat ikut rehabilitasi agar bebas dari Narkoba (biar
Perpus
takaa
n
bagi mereka yang berniat ikut rehabilitasi agar bebas dari Narkoba (biar sehat) sebanyak 58%, kesadaran sendiri (54%), dan bosan/cape pakai Perp
ustak
aan
sehat) sebanyak 58%, kesadaran sendiri (54%), dan bosan/cape pakai Narkoba sebanyak 40%. Sekitar 20% responden masih ragu-ragu Perp
ustak
aan
Narkoba sebanyak 40%. Sekitar 20% responden masih ragu-ragu
BNNterakhir, kebanyakan berada di DKI (32%) dan Bali (28%), dan dari
BNNterakhir, kebanyakan berada di DKI (32%) dan Bali (28%), dan dari kelompok pencandu suntik (20%). Waktu terakhir kali di rehabilitasi
BNNkelompok pencandu suntik (20%). Waktu terakhir kali di rehabilitasi sekitar 4 sampai 6 bulan lalu. Dengan rata-rata lama per rehab sekitar 1
BNNsekitar 4 sampai 6 bulan lalu. Dengan rata-rata lama per rehab sekitar 1 hingga 3 bulan. Tempat rehabilitasi yang banyak dipilih responden dalam BNNhingga 3 bulan. Tempat rehabilitasi yang banyak dipilih responden dalam setahun terakhir adalah LSM (18%), Rumah sakit (11%),panti rehab BNNsetahun terakhir adalah LSM (18%), Rumah sakit (11%),panti rehab
38 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Alasan bagi yang tidak berniat rehabilitasi yang disampaikan beragam, yaitu merasa mampu mengontrol/berhenti sendiri (55%), orangtua belum tahu (21%), sedang bekerja (18%), malu pada teman/keluarga (19%), belum bisa lepas dari Narkoba (16%), tidak punya uang (15%), ragu akan manfaat (14%), tidak tahu tempatnya (13%), sudah berkeluarga (11%).
5. Pengobatan Sendiri untuk Narkoba.
Pengobatan sendiri dapat berupa pasang badan dan atau membeli obat bebas seperti jamu, ramuan tradisional dalam upaya mengatasi kecanduan Narkoba (sakau). Mereka yang telah melakukan upaya ini ada sekitar 26%, terutama di kelompok pecandu suntik (64%). Dari yang pernah tersebut, separuhnya (54%) dilakukan dalam setahun terakhir. Pada kelompok teratur (73%) dan pecandu non suntik (63%) lebih banyak yang melakukannya dibandingkan pecandu suntik (48%). Rerata frekuensi pengobatan sendiri sekitar 5 kali dalam setahun terakhir, terutama pada kelompok pecandu non suntik. Pengobatan sendiri terakhir kali yang dilakukannya sekitar 11 hari yang lalu, dengan lama waktu sekitar 5 hingga 7 hari.
6. Riwayat Tindak Kriminal.
Sekitar sepertiga responden (32%) mengaku pernah mengambil uang atau barang berharga milik keluarga/orang lain. Yang paling banyak melakukan tindak kriminal pencurian ini adalah responden di Bali (66%), Jakarta (58%) dan Jatim (55%). Sekitar separuh dari responden (48%) mengaku melakukan pencurian tersebut dalam setahun terakhir.
7. Riwayat Kecelakaan Lalu Lintas.
Seperlima responden (21%) mengaku pernah mengalami kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh Narkoba. Mereka kebanyakan berada di Jabar (42%), Jatim (41%), DKI (39%) dan Lampung (34%). Dari responden yang pernah kecelakaan, ada 34% yang mengalami kecelakaan dalam setahun terakhir. Dalam setiap kejadian kecelakaan, sebagian besar responden harus mengeluarkan biaya. Hanya 10% dari responden yang mengaku tidak mengeluarkan biaya karena kecelakaan.
Perpus
takaa
n banyak yang melakukannya dibandingkan pecandu suntik (48%). Rerata
Perpus
takaa
n banyak yang melakukannya dibandingkan pecandu suntik (48%). Rerata frekuensi pengobatan sendiri sekitar 5 kali dalam setahun terakhir,
Perpus
takaa
n frekuensi pengobatan sendiri sekitar 5 kali dalam setahun terakhir, terutama pada kelompok pecandu non suntik. Pengobatan sendiri
Perpus
takaa
n terutama pada kelompok pecandu non suntik. Pengobatan sendiri terakhir kali yang dilakukannya sekitar 11 hari yang lalu, dengan lama
Perpus
takaa
n terakhir kali yang dilakukannya sekitar 11 hari yang lalu, dengan lama waktu sekitar 5 hingga 7 hari.
Perpus
takaa
n waktu sekitar 5 hingga 7 hari.
Riwayat Tindak Kriminal.
Perpus
takaa
n
Riwayat Tindak Kriminal.
Sekitar sepertiga responden (32%) mengaku pernah mengambil uang
Perpus
takaa
n
Sekitar sepertiga responden (32%) mengaku pernah mengambil uang atau barang berharga milik keluarga/orang lain. Yang paling banyak
Perpus
takaa
n
atau barang berharga milik keluarga/orang lain. Yang paling banyak melakukan tindak kriminal pencurian ini adalah responden di Bali (66%),
Perpus
takaa
n
melakukan tindak kriminal pencurian ini adalah responden di Bali (66%), Jakarta (58%) dan Jatim (55%). Sekitar separuh dari responden (48%) Perp
ustak
aan
Jakarta (58%) dan Jatim (55%). Sekitar separuh dari responden (48%) mengaku melakukan pencurian tersebut dalam setahun terakhir.
Perpus
takaa
n
mengaku melakukan pencurian tersebut dalam setahun terakhir.
BNNkecanduan Narkoba (sakau). Mereka yang telah melakukan upaya ini
BNNkecanduan Narkoba (sakau). Mereka yang telah melakukan upaya ini ada sekitar 26%, terutama di kelompok pecandu suntik (64%). Dari yang
BNNada sekitar 26%, terutama di kelompok pecandu suntik (64%). Dari yang pernah tersebut, separuhnya (54%) dilakukan dalam setahun terakhir.
BNNpernah tersebut, separuhnya (54%) dilakukan dalam setahun terakhir. Pada kelompok teratur (73%) dan pecandu non suntik (63%) lebih BNNPada kelompok teratur (73%) dan pecandu non suntik (63%) lebih banyak yang melakukannya dibandingkan pecandu suntik (48%). Rerata BNNbanyak yang melakukannya dibandingkan pecandu suntik (48%). Rerata
39 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Biaya yang dikeluarkan akibat kecelakaan meliputi biaya perawatan/
pengobatan sendiri (63%), biaya perawatan/pengobatan korban (11%),
biaya perbaikan kendaraan sendiri (49%), biaya perbaikan kendaraan
korban (12%),urusan kepolisian (2%), dan ganti rugi bagi korban (3%).
8. Riwayat Penangkapan oleh Pihak Penegak Hukum.
Hampir seperlima dari responden (18%) mengaku pernah ditangkap oleh
aparat penegak hukum karena kasus Narkoba. Dari mereka yang pernah
ditangkap, ada 21% yang kejadiannya setahun terakhir Aparat yang
menangkap hampir semua daripihak kepolisian (99%). Namun, di
beberapa provinsi ada 8% yang mengaku ditangkap oleh BNN atau 3%
yang berurusan dengan Satpol PP. Dari mereka yang ditangkap,
separuhnya mengaku mengeluarkan biaya terkait urusannya tersebut.
9. Riwayat Pengalaman di Penjara.
Ada sekitar 13% dari responden pernah di penjara. Dari yang pernah
dipenjara, seperlimanya (21%) mengalaminya dalam setahun terakhir.
Terkait dengan urusan penjara yang terakhir kali, ada dua pertiga dari
responden (68%) harus mengeluarkan biaya terkait urusan tersebut.
Sebagian besar responden (81%) mengaku dibantu oleh keluarga ketika
berurusan dengan penjara. Ketika di dalam penjara, sebagian besar
responden kecuali di Papua, menyatakan mereka pernah memakai
Narkoba. Untuk akses Narkoba di penjara, mereka memperoleh dari
teman sesama napi (88%), teman (27%), petugas lapas (16%), bandar
dari luar penjara (9%) dan dari pacar/teman (2%). Indikasi data ini
menunjukkan bahwa akses Narkoba memang ada di dalam Lapas dan
banyak beredar di sesama napi.
10. Riwayat Aktivitas Terganggu karena Pakai Narkoba.
Hampir separuh responden (47%) mengaku pernah terganggu aktvitasnya karena pakai Narkoba. Bahkan sekitar duapertiganya (74%) mengaku terganggu dalam waktu setahun terakhir. Aktivitas yang paling banyak terganggu adalah aktivitas bekerja (60%), kuliah (20%), dan sekolah (9%).
Perpus
takaa
n Ada sekitar 13% dari responden pernah di penjara. Dari yang pernah
Perpus
takaa
n Ada sekitar 13% dari responden pernah di penjara. Dari yang pernah
dipenjara, seperlimanya (21%) mengalaminya dalam setahun terakhir.
Perpus
takaa
n dipenjara, seperlimanya (21%) mengalaminya dalam setahun terakhir.
Terkait dengan urusan penjara yang terakhir kali, ada dua pertiga dari
Perpus
takaa
n Terkait dengan urusan penjara yang terakhir kali, ada dua pertiga dari
responden (68%) harus mengeluarkan biaya terkait urusan tersebut.
Perpus
takaa
n responden (68%) harus mengeluarkan biaya terkait urusan tersebut.
Perpus
takaa
n
Sebagian besar responden (81%) mengaku dibantu oleh keluarga ketika
Perpus
takaa
n
Sebagian besar responden (81%) mengaku dibantu oleh keluarga ketika
berurusan dengan penjara. Ketika di dalam penjara, sebagian besar
Perpus
takaa
n
berurusan dengan penjara. Ketika di dalam penjara, sebagian besar
responden kecuali di Papua, menyatakan mereka pernah memakai
Perpus
takaa
n
responden kecuali di Papua, menyatakan mereka pernah memakai
Narkoba. Untuk akses Narkoba di penjara, mereka memperoleh dari
Perpus
takaa
n
Narkoba. Untuk akses Narkoba di penjara, mereka memperoleh dari
Perpus
takaa
n
teman sesama napi (88%), teman (27%), petugas lapas (16%), bandar Perpus
takaa
n
teman sesama napi (88%), teman (27%), petugas lapas (16%), bandar
dari luar penjara (9%) dan dari pacar/teman (2%). Indikasi data ini Perpus
takaa
n
dari luar penjara (9%) dan dari pacar/teman (2%). Indikasi data ini
BNNbeberapa provinsi ada 8% yang mengaku ditangkap oleh BNN atau 3%
BNNbeberapa provinsi ada 8% yang mengaku ditangkap oleh BNN atau 3%
yang berurusan dengan Satpol PP. Dari mereka yang ditangkap,
BNNyang berurusan dengan Satpol PP. Dari mereka yang ditangkap,
separuhnya mengaku mengeluarkan biaya terkait urusannya tersebut.
BNNseparuhnya mengaku mengeluarkan biaya terkait urusannya tersebut.
40 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
11. Jumlah Teman yang Pakai dan Mati Akibat Narkoba.
Data jumlah teman penyalah guna Narkoba ini mengilustrasikan jejaring penyalah guna Narkoba dan digunakan untuk memprediksi tingkat kematian akibat Narkoba. Rerata jumlah seluruh teman pemakai Narkoba ada sebanyak 13 orang dalam setahun terakhir, sedangkan pada kelompok pecandu suntik ada sebanyak 20 orang, sedangkan kelompok teratur adalah 8 orang dan kelompok pecandu non suntik ada 11 orang. Ada sekitar 20% dari teman penyalah guna yang meninggal akibat Narkoba. Rerata jumlah teman yang mati tersebut ada sebanyak 3 orang, kebanyakan di kalangan pecandu suntik (4 orang). Berdasarkan data ini, diperkirakan tingkat kematian dikalangan penyalah guna per tahun ada sebanyak 12.044 orang per tahun. Berkurangnya jumlah kematian dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena para pemakai Narkoba suntik telah jauh berkurang sebab pada kelompok ini kebanyakan mereka yang mati karena overdosis.
3.11 Biaya satuan konsekuensi penyalahgunaan Narkoba
Biaya satuan konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba diperoleh dari hasil survei dikalangan penyalah guna Narkoba. Data ini digunakan seba-gai imputasi data perhitungan kerugian biaya ekonomi-sosial akibat Narkoba.
3.11.1 Biaya Satuan Konsekuensi Narkoba Per Orang Per Tahun.
Setiap konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba tentu akan muncul biaya. Kami mencoba menelusuri biaya yang terjadi dari perspektif penyalah guna yang besaran biayanya dihitung per orang per tahun dalam setahun terakhir. Pertama konsekuensi terhadap kondisi kesehatan responden. Ada 2 kemungkinan, yaitu sehat dan sakit. Jika sakit, maka kemana mereka pergi untuk melakukan tindakan pengobatan, yaitu rawat jalan dan atau rawat inap. Lalu, ditelusuri penyakit yang dideritanya, dengan fokus pada 4 jenis penyakit yang terkait penyalahgunaan Narkoba, yaitu HIV/AIDS, TB paru, Hepatitis, dan candidiasis. Ketika mereka melakukan pengobatan tersebut, dengan siapa mereka diantar pergi berobat dan berapa biaya yang dikeluarkan selama pengobatan tersebut. Nilai median biaya pengobatan rawat jalan (RJ) berkisar antara Rp. 140 ribu sampai Rp. 218 ribu per orang per tahun pada laki-laki, dan kisaran Rp. 100 ribu sampai Rp. 811 ribu pada perempuan.
Perpus
takaa
n 3.11 Biaya satuan konsekuensi penyalahgunaan Narkoba
Perpus
takaa
n 3.11 Biaya satuan konsekuensi penyalahgunaan Narkoba
Biaya satuan konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba diperoleh
Perpus
takaa
n Biaya satuan konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba diperoleh dari hasil survei dikalangan penyalah guna Narkoba. Data ini digunakan seba-
Perpus
takaa
n dari hasil survei dikalangan penyalah guna Narkoba. Data ini digunakan seba-
Perpus
takaa
n gai imputasi data perhitungan kerugian biaya ekonomi-sosial akibat Narkoba.
Perpus
takaa
n gai imputasi data perhitungan kerugian biaya ekonomi-sosial akibat Narkoba.
Satuan Konsekuensi Narkoba Per Orang Per Tahun
Perpus
takaa
n
Satuan Konsekuensi Narkoba Per Orang Per Tahun
Setiap konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba tentu akan
Perpus
takaa
n
Setiap konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba tentu akan muncul biaya. Kami mencoba menelusuri biaya yang terjadi dari
Perpus
takaa
n
muncul biaya. Kami mencoba menelusuri biaya yang terjadi dari
Perpus
takaa
n
perspektif penyalah guna yang besaran biayanya dihitung per orang per
Perpus
takaa
n
perspektif penyalah guna yang besaran biayanya dihitung per orang per tahun dalam setahun terakhir. Pertama konsekuensi terhadap kondisi Perp
ustak
aan
tahun dalam setahun terakhir. Pertama konsekuensi terhadap kondisi Perpus
takaa
n
kesehatan responden. Ada 2 kemungkinan, yaitu sehat dan sakit. Jika Perpus
takaa
n
kesehatan responden. Ada 2 kemungkinan, yaitu sehat dan sakit. Jika
BNNperkirakan tingkat kematian dikalangan penyalah guna per tahun ada
BNNperkirakan tingkat kematian dikalangan penyalah guna per tahun ada
sebanyak 12.044 orang per tahun. Berkurangnya jumlah kematian
BNNsebanyak 12.044 orang per tahun. Berkurangnya jumlah kematian dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena para pemakai Narkoba
BNNdibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena para pemakai Narkoba suntik telah jauh berkurang sebab pada kelompok ini kebanyakan
BNNsuntik telah jauh berkurang sebab pada kelompok ini kebanyakan
41 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Namun, bila dilihat per individu terjadi variasi yang lebar dengan kisaran antara Rp. 3000 sampai Rp.10,8 juta per orang. Sebaliknya, biaya pengobatan rawat inap jauh lebih mahal. Nilai median biaya pengobatan rawat inap memiliki kisaran antara Rp. 2,1 juta sampai Rp. 4,8 juta pada lelaki, sedangkan pada perempuan berkisar Rp. 1,2 juta sampai Rp. 4,8 juta per orang per tahun.
Kedua, biaya overdosis. Tidak seluruh kejadian overdosis dibawa ke rumah sakit, karena telah dapat diselesaikan oleh teman-temannya, dengan cara memberikan minuman susuatau menyuntikan air garam ke dalam tubuh atau menjaga agar klien tetap sadar dengan cara memikul-mukul wajah klien tersebut. Akibatnya biaya yang harus dikeluarkan menjadi jauh lebih kecil (bahkan tidak ada) dibandingkan bila harus dirawat di rumah sakit. Nilai median biaya overdosis berkisar antara Rp. 50 ribu sampai Rp.165 ribu per orang per tahun.Namun, bila melihat rentang biaya per orang variasinya sangat lebar dari Rp. 5.000 sampai Rp. 7 juta per orang per tahun.
Tabel 3.6 Nilai Median Satuan Biaya dari Tiap Konsekuensi Akibat Narkoba
RAWAT JALAN/INAP LAKI-LAKI PEREMPUANRJ-HIV AIDS 218.000 811.000 RJ-TB Paru 145.000 125.000 RJ-Hepatitis 140.000 100.000 RJ-Candidiasis 150.000 717.500 RI-HIV AIDS 4.800.000 4.800.000 RI-TB Paru 4.850.000 6.000.000 RI-Hepatitis 3.400.000 1.200.000 RI-Candidiasis 2.100.000 2.100.000 Loss RJ 171.890 263.438 Loss RI 181.858 257.512 Overdosis 165.000 50.000 Loss Overdosis 258.913 737.500 Rehabilitasi 1.000.000 500.000 Loss Rehabilitasi 91.549 61.033 Pengobatan Sendiri 300.000 765.000 Kriminal 1.200.000 700.000 Kecelakaan 575.000 600.000 Loss Kecelakaan 308.400 906.812 Urusan Aparat Hukum 6.500.000 10.000.000 Loss Aparat Hukum 168.799 253.344 Penjara 10.000.000 7.000.000 Loss Penjara 10.675.800 3.672.472 Aktifitas Terganggu 172.500 205.888
RJ : Rawat Jalan RI : Rawat Inap
Perpus
takaa
n orang variasinya sangat lebar dari Rp.
Perpus
takaa
n orang variasinya sangat lebar dari Rp.juta per orang per tahun.
Perpus
takaa
n juta per orang per tahun.
Nilai Median Satuan Biaya dari Tiap Konsekuensi Akibat
Perpus
takaa
n Nilai Median Satuan Biaya dari Tiap Konsekuensi Akibat
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
RAWAT JALAN/INAP
Perpus
takaa
n
RAWAT JALAN/INAP
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Hepatitis
Perpus
takaa
n
Hepatitis
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Candidiasis
Perpus
takaa
n
Candidiasis
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
HIV AIDS
Perpus
takaa
n
HIV AIDS
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
TB Paru
Perpus
takaa
n
TB Paru
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
- Perpus
takaa
n
-HepatitisPerpus
takaa
n
HepatitisPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
CandidiasisPerpus
takaa
n
CandidiasisPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Loss RJPerpus
takaa
n
Loss RJPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNNa biaya yang harus
BNNa biaya yang harus
dikeluarkan menjadi jauh lebih kecil (bahkan tidak ada) dibandingkan
BNNdikeluarkan menjadi jauh lebih kecil (bahkan tidak ada) dibandingkan Nilai median
BNNNilai median biaya overdosis berkisar
BNNbiaya overdosis berkisar ribu per orang per tahun.Namun, bila BNNribu per orang per tahun.Namun, bila
orang variasinya sangat lebar dari Rp.BNNorang variasinya sangat lebar dari Rp.
42 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Ketiga, median biaya rehabilitasi yang dihabiskan berkisar antara Rp. 500 ribu sampai Rp. 1 juta per orang per tahun.Rendahnya biaya ini karena sebagian besar biaya program rehabilitasi gratis terutama yang disediakan oleh LSM dan pemerintah. Mereka mengeluarkan biaya tersebut untuk biaya kebutuhan personal. Bagi mereka yang mengakses panti rehab swasta biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar yaitu berkisar Rp. 20 juta per tahun. Aktivitas pengobatan sendiri adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghentikan dari kecanduan Narkoba dengan cara mandiri, seperti pasang badan atau meminum obat tertentu. Nilai median yang dikeluarkan sekitar Rp. 300 ribu sampai Rp. 765 ribu per orang per tahun.
Keempat, tindak kriminal. Penyalah guna Narkoba cenderung melakukan tindak kriminal agar memiliki uang untuk membeli Narkoba. Median biaya akibat berbagai kegiatan kriminal berkisar antara Rp. 700 ribu sampai Rp.1,2 juta per orang per tahun. Nilai maksimal tindakan kriminal adalah Rp. 150 juta per tahun.
Kelima, kejadian kecelakaan juga dialami oleh beberapa penyalah guna sehabis memakai Narkoba. Kisaran median biaya yang harus dikeluarkan akibat kejadian tersebut antara Rp. 575 ribu sampai Rp. 600 ribu. Dengan nilai maksimal biaya kecelakaan yang pernah dihabiskan sekitar Rp. 20 juta per tahun.
Keenam, urusan dengan aparat penegak hukum. Ketika penyalah guna tertangkap tangan oleh pihak aparat penegak hukum, maka ada proses panjang yang harus dilalui sampai keluarnya keputusan di tingkat pengadilan. Dalam proses tersebut terbuka peluang berbagai oknum aparat penegak hukum meminta sejumlah uang untuk menghentikan kasus atau mengurangi masa hukuman. Median biaya yang dikeluarkan oleh responden berkisar antara Rp. 6,5 juta sampai Rp. 10 juta. Nilai maksimal tertinggi yang dinyatakan responden adalah Rp. 80 juta per orang.
Ketujuh, di penjara merupakan salah satu tempat yang potensial terjadinya transaksi keuangan dari para oknum. Para penyalah guna ketika berurusan selama di penjara harus mengeluarkan median biaya antara Rp. 7 juta sampai Rp. 10 juta per orang per tahun.
Perpus
takaa
n ribu sampai Rp.1,2 juta per orang per tahun. Nilai maksimal tindakan
Perpus
takaa
n ribu sampai Rp.1,2 juta per orang per tahun. Nilai maksimal tindakan juta per tahun.
Perpus
takaa
n juta per tahun.
Kelima, kejadian kecelakaan juga dialami oleh beberapa penyalah
Perpus
takaa
n Kelima, kejadian kecelakaan juga dialami oleh beberapa penyalah sehabis memakai Narkoba. Kisaran median biaya yang harus
Perpus
takaa
n sehabis memakai Narkoba. Kisaran median biaya yang harus
dikeluarkan akibat kejadian tersebut antara Rp. 575 ribu sampai
Perpus
takaa
n dikeluarkan akibat kejadian tersebut antara Rp. 575 ribu sampai
600 ribu. Dengan nilai maksimal biaya kecelakaan yang pernah
Perpus
takaa
n
600 ribu. Dengan nilai maksimal biaya kecelakaan yang pernah dihabiskan sekitar Rp.
Perpus
takaa
n
dihabiskan sekitar Rp. 20
Perpus
takaa
n
20 juta per tahun.
Perpus
takaa
n
juta per tahun.
Keenam, urusan dengan aparat penegak hukum. Ketika penyalah
Perpus
takaa
n
Keenam, urusan dengan aparat penegak hukum. Ketika penyalah guna
Perpus
takaa
n
guna tertangkap tangan oleh pihak aparat penegak hukum, maka ada
Perpus
takaa
n
tertangkap tangan oleh pihak aparat penegak hukum, maka ada
Perpus
takaa
n
proses panjang yang harus dilalui sampai keluarnya keputusan di Perpus
takaa
n
proses panjang yang harus dilalui sampai keluarnya keputusan di tingkat pengadilan. Dalam proses tersebut terbuka peluang berbagai Perp
ustak
aan
tingkat pengadilan. Dalam proses tersebut terbuka peluang berbagai
BNNKeempat, tindak kriminal. Penyalah guna Narkoba cenderung
BNNKeempat, tindak kriminal. Penyalah guna Narkoba cenderung melakukan tindak kriminal agar memiliki uang untuk membeli Narkoba
BNNmelakukan tindak kriminal agar memiliki uang untuk membeli NarkobaMedian biaya akibat berbagai kegiatan kriminal berkisar antara Rp. 700 BNNMedian biaya akibat berbagai kegiatan kriminal berkisar antara Rp. 700 ribu sampai Rp.1,2 juta per orang per tahun. Nilai maksimal tindakan BNNribu sampai Rp.1,2 juta per orang per tahun. Nilai maksimal tindakan
43 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.11.2 Biaya Konsumsi Narkoba Per Orang Per Tahun.
Median biaya satuan biaya konsumsi Narkoba diperkirakan
Rp.10,8 juta per orang per tahun. Satuan biaya konsumsi tersebut tidak
jauh berbeda antara lelaki dengan perempuan. Satuan biaya konsumsi
tersebut meningkat dua kali lipatnya dibandingkan tahun 2008. Semakin
tinggi tingkat ketergantungan, maka median satuan biayanya semakin
besar. Pada kelompok teratur pakai, median konsumsinya Rp. 1 juta
per orang per tahun, lalu meningkat pada pecandu suntik menjadi
Rp. 11,2 juta dan meningkat lagi pada kelompok pecandu suntik
menjadi Rp. 34,8 juta per orang per tahun.
3.11.3 Biaya Sosial-Ekonomi Penyalah-Gunaan Narkoba Per Tahun
Dalam konteks penghitungan estimasi kerugian biaya ini, istilah
yang dipakai adalah biaya ekonomi. Biaya ekonomi yang dimaksud
adalah biaya individual (private) dan biaya sosial. Biaya individual
adalah beban biaya yang melekat pada penyalah guna Narkoba,
termasuk biaya konsumsi Narkoba. Biaya sosial adalah beban biaya
akibat konsekuensi penyalahgunaan Narkoba yang secara tidak
langsung berdampak pada masyarakat. Definisi tersebut lebih merujuk
pada definisi yang dibuat oleh Markandya dan Pearce (1989).
Estimasi kerugian biaya ekonomi akibat Narkoba diperkirakan
sekitar Rp. 63,1 trilyun di tahun 2014. Jumlah tersebut sekitar 2 kali
lipat dibandingkan tahun 2008, atau naik sekitar 31% dibandingkan
tahun 2011. Jika dipilah, diperkirakan sebesar Rp.56,1 trilyun untuk
kerugian biaya pribadi (private)dan Rp.6,9 trilyun untuk kerugian biaya
sosial. Pada biaya private sebagian besar digunakan untuk biaya
konsumsi Narkoba (76%). Sedangkan pada biaya sosial sebagian besar
diperuntukan untuk kerugian biaya akibat kematian karena Narkoba
(premature death) (78%).
Perpus
takaa
n Dalam konteks penghitungan estimasi kerugian biaya ini, istilah
Perpus
takaa
n Dalam konteks penghitungan estimasi kerugian biaya ini, istilah
yang dipakai adalah biaya ekonomi. Biaya ekonomi yang dimaksud
Perpus
takaa
n yang dipakai adalah biaya ekonomi. Biaya ekonomi yang dimaksud
adalah biaya individual (
Perpus
takaa
n adalah biaya individual (private
Perpus
takaa
n private) dan biaya sosial. Biaya individual
Perpus
takaa
n ) dan biaya sosial. Biaya individual
Perpus
takaa
n adalah beban biaya yang melekat pada penyalah guna Narkoba
Perpus
takaa
n adalah beban biaya yang melekat pada penyalah guna Narkoba
termasuk biaya konsumsi Narkoba. Biaya sosial adalah beban biaya
Perpus
takaa
n
termasuk biaya konsumsi Narkoba. Biaya sosial adalah beban biaya
akibat konsekuensi penyalahgunaan Narkoba yang secara tidak
Perpus
takaa
n
akibat konsekuensi penyalahgunaan Narkoba yang secara tidak
langsung berdampak pada masyarakat. Definisi tersebut lebih merujuk
Perpus
takaa
n
langsung berdampak pada masyarakat. Definisi tersebut lebih merujuk
Perpus
takaa
n
pada definisi yang dibuat oleh Markandya dan Pearce (1989).
Perpus
takaa
n
pada definisi yang dibuat oleh Markandya dan Pearce (1989).
Estimasi kerugian biaya ekonomi akibat Narkoba diperkirakan Perpus
takaa
n
Estimasi kerugian biaya ekonomi akibat Narkoba diperkirakan
BNN 11,2 juta dan meningkat lagi pada kelompok pecandu suntik
BNN 11,2 juta dan meningkat lagi pada kelompok pecandu suntik
3.11.3 Biaya Sosial-Ekonomi Penyalah-Gunaan Narkoba Per Tahun BNN3.11.3 Biaya Sosial-Ekonomi Penyalah-Gunaan Narkoba Per Tahun
44 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Grafik 3.3 Kecenderungan Total Kerugian Biaya Ekonomi Akibat Narkoba Tahun 2008, 2011, dan 2014
1. Biaya Individual (Private).
Biaya individual adalah beban biaya yang melekat pada penyalah guna Narkoba. Yang termasuk biaya ini adalah konsumsi Narkoba, biaya perawatan dan pengobatan karena sakit akibat Narkoba, biaya bila terjadi overdosis, biaya melakukan detoksifikasi dan rehabilitasi, biaya untuk melakukan pengobatan sendiri dalam upaya penghentian Narkoba, biaya yang terjadi akibat kecelakaan lalu-lintas, biaya yang diperlukan terkait urusan ketika tertangkap pihak kepolisian karena Narkoba, biaya yang dikeluarkan karena dipenjara, biaya produktivitas yang hilang akibat pemakaian Narkoba sehingga responden tidak bisa bekerja/sekolah.
26,490
44,462
56,168
5,954
3,816
6,974
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
2008 2011 2014
Biaya Private Biaya Sosial
Dalam Jutaan (Rp.)
Perpus
takaa
n
Biaya Individual (
Perpus
takaa
n
Biaya Individual (
Biaya individual adalah beban biaya yang melekat pada Perpus
takaa
n
Biaya individual adalah beban biaya yang melekat pada penyalah guna Narkoba. Yang termasuk biaya ini adalah Perp
ustak
aan
penyalah guna Narkoba. Yang termasuk biaya ini adalah Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 44,462
Perpus
takaa
n 44,462
2008
Perpus
takaa
n
2008
BNNBNN
45 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Tabel 3.7 Total Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, 2014
KOMPONEN BIAYA 2014 %Konsumsi Narkoba 42.945.590 68,0 Pengobatan Sakit 10.239.695 16,2 Overdosis 12.932 0,0 Detox dan Rehabilitasi 157.483 0,2 Pengobatan Sendiri 223.907 0,4 Kecelakaan 163.878 0,3 Urusan dengan Aparat Hukum 1.152.328 1,8 Penjara 1.028.117 1,6 Aktivitas Terganggu 244.352 0,4
Total Biaya Private 56.168.283 89,0Loss Productivity Sakit 90.847 0,1 Overdosis 39.754 0,1 Detox dan Rehabilitasi 10.310 0,0 Kecelakaan 57.457 0,1 Aparat Hukum 11.205 0,0 Penjara 649.073 1,0 Premature Death 5.437.093 8,6 Tindak Kriminal 648.392 1,0
Total Biaya Sosial 6.944.130 11,0Total Biaya Sosek 63.112.413 100,0
Total kerugian biaya individual akibat penyalahgunaan Narkoba sekitar Rp. 56,1 trilyun di tahun 2014. Kontribusi biaya yang paling besar berasal dari biaya konsumsi Narkoba, mencapai Rp. 42,9 trilyun. Jumlah biaya tersebut meningkat tajam sekitar 2,4 kali lipatnya dibandingkan tahun 2011. Peningkatan biaya tersebut disebabkan faktor peningkatan harga pasaran Narkoba, terutama putau, shabu, berbagai jenis Narkoba lainnya. Harga putau yang mahal karena supply dari asalnya amat terbatas dan kualitasnya sudah jauh menurun pada tingkat jalanan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Kontribusi biaya lain yang menonjol adalah biaya pengobatan akibat sakit (Rp.10,2 trilyun). Biaya akibat sakit sekitar separuhnya (50%) berasal dari biaya rawat inap akibat sakit TB paru.
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Total Biaya Sosial
Perpus
takaa
n
Total Biaya Sosial
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Total Biaya Sosek
Perpus
takaa
n
Total Biaya Sosek
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Total kerugian biaya individual akibat penyalahgunaan
Perpus
takaa
n
Total kerugian biaya individual akibat penyalahgunaan Narkoba
Perpus
takaa
n
Narkoba sekitar Rp.
Perpus
takaa
n
sekitar Rp.yang paling besar berasal dari biaya konsumsi Perp
ustak
aan
yang paling besar berasal dari biaya konsumsi Rp.Perp
ustak
aan
Rp. 42,9 trilyun. Jumlah biaya tersebut meningkat tajam sekitar 2,4 Perpus
takaa
n
42,9 trilyun. Jumlah biaya tersebut meningkat tajam sekitar 2,4
BNNBNN
244.352
BNN244.352
BNN56.168.283
BNN56.168.283
BNNBNNBNNBNNBNNBNN90.847
BNN90.847
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
46 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
2. Biaya Sosial.
Biaya sosial adalah beban biaya akibat konsekuensi penyalahgunaan Narkoba yang secara tidak langsung berdampak pada masyarakat. Dikarenakan studi ini menggunakan pendekatan perspektif klien, maka sebagian besar biaya yang dikalkulasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh orang lain yang terkait dengan responden, yaitu dengan mengukur tingkat biaya produktivitas yang hilang (loss productivity) dari waktu dan biaya dari orang lain tersebut akibat menemani atau menunggu responden. Untuk menghitung biaya satuannya digunakan pendekatan upah minimum regional (UMR) per provinsi 2014.
Secara detail komponen biaya sosial terdiri dari biaya produktivitas yang hilang karena menunggu responden sakit, ketika overdosis, ketika detoksifikasi dan rehabilitasi, ketika terjadi kecelakaan ketika berurusan dengan pihak kepolisian, ketika berurusan dengan pihak penjara, ketika terjadi kematian akibat Narkoba (premature death) dan tindakan kriminalitas.
Biaya sosial yang terjadi diperkirakan sekitar Rp. 6,9 trilyun (2014). Biaya sosial tersebut meningkat sekitar 14% dari tahun 2008. Kontribusi biaya terbesar berasal dari biaya kematian dini akibat Narkoba (premature death) (78%). Selain itu, kontribusi biaya lainnya berasal dari hilangnya waktu produktifitas di penjara (9%) dan biaya akibat kriminalitas (9%).
3.12 Proyeksi Jumlah Penyalah guna dan Kerugian Ekonomi Akibat Narkoba Sampai 2020.
3.12.1 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba 2014-2020.
Rumus perhitungan estimasi penyalah guna Narkoba adalah angka prevalensi survei dikalikan dengan populasi penduduk usia 10-59 tahun. Sumber data angka prevalensi berasal dari 3 survei Narkoba, yaitu survei rumah tangga (2005 dan 2010), survei pekerja (2009 & 2011), dan survei pelajar/mahasiswa (2006, 2009, dan 2011). Sebagai basis perhitungan estimasi adalah tahun 2013, dengan menggunakan angka rata-rata prevalensi dari semua survei tsb menurut jenis kelamin.
Perpus
takaa
n ketika overdosis, ketika detoksifikasi
Perpus
takaa
n ketika overdosis, ketika detoksifikasi kecelakaan ketika berurusan dengan pihak kepolisian, ketika
Perpus
takaa
n kecelakaan ketika berurusan dengan pihak kepolisian, ketika ngan pihak penjara, ketika terjadi kematian akibat
Perpus
takaa
n ngan pihak penjara, ketika terjadi kematian akibat premature death
Perpus
takaa
n premature death) dan tindakan kriminalitas.
Perpus
takaa
n ) dan tindakan kriminalitas.
Biaya sosial yang terjadi diperkirakan sekitar Rp.
Perpus
takaa
n Biaya sosial yang terjadi diperkirakan sekitar Rp.
(2014). Biaya sosial tersebut meningkat sekitar 14% dari tahun
Perpus
takaa
n
(2014). Biaya sosial tersebut meningkat sekitar 14% dari tahun 2008. Kontribusi biaya te
Perpus
takaa
n
2008. Kontribusi biaya teNarkoba
Perpus
takaa
n
Narkoba (
Perpus
takaa
n
(
Perpus
takaa
n
premature death
Perpus
takaa
n
premature deathbiaya lainnya berasal dari hilangnya waktu produktifitas di penjara
Perpus
takaa
n
biaya lainnya berasal dari hilangnya waktu produktifitas di penjara (9%) dan biaya akibat kriminalitas (9%).
Perpus
takaa
n
(9%) dan biaya akibat kriminalitas (9%).
3.12 Proyeksi Jumlah Penyalah guna dan Kerugian Ekonomi Akibat Narkoba Perpus
takaa
n
3.12 Proyeksi Jumlah Penyalah guna dan Kerugian Ekonomi Akibat Narkoba
BNNpendekatan upah minimum regional (UMR) per provinsi 2014.
BNNpendekatan upah minimum regional (UMR) per provinsi 2014.
cara detail komponen biaya sosial terdiri dari biaya
BNNcara detail komponen biaya sosial terdiri dari biaya produktivitas yang hilang karena menunggu responden sakit,
BNNproduktivitas yang hilang karena menunggu responden sakit, ketika overdosis, ketika detoksifikasi BNNketika overdosis, ketika detoksifikasi danBNN
dan rehabilitasi, ketika terjadi BNNrehabilitasi, ketika terjadi
kecelakaan ketika berurusan dengan pihak kepolisian, ketika BNNkecelakaan ketika berurusan dengan pihak kepolisian, ketika
47 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Sedangkan ketika melakukan proyeksi, pada skenario naik maka diasumsikan angka prevalensi di lelaki naik sekitar 1,5% per tahun pada rumah tangga dan pelajar, serta 2% per tahun pada pekerja. Pada perempuan asumsinya tidak jauh berbeda. Pada skenario turun, maka asumsi penurunan sebesar 1% per tahun pada rumah tangga dan pekerja, serta 2% per tahun pada pelajar.
Di tingkat populasi penduduk, maka ada 2 faktor yang berubah yaitu laju pertumbuhan penduduk per tahun dan perubahan komposisi penduduk pada kelompok pekerja formal17 dan pelajar18, yaitu sekitar 1% per tahun.
Proyeksi hasil perhitungan penyalah guna Narkoba dibagi menjadi 3 skenario, yaitu skenario naik, skenario stabil, dan skenario turun. Pada skenario naik, jumlah penyalah guna akan meningkat dari 4,1 juta (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila skenario turun maka akan menjadi 3,7 juta orang (2020). Kontribusi jumlah penyalah guna terbesar berasal dari kelompok pekerja. Ini dapat dimaklumi karena mereka memiliki kemampuan secara finansial dan tekanan kerja yang tinggi sehingga cenderung menggunakan jenis Narkoba yang mampu mendorong staminanya tetap bugar. Hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kelompok pelajar/mahasiswa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Di kelompok pelajar/mahasiswa dalam fase tingkat keingintahuan dan keegoannya sangat tinggi serta tekanan peer group yang kuat sehingga bagi Bandar/pengedar Narkoba merupakan pasar yang amat potensial.
Apabila angka tersebut distandarisasikan dengan populasi penduduk, maka diperoleh angka prevalensi Narkoba. Angka prevalensi Narkoba di tahun 2014 berkisar antara 2,1% sampai 2,3%. Angka prevalensi tersebut diproyeksikan akan terjadi peningkatan bila tekanan. Bandar Narkoba semakin intensif menjadi 2,6%, atau malah sebaliknya terjadi penurunan menjadi 1,9% di tahun 2020 karena adanya upaya penanggulangan dan peredaran Narkoba yang dilakukan secara terencana, intensif, dan berkelanjutan oleh semua pihak.
17Pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5%-7% per tahun membuka peluang lapangan kerja baru di sektor formal 18Peningkatan pendapatan per kapita dan adanya program sekolah gratis dari pemerintah
Perpus
takaa
n (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila skenario turun
Perpus
takaa
n (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila skenario turun maka akan menjadi 3,7 juta orang (2020). Kontribusi jumlah penyalah
Perpus
takaa
n maka akan menjadi 3,7 juta orang (2020). Kontribusi jumlah penyalah terbesar berasal dari kelompok pekerja. Ini dapat dimaklumi
Perpus
takaa
n terbesar berasal dari kelompok pekerja. Ini dapat dimaklumi karena mereka memiliki kemampuan secara finansial dan tekanan kerja
Perpus
takaa
n karena mereka memiliki kemampuan secara finansial dan tekanan kerja yang tinggi sehingga cenderung menggunakan jenis Narkoba yang
Perpus
takaa
n yang tinggi sehingga cenderung menggunakan jenis Narkoba yang mampu mendorong staminanya tetap bugar. Hal yang perlu mendapat
Perpus
takaa
n mampu mendorong staminanya tetap bugar. Hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kelompok pelajar/mahasiswa, karena mereka
Perpus
takaa
n
perhatian khusus adalah kelompok pelajar/mahasiswa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Di kelompok pelajar/mahasiswa
Perpus
takaa
n
adalah generasi penerus bangsa. Di kelompok pelajar/mahasiswa dalam fase tingkat keingintahuan dan keegoannya sangat tinggi serta
Perpus
takaa
n
dalam fase tingkat keingintahuan dan keegoannya sangat tinggi serta tekanan peer group yang kuat sehingga bagi Bandar/pengedar Narkoba
Perpus
takaa
n
tekanan peer group yang kuat sehingga bagi Bandar/pengedar Narkoba merupakan pasar yang amat potensial. Perp
ustak
aan
merupakan pasar yang amat potensial.
Apabila angka tersebut distandarisasikan dengan populasi Perpus
takaa
n
Apabila angka tersebut distandarisasikan dengan populasi
BNNProyeksi hasil perhitungan penyalah guna Narkoba dibagi menjadi
BNNProyeksi hasil perhitungan penyalah guna Narkoba dibagi menjadi 3 skenario, yaitu skenario naik, skenario stabil, dan skenario turun.
BNN3 skenario, yaitu skenario naik, skenario stabil, dan skenario turun. Pada skenario naik, jumlah penyalah guna akan meningkat dari 4,1 juta
BNNPada skenario naik, jumlah penyalah guna akan meningkat dari 4,1 juta (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila skenario turun BNN(2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila skenario turun maka akan menjadi 3,7 juta orang (2020). Kontribusi jumlah penyalah BNNmaka akan menjadi 3,7 juta orang (2020). Kontribusi jumlah penyalah
48 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Tabel 3.8 Proyeksi Jumlah Penyalah guna Narkoba dan Angka Prevalensi Total Menurut Skenario dan Kelompok Populasi, 2014-2020 (dalam ribuan orang)
POK
SURVEI SKENARIOTAHUN
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Rumah Tangga
Naik 923,6 951,0 974,8 994,7 1.010,5 1.022,4 1.030,6
Stabil 898,8 904,8 910,4 915,6 920,2 924,3 928,4
Turun 875,3 860,7 849,0 840,0 833,9 830,7 830,9
Pelajar Naik 1.128,0 1.178,3 1.225,7 1.269,5 1.309,4 1.345,2 1.377,4
Stabil 1.099,1 1.123,6 1.148,2 1.172,7 1.197,1 1.221,6 1.246,5
Turun 1.041,4 1.014,0 993,2 979,2 972,7 974,2 984,7
Pekerja Naik 2.095,6 2.204,2 2.305,4 2.397,8 2.480,7 2.553,6 2.617,0
Stabil 2.024,7 2.069,7 2.115,0 2.160,2 2.205,0 2.249,9 2.295,6
Turun 1.953,9 1.953,2 1.924,7 1.922,5 1.929,4 1.946,1 1.074,2
Total Naik 4.147,1 4.333,5 4.505,9 4.661,9 4.800,6 4.921,2 5.024,9
Stabil 4.022,7 4.098,0 4.173,6 4.248,4 4.322,3 4.395,8 4.470,5
Turun 3.870,5 3.809,8 3.766,8 3.741,8 3.736,0 3.751,1 3.789,9
Angka Prevalensi
Naik 2,3 2,3 2,4 2,4 2,5 2,5 2,6
Stabil 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,3 2,3
Turun 2,1 2,0 2,0 2,0 1,9 1,9 1,9
3.12.2 Proyeksi Kerugian Biaya Ekonomi dan Sosial Penyalahgunaan Narkoba 2014-2020.
Proyeksi jumlah kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat
penyalahgunaan Narkoba berbasiskan atas hasil data kalkulasi
kerugian biaya sosek di tahun 2014. Dari basis data tersebut
diproyeksikan dengan menggunakan metode future value. Future value
adalah sebuah metode yang digunakan untuk mensetarakan nilai uang
saat ini ke masa depan. Asumsi yang digunakan dengan tingkat bunga
4% per tahun. Analisis perhitungan dengan memilah menurut jenis
kelamin. Dari 3 skenario basis data, kami hanya mengkalkulasi untuk
skenario stabil.
Diproyeksikan akan terjadi peningkatan kerugian biaya ekonomi &
sosial (sosek) akibat penyalahgunaan Narkoba sekitar 2,3 kali lipatnya
atau meningkat dari Rp. 63,1 trilyun menjadi Rp. 143,8 trilyun di tahun
2020. Biaya yang terjadi pada kelompok laki-laki jauh lebih tinggi
dibandingkan kelompok perempuan.
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 3.766,8
Perpus
takaa
n 3.766,83.766,8
Perpus
takaa
n 3.766,8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2,3
Perpus
takaa
n 2,3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2,4
Perpus
takaa
n 2,4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2,2
Perpus
takaa
n 2,2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2,2
Perpus
takaa
n 2,2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2,0
Perpus
takaa
n 2,0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2,0
Perpus
takaa
n 2,0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 3.12.2 Proyeksi Kerugian Biaya Ekonomi dan Sosial Penyalahgunaan
Perpus
takaa
n 3.12.2 Proyeksi Kerugian Biaya Ekonomi dan Sosial Penyalahgunaan
Narkoba 2014-2020.
Perpus
takaa
n
Narkoba 2014-2020.
Proyeksi jumlah kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat
Perpus
takaa
n
Proyeksi jumlah kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat
penyalahgunaan Narkoba berbasiskan atas hasil data kalkulasi
Perpus
takaa
n
penyalahgunaan Narkoba berbasiskan atas hasil data kalkulasi
Perpus
takaa
n
kerugian biaya sosek di tahun 2014. Dari basis data tersebut
Perpus
takaa
n
kerugian biaya sosek di tahun 2014. Dari basis data tersebut
diproyeksikan dengan menggunakan metode Perpus
takaa
n
diproyeksikan dengan menggunakan metode Perpus
takaa
n
adalah sebuah metode yang digunakan untuk mensetarakan nilai uang Perpus
takaa
n
adalah sebuah metode yang digunakan untuk mensetarakan nilai uang
BNNBNNBNNBNN2.160,2
BNN2.160,2
BNNBNN2.205,0
BNN2.205,02.205,0
BNN2.205,0
BNNBNNBNNBNNBNN1.922,5
BNN1.922,5
BNNBNN1.929,4
BNN1.929,41.929,4
BNN1.929,4
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN4.661,9
BNN4.661,94.661,9
BNN4.661,9
BNNBNN4.800,6
BNN4.800,64.800,6
BNN4.800,6
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
4.173,6 BNN4.173,6 BNN
BNNBNN4.248,4BNN4.248,44.248,4BNN4.248,4BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
3.766,8 BNN3.766,8 BNN
BNN3.741,8BNN3.741,83.741,8BNN3.741,8BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
49 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Grafik 3.4 Proyeksi Angka Prevalensi Penyalah guna Narkoba Per Tahun Menurut Jenis Penyalah guna dan Kelompok Penyalah guna Narkoba di Indonesia, 2008-2013
Hal yang perlu dicermati pada komponen biaya konsumsi
Narkoba, diproyeksikan biaya tersebut akan meningkat dari Rp.42,9
trilyun (2014) menjadi Rp. 97,8 trilyun (2020). Jumlah tersebut amat
menggiurkan sebagai sebuah peluang bisnis. Dengan besarnya
peredaran uang di bisnis tersebut, tentu banyak pihak terutama bandar
Narkoba untuk terus memperbesar penetrasi pasar agar mendapatkan
keuntungan yang jauh lebih besar. Sehingga bisnis Narkoba sepertinya
tidak akan pernah mati. Untuk itu, peran dari berbagai lapisan
masyarakat bersama-sama dengan aparat penegak hukum untuk dapat
menekan peredaran Narkoba tersebut.
Detail proyeksi kerugian biaya ekonomi dan sosial per provinsi dapat
dilihat pada lampiran.
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Hal yang perlu dicermati pada komponen biaya konsumsi
Perpus
takaa
n
Hal yang perlu dicermati pada komponen biaya konsumsi
Narkoba, diproyeksikan biaya tersebut akan meningkat dari Rp.42,9
Perpus
takaa
n
Narkoba, diproyeksikan biaya tersebut akan meningkat dari Rp.42,9
Perpus
takaa
n
trilyun (2014) menjadi Rp. 97,8 trilyun (2020). Jumlah tersebut amat
Perpus
takaa
n
trilyun (2014) menjadi Rp. 97,8 trilyun (2020). Jumlah tersebut amat
menggiurkan sebagai sebuah peluang bisnis. Dengan besarnya Perpus
takaa
n
menggiurkan sebagai sebuah peluang bisnis. Dengan besarnya Perpus
takaa
n
peredaran uang di bisnis tersebut, tentu banyak pihak terutama bandar Perpus
takaa
n
peredaran uang di bisnis tersebut, tentu banyak pihak terutama bandar
BNN
50 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.13 Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba.
3.13.1 Regulasi.
Dari sisi peraturan perundang-undangan dan kebijakan, upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif di Indonesia sudah sangat kuat, jika dibandingkan dengan bidang lain, tidak ada bidang yang mempunyai landasan payung hukum selengkap ini. Di tingkat perundang-undangan misalnya, ada UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika, dan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang memayungi bagaimana penanganan penyalah guna narkotika dan zat adiktif.
Di tingkat eksekutif ada dua peraturan yaitu Inpres Nomor: 12 Tahun 2011 tentang pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dan PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib lapor Pecandu Narkotika. Dua tingkat peraturan perundang-undangan tertinggi sudah dimiliki sehingga dapat dikatakan dukungan pemerintah terhadap upaya penanggulangan penyalahgunana Narkoba sudah sangat kuat.
Peluang untuk melibatkan Pemerintah daerah dalam penanganan penyalahgunaan Narkoba dapat merujuk kepada Permendagri No. 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan, Penyalahgunaan Narkotika merupakan wujud sinergisitas penanganan masalah Narkoba. Didalam-nya mengatur peran Gubernur/Bupati/Walikota, pendanaan, pembinaan dan pelaporan dalam penyelenggaraan fasilitasi P4GN. Ditekankan pula bahwa pemda bertanggung jawab terhadap penanganan masalah Narkoba. Fasilitasi dimaksud dalam bentuk sebagai berikut: menyusun Perda; meningkatkan partisipasi masyarakat; kemitraan/kerjasasama dengan ormas, swasta; perguruan tinggi; sukarelawan; perorangan; dan/atau badan hukum dan melibatkan forum kerukunan umat ber-agama, forum kewaspadaan dini masyarakat di daerah dan komunitas intelijen daerah untuk pencegahan penyalahgunaan narkotika; dan menyusun program dan kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkotika (Pasal 4).
Perpus
takaa
n han Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Perpus
takaa
n han Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap (P4GN) dan PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Perpus
takaa
n (P4GN) dan PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib lapor Pecandu Narkotika.
Perpus
takaa
n Wajib lapor Pecandu Narkotika. Dua tingkat peraturan perundang
Perpus
takaa
n Dua tingkat peraturan perundangundangan tertinggi sudah dimiliki sehingga dapat dikatakan dukungan
Perpus
takaa
n undangan tertinggi sudah dimiliki sehingga dapat dikatakan dukungan
Perpus
takaa
n erhadap upaya penanggulangan penyalahgunana
Perpus
takaa
n erhadap upaya penanggulangan penyalahgunana
Peluang untuk melibatkan Pemerintah daerah dalam penanganan
Perpus
takaa
n
Peluang untuk melibatkan Pemerintah daerah dalam penanganan penyalahgunaan Narkoba dapat merujuk kepada
Perpus
takaa
n
penyalahgunaan Narkoba dapat merujuk kepada Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan, Penyalahgunaan Narko
Perpus
takaa
n
Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan, Penyalahgunaan Narko
Perpus
takaa
n
merupakan wujud sinergisitas penanganan masalah Narkoba
Perpus
takaa
n
merupakan wujud sinergisitas penanganan masalah Narkobanya mengatur peran Gubernur/Bupati/Walikota, pendanaan, pembinaan Perp
ustak
aan
nya mengatur peran Gubernur/Bupati/Walikota, pendanaan, pembinaan dan pelaporan dalam penyelenggaraan fasilitasi P4GN. Perp
ustak
aan
dan pelaporan dalam penyelenggaraan fasilitasi P4GN.
BNNDi tingkat eksekutif ada dua peraturan yaitu Inpres Nomor: 12
BNNDi tingkat eksekutif ada dua peraturan yaitu Inpres Nomor: 12 elaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional
BNNelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional
han Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap BNNhan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap (P4GN) dan PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan BNN(P4GN) dan PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
51 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Sementara fasilitasi pencegahan penyalahgunaan narkotika, dilakukan
melalui kegiatan antara lain: seminar; lokakarya; workshop; halaqoh;
pagelaran, festival seni dan budaya; outbond seperti jambore,
perkemahan, dan napak tilas; perlombaan seperti lomba pidato, jalan
sehat, dan cipta lagu; pemberdayaan masyarakat; pelatihan
masyarakat; karya tulis ilmiah; dan sosialisasi, diseminasi, asistensi dan
bimbingan teknis (pasal 5). BNNP dapat lebih mengeksplorasi peluang
ini untuk meningkatkan upaya penanggulangan penyalahgunaan
Narkoba dengan menggunakan sumber daya yang ada di Pemerintah
daerah.
Kebijakan terkini adalah kebijakan terkait Pelaksanaan Wajib lapor
Pecandu Narkotika. Kebijakan ini mengarahkan pengguna narkotika
dan zat adiktif agar melakukan lapor diri untuk menjalani rehabilitasi di
fasilitas atau Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang sudah
ditetapkan. Sambutan terhadap kebijakan ini sangat positif karena
semua setuju bahwa penjara tidak akan meyelesaikan masalah
ketergantungan dari pengguna Narkoba. Lapas baik lapas umum dan
khusus memiliki keterbatasan dari sisi daya tampung dan kapasitas
untuk membina pengguna Narkoba yang tertangkap. Semua
kementerian dan lembaga terkait juga mendukung kebijakan ini, walau
masih banyak persoalan yang harus diselesaikan antar lembaga terkait
tersebut agar kebijakan ini bisa berjalan.
Di tingkat kementrian lembaga dan badan teknis sejumlah
kebijakan dan kesepakatan bersama sudah dibuat untuk menunjang
kebijakan IPWL. Pada tahun 2014 sebuah Peraturan Bersama antara
Ketua Mahkamah Agung RI; Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI;
Menteri Kesehatan RI; Menteri Sosial RI; Jaksa Agung RI; Kepala
Kepolisian Negara RI; Kepala BNN RI, dengan peraturan bersama
No:01/PB/MA/III/2014;No:03/2014; No:11/2014;No:03/2014;No:PER-
005/A/JA/03/2014;No:1/2014 dan PERBER/01/III/2014/BNNdibuat
untuk memudahkan pelaksanaan penanganan Penyalahgunaan
Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi.
Perpus
takaa
n W
Perpus
takaa
n Wajib
Perpus
takaa
n ajib
Sambutan terhadap kebijakan ini sangat positif karena
Perpus
takaa
n Sambutan terhadap kebijakan ini sangat positif karena
penjara tidak akan meyelesaikan masalah
Perpus
takaa
n penjara tidak akan meyelesaikan masalah
ketergantungan dari pengguna
Perpus
takaa
n ketergantungan dari pengguna Narkoba
Perpus
takaa
n Narkoba
khusus memiliki keterbatasan dari sisi daya tampung dan kapasitas
Perpus
takaa
n khusus memiliki keterbatasan dari sisi daya tampung dan kapasitas
untuk membina pengguna
Perpus
takaa
n
untuk membina pengguna
kementerian dan lemb
Perpus
takaa
n
kementerian dan lembaga terkait juga mendukung kebijakan ini, walau
Perpus
takaa
n
aga terkait juga mendukung kebijakan ini, walau
Perpus
takaa
n
masih banyak persoalan yang harus diselesaikan antar lembaga terkait
Perpus
takaa
n
masih banyak persoalan yang harus diselesaikan antar lembaga terkait
tersebut agar kebijakan ini bisa berjalan.
Perpus
takaa
n
tersebut agar kebijakan ini bisa berjalan.
Di tingkat kementrian lembaga dan badan teknis sejumlah Perpus
takaa
n
Di tingkat kementrian lembaga dan badan teknis sejumlah
kebijakan dan kesepakatan bersama sudaPerp
ustak
aan
kebijakan dan kesepakatan bersama suda
BNNKebijakan terkini adalah kebijakan terkait Pelaksanaan Wajib lapor
BNNKebijakan terkini adalah kebijakan terkait Pelaksanaan Wajib lapor
Kebijakan ini mengarahkan pengguna narkotika
BNNKebijakan ini mengarahkan pengguna narkotika
dan zat adiktif agar melakukan lapor diri untuk menjalani rehabilitasi di BNNdan zat adiktif agar melakukan lapor diri untuk menjalani rehabilitasi di
LBNNLapoBNNapo
52 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.13.2 IPWL.
Institusi penerima wajib lapor (IPWL) merupakan salah satu
pogram penanganan Narkoba yang melibatkan banyak lintas sector
terkait. Telah ada beberapa peraturan mentri dan keputusan mentri
yang mendukung program IPWL. Namun dari sejumlah kementerian
hanya kementerian kesehatan dan kementrian sosial yang sudah
mengembangkan petunjuk teknis pelaksanaan IPWL ini. Pihak
Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman yang merupakan lembaga yang
paling berkepentingan dalam penanganan kasus belum mempunyai
petunjuk teknis mengenai ketentuan pasal yang harus digunakan untuk
mengatasi persoalan penyalah guna ini. Ketiadaan petunjuk teknis ini
menyebabkan masih adanya perbedaan persepsi dan interpretasi
penegakan hukum bagi penyalah guna di lembaga-lembaga tersebut.
Jadi yang diperlukan sekarang adalah petunjuk teknis di penegakan
hukum bagi penyalah guna di lembaga-lembaga tersebut dan
mensosialisasikannya kepada semua lapisan penegak hukum.
Kepastian tindakan dan kurangnya pemahaman mengenai
pengaturan tentang penanganan kasus penyalahgunaan Narkoba yang
harus diterapkan menimbulkan berbagai tindakan yang dapat
merugikan penyalah guna baik secara materiil dan sosial di semua
tahapan layanan. Praktek penyalahgunaan wewenang masih kerap
terjadi, penyalahgunaan wewenang dalam penuntutan oleh jaksa dan
kepolisian, praktek pemberian kartu IPWL tanpa asessemen sesuai
prosedur, dan penyalahgunaan kartu IPWL sebagai alat berlindung dari
tangkapan petugas.
Persoalan lain yang menghambat kebijakan IPWL adalah masih
terbatasnya fasilitas rujukan untuk rehabilitasi, anggaran, kuantitas dan
kapasitas SDM. Sampai saat ini baru sekitar 90 fasilitas rehabiltasi yang
ada di Indonesia. Sebagian besar merupakan bagian dari RSJiwa, yang
terkadang membuat orang segan datang karena takut diasosiasikan/
distigmatisasi sebagai orang dengan gangguan jiwa atau orang gila.
Perpus
takaa
n penyalah guna
Perpus
takaa
n penyalah guna
perlukan sekarang adalah petunjuk teknis di penegakan
Perpus
takaa
n perlukan sekarang adalah petunjuk teknis di penegakan
penyalah guna
Perpus
takaa
n penyalah guna di lembaga
Perpus
takaa
n di lembaga
mensosialisasikannya kepada semua lapisan penegak hukum.
Perpus
takaa
n mensosialisasikannya kepada semua lapisan penegak hukum.
Kepastian tindakan dan kurangnya pemahaman mengenai
Perpus
takaa
n Kepastian tindakan dan kurangnya pemahaman mengenai
pengaturan tentang penanganan kasus
Perpus
takaa
n
pengaturan tentang penanganan kasus
harus diterapkan menimbulkan berbagai tindakan yang dapat
Perpus
takaa
n
harus diterapkan menimbulkan berbagai tindakan yang dapat
merugikan
Perpus
takaa
n
merugikan penyalah guna
Perpus
takaa
n
penyalah guna
tahapan layanan. Praktek penyalahgunaan wewenang masih kerap
Perpus
takaa
n
tahapan layanan. Praktek penyalahgunaan wewenang masih kerap
Perpus
takaa
n
terjadi, penyalahgunaan wewenang dalam pePerpus
takaa
n
terjadi, penyalahgunaan wewenang dalam pe
kepolisian, praktek pemberian kartu IPWL tanpa asessemen sesuai Perpus
takaa
n
kepolisian, praktek pemberian kartu IPWL tanpa asessemen sesuai
BNNgenai ketentuan pasal yang harus digunakan untuk
BNNgenai ketentuan pasal yang harus digunakan untuk
ini. Ketiadaan petunjuk teknis ini
BNNini. Ketiadaan petunjuk teknis ini
menyebabkan masih adanya perbedaan persepsi dan interpretasi
BNNmenyebabkan masih adanya perbedaan persepsi dan interpretasi
di lembagaBNNdi lembaga
53 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Keterbatasan dana untuk rehabilitasi juga menjadi kendala tersendiri,
banyak penyalah guna ingin rehab tapi tidak punya dana, sementara
bantuan dana pemerintah untuk satu RS hanya sekitar 40-50 kasus
saja pertahun, di luar jumlah itu penyalah guna harus membayar
sendiri. Jumlah dan kapasitas SDM untuk asesor dan tenaga konselor
rehabilitasi juga masih terbatas, bahkan ada yang belum mengikuti
standar yang sudah ditetapkan, sehingga ada perbedaan kualitas
layanan di beberapa fasilitas.
Terlepas dari semua persoalan diatas persepsi penyedia layanan,
penyalah guna dan masyarakat tentang fasilitas IPWL belum sama.
Sebagian penyalah guna masih takut informasi yang diberikan akan
disalahgunakan dan merugikan mereka, seperti menjadi target
kepolisian dan mengalami stigma dari masyarakat. Sedangkan di sisi
masyarakat, belum semua paham IPWL dan tidak tahu berapa besar
biayanya dan seberapa efektif bisa membantu penyalah guna. Jadi
edukasi dan sosialisasi program harus terus dijalankan terutama
mengenai menumbuhkan rasa percaya di kalangan penyalah guna dan
masyarakat.
Tabel 3.9 Peraturan Perundang-undangan IPWL di Berbagai Kementerian Terkait
NO. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERIHAL
1 2 31. Peraturan Menteri Sosial RI.
Nomor: 56/HUK/2009
Pelayanan dan Rehabilitas
Sosial Korban Penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif Lainnya
2. Peraturan Menteri Kese-
hatan RI Nomor : 2415/
Menkes/Per/XII/ 2011
Rehabilitasi Medis Pecandu,
Penyalahgunaan & Korban Pe-
nyalahgunaan Narkotika (Berita
Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 825)
Perpus
takaa
n ngalami stigma dari masyarakat.
Perpus
takaa
n ngalami stigma dari masyarakat.
masyarakat, belum semua paham IPWL dan tida
Perpus
takaa
n masyarakat, belum semua paham IPWL dan tida
biayanya dan seberapa efektif bisa membantu
Perpus
takaa
n biayanya dan seberapa efektif bisa membantu
edukasi dan sosialisasi program harus terus dijalankan terutama
Perpus
takaa
n edukasi dan sosialisasi program harus terus dijalankan terutama
mengenai menumbuhkan rasa percaya di kalangan
Perpus
takaa
n mengenai menumbuhkan rasa percaya di kalangan
Peraturan
Perpus
takaa
n
Peraturan Perundang
Perpus
takaa
n
PerundangKementerian Terkait
Perpus
takaa
n
Kementerian Terkait
NO.
Perpus
takaa
n
NO. PERATURAN
Perpus
takaa
n
PERATURAN PERUNDANG
Perpus
takaa
n
PERUNDANG
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1 Perpus
takaa
n
1 Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Peraturan Menteri Sosial RI. Perpus
takaa
n
Peraturan Menteri Sosial RI. Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNNs IPWL belum sama.
BNNs IPWL belum sama.
masih takut informasi yang diberikan akan
BNNmasih takut informasi yang diberikan akan
disalahgunakan dan merugikan mereka, seperti menjadi target
BNNdisalahgunakan dan merugikan mereka, seperti menjadi target
ngalami stigma dari masyarakat.BNNngalami stigma dari masyarakat.
54 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
1 2 3
3. SEMA Nomor : 4/2010
SEMA Nomor : 3/2011
Penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di
Dalam Lembaga Rehabilitasi
Medis dan Rehabilitasi Sosial
4. Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 46
Tahun 2012
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Rehabilitasi Medis bagi Pecandu
Penyalah guna, dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Yang
Dalam Proses Atau Yang Telah
Diputus oleh Pengadilan
5. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor : 228/
Menkes/SK/VII/2012
Tata Cara Pelaksanaan Wajib
Lapor Pecandu Narkotika
6. Permendagri Nomor : 21
Tahun 2013
Fasilitasi Pencegahan,
Penyalahgunanan Narkotika
merupakan wujud sinergisitas
penanganan masalah Narkoba
7. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 293/
MENKES/SK/ VIII/2013
Institusi Penerima Wajib Lapor
8. Peraturan Menteri Sosial
Nomor : 03/2013
Standar Lembaga Rehabilitasi
Sosial Korban Penyalahgunaan
Napza
9. Surat Edaran Jaksa Agung
Nomor : SE-002/A/JA/02/
2013 tanggal 15 Februari
2013
Penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika ke
Lembaga Rehabilitasi Medis Dan
Rehabilitasi Sosial
Perpus
takaa
n 228/
Perpus
takaa
n 228/ Lapor Pecandu Narkotika
Perpus
takaa
n Lapor Pecandu Narkotika
Perpus
takaa
n Permendagri Nomor : 21
Perpus
takaa
n Permendagri Nomor : 21 Fasilitasi Pencegahan,
Perpus
takaa
n Fasilitasi Pencegahan,
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Keputusan Menteri
Perpus
takaa
n
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Perpus
takaa
n
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 293/Perpus
takaa
n
Indonesia Nomor : 293/
MENKES/SK/ VIII/2013Perpus
takaa
n
MENKES/SK/ VIII/2013Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
Dalam Proses Atau Yang Telah
BNNDalam Proses Atau Yang Telah
Diputus oleh Pengadilan
BNNDiputus oleh Pengadilan
Tata Cara PBNNTata Cara P
Lapor Pecandu NarkotikaBNNLapor Pecandu NarkotikaBNN
55 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
1 2 3
10. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor : 41/HUK/2014
Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya sebagai institusi penerima wajib lapor bagi korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya Tahun 2014
11. Peraturan Bersama: Ketua Mahkamah Agung RI; Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI; Menteri Kesehatan RI; Menteri Sosial RI; Jaksa Agung RI; Kepala Kepolisian Negara RI; Kepala Badan Narkotika Nasional RI Nomor : 01/ PB/MA/III/2014; Nomor : 03/2014; Nomor : 11/2014; Nomor : 03/ 2014; Nomor : PER-005/ A / JA / 03 / 2014; Nomor : 1/2014 dan Nomor: PERBER/01/III/2014/BNN
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
12. Permendagri No. 21 tahun 2013
Fasilitasi pencegahan penyalahgunaan narkotika merupakan wujud sinergisitas penanganan masalah Narkoba
3.14 Pola kegiatan dan Upaya Penegakan Hukum.
Pola kegiatan dan upaya penegakan hukum dipotret dari hasil kinerja para aparat penegak hukum yang terlaporkan dari berbagai sumber data sekunder dan hasil dari wawancara mendalam dengan pihak aparat penegak hukum.
Perpus
takaa
n Sosial RI; Jaksa Agung RI;
Perpus
takaa
n Sosial RI; Jaksa Agung RI; Kepala Kepolisian Negara
Perpus
takaa
n Kepala Kepolisian Negara RI; Kepala Badan Narkotika
Perpus
takaa
n RI; Kepala Badan Narkotika Nasional RI Nomor : 01/
Perpus
takaa
n Nasional RI Nomor : 01/ PB/MA/III/2014; Nomor :
Perpus
takaa
n PB/MA/III/2014; Nomor : 03/2014; Nomor : 11/2014;
Perpus
takaa
n
03/2014; Nomor : 11/2014; Nomor : 03/ 2014; Nomor :
Perpus
takaa
n
Nomor : 03/ 2014; Nomor : PER
Perpus
takaa
n
PER-
Perpus
takaa
n
-005/
Perpus
takaa
n
005/ A
Perpus
takaa
n
A /
Perpus
takaa
n
/Nomor : 1/2014 dan Nomor
Perpus
takaa
n
Nomor : 1/2014 dan NomorPERBER/01/III/2014/BNNPerp
ustak
aan
PERBER/01/III/2014/BNNPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Permendagri No. 21 tahun Perpus
takaa
n
Permendagri No. 21 tahun Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
dan Korban Penyalahgunaan
BNNdan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Dalam Lembaga
BNNNarkotika ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
BNNRehabilitasi
56 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.14.1 Pengungkapan Kasus Narkoba.
Kegiatan upaya penegakan hukum dikenal sebagai upaya pengurangan suplai (suply reduction). Upaya ini dilakukan dalam
lingkup nasional maupun internasional. Berbagai bentuk penangkapan
dan pengungkapan kasus penyelundupan dan perdangan Narkoba
sepanjang 5 tahun terakhir hasilnya berfluktuarif, namun terjadi
peningkatan tajam pada tahun 2012 ke 2013. Jumlah tersangka
golongan narkotika yang diproses meningkat sekitar dua kali lipatnya di
tahun 2013 dibanding tahun 2009. Sementara jumlah tersangka
golongan psikotropika cenderung menurun tiap tahunnya. Sebagian
besar tersangka berpendidikan SLTA keatas (54%), berjenis kelamin
pria (90%) dan kebanyakan warganegara Indonesia, hanya 127 kasus
yang berkewarganegaan asing.
Tabel 3.10 Jumlah Kasus dan Tersangka Narkoba Menurut Golongan Kasus, 2009-2013
PENG-GOLONGAN
2009 2010 2011 2012 2013
KA-SUS
TER-SANG-
KAKA-SUS
TER-SANG-
KAKA-SUS
TER-SANG-
KAKA--SUS
TER-SANG-
KAKA-SUS
TER-SANG-
KANarkotika 11.135 15.081 17.834 23.900 19.045 25.154 18.977 25.122 21.119 28.543 Psikotropika 8.779 11.687 1.181 1.502 1.601 1.997 1.729 2.062 1.612 1.868 Bahan Adiktif Lainnya 10.964 11.635 7.599 8.020 9.067 9.438 7.917 8.269 12.705 13.356
JUMLAH 30.878 38.403 26.614 33.422 29.713 36.589 28.623 35.453 35.436 43.767
Sumber: Kepolisian Negara RI, Maret 2014 dalam Jurnal Data P4GN, 2014
Sementara itu kasus yang diungkap oleh pihak BNN jumlahnya juga meningkat tiap tahun. Jenis kasus yang terungkap oleh BNN dari deputi pemberantasan paling banyak adalah kasus distribusi (246 kasus) dan produksi (136 kasus) dalam 4 tahun terakhir. Hal menarik terlihat ada perubahan pola kasus yang diungkap, jika pada tahun 2012 lebih banyak masalah distribusi (97 kasus, tetapi kasus produksi 1), tetapi di tahun 2013 lebih banyak kasus produksi (135 kasus, tetapi kasus distribusi 2). Sedangkan kasus kultivasi (13 kasus-2013) dan konsumsi (6 kasus-2012) jumlahnya sedikit.19
19Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret 2014
Perpus
takaa
n rsangka
Perpus
takaa
n rsangka Narkoba
Perpus
takaa
n Narkoba
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2010
Perpus
takaa
n 2010
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2011
Perpus
takaa
n 2011
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n SUS
Perpus
takaa
n SUS
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n TER
Perpus
takaa
n TER-
Perpus
takaa
n -
Perpus
takaa
n SANG
Perpus
takaa
n SANG-
Perpus
takaa
n -
Perpus
takaa
n KA
Perpus
takaa
n KA
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n KA
Perpus
takaa
n KA
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
23.900
Perpus
takaa
n
23.900
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
17.834
Perpus
takaa
n
17.83417.834
Perpus
takaa
n
17.834
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
11.687
Perpus
takaa
n
11.687
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.181
Perpus
takaa
n
1.181
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.502
Perpus
takaa
n
1.502
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
11.635
Perpus
takaa
n
11.635
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
7.599
Perpus
takaa
n
7.599
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
38.403
Perpus
takaa
n
38.403
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
26.614
Perpus
takaa
n
26.61426.614
Perpus
takaa
n
26.614
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Kepolisian Negara RI, Maret 2014 dalam Jurnal Data P4GN, 2014
Perpus
takaa
n
Kepolisian Negara RI, Maret 2014 dalam Jurnal Data P4GN, 2014
Sementara itu kasus yang diungkap oleh Perpus
takaa
n
Sementara itu kasus yang diungkap oleh juga meningkat tiap tahunPerp
ustak
aan
juga meningkat tiap tahun
BNNgolongan psikotropika cenderung menurun tiap tahunnya.
BNNgolongan psikotropika cenderung menurun tiap tahunnya.
besar tersangka berpendidikan SLTA keatas (54%),
BNNbesar tersangka berpendidikan SLTA keatas (54%), berjenis
BNNberjenis
warganegara Indonesia, hanya 127 kasus
BNNwarganegara Indonesia, hanya 127 kasus
NarkobaBNNNarkoba
57 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa tinggi rendahnya angka kasus yang berhasil diungkap dan diproses oleh pihak kepolisian tidak hanya semata-mata ketersediaan Narkoba di suatu wilayah. Namun juga dipengaruhi oleh faktor tantangan geografis, jumlah anggaran, dan jumlah SDM. Hampir semua informan di Polda yang diwawancarai menyatakan faktor anggaran dan SDM yang terbatas merupakan kendala utama. Sehingga seringkali banyak Polda yang terpaksa hanya mengungkap kasus yang jumlahnya hanya sesuai dengan jumlah anggarannya saja. Padahal mereka mengetahui bahwa sebenarnya kasus yang ada lebih banyak lagi daripada yang telah mereka tangani. Namun demikian, masih ada beberapa Direktorat Narkoba Polda yang tetap berupaya mengungkap kasus secara maksimal hingga puluhan kali lipat dari yang dianggarkan atau ditargetkan. Beberapa cara ditempuh misalnya bekerjasama dengan unit lain jika memungkinkan atau memaksimalkan sumberdaya di unit sendiri. Salah satu alasan adalah rasa beban moral untuk menanggulangi Narkoba demi pelayanan terhadap masyarakat dan pengabdian kepada negara.
“… Harusnya kan kalau sudah selesai 25 kasus itu kan stop.
Kenyataannya ya seperti itu. Dan ini yang harus dipikirkan. Kalau
misalnya sudah dua puluh lima, kita gak perlu lagilah nangkap,
kan sudah ada dua puluh lima. Itu di bulan Januari aja sudah
kelar. Harusnya kan tunggu tahun depan… untuk 2014 anggaran
direktorat Narkoba itu hanya menganggarkan 25 kasus. Padahal
yang kita ungkap itu enam ratus lima puluh empat” (Dir Narkoba,
Lampung).
“Tahun ini saya dapat DIPA untuk 45 kasus, tapi tahun depan kita
hanya dapat untuk 40 kasus. Anggarannya tidak ada. Ya
bukannya kami over prestasi juga, kami anggaran 40 kami bisa
tangkap 60 kasus misalnya, bukan berarti tidak anggaran kita
diatas aja kan.. Itu tidak bisa (kerjasama tidak bisa dengan unit
lain), karena mereka pun ada pos DIPA-nya”. (Dir Narkoba, Polda
Kalbar).
Perpus
takaa
n ditargetkan. Beberapa cara ditempuh misalnya bekerjasama dengan
Perpus
takaa
n ditargetkan. Beberapa cara ditempuh misalnya bekerjasama dengan
jika memungkinkan atau memaksimal
Perpus
takaa
n jika memungkinkan atau memaksimalSalah satu alasan adalah rasa beban moral untuk
Perpus
takaa
n Salah satu alasan adalah rasa beban moral untuk demi pelayanan terhadap masyarakat dan
Perpus
takaa
n demi pelayanan terhadap masyarakat dan
pengabdian kepada negara.
Perpus
takaa
n pengabdian kepada negara.
“… Harusnya kan
Perpus
takaa
n
“… Harusnya kan kalau sudah selesai 25 kasus itu kan stop.
Perpus
takaa
n
kalau sudah selesai 25 kasus itu kan stop.
Kenyataannya ya seperti itu.
Perpus
takaa
n
Kenyataannya ya seperti itu.
misalnya sudah dua puluh lima, kita gak perlu lagilah nangkap,
Perpus
takaa
n
misalnya sudah dua puluh lima, kita gak perlu lagilah nangkap,
kan sudah ada dua puluh lima. Itu di bulan Januari aja sudah
Perpus
takaa
n
kan sudah ada dua puluh lima. Itu di bulan Januari aja sudah
kelar. Harusnya kan tuPerpus
takaa
n
kelar. Harusnya kan tu
direktorat Perpus
takaa
n
direktorat
yang kita ungkap itu enam ratus lima puluh empat” (Dir Perp
ustak
aan
yang kita ungkap itu enam ratus lima puluh empat” (Dir
BNNNamun demikian, masih ada beberapa Direktorat
BNNNamun demikian, masih ada beberapa Direktorat Polda yang tetap berupaya mengungkap kasus secara
BNNPolda yang tetap berupaya mengungkap kasus secara maksimal hingga puluhan kali lipat dari yang dianggarkan atau
BNNmaksimal hingga puluhan kali lipat dari yang dianggarkan atau ditargetkan. Beberapa cara ditempuh misalnya bekerjasama dengan BNNditargetkan. Beberapa cara ditempuh misalnya bekerjasama dengan
58 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Terbatasnya dana operasional pengungkapan kasus
mengakibatkan terbatasnya pengungkapan kasus Narkoba. Hal lain,
ada potensi resiko praktek suap dikalangan aparat penegak hukum
mengingat para bandar besar mempunyai kekuatan dana besar. Hal ini
diakui oleh informan pihak kepolisian, seringkali penyidik harus
mempunyai moral yang sangat baik untuk dapat menahan godaan
tawaran damai berupa uang yang sangat besar ataupun juga ―barang‖.
Para Bandar juga terkadang punya banyak koneksi dengan orang-
orang penting yang terkadang berupaya mempengaruhi proses
penyelidikan dan penyidikan agar mereka dapat dibebaskan.
“..Anggaran kami (kepolisian) kecilnya luar biasa. Anggaran
setahun hanya 13-16 juta sedangkan penduduk hampir 6 juta.
Menyidik kasus saja hanya berapa dananya. Untuk penyuluhan
sebesar 18 juta, razia 13 juta sisanya untuk penyidik dan dalam
satu tahun kami bisa mendapatkan 225 tersangka. Terkadang 1
ons. Bayangkan coba kalau penyidik punya nurani untuk tidak
bermain dengan para bandar karena, 1 ons barang tersebut
harganya bisa 150 juta. Makanya penyidik Narkoba itu harus
bermoral. Karena ketika si bandar ditangkap mereka pasti
menawarkan barang dan uang dimana 1 kg mencapai harga 1
milyar setengah bayangkan saja” (Dir Narkoba Sumsel).
“Logikanya... petugas yang berkecimpung di dunia Narkoba ini
pasti tahu siapa bandar besarnya. Pemasok tunggal dari luar itu
siapa. Jangan ditangkap yang cere-cere ini. Beli shabu 1 gram
bagi bagi.... sumbangan. Bukan itu.... kalau itu untuk menuhi sel,
untuk memenuhi panti rehab itu dia metodenya. Tapi kalau kita
ingin menyelamatkan jiwa manusia bukan itu metodenya. Bandar
Narkoba ini berbahaya..” (Dir Narkoba, Polda Bali).
Perpus
takaa
n 16 juta sedangkan penduduk hampir 6
Perpus
takaa
n 16 juta sedangkan penduduk hampir 6
Menyidik kasus saja hanya berapa dananya.
Perpus
takaa
n Menyidik kasus saja hanya berapa dananya.
sebesar 18 juta, razia 13 juta sisanya untuk penyidik dan dalam
Perpus
takaa
n sebesar 18 juta, razia 13 juta sisanya untuk penyidik dan dalam
satu tahun kami bisa mendapatkan 225 tersangka. Terkadang
Perpus
takaa
n satu tahun kami bisa mendapatkan 225 tersangka. Terkadang
Perpus
takaa
n
Bayangkan coba kalau penyidik punya nurani untuk tidak
Perpus
takaa
n
Bayangkan coba kalau penyidik punya nurani untuk tidak
dengan para bandar karena, 1 ons barang tersebut
Perpus
takaa
n
dengan para bandar karena, 1 ons barang tersebut
harganya bisa 150 juta.
Perpus
takaa
n
harganya bisa 150 juta.
bermoral. Karena ketika si bandar ditangkap mereka pasti
Perpus
takaa
n
bermoral. Karena ketika si bandar ditangkap mereka pasti
menawarkan barang dan uang dimana 1 kg mencapPerpus
takaa
n
menawarkan barang dan uang dimana 1 kg mencap
milyar setengah bayangkan saja” (DPerpus
takaa
n
milyar setengah bayangkan saja” (D
BNNorang penting yang terkadang berupaya mempengaruhi proses
BNNorang penting yang terkadang berupaya mempengaruhi proses
penyelidikan dan penyidikan agar mereka dapat dibebaskan.
BNNpenyelidikan dan penyidikan agar mereka dapat dibebaskan.
nggaran kami (kepolisian) kecilnya luar biasa. Anggaran BNNnggaran kami (kepolisian) kecilnya luar biasa. Anggaran
16 juta sedangkan penduduk hampir 6 BNN16 juta sedangkan penduduk hampir 6
59 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Untuk pengungkapan kasus Narkoba yang lebih besar, pihak
kepolisian masih terbatas dukungan dana operasional penyelidikan
seperti untuk akomodasi, komunikasi, dan transportasi. Di sisi lain
mobilitas para pengedar dan bandar cukup tinggi tidak hanya antar
desa, antar kecamatan dan antar kota tetapi sudah antar pulau dan
antar negara dengan memanfaatkan banyak media penyelundupan,
serta masuk dari berbagai jalur pintu masuk. Tentu bila harus mengikuti
mobilitas bandar/pengedar tersebut memerlukan biaya yang amat
besar.
Hambatan lain yang dirasakan oleh pihak kepolisian adalah
operasi penyelidikan dan penangkapan seringkali terhambat dengan
canggihnya modus para bandar dan pengedar serta tingginya alat
teknologi dan sistim IT (Information Technlogy) para mafia Narkoba
tersebut. Untuk dapat mengungkap dan menangkap Bandar dan
jaringannya yang relatif sangat terorganisir, Kepolisan sering
berkoordinasi atau meminjam alat BNN yang dianggap lebih canggih
dari yang dimiliki pihak Kepolisian. Pemerintah diharapkan untuk lebih
memperhatikan lagi dana operasional pengungkapan kasus, dana ini
perlu ditingkatkan baik di Kepolisian maupun di BNN. Kedua pihak
tersebut juga diharapkan untuk terus berkolaborasi dalam penangkapan
termasuk sinergitas dalam penganggaran untuk pengungkapan kasus.
Cara transaksi Narkoba dapat dikategorikan 4 cara, yaitu :
Face to face (di suatu daerah dikenal dengan istilah ―adu
Banteng‖). Pola Ini dilakukan dengan cara bertemu langsung antara
Bandar dengan pembeli. Para bandar/pengedar hanya melayani pembeli yang sudah dikenalnya.
Transaksi melalui kurir. Pola ini melibatkan pihak ketiga untuk mengantarkan Narkoba dari Bandar kepada pembeli. Seringkali transaksi semacam ini melibatkan anak-anak dengan imbalan uang ketika menyerahkan Narkoba kepada pembeli. Kasus ini ditemukan di Lampung, Makasar, Pontianak, Medan, dsb.
Perpus
takaa
n Information Technlogy
Perpus
takaa
n Information Technlogy
tersebut. Untuk dapat mengungkap dan menangkap Bandar dan
Perpus
takaa
n tersebut. Untuk dapat mengungkap dan menangkap Bandar dan
jaringannya yang relatif sangat terorganisir, Kepolisan sering
Perpus
takaa
n jaringannya yang relatif sangat terorganisir, Kepolisan sering
berkoordinasi atau meminjam alat BNN yang dianggap lebih canggih
Perpus
takaa
n berkoordinasi atau meminjam alat BNN yang dianggap lebih canggih
dari yang dimiliki pihak Kepolisian. Pemerintah diharapkan untuk lebi
Perpus
takaa
n dari yang dimiliki pihak Kepolisian. Pemerintah diharapkan untuk lebi
memperhatikan lagi dana operasional
Perpus
takaa
n
memperhatikan lagi dana operasional
perlu ditingkatkan baik di Kepolisian maupun di BNN. Kedua pihak
Perpus
takaa
n
perlu ditingkatkan baik di Kepolisian maupun di BNN. Kedua pihak
tersebut juga diharapkan untuk terus berkolaborasi dalam penangkapan
Perpus
takaa
n
tersebut juga diharapkan untuk terus berkolaborasi dalam penangkapan
termasuk
Perpus
takaa
n
termasuk sinergitas dalam penganggaran untuk
Perpus
takaa
n
sinergitas dalam penganggaran untuk
Perpus
takaa
n
Cara transaksi Narkoba dapat dikategorikan 4 cara, yaitu :Perpus
takaa
n
Cara transaksi Narkoba dapat dikategorikan 4 cara, yaitu :
Face to facePerp
ustak
aan
Face to facePerp
ustak
aan B
NNHambatan lain yang dirasakan oleh pihak kepolisian
BNNHambatan lain yang dirasakan oleh pihak kepolisian
operasi penyelidikan dan penangkapan seringkali terhambat dengan
BNNoperasi penyelidikan dan penangkapan seringkali terhambat dengan
canggihnya modus para bandar dan pengedar serta tingginya alat
BNNcanggihnya modus para bandar dan pengedar serta tingginya alat
Information TechnlogyBNNInformation Technlogy
60 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Pembelian langsung ke lokasi peredaran Narkoba. Transaksi seperti ini terjadi di daerah yang memiliki pusat peredaran Narkoba. Di tempat tersebut, masyarakatnya sudah permisif terhadap peredaran Narkoba, karena sudah terjalin simbiosis mutualisme dengan Bandar/pengedar. Selama terjadi transaksi atau memakai Narkoba di wilayah tersebut, penyalah guna akan terjamin keamanannya oleh masyarakat, termasuk bila ada penggerebekan/ penangkapan dari aparak penegak hukum. Sebab masyarakat yang akan melakukan perlawanan terhadap petugas tersebut. Beberapa daerah yang memiliki pusat peredaran antara lain; kampung Keling dan kampung Madras di Medan, kampung Beting di Pontianak.
Sistem Tempel (istilah lain “system ranjau”). Biasanya pembeli memesan Narkoba dengan cara menelpon ataupun sms yang berisi jenis dan jumlah barang kepada bandar tanpa harus bertemu langsung. Selanjutnya Bandar akan mengirimkan Narkoba yang dipesan dengan menaruh pada suatu tempat tertentu (misalnya dekat bak sampah, tiang listrik, dekat mobil dengan ciri tertentu, dan beberapa tempat lainnya). Selanjutnya, bandar/pengedar tersebut akan memberitahukan kepada pembeli untuk mengambil Narkoba pada tempat dan waktu yang sudah ditentukkan. Sehingga pembeli tidak pernah bertemu atau mengenal wajah Bandar/pengedar. Nomor kontak bandar/pengedar, biasanya diperoleh dari sesama temannya.
Sistem lempar lembing. Jenis ini ditemukan pada transaksi Narkoba di penjara (Lapas). Pembeli memesan Narkoba pada Bandar yang ada di dalam lapas dengan cara sms atau telepon. Pembeli akan menunggu di balik tembok lapas pada sudut tertentu yang sudah disepakati waktu dan tempatnya, kemudian Bandar akan melemparkan Narkoba yang dipesan dari dalam lapas. Biasanya Narkoba dikemas dalam sebuah bungkusan warna tertentu yang didalamnya diisi dengan batu sebagai pemberat untuk bisa memudahkan dalam proses melemparkannya dari dalam tembok lapas.
Perpus
takaa
n jenis dan jumlah barang kepada bandar tanpa harus bertemu
Perpus
takaa
n jenis dan jumlah barang kepada bandar tanpa harus bertemu langsung. Selanjutnya Bandar akan mengirimkan Narkoba yang
Perpus
takaa
n langsung. Selanjutnya Bandar akan mengirimkan Narkoba yang dipesan dengan menaruh pada suatu tempat tertentu (misalnya
Perpus
takaa
n dipesan dengan menaruh pada suatu tempat tertentu (misalnya dekat bak sampah, tiang listrik, dekat mobil
Perpus
takaa
n dekat bak sampah, tiang listrik, dekat mobil beberapa tempat lainnya). Selanjutnya, bandar/pengedar tersebut
Perpus
takaa
n beberapa tempat lainnya). Selanjutnya, bandar/pengedar tersebut akan memberitahukan kepada pembeli untuk mengambil Narkoba
Perpus
takaa
n
akan memberitahukan kepada pembeli untuk mengambil Narkoba pada tempat dan waktu yang sudah ditentukkan. Sehingga pembeli
Perpus
takaa
n
pada tempat dan waktu yang sudah ditentukkan. Sehingga pembeli tidak pernah bertemu atau mengenal wajah Ban
Perpus
takaa
n
tidak pernah bertemu atau mengenal wajah BanNomor kontak bandar/pengedar, biasanya diperoleh dari sesama
Perpus
takaa
n
Nomor kontak bandar/pengedar, biasanya diperoleh dari sesama temannya.Perp
ustak
aan
temannya.
Sistem lempar lembing.Perpus
takaa
n
Sistem lempar lembing.
BNNng memiliki pusat peredaran antara lain; kampung Keling
BNNng memiliki pusat peredaran antara lain; kampung Keling
dan kampung Madras di Medan, kampung Beting di Pontianak.
BNNdan kampung Madras di Medan, kampung Beting di Pontianak.
(istilah lain “system ranjau”).
BNN(istilah lain “system ranjau”).
menelpon ataupun sms yang berisi BNNmenelpon ataupun sms yang berisi
jenis dan jumlah barang kepada bandar tanpa harus bertemu BNNjenis dan jumlah barang kepada bandar tanpa harus bertemu
61 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.14.2 Sumber Peredaran Narkoba.
Dari pengakuan para tersangka, sumber Narkoba kebanyakan
berasal dari luar negeri, dari wilayah Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.
Narkoba ada yang masuk langsung dari negara asalnya atau transit
terlebih dahulu lewat negara tetangga, yaitu Malaysia. Jalur Narkoba
dari Malasyia ke Indonesia dapat melalui jalur udara, darat dan laut atau
sungai. Jalur laut dan sungai paling banyak dimanfaatkan sebagai pintu
masuk penyelundupan Narkoba ke suatu daerah, terutama di daerah
perbatasan antar Negara (Malasyia dan Papua Nugini). Hal ini
disebabkan banyaknya pelabuhan kecil yang tersebar di berbagai
provinsi (Kalimantan, Sumatera, dan Papua) dan pelabuhan tersebut
kurang mendapatkan pengawasan ketat oleh aparat penegak hukum.
Kurangnya SDM dan sarana penunjang peralatan deteksi menjadi salah
satu faktor lemahnya pengawasan terhadap jalur pelabuhan laut,
sungai, maupun udara dan darat. Dari hasil wawancara dengan
seorang bandar Narkoba di peroleh informasi bahwa Indonesia menjadi
pangsa pasar Narkoba yang sangat menjanjikan karena jumlah
penyalah guna yang besar dan cenderung harga Narkoba di Indonesia
jauh lebih mahal dibanding di luar negeri.
“Untuk peredaran di Pontianak, sangat bagus, sangat menjanjikan
untuk para bandar, mungkin karena perbatasan dengan Malaysia
dan kurang pengawasan dari polisi” (WM Pengguna, Kalbar).
“Narkoba biasanya datang dari Malaysia (Shabu) dan dari Jawa
(Heroin, ganja, ekstasi), setelah itu diterima oleh bandar besar
yang biasanya berada di kota Pontianak, setelah itu baru
didistribusikan ke kampung beting dan daerah-daerah lainnya.”
(WM Bandar, Kalbar).
“Hampir semua ganja yang beredar di Jayapura di drop dari PNG.
Hampir di semua wilayah Jayapura khususnya di wilayah kota
Jayapura, Abepura, Entrop banyak tersedia ganja.” (WM Bandar,
Papua).
Perpus
takaa
n satu faktor lemahnya pengawasan terhadap jalur pelabuhan laut,
Perpus
takaa
n satu faktor lemahnya pengawasan terhadap jalur pelabuhan laut,
ungai, maupun udara dan darat.
Perpus
takaa
n ungai, maupun udara dan darat. Dari hasil wawancara dengan
Perpus
takaa
n Dari hasil wawancara dengan
di peroleh informasi bahwa Indonesia menjadi
Perpus
takaa
n di peroleh informasi bahwa Indonesia menjadi
Narkoba
Perpus
takaa
n Narkoba yang sangat menjanjikan karena jumlah
Perpus
takaa
n yang sangat menjanjikan karena jumlah
yang besar dan cenderung harga
Perpus
takaa
n yang besar dan cenderung harga
lebih mahal dibanding di luar negeri.
Perpus
takaa
n
lebih mahal dibanding di luar negeri.
Untuk peredaran di
Perpus
takaa
n
Untuk peredaran di
untuk para bandar, mungkin karena perbatasan dengan Malaysia
Perpus
takaa
n
untuk para bandar, mungkin karena perbatasan dengan Malaysia
dan kurang pengawasan
Perpus
takaa
n
dan kurang pengawasan
Perpus
takaa
n
“Perpus
takaa
n
“NarkobaPerpus
takaa
n
Narkoba“Narkoba“Perpus
takaa
n
“Narkoba“
BNNdisebabkan banyaknya pelabuhan kecil yang tersebar di berbagai
BNNdisebabkan banyaknya pelabuhan kecil yang tersebar di berbagai
nsi (Kalimantan, Sumatera, dan Papua) dan pelabuhan tersebut
BNNnsi (Kalimantan, Sumatera, dan Papua) dan pelabuhan tersebut
kurang mendapatkan pengawasan ketat oleh aparat penegak hukum.
BNNkurang mendapatkan pengawasan ketat oleh aparat penegak hukum.
Kurangnya SDM dan sarana penunjang peralatan deteksi menjadi salah BNNKurangnya SDM dan sarana penunjang peralatan deteksi menjadi salah
satu faktor lemahnya pengawasan terhadap jalur pelabuhan laut, BNNsatu faktor lemahnya pengawasan terhadap jalur pelabuhan laut,
62 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Indonesia dianggap mudah ditembus untuk menyelundupkan Narkoba oleh para bandar dan jaringan peredaran Narkoba internasional. Jalur pelabuhan udara yang notabene dianggap mempunyai sistem pengamanan yang canggih ternyata dapat ditembus oleh para bandar dan pengedar. Fakta ini diperoleh dari salah seorang informan pecandu suntik wanita. Informantersebut seringkali membeli putaw dari Jakarta untuk di bawa ke kotanya melalui pesawat, dan tidak pernah tertangkap petugas bandara meskipun harus melalui X-ray.
“….Saya biasanya kalau bokul pt ke Jakarta kalau di sini lagi kosong…tinggal telepon BD disana terus saya terbang ke Jakarta,
keluar bandara ambil barang terus masuk lagi langsung balik...selama ini sih aman-aman aja bahkan kalau pakau sering di pesawat…di toilet atau kalau nggak ya tetep di tempat duduk yang
penting sebelah saya temen…aman-aman aja (WM, Pecandu suntik Bali)”
Di tingkat internasional, Peredaran gelap Narkoba di wilayah negara ASEAN dan sekitarnya juga menunjukkan perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan terungkapnya sejumlah kasus Narkoba di masing-masing negara tersebut dan juga puluhan hingga ratusan tersangka di Indonesia tiap tahunnya merupakan WNA. Penangkapan WN Iran, Thailand, dan Philipina yang memasukkan Narkoba jenis metamphetamine atau Shabu ke Indonesia dalam jumlah besar menunjukkan adanya jaringan internasional yang menyasar pasar di Indonesia.
Sejumlah negara sudah diidentifikasi sebagai spesialis
memproduksi jenis-jenis Narkoba tertentu di pasar internasional. India
sebagai sumber produksi Ketamine banyak mengirim selain ke negara-
negara di daratan Amerika dan Eropa juga ke Asia termasuk
negara-negara di ASEAN. Sepertiga dari ATS global dan setengah
dari metamphetamine global yang disita pada tahun 2010 berasal
dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Sejumlah besar ATS terus
diproduksi di Cina, Myanmar dan Filipina. Selain itu, produksi ATS
gelap terus berkembang di negara-negara yang sebelumnya menjadi
negara transit untuk ATS seperti Kamboja, Indonesia dan Malaysia.
Perpus
takaa
n Peredaran gelap
Perpus
takaa
n Peredaran gelap negara ASEAN dan sekitarnya juga menunjukkan perkembangan yang
Perpus
takaa
n negara ASEAN dan sekitarnya juga menunjukkan perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan terungkapnya sejumlah kasus
Perpus
takaa
n signifikan, hal ini ditandai dengan terungkapnya sejumlah kasus
masing negara tersebut dan juga puluhan hingga
Perpus
takaa
n masing negara tersebut dan juga puluhan hingga
ratusan tersangka di Indonesia
Perpus
takaa
n
ratusan tersangka di IndonesiaPenangkapan WN Iran, Thailand, dan Philipina yang memasukkan
Perpus
takaa
n
Penangkapan WN Iran, Thailand, dan Philipina yang memasukkan jenis
Perpus
takaa
n
jenis m
Perpus
takaa
n
metamphetamine atau Shabu ke Indonesia dalam jumlah
Perpus
takaa
n
etamphetamine atau Shabu ke Indonesia dalam jumlah besar me
Perpus
takaa
n
besar menunjukkan adanya jaringan internasional yang menyasar
Perpus
takaa
n
nunjukkan adanya jaringan internasional yang menyasar pasa Perp
ustak
aan
pasar Perpus
takaa
n
r di Indonesia.Perpus
takaa
n
di Indonesia.Perpus
takaa
n
Sejumlah negara sudah diidentifikasi sebagai spesialis Perpus
takaa
n
Sejumlah negara sudah diidentifikasi sebagai spesialis
BNNkeluar bandara ambil barang terus masuk lagi langsung
BNNkeluar bandara ambil barang terus masuk lagi langsung balik...selama ini sih aman-aman aja bahkan kalau pakau sering di
BNNbalik...selama ini sih aman-aman aja bahkan kalau pakau sering di pesawat…di toilet atau kalau nggak ya tetep di tempat duduk yang
BNNpesawat…di toilet atau kalau nggak ya tetep di tempat duduk yang
g sebelah saya temen…aman BNNg sebelah saya temen…aman-aman aja (WM, Pecandu BNN
-aman aja (WM, Pecandu
63 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Dengan nilai jual narkotika yang tinggi dan jumlah permintaan yang
terus tumbuh, menyebabkan kawasan ASEAN termasuk Indonesia
menjadi sasaran penyelundupan narkotika dan bahan-bahan prekursor
dari berbagai jenis dan kemasan (UNODC Asia Pasifik, Global SMART
Update, 2012).
3.14.3 Kecenderungan Peredaran Jenis Narkoba Saat Ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, jenis Narkoba yang paling banyak disalahgunakan hampir di semua provinsi masih tetap sama yaitu ganja, shabu, dan ekstasi. Namun, di beberapa provinsi adapola yang berbeda. Beberapa jenis obat daftar Gdengan atau tanpa resep dokter bisa dibeli di apotik/toko obat sering disalahgunakan oleh responden dan menjadi tren di beberapa kota, seperti Stesolid, Faldimex, dan Elsigan. Obat daftar G tersebut banyak disalahgunakan di Medan dan Lampung. Ada juga beberapa jenis Narkoba dengan nama jalanan yang ditemukan di beberapa provinsi, seperti di Bali (Sevia atau java-java adalah sejenis ganja), di Pontianak (Hango yaitu amphetamine cair seperti kratingdaeng), Kendari (somadril istilahnya mumbul), Manado (sombie; mix antara somadril dan alkohol Cap Tikus, Bulan bulan yaitu campuran komix satu doz (30 sachet) dengan kratingdaeng), dan juga di Bandung dan Jakarta ada indikasi pemakaian crocodile. Khusus untuk jenis crocodile masih menjadi dugaan yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Apakah crocodile jenis Narkoba dari Rusia yang mematikan itu? ataukan hanya hasil campuran beberapa jenis zat saja.
Temuan lain dari observasi lapangan, sudah mulai ada pemakaian shabu dengan cara disuntikkan. Kondisi ini terjadi karena para pecandu suntik mengalami kesulitan mendapatkan putaw, sedangkan stok yang banyak dipasaran adalah shabu. Padahal harga shabu relatif mahal, maka supaya tidak ada zat yang terbuang maka carapemakaiannya dengan disuntikkan. Implikasinya dikhawatirkan akan banyak pengguna baru suntik. Jika ini terjadi, maka akan terjadi gelombang penyuntik baru yang mungkin akan terkena HIV AIDS. Selain shabu, jenis zat lain yang disuntikkan adalah jenis benzodiazepin (Xanax, valium, tramadol, dsb) dan subuxon. Sugesti terbesar dari kelompok pecandu suntik adalah proses menyuntikkannya ke tubuhnya.
Perpus
takaa
n Lampung. Ada juga beberapa jenis Narkoba dengan nama jalanan yang
Perpus
takaa
n Lampung. Ada juga beberapa jenis Narkoba dengan nama jalanan yang ditemukan di beberapa provinsi, seperti di Bali (Sevia atau java-java
Perpus
takaa
n ditemukan di beberapa provinsi, seperti di Bali (Sevia atau java-java adalah sejenis ganja), di Pontianak (Hango yaitu amphetamine cair
Perpus
takaa
n adalah sejenis ganja), di Pontianak (Hango yaitu amphetamine cair seperti kratingdaeng), Kendari (somadril istilahnya mumbul), Manado
Perpus
takaa
n seperti kratingdaeng), Kendari (somadril istilahnya mumbul), Manado (sombie; mix antara somadril dan alkohol Cap Tikus, Bulan bulan yaitu
Perpus
takaa
n (sombie; mix antara somadril dan alkohol Cap Tikus, Bulan bulan yaitu campuran komix satu doz (30 sachet) dengan kratingdaeng), dan juga
Perpus
takaa
n
campuran komix satu doz (30 sachet) dengan kratingdaeng), dan juga di Bandung dan Jakarta ada indikasi pemakaian crocodile. Khusus
Perpus
takaa
n
di Bandung dan Jakarta ada indikasi pemakaian crocodile. Khusus untuk jenis crocodile masih menjadi dugaan yang belum bisa dibuktikan
Perpus
takaa
n
untuk jenis crocodile masih menjadi dugaan yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Apakah crocodile jenis Narkoba dari Rusia yang
Perpus
takaa
n
kebenarannya. Apakah crocodile jenis Narkoba dari Rusia yang mematikan itu? ataukan hanya hasil campuran beberapa jenis zat saja.
Perpus
takaa
n
mematikan itu? ataukan hanya hasil campuran beberapa jenis zat saja.
Temuan lain dari observasi lapangan, sudah mulai ada pemakaian Perpus
takaa
n
Temuan lain dari observasi lapangan, sudah mulai ada pemakaian shabu dengan cara disuntikkan. Kondisi ini terjadi karena para pecandu
Perpus
takaa
n
shabu dengan cara disuntikkan. Kondisi ini terjadi karena para pecandu
BNNberbeda. Beberapa jenis obat daftar Gdengan atau tanpa resep dokter
BNNberbeda. Beberapa jenis obat daftar Gdengan atau tanpa resep dokter bisa dibeli di apotik/toko obat sering disalahgunakan oleh responden
BNNbisa dibeli di apotik/toko obat sering disalahgunakan oleh responden dan menjadi tren di beberapa kota, seperti Stesolid, Faldimex, dan
BNNdan menjadi tren di beberapa kota, seperti Stesolid, Faldimex, dan Elsigan. Obat daftar G tersebut banyak disalahgunakan di Medan dan BNNElsigan. Obat daftar G tersebut banyak disalahgunakan di Medan dan Lampung. Ada juga beberapa jenis Narkoba dengan nama jalanan yang BNNLampung. Ada juga beberapa jenis Narkoba dengan nama jalanan yang
64 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
3.15 Penyelesaian Kasus Narkoba.
Data dari KemenkumHAM menunjukan jumlah tersangka dan terpidana Narkoba mencapai 55.671 orang. Provinsi dengan kasus terbanyak adalah Jakarta (10 ribu kasus), Jawa Barat (7 ribu kasus) dan Jawa Timur (4 ribu kasus). Dalam tahun 2013 berhasil diselesaikan sebanyak 13.775 kasus Narkoba, dengan 13.196 diantaranya adalah kasus narkotika. Dengan demikian, jumlah kasus yang berhasil diselesaikan ini masih relatif rendah atau 39% dari seluruh kasus tahun 2013. Penunggakan kasus hukum ini mempunyai konsekuensi terhadap daya tampung Lapas. Oleh karena itu, upaya IPWL terus didorong untuk mengurangi beban Lapas. Hingga sekarang hukuman maksimal yang diberikan adalah hukuman mati, hingga Maret 2014 jumlah terpidana mati dengan berbagai tahap upaya hukum berjumlah 89 orang, 7 diantaranya sudah dieksekusi.
3.16 Narkoba di Penjara.
Peredaran Narkoba telah masuk ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk di penjara (lapas ataupun rutan), dimana seharusnya penjara adalah tempat yang steril dari Narkoba. Ironisnya, mereka yang sedang berada di dalam penjara mampu (bahkan sebagai otaknya) untuk mengendalikan peredaran Narkoba di luar penjara. Dari hasil wawancara dengan para napi, diketahui di dalam penjara/lapas merupakan tempat yang paling aman dan nyaman pakai Narkoba sebab dapat diperoleh jenis Narkoba apapun, dengan kualitas barang yang jauh lebih bagus dan harga lebih murah serta tanpa takut ditangkap atau digerebek aparat penegak hukum. Bahkan di penjara justru sebagai tempat proses pembelajaran sesama napi. Pasca dari keluar penjara, jejaring peredaran Narkoba mantan napi akan semakin meluas dan kuat.
“…Jujur aja nggak ada pengaruhnya di penjara…malah tambah bobrok
karena di dalam itu lebih sadis lagi dari pada di luar (WM, Lahgun Maluku)”
“Di penjara itu ada berbagai macam model kejahatan, jadi kita yang
buruk-buruk masuk ya sama saja, dan bakal malah orang itu jadi lebih pintar,contohnya saya pemakai, saya masuk dalam situ ya sudah ketemu sama bandar ya udah jadi.” (WM, lahgun, Papua).“Tetapi ternyata di dalam penjara juga apa yaa, uuhhukh, enak juga... Enak nya ya, di dalam penjara juga ternyata bisa memakai dengan sesama napi, walapun gak ada uang...” (WM, lahgun, NTB)
Perpus
takaa
n Peredaran Narkoba telah masuk ke seluruh lapisan masyarakat,
Perpus
takaa
n Peredaran Narkoba telah masuk ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk di penjara (lapas ataupun rutan), dimana seharusnya penjara adalah
Perpus
takaa
n termasuk di penjara (lapas ataupun rutan), dimana seharusnya penjara adalah tempat yang steril dari Narkoba. Ironisnya, mereka yang sedang berada di
Perpus
takaa
n tempat yang steril dari Narkoba. Ironisnya, mereka yang sedang berada di dalam penjara mampu (bahkan sebagai otaknya) untuk mengendalikan
Perpus
takaa
n dalam penjara mampu (bahkan sebagai otaknya) untuk mengendalikan peredaran Narkoba di luar penjara. Dari hasil wawancara dengan para napi,
Perpus
takaa
n
peredaran Narkoba di luar penjara. Dari hasil wawancara dengan para napi,
Perpus
takaa
n
diketahui di dalam penjara/lapas merupakan tempat yang paling aman dan
Perpus
takaa
n
diketahui di dalam penjara/lapas merupakan tempat yang paling aman dan nyaman pakai Narkoba sebab dapat diperoleh jenis Narkoba apapun, dengan
Perpus
takaa
n
nyaman pakai Narkoba sebab dapat diperoleh jenis Narkoba apapun, dengan kualitas barang yang jauh lebih bagus dan harga lebih murah serta tanpa takut
Perpus
takaa
n
kualitas barang yang jauh lebih bagus dan harga lebih murah serta tanpa takut ditangkap atau digerebek aparat penegak hukum. Bahkan di penjara justru
Perpus
takaa
n
ditangkap atau digerebek aparat penegak hukum. Bahkan di penjara justru
Perpus
takaa
n
sebagai tempat proses pembelajaran sesamPerpus
takaa
n
sebagai tempat proses pembelajaran sesamjejaring peredaran Perp
ustak
aan
jejaring peredaran
BNNhukuman maksimal yang diberikan adalah hukuman mati, hingga Maret 2014
BNNhukuman maksimal yang diberikan adalah hukuman mati, hingga Maret 2014 jumlah terpidana mati dengan berbagai tahap upaya hukum berjumlah 89
BNNjumlah terpidana mati dengan berbagai tahap upaya hukum berjumlah 89
65 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Di dalam lapas, seorang napi penyalah guna mudah memperoleh
Narkoba dari sesama napi yang menjadi pengedar atau bandar, teman/
pasangan/keluarga yang menjenguk, ataupun oknum petugas lapas.
Peredaran Narkoba tidak saja terbatas dengan sesama napi tetapi juga dijual
ke luar lapas dengan melibatkan kurir dan oknum petugas lapas. Salah
seorang informan kami membuktikan dengan cara melakukan kontak dengan
seorang napi untuk mengorder Narkoba dari dalam lapas. Dari wawancara
dengan seorang bandar di lapas, dia menyebutkan omzet penjualan transaksi
Narkobanya berkisar 7-10 juta per hari.
3.17 Perkiraan Jumlah Peredaran Narkoba V.S Pengungkapan Kasus Narkoba.
Besaran jumlah Narkoba yang beredar di Indonesia di estimasikan
dengan formula: estimasi jumlah penyalah guna per jenis Narkoba dikalikan
dengan jumlah konsumsi Narkoba per jenis Narkoba (median). Angka estimasi
jumlah penyalah guna per jenis Narkoba diperoleh dari kalkulasi perkiraan
jumlah penyalah guna menurut kelompok survei dikalikan dengan angka
proporsi jenis Narkoba (ganja, shabu, ekstasi, dsb) di tiap kelompok survei dari
tahun 2005 sampai 2012. Kelompok survei tersebut adalah kelompok pelajar/
mahasiswa, kelompok pekerja, dan kelompok rumah tangga. Detail hasil
perkalian tersebut, diperoleh dari tabel 13.2. Terlihat, jumlah penyalah guna
terbesar untuk jenis Narkoba ganja, shabu, dan ekstasi. Dengan jumlah
penyalah guna terbanyak pada kelompok pekerja.
Tabel 3.11 Total Estimasi Jumlah Penggunaan Narkoba menurut Jenis Narkoba, 2014
JENIS NARKOBA
PELAJAR PEKERJA RUMAH TANGGA TOTALPREV
(%)LAKI-LAKI
PEREM-PUAN TOTAL LAKI-
LAKIPEREM-PUAN TOTAL LAKI-
LAKIPEREM-PUAN TOTAL LAKI-
LAKIPEREM-PUAN TOTAL
Ganja 504.897 60.646 565.543 793.441 172.561 966.002 423.985 36.053 460.039 1.722.323 269.261 1.991.584 49,5 Hashish 34.021 12.862 46.883 40.353 3.691 44.044 31.958 837 32.796 106.332 17.391 123.722 3,1 Heroin/Putau 22.500 7.336 29.836 20.460 12.322 32.782 31.463 1.895 33.358 74.423 21.553 95.976 2,4 Ekstasi 74.278 34.418 108.696 221.613 80.830 302.444 122.896 17.718 140.614 418788 132966 551754 13,7 Shabu 114.289 37.247 151.535 314.792 104.656 419.448 170.318 19.481 189.799 599399 161384 760783 18,9 Nipam 28.891 21.436 50.327 87.141 50.009 137.150 - - - 116031 71445 187476 4,7 Pil Koplo 88664 29475 118139 84068 13842 97910 - - - 172732 43317 216049 5,4 Rohypnol 26898 19650 46548 40353 11996 52349 - - - 67251 31646 98897 2,5 Valium 25187 14250 39437 55485 32298 87782 31869 2204 34.072 112540 48752 161292 4,0 Xanax 41841 25902 67744 58847 34143 92991 - - - 100689 60045 160734 4,0 Kokain 18604 11384 29989 23533 15875 39408 4056 208 4264 46193 27468 73661 1,8 LSD 19546 10539 30085 22797 22364 45161 8151 419 8570 50494 33322 83816 2,1
Perpus
takaa
n dengan formula: estimasi jumlah penyalah guna per jenis Narkoba dikalikan
Perpus
takaa
n dengan formula: estimasi jumlah penyalah guna per jenis Narkoba dikalikan
dengan jumlah konsumsi Narkoba per jenis Narkoba (median). Angka estimasi
Perpus
takaa
n dengan jumlah konsumsi Narkoba per jenis Narkoba (median). Angka estimasi
jumlah penyalah guna per jenis Narkoba diperoleh dari kalkulasi perkiraan
Perpus
takaa
n jumlah penyalah guna per jenis Narkoba diperoleh dari kalkulasi perkiraan
jumlah penyalah guna menurut kelompok survei dikalikan dengan angka
Perpus
takaa
n jumlah penyalah guna menurut kelompok survei dikalikan dengan angka
proporsi jenis Narkoba (ganja, shabu, ekstasi, dsb) di tiap kelompok survei dari
Perpus
takaa
n proporsi jenis Narkoba (ganja, shabu, ekstasi, dsb) di tiap kelompok survei dari
Perpus
takaa
n
tahun 2005 sampai 2012.
Perpus
takaa
n
tahun 2005 sampai 2012. Kelompok survei tersebut adalah kelompok pelajar/
Perpus
takaa
n
Kelompok survei tersebut adalah kelompok pelajar/
mahasiswa, kelompok pekerja, dan kelompok rumah tangga. Detail hasil
Perpus
takaa
n
mahasiswa, kelompok pekerja, dan kelompok rumah tangga. Detail hasil
perkalian tersebut, diperoleh dari tabel 13.2. Terlihat, jumlah penyalah guna
Perpus
takaa
n
perkalian tersebut, diperoleh dari tabel 13.2. Terlihat, jumlah penyalah guna
Perpus
takaa
n
terbesar untuk jenis Narkoba ganja, shabu, dan ekstasi. Dengan jumlah
Perpus
takaa
n
terbesar untuk jenis Narkoba ganja, shabu, dan ekstasi. Dengan jumlah
penyalah guna terbanyak pada kelompok pekerja. Perpus
takaa
n
penyalah guna terbanyak pada kelompok pekerja. Perpus
takaa
n
Total Estimasi Jumlah Penggunaan Perpus
takaa
n
Total Estimasi Jumlah Penggunaan
BNNPengungkapan Kasus
BNNPengungkapan Kasus
Besaran jumlah Narkoba yang beredar di Indonesia di estimasikan BNNBesaran jumlah Narkoba yang beredar di Indonesia di estimasikan
dengan formula: estimasi jumlah penyalah guna per jenis Narkoba dikalikan BNNdengan formula: estimasi jumlah penyalah guna per jenis Narkoba dikalikan
66 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Jumlah konsumsi per jenis Narkoba diperoleh dari hasil survei di
kalangan penyalahgunaan Narkoba tahun 2014. Dari hasil wawancara,
diketahui nilai median konsumsi Narkoba per orang per tahun bervariasi antar
tiap jenis Narkoba. Pada beberapa jenis Narkoba, konsumsi di kelompok
perempuan lebih tinggi dibandingkan lelaki, sepertu ekstasi atau pil koplo.
Tabel 3.12 Estimasi Konsumsi Narkoba Per Orang Per Tahun Menurut Jenis Narkoba, 2014
JENIS
KELAMINGANJA(GRAM)
HASHISH(GRAM)
HEROIN/ PUTAU(GRAM)
EKSTASI(BUTIR)
SHABU(GRAM)
NIPAM(BUTIR)
PIL KOPLO(BUTIR)
ROHYP-NOL
(BUTIR)VALIUM(BUTIR)
XANAX(BUTIR)
KOKAIN(GRAM)
LSD(ML)
Laki-Laki 84,0 77,1 90,0 18,0 360,0 51,4 90,0 30,5 144,0 180,0 12,0 17,6
Perempuan 51,4 38,6 120,0 51,4 25,1 25,7 171,4 30,0 36,0 66,0 4,0 8,8
Berdasarkan dua tabel diatas, maka diperoleh hasil perhitungan seperti
tabel dibawah.Terlihat bahwa jumlah peredaran yang jenisnya terbesar (dari
sisi berat dalam satuan gram), maka yang paling besar adalah shabu dan
ganja. Sedangkan dari sisi butir, yang paling besar adalah pil koplo dan sanax.
Tabel 3.13 Estimasi Jumlah Peredaran Narkoba Menurut Jenis Narkoba,Kelompok dan Jenis Kelamin di Indonesia, 2014
JENIS NARKOBA
PELAJAR PEKERJA RUMAH TANGGA TOTAL
LAKI-LAKI PEREM-PUAN TOTAL LAKI-LAKI PEREM-
PUAN TOTAL LAKI-LAKI PEREM-PUAN TOTAL LAKI-LAKI PEREM-
PUAN TOTAL
Ganja (Gr) 42.411.337 3.118.955 45.530.292 66.649.022 8.874.581 75.523.603 35.614.761 1.854.175 37.468.936 144.675.120 13.847.711 158.522.831
Hashish (Gr) 2.624.475 496.115 3.120.590 3.112.912 142.373 3.255.285 2.465.338 32.301 2.497.639 8.202.725 670.789 8.873.514
Heroin/Putau (Gr) 2.025.000 880.288 2.905.288 1.841.401 1.478.663 3.320.064 2.831.650 227.427 3.059.077 6.698.051 2.586.379 9.284.430
Ekstasi (Btr) 1.337.009 1.770.067 3.107.076 3.989.040 4.156.984 8.146.024 2.212.127 911.221 3.123.348 7.538.176 6.838.272 14.376.448
Shabu (Gr) 41.143.967 935.498 42.079.465 113.325.138 2.628.570 115.95.3708 61.314.572 489.295 61.803.867 215.783.677 4.053.363 219.837.040
Nipam (Btr) 1.485.800 5.512.216 6.998.016 4.481.513 1.285.949 5.767.462 - - - 5.967.313 1.837.166 7.804.479
Pil Koplo (Btr 7.979.771 5.052.816 13.032.587 7.566.106 2.372.883 9.938.989 - - - 15.545.878 7.425.698 22.971.576
Rohypnol (Btr) 819.841 589.495 1.409.336 1.229.927 359.887 1.589.814 - - - 2.049.768 949.382 2.999.150
Valium (Btr) 3.626.897 513.016 4.139.913 7.989.808 1.162.713 9.152.521 4.589.073 79.335 4.668.408 16.205.778 1.755.063 17.960.841
Xanax (Btr) 7.531.470 1.709.536 9.241.006 10.592.549 2.253.448 128.45997 - - - 18.124.018 3.962.984 22.087.002
Kokain (Gr) 223.252 45.537 268.789 282.392 63.500 3.45892 48.673 833 49.506 554.318 109.871 664.189
LSD (Gr) 343.244 92.540 435.784 400.339 196.369 5.96708 143.139 3.677 146.816 886.722 292.585 1.179.307
Apabila dibandingkan antara hasil estimasi peredaran Narkoba dan
jumlah sitaan Narkoba (tahun 2013) oleh pihak aparat penegak hukum, terlihat
bahwa masih sangat banyak Narkoba yang lolos. Jumlah jenis Narkoba yang
paling banyak lolos adalah shabu dan ganja. Sebab pada kedua jenis Narkoba
tersebut yang paling banyak dikonsumsi. Secara detail dapat dilihat pada tabel
berikut.
Perpus
takaa
n sisi berat dalam satuan gram), maka yang paling besar adalah shabu dan
Perpus
takaa
n sisi berat dalam satuan gram), maka yang paling besar adalah shabu dan
ganja. Sedangkan dari sisi butir, yang paling besar adalah pil koplo dan sanax.
Perpus
takaa
n ganja. Sedangkan dari sisi butir, yang paling besar adalah pil koplo dan sanax.
Estimasi Jumlah Peredaran
Perpus
takaa
n Estimasi Jumlah Peredaran Narkoba
Perpus
takaa
n Narkoba
an Jenis Kelamin di Indonesia, 2014
Perpus
takaa
n an Jenis Kelamin di Indonesia, 2014
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n PEKERJA
Perpus
takaa
n PEKERJA
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
TOTAL
Perpus
takaa
n
TOTAL
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
LAKI
Perpus
takaa
n
LAKILAKI
Perpus
takaa
n
LAKI-
Perpus
takaa
n
-LAKI
Perpus
takaa
n
LAKILAKI
Perpus
takaa
n
LAKI
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
PEREM
Perpus
takaa
n
PEREM
Perpus
takaa
n
PUAN
Perpus
takaa
n
PUAN
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
45.530.292
Perpus
takaa
n
45.530.29245.530.292
Perpus
takaa
n
45.530.29245.530.292
Perpus
takaa
n
45.530.292
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
66.649.022
Perpus
takaa
n
66.649.02266.649.022
Perpus
takaa
n
66.649.02266.649.022
Perpus
takaa
n
66.649.022
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
496.115
Perpus
takaa
n
496.115
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.120.590
Perpus
takaa
n
3.120.5903.120.590
Perpus
takaa
n
3.120.5903.120.590
Perpus
takaa
n
3.120.590
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.112.912
Perpus
takaa
n
3.112.9123.112.912
Perpus
takaa
n
3.112.912
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
880.288
Perpus
takaa
n
880.288
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.905.288
Perpus
takaa
n
2.905.2882.905.288
Perpus
takaa
n
2.905.2882.905.288
Perpus
takaa
n
2.905.288
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.337.009
Perpus
takaa
n
1.337.0091.337.009
Perpus
takaa
n
1.337.0091.337.009
Perpus
takaa
n
1.337.009
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.770.067
Perpus
takaa
n
1.770.0671.770.067
Perpus
takaa
n
1.770.0671.770.067
Perpus
takaa
n
1.770.067
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.107.076
Perpus
takaa
n
3.107.0763.107.076
Perpus
takaa
n
3.107.076
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
41.143.967
Perpus
takaa
n
41.143.96741.143.967
Perpus
takaa
n
41.143.96741.143.967
Perpus
takaa
n
41.143.967
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
935.498
Perpus
takaa
n
935.498
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
42.079.465
Perpus
takaa
n
42.079.46542.079.465
Perpus
takaa
n
42.079.465
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.485.800Perpus
takaa
n
1.485.8001.485.800Perpus
takaa
n
1.485.8001.485.800Perpus
takaa
n
1.485.8001.485.800Perpus
takaa
n
1.485.800Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5.512.216Perpus
takaa
n
5.512.2165.512.216Perpus
takaa
n
5.512.2165.512.216Perpus
takaa
n
5.512.216Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
7.979.771Perpus
takaa
n
7.979.7717.979.771Perpus
takaa
n
7.979.7717.979.771Perpus
takaa
n
7.979.7717.979.771Perpus
takaa
n
7.979.771Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5.052.816Perpus
takaa
n
5.052.8165.052.816Perpus
takaa
n
5.052.816Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
819.841Perpus
takaa
n
819.841Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNN
144,0
BNN144,0
BNNBNNBNNBNNBNN30,0
BNN30,0
BNNBNNBNNBNN36,0
BNN36,0
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBerdasarkan dua tabel diatas, maka diperoleh hasil perhitungan seperti
BNNBerdasarkan dua tabel diatas, maka diperoleh hasil perhitungan seperti
tabel dibawah.Terlihat bahwa jumlah peredaran yang jenisnya terbesar (dari BNNtabel dibawah.Terlihat bahwa jumlah peredaran yang jenisnya terbesar (dari
sisi berat dalam satuan gram), maka yang paling besar adalah shabu dan BNNsisi berat dalam satuan gram), maka yang paling besar adalah shabu dan
67 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Tabel 3.14. Jumlah Estimasi Peredaran dan Sitaan Narkoba di Indonesia, 2014
JENIS NARKOBA ESTIMASI (2014) SITAAN (2013) BEREDAR/LOLOS
Ganja (Gram) 158,522,831 17,763,959.8 140,758,872 Heroin (Gram) 9,284,430 11,054.0 9,273,376 Kokain (Gram) 664,188 2,035.0 662,153 Hashish (Gram) 8,873,515 2,067.7 8,871,447 Ekstasi (Tablet) 14,376,448 1,137,940.0 13,238,508 Shabu (Gram) 219,837,040 398,602.6 219,438,438
Sebagai gambaran, data jumlah sitaan barang bukti Narkoba
memperlihatkan kinerja yang berfluktuatif tiap tahun sejak tahun 2009. Jumlah
barang bukti yang paling banyak disita adalah jenis ganja. Namun, jumlah
yang disita cenderung turun dari ratusan ton pada tahun 2009 menjadi sekitar
puluhan ton dalam lima tahun terakhir, sehingga ganja masih banyak yang
lolos.
Sitaan ekstasi mencapai ratusan ribu tablet di tahun 2009-2011, bahkan
sitaan 2012 meningkat tiga kali lipatnya. Sayangnya di tahun 2013, jumlahnya
menurun tinggal sepertiganya dibandingkan 2012, tetapi jumlahnya tetap
mencapai jutaan tablet. Untuk shabu, jumlah sitaannya cenderung naik dari
ratusan kilogram menjadi ribuan kilogram dari tahun 2009 sampai 2012, tetapi
tidak di tahun 2013. Dengan indikasi seperti ini, terlihat jumlah sitaan yang
menunjukkan penurunan jumlah di tahun 2013, dibandingkan estimasi jumlah
yang beredar, maka dapat dipastikan jumlah Narkoba yang beredar atau lolos
di Indonesia sangat besar.
Tabel 3.15 Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Disita Tahun 2009- 2013
Sumber
:
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret 2014 dalam jurnal P4GN BNN 2014
JENIS NARKOBATAHUN
2009 2010 2011 2012 2013Heroin (Gr) 15.473,70 25.053,44 27.439,81 38.014,86 11.054,04 Kokain (Gr) 265,70 53,03 66,97 5.878,44 2.035 Morphin (Gr) - - - - - Hashish (Gr) 58,80 4.946,60 230,99 7.836,44 2.067,68 Ekstasi (Tbl) 309.382,00 424.515,50 826.096,25 2.850.947,00 1.137.940 Shabu (Gr) 237.838,30 354.065,84 1.092.029,09 1.977.864,07 398.602,55 Daun Ganja (Gr) 110.764.253,90 22.689.916,05 23.891.244,25 22.019.933,68 17.763.959,76 Pohon Ganja (Btg) 541.019 449.618 1.839.664 341.395 534.829 Luas Area (Ha) 241,8 178,4 305,83 89,5 119,9 Biji Ganja (Gr) 518 750 4,38 284,91 12
Perpus
takaa
n Sitaan ekstasi mencapai ratusan ribu tablet di tahun 2009
Perpus
takaa
n Sitaan ekstasi mencapai ratusan ribu tablet di tahun 2009
nya.
Perpus
takaa
n nya. Sayangnya di tahun
Perpus
takaa
n Sayangnya di tahun
menurun tinggal sepertiganya dibandingkan 2012, t
Perpus
takaa
n menurun tinggal sepertiganya dibandingkan 2012, t
mencapai jutaan tablet. Untuk shabu,
Perpus
takaa
n mencapai jutaan tablet. Untuk shabu, jumlah
Perpus
takaa
n jumlah
ratusan kilogram menjadi ribuan kilogram dari tahun 2009 sampai 2012, tetapi
Perpus
takaa
n
ratusan kilogram menjadi ribuan kilogram dari tahun 2009 sampai 2012, tetapi
tidak di tahun 2013. Dengan indikasi seperti ini, terlihat jumlah sitaan yang
Perpus
takaa
n
tidak di tahun 2013. Dengan indikasi seperti ini, terlihat jumlah sitaan yang
jukkan penurunan jumlah di tahun 2013, dibandingkan estimasi jumlah
Perpus
takaa
n
jukkan penurunan jumlah di tahun 2013, dibandingkan estimasi jumlah
yang beredar, maka dapat dipastikan jumlah
Perpus
takaa
n
yang beredar, maka dapat dipastikan jumlah
di Indonesia sangat besar.
Perpus
takaa
n
di Indonesia sangat besar.
Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Disita Tahun 2009Perpus
takaa
n
Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Disita Tahun 2009Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
adalah jenis ganja.
BNNadalah jenis ganja.
cenderung turun dari ratusan ton pada tahun 2009 menjadi sekitar
BNNcenderung turun dari ratusan ton pada tahun 2009 menjadi sekitar
, sehingga ganja masih banyak yang
BNN, sehingga ganja masih banyak yang
Sitaan ekstasi mencapai ratusan ribu tablet di tahun 2009BNNSitaan ekstasi mencapai ratusan ribu tablet di tahun 2009
69 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Beberapa kesimpulan dari hasil studi merujuk pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Pola pemakaian Narkoba masih relatif tidak jauh berbeda dengan survei-survei sebelumnya, dimana jenis yang paling banyak di konsumsi adalah ganja, shabu, ekstasi, serta obat daftar G. Untuk mendapatkan Narkoba tersebut, maka pola transaksi dan peredaran Narkoba melalui beberapa cara, yaitu: pertama, tatap muka (face to face) yaitu penyalah guna membeli langsung ke bandar. Kedua, transaksi melalui kurir yang terkadang melibatkan anak-anak dibawah umur sebagai kurirnya. Ketiga, pembelian langsung ke pusat peredaran Narkoba yang ada di kota tersebut seperti kampung Ambon di Tangerang, kampung Beting di Pontianak, kampung Salo (kota lama) di Kendari, kampung keling Medan dsb. Keempat, menggunakan sistem tempel/sistem ranjau yaitu pengguna mentrasfer sejumlah uang lalu pengendar/bandar memberikan petunjuk dimana lokasi Narkoba harus diambil oleh penyalah guna, terakhir sistem lempar lembing yang banyak dipakai di lapas atau rumah tahanan ketika ada order Narkoba dari luar atau dalam penjara.
2. Jumlah tersangka kasus Narkoba dari tahun ke tahun cenderung
menurun dari tahun 2009 sampai 2012, lalu meningkat tajam di tahun
2013. Ini mengindikasikan peredaran Narkoba mulai marak kembali.
Menariknya, jika dikaji dari jumlah barang bukti narkotika, hampir semua
jenis narkotika yang disita mengalami penurunan (ekstasi, heroin, dan
ganja) dari tahun 2010 sampai 2013, tetapi tidak untuk jenis shabu.
Sitaan shabu justru terjadi peningkatan di tahun 2013, setelah menurun
tajam di tahun sebelumnya. Tinggi rendahnya angka kasus yang
berhasil diungkap dan diproses oleh pihak kepolisian tidak hanya
semata-mata ketersediaan Narkoba di suatu wilayah tetapi dipengaruhi
oleh faktor tantangan geografis, jumlah anggaran, dan jumlah SDM.
Perpus
takaa
n terkadang melibatkan anak-anak dibawah umur sebagai kurirnya. Ketiga,
Perpus
takaa
n terkadang melibatkan anak-anak dibawah umur sebagai kurirnya. Ketiga, pembelian langsung ke pusat peredaran Narkoba yang ada di kota
Perpus
takaa
n pembelian langsung ke pusat peredaran Narkoba yang ada di kota tersebut seperti kampung Ambon di Tangerang, kampung Beting di
Perpus
takaa
n tersebut seperti kampung Ambon di Tangerang, kampung Beting di Pontianak, kampung Salo (kota lama) di Kendari, kampung keling Medan
Perpus
takaa
n Pontianak, kampung Salo (kota lama) di Kendari, kampung keling Medan dsb. Keempat, menggunakan sistem temp
Perpus
takaa
n dsb. Keempat, menggunakan sistem temppengguna mentrasfer sejumlah uang lalu pengend
Perpus
takaa
n
pengguna mentrasfer sejumlah uang lalu pengendpetunjuk dimana lokasi
Perpus
takaa
n
petunjuk dimana lokasi Narkoba
Perpus
takaa
n
Narkobastem lempar lembing yang banyak dipakai di lapas atau rumah
Perpus
takaa
n
stem lempar lembing yang banyak dipakai di lapas atau rumah tahanan ketika ada order
Perpus
takaa
n
tahanan ketika ada order
Jumlah tersangka kasus Narkoba dari tahun ke tahun cenderung Perpus
takaa
n
Jumlah tersangka kasus Narkoba dari tahun ke tahun cenderung Perpus
takaa
n
menurun dari tahun 2009 sampai 2012, lalu meningkat tajam di tahun Perpus
takaa
n
menurun dari tahun 2009 sampai 2012, lalu meningkat tajam di tahun
BNNtersebut, maka pola transaksi dan peredaran Narkoba melalui beberapa
BNNtersebut, maka pola transaksi dan peredaran Narkoba melalui beberapa face to face
BNNface to face) yaitu penyalah guna
BNN) yaitu penyalah guna membeli langsung ke bandar. Kedua, transaksi melalui kurir yang BNNmembeli langsung ke bandar. Kedua, transaksi melalui kurir yang terkadang melibatkan anak-anak dibawah umur sebagai kurirnya. Ketiga, BNNterkadang melibatkan anak-anak dibawah umur sebagai kurirnya. Ketiga,
70 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Ironisnya, jumlah kasus yang berhasil diselesaikan pihak pengadilan ini
masih rendah atau 39% dari seluruh kasus tahun 2013. Penunggakan
kasus hukum ini mempunyai konsekuensi terhadap daya tampung
Lapas. Oleh karena itu, upaya IPWL terus didorong untuk mengurangi
beban Lapas.
3. Kebijakan peraturan perundang-undangan tentang upaya pencegahan,
pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap Narkoba di
Indonesia sudah sangat kuat. Mulai dari payung hukum di tingkat atas
sampai dengan di tingkat implementasi di kab/kota. Hal yang diperlukan
adalah keinginan dan kemauan semua pihak untuk bersama-sama
bergerak dalam satu bahasa dan satu koordinasi dalam upaya
penanggulangan Narkoba ini. Disisi lain, walaupun secara tataran
kebijakan telah ada berdasarkan keputusan bersama antar menteri.
Namun, program IPWL belum berjalan optimal karena masih ada
berbagai permasalahan di tingkat pelaksana lapangan sebab aturan
main yang tertuang dalam petunjuk teknisnya belum tersedia serta isu
ego sektoral. Akibatnya, adaperbedaan persepsi dan interpretasi dalam
upaya penegakan hukum bagi penyalah guna Narkoba. Hanya
kementerian kesehatan dan kementrian sosial yang sudah
mengembangkan petunjuk teknis pelaksanaan IPWL ini. Persoalan lain
yang menghambat kebijakan IPWL adalah masih terbatasnya fasilitas
rujukan untuk rehabilitasi, anggaran, dan kuantitas dan kapasitas SDM.
4. Akibat penyalahgunaan Narkoba tentu ada konsekuensi yang ditanggung
oleh para penyalah guna. Konsekuensi yang terjadi diantaranya, berisiko
terkena berbagai penyakit sehingga harus pergi berobat ke pengobatan
medis, terutama ke rumah sakit (RS) dan puskesmas. Mereka ada yang
menjalani rawat jalan, dan atau rawat inap. Ketika mereka pergi berobat,
lebih dari separuhnya tahu diagnosis penyakitnya, yaitu HIV/AIDS
(23%), paru-paru (18%), Hepatitis C (15%), TBC (11%), dan Kejiwaan/
depresi (9%). Selain itu, ada 1 dari 10 penyalah guna yang pernah
overdosis (OD) dan 1 dari 20 penyalah guna yang pernah rehabilitasi.
Perpus
takaa
n kebijakan telah ada berdasarkan keputusan bersama antar menteri.
Perpus
takaa
n kebijakan telah ada berdasarkan keputusan bersama antar menteri.
IPWL belum berjalan optimal karena masih ada
Perpus
takaa
n IPWL belum berjalan optimal karena masih ada
berbagai permasalahan di tingkat pelaksana lapangan sebab aturan
Perpus
takaa
n berbagai permasalahan di tingkat pelaksana lapangan sebab aturan
main yang tertuang dalam petunjuk teknisnya belum tersedia serta isu
Perpus
takaa
n main yang tertuang dalam petunjuk teknisnya belum tersedia serta isu
ego sektoral. Akibatnya,
Perpus
takaa
n ego sektoral. Akibatnya, adaperbedaan persepsi dan interpretasi
Perpus
takaa
n adaperbedaan persepsi dan interpretasi
enegakan hukum bagi
Perpus
takaa
n
enegakan hukum bagi
kementerian kesehatan dan kementrian sosial yang sudah
Perpus
takaa
n
kementerian kesehatan dan kementrian sosial yang sudah
mengembangkan petunjuk teknis pelaksanaan IPWL ini.
Perpus
takaa
n
mengembangkan petunjuk teknis pelaksanaan IPWL ini.
yang menghambat kebijakan IPWL adalah masih terbatasnya fasilitas
Perpus
takaa
n
yang menghambat kebijakan IPWL adalah masih terbatasnya fasilitas
rujukan untuk Perpus
takaa
n
rujukan untuk rehabilitasi, anggaran, dan kuantitas dan kapasitas SDM.Perpus
takaa
n
rehabilitasi, anggaran, dan kuantitas dan kapasitas SDM.Perpus
takaa
n
Akibat penyalahgunaan Narkoba tentu ada konsekuensi yang ditanggung Perpus
takaa
n
Akibat penyalahgunaan Narkoba tentu ada konsekuensi yang ditanggung
BNNeinginan dan kemauan semua pihak untuk bersama
BNNeinginan dan kemauan semua pihak untuk bersama
bergerak dalam satu bahasa dan satu koordinasi dalam upaya
BNNbergerak dalam satu bahasa dan satu koordinasi dalam upaya
ini. Disisi lain, walaupun secara tataran
BNNini. Disisi lain, walaupun secara tataran
kebijakan telah ada berdasarkan keputusan bersama antar menteri. BNNkebijakan telah ada berdasarkan keputusan bersama antar menteri.
71 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Sekitar 10% dari total responden mengaku berniat mau ikut rehabilitasi
dalam waktu dekat (1-12 bulan ke depan), lalu sekitar 10% belum terpikir
untuk berhenti dan sekitar 45% dari responden tidak ada niat untuk
berhenti. Satu dari 3 responden pernah mengambil uang atau barang
berharga milik keluarga/orang lain. Lalu, seperlima responden mengaku
pernah mengalami kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh Narkoba.
Hampir seperlima dari responden mengaku pernah ditangkap oleh aparat
penegak hukum karena kasus Narkoba. Ada sekitar 13% dari responden
yang pernah di penjara. Ironisnya, sebagian besar responden yang
pernah dipenjara di semua provinsi kecuali di Papua,menyatakan mereka
pernah memakai Narkoba di dalam penjara.
5. Median biaya konsekuensi yang terjadi setiap tahunnya bervariasi, baik
dari sisi besaran satuan biaya maupun jenis kelamin. Median biaya jika
jatuh sakit, terutama bila harus di rawat inap memerlukan biaya sekitar
Rp. 6 juta per orang per tahun. Sedangkan satuan biaya yang terbesar
dihabiskan untuk biaya konsumsi Narkoba, yaitu sekitar Rp.10,8 juta per
orang per tahun dan juga biaya sewaktu di penjara yaitu Rp.10 juta per
orang per tahun. Semakin tinggi tingkat ketergantungan Narkoba, maka
semakin besar biaya yang dihabiskan untuk mengkonsumsi atau
membeli Narkoba.
6. Diestimasikan kerugian biaya sosial ekonomi akibat Narkoba yang terjadi
sebesar Rp. 63,1 trilyun di tahun 2014. Biaya kerugian tersebut
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Proporsi biaya terbesar untuk
komponen biaya individual (private), terutama biaya untuk konsumsi
biaya Narkoba. Diperkirakan peredaran bisnis Narkoba sekitar Rp. 42,9
trilyun per tahun. Biaya kerugian sosial ekonomi akibat Narkoba tersebut
diperkirakan akan meningkat sekitar 2,3 kalinya menjadi 143 trilyun di
tahun 2015.
Berdasarkan ringkasan fakta dan data di atas, maka secara khusus studi
ini menyimpulkan bahwa:
Perpus
takaa
n dari sisi besaran satuan biaya maupun jenis kelamin. Median bi
Perpus
takaa
n dari sisi besaran satuan biaya maupun jenis kelamin. Median bi
jatuh sakit, terutama bila harus di rawat inap memerlukan biaya sekitar
Perpus
takaa
n jatuh sakit, terutama bila harus di rawat inap memerlukan biaya sekitar
juta per orang per tahun. Sedangkan satuan biaya yang terbesar
Perpus
takaa
n juta per orang per tahun. Sedangkan satuan biaya yang terbesar
dihabiskan untuk biaya konsumsi
Perpus
takaa
n dihabiskan untuk biaya konsumsi Narkoba
Perpus
takaa
n Narkoba
orang per tahun dan juga biaya sew
Perpus
takaa
n
orang per tahun dan juga biaya sew
orang per tahun. Semakin tinggi tingkat ketergantungan
Perpus
takaa
n
orang per tahun. Semakin tinggi tingkat ketergantungan
semakin besar biaya yang dihabiskan untuk mengkonsumsi atau
Perpus
takaa
n
semakin besar biaya yang dihabiskan untuk mengkonsumsi atau
Narkoba
Perpus
takaa
n
Narkoba.
Perpus
takaa
n
.
Diestimasikan kerugian biaya sosial ekonomi akibat Narkoba yang terjadi Perpus
takaa
n
Diestimasikan kerugian biaya sosial ekonomi akibat Narkoba yang terjadi
ebesar Rp. 63,1 trilyun di tahun 2014. Biaya kerugian tersebut Perpus
takaa
n
ebesar Rp. 63,1 trilyun di tahun 2014. Biaya kerugian tersebut
BNNpernah dipenjara di semua provinsi kecuali di Papua,menyatakan mereka
BNNpernah dipenjara di semua provinsi kecuali di Papua,menyatakan mereka
Median biaya konsekuensi yang terjadi setiap tahunnya bervariasi, baik BNNMedian biaya konsekuensi yang terjadi setiap tahunnya bervariasi, baik
dari sisi besaran satuan biaya maupun jenis kelamin. Median biBNNdari sisi besaran satuan biaya maupun jenis kelamin. Median bi
72 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
a. Peredaran dan penggunaan Narkoba masih tetap marak.
b. Program penanggulangan belum berjalan optimal.
c. Semakin berat ketergantungan semakin besar dampak yang ditimbulkan
akibat Narkoba.
d. Angka Narkoba masih tetap tinggi dan dampak kerugian sosial ekonomi
semakin besar.
4.2 Rekomendasi.
Rekomendasi hasil studi ini dapat dilihat dalam matriks berikut ini :
Temuan Studi Rekomendasi
Semakin marak penyalah
guna muda yang mencampur
beberapa jenis obat/zat
dengan alcohol ataupun
minuman bersoda
Peningkatan kerja sama dengan berbagai
pihak terkait (kepolisian dan ormas), untuk
pengawasan titik wilayah yang sering
dijadikan tempat tongkrongan/ tempat kumpul
anak muda, misalnya arena balap liar, tempat
hiburan, area parkir, dsb.
Hasil proyeksi: Tingginya proporsi mereka yang coba pakai dan teratur pakai Narkoba
Mengintegrasikan materi KIE Narkoba ke dalam pendidikan anak usia dini ke pendidikan formal maupun non formal dengan konsep LSE (Life skill education).
Membentuk konselor ataupun fasilitator kelompok sebaya di berbagai tingkatan masyarakat.
Angka prevalensi pada kelompok pelajar dan pekerja yang relatif tinggi dan rawan Narkoba
Pengawasan ketat terhadap larangan merokok di tingkat sekolah, serta melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, orang tua, lingkungan kerja, dan toga toma untuk meningkatkan pengetahuan P4GN.
Intervensi program P4GN harus lebih diintensifkan pada kelompok pelajar, pekerja, maupun pengangguran dengan melibatkan berbagai stake holder terkait.
Perpus
takaa
n pengawasan titik wilayah yang sering
Perpus
takaa
n pengawasan titik wilayah yang sering
dijadikan tempat tongkrongan/ tempat kumpul
Perpus
takaa
n dijadikan tempat tongkrongan/ tempat kumpul
anak muda, misalnya arena balap liar, tempat
Perpus
takaa
n anak muda, misalnya arena balap liar, tempat
hiburan, area parkir, dsb
Perpus
takaa
n hiburan, area parkir, dsb
Perpus
takaa
n Hasil proyeksi: Tingginya
Perpus
takaa
n Hasil proyeksi: Tingginya proporsi mereka yang coba
Perpus
takaa
n
proporsi mereka yang coba pakai dan teratur pakai
Perpus
takaa
n
pakai dan teratur pakai
Perpus
takaa
n Mengintegrasikan materi KIE
Perpus
takaa
n Mengintegrasikan materi KIE dalam pendidikan anak usia dini ke
Perpus
takaa
n
dalam pendidikan anak usia dini ke
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNNRekomendasi
BNNRekomendasi
Peningkatan kerja sama dengan berb
BNNPeningkatan kerja sama dengan berb
pihak terkait (kepolisian danBNNpihak terkait (kepolisian dan
pengawasan titik wilayah yang sering BNNpengawasan titik wilayah yang sering BNN
73 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Temuan Studi Rekomendasi
Pergerseran pola jenis zat
yang disuntikkan tidak hanya
putaw dan mulai munculnya
IDU baru
Peningkatan koordinasi untuk
pengawasan, serta penguatan layanan
program harm reduction (PTRM,
Subuxon, dan LAS).
Mengembangkan sistem pemantauan
lebih ketat terhadap pemalsuan resep
dokter yang disalahgunakan oleh pecandu
untuk membeli berbagai obat seperti
valium, Xanax, tramadol, dsb.
Pintu masuk Narkoba lebih
banyak melalui jalur
pelabuhan laut dan sungai
yang masih sangat minim
pengawasan (daerah
perbatasan).
Pembentukan posko dan jalur koordinasi
yang melibatkan peran serta masyarakat
melalui satgas atau kader anti Narkoba di
beberapa jalur perbatasan rawan
Narkoba, serta dukungan peralatan yang
memadai untuk komunikasi.
Pemberian reward atau penghargaan
pada mereka yang berjasa dalam
pengungkapan kasus.
Masih mudahnya pela-
buhan/bandara ditembus
ketika membawa Narkoba
oleh para pengedar/ bandar/
users
Mereview SOP kinerja serta peningkatan
kuantitas ataupun kualitas SDM dan
pelengkapan peralatan deteksi dini pada
berbagai titik masuk, seperti pelabuhan
dan bandara.
Pelaksanaan hukuman yang berat & tegas
kepada pengedar dan Bandar Narkoba
terlebih warga asing sehingga bisa
menimbulkan efek jera.
Perpus
takaa
n yang melibatkan peran serta masyarakat
Perpus
takaa
n yang melibatkan peran serta masyarakat
melalui satgas atau kader anti
Perpus
takaa
n melalui satgas atau kader anti
beberapa jalur perbatasan rawan
Perpus
takaa
n beberapa jalur perbatasan rawan
Narkoba
Perpus
takaa
n Narkoba
memadai untuk komunikasi.
Perpus
takaa
n
memadai untuk komunikasi.
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n awasan (daerah
Perpus
takaa
n awasan (daerah
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Masih mudahnya pelaPerpus
takaa
n
Masih mudahnya pela
buhan/bandara ditembus Perpus
takaa
n
buhan/bandara ditembus Perpus
takaa
n BNN
untuk membeli berbagai obat seperti
BNNuntuk membeli berbagai obat seperti
valium, Xanax, tramadol, dsb
BNNvalium, Xanax, tramadol, dsb
BNNPembentukan posko dan jalur koordinasi BNNPembentukan posko dan jalur koordinasi
yang melibatkan peran serta masyarakat BNNyang melibatkan peran serta masyarakat BNN
74 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Temuan Studi Rekomendasi
Maraknya peradaran Narkoba di dalam lapas. Bahkan para bandar nasih bisa mengendalikan peredaranan Narkoba
Peningkatan kerja sama dan koordinasi dengan pihak terkait memperketat pengendalian di dalam lapas, dengan melarang dan menindaktegas para petugas (termasuk napi) yang terlibat dalam memberikan kemudahan alat komunikasi.
Menyediakan alat deteksi komunikasi agar pihak aparat penegak hukum dapat mendeteksi semua komunikasi yang terjadi di dalam lapas, serta melakukan razia mendadak secara rutin.
masyarakat yang tahu IPWL masih sedikit. Dan tingkat kepercayaan penyalah guna terhadap program IPWL rendah
Sosialisasi IPWL harus dilakukan secara komprehensif dan intensif dengan melibatkan berbagai pihak terkait terutama ke populasi sasaran
Adanya juklak dan juknis IPWL yang diterapkan seragam di semua daerah
Membentuk tim monev yang bertugas melakukan kontrol dalam implementasi di lapangan
Masih rendahnya para penyalah guna tentang tempat rehab dan yang berniat ikut rehabilitasi
Menggalakkan penyebaran informasi tentang rehabilitasi secara intensif melalui penjangkauan kepada penyalah guna, termasuk mengembangkan database yang bersedia ikut rehabilitasi.
Mengembangkan dan menguji metode rehabilitasi yang efektif dan efisien, termasuk bila diaplikasikan di tingkat organisasi yang berbasis kemasyarakatan termasuk dari aspek metode, tenaga, dan satprasnya.
Mengembangkan dan membentuk forum pasca rehab di tingkat komunitas
Perpus
takaa
n komprehensif dan intensif dengan
Perpus
takaa
n komprehensif dan intensif dengan melibatkan berbagai pihak terkait
Perpus
takaa
n melibatkan berbagai pihak terkait terutama ke populasi sasaran
Perpus
takaa
n terutama ke populasi sasaran
Perpus
takaa
n Adanya juklak dan juknis IPWL yang
Perpus
takaa
n Adanya juklak dan juknis IPWL yang diterapkan seragam di semua daerah
Perpus
takaa
n diterapkan seragam di semua daerah
Perpus
takaa
n
Membentuk tim monev yang bertugas
Perpus
takaa
n
Membentuk tim monev yang bertugas
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Masih rendahnya para
Perpus
takaa
n
Masih rendahnya para penyalah guna
Perpus
takaa
n
penyalah guna tentang
Perpus
takaa
n
tentang tempat rehab dan yang Perp
ustak
aan
tempat rehab dan yang berniat ikut rehabilitasiPerp
ustak
aan
berniat ikut rehabilitasiPerpus
takaa
n BNN
mendeteksi semua komunikasi yang
BNNmendeteksi semua komunikasi yang terjadi di dalam lapas, serta melakukan
BNNterjadi di dalam lapas, serta melakukan razia mendadak secara rutin.
BNNrazia mendadak secara rutin.
BNNSosialisasi IPWL harus dilaBNNSosialisasi IPWL harus dilakomprehensif dan intensif dengan BNNkomprehensif dan intensif dengan BNN
75 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Temuan Studi RekomendasiSebagian besar penyalah
guna (>90%) mempunyai
keinginan untuk terlepas dari
ketergantungan nar-koba
dengan cara rehabilitasi,
tetapi pada umumnya mereka
pesimis karena merasa tidak
mempunyai biaya untuk
rehabilitasi
Membentuk kader/petugas lapangan yang
bersedia memberikan dampingan kepada
penyalah guna, serta melakukan
pemantauan kepada mereka
Memberikan dukungan untuk pengobatan
penyakit penyerta pada penyalah guna
yang memang memerlukan pengobatan
dan perawatan lebih lanjut
Perpus
takaa
n BNN
BNN
77 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
DAFTAR PUSTAKA
Abdul-Quader, A.S., Heckathorn, D.D., McKnight, C., Bramson, H., Nemeth, C., Sabin, K., Gallagher, K. and Des Jarlais,,D.C. Effectiveness of Respondent-
Driven Sampling for Recruiting Drug Users in New York City: Findings from a
Pilot Study. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of
Medicine, Vol. 83, No. 3
BNN & Puslitkes UI. Studi Biaya Ekonomi dan Sosial Penyalahgunaan Narkoba Di
Indonesia Tahun 2004. Depok: Puslitkes UI, 2004.
BNN & Puslitkes UI. Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2005. Depok:
Puslitkes UI, 2005.
BNN & Puslitkes UI. Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia Tahun 2006.
Depok: Puslitkes UI, 2006.
Broadhead, R. S., and Heckathorn, D. D. (1994). AIDS prevention outreach among
injection drug users: Agency problems and new approaches. Social
Problems, 41, 473–495.
Broadhead, R. S., Heckathorn, D. D., Weakliem, D. L., Anthony, D. L., Madray, H., Mills, R. J., et al. (1998). Harnessing peer networks as an instrument for
AIDS prevention: Results from a peer-driven intervention. Public Health
Reports, 113 (Suppl.1), 42–57.
Collins And Lapsley (2004) Economic Costs Of Alcohol And Other Drugs In The
Workplace, Section 3: Translating Research Into Practice.
Collins, D.J. & Lapsley, H.M. 2004. The Costs of Tobacco, Alcohol & Illicit Drug
Abuse to Australian Society 2004/2005.
Collins, D.J. & Lapsley, H.M. 2004. The costs of tobacco, alcohol and illicit drug
abuse to Australian society in 2004/2005.
Perpus
takaa
n Survei Nasional Penyal
Perpus
takaa
n Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Perpus
takaa
n ahgunaan dan Peredaran Gelap
pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia Tahun 2006
Perpus
takaa
n pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia Tahun 2006
Broadhead, R. S., and Heckathorn, D. D. (1994). AIDS prevention outreach among
Perpus
takaa
n
Broadhead, R. S., and Heckathorn, D. D. (1994). AIDS prevention outreach among
injection drug users: Agency problems and new approa
Perpus
takaa
n
injection drug users: Agency problems and new approa
473
Perpus
takaa
n
473–
Perpus
takaa
n
–495.
Perpus
takaa
n
495.
Broadhead, R. S., Heckathorn, D. D., Weakliem, D. L., Anthony, D. L., Madray, H.,
Perpus
takaa
n
Broadhead, R. S., Heckathorn, D. D., Weakliem, D. L., Anthony, D. L., Madray, H., Mills, R. J., Perp
ustak
aan
Mills, R. J., et al. Perpus
takaa
n
et al. (1998). Harnessing peer networks as an instrument for Perpus
takaa
n
(1998). Harnessing peer networks as an instrument for
AIDS prevention: Results from a peerPerpus
takaa
n
AIDS prevention: Results from a peer
BNNSurvei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
BNNSurvei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2005
BNNpada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2005
78 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Collins, D.J. and Lapsley, H.M. (1991). Estimating the economic costs of drug
abuse. National Campaign Against Drug Abuse Monograph Series No. 15.
Collins, D.J. and Lapsley, H.M. (1991). Estimating the economic costs of drug
abuse. National Campaign Against Drug Abuse Monograph Series No. 15.
Depkdiknas. Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan. 2006.
DSM IV-TR. Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, fourth edition text
revision. http://www.psychiatryonline.com/resourceTOC.aspx?resourceID=1
Eisner. R. 2005. Marijuana Abuse: Age of Initiation, Pleasure of Response
Foreshadow Young Adult Outcomes in NIDA Research Findings vol. 19 no.
5.
Frost, S.D.W., Brouwer, K.C., Firestone Cruz, M.A., Ramos, R., Ramos, M.E.,
Lozada, R.M., Magis-Rodriguez, C. and Strathdee, S.A. Respondent-Driven
Sampling ofInjection Drug Users in Two U.S.–Mexico Border Cities:
Recruitment Dynamics and Impact on Estimates of HIV and Syphilis
Prevalence. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of
Medicine, Vol. 83, No. 7.
Gordon, L., Tinsley, L., Godfrey, C., Parott, S. 2006. The economic and social costs
of Class A drug use in England and Wales 2003/2004. Home Office Online
Report 16/06.
Heckathorn DD, Semaan S, Broadhead RS, Hughes JJ. Extensions of respondent-
driven sampling:a new approach to the study of injection drug users aged
18–25. AIDS Behav.2002;6(1):55–67.
Heckathorn DD. Respondent driven sampling, II. Deriving population estimates from
Chain-referral samples of hidden populations. Soc Probl. 2002;49:11–34.
Heckathorn, D. D., Broadhead, R. S., Anthony, D. L., and Weakliem,D. L. (1999).
AIDS and social networks: Prevention through network mobilization.
Sociological Focus, 32, 159–179.
Perpus
takaa
n Frost, S.D.W., Brouwer, K.C., Firestone Cruz, M.A., Ramos, R., Ramos, M.E.,
Perpus
takaa
n Frost, S.D.W., Brouwer, K.C., Firestone Cruz, M.A., Ramos, R., Ramos, M.E.,
Rodriguez, C. and St
Perpus
takaa
n Rodriguez, C. and Strathdee, S.A. Respondent
Perpus
takaa
n rathdee, S.A. Respondent
Sampling ofInjection Drug Users in Two U.S.
Perpus
takaa
n Sampling ofInjection Drug Users in Two U.S.
Recruitment Dynamics and Impact on Estimates of HIV and Syphilis
Perpus
takaa
n Recruitment Dynamics and Impact on Estimates of HIV and Syphilis
Prevalence. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of
Perpus
takaa
n Prevalence. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of
o. 7
Perpus
takaa
n
o. 7.
Perpus
takaa
n
.
Gordon, L., Tinsley, L., Godfrey, C., Parott, S. 2006. The economic and social costs
Perpus
takaa
n
Gordon, L., Tinsley, L., Godfrey, C., Parott, S. 2006. The economic and social costs
of Class A drug use in England and Wales 2003/2004. Home Office Online
Perpus
takaa
n
of Class A drug use in England and Wales 2003/2004. Home Office Online
Report 16/06
Perpus
takaa
n
Report 16/06.
Perpus
takaa
n
.
Heckathorn DD, Semaan S, Broadhead RS, Hughes JJ. Extensions of respondentPerpus
takaa
n
Heckathorn DD, Semaan S, Broadhead RS, Hughes JJ. Extensions of respondent
BNNR. 2005. Marijuana Abuse: Age of Initiation, Pleasure of Response
BNNR. 2005. Marijuana Abuse: Age of Initiation, Pleasure of Response
Foreshadow Young Adult Outcomes in NIDA Research Findings vol. 19 no.
BNNForeshadow Young Adult Outcomes in NIDA Research Findings vol. 19 no.
Frost, S.D.W., Brouwer, K.C., Firestone Cruz, M.A., Ramos, R., Ramos, M.E., BNNFrost, S.D.W., Brouwer, K.C., Firestone Cruz, M.A., Ramos, R., Ramos, M.E.,
79 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Heckathorn, D.D. 2007. Extensions of Respondent-Driven Sampling: Analyzing
Continous Variables and Controlling for Differential Recruitment.
http://www.respondentdrivensampling.org.
Heckathorn, D.D. Respondent-Driven Sampling: A New Approach to the Study of
Hidden Populations. Social Probl. 1997;Vol. 44 No.2.
Joewana, S. 2004. Gangguan Mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif: penyalahgunaan napza/Narkoba. Ed.2. Jakarta: EGC.
Johnston, L.G., Khanam,R., Reza,M., Khan, S.I., Banu,S., Shah Alam, Rahman,M.,
Azim,T. The Effectiveness of Respondent Driven Sampling for Recruiting
Males Who have Sex with Males in Dhaka, Bangladesh. AIDS Behav (2008)
12:294–304.
Johnston, L.G., Sabin, K., Hien, M.T. and Huong, P.T. Assessment of Respondent
Driven Sampling for Recruiting Female Sex Workers in Two Vietnamese
Cities: Reaching the Unseen Sex Worker Journal of Urban Health: Bulletin of
the New York Academy of Medicine, Vol. 83, No. 7.
Kandel, Denise, The Measurement of "Ever Use" and "Frequency-Quantity" (in Drug
Use Surveys), pp. 27-35, NIDA, Research Monograph Series 2, Operational
Definition in Socio-behavioural Drug Use Research, Rockville, MD: National
Institute on Drug Abuse.
Kopp, P. & Blanchard, N. 1997. Social costs of drug use in France.
Meyer Roger E Different Patterns of Drug Use, pp. 17-24, NIDA, Research
Monograph Series 2, Operational Definition in Socio-behavioural Drug Use
Research, Rockville, MD: National Institute on Drug Abuse.
Office of National Drug Control Policy.2004. The Economic Costs of Drug Abuse in
the United States, 1992-2002. Washington, DC: Executive Office of the
President (Publication No. 207303). http://www.whitehousedrugpolicy.gov.
Predicting Heavy Drug Use: Results of a Longitudinal Study, Youth Characteristics
Describing and Predicting Heavy Drug Use by Adults. Published February
2004. Office of National Drug Control Policy.
www.whitehousedrugpolicy.gov/publications/predict_drug_use/intro.pdf.
Perpus
takaa
n ng for Recruiting Female Sex Workers in Two Vietnamese
Perpus
takaa
n ng for Recruiting Female Sex Workers in Two Vietnamese
Cities: Reaching the Unseen Sex Worker Journal of Urban Health: Bulletin of
Perpus
takaa
n Cities: Reaching the Unseen Sex Worker Journal of Urban Health: Bulletin of
the New York Academy of Medicine, Vol. 83, No. 7
Perpus
takaa
n the New York Academy of Medicine, Vol. 83, No. 7
The Measurement of "Ever Use" and "Frequency
Perpus
takaa
n The Measurement of "Ever Use" and "Frequency
35, NIDA, Research Monograph Series 2, Operational
Perpus
takaa
n
35, NIDA, Research Monograph Series 2, Operational
behavioural Drug Use Research, Rockville, MD: National
Perpus
takaa
n
behavioural Drug Use Research, Rockville, MD: National
Institute on Drug Abuse
Perpus
takaa
n
Institute on Drug Abuse.
Perpus
takaa
n
.
Kopp, P. & Blanchard, N. 1997. Social costs of drug use in France.
Perpus
takaa
n
Kopp, P. & Blanchard, N. 1997. Social costs of drug use in France.
E Perpus
takaa
n
E Different Patterns of Drug Use, pp. 17Perpus
takaa
n
Different Patterns of Drug Use, pp. 17
Monograph Series 2, Operational Definition in SocioPerpus
takaa
n
Monograph Series 2, Operational Definition in Socio
BNNMales Who have Sex with Males in Dhaka, Bangladesh.
BNNMales Who have Sex with Males in Dhaka, Bangladesh. AIDS Behav (2008)
BNNAIDS Behav (2008)
Johnston, L.G., Sabin, K., Hien, M.T. and Huong, P.T. Assessment of Respondent BNNJohnston, L.G., Sabin, K., Hien, M.T. and Huong, P.T. Assessment of Respondent
ng for Recruiting Female Sex Workers in Two Vietnamese BNNng for Recruiting Female Sex Workers in Two Vietnamese
80 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Ramirez-Valles, J.,Heckathorn, D.D.,V´azquez, R., Diaz, R.M.and Campbell, R.T.
From Networks to Populations: The Development and Application of Respondent-Driven Sampling Among IDUs and Latino Gay Men. AIDS and Behavior, Vol.
9, No. 4, December 2005.
Rehm, J., Baliunas, D., Brochu, S., Fischer, B., Gnam, W., Patra, J., Popova, S., Sarnocinska-Hart, A., Taylor, B. 2006. The Cost of Substance Abuse in Canada 2002.
Ritter, C. & Anthony, J.C. 1991. Factors influencing initiation of cocaine use among adults : Findings from the epidemiologic Caatchment Area Program. In S. Schober & C. Shade (Eds.), The An Epidemiology of cocaine use and abuse pp. 189-210, NIDA Research Monograph 110, DHHS Publication ADM 91-1787, Rockville, MD: National Institute on Drug Abuse.
Robson, L. & Single, E.1995. Literatur review on the economic costs of substance abuse. A report of the Canadian Centre on Substance Abuse
Salganik MJ, Heckathorn DD. Sampling and estimation in hidden populations using respondent-driven sampling. Sociol Methodol. 2004;34:193–239.
Schauffler, Et All (2001). Medicaid Coverage For Tobacco-Dependence Treatments, Health Affairs, 20(1).
Single, E., Collins, D., Easton, B., Harwood, H., Lapsley, H., Kopp, P. dan Wilson, E. 2001. International Guidelines for Estimating the Costs of Substance Abuse—2001 Edition Substance Abuse and Mental Health Administration, National and State Estimates of theDrug Abuse Treatment Gap: 2000
National Household Survey on Drug Abuse, Appendix A, DHHS, 2002.
Substance Abuse and Mental Health Services Administration. 2008. Results from
the 2007 National Survey on Drug Use and Health: National Findings (Office of Applied Studies, NSDUH Series H-34, DHHS Publication No. SMA 08-4343). Rockville, MD.
Todorov, AA., MT Lynskey, JD Grant, JF Scherrer, RD Todd, KK Bucholz (2006). ―Psyciatrich comorbidity and progression in drug use in adult Male twins:
implications for the design of genetic association studies‖. Addictive
Behaviour 31 (2006): 948-961.
Perpus
takaa
n Robson, L. & Single, E.1995. Literatur review on the economic costs of substance
Perpus
takaa
n Robson, L. & Single, E.1995. Literatur review on the economic costs of substance
abuse. A report of the Canadian Centre on Substance Abuse
Perpus
takaa
n abuse. A report of the Canadian Centre on Substance Abuse
Salganik MJ, Heckathorn DD. Sampling and estimation in hidden populations using
Perpus
takaa
n Salganik MJ, Heckathorn DD. Sampling and estimation in hidden populations using respondent-driven sampling. Sociol Methodol. 2004;34:193
Perpus
takaa
n respondent-driven sampling. Sociol Methodol. 2004;34:193
Perpus
takaa
n Schauffler, Et All (2001). Medicaid Coverage For Tobacc
Perpus
takaa
n Schauffler, Et All (2001). Medicaid Coverage For Tobacc
Single, E., Collins, D., Easton, B., Harwood, H., Lapsley, H., Kopp, P. dan Wilson,
Perpus
takaa
n
Single, E., Collins, D., Easton, B., Harwood, H., Lapsley, H., Kopp, P. dan Wilson, International Guidelines for Estimating the Costs of Substance
Perpus
takaa
n
International Guidelines for Estimating the Costs of Substance 2001 Edition Substance Abuse and Mental Health Administration,
Perpus
takaa
n
2001 Edition Substance Abuse and Mental Health Administration,
Perpus
takaa
n
National and State Estimates of theDrug Abuse Treatment Gap: 2000 Perpus
takaa
n
National and State Estimates of theDrug Abuse Treatment Gap: 2000
National Household Survey on Drug AbusePerpus
takaa
n
National Household Survey on Drug Abuse
BNNSchober & C. Shade (Eds.), The An Epidemiology of cocaine use and abuse
BNNSchober & C. Shade (Eds.), The An Epidemiology of cocaine use and abuse pp. 189-210, NIDA Research Monograph 110, DHHS Publication ADM 91-
BNNpp. 189-210, NIDA Research Monograph 110, DHHS Publication ADM 91-1787, Rockville, MD: National Institute on Drug Abuse.
BNN1787, Rockville, MD: National Institute on Drug Abuse.
Robson, L. & Single, E.1995. Literatur review on the economic costs of substance BNNRobson, L. & Single, E.1995. Literatur review on the economic costs of substance
abuse. A report of the Canadian Centre on Substance Abuse BNNabuse. A report of the Canadian Centre on Substance Abuse
81 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Wang J, Carlson RG, Falck RS, Siegal HA Rahman A, Li L. Respondent-driven
sampling to recruit MDMA users: a methodological assessment. Drug Alcohol
Depend. 2005; 78:147–157.
What America's Users Spend on Illegal Drugs1988–2000. Published December
2001. Office of National Drug Control Policy. www.whitehousedrugpolicy.gov/
publications/pdf/american_users_spend_2002.pdf.
www.datastatistik-indonesia.com.
www.nisn.diknas.go.id – Data rekap nasional.
World drug report 2007. United Nations on Drugs and Crime.
http://www.unodc.org/pdf/gap/trs-6.ppt-2007-06-05.
World Drug Report 2008. http://www.unodc.org
Perpus
takaa
n
World drug report 2007. United Nations on Drugs and Crime.
BNNWorld drug report 2007. United Nations on Drugs and Crime.
BNNWorld drug report 2007. United Nations on Drugs and Crime.
BNNWorld drug report 2007. United Nations on Drugs and Crime.
BNN
83 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Narkotika : Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika : Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkasiat psikotropika melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Zat Adiktif : Obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh
organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta
menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit
dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara
terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek
lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
Prekursor : Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika atau psikotropika.
Pecandu Narkotika : Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
Ketergantungan
Narkotika : Kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan
Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang
meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaanya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-
tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Penyalah guna : Orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum.
Perpus
takaa
n organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta
Perpus
takaa
n organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta
menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit
Perpus
takaa
n menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit
dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara
Perpus
takaa
n dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara
menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek
Perpus
takaa
n menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek
luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
Perpus
takaa
n luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
Perpus
takaa
n
Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika atau psikotropika.
Perpus
takaa
n
digunakan dalam pembuatan narkotika atau psikotropika.
Pecandu Narkotika
Perpus
takaa
n
Pecandu Narkotika :
Perpus
takaa
n
: Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Perpus
takaa
n
Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan
Perpus
takaa
n
Narkotika dan dalam keadaan
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.Perpus
takaa
n
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
BNNselektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
BNNselektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
BNNperubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh BNNbahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh
organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta BNNorganisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta
84 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Setahun Pakai : Pemakaian Narkoba dalam satu tahun terakhir.
Sebulan Pakai : Pemakaian Narkoba dalam satu bulan terakhir.
Teratur Pakai : Orang yang memakai Narkoba setiap hari.
Pernah Pakai : Orang yang pernah memakai Narkoba dalam satu bulan
terakhir.
Heroin : Heroin adalah keturunan dari morfin atau opioda
semisintatik dengan proses kimiawi yang dapat
menimbulkan ketergantungan / kecanduan yang berlipat
ganda dibandingkan dengan morfin.
Morfin : Alkoloida yang merupakan hasil ekstraksi serta isolasi
opium dengan zat kimia tertentu untuk penghilang rasa
sakit atau hipnoanalgetik bagi pasien penyakit tertentu.
Kokain / Cocaine
Hydrochloride : Bubuk kristal putih yang didapat dari ekstraksi serta isolasi
daun coca (erythoroxylon coca) yang dapat menjadi
perangsang pada sambungan syaraf dengan cara / teknik
diminum dengan mencampurnya dengan minuman, dihisap
seperti rokok, disuntik ke pembuluh darah, dihirup dari
hidung dengan pipa kecil, dan beragam metode lainnya.
Kodein : Sejenis obat batuk yang digunakan oleh dokter, namun
dapat menyebabkan ketergantungan / efek adiksi sehingga
peredarannya dibatasi dan diawasi secara ketat.
Kafein : Senyawa bersifat yang stimulan terhadap sistim syaraf
pusat dan juga otak, merupakan bagian dari famili
methylxanthine yang secara alami banyak terkandung pada
berbagai produk hasil bumi seperti dalam biji kopi, coklat,
daun teh serta kacang cola.
Perpus
takaa
n opium dengan zat kimia tertentu untuk penghilang rasa
Perpus
takaa
n opium dengan zat kimia tertentu untuk penghilang rasa
sakit atau hipnoanalgetik bagi pasien penyakit tertentu.
Perpus
takaa
n sakit atau hipnoanalgetik bagi pasien penyakit tertentu.
Bubuk kristal putih yang didapat dari ekstraksi serta isolasi
Perpus
takaa
n Bubuk kristal putih yang didapat dari ekstraksi serta isolasi
daun coca
Perpus
takaa
n
daun coca
Perpus
takaa
n
(erythoroxylon coca)
Perpus
takaa
n
(erythoroxylon coca)
perangsang pada sambungan syaraf dengan cara / teknik
Perpus
takaa
n
perangsang pada sambungan syaraf dengan cara / teknik
diminum dengan mencampurnya dengan minuman, dihisap
Perpus
takaa
n
diminum dengan mencampurnya dengan minuman, dihisap
seperti rokok, disuntik ke pembuluh da
Perpus
takaa
n
seperti rokok, disuntik ke pembuluh da
hidung dengan pipa kecil, dan beragam metode lainnya.Perpus
takaa
n
hidung dengan pipa kecil, dan beragam metode lainnya.
BNNmenimbulkan ketergantungan / kecanduan yang berlipat
BNNmenimbulkan ketergantungan / kecanduan yang berlipat
ganda dibandingkan dengan morfin.
BNNganda dibandingkan dengan morfin.
Alkoloida yang merupakan hasil ekstraksi serta isolasi BNNAlkoloida yang merupakan hasil ekstraksi serta isolasi
opium dengan zat kimia tertentu untuk penghilang rasa BNNopium dengan zat kimia tertentu untuk penghilang rasa
85 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
Opiat / Opium : Bubuk yang dihasilkan kangsung oleh tanaman yang
bernama poppy / papaver somniferum di mana di dalam
bubuk haram tersebut terkandung morfin yang sangat baik
untuk menghilangkan rasa sakit dan kodein yang berfungsi
sebagai obat antitusif.
Hashish : Getah ganja.
Ketamine : Jenis obat bius.
Amphetamine : Bahan Adiktif yang berbentuk pil, kapsul, atau tepung.
Ekstasi : Psikotropika dan biasanya diproduksi secara ilegal di dalam
laboratorium dan dibuat dalam aneka bentuk seperti tablet.
Shabu : Salah satu jenis amfetamin.
Metadone : Opioida sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama
serta lebih efektif daripada morfin.
MDMA : Jenis Psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan
ketergantungan tinggi.
Hallucinogen : Sekelompok zat alamiah atau sintetik yang bila dikonsumsi
menimbulkan dampak halusinasi.
Pelarut dan Inhalan : Penggunakan Narkoba dengan cara dihirup melalui hidung.
DMT : Singkatan dari Dimethyltryptamine yang masuk dalam jenis
hallucinogenic tryptamine yang ditemukan secara alami
dalam tumbuh-tumbuhan, dan dapat dibuat secara sintetis.
Biasanya digunakan dengan cara dihirup, dihisap, atau
dengan jarum suntik.
Perpus
takaa
n tu jenis amfetamin.
Perpus
takaa
n tu jenis amfetamin.
Opioida sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama
Perpus
takaa
n Opioida sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama
serta lebih efektif daripada morfin.
Perpus
takaa
n serta lebih efektif daripada morfin.
Jenis Psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan
Perpus
takaa
n Jenis Psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan
ketergantungan tinggi.
Perpus
takaa
n
ketergantungan tinggi.
Perpus
takaa
n
Sekelompok zat alamiah atau sintetik
Perpus
takaa
n
Sekelompok zat alamiah atau sintetik
menimbulkan dampak halusinasi.
Perpus
takaa
n
menimbulkan dampak halusinasi.
Pelarut dan InhalanPerpus
takaa
n
Pelarut dan Inhalan : Perpus
takaa
n
: Penggunakan Perpus
takaa
n
Penggunakan
BNNPsikotropika dan biasanya diproduksi secara ilegal di dalam
BNNPsikotropika dan biasanya diproduksi secara ilegal di dalam
laboratorium dan dibuat dalam aneka bentuk seperti tablet.
BNNlaboratorium dan dibuat dalam aneka bentuk seperti tablet.
87 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa Survei Nasional Prevalensi
Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014 terselenggara atas prakarsa
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) dan bekerjasama dengan
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia telah berjalan dengan lancar.
Atas segala bantuan dan kerjasama selama proses rapat, kami mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Nama Mitra Lokal/Peneliti Daerah.
NO. NAMA MITRA LOKAL/PENELITI UNIVERSITAS INSTANSI
1 2 3
1. Suheri Situmorang,S.Sos BNNP Sumut
2. Adolf Hitler Efroza, Am. Kep, SKM BNNP Sumsel
3. Bambang Jatmiko, SH BNNP Kepulauan Riau
4. Takat Sumarwan BNNP Lampung
5. R. Nursanto Hermawan, SE BNNP DKI
6. Edi Heryadi Spd, M.Si BNNP Jawa Barat
7. Aryanto Hendro Suprantoro BNNP Yogyakarta
8. Destina Kawanti BNNP Jawa Timur
9. Si Ngurah Made Arya Astawa BNNP Bali
10. Wahyu Kurniawan, SKM, MKes BNNP Kalimantan Barat
11. Oslan Daud, SKM, MPH BNNP Kalimantan Timur
12. Sudarianto BNNP Sulawesi Selatan
13. Agus Ane, S.Sos, M.Si BNNP Sulawesi Tenggara
14. Solihin BNNP NTB
15. Mintje Jacoba, SH BNNP Maluku
16. Eko P. Tunyanan BNNP Papua
17. Evawaby Aritonang FKM USU Medan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNNP Sumut
Perpus
takaa
n BNNP Sumut
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNNP Sumsel
Perpus
takaa
n BNNP Sumsel
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNNP Kepulauan Riau
Perpus
takaa
n BNNP Kepulauan Riau
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
R. Nursanto Hermawan, SE
Perpus
takaa
n
R. Nursanto Hermawan, SE
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Edi Heryadi Spd, M.Si
Perpus
takaa
n
Edi Heryadi Spd, M.Si
Perpus
takaa
n
Hendro Suprantoro
Perpus
takaa
n
Hendro Suprantoro
Perpus
takaa
n
Destina Kawanti
Perpus
takaa
n
Destina Kawanti
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Si Ngurah Made Arya AstawaPerpus
takaa
n
Si Ngurah Made Arya AstawaPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Wahyu Kurniawan, SKM, MKesPerp
ustak
aan
Wahyu Kurniawan, SKM, MKesPerp
ustak
aan B
NNINSTANSI
BNNINSTANSI
BNNBNNBNNBNN
BNNP SumutBNNBNNP SumutBNN
88 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
1 2 3
18. Anita Camelia, SKM, MKKK FKM, Universitas Sriwijaya
19. Syawaluddin Stikes Awal Bros Batam
20. Gunawan Irianto, M.Kep, Sp. Kom Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati Lampung
21. Yosef Hilarius Timu Pera Departemen Sosiologi, FISIP Universitas Indonesia
22. Desi Yunita, S.Sos, M.Si Universitas Padjajaran
23. Dani Krisnawati Fakultas Hukum, Universitas Gajah Mada
24. Sri Endah Kinasih, S.Sos, M.Si Departemen Antropologi, FISIP UNAIR
25. Sang Gede Purnama, SKM, MSc. FKM, Universitas Udayana
26. Aryanto Purnomo,SKM,MKM Poltekes Kemenkes Pontianak
27. Subirman, SKM, M.Kes FKM Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur
28. Meyer T. Egam Universitas Samratulangi Manado
29. Shanti Riskiyani, SKM, M.Kes FKM Universitas Hasanuddin
30. Rafiuddin, SKM Akbid YKN
31. Dr. Ir. Ruth Stella Univ Mataram
32. Rukmuin Wilda Payapo Univ Pattimura
33. Marsum Univ Cendrawasih
2. Nama Para Koordinator Lapangan.
NO. NAMA KOORDINATOR LAPANGAN LOKASI PENEMPATAN
1 2 3
1. Hendri Hartati Papua
2. Eka Purna Yudha Jawa Barat 3. Heksa Sari Julianti Bali 4. Zahid Iffahwan Sumatera Utara 5. Asep Syaiful Bahri Ali Kalimantan Barat 6. Rochmadtulloh Maluku 7. Qodrat Subhana Kepulauan Riau
Perpus
takaa
n Universitas Samratulangi Manado
Perpus
takaa
n Universitas Samratulangi Manado
FKM Universitas Hasanuddin
Perpus
takaa
n FKM Universitas Hasanuddin
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n Akbid YKN
Perpus
takaa
n Akbid YKN
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n Univ Mataram
Perpus
takaa
n Univ Mataram
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Rukmuin Wilda Payapo
Perpus
takaa
n
Rukmuin Wilda Payapo
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Nama Para Koordinator Lapangan.
Perpus
takaa
n
Nama Para Koordinator Lapangan.
NAMA KOORDINATOR LAPANGANPerpus
takaa
n
NAMA KOORDINATOR LAPANGANPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
FKM, Universitas Udayana
BNNFKM, Universitas Udayana
Poltekes Kemenkes Pontianak
BNNPoltekes Kemenkes Pontianak
BNNFKM Universitas Mulawarman
BNNFKM Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan TimurBNNSamarinda Kalimantan TimurBNNUniversitas Samratulangi ManadoBNNUniversitas Samratulangi ManadoBNN
89 Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014
1 2 3
8. Antonius Wisudarmoko Sulawesi Utara
9. Tiurlan Lubis Lampung
10. Anis Khurniawati Sulawesi Tenggara
11. Ahmad Caesar DKI Jakarta
12. Wita Istiandini NTB
13. Lienda Wati Jawa Timur
14. Muchammad Asngadi Sumatera Selatan
15. Dwiditya Pamungkas Kalimantan Timur
16. Agus Handito DI Yogyakarta
17. Nurul Huda Sulawesi Selatan
3. Nama Para Peneliti.
NO. NAMA PENELITI ASAL INSTITUSI1 2 3
1. Prof. dr. Budi Utomo, PhD PPK UI
2. Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MSc. PPK UI
3. Purwa Kurnia Sucahya, SKM, MSi PPK UI
4. Agus Dwi Setiawan, S.Sos, M.Kes PPK UI
5. Drs. Dadun, M.Kes PPK UI
6. Drs. Heru Suparno, M.Kes PPK UI
7. dr. Nugroho Soeharno PPK UI
8. Ferdinand P. Siagian, S.Sos, MSI PPK UI
9. Amri Ismail, SKM, MKM PPK UI
10. Yudarini PPK UI
11. Hendri Hartati, SKM, M.Kes, MPH PPK UI
12. Subarkah, S.Si, M.Si PPK UI
13. drg. Christiana R. Titaley, MIPH, PhD PPK UI
14. Dini Dachlia, SKM, MKes PPK UI
Perpus
takaa
n ASAL INSTITUSI
Perpus
takaa
n ASAL INSTITUSI
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n PPK UI
Perpus
takaa
n PPK UI
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MSc.
Perpus
takaa
n Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MSc.
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Purwa Kurnia Sucahya, SKM, MSi
Perpus
takaa
n
Purwa Kurnia Sucahya, SKM, MSi
Perpus
takaa
n
Agus Dwi Setiawan, S.Sos, M.Kes
Perpus
takaa
n
Agus Dwi Setiawan, S.Sos, M.Kes
Perpus
takaa
n
Drs. Dadun, M.Kes
Perpus
takaa
n
Drs. Dadun, M.Kes
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Drs. Heru Suparno,
Perpus
takaa
n
Drs. Heru Suparno, M.Kes
Perpus
takaa
n
M.Kes
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
dr. Nugroho SoeharnoPerpus
takaa
n
dr. Nugroho SoeharnoPerpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Ferdinand P. SiagianPerp
ustak
aan
Ferdinand P. SiagianPerp
ustak
aan B
NNDI Yogyakarta
BNNDI Yogyakarta
Sulawesi Selatan
BNNSulawesi Selatan
BNNBNN
91
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014LA
MPI
RAN
ITa
bel 1
. Est
imas
i Jum
lah
Peny
alah
gun
a N
arko
ba, P
reva
lens
i & P
opul
asi P
endu
duk
(10-
59 ta
hun)
Men
urut
Pro
vins
i, 20
08, 2
011
&20
14
2008
20
11
2014
Ju
mlah
Pe
nyala
hgun
a Pr
evale
nsi
(%)
Popu
lasi (
10-5
9)
Jum
lah
Peny
alahg
una
Prev
alens
i (%
) Po
pulas
i (10
-59)
Ju
mlah
Pe
nyala
hgun
a Pr
evale
nsi
(%)
Popu
lasi
(10-
59)
Ace
h
48
,300
1.
61
2
,992,5
00
69,3
85
2.03
3,40
9,812
73,2
01
2.08
3
,525,9
00
Sum
ut
1
88,52
4
1.99
9
,478,1
00
3
03,04
6
3.01
10,0
75,35
5
30
0,134
3.0
6
9,80
8,600
S
umba
r
54
,548
1.6
8
3,24
3,300
5
5,270
1.4
5
3,82
4,087
65,2
08
1.80
3
,622,5
00
Riau
77
,499
1.8
3
4,23
1,051
8
8,880
2.0
8
4,26
5,863
90,4
53
1
.99
4
,552,5
00
Jamb
i
44
,627
2.1
2
2,10
4,800
3
7,851
1.5
4
2,45
1,830
47,0
64
1.89
2,49
1,900
S
umse
l
87
,456
1.6
6
5,26
1,300
9
1,699
1.5
5
5,92
6,674
98,3
29
1.69
5
,828,8
00
Ben
gkulu
25
,489
1.9
7
1,29
1,300
1
8,957
1.3
9
1,36
6,483
25,7
84
1.88
1
,370,0
00
Lamp
ung
1
15,25
2
2.03
5
,676,6
00
55,6
06
0.91
6
,140,7
94
8
9,046
1.5
2
5,85
3,100
B
abel
10
,642
1.3
9
76
3,900
1
6,004
1.6
5
97
2,275
18,5
74
1.85
1
,002,5
00
Kep
ri
18,60
3
2.01
923,6
49
55,8
88
4.26
1
,310,4
64
4
1,767
2.9
4
1,42
1,800
D
KI Ja
karta
286
,494
4.1
0
6,98
0,700
561
,221
7.0
1
8,00
4,787
364,1
74
4.74
7
,688,6
00
Jaba
r
611
,423
2.0
0
3
0,622
,400
856
,893
2.4
7
3
4,670
,257
792,2
06
2.34
33,9
05,40
0
Jaten
g
430
,768
1.8
4
2
3,381
,500
507
,054
1.8
9
2
6,842
,056
452,7
43
1.88
24,1
31,30
0
DI Y
ogya
68
,980
2.7
2
2,53
7,100
8
3,951
2.8
4
2,95
5,311
62,0
28
2.37
2
,621,6
00
Jatim
535
,063
1.9
7
2
7,113
,100
620
,893
1.9
7
3
1,476
,681
568,3
04
2.01
28,2
71,40
0
Ban
ten
1
48,25
8
1.97
7
,538,1
00
1
75,12
0
2.06
8
,514,4
95
17
7,110
2.0
2
8,77
0,800
B
ali
45,32
5
1.73
2
,615,9
00
57,1
43
1.78
3
,209,5
71
6
6,785
2.2
2
3,00
8,900
N
TB
46,31
5
1.39
3
,337,7
00
43,2
76
1.22
3
,557,4
96
5
1,519
1.5
0
3,42
3,300
N
TT
52,70
8
1.70
3
,096,4
00
42,4
60
1.22
3
,480,7
70
5
1,298
1.4
9
3,44
0,900
K
albar
48
,059
1.4
0
3,42
7,400
6
0,217
1.7
4
3,45
4,599
69,1
64
2.01
3
,446,1
00
Kalt
eng
23
,245
1.3
2
1,76
1,000
3
0,788
1.7
7
1,74
0,357
35,8
11
1.95
1
,835,3
00
Kals
el
40,81
0
1.59
2
,573,8
00
47,9
37
1.65
2
,904,0
45
5
7,929
2.0
1
2,88
8,300
K
altim
45
,366
1.9
5
2,32
9,800
8
6,717
3.1
0
2,79
2,946
59,1
95
3.
07
1
,930,9
36
Kalt
ara
-
-
-
-
-
-
1
6,165
1.5
4
1,05
1,364
S
ulut
32,36
3
1.93
1
,678,1
00
39,0
20
2.11
1
,846,1
72
3
8,307
2.1
9
1,74
5,500
S
ulten
g
40,31
6
2.10
1
,919,1
00
37,5
66
1.85
2
,031,6
20
4
3,591
2.1
1
2,06
5,100
S
ulsel
103
,849
1.8
0
5,75
6,501
124
,444
1.9
5
6,38
6,310
125,6
43
2.08
6
,052,1
00
Sult
ra
34,12
5
2.06
1
,652,8
00
19,9
13
1.17
1
,697,6
88
2
7,328
1.5
9
1,72
0,000
G
oron
talo
14,30
6
2.15
666,4
00
11,1
47
1.36
817,0
18
1
3,885
1.6
8
82
4,800
S
ulbar
8
,398
1.4
3
58
8,899
1
5,824
1.8
1
87
3,288
18,8
87
2.09
903,8
00
Malu
ku
25,30
2
2.61
968,9
00
21,3
64
1.85
1
,153,4
14
2
7,150
2.3
2
1,16
9,800
M
alut
15,66
9
2.27
689,5
00
12,9
16
1.65
782,2
98
1
4,988
1.8
5
81
0,100
P
apua
Bar
at
11,14
3
2.02
552,2
62
8,2
42
1.42
578,8
89
9,95
2
1.57
634,3
00
Pap
ua
23,30
3
1.56
1
,497,7
38
17,5
63
0.81
2
,173,0
53
2
8,980
1.2
3
2,35
8,200
IN
DONE
SIA
3,36
2,527
1.9
9
16
9,251
,600
4,2
74,25
7 2.2
3
19
1,686
,756
4,02
2,702
2.1
8
18
4,175
,500
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.83 Perp
ustak
aan
1.83 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4
,231,0
51
Perpus
takaa
n
4,231
,051
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.12 Perp
ustak
aan
2.12 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2
,104,8
00
Perpus
takaa
n
2,104
,800
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5
,261,3
00
Perpus
takaa
n
5,261
,300
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1
,291,3
00
Perpus
takaa
n
1,291
,300
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5
,676,6
00
Perpus
takaa
n
5,676
,600
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
763,9
00
Perpus
takaa
n
763,9
00
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
923,6
49
Perpus
takaa
n
923,6
49
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
6,980
,700
Perpus
takaa
n
6,980
,700
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
30,62
2,400
Perpus
takaa
n
30,62
2,400
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
8
56,89
3
Perpus
takaa
n
856,8
93
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
23,38
1,500
Perpus
takaa
n
23,38
1,500
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5
07,05
4
Perpus
takaa
n
507,0
54
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
83,9
51
Perpus
takaa
n
83,95
1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
620
,893
Perpus
takaa
n 62
0,893
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
175
,120
Perpus
takaa
n 17
5,120
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5
7,143
Perpus
takaa
n 57
,143
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 43
,276
Perpus
takaa
n 43
,276
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 42
,460
Perpus
takaa
n 42
,460
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.22
Perpus
takaa
n 1.22
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 60
,217
Perpus
takaa
n 60
,217
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.74
Perpus
takaa
n 1.74
1.74
Perpus
takaa
n 1.74
1.74
Perpus
takaa
n 1.74
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.77
Perpus
takaa
n 1.77
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.65
Perpus
takaa
n 1.65
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNN
BNN
BNNBNNBNN
BNN
BNNBNNBNNBNNBNN
3.10 BNN
3.10
3.10 BNN
3.10
3.10 BNN
3.10 BNNBNN
BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
-BNN-
BNN BNNBNN
BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
BNN
1,84
6,172
BNN1,846
,172
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
BNN
2,03
1,620
BNN2,031
,620
BNNBNNBNN
BNN
6,38
6,310
BNN6,386,31
0
BNNBNNBNN1,6
97,68
8
BNN1,697
,688
BNNBNNBNN81
7,018
BNN817,0
18
BNNBNN
92
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 2. E
stim
asi J
umla
h Pe
nyal
ahgu
na N
arko
ba M
enur
ut J
enis
Kel
amin
, Ske
nario
dan
Pro
vins
i, Ta
hun
2014
dan
201
9 (d
alam
ribu
an)
2014
20
19
Laki-
laki
Pere
mpu
an
Tota
l La
ki-lak
i Pe
rem
puan
To
tal
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Ace
h 53
.0 51
.4 49
.5 22
.5 21
.8 20
.9 75
.5 73
.2 70
.4 63
.0 56
.4 47
.9 26
.3 23
.3 19
.9 89
.3 79
.7 67
.8 S
umatr
a Utar
a 24
2.8
235.5
22
7.1
66.7
64.6
62.2
309.6
30
0.1
289.3
29
9.5
267.7
22
9.6
79.7
70.7
60.5
379.2
33
8.4
290.1
Sum
atra B
arat
46
.7 46
.2 44
.4 19
.7 19
.0 18
.3 67
.2 65
.2 62
.7 54
.6 48
.9 41
.6 24
.8 22
.0 18
.8 79
.4 70
.9 60
.4 R
iau
81.5
79.3
76.4
11.5
11.2
10.8
93.0
90.5
87.1
99.0
89.3
76.4
13.6
12.2
10.4
112.5
10
1.5
86.8
Jamb
i 38
.6 37
.5 36
.1 9.9
9.6
9.2
48
.5 47
.1 43
.5 43
.3 38
.6 33
.2 11
.0 9.8
8.4
54
.4 48
.3 41
.6 S
umatr
a Sela
tan
73.5
71.4
68.6
27.9
27.0
26.0
101.4
98
.3 94
.6 84
.2 75
.5 64
.3 33
.9 30
.0 25
.7 11
8.1
105.5
90
.0 B
engk
ulu
22.2
21.6
20.7
4.3
4.2
4.0
26.6
25.8
24.8
24.9
22.3
18.9
5.8
5.2
4.4
30.7
27.4
23.4
Lamp
ung
73.8
71.5
68.8
18.1
17.5
16.8
91.8
89.0
85.6
92.4
82.6
70.2
14.7
13.1
11.0
107.1
95
.7 81
.2 B
angk
a Beli
tung
14.9
14.5
13.9
4.2
4.1
3.9
19.1
18.6
17.9
18.3
16.4
13.9
5.4
4.8
4.0
23.7
21.2
18.0
Kep
ulaua
n Riau
29
.5 28
.6 27
.5 13
.6 13
.2 12
.7 43
.1 41
.8 40
.2 36
.3 32
.5 27
.8 15
.7 13
.9 11
.9 52
.0 46
.4 39
.7 D
KI Ja
karta
26
7.3
259.5
24
9.9
108.0
10
4.7
101.0
37
5.4
364.2
35
0.9
317.4
28
4.0
243.3
13
0.2
166.0
99
.9 44
7.6
400.0
34
3.2 Ja
wa B
arat
65
4.6
635.1
61
1.2
162.3
15
7.1
151.2
81
7.0
792.2
76
2.4
756.4
67
6.0
577.5
19
6.1
173.7
14
8.5
952.5
84
9.7
726.1
Jawa
Ten
gah
323.7
31
4.4
302.2
14
2.9
138.4
13
3.0
466.6
45
2.7
435.2
38
0.7
341.4
29
0.2
172.2
15
3.0
130.1
55
2.9
494.5
42
0.3 D
I Yog
yaka
rta
46.0
44.6
43.0
17.9
17.4
16.7
63.9
62.0
59.7
60.6
54.5
46.3
20.4
18.3
15.6
81.0
72.7
61.9
Jawa
Tim
ur
407.6
39
5.7
380.9
17
8.1
172.6
16
5.7
585.7
56
8.3
546.6
48
0.3
430.3
36
7.5
214.8
19
1.2
161.9
69
5.1
621.5
52
9.4 B
anten
14
9.0
144.5
13
9.1
33.6
32.6
31.3
182.6
17
7.1
170.4
17
9.4
160.4
13
7.3
39.2
34.9
29.6
218.6
19
5.3
166.9
Bali
54
.1 52
.5 50
.7 14
.7 14
.3 13
.8 68
.9 66
.8 64
.4 64
.4 57
.4 49
.5 18
.5 16
.4 14
.1 82
.8 73
.9 63
.6 N
T B
39
.4 38
.2 36
.8 13
.7 13
.3 12
.7 53
.1 51
.5 49
.5 48
.7 43
.6 36
.9 17
.0 15
.2 12
.7 65
.6 58
.8 49
.7 N
T T
36
.1 35
.1 33
.8 16
.7 16
.2 15
.5 52
.8 51
.3 49
.3 33
.7 30
.1 26
.2 21
.0 18
.8 15
.8 54
.7 48
.9 42
.0 K
alima
ntan B
arat
53
.9 52
.3 50
.4 17
.4 16
.9 16
.2 71
.3 69
.2 66
.6 62
.8 56
.1 48
.3 21
.2 18
.8 16
.1 83
.9 74
.9 64
.4 K
alima
ntan T
enga
h 25
.1 24
.4 23
.4 11
.8 11
.5 11
.0 36
.9 35
.8 34
.4 29
.4 26
.4 22
.4 13
.8 12
.3 10
.4 43
.2 38
.6 32
.8 K
alima
ntan S
elatan
47
.4 46
.0 44
.2 12
.4 12
.0 11
.5 59
.7 57
.9 55
.7 53
.8 48
.0 40
.9 14
.4 12
.8 10
.9 68
.2 60
.8 51
.8 K
alima
ntan T
imur
45
.0 43
.7 42
.0 16
.0 15
.5 14
.9 61
.1 59
.2 57
.0 52
.4 46
.7 39
.8 21
.0 18
.6 15
.9 73
.4 65
.4 55
.7 K
alima
ntan U
tara
12
.2 11
.8 11
.4 4.5
4.4
4.2
16
.7 16
.2 15
.6 17
.1 15
.2 13
.0 7.9
7.0
6.0
25
.0 22
.2 19
.1 S
ulawe
si Ut
ara
28.2
27.4
26.3
11.3
10.9
10.5
39.5
38.3
36.8
30.6
27.3
22.9
12.2
10.9
9.2
42.8
38.2
32.2
Sula
wesi
Teng
ah
27.9
27.0
26.0
17.1
16.5
15.9
45.0
43.6
41.9
31.8
28.4
24.3
23.0
20.4
17.4
54.7
48.8
41.6
Sula
wesi
Selat
an
81.6
79.1
76.0
48.1
46.5
44.8
129.7
12
5.6
120.7
95
.3 84
.7 71
.8 59
.4 52
.7 45
.0 15
4.7
137.4
11
6.8 S
ulawe
si Te
ngga
ra
21.3
20.7
19.8
6.9
6.7
6.4
28.2
27.3
26.2
27.0
24.1
20.3
7.5
6.7
5.6
34.5
30.8
26.0
Gor
ontal
o 11
.6 11
.2 10
.8 2.7
2.7
2.5
14
.3 13
.9 13
.3 14
.1 12
.7 10
.8 2.6
2.3
2.0
16
.8 15
.0 12
.8 S
ulawe
si Ba
rat
13.0
12.6
12.1
6.5
6.3
6.0
19.5
18.9
18.2
18.5
16.6
13.9
11.0
9.8
8.4
29.6
26.4
22.3
Malu
ku
23.4
22.7
21.8
4.6
4.5
4.3
28.0
27.1
26.1
26.5
23.6
20.2
5.0
4.5
3.7
31.5
28.1
24.0
Malu
ku U
tara
11.9
11.6
11.1
3.5
3.4
3.3
15.4
15.0
14.4
12.9
11.5
9.9
3.3
2.9
2.5
16.1
14.5
12.3
Pap
ua B
arat
8.3
8.0
7.7
2.0
1.9
1.9
10.2
10.0
9.6
8.2
7.3
6.3
2.3
2.0
1.7
10.4
9.3
8.0 P
apua
22
.7 22
.0 21
.1 7.2
7.0
6.7
29
.9 29
.0 27
.8 30
.9 27
.8 23
.2 8.1
7.2
6.1
39
.0 35
.0 29
.4To
tal
3,008
.7 2,9
97.5
2,884
.6 1,0
58.4
1,025
.2 98
6.0 4
,147.1
4,02
2.7 3
,870.5
3,64
8.3 3
,264.4
2,78
6.9 1
,272.9
1,13
1.4
964.2
4,92
1.2 4
,395.8
3,75
1.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
11.5 Perp
ustak
aan
11.5 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
9.9 Perpus
takaa
n
9.9 Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
27.9Perp
ustak
aan
27.9Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
27.0
Perpus
takaa
n
27.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.3Perpus
takaa
n
4.3Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.2Perp
ustak
aan
4.2Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
18.1Perp
ustak
aan
18.1Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
17.5
Perpus
takaa
n
17.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.2Perpus
takaa
n
4.2Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.1
Perpus
takaa
n
4.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
13.2
Perpus
takaa
n
13.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
12.7
Perpus
takaa
n
12.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
104.7
Perpus
takaa
n
104.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
101.0
Perpus
takaa
n
101.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
157.1
Perpus
takaa
n
157.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
151.2
Perpus
takaa
n
151.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
817.0
Perpus
takaa
n
817.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
138.4
Perpus
takaa
n
138.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
133.0
Perpus
takaa
n
133.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
466.6
Perpus
takaa
n
466.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
16.7
Perpus
takaa
n
16.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
63.9
Perpus
takaa
n
63.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
165.7
Perpus
takaa
n
165.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
585.7
Perpus
takaa
n
585.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
568.3
Perpus
takaa
n
568.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
31.3
Perpus
takaa
n
31.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
177.1
Perpus
takaa
n
177.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
182.6
Perpus
takaa
n
182.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 68
.9
Perpus
takaa
n 68
.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 66
.8
Perpus
takaa
n 66
.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 53
.1
Perpus
takaa
n 53
.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 51
.5
Perpus
takaa
n 51
.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 49.5
Perpus
takaa
n 49.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 51
.3
Perpus
takaa
n 51
.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 49.3
Perpus
takaa
n 49.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 69
.2
Perpus
takaa
n 69
.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 66.6
Perpus
takaa
n 66.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 35
.8
Perpus
takaa
n 35
.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 34.4
Perpus
takaa
n 34.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 29
.4
Perpus
takaa
n 29
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 55.7
Perpus
takaa
n 55.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 53
.8
Perpus
takaa
n 53
.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 57.0
Perpus
takaa
n 57.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 15.6
Perpus
takaa
n 15.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNN
52.4 BNN
52.4 BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNN
17.1BNN
17.1BNN
BNN15.2
BNN15.2
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
30.6BNN
30.6BNN
BNNBNN27
.3BNN27
.3BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
31.8BNN
31.8BNN
BNNBNNBNN28
.4
BNN28.4
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN84
.7
BNN84.7
BNNBNN
71.8
BNN71
.8
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN24.1BNN24.1BNNBNNBNNBNNBNN
20.3
BNN20
.3
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN12
.7
BNN12.7
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
93
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 3. E
stim
asi J
umla
h Pe
nyal
ahgu
na N
arko
ba M
enur
ut T
ingk
at K
eter
gant
unga
n N
arko
ba d
an P
rovi
nsi,
2014
Coba
Pak
ai Te
ratu
r Pe
cand
u No
n Su
ntik
Peca
ndu
Sunt
ik Ma
ks
Stab
il Mi
n Ma
ks
Stab
il Mi
n Ma
ks
Stab
il Mi
n Ma
ks
Stab
il Mi
n A
ceh
37.85
2 34
.411
30.97
0 14
.832
13.48
3 12
.135
20.29
9 18
.453
16.60
8 1.2
55
1.141
1.0
27 S
umate
ra U
tara
111.3
33
101.2
12
91.09
1 13
2.725
12
0.659
10
8.593
94
.808
86.18
9 77
.570
6.286
5.7
14
5.143
Sum
atera
Bar
at
29.73
3 27
.030
24.32
7 17
.156
15.59
7 14
.037
19.70
8 17
.916
16.12
5 1.8
37
1.670
1.5
03 R
iau
36.32
0 33
.018
29.71
7 33
.694
30.63
1 27
.568
27.33
3 24
.848
22.36
3 1.4
80
1.345
1.2
11 Ja
mbi
25.01
1 22
.738
20.46
4 9.5
29
8.662
7.7
96
12.22
4 11
.113
10.00
2 22
1 20
1 18
1 S
umatr
a Sela
tan
42.80
6 38
.914
35.02
3 43
.509
39.55
4 35
.598
23.44
6 21
.315
19.18
3 1.5
12
1.374
1.2
37 B
engk
ulu
14.55
2 13
.229
11.90
6 8.5
46
7.769
6.9
92
858
780
702
490
446
401
Lamp
ung
52.32
2 47
.566
42.80
9 20
.714
18.83
1 16
.948
6.235
5.6
68
5.101
87
8 79
8 71
8 B
angk
a Beli
tung
8.916
8.1
06
7.295
7.2
26
6.569
5.9
12
1.986
1.7
60
1.584
47
0 42
7 38
5 K
epula
uan R
iau
21.02
4 19
.113
17.20
2 14
.377
13.07
0 11
.763
7.127
6.4
79
5.831
81
8 74
3 66
9 D
KI Ja
karta
12
0.219
10
9.290
98
.361
198.1
83
180.1
67
162.1
50
94.19
2 85
.629
77.06
6 10
.953
9.958
8.9
62 Ja
wa B
arat
31
2.760
28
4.327
25
5.895
32
7.084
29
7.349
26
7.614
24
4.984
22
2.667
20
0.401
14
.753
13.41
2 12
.070
Jawa
Ten
gah
202.8
72
184.4
29
165.8
96
161.4
57
146.7
79
132.1
01
142.5
17
129.5
61
116.6
05
7.557
6.8
70
6.183
DI Y
ogya
karta
24
.756
22.50
5 20
.555
18.38
6 16
.715
15.04
3 19
.526
17.75
1 15
.976
2.008
1.8
26
1.643
Jawa
Tim
ur
230.9
48
209.9
52
188.9
57
287.0
57
260.9
60
234.8
64
90.48
1 82
.255
74.03
0 9.9
66
9.060
8.1
54 B
anten
93
.463
84.96
7 76
.470
46.66
2 42
.420
38.17
8 24
.900
22.63
6 20
.372
2.930
2.6
64
2.397
Bali
32
.792
29.81
1 28
.830
13.30
2 12
.093
10.88
3 19
.437
17.67
0 15
.903
735
668
601
N T
B
24.20
7 22
.006
19.80
6 21
.086
19.12
4 17
.211
13.85
0 12
.591
11.33
2 49
1 44
6 40
1 N
T T
28
.734
26.12
2 23
.510
14.98
6 13
.578
12.22
0 10
.184
9.258
8.3
32
408
371
334
Kali
manta
n Bar
at
37.59
4 34
.176
30.75
8 17
.680
16.07
3 14
.466
13.66
2 12
.420
11.17
8 1.5
10
1.373
1.2
35 K
alima
ntan T
enga
h 17
.133
15.57
6 14
.018
16.32
8 14
.843
13.35
9 3.5
47
3.224
2.9
02
447
407
366
Kali
manta
n Sela
tan
27.41
4 24
.922
22.43
0 25
.275
22.97
8 20
.680
6.685
6.0
78
5.470
77
2 70
2 63
2 K
alima
ntan T
imur
24
.527
22.29
7 20
.068
25.84
7 23
.497
21.14
8 17
.213
15.64
8 14
.083
1.332
1.2
11
1.090
Kali
manta
n Utar
a
6.671
6.6
04
5.458
7.0
11
6.373
5.7
36
4.761
4.3
29
3.896
36
8 33
5 30
1 S
ulawe
si Ut
ara
18.23
0 16
.573
14.91
6 16
.504
15.00
3 13
.503
11.43
6 10
.396
9.357
39
3 35
7 32
2 S
ulawe
si Te
ngah
22
.967
20.87
9 18
.791
12.52
2 11
.384
10.24
6 6.8
02
6.183
5.5
65
635
577
520
Sula
wesi
Selat
an
49.84
1 45
.310
40.77
9 78
.590
71.44
6 64
.310
19.74
4 17
.949
16.15
4 1.7
94
1.631
1.4
68 S
ulawe
si Te
ngga
ra
14.37
9 13
.072
11.76
5 10
.311
9.374
8.4
36
3.593
3.2
67
2.940
11
2 10
2 92
Gor
ontal
o 7.3
11
6.647
5.9
82
4.382
3.9
84
3.585
2.8
04
2.550
2.2
95
123
112
101
Sula
wesi
Bara
t 9.9
96
9.087
8.1
79
4.143
3.7
66
3.389
3.9
89
3.627
3.2
64
475
432
389
Malu
ku
11.68
1 10
.619
9.557
9.0
09
8.190
7.3
71
9.137
8.3
06
7.476
44
1 40
1 36
1 M
aluku
Utar
a 6.5
23
5.930
5.3
37
3.325
3.0
23
2.721
5.6
92
5.174
4.6
57
312
284
255
Pap
ua B
arat
4.490
4.0
82
3.674
2.2
79
2.072
1.8
64
3.644
3.3
13
2.982
17
7 16
1 14
5 P
apua
14
.596
13.26
9 11
.942
7.493
6.8
12
6.131
8.6
01
7.819
7.0
37
643
584
526
Tota
l 1.7
23.97
5 1.5
67.25
0 1.4
10.52
5 1.6
31.11
0 1.4
82.82
7 1.3
34.54
5 99
5.304
90
4.822
81
4.340
74
.583
67.80
3 61
.022
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
38.91
4 Perpus
takaa
n
38.91
4 Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
13.22
9Perpus
takaa
n
13.22
9Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
47.56
6Perpus
takaa
n
47.56
6Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
42.80
9Perp
ustak
aan
42.80
9Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
8.106Perp
ustak
aan
8.106Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
7.295
Perpus
takaa
n
7.295
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
19.11
3Perpus
takaa
n
19.11
3Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
17.20
2
Perpus
takaa
n
17.20
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
98.36
1
Perpus
takaa
n
98.36
1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
198.1
83
Perpus
takaa
n
198.1
83
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
255.8
95
Perpus
takaa
n
255.8
95
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
327.0
84
Perpus
takaa
n
327.0
84
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
165.8
96
Perpus
takaa
n
165.8
96
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
161.4
57
Perpus
takaa
n
161.4
57
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
20.55
5
Perpus
takaa
n
20.55
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
18.38
6
Perpus
takaa
n
18.38
6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
287.0
57
Perpus
takaa
n
287.0
57
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
260.9
60
Perpus
takaa
n
260.9
60
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
46.66
2
Perpus
takaa
n
46.66
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
42.42
0
Perpus
takaa
n
42.42
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.302
Perpus
takaa
n 13
.302
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 12
.093
Perpus
takaa
n 12
.093
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21
.086
Perpus
takaa
n 21
.086
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 19
.124
Perpus
takaa
n 19
.124
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.578
Perpus
takaa
n 13
.578
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 16
.073
Perpus
takaa
n 16
.073
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 14.46
6
Perpus
takaa
n 14.46
6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 14
.843
Perpus
takaa
n 14
.843
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13.35
9
Perpus
takaa
n 13.35
9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 22
.978
Perpus
takaa
n 22
.978
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 20.68
0
Perpus
takaa
n 20.68
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21.148
Perpus
takaa
n 21.148
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNN4.7
61BNN4.7
61BNNBNNBNNBNNBNN
5.736BNN
5.736BNNBNNBNNBNN
13.50
3BNN13
.503BNNBNNBNN
11.43
6BNN
11.43
6BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN6.8
02
BNN6.802
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
19.74
4
BNN19
.744
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN3.593BNN3.593BNNBNN
3.267
BNN3.2
67
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN2.8
04
BNN2.804
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
94
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 4. P
roye
ksi J
umla
h Pe
nyal
ahgu
na N
arko
ba M
enur
ut S
kena
rio P
erhi
tung
an d
an P
rovi
nsi,
2014
-201
9
(dal
am ri
buan
)
2014
20
15
2016
20
17
2018
20
19
2020
Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n A
ceh
75.4
73.1
70.3
78.8
74.5
69.2
81.8
75.8
68.3
84.6
77.1
67.8
87.1
78.4
67.6
89.2
79.6
67.8
91.0
80.9
68.4
Sum
atra U
tara
296.9
28
7.8
277.2
31
2.6
295.3
27
5.1
327.5
30
2.9
274.0
34
1.3
310.6
27
4.2
354.0
31
8.2
275.8
36
5.5
326.0
27
8.8
375.8
33
3.9
283.6
Sum
atra B
arat
67
.2 65
.2 62
.7 70
.1 66
.3 61
.6 72
.9 67
.5 60
.8 75
.3 68
.6 60
.4 77
.5 69
.7 60
.2 79
.3 70
.8 60
.4 80
.9 71
.9 60
.9 R
iau
93.3
90.8
87.4
97.8
93.0
86.6
102.1
95
.2 86
.1 10
6.0
97.4
86.0
109.6
99
.6 86
.3 11
2.9
101.8
87
.1 11
5.8
104.1
88
.4 Ja
mbi
48.5
47.0
45.3
50.1
47.3
44.1
51.5
47.6
43.1
52.7
47.9
42.3
53.6
48.1
41.8
54.3
48.3
41.5
54.8
48.5
41.5
Sum
atra S
elatan
10
1.3
98.3
94.5
105.5
99
.8 92
.7 10
9.3
101.2
91
.4 11
2.6
102.7
90
.4 11
5.6
104.1
90
.0 11
8.0
105.4
90
.0 12
0.0
106.8
90
.6 B
engk
ulu
26.6
25.8
24.8
27.6
26.1
24.2
28.6
26.4
23.8
29.4
26.8
23.5
30.1
27.1
23.4
30.7
27.4
23.3
31.2
27.7
23.5
Lamp
ung
92.2
89.4
86.0
96.5
91.2
84.7
100.5
93
.0 83
.8 10
4.2
94.9
83.3
107.5
96
.7 83
.3 11
0.4
98.5
83.7
112.9
10
0.4
84.6
Ban
gka B
elitun
g 18
.1 17
.6 16
.9 19
.1 18
.1 16
.8 20
.1 18
.6 16
.7 20
.9 19
.1 16
.8 21
.8 19
.6 16
.9 22
.5 20
.2 17
.1 23
.2 20
.7 17
.4 K
epula
uan R
iau
43.5
42.2
40.6
45.7
43.1
40.1
47.7
44.1
39.8
49.5
45.0
39.7
51.1
45.9
39.8
52.5
46.8
40.0
53.7
47.7
40.6
DKI
Jaka
rta
375.3
36
4.1
350.9
39
2.5
371.3
34
6.1
408.5
37
8.5
342.9
42
3.0
385.7
34
1.2
436.0
39
2.8
341.3
44
7.4
399.9
34
3.1
457.3
40
7.2
347.1
Jawa
Bar
at
816.5
79
1.8
762.0
85
0.3
803.6
74
7.5
880.9
81
5.3
736.5
90
8.2
826.8
72
9.0
931.8
83
8.0
725.3
95
1.7
849.0
72
5.6
968.1
86
0.2
730.4
Jawa
Ten
gah
466.3
45
2.5
435.0
48
7.1
460.9
42
7.8
506.3
46
9.3
422.6
52
3.6
477.7
41
9.5
539.0
48
5.9
418.5
55
2.4
494.1
42
0.0
564.0
50
2.4
424.2
DI Y
ogya
karta
63
.6 61
.8 59
.5 67
.2 63
.6 59
.2 70
.5 65
.5 59
.1 73
.6 67
.4 59
.3 76
.5 69
.2 59
.8 79
.2 71
.1 60
.6 81
.6 73
.0 61
.8 Ja
wa T
imur
58
5.5
568.1
54
6.4
611.8
57
8.8
537.8
63
6.0
589.5
53
1.6
658.0
60
0.2
528.0
67
7.6
610.7
52
7.1
694.6
62
1.1
529.2
70
9.3
631.7
53
4.7 B
anten
18
2.5
177.1
17
0.3
191.1
18
0.8
168.0
19
9.1
184.4
16
6.5
206.4
18
8.1
165.7
21
2.8
191.6
16
5.8
218.5
19
5.2
166.8
22
3.4
198.7
16
8.9 B
ali
71.0
68.9
66.4
74.3
70.3
65.6
77.5
71.7
65.0
80.4
73.2
64.8
83.0
74.7
64.9
85.4
76.2
65.4
87.4
77.7
66.3
N T
B
53.0
51.5
49.4
55.9
52.9
49.0
58.5
54.3
48.7
61.1
55.8
48.8
63.4
57.2
49.0
65.6
58.7
49.6
67.5
60.2
50.5
N T
T
52.8
51.3
49.3
53.8
50.9
47.3
54.4
50.5
45.5
54.8
50.1
44.1
54.9
49.5
42.9
54.7
48.9
42.0
54.2
48.3
41.3
Kali
manta
n Bar
at
71.3
69.2
66.6
74.4
70.4
65.6
77.2
71.5
64.8
79.8
72.7
64.4
82.0
73.8
64.2
83.9
74.9
64.4
85.6
76.1
65.0
Kali
manta
n Ten
gah
36.9
35.8
34.4
38.4
36.4
33.8
39.8
36.9
33.3
41.1
37.5
32.9
42.2
38.0
32.8
43.1
38.6
32.8
43.9
39.1
33.0
Kali
manta
n Sela
tan
59.7
57.9
55.7
61.9
58.5
54.4
63.9
59.1
53.3
65.6
59.7
52.5
67.0
60.2
52.0
68.1
60.8
51.8
69.0
61.3
51.9
Kali
manta
n Tim
ur
78.4
76.0
73.2
82.3
77.7
72.4
86.0
79.5
71.8
89.3
81.2
71.6
92.4
83.0
71.8
95.1
84.7
72.4
97.6
86.6
73.4
Kali
manta
n Utar
a
19.4
18.9
18.1
21.3
20.2
18.7
23.3
21.6
19.3
25.2
23.0
20.1
27.2
24.5
21.0
29.1
26.0
22.0
31.0
27.5
23.2
Sula
wesi
Utar
a 31
.8 30
.8 29
.6 32
.5 30
.6 28
.5 33
.1 30
.5 27
.5 33
.4 30
.3 26
.7 33
.6 30
.1 26
.0 33
.6 29
.8 25
.5 33
.4 29
.5 25
.1 S
ulawe
si Te
ngah
43
.1 41
.8 40
.2 45
.2 42
.7 39
.8 47
.3 43
.7 39
.5 49
.2 44
.7 39
.5 50
.9 45
.7 39
.6 52
.5 46
.7 40
.0 53
.8 47
.8 40
.6 S
ulawe
si Se
latan
10
8.3
104.7
10
0.9
113.4
10
6.7
99.5
118.0
10
8.6
98.5
122.2
11
0.5
97.9
125.9
11
2.3
97.8
129.1
11
4.2
98.3
131.8
11
6.1
99.3
Sula
wesi
Teng
gara
52
.9 51
.4 49
.0 55
.5 52
.6 48
.1 57
.9 53
.8 47
.4 60
.1 55
.1 47
.1 62
.2 56
.3 47
.0 64
.0 57
.5 47
.3 65
.6 58
.8 47
.9 G
oron
talo
20.2
19.7
18.8
21.1
20.0
18.4
21.9
20.4
18.1
22.6
20.7
17.9
23.3
21.1
17.9
23.8
21.4
17.9
24.3
21.8
18.1
Sula
wesi
Bara
t 19
.0 18
.5 17
.8 21
.0 19
.9 18
.4 23
.0 21
.3 19
.2 25
.0 22
.8 20
.0 27
.0 24
.3 20
.9 29
.0 25
.9 21
.9 31
.0 27
.6 23
.1 M
aluku
26
.0 25
.2 24
.3 26
.9 25
.4 23
.7 27
.6 25
.6 23
.1 28
.2 25
.7 22
.7 28
.7 25
.9 22
.4 29
.1 26
.0 22
.3 29
.3 26
.1 22
.2 M
aluku
Utar
a 17
.9 17
.4 16
.7 18
.3 17
.3 16
.0 18
.6 17
.3 15
.5 18
.9 17
.3 15
.1 19
.0 17
.2 14
.7 19
.0 17
.1 14
.4 19
.0 17
.0 14
.3 P
apua
Bar
at 11
.2 10
.9 10
.5 11
.4 10
.8 10
.0 11
.6 10
.7 9.7
11
.6 10
.6 9.3
11
.6 10
.5 9.1
11
.6 10
.4 8.9
11
.5 10
.2 8.7
Pap
ua
21.8
21.1
20.4
23.4
22.1
20.6
25.0
23.1
20.9
26.5
24.1
21.3
28.0
25.2
21.8
29.4
26.2
22.4
30.8
27.4
23.2
Tota
l 41
47.7
4023
.3 38
71.1
4334
.7 40
99.2
3810
.9 45
07.8
4175
.4 37
68.4
4664
.6 42
50.8
3743
.9 48
04.0
4325
.3 37
38.6
4925
.4 43
99.4
3754
.3 50
29.9
4474
.9 37
93.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
47.3 Perp
ustak
aan
47.3 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
99.8Perp
ustak
aan
99.8Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
92.7
Perpus
takaa
n
92.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
26.1Perp
ustak
aan
26.1Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
24.2
Perpus
takaa
n
24.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
91.2Perp
ustak
aan
91.2Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
84.7
Perpus
takaa
n
84.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
100.5
Perpus
takaa
n
100.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
18.1Perp
ustak
aan
18.1Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
16.8
Perpus
takaa
n
16.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
20.1
Perpus
takaa
n
20.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
40.1
Perpus
takaa
n
40.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
47.7
Perpus
takaa
n
47.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
346.1
Perpus
takaa
n
346.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
408.5
Perpus
takaa
n
408.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
378.5
Perpus
takaa
n
378.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
747.5
Perpus
takaa
n
747.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
880.9
Perpus
takaa
n
880.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
815.3
Perpus
takaa
n
815.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
506.3
Perpus
takaa
n
506.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
469.3
Perpus
takaa
n
469.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
422.6
Perpus
takaa
n
422.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
70.5
Perpus
takaa
n
70.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
65.5
Perpus
takaa
n
65.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
59.1
Perpus
takaa
n
59.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
589.5
Perpus
takaa
n
589.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
531.6
Perpus
takaa
n
531.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
184.4
Perpus
takaa
n
184.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
166.5
Perpus
takaa
n
166.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
206.4
Perpus
takaa
n
206.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 71
.7
Perpus
takaa
n 71
.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 65
.0
Perpus
takaa
n 65
.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 80
.4
Perpus
takaa
n 80
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 48
.7
Perpus
takaa
n 48
.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 61
.1
Perpus
takaa
n 61
.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 45
.5
Perpus
takaa
n 45
.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 54
.8
Perpus
takaa
n 54
.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 50.1
Perpus
takaa
n 50.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 79
.8
Perpus
takaa
n 79
.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 72.7
Perpus
takaa
n 72.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 41
.1
Perpus
takaa
n 41
.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 37.5
Perpus
takaa
n 37.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 32
.9
Perpus
takaa
n 32
.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 65
.6
Perpus
takaa
n 65
.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 59.7
Perpus
takaa
n 59.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 81.2
Perpus
takaa
n 81.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNN
52.5 BNN
52.5 BNN
BNN71
.6 BNN71
.6 BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
20.1BNN
20.1BNN
BNN27.2
BNN27.2
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
26.7BNN
26.7BNN
BNNBNNBNN33
.6BNN33
.6BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
39.5BNN
39.5BNN
BNNBNN50
.9
BNN50.9
BNNBNN45
.7
BNN45.7
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN125.9BNN125.9BNNBNN11
2.3
BNN112.3
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN62
.2
BNN62.2
BNNBNN56
.3
BNN56.3
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN23
.3
BNN23.3
BNNBNN21
.1
BNN21.1
BNNBNNBNNBNNBNNBNN
95
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 5.
Proy
eksi
Jum
lah
Peny
alah
guna
Nar
koba
Men
urut
Ske
nario
Per
hitu
ngan
dan
Pro
vins
i pa
da K
elom
pok
Pela
jar/M
ahas
isw
a,20
14-2
019
(d
alam
ribu
an)
2014
20
15
2016
20
17
2018
20
19
2020
Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n A
ceh
20.3
19
.8
18.8
21
.6
20.6
18
.6
22.8
21
.3
18.5
23
.9
22.1
18
.5
25.1
22
.9
18.6
26
.1
23.7
18
.9
27.1
24
.6
19.4
S
umate
ra U
tara
61.8
60
.2
57.0
66
.9
63.8
57
.6
72.1
67
.5
58.4
77
.2
71.3
59
.5
82.2
75
.2
61.1
87
.2
79.2
63
.1
92.0
83
.3
65.8
S
umate
ra B
arat
18
.7
18.3
17
.3
19.5
18
.6
16.8
20
.2
19.0
16
.4
20.9
19
.3
16.1
21
.5
19.7
16
.0
22.0
20
.0
16.0
22
.5
20.4
16
.1
Riau
33
.0
32.1
30
.5
35.1
33
.5
30.2
37
.3
34.9
30
.2
39.3
36
.3
30.3
41
.3
37.8
30
.7
43.2
39
.2
31.3
45
.0
40.8
32
.2
Jamb
i 10
.8
10.5
9.9
10
.5
10.0
9.0
10
.1
9.5
8.2
9.7
8.9
7.5
9.2
8.4
6.8
8.6
7.8
6.2
7.9
7.1
5.6
Sum
atra S
elatan
29
.0
28.3
26
.8
29.9
28
.5
25.7
30
.6
28.7
24
.8
31.2
28
.8
24.1
31
.7
29.0
23
.5
32.0
29
.1
23.2
32
.3
29.2
23
.1
Ben
gkulu
8.3
8.1
7.7
8.4
8.0
7.3
8.5
8.0
6.9
8.5
7.8
6.6
8.5
7.7
6.3
8.4
7.6
6.1
8.3
7.5
5.9
La
mpun
g 25
.0
24.4
23
.1
26.8
25
.6
23.1
28
.6
26.8
23
.2
30.4
28
.1
23.5
32
.1
29.4
23
.9
33.8
30
.7
24.5
35
.4
32.1
25
.3
Ban
gka B
elitun
g 5.9
5.7
5.4
6.3
6.0
5.4
6.8
6.3
5.5
7.2
6.6
5.5
7.6
7.0
5.7
8.0
7.3
5.8
8.4
7.6
6.0
K
epula
uan R
iau
10.3
10
.1
9.5
10.8
10
.3
9.3
11.3
10
.6
9.2
11.8
10
.9
9.1
12.2
11
.1
9.1
12.6
11
.4
9.1
12.9
11
.7
9.2
DKI
Jaka
rta
88.1
85
.8
81.3
92
.4
88.1
79
.5
96.5
90
.4
78.2
10
0.3
92.7
77
.4
103.9
95
.0
77.2
10
7.1
97.3
77
.6
110.1
99
.6
78.7
Ja
wa B
arat
20
3.4
198.2
18
7.8
211.0
20
1.2
181.6
21
8.0
204.2
17
6.6
224.2
20
7.1
172.9
22
9.6
209.9
17
0.5
234.2
21
2.7
169.6
23
8.1
215.4
17
0.2
Jawa
Ten
gah
146.8
14
3.0
135.5
15
3.5
146.3
13
2.1
159.8
14
9.7
129.5
16
5.6
153.0
12
7.8
171.0
15
6.4
127.0
17
5.9
159.7
12
7.4
180.2
16
3.1
128.9
D
I Yog
yaka
rta
19.6
19
.1
18.1
21
.2
20.2
18
.3
22.8
21
.4
18.5
24
.5
22.6
18
.9
26.1
23
.8
19.4
27
.6
25.1
20
.0
29.1
26
.4
20.8
Ja
wa T
imur
17
2.4
168.0
15
9.1
180.2
17
1.8
155.1
18
7.6
175.7
15
2.0
194.5
17
9.7
150.0
20
0.8
183.5
14
9.1
206.4
18
7.4
149.5
21
1.5
191.4
15
1.2
Ban
ten
50.7
49
.4
46.8
52
.3
49.9
45
.0
53.8
50
.4
43.6
55
.0
50.8
42
.4
56.1
51
.3
41.6
56
.9
51.7
41
.2
57.5
52
.0
41.1
B
ali
14.6
14
.2
13.4
15
.4
14.6
13
.2
16.1
15
.1
13.1
16
.9
15.6
13
.0
17.5
16
.0
13.0
18
.2
16.5
13
.2
18.8
17
.0
13.4
N
T B
19
.7
19.2
18
.2
20.8
19
.8
17.9
21
.9
20.5
17
.7
22.9
21
.1
17.6
23
.8
21.8
17
.7
24.7
22
.5
17.9
25
.6
23.1
18
.3
N T
T
20.8
20
.2
19.2
19
.7
18.8
16
.9
18.4
17
.2
14.9
16
.9
15.6
13
.0
15.2
13
.9
11.3
13
.3
12.1
9.6
11
.3
10.2
8.1
K
alima
ntan B
arat
16
.7
16.3
15
.5
17.0
16
.2
14.6
17
.1
16.0
13
.9
17.2
15
.9
13.3
17
.2
15.7
12
.7
17.0
15
.5
12.3
16
.9
15.3
12
.1
Kali
manta
n Ten
gah
11
.7
11.4
10
.8
12.3
11
.7
10.6
12
.8
12.0
10
.3
13.2
12
.2
10.2
13
.7
12.5
10
.1
14.0
12
.8
10.2
14
.4
13.0
10
.3
Kali
manta
n Sela
tan
16.1
15
.7
14.8
16
.7
15.9
14
.4
17.3
16
.2
14.0
17
.9
16.5
13
.8
18.3
16
.8
13.6
18
.8
17.0
13
.6
19.1
17
.3
13.7
K
alima
ntan T
imur
16
.7
16.3
15
.4
17.9
17
.0
15.4
19
.0
17.8
15
.4
20.2
18
.6
15.6
21
.3
19.5
15
.8
22.4
20
.3
16.2
23
.4
21.2
16
.7
Kali
manta
n Utar
a
7.6
7.5
7.1
8.0
7.6
6.9
8.3
7.7
6.7
8.5
7.9
6.6
8.8
8.0
6.5
9.0
8.2
6.5
9.2
8.3
6.6
Sula
wesi
Utar
a 5.5
5.3
5.1
5.6
5.3
4.8
5.7
5.3
4.6
5.8
5.3
4.5
5.8
5.3
4.3
5.9
5.3
4.2
5.9
5.3
4.2
S
ulawe
si Te
ngah
10
.3
10.0
9.5
10
.6
10.1
9.1
10
.8
10.1
8.7
10
.9
10.1
8.4
11
.0
10.1
8.2
11
.1
10.1
8.0
11
.1
10.1
7.9
S
ulawe
si Se
latan
10
.8
10.5
10
.0
10.9
10
.4
9.4
11.0
10
.3
8.9
11.0
10
.1
8.4
10.9
10
.0
8.1
10.8
9.8
7.8
10
.6
9.6
7.6
Sula
wesi
Teng
gara
34
.6
33.8
32
.0
36.2
34
.5
31.1
37
.6
35.2
30
.4
38.9
35
.9
30.0
40
.1
36.6
29
.8
41.1
37
.4
29.8
42
.1
38.1
30
.1
Gor
ontal
o 11
.4
11.1
10
.5
11.8
11
.2
10.1
12
.1
11.3
9.8
12
.4
11.5
9.6
12
.7
11.6
9.4
12
.9
11.7
9.4
13
.1
11.8
9.4
S
ulawe
si Ba
rat
5.3
5.2
4.9
6.2
5.9
5.3
7.2
6.7
5.8
8.1
7.5
6.3
9.1
8.3
6.8
10.1
9.2
7.3
11
.2
10.1
8.0
M
aluku
6.3
6.1
5.8
6.4
6.1
5.5
6.4
6.0
5.2
6.4
6.0
5.0
6.4
5.9
4.8
6.4
5.8
4.6
6.3
5.7
4.5
M
aluku
Utar
a 7.7
7.5
7.1
7.8
7.5
6.7
7.9
7.4
6.4
7.9
7.3
6.1
7.8
7.2
5.8
7.8
7.1
5.6
7.7
6.9
5.5
P
apua
Bar
at 4.5
4.4
4.1
4.3
4.1
3.7
4.1
3.9
3.4
3.9
3.6
3.0
3.7
3.3
2.7
3.4
3.1
2.4
3.0
2.7
2.2
P
apua
3.5
3.4
3.2
4.3
4.1
3.7
5.1
4.8
4.1
5.9
5.5
4.6
6.8
6.2
5.0
7.6
6.9
5.5
8.5
7.7
6.1
To
tal
1,127
.9 1
,099.0
1,04
1.3 1
,178.1
1,12
3.4 1
,013.8
1,22
5.4 1
,147.9
99
2.9 1
,269.0
1,17
2.3
978.9
1,30
8.8 1
,196.6
97
2.3 1
,344.6
1,22
0.9
973.7
1,37
6.6 1
,245.8
98
4.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
18.6 Perp
ustak
aan
18.6 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
33.5 Perp
ustak
aan
33.5 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
10.0 Perp
ustak
aan
10.0 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
9.0
Perpus
takaa
n
9.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
28.5 Perp
ustak
aan
28.5 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
25.7
Perpus
takaa
n
25.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
8.0 Perp
ustak
aan
8.0 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
7.3
Perpus
takaa
n
7.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
25.6 Perp
ustak
aan
25.6 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
23.1
Perpus
takaa
n
23.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
28.6
Perpus
takaa
n
28.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5.4
Perpus
takaa
n
5.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
6.8
Perpus
takaa
n
6.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
9.3
Perpus
takaa
n
9.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
11.3
Perpus
takaa
n
11.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
10.6
Perpus
takaa
n
10.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
79.5
Perpus
takaa
n
79.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
96.5
Perpus
takaa
n
96.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
90.4
Perpus
takaa
n
90.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
218.0
Perpus
takaa
n
218.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
204.2
Perpus
takaa
n
204.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
159.8
Perpus
takaa
n
159.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
149.7
Perpus
takaa
n
149.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
129.5
Perpus
takaa
n
129.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
22.8
Perpus
takaa
n
22.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
21.4
Perpus
takaa
n
21.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
18.5
Perpus
takaa
n
18.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
175.7
Perpus
takaa
n
175.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
152.0
Perpus
takaa
n
152.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
194.5
Perpus
takaa
n
194.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 50
.4
Perpus
takaa
n 50
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 43
.6
Perpus
takaa
n 43
.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 55
.0
Perpus
takaa
n 55
.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.1
Perpus
takaa
n 13
.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 16
.9
Perpus
takaa
n 16
.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 17
.7
Perpus
takaa
n 17
.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 22
.9
Perpus
takaa
n 22
.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21.1
Perpus
takaa
n 21.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 14
.9
Perpus
takaa
n 14
.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 16
.9
Perpus
takaa
n 16
.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 15.6
Perpus
takaa
n 15.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 17
.2
Perpus
takaa
n 17
.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 15.9
Perpus
takaa
n 15.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.2
Perpus
takaa
n 13
.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 12.2
Perpus
takaa
n 12.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 17
.9
Perpus
takaa
n 17
.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 16.5
Perpus
takaa
n 16.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 18.6
Perpus
takaa
n 18.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNN
13.8 BNN
13.8 BNN
BNNBNNBNNBNN
15.6 BNN
15.6 BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
6.6 BNN
6.6 BNN
BNN8.8
BNN8.8
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
4.5 BNN
4.5 BNN
BNNBNN5.8
BNN5.8
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
8.4 BNN
8.4 BNN
BNNBNN11
.0
BNN11.0
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN10.9 BNN10.9 BNNBNN1
0.0
BNN10.0
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN40.1 BNN40.1 BNNBNN3
6.6
BNN36.6
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN12
.7
BNN12.7
BNNBNN11
.6
BNN11.6
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
96
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 6. P
roye
ksi J
umla
h Pe
nyal
ahgu
na N
arko
ba M
enur
ut S
kena
rio P
erhi
tung
an d
an P
rovi
nsi P
ada
Kel
ompo
k Pe
kerja
, 201
4-20
19
(dal
am ri
buan
)
2014
20
15
2016
20
17
2018
20
19
2020
Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n A
ceh
40.7
39
.3
38.0
42
.4
39.8
37
.2
43.9
40
.3
36.6
45
.2
40.7
36
.2
46.3
41
.1
36.0
47
.1
41.5
35
.9
47.8
41
.9
36.1
S
umatr
a Utar
a 17
0.8
165.0
15
9.3
179.5
16
8.6
157.6
18
7.7
172.2
15
6.7
195.1
17
5.7
156.4
20
1.7
179.3
15
6.9
207.5
18
2.8
158.1
21
2.5
186.4
16
0.3
Sum
atra B
arat
34
.7
33.6
32
.4
36.5
34
.3
32.0
38
.1
35.0
31
.8
39.6
35
.7
31.8
40
.9
36.4
31
.8
42.1
37
.1
32.1
43
.1
37.8
32
.5
Riau
14
.2
13.8
13
.3
14.8
13
.9
13.0
15
.2
14.0
12
.7
15.6
14
.1
12.5
15
.9
14.2
12
.4
16.2
14
.3
12.3
16
.3
14.3
12
.3
Jamb
i 28
.0
27.1
26
.1
30.0
28
.1
26.3
31
.8
29.2
26
.6
33.7
30
.3
27.0
35
.4
31.4
27
.5
37.0
32
.6
28.2
38
.5
33.8
29
.0
Sum
atra S
elatan
49
.9
48.2
46
.5
52.4
49
.2
46.0
54
.7
50.2
45
.7
56.8
51
.2
45.6
58
.7
52.2
45
.7
60.3
53
.2
46.0
61
.7
54.2
46
.6
Ben
gkulu
13
.7
13.2
12
.7
14.5
13
.6
12.7
15
.3
14.0
12
.7
16.0
14
.4
12.8
16
.7
14.8
13
.0
17.3
15
.2
13.2
17
.9
15.7
13
.5
Lamp
ung
50.9
49
.2
47.4
53
.2
49.9
46
.7
55.2
50
.7
46.1
57
.0
51.4
45
.7
58.6
52
.1
45.6
59
.9
52.8
45
.7
61.0
53
.5
46.0
B
angk
a Beli
tung
8.0
7.8
7.5
8.5
7.9
7.4
8.9
8.1
7.4
9.2
8.3
7.4
9.5
8.5
7.4
9.8
8.6
7.5
10.0
8.8
7.6
K
epula
uan R
iau
26.1
25
.2
24.4
27
.2
25.5
23
.9
28.1
25
.8
23.4
28
.9
26.0
23
.1
29.5
26
.2
23.0
30
.0
26.4
22
.9
30.4
26
.7
22.9
D
KI Ja
karta
17
5.1
169.2
16
3.3
184.8
17
3.6
162.3
19
4.0
178.0
16
1.9
202.4
18
2.4
162.3
21
0.2
186.8
16
3.5
217.1
19
1.2
165.4
22
3.2
195.8
16
8.4
Jawa
Bar
at
445.5
43
0.4
415.3
46
7.2
438.7
41
0.2
487.3
44
7.0
406.8
50
5.4
455.3
40
5.2
521.4
46
3.4
405.5
53
5.2
471.5
40
7.9
546.9
47
9.7
412.6
Ja
wa T
enga
h 21
8.4
211.0
20
3.6
229.4
21
5.4
201.4
23
9.6
219.8
20
0.0
248.9
22
4.2
199.6
25
7.1
228.6
20
0.0
264.3
23
2.9
201.4
27
0.5
237.3
20
4.1
DI Y
ogya
karta
23
.6
22.8
22
.0
24.4
22
.9
21.4
25
.1
23.0
21
.0
25.6
23
.1
20.6
26
.1
23.2
20
.3
26.3
23
.2
20.1
26
.5
23.3
20
.0
Jawa
Tim
ur
276.7
26
7.3
258.0
29
0.9
273.1
25
5.4
304.1
27
9.0
253.9
31
6.2
284.8
25
3.5
326.9
29
0.6
254.3
33
6.4
296.4
25
6.4
344.6
30
2.3
260.0
B
anten
93
.1
90.0
86
.8
97.7
91
.8
85.8
10
2.0
93.6
85
.2
105.9
95
.4
84.9
10
9.4
97.2
85
.1
112.4
99
.0
85.6
11
4.9
100.8
86
.7
Bali
35
.5
34.3
33
.1
37.9
35
.6
33.3
40
.3
36.9
33
.6
42.5
38
.3
34.1
44
.6
39.7
34
.7
46.6
41
.1
35.5
48
.4
42.5
36
.5
N T
B
22.4
21
.6
20.9
23
.9
22.5
21
.0
25.4
23
.3
21.2
26
.8
24.1
21
.5
28.1
25
.0
21.9
29
.4
25.9
22
.4
30.5
26
.8
23.0
N
T T
17
.7
17.1
16
.5
19.2
18
.0
16.9
20
.8
19.0
17
.3
22.3
20
.1
17.9
23
.8
21.1
18
.5
25.2
22
.2
19.2
26
.6
23.3
20
.1
Kali
manta
n Bar
at
34.9
33
.7
32.5
37
.1
34.8
32
.6
39.2
36
.0
32.7
41
.2
37.1
33
.0
43.1
38
.3
33.5
44
.8
39.5
34
.1
46.4
40
.7
35.0
K
alima
ntan T
enga
h
17.0
16
.4
15.8
17
.7
16.7
15
.6
18.4
16
.9
15.4
19
.1
17.2
15
.3
19.6
17
.4
15.2
20
.0
17.6
15
.3
20.4
17
.9
15.4
K
alima
ntan S
elatan
32
.4
31.3
30
.2
33.9
31
.8
29.8
35
.2
32.3
29
.4
36.4
32
.8
29.2
37
.4
33.3
29
.1
38.3
33
.7
29.2
39
.0
34.2
29
.4
Kali
manta
n Tim
ur
46.9
45
.3
43.7
49
.6
46.6
43
.6
52.2
47
.9
43.6
54
.6
49.2
43
.8
56.8
50
.5
44.2
58
.8
51.8
44
.8
60.6
53
.1
45.7
K
alima
ntan U
tara
9.1
8.8
8.5
10
.6
10.0
9.3
12
.2
11.2
10
.2
13.8
12
.5
11.1
15
.5
13.8
12
.1
17.2
15
.1
13.1
18
.8
16.5
14
.2
Sula
wesi
Utar
a 24
.9
24.0
23
.2
25.4
23
.9
22.3
25
.8
23.7
21
.5
26.0
23
.4
20.8
26
.1
23.2
20
.3
25.9
22
.9
19.8
25
.7
22.5
19
.4
Sula
wesi
Teng
ah
24.7
23
.9
23.1
26
.4
24.8
23
.2
28.1
25
.7
23.4
29
.6
26.7
23
.8
31.1
27
.6
24.2
32
.5
28.6
24
.8
33.8
29
.6
25.5
S
ulawe
si Se
latan
92
.2
89.1
86
.0
97.1
91
.2
85.2
10
1.7
93.3
84
.9
105.8
95
.3
84.9
10
9.6
97.4
85
.2
112.9
99
.5
86.1
11
5.9
101.6
87
.4
Sula
wesi
Teng
gara
16
.9
16.3
15
.7
17.9
16
.8
15.7
18
.8
17.2
15
.7
19.6
17
.7
15.7
20
.4
18.2
15
.9
21.1
18
.6
16.1
21
.8
19.1
16
.4
Gor
ontal
o 5.0
4.8
4.6
5.3
5.0
4.7
5.6
5.2
4.7
6.0
5.4
4.8
6.3
5.6
4.9
6.6
5.8
5.0
6.9
6.0
5.2
S
ulawe
si Ba
rat
10.4
10
.1
9.7
11.5
10
.8
10.1
12
.6
11.6
10
.5
13.7
12
.4
11.0
14
.8
13.2
11
.5
15.9
14
.0
12.1
16
.9
14.8
12
.8
Malu
ku
13.8
13
.3
12.9
14
.4
13.5
12
.7
15.0
13
.7
12.5
15
.4
13.9
12
.4
15.8
14
.1
12.3
16
.2
14.3
12
.3
16.5
14
.4
12.4
M
aluku
Utar
a 6.3
6.0
5.8
6.5
6.
1 5.7
6.6
6.
1 5.6
6.8
6.
1 5.4
6.9
6.1
5.4
7.0
6.2
5.3
7.0
6.2
5.3
P
apua
Bar
at 3.9
3.8
3.7
4.2
3.9
3.7
4.4
4.
1 3.7
4.7
4.2
3.7
4.9
4.4
3.8
5.1
4.5
3.9
5.3
4.6
4.0
P
apua
12
.8
12.4
12
.0
13.6
12
.7
11.9
14
.3
13.1
11
.9
14.9
13
.4
12.0
15
.5
13.8
12
.1
16.1
14
.2
12.2
16
.6
14.5
12
.5
Tota
l 2,0
96.3
2,02
5.4 1
,954.5
2,20
5.6 2
,071.0
1,93
6.4 2
,307.6
2,11
7.0 1
,926.5
2,40
0.9 2
,162.9
1,92
5.0 2
,484.6
2,20
8.6 1
,932.5
2,55
8.5 2
,254.2
1,94
9.9 2
,622.8
2,30
0.7 1
,978.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
28.1 Perp
ustak
aan
28.1 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
49.2 Perp
ustak
aan
49.2 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
46.0
Perpus
takaa
n
46.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
13.6 Perp
ustak
aan
13.6 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
12.7
Perpus
takaa
n
12.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
49.9 Perp
ustak
aan
49.9 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
46.7
Perpus
takaa
n
46.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
7.9 Perp
ustak
aan
7.9 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
7.4
Perpus
takaa
n
7.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
25.5 Perp
ustak
aan
25.5 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
23.9
Perpus
takaa
n
23.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
28.1
Perpus
takaa
n
28.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
162.3
Perpus
takaa
n
162.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
194.0
Perpus
takaa
n
194.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
410.2
Perpus
takaa
n
410.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
487.3
Perpus
takaa
n
487.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
447.0
Perpus
takaa
n
447.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
201.4
Perpus
takaa
n
201.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
239.6
Perpus
takaa
n
239.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
219.8
Perpus
takaa
n
219.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
25.1
Perpus
takaa
n
25.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
23.0
Perpus
takaa
n
23.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
304.1
Perpus
takaa
n
304.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
279.0
Perpus
takaa
n
279.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
253.9
Perpus
takaa
n
253.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
93.6
Perpus
takaa
n
93.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
85.2
Perpus
takaa
n
85.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
36.9
Perpus
takaa
n
36.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
33.6
Perpus
takaa
n
33.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
42.5
Perpus
takaa
n
42.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 23
.3
Perpus
takaa
n 23
.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21
.2
Perpus
takaa
n 21
.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 26
.8
Perpus
takaa
n 26
.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 17
.3
Perpus
takaa
n 17
.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 22
.3
Perpus
takaa
n 22
.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 32
.7
Perpus
takaa
n 32
.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 41
.2
Perpus
takaa
n 41
.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 37.1
Perpus
takaa
n 37.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 15
.4
Perpus
takaa
n 15
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 19
.1
Perpus
takaa
n 19
.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 17.2
Perpus
takaa
n 17.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 36
.4
Perpus
takaa
n 36
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 32.8
Perpus
takaa
n 32.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 54
.6
Perpus
takaa
n 54
.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 49.2
Perpus
takaa
n 49.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.8
Perpus
takaa
n 13
.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 12.5
Perpus
takaa
n 12.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 23.4
Perpus
takaa
n 23.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNN
11.1 BNN
11.1 BNN
BNNBNNBNNBNN
20.8 BNN
20.8 BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
23.8 BNN
23.8 BNN
BNN31.1
BNN31.1
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
84.9 BNN
84.9 BNN
BNNBNNBNNBNNBNN10
9.6
BNN109.6
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
15.7 BNN
15.7 BNN
BNNBNN20
.4
BNN20.4
BNNBNN18
.2
BNN18.2
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN6.3 BNN6.3 BNNBNNBNNBNNBNN
5.6
BNN5.6
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN14
.8
BNN14.8
BNNBNN13
.2
BNN13.2
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN15
.8
BNN15.8
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
97
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 7.
Proy
eksi
Jum
lah
Peny
alah
guna
Nar
koba
Men
urut
Ske
nario
Per
hitu
ngan
dan
Pro
vins
i Pa
da K
elom
pok
Rum
ah T
angg
a,
20
14-2
019
(d
alam
ribu
an)
2014
20
15
2016
20
17
2018
20
19
2020
Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n Na
ik St
abil
Turu
n A
ceh
14.4
14
.0
13.6
14
.8
14.1
13
.4
15.2
14
.2
13.2
15
.5
14.2
13
.1
15.7
14
.3
13.0
15
.9
14.4
12
.9
16.0
14
.4
12.9
S
umate
ra U
tara
64.3
62
.6
60.9
66
.2
62.9
59
.9
67.7
63
.3
59.0
69
.0
63.5
58
.3
70.1
63
.8
57.8
70
.8
64.0
57
.5
71.3
64
.2
57.5
S
umate
ra B
arat
13
.7
13.4
13
.0
14.1
13
.4
12.8
14
.5
13.5
12
.6
14.8
13
.6
12.5
15
.0
13.7
12
.4
15.2
13
.7
12.3
15
.3
13.8
12
.3
Riau
46
.1
44.9
43
.7
47.9
45
.6
43.4
49
.6
46.3
43
.2
51.1
47
.0
43.1
52
.4
47.7
43
.2
53.5
48
.3
43.4
54
.4
49.0
43
.8
Jamb
i 9.
8 9.
5 9.
3 9.7
9.
2 8.
8 9.
5 8.9
8.
3 9.
3 8.6
7.
9 9.1
8.3
7.
5 8.8
8.
0 7.1
8.5
7.
6 6.8
S
umatr
a Sela
tan
22.4
21
.8
21.2
23
.2
22.1
21
.0
24.0
22
.4
20.9
24
.6
22.7
20
.8
25.2
22
.9
20.8
25
.6
23.2
20
.8
26.0
23
.4
21.0
B
engk
ulu
4.6
4.4
4.3
4.7
4.5
4.2
4.8
4.5
4.2
4.9
4.5
4.1
5.0
4.5
4.1
5.0
4.6
4.1
5.1
4.6
4.1
Lamp
ung
16.3
15
.9
15.5
16
.5
15.7
15
.0
16.7
15
.6
14.5
16
.7
15.4
14
.1
16.7
15
.2
13.8
16
.6
15.0
13
.5
16.5
14
.8
13.3
B
angk
a Beli
tung
4.2
4.1
4.0
4.3
4.1
3.9
4.4
4.2
3.9
4.5
4.2
3.8
4.6
4.2
3.8
4.7
4.2
3.8
4.7
4.2
3.8
Kep
ulaua
n Riau
7.1
6.
9 6.
7 7.7
7.
3 7.
0 8.
3 7.7
7.
2 8.
8 8.
1 7.
5 9.4
8.6
7.
8 9.9
9.
0 8.1
10
.4
9.4
8.4
DKI
Jaka
rta
112.1
10
9.1
106.2
11
5.3
109.7
10
4.3
118.0
11
0.2
102.8
12
0.2
110.7
10
1.5
122.0
11
1.1
100.7
12
3.2
111.4
10
0.1
124.0
11
1.7
100.0
Ja
wa B
arat
16
7.6
163.2
15
8.9
172.0
16
3.7
155.7
17
5.7
164.1
15
3.0
178.7
16
4.5
150.9
18
0.9
164.7
14
9.3
182.4
16
4.9
148.2
18
3.2
165.0
14
7.7
Jawa
Ten
gah
101.2
98
.4
95.9
10
4.2
99.2
94
.3
106.9
99
.8
93.1
10
9.1
100.4
92
.1
110.9
10
1.0
91.5
11
2.3
101.5
91
.2
113.2
10
2.0
91.3
D
I Yog
yaka
rta
20.4
19
.9
19.4
21
.5
20.5
19
.5
22.6
21
.1
19.7
23
.5
21.7
19
.9
24.4
22
.2
20.2
25
.2
22.8
20
.5
26.0
23
.4
20.9
Ja
wa T
imur
13
6.5
132.8
12
9.3
140.7
13
3.8
127.3
14
4.3
134.8
12
5.7
147.4
13
5.7
124.5
14
9.9
136.5
12
3.7
151.8
13
7.2
123.4
15
3.2
138.0
12
3.5
Ban
ten
38.7
37
.7
36.7
41
.1
39.1
37
.2
43.3
40
.4
37.7
45
.4
41.8
38
.4
47.4
43
.2
39.1
49
.2
44.5
40
.0
50.9
45
.9
41.1
B
ali
20.9
20
.4
19.8
21
.1
20.0
19
.1
21.1
19
.7
18.4
21
.0
19.3
17
.7
20.8
19
.0
17.2
20
.6
18.6
16
.7
20.2
18
.2
16.3
N
T B
10
.9
10.6
10
.4
11.1
10
.6
10.1
11
.3
10.5
9.
8 11
.4
10.5
9.
6 11
.4
10.4
9.
4 11
.5
10.4
9.
3 11
.4
10.3
9.2
N
T T
14
.4
14.0
13
.6
14.9
14
.2
13.5
15
.3
14.3
13
.3
15.6
14
.4
13.2
15
.9
14.5
13
.2
16.2
14
.6
13.1
16
.3
14.7
13
.2
Kali
manta
n Bar
at
19.7
19
.2
18.7
20
.3
19.3
18
.4
20.9
19
.5
18.2
21
.4
19.7
18
.1
21.8
19
.8
18.0
22
.1
20.0
17
.9
22.3
20
.1
18.0
K
alima
ntan T
enga
h
8.2
8.0
7.8
8.4
8.0
7.6
8.6
8.1
7.5
8.8
8.1
7.4
9.0
8.1
7.4
9.1
8.2
7.4
9.1
8.2
7.4
Kali
manta
n Sela
tan
11.2
10
.9
10.6
11
.3
10.7
10
.2
11.3
10
.6
9.8
11.3
10
.4
9.5
11.2
10
.2
9.2
11.1
10
.0
9.0
10.9
9.
8 8.8
K
alima
ntan T
imur
14
.8
14.4
14
.1
14.8
14
.1
13.4
14
.7
13.8
12
.8
14.6
13
.4
12.3
14
.3
13.0
11
.8
14.0
12
.6
11.4
13
.6
12.2
11
.0
Kali
manta
n Utar
a
2.7
2.6
2.5
2.7
2.6
2.5
2.8
2.6
2.5
2.9
2.6
2.4
2.9
2.7
2.4
3.0
2.7
2.4
3.0
2.7
2.4
Sula
wesi
Utar
a 1.4
1.4
1.4
1.
5 1.4
1.4
1.6
1.
5 1.4
1.7
1.
5 1.4
1.7
1.
6 1.4
1.8
1.6
1.5
1.8
1.7
1.5
S
ulawe
si Te
ngah
8.
0 7.
8 7.
6 8.3
7.
9 7.
5 8.
5 7.9
7.
4 8.
7 8.0
7.
3 8.8
8.0
7.
3 8.9
8.
0 7.
2 9.0
8.1
7.2
S
ulawe
si Se
latan
5.
3 5.1
5.
0 5.4
5.1
4.
8 5.
4 5.
1 4.
7 5.
4 5.0
4.
6 5.5
5.0
4.
5 5.4
4.
9 4.
4 5.4
4.
9 4.4
S
ulawe
si Te
ngga
ra
1.4
1.3
1.3
1.4
1.4
1.3
1.5
1.4
1.3
1.6
1.5
1.3
1.7
1.5
1.4
1.7
1.6
1.4
1.8
1.6
1.4
Gor
ontal
o 3.
9 3.
8 3.
7 4.0
3.
8 3.
7 4.1
3.9
3.
6 4.
2 3.9
3.
6 4.3
3.9
3.
5 4.3
3.
9 3.
5 4.4
3.
9 3.5
S
ulawe
si Ba
rat
3.3
3.2
3.1
3.3
3.1
3.0
3.3
3.0
2.8
3.2
2.9
2.7
3.1
2.8
2.6
3.0
2.7
2.4
2.9
2.6
2.3
Malu
ku
5.9
5.7
5.6
6.1
5.8
5.5
6.2
5.8
5.4
6.4
5.9
5.4
6.5
5.9
5.3
6.5
5.9
5.3
6.6
5.9
5.3
Malu
ku U
tara
3.9
3.8
3.7
4.0
3.8
3.6
4.1
3.8
3.6
4.2
3.8
3.5
4.2
3.9
3.5
4.3
3.9
3.5
4.3
3.9
3.5
Pap
ua B
arat
2.8
2.7
2.7
2.9
2.8
2.6
3.0
2.8
2.6
3.0
2.8
2.6
3.1
2.8
2.5
3.1
2.8
2.5
3.1
2.8
2.5
Pap
ua
5.4
5.3
5.2
5.5
5.3
5.0
5.6
5.2
4.9
5.7
5.2
4.8
5.7
5.2
4.7
5.7
5.1
4.6
5.7
5.1
4.6
Tota
l 92
3.6
898.8
87
5.2
951.0
90
4.8
860.7
97
4.8
910.4
84
9.0
994.7
91
5.5
840.0
1,01
0.5
920.1
83
3.9 1
,022.3
92
4.3
830.7
1,03
0.5
928.4
83
0.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
13.4 Perp
ustak
aan
13.4 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
45.6 Perp
ustak
aan
45.6 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
9.2 Perp
ustak
aan
9.2 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
8.8
Perpus
takaa
n
8.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
22.1 Perp
ustak
aan
22.1 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
21.0
Perpus
takaa
n
21.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.5 Perp
ustak
aan
4.5 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.2
Perpus
takaa
n
4.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
15.7 Perp
ustak
aan
15.7 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
15.0
Perpus
takaa
n
15.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
16.7
Perpus
takaa
n
16.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.9
Perpus
takaa
n
3.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.4
Perpus
takaa
n
4.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
7.0
Perpus
takaa
n
7.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
8.3
Perpus
takaa
n
8.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
104.3
Perpus
takaa
n
104.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
118.0
Perpus
takaa
n
118.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
110.2
Perpus
takaa
n
110.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
175.7
Perpus
takaa
n
175.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
164.1
Perpus
takaa
n
164.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
106.9
Perpus
takaa
n
106.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
99.8
Perpus
takaa
n
99.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
93.1
Perpus
takaa
n
93.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
22.6
Perpus
takaa
n
22.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
21.1
Perpus
takaa
n
21.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
19.7
Perpus
takaa
n
19.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
134.8
Perpus
takaa
n
134.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
125.7
Perpus
takaa
n
125.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
147.4
Perpus
takaa
n
147.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 40
.4
Perpus
takaa
n 40
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 37
.7
Perpus
takaa
n 37
.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 45
.4
Perpus
takaa
n 45
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 18
.4
Perpus
takaa
n 18
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21
.0
Perpus
takaa
n 21
.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 9.8
Perpus
takaa
n 9.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 11
.4
Perpus
takaa
n 11
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10.5
Perpus
takaa
n 10.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.3
Perpus
takaa
n 13
.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 15
.6
Perpus
takaa
n 15
.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 14.4
Perpus
takaa
n 14.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21
.4
Perpus
takaa
n 21
.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 19.7
Perpus
takaa
n 19.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 8.8
Perpus
takaa
n 8.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 8.1
Perpus
takaa
n 8.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 11
.3
Perpus
takaa
n 11
.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10.4
Perpus
takaa
n 10.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13.4
Perpus
takaa
n 13.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNN
9.5 BNN
9.5 BNN
BNNBNNBNNBNN
12.3 BNN
12.3 BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
2.4 BNN
2.4 BNN
BNN2.9
BNN2.9
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
1.4 BNN
1.4 BNN
BNNBNN1.7
BNN1.7
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
7.3 BNN
7.3 BNN
BNNBNN8.8
BNN8.8
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN5.5 BNN5.5 BNNBNN
5.0
BNN5.0
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN1.7 BNN1.7 BNNBNN
1.5
BNN1.5
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN4.3
BNN4.3
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
98
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 8. P
roye
ksi A
ngka
Pre
vale
nsi P
enya
lah
guna
Nar
koba
Men
urut
Ske
nario
Per
hitu
ngan
dan
Pro
vins
i, 20
14-2
019
(d
alam
per
sen)
2014
20
15
2016
20
17
2018
20
19
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Naik
Stab
il Tu
run
Ace
h 2.1
4 2.0
8 2.0
0 2.1
9 2.0
7 1.9
3 2.2
4 2.0
7 1.8
7 2.2
7 2.0
7 1.8
2 2.3
0 2.0
7 1.7
8 2.3
1 2.0
6 1.7
6 S
umate
ra U
tara
3.16
3.06
2.95
3.28
3.10
2.89
3.40
3.14
2.85
3.50
3.19
2.82
3.59
3.23
2.80
3.67
3.27
2.80
Sum
atera
Bar
at
1.86
1.80
1.73
1.92
1.81
1.68
1.97
1.82
1.64
2.01
1.83
1.61
2.05
1.84
1.59
2.07
1.85
1.58
Riau
2.0
4 1.9
9 1.9
1 2.0
9 1.9
9 1.8
5 2.1
3 1.9
8 1.7
9 2.1
6 1.9
8 1.7
5 2.1
8 1.9
8 1.7
2 2.2
0 1.9
9 1.7
0 Ja
mbi
1.95
1.89
1.82
1.98
1.87
1.74
2.00
1.84
1.67
2.01
1.82
1.61
2.01
1.80
1.57
2.01
1.79
1.54
Sum
atra S
elatan
1.7
4 1.6
9 1.6
2 1.7
9 1.6
9 1.5
7 1.8
3 1.6
9 1.5
3 1.8
6 1.7
0 1.4
9 1.8
9 1.7
0 1.4
7 1.9
1 1.7
0 1.4
5 B
engk
ulu
1.94
1.88
1.81
1.98
1.88
1.74
2.02
1.87
1.68
2.05
1.87
1.64
2.07
1.86
1.60
2.08
1.86
1.58
Lamp
ung
1.57
1.52
1.46
1.62
1.53
1.42
1.66
1.54
1.38
1.69
1.54
1.36
1.72
1.55
1.34
1.75
1.56
1.32
Ban
gka B
elitun
g 1.9
1 1.8
5 1.7
8 1.9
7 1.8
6 1.7
3 2.0
2 1.8
8 1.6
9 2.0
7 1.8
9 1.6
6 2.1
1 1.9
0 1.6
3 2.1
4 1.9
2 1.6
2 K
epula
uan R
iau
3.03
2.94
2.83
3.08
2.91
2.71
3.12
2.89
2.61
3.15
2.86
2.53
3.16
2.84
2.46
3.16
2.82
2.41
DKI
Jaka
rta
4.88
4.74
4.56
5.08
4.81
4.48
5.26
4.88
4.42
5.42
4.95
4.37
5.56
5.01
4.35
5.68
5.07
4.35
Jawa
Bar
at
2.41
2.34
2.25
2.48
2.34
2.18
2.53
2.34
2.12
2.58
2.35
2.07
2.62
2.35
2.04
2.64
2.36
2.01
Jawa
Ten
gah
1.93
1.88
1.80
2.01
1.90
1.76
2.08
1.93
1.73
2.14
1.95
1.71
2.19
1.98
1.70
2.24
2.00
1.70
DI Y
ogya
karta
2.4
4 2.3
7 2.2
8 2.5
6 2.4
2 2.2
5 2.6
7 2.4
8 2.2
4 2.7
8 2.5
4 2.2
4 2.8
8 2.6
0 2.2
5 2.9
7 2.6
6 2.2
7 Ja
wa T
imur
2.0
7 2.0
1 1.9
3 2.1
5 2.0
4 1.8
9 2.2
3 2.0
7 1.8
6 2.3
0 2.1
0 1.8
5 2.3
6 2.1
3 1.8
4 2.4
2 2.1
6 1.8
4 B
anten
2.0
8 2.0
2 1.9
4 2.1
4 2.0
2 1.8
8 2.1
8 2.0
2 1.8
3 2.2
2 2.0
2 1.7
8 2.2
5 2.0
2 1.7
5 2.2
7 2.0
2 1.7
3 B
ali
2.29
2.22
2.14
2.36
2.24
2.09
2.43
2.25
2.04
2.49
2.27
2.01
2.55
2.29
1.99
2.59
2.31
1.99
N T
B
1.55
1.50
1.45
1.61
1.53
1.41
1.67
1.55
1.39
1.72
1.57
1.37
1.76
1.59
1.36
1.80
1.61
1.36
N T
T
1.53
1.49
1.43
1.53
1.45
1.35
1.52
1.41
1.27
1.51
1.38
1.21
1.48
1.34
1.16
1.45
1.30
1.12
Kali
manta
n Bar
at
2.07
2.01
1.93
2.13
2.01
1.88
2.18
2.02
1.83
2.22
2.02
1.79
2.25
2.03
1.76
2.28
2.03
1.75
Kali
manta
n Ten
gah
2.01
1.95
1.88
2.05
1.94
1.80
2.07
1.92
1.73
2.09
1.91
1.67
2.10
1.89
1.63
2.10
1.88
1.60
Kali
manta
n Sela
tan
2.07
2.01
1.93
2.11
2.00
1.85
2.14
1.98
1.79
2.17
1.97
1.74
2.18
1.96
1.69
2.19
1.95
1.66
Kali
manta
n Tim
ur
3.16
3.07
2.95
3.23
3.05
2.84
3.29
3.04
2.75
3.34
3.03
2.67
3.37
3.03
2.62
3.39
3.02
2.58
Kali
manta
n Utar
a
1.59
1.54
1.48
1.70
1.61
1.50
1.82
1.68
1.52
1.92
1.75
1.54
2.03
1.82
1.58
2.13
1.89
1.62
Sula
wesi
Utar
a 2.2
6 2.1
9 2.1
1 2.3
1 2.1
8 2.0
1 2.3
4 2.1
6 1.9
3 2.3
6 2.1
4 1.8
7 2.3
6 2.1
2 1.8
2 2.3
6 2.1
1 1.7
7 S
ulawe
si Te
ngah
2.1
8 2.1
1 2.0
3 2.2
5 2.1
3 1.9
8 2.3
2 2.1
5 1.9
4 2.3
8 2.1
7 1.9
1 2.4
3 2.1
9 1.8
9 2.4
8 2.2
1 1.8
9 S
ulawe
si Se
latan
2.1
4 2.0
8 2.0
0 2.2
2 2.0
9 1.9
4 2.2
9 2.1
1 1.9
0 2.3
5 2.1
3 1.8
7 2.4
0 2.1
5 1.8
5 2.4
4 2.1
7 1.8
4 S
ulawe
si Te
ngga
ra
1.64
1.59
1.52
1.69
1.59
1.47
1.73
1.60
1.43
1.76
1.60
1.40
1.78
1.60
1.37
1.80
1.60
1.35
Gor
ontal
o 1.7
3 1.6
8 1.6
2 1.7
8 1.6
9 1.5
6 1.8
2 1.6
9 1.5
2 1.8
5 1.6
9 1.4
9 1.8
8 1.7
0 1.4
6 1.9
0 1.7
0 1.4
5 S
ulawe
si Ba
rat
2.15
2.09
2.01
2.33
2.20
2.04
2.50
2.31
2.08
2.66
2.43
2.12
2.82
2.54
2.18
2.97
2.66
2.24
Malu
ku
2.39
2.32
2.23
2.43
2.30
2.14
2.46
2.28
2.05
2.48
2.26
1.99
2.48
2.24
1.93
2.48
2.21
1.89
Malu
ku U
tara
1.91
1.85
1.78
1.90
1.80
1.67
1.89
1.75
1.58
1.86
1.70
1.50
1.83
1.65
1.43
1.79
1.61
1.37
Pap
ua B
arat
1.62
1.57
1.51
1.60
1.51
1.40
1.57
1.46
1.31
1.54
1.40
1.24
1.50
1.35
1.17
1.45
1.30
1.12
Pap
ua
1.27
1.23
1.18
1.32
1.25
1.16
1.37
1.27
1.14
1.42
1.30
1.13
1.46
1.32
1.13
1.50
1.35
1.13
Nasio
nal
2.25
2.18
2.10
2.33
2.20
2.04
2.39
2.21
2.00
2.45
2.23
1.96
2.49
2.24
1.94
2.53
2.26
1.93
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.98 Perp
ustak
aan
1.98 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
1.87
Perpus
takaa
n
1.87
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.79Perp
ustak
aan
1.79Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.69
Perpus
takaa
n
1.69
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.98Perp
ustak
aan
1.98Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.88
Perpus
takaa
n
1.88
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.62Perp
ustak
aan
1.62Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.53
Perpus
takaa
n
1.53
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.42
Perpus
takaa
n
1.42
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.86
Perpus
takaa
n
1.86
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.73
Perpus
takaa
n
1.73
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.91
Perpus
takaa
n
2.91
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.71
Perpus
takaa
n
2.71
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.81
Perpus
takaa
n
4.81
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.48
Perpus
takaa
n
4.48
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5.26
Perpus
takaa
n
5.26
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.18
Perpus
takaa
n
2.18
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.53
Perpus
takaa
n
2.53
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.76
Perpus
takaa
n
1.76
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.08
Perpus
takaa
n
2.08
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.25
Perpus
takaa
n
2.25
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.67
Perpus
takaa
n
2.67
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.48
Perpus
takaa
n
2.48
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.23
Perpus
takaa
n
2.23
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.07
Perpus
takaa
n
2.07
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.1
8
Perpus
takaa
n 2.1
8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.0
2
Perpus
takaa
n 2.0
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.4
3
Perpus
takaa
n 2.4
3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.2
5
Perpus
takaa
n 2.2
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.04
Perpus
takaa
n 2.04
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.5
5
Perpus
takaa
n 1.5
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.39
Perpus
takaa
n 1.39
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.4
1
Perpus
takaa
n 1.4
1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.27
Perpus
takaa
n 1.27
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.0
2
Perpus
takaa
n 2.0
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.83
Perpus
takaa
n 1.83
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.22
Perpus
takaa
n 2.22
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.73
Perpus
takaa
n 1.73
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.09
Perpus
takaa
n 2.09
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.79
Perpus
takaa
n 1.79
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.17
Perpus
takaa
n 2.17
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.75
Perpus
takaa
n 2.75
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN3.3
4 BNN3.3
4 BNNBNN3.0
3BNN3.0
3BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN1.9
2BNN1.9
2BNNBNNBNN1.7
5BNN1.7
5BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN2.3
6BNN2.3
6BNNBNNBNN2.1
4
BNN2.14
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN2.1
7
BNN2.17
BNNBNN1.9
1
BNN1.91
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN2.13BNN2.13BNNBNN1
.87
BNN1.87
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN1.6
0
BNN1.60
BNNBNN1.4
0
BNN1.40
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
99
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 9. P
roye
ksi K
erug
ian
Bia
ya E
kono
mi d
an S
osia
l Aki
bat P
enya
lahg
unaa
n N
arko
ba d
i Ind
ones
ia, 2
014-
2019
.
Kom
pone
n B
iaya
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Kons
umsi
Nar
koba
42
,945
,589
,937
44
,663
,413
,535
48
,307
,948
,079
54
,341
,610
,794
63
,574
,250
,468
77
,350
,790
,544
Peng
obat
an S
akit
10,2
39,6
95,2
58
10,6
49,2
83,0
68
11,5
18,2
64,5
67
12,9
56,8
95,8
11
15,1
58,2
72,4
10
18,4
43,0
70,0
41O
verd
osis
12
,932
,051
13
,449
,333
14
,546
,799
16
,363
,694
19
,143
,886
23
,292
,366
Det
ok &
Reh
abilit
asi
157,
482,
992
163,
782,
311
177,
146,
948
199,
272,
602
233,
129,
017
283,
648,
075
Peng
obat
an S
endi
ri 22
3,90
7,38
6 23
2,86
3,68
2 25
1,86
5,35
8 28
8,32
3,34
1 33
1,45
9,97
7 40
3,28
7,35
4Ke
cela
kaan
16
3,87
7,88
4 17
0,43
3,00
0 18
4,34
0,33
2 20
7,36
4,44
0 24
2,59
5,65
8 29
5,16
6,13
7U
rusa
n de
ngan
Apa
rat
Huk
um
1,15
2,32
8,22
7 1,
198,
421,
356
1,29
6,21
2,53
8 1,
458,
109,
484
1,70
5,84
2,28
6 2,
075,
498,
309
Penj
ara
1,02
8,11
7,16
1 1,
069,
241,
846
1,15
6,49
1,98
3 1,
300,
937,
831
1,52
1,96
7,16
9 1,
851,
777,
454
Aktiv
itas
Terg
angg
u 24
4,35
2,13
9 25
4,12
6,25
5 27
4,86
2,92
5 30
9,19
3,30
4 36
1,72
5,24
6 44
0,11
1,10
7To
tal B
iaya
Priv
ate
56,1
68,2
83,0
3558
,415
,014
,386
63,1
81,6
79,5
2971
,078
,071
,301
83,1
48,3
86,1
1710
1,16
6,64
1,38
7
Lo
sspr
oduc
tivity
Saki
t 90
,847
,211
94
,481
,100
10
2,19
0,75
7 11
4,95
4,38
3 13
4,48
5,13
3 16
3,62
8,06
1
O
verd
osis
39
,753
,530
41
,343
,671
44
,717
,315
50
,302
,507
58
,848
,903
71
,601
,461
Det
ok &
Reh
abilit
asi
10,3
09,5
45
10,7
21,9
27
11,5
96,8
37
13,0
45,2
81
15,2
61,6
75
18,5
68,8
80
Ke
cela
kaan
57
,456
,826
59
,755
,099
64
,631
,115
72
,703
,542
85
,055
,874
10
3,48
7,48
1
Ap
arat
Huk
um
11,2
05,2
02
11,6
53,4
10
12,6
04,3
28
14,1
78,6
09
16,5
87,5
55
20,1
82,0
78
Pe
njar
a 64
9,07
2,85
9 67
5,03
5,77
4 73
0,11
8,69
3 82
1,31
0,51
7 96
0,85
1,17
4 1,
169,
067,
624
Pre
mat
ure
Dea
th5,
437,
092,
504
5,65
4,57
6,20
4 6,
115,
989,
622
6,87
9,87
6,72
6 8,
048,
767,
782
9,79
2,93
5,76
0Ti
ndak
Krim
inal
648,
392,
445
674,
328,
143
729,
353,
319
820,
449,
549
959,
843,
927
1,16
7,84
2,10
6To
tal B
iaya
Sos
ial
6,94
4,13
0,12
37,
221,
895,
328
7,81
1,20
1,98
78,
786,
821,
115
10,2
79,7
02,0
2212
,507
,313
,450
Tota
l Bia
ya S
osek
63,1
12,4
13,1
5965
,636
,909
,685
70,9
92,8
81,5
1579
,859
,892
,417
93,4
28,0
88,1
3811
3,67
3,95
4,83
8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
157,
482,
992 Perp
ustak
aan
157,
482,
992 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
223,
907,
386Perp
ustak
aan
223,
907,
386Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
232,
863,
682
Perpus
takaa
n
232,
863,
682
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
163,
877,
884Perp
ustak
aan
163,
877,
884Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
170,
433,
000
Perpus
takaa
n
170,
433,
000
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1,19
8,42
1,35
6
Perpus
takaa
n
1,19
8,42
1,35
6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1,06
9,24
1,84
6
Perpus
takaa
n
1,06
9,24
1,84
6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
254,
126,
255
Perpus
takaa
n
254,
126,
255
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
58,4
15,0
14,3
86
Perpus
takaa
n
58,4
15,0
14,3
86
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
63,1
81,6
79,5
29
Perpus
takaa
n
63,1
81,6
79,5
29
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10
2,19
0,75
7
Perpus
takaa
n 10
2,19
0,75
7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 44
,717
,315
Perpus
takaa
n 44
,717
,315
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 11
,596
,837
Perpus
takaa
n 11
,596
,837
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN72
,703
,542
BNN72,7
03,5
42BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN14
,178
,609
BNN14,1
78,6
09
BNNBNNBNN821,31
0,51
7
BNN821,310,
517
BNNBNNBNN
6,87
9,87
6,72
6
BNN6,
879,
876,
726
BNNBNN
100
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 10.
Pro
yeks
i Ker
ugia
n B
iaya
Eko
nom
i dan
Sos
ial A
kiba
t Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
Men
urut
Pro
vins
i, 20
14-2
019
(dal
am ri
buan
)
Prov
insi
2014
20
15
2016
20
17
2018
20
19
Aceh
1,2
33,65
9 1,2
83,00
6 1,3
87,69
9 1,5
61,02
3 1,8
26,24
0 2,2
21,98
7Su
mater
a Utar
a 4,7
50,18
5 4,9
40,19
3 5,3
43,31
2 6,0
10,69
2 7,0
31,90
8 8,5
55,72
3Su
mater
a Bar
at 1,1
33,28
6 1,1
78,61
8 1,2
74,79
3 1,4
34,01
5 1,6
77,65
4 2,0
41,20
1Ri
au
1,509
,782
1,570
,174
1,698
,300
1,910
,417
2,234
,997
2,719
,321
Jamb
i 1,2
87,91
7 1,3
39,43
3 1,4
48,73
1 1,6
29,67
7 1,9
06,56
0 2,3
19,71
1Su
mater
a Sela
tan
1,605
,442
1,669
,660
1,805
,904
2,031
,461
2,376
,606
2,891
,617
Beng
kulu
501,5
43
521,6
04
564,1
67
634,6
32
742,4
56
903,3
46La
mpun
g 2,6
32,68
2 2,7
37,98
9 2,9
61,40
9 3,3
31,28
9 3,8
97,27
5 4,7
41,81
4Ba
ngka
Beli
tung
276,6
84
287,7
52
311,2
32
350,1
05
409,5
88
498,3
45Ke
pulau
an R
iau
568,7
00
591,4
49
639,7
11
719,6
11
841,8
72
1,024
,306
DKI J
akar
ta 4,0
54,21
3 4,2
16,38
2 4,5
60,43
8 5,1
30,03
7 6,0
01,63
0 7,3
02,18
4Ja
wa B
arat
11,61
2,278
12
,076,7
69
13,06
2,233
14
,693,7
06
17,19
0,167
20
,915,2
76Ja
wa T
enga
h 5,8
82,14
5 6,1
17,43
1 6,6
16,61
3 7,4
43,02
8 8,7
07,59
9 10
,594,5
35DI
Yog
yaka
rta
534,6
48
556,0
34
601,4
06
676,5
21
791,4
62
962,9
72Ja
wa T
imur
7,2
72,41
1 7,5
63,30
7 8,1
80,47
3 9,2
02,21
4 10
,765,6
70
13,09
8,590
Bante
n 3,0
45,16
6 3,1
66,97
3 3,4
25,39
8 3,8
53,23
0 4,5
07,89
4 5,4
84,75
4Ba
li 1,3
07,94
1 1,3
60,25
8 1,4
71,25
5 1,6
55,01
5 1,9
36,20
2 2,3
55,77
7Nu
sa T
engg
ara B
arat
1,107
,218
1,151
,507
1,245
,470
1,401
,029
1,639
,064
1,994
,249
Nusa
Ten
ggar
a Tim
ur
1,324
,331
1,377
,304
1,489
,692
1,675
,755
1,960
,466
2,385
,299
Kalim
antan
Bar
at
1,342
,197
1,395
,885
1,509
,789
1,698
,362
1,986
,914
2,417
,478
Kalim
antan
Ten
gah
550,3
33
572,3
46
619,0
50
696,3
69
814,6
82
991,2
23Ka
liman
tan S
elatan
1,1
49,23
8 1,1
95,20
7 1,2
92,73
6 1,4
54,19
9 1,7
01,26
7 2,0
69,93
2Su
lawes
i Utar
a 45
2,504
47
0,604
50
9,006
57
2,580
66
9,862
81
5,021
Sulaw
esi T
enga
h 90
1,607
93
7,671
1,0
14,18
5 1,1
40,85
6 1,3
34,68
8 1,6
23,91
5Su
lawes
i Sela
tan
2,408
,822
2,505
,175
2,709
,597
3,048
,025
3,565
,885
4,338
,612
Sulaw
esi T
engg
ara
500,9
96
521,0
35
563,5
52
633,9
40
741,6
46
902,3
61Go
ronta
lo 28
0,790
29
2,022
31
5,851
35
5,300
41
5,666
50
5,741
Sulaw
esi B
arat
413,1
67
429,6
94
464,7
57
522,8
05
611,6
29
744,1
69Ma
luku
530,7
02
551,9
30
596,9
68
671,5
29
785,6
22
955,8
66Ma
luku U
tara
282,0
70
293,3
53
317,2
90
356,9
20
417,5
60
508,0
46Pa
pua B
arat
196,0
38
203,8
80
220,5
16
248,0
59
290,2
04
353,0
91Pa
pua
640,6
12
666,2
36
720,6
01
810,6
04
948,3
26
1,153
,828
Kalim
antan
Tim
ur
1,471
,833
1,530
,706
1,655
,612
1,862
,397
2,178
,819
2,650
,969
Kalim
antan
Utar
a 35
1,275
36
5,326
39
5,136
44
4,489
52
0,008
63
2,693
TOTA
L 63
,112,4
13
65,63
6,912
70
,992,8
82
79,85
9,892
93
,428,0
88
113,6
73,95
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2,632
,682Perp
ustak
aan
2,632
,682Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
276,6
84Perpus
takaa
n
276,6
84Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
568,7
00Perpus
takaa
n
568,7
00Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4,216
,382
Perpus
takaa
n
4,216
,382
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
12,07
6,769
Perpus
takaa
n
12,07
6,769
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
6,117
,431
Perpus
takaa
n
6,117
,431
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
556,0
34
Perpus
takaa
n
556,0
34
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
7,563
,307
Perpus
takaa
n
7,563
,307
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3,166
,973
Perpus
takaa
n
3,166
,973
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1,360
,258
Perpus
takaa
n
1,360
,258
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1,151
,507
Perpus
takaa
n
1,151
,507
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1,4
89,69
2
Perpus
takaa
n 1,4
89,69
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1,5
09,78
9
Perpus
takaa
n 1,5
09,78
9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 619,0
50
Perpus
takaa
n 619,0
50
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1,2
92,73
6
Perpus
takaa
n 1,2
92,73
6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 509,0
06
Perpus
takaa
n 509,0
06
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1,0
14,18
5
Perpus
takaa
n 1,0
14,18
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2,7
09,59
7
Perpus
takaa
n 2,7
09,59
7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 563,5
52
Perpus
takaa
n 563,5
52
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN52
2,805
BNN522,8
05
BNNBNNBNN67
1,529
BNN671,5
29
BNNBNNBNN35
6,920
BNN356,9
20
BNNBNNBNN24
8,059
BNN248,0
59
BNNBNNBNNBNNBNN
101
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 11.
Dis
trib
usi P
enya
lah
guna
Nar
koba
Men
urut
Kel
ompo
k U
mur
, Tah
un 2
014
(Ske
nario
Sta
bil)
(dal
am ri
buan
)
Laki-
Laki
Pe
rem
puan
Tota
l 10
-19
Thn
20-2
9 Th
n 30
-39
Thn
40 T
hn
Ke A
tas
Tota
l
10-1
9 Th
n 20
-29
Thn
30-3
9 Th
n 40
Thn
Ke
Ata
s To
tal
10
-19
th
20-2
9 th
30
-39
th
40 th
n
ke at
as
Tota
l
Aceh
22.4
20
.9
4.6
3.3
51.4
9.1
10.9
1.7
0.2
21
.9
31
.5
31.8
6.4
3.6
73
.3
Suma
tra U
tara
94.2
84
.6
22.4
21
.4
222.5
30.9
22
.0
12.2
1.8
66
.9
12
5.1
106.6
34
.6
23.1
28
9.4
Suma
tra B
arat
23
.2
16.2
4.0
2.7
46
.1
9.4
7.6
1.9
0.2
19
.2
32
.6
23.8
5.9
2.9
65
.3
Riau
32.8
31
.9
7.8
6.9
79.5
5.8
3.8
1.7
0.0
11.3
38.7
35
.7
9.5
7.0
90.9
Ja
mbi
15
.8
13.0
5.7
3.2
37
.6
4.3
4.4
1.0
0.1
9.7
20.0
17
.3
6.7
3.3
47.3
Su
matra
Sela
tan
37
.6
21.7
7.5
4.4
71
.2
12
.9
10.9
2.9
0.4
27
.2
50
.5
32.6
10
.4
4.9
98.4
Be
ngku
lu
10.6
7.8
1.8
1.4
21
.5
2.1
1.7
0.4
0.0
4.2
12.7
9.5
2.2
1.4
25
.7
Lamp
ung
33
.9
25.0
9.0
3.9
71
.8
9.8
6.5
1.6
0.2
18
.0
43
.7
31.4
10
.6
4.1
89.8
Ba
ngka
Beli
tung
6.5
5.3
1.2
0.8
13
.8
2.0
1.4
0.4
0.0
3.8
8.5
6.7
1.5
0.8
17.6
Ke
pulau
an R
iau
13
.0
11.1
2.8
1.7
28
.6
6.9
5.4
1.3
0.1
13
.8
19
.9
16.5
4.1
1.8
42
.3
DKI J
akar
ta 11
1.9
94.2
42
.7
11.8
26
0.5
47
.1
47.3
10
.5
1.0
105.9
158.9
14
1.5
53.2
12
.8
366.4
Ja
wa B
arat
301.7
19
6.3
83.9
55
.2
637.2
73.8
59
.0
21.6
3.7
15
8.1
37
5.5
255.3
10
5.6
59.0
79
5.3
Jawa
Ten
gah
152.1
12
4.1
27.3
10
.1
313.6
73.9
51
.1
13.0
1.1
13
9.1
22
6.1
175.2
40
.3
11.1
45
2.7
DI Y
ogya
karta
18
.8
12.3
10
.8
2.5
44.5
8.8
6.4
2.2
0.1
17.5
27.7
18
.8
13.0
2.6
62
.1
Jawa
Tim
ur
169.2
17
1.3
49.4
5.4
39
5.3
88
.4
63.2
17
.8
4.0
173.3
257.6
23
4.4
67.2
9.4
56
8.7
Bante
n 81
.9
42.1
10
.6
9.7
144.4
18.2
11
.2
3.1
0.2
32.7
100.1
53
.3
13.8
10
.0
177.1
Ba
li 23
.6
10.0
13
.9
7.3
54.8
7.0
5.3
0.5
1.5
14.3
30.6
15
.3
14.3
8.8
69
.1
Nusa
Ten
ggar
a Bar
at 18
.6
11.2
4.1
4.4
38
.3
8.6
3.4
0.2
1.1
13
.4
27
.2
14.6
4.4
5.5
51
.7
Nusa
Ten
ggar
a Tim
ur
16.8
6.7
8.7
2.7
35
.0
11
.0
3.6
1.1
0.6
16.3
27.9
10
.4
9.7
3.3
51.3
Ka
liman
tan B
arat
24.0
15
.3
8.0
5.3
52.5
6.6
8.7
1.4
0.3
17.0
30.6
24
.0
9.3
5.5
69.5
Ka
liman
tan T
enga
h 11
.6
8.1
3.2
1.5
24.3
6.3
4.2
0.9
0.1
11.5
17.8
12
.3
4.1
1.6
35.8
Ka
liman
tan S
elatan
21
.8
9.2
8.7
6.2
45.9
6.7
4.2
1.0
0.1
12.0
28.5
13
.5
9.7
6.3
58.0
Su
lawes
i Utar
a 5.5
3.8
1.5
0.8
11
.5
2.2
1.4
0.6
0.1
4.3
7.6
5.2
2.1
0.9
15.8
Su
lawes
i Ten
gah
12.2
9.0
2.7
1.4
25
.2
7.8
5.0
1.2
0.2
14
.1
20
.0
13.9
3.9
1.5
39
.3
Sulaw
esi S
elatan
12
.7
24.3
4.2
2.4
43
.5
10
.6
8.9
1.8
0.2
21.5
23.3
33
.1
6.0
2.6
65.0
Su
lawes
i Ten
ggar
a 33
.8
17.4
4.8
3.1
59
.1
10
.7
7.3
1.4
0.3
19.7
44.5
24
.7
6.3
3.4
78.8
Go
ronta
lo 10
.4
7.7
1.6
1.3
21.1
3.6
1.5
0.5
0.0
5.6
14
.0
9.2
2.1
1.4
26.7
Su
lawes
i Bar
at 5.6
4.4
1.0
0.8
11
.6
3.1
2.1
0.5
0.1
5.8
8.7
6.5
1.4
0.8
17.4
Ma
luku
10.3
5.2
1.4
1.0
17
.9
2.6
0.9
0.2
0.0
3.8
12.9
6.1
1.6
1.1
21
.6
Maluk
u Utar
a 9.2
4.8
1.1
0.8
15
.9
3.1
1.6
0.3
0.0
5.1
12.3
6.4
1.4
0.8
21
.0
Papu
a Bar
at 6.2
2.6
0.7
0.5
9.9
1.8
1.1
0.2
0.0
3.2
8.0
3.7
0.9
0.5
13
.1
Papu
a 4.6
3.1
1.0
0.7
9.5
2.0
1.0
0.2
0.0
3.2
6.6
4.0
1.3
0.8
12
.7
Kalim
antan
Tim
ur
24.7
22
.5
4.8
3.0
55.1
10.6
7.7
2.7
0.3
21
.4
35
.4
30.3
7.5
3.4
76
.5
Kalim
antan
Utar
a 12
.0
8.6
3.5
2.3
26.3
5.2
3.8
1.3
0.2
10.4
17.2
12
.3
4.8
2.4
36.7
Na
siona
l 1,3
89.1
1,0
51.6
36
6.4
189.8
2,9
97.0
513.2
38
4.4
109.4
18
.5
1,025
.5
1,9
02.3
1,4
36.1
47
5.7
208.4
4,0
22.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
6.9 Perp
ustak
aan
6.9 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.2 Perp
ustak
aan
3.2 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
4.4 Perp
ustak
aan
4.4 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
71.2
Perpus
takaa
n
71.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.4 Perp
ustak
aan
1.4 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
21.5
Perpus
takaa
n
21.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.9 Perp
ustak
aan
3.9 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
71.8
Perpus
takaa
n
71.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
0.8 Perp
ustak
aan
0.8 Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
13.8
Perpus
takaa
n
13.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
28.6
Perpus
takaa
n
28.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
260.5
Perpus
takaa
n
260.5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
47.1
Perpus
takaa
n
47.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
637.2
Perpus
takaa
n
637.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
73.8
Perpus
takaa
n
73.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
73.9
Perpus
takaa
n
73.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
8.8
Perpus
takaa
n
8.8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
88.4
Perpus
takaa
n
88.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
63.2
Perpus
takaa
n
63.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 18
.2
Perpus
takaa
n 18
.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 11
.2
Perpus
takaa
n 11
.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 7.0
Perpus
takaa
n 7.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 5.3
Perpus
takaa
n 5.3
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 3.4
Perpus
takaa
n 3.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 0.2
Perpus
takaa
n 0.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 3.6
Perpus
takaa
n 3.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.1
Perpus
takaa
n 1.1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 8.7
Perpus
takaa
n 8.7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.4
Perpus
takaa
n 1.4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 4.2
Perpus
takaa
n 4.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 0.9
Perpus
takaa
n 0.9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.0
Perpus
takaa
n 1.0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 0.6
Perpus
takaa
n 0.6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.2
Perpus
takaa
n 1.2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNN0.1
BNN0.1
BNNBNNBNN
0.1
BNN0.1
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
0.2
BNN0.2
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
0.2
BNN0.2
BNNBNN21
.5 BNN21
.5 BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
0.3
BNN0.3
BNNBNN19
.7
BNN19.7
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
0.0
BNN0.0
BNNBNNBNN5.6
BNN5.6
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN5.8 BNN5.8 BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN3.8
BNN3.8
BNNBNNBNNBNNBNN 5.1
BNN 5.1
BNNBNN
102
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Perpus
takaa
n BNN
103
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014LA
MPI
RAN
II
Tabe
l 1.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iDK
IJak
arta
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI80
.942
6.98
0.70
0
156.
438
8.00
4.78
6
104.
446
7.68
8.60
0
TER
ATU
R P
AKAI
78.6
3124
5.49
816
7.88
3
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K96
.033
148.
749
82.2
90
PEC
AND
U S
UN
TIK
30.8
9010
.538
9.55
6
TOTA
L 28
6.49
656
1.22
336
4.17
5
PREV
ALEN
SI4,
107,
014,
74
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
JUM
LAHPerp
ustak
aan
JUM
LAHPerp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
%Perpus
takaa
n
%Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
POPU
LASI
Perp
ustak
aan
POPU
LASI
Perp
ustak
aan
USI
A (1
0
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2
Perpus
takaa
n
245
Perpus
takaa
n
45.
Perpus
takaa
n
.498
Perpus
takaa
n
498
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 14
8.74
9
Perpus
takaa
n 14
8.74
9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNN
104
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 2.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iJaw
a B
arat
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI12
2.40
3
30.6
22.4
00
227.
879
34.6
70.2
57
277.
244
33.9
05.4
00
TER
ATU
R P
AKAI
201.
352
383.
795
286.
862
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K25
4.59
323
1.81
221
4.98
9
PEC
AND
U S
UN
TIK
33.0
7613
.407
13.1
11
TOTA
L 61
1.42
385
6.89
479
2.20
6
PREV
ALEN
SI2,
002,
472,
34
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 40
0
Perpus
takaa
n 40
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 23
1.81
2
Perpus
takaa
n 23
1.81
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.407
Perpus
takaa
n 13
.407
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
105
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 3.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iBan
ten
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI36
.812
7.53
8.10
0
42.7
38
8.51
4.49
5
103.
217
8.77
0.80
0
TER
ATU
R P
AKAI
29.7
2379
.163
45.3
44
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K69
.646
50.8
3425
.608
PEC
AND
U S
UN
TIK
12.0
772.
386
2.94
0
TOTA
L 14
8.25
817
5.12
110
3.21
7
PREV
ALEN
SI1,
972,
062,
02
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 50
.834
Perpus
takaa
n 50
.834
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.
386
Perpus
takaa
n 2.
386
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
106
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 4.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iJaw
aTe
ngah
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI13
2.28
9
23.3
81.5
00
132.
300
26.8
42.0
56
182.
801
24.1
31.3
00
TER
ATU
R P
AKAI
125.
911
228.
512
144.
734
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K15
1.31
313
8.61
211
8.65
3
PEC
AND
U S
UN
TIK
21.2
557.
631
6.55
4
TOTA
L 43
0.76
850
7.05
445
2.74
3
PREV
ALEN
SI1,
841,
891,
88
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 50
0
Perpus
takaa
n 50
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
8.61
2
Perpus
takaa
n 13
8.61
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 7.
631
Perpus
takaa
n 7.
631
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
107
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 5.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iDI Y
ogya
kart
a
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI21
.526
2.53
7.10
0
24.6
29
2.95
5.31
1
26.7
26
2.62
1.60
0
TER
ATU
R P
AKAI
18.7
8736
.027
16.3
69
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K24
.430
21.7
3017
.138
PEC
AND
U S
UN
TIK
4.23
81.
566
1.79
5
TOTA
L 68
.980
83.9
5145
2.74
3
PREV
ALEN
SI2,
722,
842,
37
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21
.730
Perpus
takaa
n 21
.730
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.
566
Perpus
takaa
n 1.
566
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
108
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 6.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iJaw
a Ti
mur
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI13
3.89
4
27.1
13.1
00
157.
366
31.4
76.6
81
212.
743
28.2
71.4
00
TER
ATU
R P
AKAI
156.
892
288.
641
263.
843
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K21
4.43
216
4.77
782
.668
PEC
AND
U S
UN
TIK
29.8
4610
.110
9.05
0
TOTA
L 53
5.06
362
0.89
456
8.30
4
PREV
ALEN
SI1,
971,
972,
01
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 16
4.77
7
Perpus
takaa
n 16
4.77
7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 0.
110
Perpus
takaa
n 0.
110
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
109
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 7.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iAce
h
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI12
.522
2.99
2.50
0
22.1
04
3.40
9.81
2
38.0
37
3.52
5.90
0
TER
ATU
R P
AKAI
10.8
4028
.620
14.2
51
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K21
.215
17.6
1119
.738
PEC
AND
U S
UN
TIK
3.72
51.
126
1.17
5
TOTA
L 48
.301
69.3
8573
.201
PREV
ALEN
SI1,
612,
032,
08
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 50
0
Perpus
takaa
n 50
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1
Perpus
takaa
n 17
.611
Perpus
takaa
n 7.
611
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.
126
Perpus
takaa
n 1.
126
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
110
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 8.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSum
ater
a U
tara
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI57
.055
9.47
8.10
0
89.1
96
10.0
75.3
55
97.9
35
9.80
8.60
0
TER
ATU
R P
AKAI
39.6
1613
3.93
411
5.23
3
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K77
.049
74.4
0680
.963
PEC
AND
U S
UN
TIK
14.8
045.
511
5.53
0
TOTA
L 18
8.52
430
3.04
629
9.66
1
PREV
ALEN
SI1,
993,
013,
06
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n 10
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 74
.406
Perpus
takaa
n 74
.406
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 5.
511
Perpus
takaa
n 5.
511
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
111
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 9.T
rend
Pen
yala
hgun
aan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSum
ater
a B
arat
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI11
.731
3.24
3.30
0
16.4
95
3.82
4.08
7
28.9
33
3.62
2.50
0
TER
ATU
R P
AKAI
13.5
3723
.465
16.0
17
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K24
.380
14.3
3118
.434
PEC
AND
U S
UN
TIK
4.90
298
01.
834
TOTA
L 54
.548
55.2
7065
.208
PREV
ALEN
SI1,
681,
451,
80
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 30
0
Perpus
takaa
n 30
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1
Perpus
takaa
n 14
.331
Perpus
takaa
n 4.
331
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 98
0
Perpus
takaa
n 98
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
112
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 10.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iRia
u
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI15
.606
4.23
1.05
1
22.3
99
4.26
5.86
3
34.9
33
4.55
2.50
0
TER
ATU
R P
AKAI
14.9
4338
.959
30.4
21
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K40
.915
26.0
0923
.740
PEC
AND
U S
UN
TIK
6.03
51.
514
1.35
9
TOTA
L 77
.499
88.8
8090
.453
PREV
ALEN
SI1,
832,
081,
99
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 05
1
Perpus
takaa
n 05
1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 26
.009
Perpus
takaa
n 26
.009
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.
514
Perpus
takaa
n 1.
514
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
113
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 11.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iKep
ulau
an R
iau
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI3.
188
923.
649
13.4
67
1.31
0.46
4
20.5
49
1.42
1.80
0
TER
ATU
R P
AKAI
4.04
524
.561
13.8
87
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K7.
477
16.9
706.
558
PEC
AND
U S
UN
TIK
3.89
489
177
3
TOTA
L 18
.604
55.8
8941
.767
PREV
ALEN
SI2,
014,
262,
94
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 9
Perpus
takaa
n 9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 16
.
Perpus
takaa
n 16
.970
Perpus
takaa
n 97
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 89
1
Perpus
takaa
n 89
1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
114
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 12.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iJam
bi
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI11
.291
2.10
4.80
0
9.93
0
2.45
1.83
0
26.3
10
2.49
1.90
0
TER
ATU
R P
AKAI
8.04
316
.662
9.18
2
PEC
AND
UN
ON
SU
NTI
K21
.471
10.7
1311
.372
PEC
AND
U S
UN
TIK
3.82
454
720
0
TOTA
L 44
.627
37.8
5147
.064
PREV
ALEN
SI2,
121,
541,
89
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 80
0
Perpus
takaa
n 80
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 10
.713
Perpus
takaa
n 10
.713
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 54
7
Perpus
takaa
n 54
7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
115
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 13.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSum
ater
a Se
lata
n
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI24
.973
5.26
1.30
0
24.8
49
5.92
6.67
4
38.2
40
5.82
8.80
0
TER
ATU
R P
AKAI
16.4
2740
.250
37.9
47
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K37
.444
25.0
5320
.753
PEC
AND
U S
UN
TIK
8.61
31.
548
1.38
8
TOTA
L 87
.456
91.6
9998
.329
PREV
ALEN
SI1,
661,
551,
69
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 30
0
Perpus
takaa
n 30
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 25
.053
Perpus
takaa
n 25
.053
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.
548
Perpus
takaa
n 1.
548
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
116
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 14.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iBan
gka
Bel
itung
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SIU
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
CO
BA
PAK
AI1.
854
763.
900
3.85
4
972.
275
9.07
8
1.00
2.50
0
TER
ATU
R P
AKAI
2.63
97.
063
7.19
1
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K4.
132
4.85
01.
827
PEC
AND
U S
UN
TIK
2.01
923
847
8
TOTA
L 10
.642
16.0
0418
.547
PREV
ALEN
SI1,
391,
651,
85
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 90
0
Perpus
takaa
n 90
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 4.
850
Perpus
takaa
n 4.
850
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 23
8
Perpus
takaa
n 23
8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
117
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 15.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iBen
gkul
u
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI7.
721
1.29
1.30
0
5.40
8
1.36
6.48
3
15.6
49
1.37
0.00
0
TER
ATU
R P
AKAI
5.06
38.
126
8.85
3
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K21
.991
5.09
577
4
PEC
AND
U S
UN
TIK
2.38
032
950
8
TOTA
L 25
.490
18.9
5725
.784
PREV
ALEN
SI1,
971,
391,
88
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 30
0
Perpus
takaa
n 30
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 5.
095
Perpus
takaa
n 5.
095
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 32
9
Perpus
takaa
n 32
9
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
118
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 16.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iLam
pung
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI26
.035
5.67
6.60
0
15.3
62
6.14
0.79
4
63.5
43
5.85
3.10
0
TER
ATU
R P
AKAI
24.4
3724
.660
18.7
79
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K57
.525
14.5
785.
636
PEC
AND
U S
UN
TIK
7.25
61.
007
1.08
8
TOTA
L 11
5.25
255
.606
89.0
46
PREV
ALEN
SI2,
030,
911,
52
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5.67
6.60
0
Perpus
takaa
n
5.67
6.60
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 14
.578
Perpus
takaa
n 14
.578
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.
007
Perpus
takaa
n 1.
007
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
119
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 17.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iKal
iman
tan
Bar
at
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI10
.179
3.42
7.40
0
16.3
12
3.45
4.59
9
36.9
99
3.44
6.10
0
TER
ATU
R P
AKAI
11.6
6426
.522
17.3
34
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K21
.991
16.4
1513
.320
PEC
AND
U S
UN
TIK
4.22
696
81.
510
TOTA
L 48
.059
60.2
1769
.164
PREV
ALEN
SI1,
401,
742,
01
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.42
7.40
0
Perpus
takaa
n
3.42
7.40
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 16
.415
Perpus
takaa
n 16
.415
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 96
8
Perpus
takaa
n 96
8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
120
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 18.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iKal
iman
tan
Teng
ah
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI5.
910
1.76
1.00
0
8.13
1
1.74
0.35
7
16.3
57
1.83
5.30
0
TER
ATU
R P
AKAI
3.75
513
.600
15.6
97
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K2.
875
8.53
43.
333
PEC
AND
U S
UN
TIK
10.7
0552
442
4
TOTA
L 23
.245
30.7
8835
.811
PREV
ALEN
SI1,
321,
771,
95
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.76
1.00
0
Perpus
takaa
n
1.76
1.00
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 8.
534
Perpus
takaa
n 8.
534
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 52
4
Perpus
takaa
n 52
4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
121
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 19.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iKal
iman
tan
Sela
tan
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI8.
577
2.57
3.80
0
12.4
99
2.90
4.04
5
27.3
53
2.88
8.30
0
TER
ATU
R P
AKAI
8.42
021
.500
23.5
69
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K18
.672
13.2
046.
278
PEC
AND
U S
UN
TIK
5.14
273
672
9
TOTA
L 48
.810
47.9
3757
.929
PREV
ALEN
SI1,
591,
652,
01
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.57
3.80
0
Perpus
takaa
n
2.57
3.80
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
.204
Perpus
takaa
n 13
.204
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 73
6
Perpus
takaa
n 73
6
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
122
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 20.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iKal
iman
tan
Tim
ur
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI10
.278
2.32
9.80
0
21.3
83
2.79
2.94
6
21.2
33
1.93
0.93
6
TER
ATU
R P
AKAI
10.3
7540
.990
21.9
88
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K17
.767
23.0
9814
.770
PEC
AND
U S
UN
TIK
6.94
61.
247
1.20
3
TOTA
L 45
.366
86.7
1759
.195
PREV
ALEN
SI1,
953,
103,
07
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.32
9.80
0
Perpus
takaa
n
2.32
9.80
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 23
.098
Perpus
takaa
n 23
.098
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 1.
247
Perpus
takaa
n 1.
247
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
123
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 21.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iKal
iman
tan
Uta
ra
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI5.
771
1.05
1.36
4
TER
ATU
R P
AKAI
5.97
9
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K4.
079
PEC
AND
U S
UN
TIK
335
TOTA
L 16
.165
PREV
ALEN
SI1,
54
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
124
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 22.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSul
awes
i Uta
ra
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI10
.647
1.67
8.10
0
11.6
13
1.84
6.17
2
15.3
48
1.74
5.50
0
TER
ATU
R P
AKAI
6.25
017
.357
13.6
02
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K13
.448
9.33
19.
032
PEC
AND
U S
UN
TIK
2.01
972
032
4
TOTA
L 32
.363
39.0
2038
.307
PREV
ALEN
SI1,
932,
112,
19
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.67
8.10
0
Perpus
takaa
n
1.67
8.10
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 9.
331
Perpus
takaa
n 9.
331
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 72
0
Perpus
takaa
n 72
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
125
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 23.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iGor
onta
lo
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI4.
275
666.
400
3.32
5
817.
018
7.12
7
824.
800
TER
ATU
R P
AKAI
2.89
84.
868
4.07
8
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K6.
212
2.74
12.
568
PEC
AND
U S
UN
TIK
923
214
112
TOTA
L 14
.306
11.1
4713
.885
PREV
ALEN
SI2,
151,
361,
68
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
666.
400
Perpus
takaa
n
666.
400
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.
741
Perpus
takaa
n 2.
741
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21
4
Perpus
takaa
n 21
4
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
126
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 24.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSul
awes
i Ten
gah
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI10
.900
1.91
9.10
0
11.0
49
2.03
1.62
0
24.3
76
2.06
5.10
0
TER
ATU
R P
AKAI
7.20
917
.118
12.5
90
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K20
.441
8.78
66.
015
PEC
AND
U S
UN
TIK
1.76
761
560
9
TOTA
L 40
.316
37.5
6643
.591
PREV
ALEN
SI2,
101,
852,
11
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.91
9.10
0
Perpus
takaa
n
1.91
9.10
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 8.
786
Perpus
takaa
n 8.
786
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 61
5
Perpus
takaa
n 61
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
127
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 25.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSul
awes
i Sel
atan
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI32
.526
5.75
6.50
1
39.4
01
6.38
6.31
0
42.5
44
6.05
2.10
0
TER
ATU
R P
AKAI
20.6
0655
.005
65.0
13
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K40
.977
27.9
3916
.539
PEC
AND
USU
NTI
K9.
741
2100
1.54
7
TOTA
L 10
3.84
912
4.44
412
5.64
3
PREV
ALEN
SI1,
801,
952,
08
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
5.75
6.50
1
Perpus
takaa
n
5.75
6.50
1
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 27
.939
Perpus
takaa
n 27
.939
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 21
00
Perpus
takaa
n 21
00
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
128
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 26.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSul
awes
i Bar
at
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI2.
330
588.
899
4.59
2
873.
288
10.5
32
903.
800
TER
ATU
R P
AKAI
1.55
77.
243
4.14
4
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K3.
692
3.66
33.
716
PEC
AND
U S
UN
TIK
820
327
495
TOTA
L 8.
398
15.8
2418
.887
PREV
ALEN
SI1,
431,
812,
09
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
588.
899
Perpus
takaa
n
588.
899
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 3.
663
Perpus
takaa
n 3.
663
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 32
7
Perpus
takaa
n 32
7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
129
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 27.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iSul
awes
i Ten
ggar
a
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI12
.306
1.65
2.80
0
6.26
0
1.69
7.68
8
14.2
77
1.72
0.00
0
TER
ATU
R P
AKAI
8.73
98.
682
9.68
9
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K12
.007
4.54
23.
262
PEC
AND
U S
UN
TIK
1.07
343
010
0
TOTA
L 34
.125
19.9
1327
.328
PREV
ALEN
SI2,
061,
171,
59
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
1.65
2.80
0
Perpus
takaa
n
1.65
2.80
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 4.
542
Perpus
takaa
n 4.
542
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 43
0
Perpus
takaa
n 43
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
130
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 28.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iMal
uku
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI8.
062
968.
900
6.62
0
1.15
3.41
4
10.8
38
1.16
9.80
0
TER
ATU
R P
AKAI
7.24
49.
090
7.91
5
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K8.
662
5.25
78.
006
PEC
AND
U S
UN
TIK
1.33
539
839
1
TOTA
L 25
.302
21.3
6427
.150
PREV
ALEN
SI2.
611,
852,
32
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
968.
900
Perpus
takaa
n
968.
900
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 5.
257
Perpus
takaa
n 5.
257
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 39
8
Perpus
takaa
n 39
8
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
131
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 29.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iMal
uku
Uta
ra
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI4.
650
689.
500
3.79
5
782.
298
6.75
0
810.
100
TER
ATU
R P
AKAI
3.35
55.
621
3.04
7
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K6.
552
3.30
14.
886
PEC
AND
U S
UN
TIK
1.11
320
030
6
TOTA
L 15
.669
12.9
1614
.988
PREV
ALEN
SI2,
271,
651,
85
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
689.
500
Perpus
takaa
n
689.
500
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 3.
301
Perpus
takaa
n 3.
301
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 20
0
Perpus
takaa
n 20
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
132
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 30.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iBal
i
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI12
.268
2.61
5.90
0
16.0
54
3.20
9.57
1
36.5
459
3.00
8.90
0
TER
ATU
R P
AKAI
8.89
125
.417
13.0
91
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K20
.196
14.7
5616
.403
PEC
AND
U S
UN
TIK
3.92
791
774
6
TOTA
L 45
.325
57.1
4366
.785
PREV
ALEN
SI1,
731,
782,
22
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
2.61
5.90
0
Perpus
takaa
n
2.61
5.90
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 14
.756
Perpus
takaa
n 14
.756
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 91
7
Perpus
takaa
n 91
7
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
133
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 31.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iNus
a Te
ngga
ra B
arat
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI16
.668
3.33
7.70
0
12.6
43
3.55
7.49
6
21.5
54
3.42
3.30
0
TER
ATU
R P
AKAI
19.4
4119
.028
17.8
66
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K9.
375
11.1
2411
.670
PEC
AND
U S
UN
TIK
832
482
429
TOTA
L 46
.315
43.2
7651
.519
PREV
ALEN
SI1,
391,
221,
50
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.33
7.70
0
Perpus
takaa
n
3.33
7.70
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 11
.124
Perpus
takaa
n 11
.124
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 48
2
Perpus
takaa
n 48
2
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
134
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 32.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iNus
a Te
ngga
ra T
imur
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI13
.583
3.09
6.40
0
13.7
24
3.48
0.77
0
27.5
53
3.44
0.90
0
TER
ATU
R P
AKAI
17.6
8719
.048
13.9
44
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K18
.041
9.26
99.
420
PEC
AND
U S
UN
TIK
3.39
742
038
1
TOTA
L 52
.708
42.4
6051
.298
PREV
ALEN
SI1,
701,
221,
49
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
3.09
6.40
0
Perpus
takaa
n
3.09
6.40
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 9.
269
Perpus
takaa
n 9.
269
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 42
0
Perpus
takaa
n 42
0
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
135
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 33.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iPap
ua
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI6.
798
1,49
7.73
8
5.32
6
2.17
3.05
3
14.0
75
2.35
8.20
0
TER
ATU
R P
AKAI
3.47
57.
741
6.66
3
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K12
.239
4.22
37.
651
PEC
AND
U S
UN
TIK
793
275
592
TOTA
L 23
.303
17.5
6328
.980
PREV
ALEN
SI1,
560,
811,
57
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
,497
.738
Perpus
takaa
n
,497
.738
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 4.
223
Perpus
takaa
n 4.
223
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 27
5
Perpus
takaa
n 27
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
136
Surv
ei
Nas
ion
al
Surv
ei N
asio
nal P
reva
lens
i Pen
yala
hgun
aan
Nark
oba
Tahu
n An
ggar
an 2
014
Tabe
l 34.
Tren
d Pe
nyal
ahgu
naan
Nar
koba
(10 –
59 T
ahun
)Pro
vins
iPap
ua B
arat
JEN
IS
PEN
YALA
H G
UN
A
2008
2011
2014
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)JU
MLA
H%
POPU
LASI
U
SIA
(10-
59)
JUM
LAH
%PO
PULA
SI
USI
A (1
0-59
)
CO
BA
PAK
AI3.
139
552.
262
2.51
8
578.
889
4.40
6
634.
300
TER
ATU
R P
AKAI
2.04
73.
536
2.22
8
PEC
AND
U N
ON
SU
NTI
K5.
585
2.05
53.
158
PEC
AND
U S
UN
TIK
373
135
159
TOTA
L 11
.143
8.24
29.
952
PREV
ALEN
SI2,
021,
421,
57
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
% Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
USI
A (1
0Perp
ustak
aan
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
52.2
62
Perpus
takaa
n
52.2
62
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 2.
055
Perpus
takaa
n 2.
055
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n 13
5
Perpus
takaa
n 13
5
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n
Perpus
takaa
n BNN
BNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNNBNN
Top Related