BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan yang ingin melakukan investasi keluar
negeri perlu mempertimbangkan informasi mengenai ekonomi
disuatu Negara yang akan ditempati. Untuk mengikuti
perkembangan terakhir dan juga untuk merencanakan masa depan,
perusahaan selama bertahun-tahun telah menilai dan memprediksi
kondisi ekonomi ditingkat nasional dan internasional.
Meskipun data yang diterbitkan oleh pemerintah dan
lembaga-lembaga internasional, tidak setepat waktu dan
seakurat seperti yang diinginkan oleh para analis bisnis,
tetapi data analisis inilah yang mereka miliki dan mereka
harus bekerja dengannya. Selain itu para ekonom dan agen
pemasaran menggunakan indikator ekonomi tertentu yang dianggap
dapat memprediksi tren dalam industri mereka.
Sedemikian penting analisis ekonomi baik dimensi ekonomi dan
sosioekonomi yang ditambah dengan kekuatan politik dari suatu
Negara, sebelum suatu perusahaan melangkah inilah yang menjadi
kunci pokok bagi perkembangan perusahaan yang go internasional.
1.2 Perumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud Kekuatan Ekonomi dan Sosioekonomi
- Sebutkan apa saja Dimensi-dimensi Perekonomian dan
Relevansinya
- Sebutkan apa saja Dimensi-dimensi Ekonomi dan Dimensi
Ekonomi yang Lain
- Sebutkan apa saja Dimensi Sosioekonomi dan Dimensi
Sosioekonomi Lainnya
1.3 Tujuan dan Sasaran
-Untuk mengetahui Kekuatan Ekonomi dan Sosioekonomi
-Untuk mengetahui Dimensi-dimensi Perekonomian dan
Relevansinya
-Untuk memperjelas pengetahuan mengenai Dimensi-dimensi
Ekonomi dan Dimensi Ekonomi yang lain
-Untuk mengetahui Dimensi Sosioekonomi dan Dimensi
Sosioekonomi Lainnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Ekonomi Internasional
Tujuan dari analisis ekonomi adalah, pertama, untuk
menilai prediksi keseluruhan dari perekonomian dan kemudian
menilai dampak dari perubahan ekonomi terhadap perusahaan.
Pemeriksaan atas gambar berukit akan mengilustrasikan
bagaimana perubahan dalam satu faktor ekonomi saja dapat
mempengaruhi semua fungsi utama dari perusahaan.
Suatu prediksi mengenai adanya kenaikan dalam lapangan
pekerjaan akan menyebabkan sebagian besar manajer pemasaran
merevisi prediksi penjualan mereka ke atas, yang pada
gilirannya, mengharuskan para manajer produksi untuk
memperbanyak produksi. Hal itu mungkin dicapai dengan menambah
shift kerja, tetapi apabila pabrik tersebut telah beroperasi
selama 24 jam sehari, maka diperlukan mesin-mesin baru. Kedua
situasi tersebut akan memerlukan tambahan pekerja dan bahan
baku, yang kemudian akan menghasilkan tambahan beban kerja
bagi para manajer personalia dan pembelian. Seandainya pasar
bahan baku maupun pasar tenaga kerja ketat, maka perusahaan
mungkin harus membayar lebih tinggi dari harga dan tingkat
upah yang normal. Manajer keuangan kemudian harus melakukan
negosiasi dengan bank guna memperoleh pinjaman yang akan
memungkinkan perusahaan untuk menangani aliran kas keluar yang
lebih besar sampai tambahan pendapatan diterima dari penjualan
yang meningkat.
Lihatlah bahwa semuanya ini terjadi karena perubahan
dalam satu faktor saja. Sebenarnya, tentu saja banyak faktor
ekonomi yang terlibat, dan hubungan-hubungannya adalah
kompleks. Objek dari analisis ekonomi adalah untuk
mengisolasikan dan menilai dampak dari faktor-faktor yang
diyakini mempengaruhi operasi perusahaan.
Ketika perusahaan memasuki pasar luar negeri, maka
analisis ekonomi menjadi lebih rumit karena sekarang para
manajer harus beroperasi dalam dua lingkungan baru luar negeri
dan internasional. Dalam lingkungan luar negeri, tidak hanya
terdapat banyak ahli ekonomi, tetapi, ekonomi tersebut juga
sangat berbeda-beda. Karena perbedaan-perbedaan ini, kebijakan
dirancang untuk kondisi ekonomi disuatu pasar mungkin tidak
sesuai untuk kondisi ekonomi di pasar yang lain. Disamping
memantau lingkungan luar negeri, analisis juga harus mengikuti
tindakan-tindakan yang diambil oleh komponen-komponen dari
lingkungan internasional, seperti pengelompokan regional uni
eropa, NAFTA, dan organisasi-organisasi internasional.
Analisis ekonomi internasional hendaknya juga memberikan
data ekonomi mengenai pasar actual maupun prospektif. Juga,
sebagai bagian dari penilaian atas kekuatan-kekuatan
kompetitif, banyak perusahaan memantau kondisi ekonomi dari
Negara-negara dimana para pesaing utamanya berlokasi, karena
perubahan kondisi bisa memperkuat atau memperlemah kemampuan
para pesaing untuk bersaing dipasar dunia.
Karena pentingnya informasi ekonomi bagi fungsi
pengendalian dan perencanaan dikantor pusat, maka pengumpulan
data dan pembuatan laporan harus menjadi tanggungjawab kantor
induk(home office). Namun, karyawan yang ditempatkan diluar
negeri(perwakilan cabang dan lapangan) diharapkan untuk
memberi sumbangan yang besar terhadap studi atas mereka. Data
dari kawasan-kawasan dimana perusahaan tersebut tidak memiliki
perwakilan lokal, biasanya kurang rinci dan pada umumnya
tersedia dari badan-badan nasional dan internasional. Laporan
dari bank sentral atau internasional merupakan sumber yang
sangat bagus dari informasi ekonomi mengenai suatu Negara.
2.1.1 Dimensi-dimensi Perekonomian dan Relevansinya Bagi Para
Pelaku Bisnis
Untuk mengestimasi perilaku pasar dan juga untuk
memberikan masukan kepada bidang-bidang fungsional lainnya
dari perusahaan, maka para manajer memerlukan data mengenai
ukuran dan tingkat perubahan dari sejumlah faktor-faktor
ekonomi dan sosioekonomi. Supaya suatu area dapat menjadi yang
potensial, maka area tersebut harus mempunyai cukup orang yang
mampu membeli produk-produk dari suatu perusahaan. Data
sosioekonomi memberikan informasi mengenai jumlah penduduk,
sedangkan dimensi ekonomi menceritakan apakah penduduk
tersebut memiliki daya beli (Ball, 2002:241)
2.1.1.1 Dimensi ekonomi
Diantara dimensi ekonomi yang paling penting adalah
pendapatan nasional bruto, distribusi pendapatan,
pengeluaran konsumsi individu, biaya tenaga kerja per
unit. Penjelasan lebih lanjut:
a. Pendapatan Nasional Bruto
Pendapatan nasional bruto (gross national
income/GNI), merupakan penjumlahan dari seluruh
barang dan jasa final yang dihasilkan, dan produk
domestik bruto(PNB dikurangi dengan pendapatan
faktor luar negeri bersih) merupakan nilai-nilai
yang digunakan untuk mengukur besarnya ukuran dari
suatu perekonomian.
b. Distribusi Pendapatan
Data mengenai distribusi pendapatan dihimpun
oleh bank dunia dari sejumlah sumber dan diterbitkan
setiap tahun dalam Word Development Indocators.
Distribusi pendapatan adalah ukuran bagaimana
pendapatan suatu bangsa terbagi diantara rakyatnya.
Meskipun adanya kesulitan-kesulitan yang terkait
dengan studi mengenai distribusi pendapatan, namun
data tersebut memberikan wawasan yang berguna bagi
para pelaku bisnis. Seperti:
o Umumnya pendapatan lebih terdistribusi secara
merata dinegara-negara yang lebih kaya, meskipun
terdapat variasi-variasi penting antar Negara-
negara maju maupun berkembang.
o Restribusi pendapatan berjalan dengan sangat
lambat, sehingga data yang lebih lama dapat
bermanfaat.
c. Konsumsi Perorangan
Salah satu bidang perhatian dari para agen
pemasaran adalah cara-cara para konsumen
mengalokasikan pendapatan bersih mereka (pendapatan
pribadi dikurangi pajak) antara pembelian atas
barang yang kebutuhan pokok dan nonpokok (esensial
dan nonesensial). Para produsen dari alat-alat rumah
tangga tahan lama misalnya, ingin mengetahui jumlah
yang dibelanjakan dalam kategori ini, sementara para
produsen barang-barang yang merupakan kebutuhan
nonpokok akan berminat terhadap besarnya. Sedangkan
pendapatan diskresioner sendiri adalah pendapatan
bersih dikurangi dengan pembelian kebutuhan pokok),
karena ini merupakan uang yang tersedia untuk
dibelanjakan pada produk-produk mereka. Untunglah,
pendapatan bersih dan jumlah yang dibelanjakan untuk
pembelian kebutuhan pokok tersedia dari UN Stastical
Year Book, sementara pendapatan diskresioner dapat
diperoleh dengan cara mengurangi jumlah total dari
pos-pos ini dari pendapatan bersih. Indikator
indikator yang menambah pengetahuan mengenai
konsumsi perorangan adalah indikator-indikator yang
berhubungan dengan a.kepemilikan barang. b.konsumsi
bahan-bahan kunci.
c. Biaya Tenaga Kerja Per Unit
Satu faktor yang memberikan konstribusi
terhadap kesempatan atas investasi yang
menguntungkan adalah kemampuan untuk memperoleh
biaya tenaga kerja per unit (biaya total tenaga
kerja langsung atau unit yang diproduksi) yang lebih
rendah dibandingkan dengan apa yang sekarang
tersedia bagi perusahaan. Kecenderungan luar negeri
dalam biaya-biaya ini dipantau secara ketat karena
tiap Negara mengalami tingkat kenaikan yang berbeda.
Negara-negara dengan biaya tenaga kerja per unit
yang meningkat secara lambat menarik perhatian
menajemen karena dua alas an. Pertama, Negara-negara
tersebut merupakan prosek investasi bagi perusahaan-
perusahaan yang berusaha untuk menurunkan biaya
produksi. Kedua, Negara-negara tersebut mungkin
menjadi sumber persaingan baru dipasar dunia apabila
perusahaan-perusahaan lain dalam industry yang sama
telah berokasi disana.
Perubahan-perubahan dalam tingkat upah juga
mungkin menyebabkan perusahaan multinasional yang
memperoleh produk atau komponen dari sejumlah
cabangnya merubah sumber pasokannya.Apakah alasan
bagi perubahan-perubahan relatif dalam biaya tenaga
kerja ? Tiga faktor yang bertanggung jawab adalah
kompensasi. produktivitas. perubahan kurs.
2.1.1.2 Dimensi Ekonomi yang Lain
Utang internasional yang besar dari sejumlah negara
berpendapatan sedang dan rendah menimbilkan banyak
permasalahan, tidak hanya bagi pemerintah negara-negara
tersebut, tetapi juga bagi perusahaan-perusahaan multi
nasional.
Jika sebagian besar devisa yang diperoleh suatu
negara tidak dapat digunakan untuk mengimpor komponen-
komponen yang digunakan dalam produk-produk lokal, maka
industri-industri lokal harus membuatnya sendiri atau
perusahaan-perusahaan yang mengimpornya harus
menghentikan produksi. Kedua alternative dapat
menyebabkan perusahaan-perusahaan yang mengimpornya harus
menghentikan produksi. Kedua alternative dapat
menyebabkan perusahaan itu menjual suku cadang yang
dibuat disalah satu pabrik dinegara asalanya kepada
cabangnya. Ini merupakan kejadian yang biasa, karena
pabrik dinegara asal biasanya lebih terintegrasi secara
vertikal dibandingkan dengan cabang-cabangnya. Kelangkaan
valuta asing juga dapat mempersulit cabang untuk
mengimpor bahan baku dan suku cadang untuk peralatan
produksinya
Pemerintah mungkin menerapkan pengendalian harga
(yang mempersulit suatu cabang untuk memperoleh
keuntungan), memotong pengeluaran pemerintah (yang
mengurangi penjualan perusahaan), dan menerapkan
pengendalian upah (yang membatasi daya beli konsumen).
Kekacauan ekonomoi yang mengikutinya dapat berubah
menjadi krisis politik, seperti yang terjadi di Venezuela
dan Peru ketika terjadi kerusuhan setelah presiden mereka
mencoba untuk menerapkan tindakan-tindakan penghematan
yang ketat.
Suatu aspek pengurangan utang yang telah menarik
perhatian dari sebagian perusahan multinasional adalah
pertukaran utang dengan ekuitas (debt-for-equity swap).
Kelangkaan valuta asing bahkan dapat mempengaruhi
perusahaan-perusahaan yang hanya mengekspor ke negara-
negara dengan tingkat utang luar negeri yang tinggi,
karena pemerintah dari negara tersebut tentu saja akan
menerapkan pembatasan impor.
2.1.1.3 Dimensi Sosioekonomi
Definisi yang lengkap mengenai potensi pasar juga
harus mencukupi informasi rinci mengenai atribut-atribut
fisik populasi sebagaimana diukur dengan dimensi
sosioekonomi. Bagian ini akan dimulai dengan suatu
analisis atas total populasi.
a.Populasi Total
Populasi total, indikator paling umum mengenai
ukuran pasar potensial, adalah karakteristik
populasi yang pertama yang akan diperiksa oleh para
analis. Fakta bahwa negara maju memiliki penduduk
kurang dari 10 juta memperjelas bahwa ukuran
populasi saja adalah indikator yang buruk dari
kekuatan ekonomi dan potensi pasar. Swiss misalnya,
dengan hanya 7,0 juta penduduk, secara ekonomi jauh
lebih penting dibandingkan dengan Banglades yang
memiliki 128 juta penduduk. Jelas, lebih banyak
informasi yang diperlukan. Hanya untuk beberapa
produk murah dan dikonsumsi secara masal saja,
seperti minuman ringan, rokok, dan sabun, ukuran
populasi saja memberikan dasar yang cukup untuk
mengestimasikan konsumsi.
Untuk produk-produk yang tidak termasuk dalam
kategori ini, populasi yang besar dan populasi yang
meningkat pesat mungkin tidak menandakan suatu
perluasan pasar yang segera, tetapi, jika pendapatan
bertumbuh terus, maka pada akhirnya, paling tidak
sebagian dari penduduk itu akan jadi pelanggan.
Ketika PNB meningkat lebih cepat daripada populasi,
ada kemungkinan terdapat pasar yang meningkat;
sementara situasi sebaliknya tidak hanya menunjukkan
kemungkinan akan adanya penyusutan pasar, tetapi
bahkan mungkin menunjukkan suatu negara sebagai
kawasan potensial terhadap keresahan politik.
Kemungkinan ini diperkuat apabila suatu analisis
terhadap system pendidikan mengungkapkan adanya
peningkatan dalam lulusan teknik dan universitas.
Kelompok-kelompok tersebut berharap memperoleh
pekerjaan dan menerima gaji sebagai professional.
Ketika tidak diciptakan pekerjaan baru yang
mencukupi untuk menyerap mereka, maka pemerintah
dapat berada dalam kesulitan yang serius. Berbagai
negara berkembang telah menghadapi kesulitan semacam
ini: Mesir dan India adalah dua contoh yang
menonjol.
b. Distribusi Umur
Karena hanya sedikit produk yang dibeli oleh
setiap orang, maka para agen pemasaran harus
mengidentifikasikan segmen-segmen dari populasi yang
lebih mungkin akan membeli barang-barang mereka.
Untuk beberapa perusahaan, umur merupakan penentu
yang penting dari ukuran pasar. Tetapi sayangnya,
distribusi kelompok umur dalam populasi sangat
berbeda. Pada umumnya, karena tingkat kelahiran dan
kesuburan yang lebih tinggi, negara-negara yang
berkembang memiliki penduduk berusia muda
dibandingkan dengan negara-negara industri. Populasi
dari negara-negara berkembang berjumlah lebih dari
tiga perempat jumlah peduduk dunia.
Apa artinya hal ini bagi para pelaku bisnis? Di
negara-negara maju, akan ada penurunan dalam
permintaan terhadap produk-produk yang digunakan di
sekolah-sekolah dan produk-produk yang dibeli oleh
dan untuk anak-anak, pasar yang lebih kecil untuk
furniture dan pakaian, tetapi peningkatan dalam
permintaan akan produk-produk perawatan medis dan
produk-produk lain yang terkait, pariwisata dan jasa
keuangan. Perusahaan-perusahaan yang menghadapi
penurunan permintaan akan produk-produk mereka harus
mencari kenaikan penjualan diperekonomian-
perekonomian berkembang, dimana distribusi umur
adalah sebaliknya. Tingkat pertumbuhan yang tinggi
di negara-negar berkembang akan menyediakan pasar
untuk system transportasi, biji-bijian untuk makanan
yang memberikan hasil yang lebih tinggi, pupuk,
alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga,dsb.
Banyak kekuatan yang bertanggung jawab atas
penurunan dalam tingkat kelahiran. Pemerintah tentu
saja mendukung berbagai program keluarga berencana,
tetapi banyak bukti yang menunjukkan bahwa tingkat
kesahatan dan pendidikan yang baik, bersama-sama
dengan peningkatan status wanita, distribusi
pendapatan yang lebih merata, dan tingkat urbanisasi
yang lebih besar, semuanya juga berperan dalam
mengurangi besarnya ukuran keluarga tradisional.
Faktanya, para ahli pernah menyatakan bahwa pengaruh
gabungan dari program keluarga berencana yang
efektif dan pendidikan wanita di atas tingkat dasar
adalah sangat ampuh dalam mengurangi besarnya ukuran
keluarga.
c. Keprihatinan di Negara-negara Maju
Pada tahun 2025, Jepang, dengan penduduk lanjut
usia yang tumbuh paling cepat didunia industri, akan
memiliki penduduk berusia lanjut dengan jumlah dua
kali lipat dari jumlah anak-anak. Cadangan dana
jaminan sosial pemerintah akan mengering karena
biaya pensiun dan kesehatan untuk orang berusia
lanjut, yang diprediksikan akan menghabiskan 73
persen dari pendapatan nasional. Menurut kementrian
kesehatan dan kesejahteraan, satu-satunya solusi
adalah mengenakan pajak yang lebih tinggi dan
mengurangi tunjangan-tunjangan. Suatu analisis yang
dilakukan oleh dewan penasihat perdana mentri
menyimpulkan bahwa apabila system yang ada sekarang
tidak diubah, perekonomian akan runtuh.
Pensiun muda dan fakta bahwa para pensiunan
hidup lebih lama juga membebani system jaminan
sosial dibanyak negara lain. Dinegara-negara
industri, tidak hanya biaya dari system jaminan
sosial meningkat karena pertumbuhan jumlah
pensiunan, tetapi terdapat lebih sedikit orang yang
bekerja dan membayar ke sistem itu untuk mendukung
mereka. Di negara-negara berkembang, hal
sebaliknyalah yang terjadi. Tingkat kelahiran yang
lebih tinggi mengakibatkan banyaknya penduduk
berusia muda dan ini mengurangi rasio ketergantungan
para pekerja yang mendukung sistem itu.
d. Kepadatan dan Distribusi Penduduk
Aspek-aspek kependudukan lain yang menjadi
perhatian manajemen adalah kepadatan pendudukan dan
distribusi penduduk. Kepadatan penduduk adalah suatu
ukuran jumlah penduduk per unit wilayah (penduduk
per kilometer persegi atau mil persegi). Distribusi
penduduk adalah suatu ukuran mengenai bagaimana
penduduk terdistribusi dari daerah pedesaan sampai
ke kota-kota.
Negara berpenduduk padat cenderung membuat
distribusi dan komunikasi produk menjadi lebih
sederhana dan lebih murah dibandingkan dengan
dinegara-negara yang kepadatan penduduknya rendah.
Sebuah fenomena yang mengubah ditribusi
penduduk adalah perpindahan dari desa ke kota, yang
terjadi dimana-mana, terutama dinegara-negara
berkembang, karena orang pindah ke kota-kota untuk
mencari upah yang lebih tinggi dan hidup yang lebih
nyaman.
Perpindahan ini sangat penting bagi para agen
penting bagi para pemasar, karena penduduk kota yang
kurang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal
dikawasan pedesaan, harus memasuki perekonomian
pasar.
2.1.1.4 Dimensi Sosioekonomi Lainnya
Dimensi-dimensi sosioekonomi lainnya dapat
memberikan informasi yang berguna kepada manajemen.
Kenaikan jumlah wanita yang bekerja misalnya, adalah
sangat signifikan bagi para agen pemasaran, karena hal
tersebut dapat menghasilkan pendapatan keluarga yang
lebih besar, pasar yang lebih besar untuk convenience goods
(barang mudah dicari), dan kebutuhan untuk mengubah
bauran promosi. Para manajer personalia tertarik dengan
kenaikan ini, karena hal tersebut mengakibatkan pasokan
tenaga kerja yang lebih besar. Hal ini juga menandakan
bahwa perubahan-perubahan mungkin diperlukan dapal proses
produksi, fasilitas karyawan, dan kebijakan manajemen
personalia.
Data mengenai perceraian disuatu negara, apabila
tersedia, akan membuat para agen pemasaran menjadi
waspada terhadap formasi keluarga dengan orang tua
tunggal dan rumah tangga yang terdiri dari satu orang,
dimana formasi tersebut memiliki kebutuhan akan produk
dan kebiasaan membeli yang berbeda dalam banyak hal
dengan keluarga dengan dua orang tua. Dibanyak negara,
kelompok-kelompok etnis yang penting membutuhkan
pertimbangan khusus baik oleh para manajer pemasaran
maupun personalia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketika perusahaan memasuki pasar luar negeri, maka
analisis ekonomi menjadi lebih rumit. Data sosioekonomi
memberikan informasi mengenai jumlah penduduk, sedangkan
dimensi ekonomi menceritakan apakah penduduk tersebut memiliki
daya beli. Dimensi ekonomi yang seperti halnya pendapatan
nasional bruto, distribusi pendapatan, pengeluaran konsumsi
individu, biaya tenaga kerja per unit. Sedangkan yang lengkap
mengenai potensi pasar juga harus mencukupi informasi rinci
mengenai atribut-atribut fisik populasi sebagaimana diukur
dengan dimensi sosioekonomi. Sumber data ekonomi lain yang
terbukti dapat bermanfaat bagi perusahaan, terutama untuk agen
pemasarannya adalah rencana-rencana ekonomi nasional yang
dipersiapkan oleh pemerintah yang menyatakan tujuan-tujuan
ekonomi dan cara untuk mencapainya yang didalamnya menyangkut
dimensi industri.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, Donald A; McCulloch Jr, Wendell H; Geringer, J. Michael;Minor, Michael S; McNett, Jeanne M.; 8 th International Business; McGraw Hills.2007.
(Tugas 2) PERANAN PEMERINTAH INDONESIA MENGAHADAPI GLOBALISASIPERDAGANGAN INTERNASIONAL
ABSTRAK
Meskipun adanya kontraversi tentang liberalisasiperdagangan, namun pemerintah Indonesia telah melakukanratifikasi terhadap ketentuan WTO dengan keluarnya UU. No. 7Tahun 1994 tentang Persetujuan berdirinya WTO. Hal inimerupakan suatu fakta hukum yang terbentuk atas dasar kemauanpolitik pemerintah untuk mendorong sistem perdagangan bebas
sebagai akibat dari semakin lancarnya arus peredaran barang,jasa modal maupun tenaga kerja antar negara baik dalam tataranregional maupun global. Perubahan ini terutama didukung olehperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sejalandengan perubahan dalam sikap dan pikiran manusia yang semakinmaju. Sebagai akibat dari proses perubahan tersebut, bangsa-bangsa harus bekerja sama baik dalam tataran global maupunregional. Manfaatnya telah dirasakan oleh Indonesia denganadanya perdagangan antar bangsa adalah keberhasilan dalammengembangkan ekspornya, terutama ekspor non-migas.
Oleh sebab itu dalam perdagangan internasional diperlukansuatu sistem penyelenggaraan perdagangan antar bangsa yangdapat mendorong terwujudnya pasar yang bebas, adil dan terbukabagi semua negara. Dalam sistem perdagangan dunia, PemerintahIndonesia telah berjuang bersama-sama dengan negara lain ikutserta secara aktif mensukseskan perundingan perdaganganmultilateral dalam kerangka GATT Putaran Uruguay tahun 1994,yang sasaran utamanya tidak hanya difokuskan pada perdaganganbebas melainkan perdagangan yang adil. Untuk itu Pemerintahtelah mengambil serangkaian langkah deregulasi dandebirokratisasi untuk meningkatkan efisiensi dalamperekonomian nasional. Program tersebut akan terusdiperjuangkan sebagai suatu langkah yang strategis dalammeningkatkan produk ekspor non migas dalam rangka mencapaitujuan pembangunan ekonomi Indonesia.
Kata Kunci: peranan pemerintah, globalisasi perdagangan,perdagangan inernasiona
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPerdagangan internasional merupakan salah satu bagian
dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang akhir-akhirini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perhatian duniausaha terhadap kegiatan bisnis internasional juga semakinmeningkat, hal ini terlihat dari semakin berkembangnya arusperedaran barang, jasa, modal dan tenaga kerja antarnegara.Kegiatan bisnis dapat terjadi melalui hubungan ekspor impor,investasi, perdagangan jasa, lisensi dan waralaba (license andfranchise), hak atas kekayaan intelektual dan sebagainya.
Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan antar bangsatelah lama dilakukan oleh Suku Bugis, hal ini dinyatakan olehPH.O.L.Tobing dalam Huala Adolf bahwa bangsa Indonesia telahmengenal perdagangan Internasional sejak abat ke 17. Salahsatunya adalah Amanna Gappa, kepala suku Bugis yang sadar akanpentingnya dagang (dan pelayaran) bagi kesejahteraan sukunya.Keunggulan suku Bugis dalam berlayar yang hanya menggunakanperahu-perahu Bugis yang kecil telah mengarungi lautan luashingga ke Malaya (sekarang menjadi wilayah Singapura danMalaysia)
Selanjutnya Indonesia mulai mengenal dunia Barat melaluiperdagangan, sejak kedatangan Portugis dan kemudian zamanpenjajahan Belanda. Motivasi kedatangan bangsa Barat dinegara-negara Asia termasuk Indonesia pada mulanya untukberdagang, seperti mencari rempah-rempah untuk di perdagangkandi Eropa. Namun kemudian, dengan motivasi komersial yangsemula menjadi tujuan utama keberadaan bangsa Eropa menjaditergeser oleh kepentingan yang lebih luas, yakni kepentinganpenguasaan politik melalui kekuatan militer untuk menguasaiekonomi yang lebih luas. Mereka berusaha untuk menguasainegara-negara di Asia dengan menerapkan paham merkantilisme(mercantilism). Kenyataan tersebut telah mempengaruhi sejarahbangsa-bangsa Asia termasuk Indonesia, terutama pada awalpriode kolonial hingga periode kemerdekaan.
Untuk mengantisipasi kemajuan di sektor perdagangan, baikdi tingkat nasional maupun internasional (global danregional), Indonesia memerlukan instrumen hukum baru yangdapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan hukum dalam
bidang ekonomi dan perdagangan yang berkembang dewasa ini. Halini diperlukan karena semakin banyaknya persoalan hukum yangmenyangkut masalah-masalah ekonomi/ bisnis yang belum diaturdalam kitab undang undang hukum perdata (KUH Perdata) maupunkitab undang hukum dagang (KUHD) yang berlaku di Indonsia.
Kaidah-kaidah hukum baru yang merupakan hukum ekonomiuntuk sebahagian besarnya tidak lagi berpegang pada asas-asashukum perdata maupun hukum publik yang konvensional. Akantetapi dengan timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru timbul pulakaidah-kaidah baru dan pranata-paranata baru yang sulit sekalidikategorikan ke dalam sistem hukum perdata maupun sistemhukum publik konvensional.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan termasukpembangunan di bidang ekonomi, hukum bukan saja dipandangsebagai salah satu obyek atau sarana pembangunan, akan tetapijuga berfungsi sebagai suatu penunjang bagi kelangsunganpembangunan, baik dalam memberikan dasar kepastian, alatpengamanan maupun sebagai alat untuk mempercepat prosespembangunan. Jelasnya bahwa hukum merupakan alat untukmenentukan berhasil tidaknya pembangunan itu sendiri, terutamadalam mendukung pembangunan ekonomi nasional.
Dengan diselenggarakannya pertemuan Double WTO, tidakterlepas dari rangkaian kebijaksanaan di sektorperdagangan. Berbagai persetujuan hasil Putaran Uruguay yangdisepakati di Marrakesh (Maroco) yang berakhir tahun 1994,merupakan kesepakatan untuk memperbaiki situasi hubunganperdagangan internasional melalui upaya mempertahankan aksespasar barang dan jasa, menyempurnakan berbagai peraturanperdagangan, memperluas cakupan dari ketentuan dan disiplinGATT, dan memperbaiki kelembagaan atau institusi perdaganganmultilateral antara berbagai bangsa.
Masuknya Indonesia sebagai anggota perdagangan duniamelalui ratifikasi terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994tentang Pengesahan Agreement on Establishing The World TradeOrganization/WTO(Persetujuan Pembentukan Organisasi PerdaganganDunia) membawa konsekuensi baik eksternal maupun internal.Konsekuensi eksternal, Indonesia harus memetuhi seluruh hasilkepakatan dalam forum WTO. Konsekuensi internal Indonesiaharus melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangannasional sesuai dengan ketentuan hasil kesepakatan WTO,artinya dalam melakukan hormonisasi hukum, Indonesia harus
tetap memikirkan kepentingan nasional namun tidak melanggarrambu-rambu ketentuan WTO. Dengan demikian Indonesia telahterikat untuk mematuhi segala kaidah-kaidah yang disepakatidalam persetujuan perdagangan internasional, termasukmelakukan perubahan baik terhadap instrumen hukum maupunkebijaksanaan pembangunan di bidang perdagangan
B. Perumusan MasalahBertitiktolak dari uraian di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan adalah sebagai berikut.1. Bagaimanan peranan pemerintah Indonesia dalam Perdagangan
Internasional.2. Komitmen dan Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia dalam mendukung Liberalisasi PerdaganganInternasional.
C. Landasan TeoriTimbulnya kebebasan dalam melaksanakan perdagangan antar
negara, atau disebut dengan perdagangan internasionaltermotivasi oleh paham atau teori yang dikemukakan oleh AdamSmith dalam bukunya berjudul “The Wealth of Nations”, yang disebutdengan ”Teori Pasar Bebas”, yang menyatakan bahwakesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakinmeningkat, jika perdagangan internasional dilakukan dalampasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan seminimalmungkin.
Menurut teori ini, suatu negara yang mempunyai keunggulanabsolut relatif terhadap negara mitra dagangnya dalammemproduksi barang atau komoditi tentu, akan mengeksporkomoditi tersebut ke negara mitra yang tidak memilikikeungulan absolut (absoluth disadventage). Demikian pulasebaliknya, sehingga dalam sistem perdagangan bebas, di antaranegara-negara mitra dagang tersebut akan memiliki nilai eksporyang sama dengan nilai impornya. Dengan sistem perdaganganbebas, sumber daya yang akan digunakan secara lebih efisien,sehingga kesejahteraan yang akan dicapai akan lebih optimal.Namun dalam kenyataannya justru yang terjadi di Eropa adalahketidak adilan dan kesenjangan sosial antara para pengusahayang kaya raya dengan kaum buru atau petani yang miskin.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Peranan Indonesia dalam Menghadapi Perdagangan Bebas
1. Pro dan Kontra Terhadap Perdagangan BebasDengan terbentuknya kawasan perdagangan bebas ASEAN
(ASEANFree Trade Area) merupakan tantangan besar bagi Indonesiaterutama dalam memposisikan para produsen atau pelaku usahalokal atau domestik agar sejajar dengan para para pelaku usahadari lainnya dalam menghadapi pasar bebas, baik di kawasanregional ASEAN maupun di luar ASEAN. Kemudian semenjak 1Januari tahun 2010 terbentuk pula kawasan perdagangan bebasChina-ASEAN (China-ASEAN Free trade Area/CAFTA). Adanya kawasan pasarbebas tersebut diharapkan dapat meningkat pertumbuhan ekonomiIndonesia terutama peningkatan ekspor non migas.
Sebaliknya pandangan yang pesimis terhadap PersetujuanPutaran Uruguay di Marrakech (Morocco) tahun 1994, timbulkarena adanya perbedaan kekuatan ekonomi antara negara didunia. Negara-negara maju mempunyai kekuatan ekonomi yanglebih besar dibandingkan dengan negara berkembang di Selatan.Negara-negara maju melalui kegiatan yang bersifatmultinasional telah menguasai teknologi, dana dan jaringanindustri serta perdagangan dunia, sedangkan Negara berkembangrelatif masih tergolong miskin. Kesepakatan Uruguaydihawatirkan akan dapat merugikan negara berkembang terutamadalam masalah produksi dan perdagangan komoditi pertanian,industri dan jasa. Hal ini dapat terjadi karena produk-produktersebut di negara berkembang masih merupakan masalah besardan belum efisiensi, baik karena rendahnya kemampuan teknologimaupun karena kualitas sumber daya manusia masih rendah. Disisi lain perdagangan bebas akan menyebabkan penyerbuanproduk-produk negara maju yang dipasarkan di negara berkembangkarena kualitasnya dan teknologinya baik, harganya lebihmurah. Lebih-lebih pemasaran tersebut dilakukan di Indonesiasebagai salah satu negara yang sangat padat penduduknya denganperilaku yang sangat konsumtif, hal ini sangat penting sebagaikawasan pemasaran yang potensial bagi produk-produk negaramaju.
Tidak dapat dihindari bahwa kontraversi tentangperdagangan bebas masih ada di kalangan para ahli, baik
yang berasal dari negara lain maupun dari dalam negerisendiri, antara lain Sri Edi Swasono dalam NursalamSianipar misalnya menilai bahwa:
a. Pasar bebas akan menggagalkan cita-cita mencapaikeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Pasar bebas dapat mengganjal cita-cita ProklamasiKemerdekaan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruhtumpah darah Indonesia.
c. Pasar bebas tidak mampu memihak kepada bekas kaumInlander (kaum terjajah) yang jauh di bawah martabat kaumEropah dan Timur Asing.
d. Pasar bebas menutup hak demokrasi ekonomi rakyat,yang miskin tanpa daya beli akan menjadi penonton belaka,berada di luar pagarpagar transaksi ekonomi.
e. Pasar bebas melahirkan swastanisasi yang memberikancabang-cabang produksi yang penting banegara dan menguasaihajat hidup orang banyak ke tangan partikelir dan asing.
f. Pasar bebas mencari keuntungan ekonomi. Pasar bebasmenggeser, dan menggusur rakyat dan tanah dan usaha-usahaekonominya,
g. Pasar bebas memperkukuh ketimpangan struktural,lantas mendorong ter-bentuknya polarisasi sosial ekonomi,memperenggang persatuan nasional.
h. Pasar bebas melihat sistem ekonomi subordinasi yangekploitatif dan diskriminatif terhadap yang lemah.
i. Kemudian pasar bebas mengacau pikiran kita,melumpuhkan misi-misi mulia dan mendorng lidah kita bicarapalsu, membabi buta anti subsidi, anti proteksi demiefisiensi yang jarang memberi manfaat bagi si lemah.
Pendapat tersebut tampaknya termasuk ke dalam pahamyang tidak menyetujui negara-negara berkembang terlaluterlibat dalam perdagangan bebas karena hanya akan lebihmenyengsarakannya. Pendapatnya juga sangat nasionalistiktanpa menghiraukan hasil-hasil konkret yang telah dicapainegara-negara di dunia yang telah mengikuti perdaganganbebas.
Kritikan terhadap kesepakatan Uruguay juga dikemukakanoleh Martin Khor Kok Peng yang menyatakan, “bahwa melaluiPutaran Uruguay itu, negara-negara industri berusaha untuk
memperluas dan memperketat kontrol mereka terhadap ekonomidunia pada umumnya, maupun terhadap ekonomi nasional negara-negara Dunia Ketiga. Dalam banyak bidang negosiasi negara-negara industri berusaha untuk meremehkan atau menggeser samasekali seluruh prinsip pembangunan yang sampai saat ini telahditerima di lingkungan GATT”.
Selanjutnya Arief Budiman dalam Martin Khor Kok Pengmengemukakan bahwa, perundingan internasional yang dikenaldengan nama Putaran Uruguay, merupakan salah satu bentuk dariusaha memaksa prinsip pasar bebas ke negara-negara DuniaKetiga. Yang dirundingkan adalah supaya semua bentuk proteksidihilangkan, baik terhadap barang industri maupun terhadapjasa. Juga hak paten yang banyak dikuasai oleh negara-negaraindustri maju harus dihormati oleh negara-negara DuniaKetiga. Ini berarti bahwa pasar di semua negara di dunia iniharus siap untuk diinternasionalisasikan.
Perundingan GATT dalam Putaran Uruguay, merupakan agendanegara-negara industri yang secara radikal melakukanrestukturisasi terhadap GATT, sehingga mereka dapat memperluaskekuasaan mereka terhadap dunia ketiga dalam bidang ekonomi.Dengan demikian, mereka akan mampu memaksakan berbagaiperaturan baru untuk memaksimalkan kegiatan perusahaan merekaberdasarkan prinsip perdagangan bebas (tanpa ada campur tangannegara) di negara-negara Dunia Ketiga.
Penerapan liberalisasi ekonomi yang tercermin melaluiperdagangan internasional, bagi negara-negara berkembangternyata banyak mengundang masalah, terutama menyangkutkesiapan pelaku ekonomi dalam berkompetisi. Demikian puladengan kesiapan perangkat hukum sebagai penunjang atasberlakunya liberalisasi perdagangan belum menampakkansupremasinya. Hal ini merupakan persoalan yang paling krusialbagi negara berkembang terutama mengenai eksistensiliberalisasi ekonomi yang dipercaya mampu menciptakankemakmuran yang optimal bagi masyarakat.
Selogan pasar bebas, perdagangan bebas, deregulasi,privatisasi dan liberalisasi, bertujuan untuk memaksimalkankebebasan dan sumber-sumber yang harus diberikan kepadaberbagai perusahaan transnasional untuk beroperasi. Pada saatyang sama negara industri maju menuntut minimalisasi campurtangan pemerintah untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.Upaya berbagai perusahaan untuk merebut pasar bebas,
deregulasi, dan privatisasi itu dimulai pada tingkat nasionaldan seterusnya diperluas ke tingkat internasional denganmenggunakan konsep pasar bebas.
Oleh karena itu apabila usulan negara-negara industriditerima oleh negara-negara Dunia Ketiga yang umumnya sebagainegara berkembang, maka mereka akan kehilangan sebahagianbesar dari hak mereka untuk mengatur ekonomi, lingkungan,kesehatan dan bahkan kebudayaan mereka. Hak ini akan beralihkepada perusahaan-perusahan yang diberi berbagai kebebasandari campur tangan dan intervensi negara di Negara DuniaKetiga.
Menurut Martin Khor Kok Peng, “dalam Perundingan PutaranUruguay seharusnya yang diperjuangkan oleh negara-negara DuniaKetiga adalah perda-gangan yang adil, bukan perdagangan bebas.Apa yang sangat dibutuhkan adalah tatanan ekonomiinternasional yang mengakui serta melayani berbagai kebutuhanpembangunannya, yaitu kebutuhan untuk memproduksi berbagaiproduk yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhanmanusiawi warga masyarakat, kebutuhan akan pembagian sumberdaya yang semakin adil dan merata, serta kebutuhan akanbentuk-bentuk pembangunan yang berkelanjutan secara ekologis.
Sehubungan dengan pendapat di atas, agar tata ekonomidunia seperti itu dapat terwujud, seharusnya negara-negaraUtara (negara-negara industri) mengakui bahwa mereka memilikihutang historis yang besar terhadap Selatan (Dunia Ketiga)karena selama berabad-abad mereka melakukan eksploitasi baikterhadap sumber daya manusia, finansial, maupun sumberdayaalam negara-negara Selatan. Sebagai akibat dari eksploitasitersebut, negara-negara Selatan secara ekonomis tidak mampubersaing di bawah persyaratan yang sama dengan negara-negaraindustri maju. Itulah sebabnya negara-negara Dunia Ketigamenganggap prinsip pembangunan sebagai suatu konsep yangsangat penting untuk diikuti dalam Putaran Uruguay. Merekaperlu diberi kesempatan untuk mengutamakan kebutuhanpembangunan mereka sebagai prioritas dalam melakukan negosiasimengenai syarat persetujuan dalam berbagai bidang di dalamPutaran Uruguay.
Menurut BM. Koentjoro Jakti, sebagai salah satu negarayang telah menandatangani kesepakatan liberalisasi perdaganganintenasional (WTO) pada putaran Uruguay di Marakech (Marocco)tahun 1994, Indonesia harus menerima risiko menghadapi
persaingan yang semakin ketat, demikian pula dengan berlakunyaAFTA semenjak tahun 2003. Kesepakatan tersebut harus diterimaoleh Indonesia jika tidak ingin terisolasi dari Negara ASEANlainnya, lebih-lebih di kawasan ASEAN Indonesia adalah satu-satunya negara yang yang dulunya merupakan jajahan Belandayang menganut sistem hukum Kontinental (Civil Law). Sementarasebahagian besar negara-anggota ASEAN lainnya merupakan bekasjajahan Inggris yang menganut sistem hukum Anglo Saxon (CommonLaw). Sebagai negara bekas jajahan Inggris, negara-negaratersebut tidak akan banyak memberikan harapan untuk mendukungIndonesia dalam bernegosiasi atau diplomasi gunamemperjuangkan hak dan kepentingannya dalam sidang WTO.Negara-negara tersebut secara emosional bahkan lebih cenderunguntuk mendukung negara bekas penjajahnya, misalnya melaluiOrganisasi Negara Persemakmuran (Commonwealth). Hal inimerupakan problem bagi Indonesia untuk tidak dapat menolak WTOmeskipun kemungkinan lebih banyak merugikan Indonesia sebagainegara berkembang. Selain itu kapabilitas wakil Indonesia disidang WTO dalam bernegosiasi masih lemah, mengingat keadaanekonomi Indonesia yang masih sangat bergantung pada bantuanluar negeri terutama bantuan dari negara-negara maju yangmenganut sistem hukum Common Law.
Dalam menghadapi persaingan yang cenderung akan semakinketat, Indonesia memerlukan kesiapan, terutama upayapeningkatan sumber daya manusia, efesiensi, teknologi, dankualitas produk, serta perbaikan sistem dan pranata hukum yangmampu mendukung kegiatan bisnis yang semakin modern danglobal.
Menurut Sunaryati Hartono, "segala perubahan denganberbagai implikasi baik dalam lingkup nasional, regionalmaupun global perlu terus dipantau dengan sikap terbuka, agarkita mencari jalan bagaimana kita dapat menyesuaikan diridengan perubahan-perubahan tersebut, tanpa merugikankepentingan nasional. Dalam rangka mengantisipasi perkembanganhubungan ekonomi dan perdagangan di masa depan khususnya untukmenunjang pelaksanaan AFTA, GATT, dan Deklarasi Bogor, makahukum ekonomi nasionalpun perlu di up-datekan, baik hukumnasional yang berbentuk peraturan perundang-undangan,yurisprudensi, keputusan arbitrase, maupun hukum kebiasaandagang, termasuk lembaga, mekanisme pranata maupun saranahukum, fisik maupun non fisik.
Kondisi interdependensi dan kebutuhan perdagangan antarbangsa memerlukan pengaturan sesuai dengan norma-norma hukumekonomi internasional, agar kelancaran perdagangan lebihterjamin guna memajukan kondisi ekonomi suatu negara.Banyaknya hambatan perdagangan yang selama ini telahmenyebabkan kelesuan ekonomi, sehingga disadari perlunyakesepakatan untuk memperlancar arus barang, jasa maupun modalantar negara. Dengan dikuranginya atau dihapusnya hambatanperdagangan antar negara, maka masing-masing negara akansaling berkompetisi untuk merebut pasar negara lain, sekaligusjuga mempertahankan pasar dalam negeri.
Adanya perdagangan internasional diharapkan dapatmeningkat pertumbuhan ekonomi dunia terutama bagi negara-negara berkembang berdasarkan prinsip-prinsip perdaganganbebas yang tuangkan dalam GATT/WTO. Namun demikian, prinsip-prinsip tersebut masih dirasakan tidak adil oleh negara-negaraberkembang, maupun lembaga swadaya masyarakat dan organisasiburuh di negara maju. Kebijaksanaan tersebut bahkan kurangmemperhatikan masalah lingkungan dan nasib tenaga kerja, akantetapi lebih memberikan peluang bagi negara maju untukmenguasai pasar dalam negeri negara-negara berkembang.Sementara negara-negara maju tetap ingin mempertahankan pasardalam negerinya terhadap masuknya barang maupun jasa darinegara berkembang.
Meskipun perdagangan bebas tidak selamanya memberikandampak positif terhadap kemajuan ekonomi negaraberkembangan, namun Indonesia tidak dapat menutup diri dariarus globalisasi dengan cara melakukan kebijakanproteksionisme. Kepentingan bangsa dan negara kita initidak mungkin dapat dicapai dengan cara menutup diri daridunia luar. Globalisasi harus diterima sebagai realitasmasyarakat internasional kontemporer tidak dapat dihindari.Oleh karena itu Indonesia harus ikut bermain di dalamperdagangan bebas untuk bersaing dengan negara-negara lain,sehingga dapat mengenal kelemahan dan kekuatan sendiriserta mampu memanfaatkannya.
Demikian pula dengan para pembuat kebijakan hendaknyatidak lagi melihat dunia secara konfrontatif, memandangnegara-negara maju sebagai penjajah dan negara berkembangsebagai terjajah, karena cara berpikir demikian tidakbermanfaat. Kecenderungan negara-negara di dunia menerima
perdagangan bebas, hampir semua negara adalah anggota WTO atautengah menunggu menjadi anggota. Negara-negara berkembangtelah menjadi anggota dari organisasi perdaganganinternasional, baik global maupun regional karena banyakmanfaat yang dapat diperolehnya. Untuk menjamin hak-hak dankewajibannya yang sudah disepakati bersama, makadiperlukaninstrumen hukum yang dapat menyelesaikan permasa-lahanhukum bagi terwujudnya sistem perdagangan yang bebas, tertibdan adil.
2. Peran Indonesia Dalam Perdagangan InternasionalTerlepas dari masih adanya kontraversi tentang
perdagangan bebas, dari sudut hukum bahwa ratifikasi yangdilakukan pemerintah Indonesia terhadap WTO merupakan suatufakta hukum yang terbentuk atas dasar kemauan politikpemerintah untuk mendorong sistem perdagangan bebasyang tidak dapat dihindari. Perubahan ini terutama disebabkanoleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakincepat dan luas sejalan dengan perubahan dalam sikap danpikiran manusia yang semakin maju. Sebagai akibat dari prosesperubahan tersebut, bangsa-bangsa harus bekerja sama baikdalam tataran global maupun regional.
Manfaat yang dirasakan oleh Indonesia dengan adanyaperdagangan antar bangsa adalah keberhasilan dalammengembangkan ekspornya, terutama ekspor non-migas. MenurutNursalam Sianipar, sampai dewasa ini Indonesia telahmenikmati fasilitas sistem proferensi umum (generalized system ofpreference/ GSP) yang berupa pengurangan dan penghapusan beamasuk atas ribuan produk ekspor oleh beberapa negara majuseperti AS, MEE, Kanada, Australia, Selandia Baru, danJepang.
Menghadapi sikap diskriminatif dari negara-negara majuterhadap impor dari negara-negara berkembang, PemerintahIndonesia hendaknya lebih berperan untuk menekankan adanyapengaturan multilateral sebagaimana dimuat GATT yangdidasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi, yang dalam hal inimenunjukkan bahwa kesejahteraan bangsa dapat ditingkatkanmelalui perdagangan bebas serta berlandaskan asas non-diskriminasi. Meskipun ide tersebut masih jauh darikenyataannya, namun sistem ini semakin berkembang yaknimelalui berbagai putaran perundingan perdagangan multilateral,tidak saja mampu untuk meningkatkan keterbukaan dan kebebasanperdagangan dunia, melainkan juga sistem perdagangan yang adilantar bangsa.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Soedradjat J. Djiwandonodalam Nursalan Sanipar, bahwa “ekonomi Indonesia telah makinberagam dan berdaya saing dalam keadaan seperti ini,kepentingan utama ekonomi nasional adalah tersedianya pasaryang bebas dan terbuka serta meluas. Oleh sebab itu dalamperdagangan internasional diperlukan suatu sistempenyelenggaraan perdagangan antar bangsa yang dapat mendorong
terwujudnya pasar yang bebas, adil dan terbuka bagi semuapelakunya. Dalam sistem perdagangan dunia. perjuangan nasionalharus dilakukan untuk bersama negara lain ikut serta secaraaktif mengusahakan suksesnya perundingan perdaganganmultilateral dalam kerangka GATT Putaran Uruguay tahun 1994,yang sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kebutuhan dankebebasan perdagangan dunia Inilah yang mendasari peningkatankegiatan Indonesia dalam perundang-undangan multilateral.
Lebih Lanjut Soedradjat menegaskan keyakinannya bahwa,"Kegagalan penciptaan aturan main perdagangan antar bangsayang lebih terbuka, bebas, dan adil untuk semua negara danperekonomian akan berati merajalelanya proteksi danfragmentasi perdagangan dengan segala konsekuensinyaperdagangan dunia akan menciut, pengangguran akan membengkakdan kemakmuran akan menurun. Kiranya semua negara di duniatidak menghendaki hal itu terjadi. Karena itu, segala upayaharus dilakukan untuk tercapainya kesepakatan duniaberhasilnya Putaran Uruguay.
Dukungan Indonesia terhadap sistem perdagangan yangterbuka telah ditunjukkan oleh kebijakan deregulasi yang telahberlangsung sejak tahun 1980-an. Semenjak dua puluh tahunterakhir, ekonomi Indonesia dapat disebut sebagai dasa warsareformasi. Paket demi paket deregulasi diumumkan, bisnis-bisnis yang tertutup atau dibatasi bagi pendatang baru tinggalsedikit sekali.
Manfaat keikutsertaan Indonesia dalam persetujuantersebut pada dasarnya bukan saja memungkinkan terbukanyapeluang pasar interna-sional yang lebih luas, tetapi jugamenyediakan kerangka perlindungan multilateral yang lebihbaik lagi kepentingan nasional dalam perdaganganinternasional, khususnya dalam menghadapi mitra dagang.
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dibidang ekonomi dibutuhkan upaya-upaya untuk antara lain mampumeningkatkan, memperluas, memantapkan dan mengamankan pasarbagi segala produk, baik barang maupun jasa, termasuk aspekinvestasi dan hak atas kekayaan intelektual yang berkaitandengan perdagangan, serta meningkatkan kemampuan daya saingterutama dalam perdagangan internasional. Untuk mendukungtujuan tersebut, maka Pemerintah Indonesia memutuskan untukmengesahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement
on Establishing the World Trade Organization (Persetujuan berdirinyaOrganisai Perdagangan Dunia) pada tanggal 2 November 1994.
Dengan diratifikasi persetujuan berdirinya WTO tersebut,artinya Indonesia telah resmi menerima kesepakatan WTO.Sebagai tindak lanjutnya Pemerintah Indonesia mengeluarkanberbagai peraturan perundang-undangan yang menjadi dasarpengaturan perdagangan internasional antara lain, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Undang-UndangNomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 10Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 34 tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping,Tindakan Imbalan dan Tindakan Pengamanan Perdagangan.
Keberadaan peraturan perundang-undangan ini diharapkandapat memberi-kan manfaat bagi pembangunan ekonomi, kuhususnyadi dalam sektor-sektor industri, pertanian dan perdagangan.Undang-undang ini sangat mendukung upaya Indonesia dalammengembangkan perdagangan luar negeri, khususnya ekspor nonmigas, yang merupakan pendukung utama pembangunan perekonomiannasional. Melalui keanggotaannya di WTO, Indonesia berharapdapat berperan dalam mendorong perwujudan tatanan baru dibidang perdagangan internasional.
Menurut H.S. Kartadjoemena, dengan melihat masalah dalamkonteks yang lebih fundamental lagi, dapat dikemukakan bahwakepentingan dasar Indonesia untuk turut serta secara aktifdalam Perundingan Uruguay Round. Perundingan tersebut tidakterlepas dari kepentingan Indonesia, yakni sebagai berikut:
a. Pembangunan nasional secara menyeluruh merupakan tujuanutama Pemerintah Indonesia.
b. Di bidang ekonomi, tujuan pembangunan hanya dapattercapai apabila Indonesia dapat mencapai dan mempertahankanlaju pertumbuhan yang cukup tinggi, dengan tingkat inflasiyang terkendali, serta tetap mempertahankan aspek pemerataan.
c. Dalam upaya untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukuptinggi tersebut, sektor luar negeri telah memegang perananpenting. Hal ini akan tetap berlaku sampai tahun-tahunmendatang, karena pasar dalam negeri dengan tingkat pendapatannasional per kapita yang relatif masih terlalu rendah, tidakdapat menjadi motor pendorong laju pertumbuhan pendapatannasional yang cukup tinggi.
d. Berbeda dengan tahun 1970-an, ketika penghasilan darisektor migas menjadi andalan dari program pembangunan, dan
sejak tahun 1980-an, Indonesia memusatkan perhatian terutamapada sektor non-migas.
e. Agar ekspor non-migas dapat terus berkembang denganpesat, maka Pemerintah telah mengambil serangkaian langkahderegulasi dan debirokratisasi untuk meningkatkan efisiensidalam perekonomian. Program tersebut akan terus dilakukan,karena kepentingan nasional menunjukkan bahwa langkah-langkahtersebut merupakan suatu hal yang strategis dan sangat tepatuntuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang yang telahditentukan oleh pihak Indonesia.
Keharusan Indonesia untuk berperanserta secara aktifdalam sistem perdagangan multilateral dilandasi olehbanyak alasan antara lain karena sebagai suatu sistemekonomi Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari sistem-sistem ekonomi negara lain yang kesemuanya membentuksistem ekonomi internasional. Bahkan dapat dikatakan bahwaIndonesia merupakan sub sistem dari sistem yang lebihbesar yaitu sistem ekonomi internasional.Guna meningkatkansistem perekonomiannya Indonesia sangat bergantung padasistem perekonomian negara lain dan sistem ekonomiinternasional oleh karena itu harus terdapat keselarasandi antara sistem-sistem ekonomiini. Suatu hal yang harusmenjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan kebijakanekonomi internasional yakni terdapatnya kepentingan yangberbeda-beda di antara negara-negara pelaku perdaganganinternasional. Sebagai Konsekuensinya adalahtimbulnyaconflic of interest sehingga diperlukan mekanismepenyelesaian konflik yang mampu memberikan hasil maksimalbagi semua pihak dan sejauh mungkin dihindari adanya pihakyang dirugikan.
Pilihan Indonesia terhadap perdagangan bebas dapatdicari landasannya dari analisis tentang kekuatan,kelemahan, kesempatan serta ancaman-ancaman yang dimilikiyang dihadapi oleh Indonesia sendiri. Kekuatan Indonesiayang terletak dalam kekayaan potensial baik dalam sumberdaya alam maupun manusia. Kekayaan potensial inidiefektifkan lewat kehendak poitik (politic will) pemerintah.Jika dilihat ke belakang, sejak tahun 1980-an pemerintahterus melancarkan reformasi kebijakan ekonomi gunamemaksimalkan hasil-hasil pembangunan. Puluhan paketkebijaksanaan telah diberlakukan. Namun sebagai negara
berkembang Indonesia memiliki banyak kelemahan yang harusdisadari dan diwaspadai dalam kancah perdaganganinternasional. Di samping itu, seperti negara berkembangpada umumnya Indonesia masih kekurangan tenaga ahlidi berbagai bidang kegiatan ekonomi dan tertinggal jauhdari negara-negara maju di bidang teknologi, maka melaluiperdagangan internasional sebagaimana ingin diciptakandalam sistem GATT dan WTO menawarkan kesempatan bagi semuanegara untuk meningkatkan taraf hidup di bawah disiplinmultilateral. Kelemahan-kelemahan Indonesia jika dilihatsecara positif dapat merupakan peluang untuk terusmeningkatkan pangsa pasar komoditi Indonesia dalamperdagangan internasional sebagaimana diatur WTO yangsedemikian jauh telah mendatangkan hasil positif bagi semuaanggotanya.
Dalam menyambut hasil-hasil Putaran Uruguay, delegasiIndonesia telah memberikan pernyataan yang antara lainberisikan pandangan-pandangan sebagai berikut:
a. Meskipun menyadari beban atas kewajiban-kewajibanbaru yang berlaku, namun dapat diterima paket PutaranUruguay karena berkeyakinan bahwa masa depan pertumbuhanekonomi dunia dan kemakmuran global serta prospekpembangunan di negara-negara berkembang bergantung padaketerbukaan dan sistem perdagangan internasional yangadil.
b. Di antara kewajiban-kewajiban baru yang dipandangsebagai konsesi utama adalah perjanjian tentang hak milikintelektual. Guna melaksanakan perjanjian tersebutsepenuhnya, Indonesia memerlukan bantuan teknik dari mitranegara- negara maju. Dengan penyesuaian-penyesuaian yangakan dilakukan oleh Indonesia, maka yang paling dibutuhkanadalah kerja sama teknik dan bukan gangguan hukum (legalharassment).
c. Di bidang jasa, negara - negara berkembang, termasukIndonesia telah menerima kewajiban sebagai bagian daripaket global, meskipun untuk itu harus berkorban.Konstribusi di bidang ini untuk sistem perdaganganmultilateral haruslah diakui.
d. Peluang akses pasar yang lebih besar bagi semuanegara mitra dagang merupakan tujuan utama PutaranUruguay. Negara-negara berkembang mengharapkan dapat
memperoleh akses lebih besar bagi ekspornya di tahun-tahunmendatang. Indonesia telah mengajukan 94% dari cakupanproduknya untuk impor dengan tarif yang diikat; angkatersebut merupakan kenaikan substansial di bidang konsesisebelumnya.
e. Dalam paket Putaran Uruguay juga disepakati agarproduk tekstil dan pertanian secara bertahap dapat sejalandengan disiplin multilateral. Indonesia berharap bahwaperjanjian yang baru pada gilirannya akan menjadikanpraktek-praktek dagang di sektor ini akan sejalan denganaturan GATT serta menghilangkan praktik-praktikdiskriminasi terhadap negara-negara berkembang.
f. Sistem perdagangan dunia yang terbuka dan dinamisjuga membutuhkan kesediaan dari semua pihak untuk menerimaperalihan dalam keuntungan komparatis serta untukmelaksanakan penyesuaian struktural apabila diperlukan;tidak mengalihkan beban penyesuaian kepada mitra dagangyang lemah.
g. Negara-negara berkembang menyadari keharusan untukmelakukan penyesuaian struktural. Negara-negara berkembangtelah memberikan bagiannya dalam memperkuat sistemmultilateral dengan melaksanakan reformasi domestiknyaguna menjadikan perekonomiannya lebih tanggap terhadappasar, dan dengan meliberalisasikan rejim perdagangannyasementara berlangsungnya Putara Uruguay. Negara-negaraberkembang telah melakukan perubahan-perubahan tersebutmeskipun menghadapi risiko politik dan pengorbanan sosial.
h. Dalam kaitan ini, Indonesia mencatat dengan prihatintentang adanya tendensi baru di negara-negara maju, yaitudengan menggunakan dalih kepedulian sosial dan lingkunganuntuk membatasi perdagangan. Proteksi tersamar ini tidakhanya akan menghambat keuntungan komparatif negara-negaraberkembang tetapi juga akan menimbulkan risiko dibukanyakembali keseimbangan yang telah susah payah dicapai antarahak. kewajiban dan kepentingan dari semua pihaksebagaimana tercakup dalam Final Act.
i. Menjadikan kewajiban semua pihak untuk tidakmemperlemah WTO yang masih akan dibentuk dengan caramembebaninya dengan isu-isu kontroversial. Sebaliknya,kita berharap agar organisasi baru tersebut dapat secaraefektif bertindak sebagai "penjaga" sistem perdagangan
multilateral yang didasarkan atas aturan. dapatdiramalkan, dan non- diskriminasi. Demikian puladiharapkan agar organisasi baru tersebut dapat bertindaksebagai "penjamin" dari hak-hak para mitra dengan yanglemah terhadap tindakan sewenang-wenang dan multilateraldari pihak yang kuat.
B. Komitmen dan Langkah-Langkah Pemerintah Indonesia dalamMendukung Liberalisasi Perdagangan Internasional
1. Komitmen Pemerintah dalam mendukung PerdaganganInternasional
Sebagai tindak lanjut dari upaya pengembangan ekonominasional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat,Pemerintah Indonesia telah menentukan ”arah kebijaksanaan dibidang hukum” dalam mendukung kegiatan ekonomi yang merupakanbagian dari rencana pembangunan jangka panjang (RPJP)nasional, diatur dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007tentang Rencana Pemba-ngunan Jangka Panjang (RPJP) NasionalTahun 2005-2025. Dalam Lampiran Bab IV. 1.2 Huruf A, tentangReformasi Hukum dan Birokrasi”, khususnya pada angka 1dinyatakan bahwa: ”Pembangunan hukum diarahkan untuk mendukungterwujud-nyapertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; mengatur permasalahan yangberkaitan dengan ekonomi, terutama dunia usaha dan dunia industri; serta menciptakan kepastianinvestasi, terutama penegakan dan perlindungan hukum”.
Sehubungan dengan arah kebijakan yang terkandung dalamRPJP 2005-2025 tersebut, maka untuk mewujudkan pertumbuhan dibidang ekonomi, Indonesia perlu menggalang kerja samainternasional, di segala bidang termasuk kerjasama di bidanghukum dan ekonomi dalam upaya menunjang dan mempercepatpelaksanaan pembangunan nasional. Salah satu sektor yangsedang dan terus digalakkan oleh pemerintah dalam upayameningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional adalah sektorperdagangan dan Industri, yang mengarah pada peningkatanekspor non migas, peningkatan daya saing, serta perluasanpasar luar negeri.
Dalam menghadapi perkembangan, perubahan, dan kecenderungglobal serta memanfaatkan peluang yang ada, Indonesia terusberusaha ikut serta dalam upaya meningkatkan kerja sama antaranegara untuk mempercepat terwujudnya pertumbuhan ekonomi yaknimelalui sistem perdagangan internasional yang terbuka, adildan tertib, serta bebas dari hambatan dan pembatasan yangselama ini dinilai tidak menguntungkan perkembanganperdagangan internasional. Hubungan kerja sama tersebutselanjutnya diharapkan dapat memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan danstabilitas nasional yang merupakan tujuan pembangunannasional.
Partisipasi aktif negara-negara bekembang dalamPutaran Uruguay termasuk Indonesia, sebagaimana telahdikemukakan sebelumnya sudah lebih nyata daripadaputaran-putaran perundingan sebelumnya. Beberapa unsurpenting dari komitmen Indonesia terdiri dari:
a. Tarifikasi hambatan-hambatan non-tarif dalamperdagangan hasil-hasil pertanian.
b. Pengikatan (binding) seluruh tarif dalam sektorpertanian, di aniaranya 1014 posisi pada tingkat 40%, 27posisi pada tingkat di bawah 40%, dan 300 posisi padatingkat di atas 40%.
c. Pengikatan bagian terbesar tarif atas produkperindustrian, di antaranya 6848 posisi pada tingkat 40%,688 posisi pada tingkat di bawah 40°..
d. Penghapusan selama masa transisi hambatan non tarifdalam 98 posisi tarif dan penghapusan Bea masuktambahan (surcharge)dalam 172 posisi tarif.
2. Langkah-langkah yang harus diambil PemerintahDalam rangka hubungan ekonomi dan perdagangan
internasional, keberhasilan Indonesia meningkatkan ekspor danpembangunan nasional juga akan tergantung pada perkembangantatanan ekonomi dunia serta kemantapan sistem perdaganganinternasional di samping kemampuan penyusun ekonomi nasionalterhadap perkembangan yang ada. Salah satu faktor yang sangatmempengaruhi perekonomian dunia adalah tatanan atau sistemyang merupakan dasar dalam perkembangan perdagangan antarnegara. Tatanan yang dimaksud adalah General Agreement on Tariff andTrade (GATT).
Dalam menghadapi dan mendukung era gloabalisasiperdagangan internasional, ada beberapa langkah yangdilakukan oleh Pemerintah Indonesia, yaitu:
a. Dalam era perdagangan bebas dan era globalisasisetiap pembuat kebijakan di bidang perdaganganinternasional, demikian juga para pelaksana di lapangandituntut untuk memiliki wawasan internasional. Dalampraktik, hal ini berarti penguasaan instrumen-instrumen
hukum internasional yang terkait dengan perumusankebijakan dan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
b. Dari kecenderungan-kecenderungan yang tengahberlangsung di arena internasional, haruslah disadari bahwakepentingan nasional perlu diperjuangkan dengan lebih baikdan aman dalam konteks saling ketergantungan yangmenguntungkan semua bangsa, bukan dengan cara salingmelemparkan masalah kepada bangsa lain.
c. Dalam era globalisasi, konsep kedaulatan harusdipergunakan dengan kearifan yang tinggi mengingat konsepini telah mengalami perubahan yang substansial argumentasinegara berdaulat tidak dapat digunakan hanya sebagai alatuntuk menolak kewajiban internasional yang timbul darisuatu kesepakatan multilateral, sebab jika dianut secaraekstrim argumentasi tersebut akan mencetuskan konflikbahkan anarki di arena internasional.
d. Keanggotaan Indonesia dalam WTO merupakan suatukenyataan hukum yang membawa konsekuensi dalam hak dankewajiban. Untuk mengamankan hak-hak yang diperoleh darikeanggotaan ini dalam jangka panjang adalah dengan caramemperkuat sistem perdagangan multilateral yang telahdisepakati mayoritas bangsabangsa ini. Salah satu carauntuk memperkuat sistem ini adalah dengan bersikapkonsisten terhadapnya.
e. Sebagai negara berkembang Indonesia sangatberkepentingan agar hukum yang mengatur lalu lintasperdagangan internasional benar-benar ditegakkan. Caraterbaik dalam menangkal tindakan sepihak negara maju yangsering merugikan negara lemah adalah dengan berlindung dibalik norma-norma hukum. Namun untuk itu Indonesia sendiriharus terlebih dahulu menyiapkan norma-norma hukumnnya yangsangat mendasar bagi kegiatan ekonomi yaitu mengenai hakmilik dan lain-lain hak kebendaan serta hukum kontrak disamping lain-lain bidang hukum sektoral.
f. Salah satu cara penegakan norma-norma hukuminternasional adalah dengan mengoperasionalkan mekanismepenyelesaian sengketa serta menerapkan putusan-putusanyang dicapai secara efektif. Jika timbul perselisihandagang dengan mitranya, adalah lebih tepat jika Indonesiamemanfaatkan forum penyelesaian sengketa multilateral
daripada penyelesaian secara bilateral, biasanya diwarnaidengan penekanan-penekanan pihak yang lebih kuat.
g. Setelah pemerintah meratifikasi Perjanjian WTO, sikapyang diambil oleh para pembuat kebijakan sebaiknyadiarahkan pada suatu situasi persamaan hak dan kewajibansebagai sesama anggota WTO mengingat posisi Indonesiasebagai negara berkembang yang terbiasa menerima perlakuankhusus akan segera berakhir sebagai akibat keberhasilanprogram pembangunan ekonomi bangsa.
h. Usaha untuk menciptakan hubungan perdagangan yangsaling menguntungkan dan tertib menuntut pula penyesuaian-penyesuaian pada hukum dan peraturan perundang-undangannasional setiap negara yang terkait dengannya.
Dengan berakhirnya perundingan Uruguay Round sertadisetujui hasil perundingan tersebut oleh para menteri darinegara-negara peserta di Marakesh April 1994, maka sistemperdagangan internasional mengalami fase baru. GATT telahberkembang dalam wujud baru sebagai World Trade Organization yangakan menjadi organisasi internasional dengan atribut sertadengan wewenang yang jauh lebih luas daripada GATT. Denganperkembangan ini maka sistem perdagangan internasionalmengalami penegasan agar lebih dapat menghadapi tantanganbaru. Demikian pula dengan berlakunya AFTA tahun 2003, danACFTA Tahun 2010, serta APECT yang akan berlaku bagi negaraberkembang tahun 2020, maka hendaknya Indonesia senantiasaberorientasi ke depan, serta berupaya mengadakan identifikasitentang perkembangan ekonomi yang didukung kemajuan di sektorperdagangan internasional yang, yang berorientasi padapeningkatan ekspor non migas, peningkatan daya saing, sertaperluasan pasar luar negeri.
BAB IIIKESIMPULAN
Walaupun masih adanya kontraversi tentang perdaganganbebas, dari sudut hukum Pemerintah Indonesia telahmelakaukan ratifikasi terhadap ketentuan WTO merupakansuatu fakta hukum yang terbentuk atas dasar kemauan politikpemerintah untuk mendorong sistem perdagangan bebasyang tidak dapat dihindari. Keikutsertaan Indonesia dalammelakukan perubahan di bidang hukum guna menghadapi eraperdagangan bebas disebabkan oleh perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dan luas sejalandengan perubahan dalam sikap dan pikiran manusia yang semakinmaju. Sebagai akibat dari proses perubahan tersebut, bangsa-bangsa di dunia telah bekerja sama dalam mendukung kemajuan dibidang ekonomi melalui sektor perdagangan baik dalam tataranglobal maupun regional.
Untuk mendukung tujuan tersebut, maka PemerintahIndonesia memutuskan untuk mengesahkan UU No 7 Tahun 1994tentang Agreement on Establishing the World TradeOrganization (Persetujuan berdirinya Organisai Perdagangan Dunia)pada tanggal 2 November 1994. Keberadaan undang-undang inidiharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi,kuhususnya di dalam sektor-sektor industri, pertanian danperdagangan. Undang-undang ini sangat mendukung upayaIndonesia dalam mengembangkan perdagangan luar negeri,khususnya ekspor non migas, yang merupakan pendukung utamapembangunan perekonomian nasional. Melalui keanggotaannya diWTO, Indonesia berharap dapat berperan dalam mendorongperwujudan tatanan baru di bidang perdagangan internasional.
Oleh karena itu Indonesia harus melakukan langkah-langkah dengan membuat kebijakan di bidang perdaganganinternasional, antara lain melakukan perubahan terhadapinstrumen-instrumen hukum di bidang ekonomi internasionalagar mampu menyelesaikan masalah-masalah hukum di sektorperdagangan baik pada tataran regonal maupun global.
DAFTAR PUSTAKA
http://muhammadsood.blogspot.com/2013/01/peranan-pemerintah-menghadapi.htmlhttps://www.google.com/#hl=id&sclient=psy-ab&q=makalah+perdagangan+luar+negeri%2C+potensi+dan+globalisasi&oq=makalah+perdagangan+luar+negeri%2C+potensi+dan+globalisasi&gs_l=hp.3...345412.378560.16.379189.104.60.0.7.7.1.5456.16605.5-1j2j9-3.6.0...0.0...1c.1.9.psy-ab.pouDgtq5frI&pbx=1&bav=on.2,or.r_cp.r_qf.&bvm=bv.45175338,d.bmk&fp=291a91e2f3a5ee25&biw=1366&bih=665http://obrolanekonomi.blogspot.com/2013/03/peranan-perdagangan-internasional-dalam.htmlhttp://www.slideshare.net/FerialI
Top Related