BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam
ruang pleura, proses penyakit primer jarang
terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih,
yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane,
2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam
ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi
penimbunan cairan dalam rongga pleura.(Price C
Sylvia, 1995).
4
5
Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan
pada efusi pleura, yaitu :
1. Cairan serus (hidrothorax)
2. Darah (hemothotaks)
3. Chyle (chylothoraks)
4. Nanah (pyothoraks atau empyema)
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya
terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya
adalah:
a. Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian
mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.
b. Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di
dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya
ke dalam rongga pleura.
c. Gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga
pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga
biasanya mudah dikeluarkan melalui sebuah jarum
atau selang.
Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa
terjadi jika pneumonia atau abses parumenyebar ke
dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan
komplikasi dari:
1) Infeksi pada cedera di dada
2) Pembedahan dada
3) Pecahnya kerongkongan
6
4) Abses di perut
5) Pneumonia
Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga
dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran
getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau
oleh penyumbatan saluran karena adanya
tumor.Rongga pleura yang terisi cairan dengan
kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi
pleura menahun yang disebabkan
oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Pleura terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan
viseralis dan lapisan parietalis. Lapisan viseralis merupakan
lapisan yang merekat pada paru, sedangkan lapisan
parietalis adalah lapisan yang membatasi dinding
dada, diafragma, sisi perikardium dan mediatinum.
Pada hilus paru kedua lapisan pleura ini
berhubungan. Hubungan ini bergantung longgar di
atas hilus dan disebut ligamentumpulmonale. Adanya
ligamentum ini memungkinkan peregangan
vv.pulmonalis dan pergerakan struktur hilus selama
respirasi. (Faiz, 2002)
7
Dari segi anatomis, permukaan rongga pleura
berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura
mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang
lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada
rongga kosong diantara kedua pleura, karena
biasanya hanya sekitar 10-20 cc cairan yang
merupakan lapisan tipis serosa yang selalu
bergerak secara teratur. Setiap saat, jumlah
cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari
cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi,
maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh
pembuluh limfatik dari rongga pleura ke
mediastinum. Permukaan superior diafragma dan
permukaan lateral pleura parietalis, memerlukan
adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura
oleh pleura parietalis dan absorpsi oleh cairan
viseralis. Oleh karena itu, rongga pleura disebut
sebagai ruang potensial, karena ruang ini
normalnya begitu sempit, sehingga bukan merupakan
ruang fisik yang jelas. (Muttaqin, 2011)
C. PATHWAY
-TERLAMPIR
D. ETIOLOGI
8
1. Transudat, dapat disebabkan oleh kegagalan
jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites.
2. Eksudat, dapat disebabkan oleh infeksi, TB,
pnemonia, infark paru.
3. Effusi hemorragis, dapat disebabkan oleh adanya
tumor, trauma, infark paru.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul
pada proses penyakit neoplastik,tromboembolik,
kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh
sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau
limfatik
b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c. Peningkatan tekanan negative intrapleural
d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung
dari jumlah cairan yang ada serta tingkat kompresi
paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya < 250
ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik
dan hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto
thorakks. Dengan membesarnya efusi akan terjadi
9
restriksi ekspansi paru dan pasien mungkin
mengalami :
1. Dispneu bervariasi
2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi
sekunder akibat penyakit pleura
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami
efusi
4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada
bagian yang terkena
6. Perkusi meredup di atas efusi pleura
7. Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat
efusi
8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
9. Fremitus vokal dan raba berkurang
Gejala-gejala yang paling sering ditemukan (tanpa
menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun
penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada
(biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika
penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang
beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama
sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :
a. Batuk
b. Cegukan
10
c. Pernafasan yang cepat
d. Nyeri perut.
E. KOMPLIKASI
1. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui
jarum).
2. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah
interkostalis).
3. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup
dalam, menyebabkan udara dari alveoli masuk ke
vena pulmonalis).
4. Laserasi pleura viseralis.
F. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan
penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan
kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan
spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co;
gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
2. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan,
untuk mendapatkan specimen guna keperluan
analisis dan untuk menghilangkan disneu.
3. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan
antiseptik (Betadine).
11
4. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi
efusi pleura setelah aspirasi.
5. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat
terjadi kembali dalam beberapa hari tatau
minggu, torasentesis berulang mengakibatkan
nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan
kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang
diatasi dengan pemasangan selang dada dengan
drainase yang dihubungkan ke system drainase
water-seal atau pengisapan untuk
mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
6. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti
tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura
untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah
akumulasi cairan lebih lanjut.
7. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan
termasuk radiasi dinding dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretic.
Water Seal Drainase (WSD)
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai
drain untuk mengeluarkan udara dan cairan
melalui selang dada.
2. Indikasi
12
a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka
tusuk tembus
b. Hemothoraks karena robekan pleura,
kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks
c. Torakotomi
d. Efusi pleura
e. Empiema karena penyakit paru serius dan
kondisi inflamasi
3. Tujuan Pemasangan
a. Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah
dari rongga pleura
b. Untuk mengembalikan tekanan negative pada
rongga pleura
c. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap
dan kolap sebagian
d. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke
dalam rongga dada.
4. Tempat pemasangan
a. Apikal
1) Letak selang pada interkosta III mid
klavikula
2) Dimasukkan secara antero lateral
3) Fungsi untuk mengeluarkan udara dari
rongga pleura
13
b. Basal
1) Letak selang pada interkostal V-VI atau
interkostal VIII-IX mid aksiller
2) Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari
rongga pleura
5. Jenis WSD
a. Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana dan
sering digunakan pada pasien dengan simple
pneumotoraks.
b. Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan
cairan/drainase dan botol kedua adalah botol
water seal.
c. System tiga botol
Sistem tiga botol, botol penghisap control
ditambahkan ke system dua botol. System tiga
botol ini paling aman untuk mengatur jumlah
penghisapan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama
yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura,
yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
14
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru
dan cairan dan bisa menunjukkanadanya pneumonia,
abses paru atau tumor.
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari
pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui
sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga
ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan
lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat
ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi,
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar
diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap
tidak dapat ditentukan.
Menganalisa cairan pleura dengan cara :
Bronkoskopi ; Bronkoskopi kadang dilakukan untuk
15
membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui
tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama merupakan factor utama yang
mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit.
2) Biasanya pada pasien dengan effusi pleura
didapatkan keluhan berupa : sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik
akibat iritasi pleura yang bersifat tajam
dan terlokasilir terutama pada saat batuk
dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Pasien dengan effusi pleura biasanya akan
diawali dengan adanya tanda tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa
16
berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya.
2) Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan keluhannya tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya factor
predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi
pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
17
g. Pengkajian Pola Fungsi
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
a) Adanya tindakan medis dan perawatan di
rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang
juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.
b) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alcohol dan penggunaan
obat-obatan bisa menjadi faktor
predisposisi timbulnya
penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
a) Dalam pengkajian pola nutrisi dan
metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan
untuk mengetahui status nutrisi pasien.
b) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur
abdomen.
c) Peningkatan metabolisme akan terjadi
akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnya lemah.
18
3) Pola eliminasi
a) Dalam pengkajian pola eliminasi perlu
ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS.
b) Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bedrest
sehingga akan menimbulkan konstipasi,
selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan
peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2
jaringan akan kurang terpenuhi
b) Pasien akan cepat mengalami kelelahan
pada aktivitas minimal.
c) Disamping itu pasien juga akan
mengurangi aktivitasnya akibat adanya
nyeri dada.
d) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
19
a) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan
peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istirahat.
b) Selain itu akibat perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana
banyak orang yang mondar-mandir, berisik
dan lain sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
a) Akibat dari sakitnya, secara langsung
pasien akan mengalami perubahan peran,
misalkan pasien seorang ibu rumah
tangga, pasien tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai seorang ibu yang harus
mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
b) Disamping itu, peran pasien di
masyarakat pun juga mengalami perubahan
dan semua itu mempengaruhi hubungan
interpersonal pasien.
7) Pola persepsi dan konsep diri
a) Persepsi pasien terhadap dirinya akan
berubah.
b) Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri
dada. Pasien mungkin akan beranggapan
20
bahwa penyakitnya adalah penyakit
berbahaya dan mematikan.
c) Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami
perubahan, demikian juga dengan proses
berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini
hubungan seks intercourse akan terganggu
untuk sementara waktu karena pasien berada
di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih
lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses
penyakitnya akan mengalami stress dan
mungkin pasien akan banyak bertanya pada
perawat dan dokter yang merawatnya atau
orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih
mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan
21
menganggap bahwa penyakitnya ini adalah
suatu cobaan dari Tuhan.
12) Status Kesehatan Umum
a) Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji,
bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien
terhadap petugas, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien.
b) Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi
badan berat badan pasien.
2. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM
a. Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk
hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum
ke arah hemithorax kontra lateral yang
diketahui dari posisi trakhea dan ictus
kordis. RR cenderung meningkat dan Px
biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi
pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
22
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai pekak tegantung
jumlah cairannya. Bila cairannya tidak
mengisi penuh rongga pleura, maka akan
terdapat batas atas cairan berupa garis
lengkung dengan ujung lateral atas ke medical
penderita dalam posisi duduk. Garis ini
disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini
paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai
menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke
atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja
akan ditemukan tandatanda auskultasi dari
atelektasis kompresi di sekitar batas atas
cairan.
Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila
penderita diminta mengucapkan kata-kata i
maka akan terdengar suara e sengau, yang
23
disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus,
Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79).
b. Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus
cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea
medio claviculaus kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya pembesaran jantung.
Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung
(health rate) dan harus diperhatikan
kedalaman dan teratur tidaknya denyut
jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill
yaitu getaran ictus cordis.
Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana
daerah jantung terdengar pekak. Hal ini
bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran
jantung atau ventrikel kiri.
Auskultasi untuk menentukan suara jantung I
dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi
jantung III yang merupakan gejala payah
jantung serta adakah murmur yang menunjukkan
adanya peningkatan arus turbulensi darah.
24
c. Sistem Pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah
abdomen membuncit atau datar, tepi perut
menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau
tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada
tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara
peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35
kali permenit.
Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah
nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor,
feces), turgor kulit perut untuk mengetahui
derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba,
juga apakah lien teraba.
Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa
padat atau cairan akan menimbulkan suara
pekak (hepar, asites, vesika urinarta,
tumor).
d. Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji
Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS.
Adakah composmentis atau somnolen atau comma.
25
Pemeriksaan refleks patologis dan refleks
fisiologisnya.
Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu
dikaji seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan.
e. Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema
peritibial. Palpasi pada kedua ekstremetas
untuk mengetahui tingkat perfusi perifer
serta dengan pemerikasaan capillary refil
time.
Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan
pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
f. Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene,
warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada Px
dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis
akibat adanya kegagalan sistem transport O2.
Pada palpasi perlu diperiksa mengenai
kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).
26
Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar)
serta turgor kulit untuk mengetahui derajat
hidrasi seseorang.
I. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH1 DS :
- Klien mengatakan sesak napas
DO :- Respirasi
meningkat- Takikardi- Sianosis
Volume cairan dipleura meningkat
↓Tekanan pleura
meningkat↓
Pergerakan parumenurun
↓Pertukaran O2 dan CO2
tidakmaksimal(asidosis
respirator)
Gangguan
pertukaran gas
2 DS :- Klien mengatakan
nyeri di bagian dada
DO :- Klien tampak
meringis kesakitan di bagian dada
Inflamasi↓
Pengeluaranhistamin,breadikinin
↓Nyeri dada bagian kiri
Nyerikronis
3 DS :- Klien mengatakan
Inflamasi↓
Hipertermi
27
badannya panas DO : - Suhu tubuh >39˚c- RR : 21x/mnt- Nadi : 112x/mnt- TD : 100/60 mmHg
Merangsang pengeluaranpirogen
↓Alpha interleukin
↓Peningkatan set point
di hipotalamus↓
Hipertermi
4 DS :- Klien mengatakan
tidak nafsu makan- Klien mengatakan
ada mual dan muntah
DO :- Porsi makan
sedikit- Klien terlihat
lemas
Gerakan Peristaltik ↓↓
Merangsang medullavomiting center
↓Mual muntah
↓Intake nutrisi menurun
ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhan
tubuh
5 DS :- Klien mengatakan
lelah- Klien mengatakan
sulitberaktivitas
DO :- Lelah- Aktivitas
terganggu
Reaksi Inflamasi↓
Permeabilitas Membran↑↓
Shift Cairan↓
Protein masuk pleura(Eksudat)
↓Volume Cairan di
Intoleransiaktivitas
28
Pleura ↑↓
Tekanan Pleura ↑↓
Suplai O2 ↓↓
Metabolisme ↓↓
Letih↓
AktivitasTerganggu/Terbatas
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
adanya tekanan pleura
2. Nyeri kronis dada berhubungan dengan Inflamasi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi
5. Intoleransi aktivitasberhubunganpenurunan
suplai oksigen
29
K. ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA
NoDiagnosaKeperawata
n
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguanpertukarangasberhubungan denganadanyatekananpleura
DS :a. Klien
mengatakan sesaknapas
DO :- Respiras
i meningkat
- Takikardi
- Sianosis
Tupan :Dalam waktu2-3 haritekanan dipleura dapatberkurangdengankriteria:b. RR :16-
20X/menitc. HR :60-
100X/menit
Tupen :Dalam jangkawaktu 1 x 24jam tekanandi pleuradapatberkurang.
1. Auskultasibunyinafas.
2. Catatpengembangan dada danposisitrakea.
3. Kajifremitus.
4. Kaji pasienadanya areanyeri tekanbila batuk,nafasdalam.
1. Bunyi nafasdapat menurunatau tak adalobus, segmenparu atau seluruhareaparu(unilateral).Area atelektasistak ada bunyinafas dansebagian areakolaps menurunbunyinya.Evaluasi jugadilakukan untukarea yang baikpertukaran gasnyadan memberikandata evaluasiperbaikanpneumotoraks.
2. Pengembangandada sama denganekspansi paru.Deviasi trakeadari area sisiyang sakit padateganganpneumotoraks.
3. Suara dantaktil fremitus(vibrasi) menurunpada jaringan
30
yang terisicairan /konsolidasi.
4. Sokonganterhadap dada danotot abdominalmembuat batuklebih efektif /mengurangi trauma
2. Nyerikronisdadaberhubungan denganinflamasi
DS :Klienmengatakannyeri dadaDO :- Klien
tampakmeringis
- Nyeridada
- Nadimeningkat
- RRmeningkat
1. Catatlaporandipsneu,peningkatankelemahanataukelelahanatauperubahanTTV selamadansetelahaktivitas
2. Berikanlingkungantenang danaktivitaspengunjung
3. Jelaskanpentingnyaistirahatdanrencanapengobatandanperlunyakeseimbang
1. Mengkajiskala nyeriklien
2. Mengobservasittv
3. Mengajarkanklienrelaksasi
4. Berkolaborasidengan dokterdenganpemberian obat
1. Dengan mengkajiskala nyeri dadaklien dapatditentukan ataudiketahui skalanyeri klien (0-10)
2. Dengan melakukanobservasi TTVdapat diketahuinormal danketidak normalanpada TTV klieN
3. Denganmengajarkanklien relaksasidapat mengurangiatau mengalihkannyeri yang klienrasakan
4. Dengankolaborasidokter dapatmenentukanpemberian terapiobat yang tepatswhingga nyeri
31
anaktivitasdanistirahat.
4. Bantuaktivitaskeperwatandiri yangdiberikan,danberikankemajuanpeningkatanaktivitasselamapenyembuhan.
dada klitnberkurang
3. Hipertermiberhubungan denganprosesinflamasiDS :- Klien
mengatakan badannyapanas
DO :- Suhu
tubuh >39˚c
- RR : 21x/mnt
Tupen :Dalam waktu1x24 jam TTVkembalinormalTupan :Dalam waktu2 hari TTVkembalinormaldengancriteria :- Suhu tubuh
:36-37°C- RR : 16-
20x/mnt- Nadi : 60-
100x/menit- TD :
1. ObservasiTTV setiap 3jam.
2. Anjurkanklien untukbanyak minumdan jelaskanmanfaatnya.
3. Berikankompreshangat dananjurkanklien untukmemakaipakaian
1. TTV merupakanacuan untukmengetahuikeadaan umumklien
2. Peningkatan suhutubuhmengakibatkanpenguapan cairantubuh meningkatsehingga perludiimbangi denganasupan cairanyang banyak.
3. Kompres akanmembantu prosesvasodilatasi,pakaian tipisakan membantu
32
- Nadi : 112x/mnt
- TD : 100/60 mmHg
120/80mmHg
tipis.
4. Kolaborasidalampemberianantipiretik
meningkatkanpenguapan panastubuh.
4. Antipiretikayang mempunyaireseptor dihypothalamusdapat meregulasisuhu tubuhsehingga suhutubuh diupayakanmendekati sukunormal.
4. Ketidakseimbangannutrisikurang darikebutuhantubuhberhubungan dengankurangnyaasupannutrisiDS :- Klien
mengatakan tidaknafsu makan
- Klien mengatakan ada mual dan
Tupan :Dalam waktu3 haridiharapkankebutuhannutrisiklienterpenuhi.Dengankriteria :- Porsi
makanklienhabis
- Klientampaksegar
- Mual danmuntahhilang
Tupen : Dalam waktu1x24 jam
1. Anjurkanklien untukmakan dalamporsi kecildan sering,jika tidakmuntahteruskan.
2. Lakukanperawatanmulut yangbaik setelahmuntah.
3. Ukur BBsetiap hari.
4. Catat jumlahporsi yangdihabiskanklien.
1. Menghindari mualdan muntah dandistensi perutyang berlebihan.
2. Bau yang tidakenak pada mulutmeningkatkankemungkinanmuntah.
3. BB merupakanindikatorterpenuhitidaknyakebutuhannutrisi.
4. Mengetahuijumlahasupan/pemenuhannutrisi klien.
33
muntahDO :- Porsi
makan sedikit
- Klien terlihatlemas
diharapkankebutuhannutrisiklienterpenuhi.
5 Intoleransiaktivitasberhubungan denganinflamasiDS :- Klien
mengatakan lelah
- Klienmengatakan sulitberaktivitas
DO :- Lelah- Aktivita
sterganggu
Tupan :Dalam waktu2-4hariklienberaktivitasdengannormal.Dengancriteria :- Tidak
lelah- Aktivitas
normalTupen :Dalam waktu1x24jamklien dapatberaktivitassedikit demisedikit
1. Catatlaporandipsneu,peningkatankelemahanataukelelahanatauperubahan TTVselama dansetelahaktivitas
2. Berikanlingkungantenang danaktivitaspengunjung
3. Jelaskanpentingnyaistirahat danrencanapengobatandan perlunyakeseimbanganaktivitas danistirahat
1. Menetapkankemampuan ataukebutuhan pasien
2. Menurunkanstress danmennurunkanrangsangan, danmeningkatkanistirahat
3. Tirah baringdipertahankanselama fase akutuntuk menurunkankebutuhanmetabolic,menghemat energiuntuk prosespenyembuhan, danpembatasan untukaktivitasditentukandengan respon
34
4. Bantuaktivitaskeperwatandiri yangdiberikan,dan berikankemajuanpeningkatanaktivitasselamapenyembuhan.
individualpasien terhadapaktivitas danperbaikankegagalanpernafasan.
4. Meminimalkankelelahan danmembantukeseimbangan,suplay dankebutuhanoksigen