1
ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA BUNDARAN 1001 AI KOTA
SINGKAWANG
Ismi Sukmawati1), S. Nurlaily Kadarini2), Sumiyattinah3)
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
2,3) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
Email : [email protected]
ABSTRAK
Bundaran 1001 AI Kota Singkawang melayani penting yaitu arus lalu lintas keluar masuk ke Kota Singkawang,
dimana sekitarnya terdapat lembaga pendidikan, perkantoran, permukiman, pusat perbelanjaan dan pasar.
Meningkatnya jumlah penduduk, volume kendaraan yang akan melintas juga akan bertambah maka diperkirakan
bahwa kedepannya bundaran akan memiliki arus lalu lintas yang padat, sehingga diperlukan analisis kinerja
bundaran. Jika hasil kinerja dari bundaran tersebut buruk maka perlu dilakukann evaluasi perbaikan untuk
bundaran tersebut. Analisis kinerja bundaran dihitung menggunakan MKJI (1997) dan VISSIM. Analisis pada
kondisi eksisting menghasilkan nilai DS = 0,403 dengan tingkat pelayanan LOS B, untuk proyeksi tahun 2026
hasil DS = 0,497 dengan tingkat pelayanan LOS C, dan proyeksi tahun 2031 hasil DS = 0,759 dengan tingkat
pelayanan LOS D. Berdasarkan hasil analisis, alternatif yang ada pada penelitian ini yaitu perbaikan untuk
bundaran dengan merubah parameter geomterik pada bagian jalinan. Hasil analisis MKJI 1997 proyeksi tahun
2026 hasil DS = 0,373 dengan tingkat pelayanan LOS B, dan proyeksi tahun 2031 hasil DS = 0,569 dengan tingkat
pelayanan LOS C. Hasil simulasi VISSIM proyeksi tahun 2026 nilai tundaan bundaran = 7,680 detik dengan
tingkat pelayanan LOS A, dan proyeksi tahun 2031 nilai tundaan bundaran = 12,450 detik dengan tingkat
pelayanan LOS B.
Kata Kunci: bundaran, kinerja
ABSTRACT
The 1001 AI Roundabout Singkawang City serves an important function, named the flow of traffic in and out of
Singkawang City. There are also educational institutions, offices, settlements, shopping centers, and markets in
the vicinity. An analysis is important to know the performance of the roundabout. As the population increase, the
volume of vehicles that pass through will also increase. so, it is estimated that in the future the roundabout will
have more heavy traffic flow. If the performance results of the roundabout are poor, it is necessary to evaluate the
improvement to the roundabout. The Roundabout performance analysis was calculated using MKJI (1997) and
VISSIM. The analysis of the existing conditions, with a DS value of 0.403 with a service level of LOS B, for
projections in 2026, the results of DS = 0.497 with a service level of LOS C, and a projection in 2031 with a
service level of DS = 0.759 with a service level of LOS D. Based on the result analysis, the available alternatives
In this study, the improvement to the roundabout was achieved by changing the geometric parameters of the section
of the braid. 1997 projections for 2026 DS results = 0.373 with LOS B service levels, and projections for 2031 DS
results = 0.569 with LOS C service levels. VISSIM simulation result, show that in 2026 the roundabout delay value
will be equal to 7,680 seconds with LOS A service level, and in 2031 the value of the roundabout delay will be
equal to 12,450 seconds with a service level of LOS B.
Keywords: roundabout, performance
I. PENDAHULUAN
Bundaran ialah salah satu jenis pengendalian
persimpangan lalu lintas terarah yang mengitari suatu
pulau ditengah persimpangan. Bundaran umumnya
berada pada daerah perkotaan sebagai pertemuan
antara beberapa ruas jalan dengan kapasitas yang
sama seperti persimpangan yang dikendalikan
dengan lampu APILL. Perencanaan simpang dengan
bentuk bundaran yang merupakan bagian penting
pada perencanaan jalan. Pada bundaran terdapat
pertemuan antara kendaraan dari berbagai arah. Jadi
pada perencanaan bundaran harus dilakukan dengan
baik agar tidak menimbulkan arus lalu lintas yang
buruk.
Bundaran 1001 AI Kota Singkawang
merupakan bundaran yang terletak di pertigaan Jalan
Batas Kota Singkawang - Sei Duri, Jalan Tani dan
Jalan Ahmad Yani. Hadirnya bundaran ini
mempercantik Kota Singkawang ditambah dengan
terdapatnya air mancur pada pulau bundaran.
2
Bundaran ini juga terkadang dijadikan tempat untuk
berfoto.
Bundaran ini dapat menyebabkan arus konflik
karena melayani arus penting yaitu arus lalu lintas
keluar masuk ke Kota Singkawang, dimana
sekitarnya juga terdapat lembaga pendidikan,
perkantoran, permukiman, pusat perbelanjaan dan
pasar. Meningkatnya jumlah penduduk, volume
kendaraan yang akan melintasi juga akan bertambah
maka diperkirakan bahwa kedepannya bundaran
1001 AI Kota Singkawang akan memiliki arus lalu
lintas yang padat. Setelah kinerja dari bundaran,
selanjutnya dilakukan proyeksi untuk mengetahui
apakah bundaran tersebut masih dapat memenuhi
kebutuhan dari arus kendaraan yang akan melintas.
Jika hasil kinerja dari bundaran tersebut buruk maka
perlu dilakukannya evaluasi perbaikan untuk
bundaran tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan pemodelan
menggunakan software VISSIM. software VISSIM
atau Verkher In Stadten Simulations Model
merupakan aplikasi pemodelan transportasi yang
dapat memberikan simulasi kondisi lapangan dalam
bentuk 2D dan 3D. Aplikasi VISSIM dapat
mensimulasi mengevaluasi kinerja lalu lintas,
angkutan umum, transportasi pribadi dan juga pejalan
kaki. Pada aplikasi ini dapat memodelkan konfigurasi
geometrik ataupun perilaku pengguna jalan dalam
sistem transportasi. Sehingga kemudian didapatlah
hasil dari kinerja bundaran setelah itu menganalisis
kinerja bundaran dengan rekomendasi alternatif yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja bundaran di
masa datang.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka
tujuan penelitian ini sebagai berikut :
a. Mengetahui kinerja Bundaran 1001 AI Kota
Singkawang kondisi eksisting, dan masa proyeksi
pada tahun 2026 serta 2031 menggunakan MKJI
1997 dan software VISSIM.
b. Memberikan solusi alternatif perbaikan bundaran,
pada masa proyeksi tahun 2026 dan 2031.
c. Mengetahui hasil dari perhitungan dengan
menggunakan MKJI 1997 dan Software VISSIM
II. METODOLOGI DAN PUSTAKA
Perhitungan Kinerja Bundaran
Metode dengan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (1997) mempunyai dasar empiris. Metode
yang digunakan dalam manual untuk perhitungan
bagian jalinan tunggal meliputi beberapa hal penting
diantaranya kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan,
dan peluang antrian.
Perhitungan kinerja bundaran dilakukan
dalam beberapa tahapan perhitungan berdasarkan
MKJI (1997) yang terdiri dari :
a. Kapasitas
Kapasitas toal pada bagian jalinan bundaran
merupakan hasil antara kapasitas dasar (Co) yaitu
kapasitas pada kondisi tertentu dan faktor
penyesuaian (F), yang memperhitungkan tentang
pengaruh kondisi lapangan sebenar-benarnya
terhadap kapasitas. Model kapasitas dapat dilihat
pada persamaan berikut:
C = 135 × WW1,3 × ( 1 + WE/WW)1,5 × ( 1 + PW/3)
0,5 × ( 1 + WW/LW)-1,8 × FCS × FRSU (1)
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
C0 = Kapasitas dasar kondisi ideal (smp/jam)
WE = Lebar masuk rata-rata (m)
Ww = Lebar jalinan (m)
LW = Panjan jalinan (m)
PW = Rasio jalinan (smp/jam); (QW/QTOT)
QW = Arus pada jalinan (smp/jam)
QTOT = Arus total (smp/jam)
FCS = Faktor penyesuain ukuran kota
FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan,
hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor.
b. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan ialah rasio arus lalu lintas
terhadap kapasitas yang biasanya dihitung perjam.
Perilaku lalu-lintas bagian jalinan berkaitan erat
dengan derajat kejenuhan. Berikut rumus derajat
kejenuhan:
DS = Q
C (2)
Dimana :
Q = Arus total Kendaraan (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
c. Tundaan
Tundaan pada bagian jalinan akan terjadi
karena, tundaan lalu-lintas (DT) akibat interaksi lalu-
lintas dengan gerakan lain pada simpang dan tundaan
geometrik (DG) akibat perlambatan dan percepatan
lalu-lintas.
D = DT +DG (3)
DG = (1 – DS) x 4 + DS (4)
DTR = Ʃ (Qi x DTi) / QMASUK; i = 1…..n (5)
DR = DTR + 4 (6)
Dimana :
D = Tundaan rata-rata bagian jalinan (det/smp)
DT = Tundaan lalu-lintas rata-rata bagian
jalinan (det/smp)
DG = Tundaan geometrik rata-rata bagian
jalinan (det/smp)
i = Bagian jalinan I dalam bundaran
n = jumlah bagian jalinan dalam bundaran
Qi = arus total pada bagian jalinan i (smp/jam)
DTi = tundaan lalu-lintas rata-rata pada bagian
jalinan i (det/smp)
Qmasuk = jumlah arus yang masuk bundaran
(smp/jam)
3
d. Peluang Antrian
Peluang antrian dengan lebih dari dua kendaraan
pada daerah pendekat yang mana saja. Antrian pada
bundaran dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:
QPR% = maks. dari (QPi%) ; i = 1……n (7)
Dimana :
QPi = Peluang antrian jalinan (%)
QPR = Peluang antrian bundaran (%)
n = jumlah bagian jalinan dalam bundaran
e. Tingkat pelayanan berdasarkan Derajat
Kejenuhan (DS)
Tingkat pelayanan dikategorikan dari A sampai F
dengan tingkat pelayanan A mewakili kondisi operasi
pelayanan terbaik dan tingkat pelayanan F mewakili
kondisi operasi pelayanan terburuk, dan dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Tingkat pelayanan jalan berdasarkan
derajat kejenuhan
(Sumber : US – HCM 1994 dalam Pemayun,
2015)
Tingkat Pelayanan Batas Lingkup Q/C
Ratio
A 0 – 0,20
B 0,21 – 0,44
C 0,45 – 0,74
D 0,75 – 0,84
E 0,85 – 1,00
F > 1,00
f. Tingkat pelayanan berdasarkan Tundaan (D)
Tingkat Pelayanan Persimpangan, dengan
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, dan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat pelayanan ruas jalan berdasarkan
tundaan
(Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 96, 2015) Tingkat Pelayanan Ratio (detik)
A 0 – 5
B 5 – 15
C 15 – 25
D 25 – 40
E 40 – 60
F > 60
VISSIM
Menurut (PTV VISION, 2011) VISSIM
dikembangkan oleh PTV Planung Transport Verkehr
AG di Karlsruhe, Jerman. VISSIM adalah model
simulasi mikroskopis, langkah waktu dan berbasis
perilaku dikembangkan untuk memodelkan lalu lintas
perkotaan, operasi serta arus angkutan umum dan
pejalan kaki. Program ini dapat menganalisis operasi
transportasi pribadi dan transportasi umum di bawah
kendala seperti konfigurasi jalur, komposisi
kendaraan, rambu lalu lintas, perhentian, dan lain
sebagainya, menjadikannya alat yang berguna untuk
dievaluasi berbagai alternatif berdasarkan teknik
transportasi dan langkah-langkah perencanaan
efektivitas. Dengan demikian, arus pejalan kaki juga
dapat dimodelkan, baik secara eksklusif atau
digabungkan dengan lalu lintas pribadi dan atau
angkutan umum. VISSIM bisa digunakan menjadi
alat berguna dalam berbagai pengaturan pada
masalah transportasi.
Pengumpulan Data
Metode pada pengambilan data yang
digunakan dalam penelitian ini dengan metode survei,
alat bantu rekam berupa CCTV dan metode survei
manual yang langsung dilakukan di lapangan. Data
dapat pada penelitian dikelompokan menjadi dua
yaitu data sekunder dan data primer.
a. Data Primer
• Data geomterik jalan
• Data survei volume arus lalu lintas
• Data survei hambatan samping
• Survei kondisi eksisting bangunan
b. Data Sekunder
• Data jumlah kendaraan kota singkawang
• Data jumlah penduduk kota singkawang
• Data pembanding volume lalu lintas kondisi
normal
• Peta lokasi penelitian
Lokasi Penelitian
Bundaran 1001 AI Kota Singkawang
terletak di pertigaan Jalan Batas Kota Singkawang -
Sei Duri, Jalan Tani dan Jalan Ahmad Yani, sebagai
lokasi penelitian yang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Lokasi penelitian
Waktu Survei
Penelitian dilakukan selama 4 hari yaitu, pada
hari Jum’at, mewakili akhir pekan adalah hari Sabtu,
hari libur yaitu hari minggu dan yang mewakili hari
4
kerja adalah hari senin. Survei dilakukan pada pukul
06.00 – 18.00 WIB.
Analisis Data
Analisis data dengan menggunakan MKJI
1997 dan Software VISSIM, lalu kemudian
dievaluasi, dan diberikan perbaikan alternatif pada
Bundaran 1001 AI Kota Singkawang. Tahapan
analisis data meliputi :
a) Analisis Kinerja Bundaran Kondisi Eksisting
(2021)
b) Analisis Kinerja Bundaran Proyeksi 5 Tahun
(2026)
c) Analisis Kinerja Bundaran Proyeksi 10 Tahun
(2031)
d) Rekomendasi Perencanaan Alternatif
Diagram Alir Penelitian
Gambar 2. Bagan alir penelitian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kinerja Bundaran Kondisi Eksisting
Analisis kinerja lalu lintas terhadap bundaran
pada kondisi eksisting dilakukan berdasarkan
pengolahan data primer hasil survei geometrik jalan,
volume lalu lintas, dan hambatan samping pada ruas
jalan yang diteliti. Analisis perhitungan parameter
geometrik, perhitungan kapasitas, dan perilaku lalu
lintas bagian jalinan, yang bertujuan untuk
mengetahui nilai kapasitas, derajat kejenuhan,
tundaan dan peluang antrian bundaran. Pengambilan
data geometrik bundaran yang dilakukan dengan
pengukuran langsung dilapangan.
Parameter bagian jalinan bundaran dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 3. Parameter geometrik bagian jalinan
Hasil perhitungan parameter geometrik
bundaran bagian jalinan kondisi eksisting dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil perhitungan parameter geometrik
bagian jalinan kondisi eksisting
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Hasil perhitungan kapasitas bagian jalinan
kondisi eksisting hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil perhitungan kapasitas bagian jalinan
kondisi eksisting
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Hasil perilaku lalu lintas bagian jalinan
kondisi eksisting yang dapat dilihat hasilnya pada
tabel 5.
Tabel 5. Perilaku lalu lintas bagian jalinan kondisi
eksisting
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Simulasi pada software VISSIM pada kondisi
eksisting yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 6.
Indentifikasi Masalah
Studi Literatur
-
Pengumpulan Data
Data Primer
• Data Geometrik Jalan
• Data Survei Volume Arus Lalu
Lintas
• Data Survei Hambatan Samping
• Survei kondisi eksisting bangunan
Mulai
Data Sekunder
• Data Jumlah Kendaraan Kota
Singkawang
• Data Jumlah Penduduk Kota
Singkawang
• Data Pembanding Volume Lalu
Lintas Kondisi Normal
• Peta Lokasi Penelitian
Analisis Data
• Analisis Kinerja Lalu Lintas
Bundaran Kondisi Eksisting
• Analisis Kinerja Lalu Lintas
Bundaran Masa Proyeksi 5 Tahun
• Analisis Kinerja Lalu Lintas
Bundaran Masa Proyeksi 10 Tahun
Perencanaan Alternatif Solusi
Perbandingan kinerja antara MKJI 1997 dan Software Vissim
Kesimpulan dan Saran
Selesai
MKJI 1997 Software
Vissim MKJI 1997 Rumus Bunga
Majemuk
No Bagian
Jalinan
Lebar Masuk Lebar
Masuk
Rata-
Rata
Lebar
Jalinan WE/
WW
Panjang
Jalinan Ww/
Lw Pendekat
1 (m)
Pendekat
2 (m)
WE (m) Ww
(m) Lw (m)
1 AB 7,000 9,200 8,100 8,000 1,013 39,100 0,205
2 BC 7,000 9,300 8,150 9,600 0,849 39,900 0,241
3 CA 7,500 9,650 8,575 7,850 1,092 35,850 0,219
No Bagian
Jalinan
Faktor
Ww
Faktor
WE/
WW
Faktor
Pw
Ww/
WL
Co
smp/
jam
Faktor Penyesuaian C
smp/
jam
Fcs Frsu
1 AB 2015 2,855 0,958 0,715 3943 0,880 0,950 3296
2 BC 2554 2,514 0,818 0,678 3565 0,880 0,950 2980
3 CA 1966 3,027 0,845 0,700 3519 0,880 0,950 2942
No Bagian
Jalinan
Arus Bagian
Jalinan Q
smp/jam
Derajat
Kejenuhan
DS
Tundaan Lalu
Lintas DT
det/smp
Tundaan Lalu
Lintas Total
DTOT=QxDT
Peluang
Antrian
QP%
1 AB 1077 0,327 1,532 1649,001 3 - 7
2 BC 1200 0,403 1,888 2265,258 4 - 9
3 CA 1178 0,400 1,877 2210,235 4 - 9
4 DS dari Jalinan DSR 0,403 Total 6124,494
5 Tundaan Lalu Lintas rata-rata DTR det/smp 2,618
6 Tundaan Bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 6,618
7 Peluang Antrian Bundaran QPR% 4 - 9
5
Tabel 6. Hasil simulasi VISSIM kondisi eksisting
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Analisis Kinerja Bundaran Masa Proyeksi 5
Tahun (2026)
Analisis kinerja lalu lintas terhadap bundaran
pada masa proyeksi 5 tahun, untuk mengetahui
kinerja dari bundaran pada tahun 2026. Analisis ini
menggunakan rumus bunga majemuk untuk
memproyeksikan volume jam puncak yang telah
dianalisis.
Untuk perhitungan perilaku lalu lintas bagian
jalinan masa proyeksi 5 tahun (2026) hasilnya dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Perilaku lalu lintas bagian jalinan masa
proyeksi 5 tahun (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Simulasi pada software VISSIM pada kondisi
bundaran masa proyeksi 5 tahun (2026) yang hasilnya
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil simulasi vissim masa proyeksi 5
tahun (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Analisis Kinerja Bundaran Masa Proyeksi 10
Tahun (2031)
Analisis kinerja lalu lintas terhadap bundaran
pada masa proyeksi 10 tahun, untuk mengetahui
kinerja dari bundaran pada tahun 2031. Analisis ini
menggunakan rumus bunga majemuk untuk
memproyeksikan volume jam puncak yang telah
dianalisis.
Untuk hasil perhitungan perilaku lalu lintas
bagian jalinan masa proyeksi 10 tahun (2031) yang
dapat dilihat hasilnya pada tabel 9.
Tabel 9. Perilaku lalu lintas bagian jalinan masa
proyeksi 10 tahun (2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Simulasi pada software VISSIM pada kondisi
bundaran masa proyeksi 10 tahun (2031) yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil simulasi VISSIM masa proyeksi 10
tahun (2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Klasifikasi kelas pada nilai derajat kejenuhan
tertinggi dan tundaan rata-rata untuk kondisi
eksisting, proyeksi 5 tahun dan proyeksi 10 tahun,
berdasarkan perhitungan MKJI 1997 dapat dilihat
pada tabel 11.
Tabel 11. Klasifikasi kelas pada derajat kejenuhan
dan tundaan rata-rata pada kondisi
eksisting, proyeksi (2026) dan proyeksi
(2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Setelah dilakukan simulasi pada VISSIM.
Klasifikasi kelas pada nilai tundaan berdasarkan hasil
simulasi untuk kondisi eksisting, proyeksi 5 tahun
dan proyeksi 10 tahun, dapat dilihat pada tabel 12.
Kode Dari jalan Menuju Jalan
Panjang
Antrian
(m)
Panjang
Antrian
Maksimum
(m)
Tundaan
(detik)
Level of
Service
BUT Bts Kota Skw - Sei
Duri
Bts Kota Skw -
Sei Duri 30,49 83,13 0,00 LOS_A
BRT Bts Kota Skw - Sei
Duri Ahmad Yani 30,49 83,13 17,75 LOS C
BST Bts Kota Skw - Sei
Duri Tani SMP VII 30,49 83,13 16,91 LOS_C
ALT Ahmad Yani Bts Kota Skw -
Sei Duri 6,51 71,93 4,82 LOS A
AUT Ahmad Yani Ahmad Yani 6,51 71,93 10,33 LOS_B
ART Ahmad Yani Tani SMP VII 6,51 71,93 6,73 LOS A
CST Tani SMP VII Bts Kota Skw -
Sei Duri 3,96 21,41 16,91 LOS C
CLT Tani SMP VII Ahmad Yani 3,96 21,41 12,95 LOS_B
CUT Tani SMP VII Tani SMP VII 3,96 21,41 0,00 LOS_A
Bundaran 13,65 83,13 12,01 LOS_B
No Bagian
Jalinan
Arus Bagian
Jalinan Q
smp/jam
Derajat
Kejenuhan
DS
Tundaan Lalu
Lintas DT
det/smp
Tundaan Lalu
Lintas Total
DTOT=QxDT
Peluang
Antrian
QP%
1 AB 1334 0,404 1,896 2529,073 4 - 9
2 BC 1482 0,497 2,332 3456,669 6 - 13
3 CA 1455 0,494 2,318 3373,315 6 - 13
4 DS dari Jalinan DSR 0,497 Total 9359,056
5 Tundaan Lalu Lintas rata-rata DTR det/smp 3,234
6 Tundaan Bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 7,234
7 Peluang Antrian Bundaran QPR% 6 - 13
Kode Dari jalan Menuju Jalan
Panjang
Antrian
(m)
Panjang
Antrian
Maksimu
m (m)
Tundaan
(detik)
Level of
Service
BUT Bts Kota Skw - Sei
Duri
Bts Kota Skw - Sei
Duri 45,10 83,16 0,00 LOS_A
BRT Bts Kota Skw - Sei
Duri Ahmad Yani 45,10 83,16 26,97 LOS_D
BST Bts Kota Skw - Sei
Duri Tani SMP VII 45,10 83,16 23,43 LOS_C
ALT Ahmad Yani Bts Kota Skw - Sei
Duri 16,44 76,38 9,56 LOS_A
AUT Ahmad Yani Ahmad Yani 16,44 76,38 3,79 LOS_A
ART Ahmad Yani Tani SMP VII 16,44 76,38 10,87 LOS_B
CST Tani SMP VII Bts Kota Skw - Sei
Duri 5,83 26,94 13,21 LOS_B
CLT Tani SMP VII Ahmad Yani 5,83 26,94 17,87 LOS_C
CUT Tani SMP VII Tani SMP VII 5,83 26,94 0,00 LOS_A
Bundaran 22,46 83,16 16,38 LOS_C
No Bagian
Jalinan
Arus Bagian
Jalinan Q
smp/jam
Derajat
Kejenuhan DS
Tundaan
Lalu Lintas
DT det/smp
Tundaan Lalu
Lintas Total
DTOT=QxDT
Peluang
Antrian
QP%
1 AB 2036 0,617 2,895 5894,546 9 - 21
2 BC 2263 0,759 3,560 8056,506 16 - 36
3 CA 2221 0,755 3,539 7862,231 15 - 35
4 DS dari Jalinan DSR 0,759 Total 21813,282
5 Tundaan Lalu Lintas rata-rata DTR det/smp 4,938
6 Tundaan Bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 8,938
7 Peluang Antrian Bundaran QPR% 16 - 36
Kode Dari jalan Menuju Jalan
Panjang
Antrian
(m)
Panjang
Antrian
Maksimum
(m)
Tundaan
(detik)
Level
of
Service
BUT Bts Kota Skw - Sei
Duri
Bts Kota Skw -
Sei Duri 51,35 83,11 0,00 LOS_A
BRT Bts Kota Skw - Sei
Duri Ahmad Yani 51,35 83,11 34,40 LOS_D
BST Bts Kota Skw - Sei
Duri Tani SMP VII 51,35 83,11 31,97 LOS_D
ALT Ahmad Yani Bts Kota Skw -
Sei Duri 38,33 78,48 19,37 LOS_C
AUT Ahmad Yani Ahmad Yani 38,33 78,48 11,79 LOS_B
ART Ahmad Yani Tani SMP VII 38,33 78,48 23,13 LOS_C
CST Tani SMP VII Bts Kota Skw -
Sei Duri 14,61 58,94 24,15 LOS_C
CLT Tani SMP VII Ahmad Yani 14,61 58,94 29,51 LOS_D
CUT Tani SMP VII Tani SMP VII 14,61 58,94 0,00 LOS_A
Bundaran 34,76 83,11 25,81 LOS_D
No Klasifikasi Hasil Tingkat
Pelayanan
1
DSR kondisi eksisting 0,403 B
DSR masa proyeksi (2026) 0,497 C
DSR masa proyeksi (2031) 0,759 D
2
DSR kondisi eksisting 6,618 B
DTR (detik) masa proyeksi (2026) 7,234 B
DTR (detik) masa proyeksi (2031) 8,893 B
6
Tabel 12. Klasifikasi kelas pada tundaan
berdasarkan simulasi VISSIM pada
kondisi eksisting, proyeksi (2026) dan
proyeksi (2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Solusi Perbaikan Alternatif Bundaran 1001 AI
Kota Singkawang
Kondisi eksisting kinerja lalu lintas Bundaran
menghasilkan nilai DS sebesar 0,403 dengan tingkat
pelayanan LOS B, untuk masa proyeksi tahun 2026
menghasilkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,497
dengan tingkat pelayanan LOS C, dan untuk masa
proyeksi tahun 2031 menghasilkan nilai derajat
kejenuhan sebesar 0,759 dengan tingkat pelayanan D.
Dimana kinerja bundaran untuk proyeksi 2031
dengan nilai derajat kejenuhan DS > 0,75
mengakibatkan penurunan tingkat kinerja pada
bundaran. Dari hasil perhitungan analisis, maka perlu
adanya solusi perbaikan dimasa yang akan datang
untuk Bundaran 1001 AI Kota Singkawang, untuk
mencapai tingkat pelayanan yang baik dimana hasil
akhirnya mendapat nilai DS < 0,75.
Percobaan alternatif I dengan percobaan yang
paling murah yang akan dilakukan ialah dengan
melalukan perubahan parameter geometrik pada
bagian jalinan bundaran. Sedangkan untuk alternatif
II yang akan dilakukan adalah dengan melakukan
perencanaan ulang bundaran sesuai dengan Pedoman
Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Bundaran
untuk Persimpangan Sebidang tahun 2004.
Alternatif I Perubahan Parameter Geometrik
Pada Bagian Jalinan Bundaran 1001 AI Kota
Singkawang
Alternatif pertama yang dilakukan ialah
perubahan geometrik dengan analisa MKJI 1997.
Perbaikan geometrik pada masing-masing jalinan
dengan merubah lebar pendekat 1, pendekat 2, maka
lebar jalinan, dan panjang jalinan juga akan berubah
sesuai dengan rentang variasi data empiris untuk
variabel masukan bagian bundaran. Dapat dilihat
gambar perubahan parameter pada jalinan bundaran
pada gambar 4.
Gambar 4. Perubahan lebar masuk, lebar jalinan,
dan panjang jalinan pada bundaran
Untuk perhitungan parameter geometrik
bagian jalinan alternatif I masa proyeksi 5 tahun
(2026) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Hasil perhitungan parameter geometrik
bagian jalinan alternatif I masa proyeksi
(2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Untuk perhitungan kapasitas bagian jalinan
alternatif I masa proyeksi 5 tahun (2026) terdapat
pada tabel 14.
Tabel 14. Hasil perhitungan kapasitas bagian jalinan
alternatif I masa proyeksi (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Perhitungan perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif I masa proyeksi 5 tahun (2026) yang dapat
dilihat hasilnya pada tabel 15.
Tabel 15. Perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif I masa proyeksi (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
No Klasifikasi Hasil Tingkat
Pelayanan
1 Tundaan kondisi eksisting 12,01 B
2 Tundaan masa proyeksi (2026) 16,38 C
3 Tundaan masa proyeksi (2031) 25,81 D
No Bagian
Jalinan
Lebar Masuk Lebar
Masuk
Rata-
Rata
Lebar
Jalinan WE/
WW
Panjang
Jalinan Ww/
Lw Pendekat
1 (m)
Pendekat
2 (m)
WE (m) Ww
(m) Lw (m)
1 AB 11,000 11,000 11,000 12,520 0,879 40,290 0,311
2 BC 11,000 11,000 11,000 14,630 0,752 39,580 0,370
3 CA 11,000 11,000 11,000 10,900 1,009 39,960 0,273
No Bagian
Jalinan
Faktor
Ww
Faktor
WE/
WW
Faktor
Pw
Ww/
WL
Co
smp/
jam
Faktor Penyesuaian C
smp/
jam
Fcs Frsu
1 AB 3607 2,575 0,958 0,614 5470 0,880 0,950 4573
2 BC 4417 2,319 0,818 0,568 4759 0,880 0,950 3978
3 CA 3012 2,848 0,845 0,648 4696 0,880 0,950 3926
No Bagian
Jalinan
Arus Bagian
Jalinan Q
smp/jam
Derajat
Kejenuhan
DS
Tundaan Lalu
Lintas DT
det/smp
Tundaan Lalu
Lintas Total
DTOT=QxDT
Peluang
Antrian
QP%
1 AB 1334 0,292 1,368 1823,735 3 - 6
2 BC 1482 0,373 1,747 2589,855 4 - 8
3 CA 1455 0,371 1,738 2528,865 4 - 8
4 DS dari Jalinan DSR 0,373 Total 6942,454
5 Tundaan Lalu Lintas rata-rata DTR det/smp 2,399
6 Tundaan Bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 6,399
7 Peluang Antrian Bundaran QPR% 4 – 8
7
Simulasi pada software VISSIM pada
alternatif I kondisi bundaran masa proyeksi 5 tahun
(2026) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Hasil simulasi VISSIM alternatif I masa
proyeksi (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Perhitungan perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif I masa proyeksi 10 tahun (2031) yang dapat
dilihat hasilnya pada tabel 17.
Tabel 17. Perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif I masa proyeksi (2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Simulasi pada software VISSIM pada
alternatif I kondisi bundaran masa proyeksi 10 tahun
(2031) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Hasil simulasi VISSIM alternatif I masa
proyeksi (2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Setelah dilakukan analisis untuk alternatif I
berikut ini klasifikasi kelas pada nilai derajat
kejenuhan tertinggi dan tundaan rata-rata untuk
kondisi eksisting, proyeksi 5 tahun dan proyeksi 10
tahun, berdasarkan perhitungan MKJI 1997 dapat
dilihat hasilnya pada tabel 19.
Tabel 19. Klasifikasi kelas pada derajat kejenuhan
dan tundaan rata-rata pada alternatif I
berdasarkan MKJI 1997
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Setelah dilakukan simulasi untuk alternatif I
pada software VISSIM. Klasifikasi kelas pada nilai
tundaan berdasarkan hasil simulasi untuk kondisi
eksisting, proyeksi 5 tahun dan proyeksi 10 tahun,
dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Klasifikasi kelas pada tundaan
berdasarkan simulasi VISSIM pada
proyeksi (2026) dan proyeksi (2031)
berdasarkan simulasi VISSIM
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Alternatif II Perencanaan Ulang Bundaran 1001
AI Kota Singkawang
Alternatif kedua pada Bundaran 1001 AI Kota
Singkawang dengan perbaikan geometrik sesuai
dengan perhitungan MKJI 1997 dan perencanaan
ulang Bundaran sesuai dengan Pedoman Konstruksi
dan Bangunan Perencanaan Bundaran untuk
Persimpangan Sebidang tahun 2004. Berikut ini
adalah hasil perencanaan bundaran:
a. Jumlah lajur lingkar adalah 2.
b. Kendaraan rencana yang dipilih ialah semi trailer
atau trailer dimana kecepatan rencana maksimum
lengan pendekat ialah 50 km/h rentang dimensi
diameter bundaran ialah 45 m dengan jenis jenis
bundaran lajur ganda.
c. Untuk diameter bundaran 45 m maka lebar jalur
lingkar ialah 9,8 m.
d. Lebar apron truk ialah 1,5 m, dimana diameter
pulau pusat ialah:
= Diameter bundaran – (2 x lebar jalur lingkar) –
(2 x lebar apron truk)
= 45 − ( 2 𝑥 9,8 )– ( 2 𝑥 1.5 )
= 22,4 m
e. Superelevasi lajur lingkar adalah 2% dan untuk
superelevasi apron truk siambil 3%.
f. Lebar lajur keluar dan lajur masuk ialah 4,9 m.
g. Untuk kecepatan rencana penedekat ialah 50 km/h
dimana radius lengan masuk dan keluar sebesar
94 m.
h. Jarak pandang lengan bundaran:
b = 0,278 (V konflik)(tc)
= 0,278 (70% x 50)(6,5)
= 63,24 m
Kode Dari jalan Menuju Jalan
Panjang
Antrian
(m)
Panjang
Antrian
Maksimu
m (m)
Tundaan
(detik)
Level of
Service
BUT Bts Kota Skw - Sei
Duri
Bts Kota Skw - Sei
Duri 14,86 72,71 0,00 LOS_A
BRT Bts Kota Skw - Sei
Duri Ahmad Yani 14,86 72,71 10,00 LOS_A
BST Bts Kota Skw - Sei
Duri Tani SMP VII 14,86 72,71 9,27 LOS_A
ALT Ahmad Yani Bts Kota Skw -
Sei Duri 4,97 39,61 4,43 LOS_A
AUT Ahmad Yani Ahmad Yani 4,97 39,61 3,39 LOS_A
ART Ahmad Yani Tani SMP VII 4,97 39,61 5,53 LOS_A
CST Tani SMP VII Bts Kota Skw -
Sei Duri 2,61 19,73 9,30 LOS_A
CLT Tani SMP VII Ahmad Yani 2,61 19,73 8,77 LOS_A
CUT Tani SMP VII Tani SMP VII 2,61 19,73 0,00 LOS_A
Bundaran 7,48 72,71 7,68 LOS_A
No. Bagian
Jalinan
Arus Bagian
Jalinan Q
smp/jam
Derajat
Kejenuhan DS
Tundaan
Lalu Lintas
DT det/smp
Tundaan Lalu
Lintas Total
DTOT=QxDT
Peluang
Antrian
QP%
1 AB 2036 0,445 2,088 4250,603 5 - 10
2 BC 2263 0,569 2,667 6036,210 8 - 17
3 CA 2221 0,566 2,653 5894,060 7 - 17
4 DS dari Jalinan DSR 0,569 Total 16180,873
5 Tundaan Lalu Lintas rata-rata DTR det/smp 3,663
6 Tundaan Bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 7,663
7 Peluang Antrian Bundaran QPR% 8 - 17
Kode Dari jalan Menuju Jalan
Panjang
Antrian
(m)
Panjang
Antrian
Maksimum
(m)
Tundaan
(detik)
Level of
Service
BUT Bts Kota Skw - Sei
Duri
Bts Kota Skw - Sei
Duri 30,38 82,13 0,00 LOS_A
BRT Bts Kota Skw - Sei
Duri Ahmad Yani 30,38 82,13 14,20 LOS_B
BST Bts Kota Skw - Sei
Duri Tani SMP VII 30,38 82,13 15,67 LOS_C
ALT Ahmad Yani Bts Kota Skw -
Sei Duri 13,98 70,24 8,85 LOS_A
AUT Ahmad Yani Ahmad Yani 13,98 70,24 7,84 LOS_A
ART Ahmad Yani Tani SMP VII 13,98 70,24 11,91 LOS_B
CST Tani SMP VII Bts Kota Skw -
Sei Duri 9,13 54,30 12,11 LOS_B
CLT Tani SMP VII Ahmad Yani 9,13 54,30 20,19 LOS_C
CUT Tani SMP VII Tani SMP VII 9,13 54,30 0,00 LOS_A
Bundaran 17,83 82,13 12,45 LOS_B
No Klasifikasi Hasil Tingkat
Pelayanan
1 DSR masa proyeksi (2026) 0,373 B
DSR masa proyeksi (2031) 0,569 C
2 DTR (detik) masa proyeksi (2026) 6,399 B
DTR (detik) masa proyeksi (2031) 7,663 B
No Klasifikasi Hasil Tingkat
Pelayanan
1 Tundaan masa proyeksi (2026) 7,68 A
2 Tundaan masa proyeksi (2031) 18,35 B
8
i. Jarak pandang henti minimum
d = (0,278)(t)(V) + (0,039 x (v2
a)
= (0,278)(2,5)(50) + (0,039 x 502
3,4)
= 63,43 m
j. Kelandaian lengan pendekat relatif datar = 0,5%
k. Rambu, pemarkaan, dan pulau pemisah
disesuaikan dengan pedoman.
Dapat dilihat untuk detail pulau pemisah pada
bundaran sesuai dengan pedoman pada gambar 4.
Gambar 4. Detail pulai pemisah pada bundaran
Dapat dilihat untuk alternatif II yaitu
perencanaan ulang bundaran pada gambar 4.
Gambar 4. Perencanaan ulang bundaran
Untuk perhitungan pameter geometrik bagian
jalinan alternatif II masa proyeksi 5 tahun (2026)
yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21. Hasil perhitungan parameter geometrik
bagian jalinan alternatif II masa proyeksi
(2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Untuk perhitungan kapasitas bagian jalinan
alternatif II masa proyeksi 5 tahun (2026) dapat
dilihat hasilnya pada tabel 22.
Tabel 22. Hasil perhitungan kapasitas bagian jalinan
alternatif II masa proyeksi (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Perhitungan perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif II masa proyeksi 5 tahun (2026) dapat
dilihat hasilnya pada tabel 23.
Tabel 23. Perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif II masa proyeksi (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Simulasi pada software VISSIM pada
alterntaif I kondisi bundaran masa proyeksi 5 tahun
(2026) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 24. Hasil simulasi VISSIM alternatif II masa
proyeksi (2026)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Perhitungan perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif II masa proyeksi 10 tahun (2031) dapat
dilihat hasilnya pada tabel 25.
No Bagian
Jalinan
Lebar Masuk Lebar
Masuk
Rata-
Rata
Lebar
Jalinan WE/
WW
Panjang
Jalinan Ww/
Lw Pendekat
1 (m)
Pendekat
2 (m)
WE (m) Ww
(m) Lw (m)
1 AB 9,800 9,800 9,800 10,880 0,901 38,150 0,285
2 BC 9,800 9,800 9,800 10,800 0,907 41,430 0,261
3 CA 9,800 9,800 9,800 9,940 0,986 36,770 0,270
No Bagian
Jalinan
Faktor
Ww
Faktor
WE/
WW
Faktor
Pw
Ww/
WL
Co
smp/
jam
Faktor Penyesuaian C
smp/
jam
Fcs Frsu
1 AB 3005 2,620 0,958 0,637 4805 0,880 0,950 4017
2 BC 2977 2,634 0,818 0,659 4230 0,880 0,950 3536
3 CA 2672 2,799 0,845 0,650 4107 0,880 0,950 3434
No Bagian Jalinan
Arus
Bagian Jalinan Q
smp/jam
Derajat
Kejenuhan
DS
Tundaan
Lalu
Lintas
DT det/smp
Tundaan Lalu
Lintas Total DTOT=QxD
T
Peluang
Antrian
QP%
1 AB 1334 0,332 1,557 2075,888 3 - 7
2 BC 1482 0,419 1,966 2913,641 4 - 9
3 CA 1455 0,424 1,987 2891,084 5 - 10
4 DS dari Jalinan DSR 0,424 Total 7880,612
5 Tundaan Lalu Lintas rata-rata DTR det/smp 2,723
6 Tundaan Bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 6,723
7 Peluang Antrian Bundaran QPR% 5 - 10
Kode Dari jalan Menuju Jalan
Panjang
Antrian
(m)
Panjang
Antrian
Maksimum
(m)
Tundaan
(detik)
Level of
Service
BUT Bts Kota Skw - Sei
Duri
Bts Kota Skw - Sei
Duri 9,03 75,70 0,00 LOS_A
BRT Bts Kota Skw - Sei
Duri Ahmad Yani 9,03 75,70 5,79 LOS_A
BST Bts Kota Skw - Sei
Duri Tani SMP VII 9,03 75,70 5,33 LOS_A
ALT Ahmad Yani Bts Kota Skw -
Sei Duri 5,91 38,02 5,25 LOS_A
AUT Ahmad Yani Ahmad Yani 5,91 38,02 1,45 LOS_A
ART Ahmad Yani Tani SMP VII 5,91 38,02 4,79 LOS_A
CST Tani SMP VII Bts Kota Skw -
Sei Duri 1,89 13,97 10,53 LOS_B
CLT Tani SMP VII Ahmad Yani 1,89 13,97 8,93 LOS_A
CUT Tani SMP VII Tani SMP VII 1,89 13,97 0,00 LOS_A
Bundaran 5,61 75,70 6,01 LOS_A
9
Tabel 25. Perilaku lalu lintas bagian jalinan
alternatif II masa proyeksi (2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Simulasi pada software VISSIM pada kondisi
bundaran masa proyeksi 10 tahun (2031) yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel 26.
Tabel 26. Hasil simulasi VISSIM alternatif II masa
proyeksi (2031)
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Setelah dilakukan analisis untuk alternatif II
berikut ini klasifikasi kelas pada nilai derajat
kejenuhan tertinggi dan tundaan rata-rata untuk
kondisi eksisting, proyeksi 5 tahun dan proyeksi 10
tahun, berdasarkan perhitungan MKJI 1997 dapat
dilihat pada tabel 27.
Tabel 24. Klasifikasi kelas pada derajat kejenuhan
dan tundaan rata-rata pada alternatif II
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Setelah dilakukan simulasi untuk alternatif II
pada software VISSIM. Klasifikasi kelas pada nilai
tundaan berdasarkan hasil simulasi untuk kondisi
eksisting, proyeksi 5 tahun dan proyeksi 10 tahun,
dapat dilihat pada tabel 28.
Tabel 28. Klasifikasi kelas pada tundaan
berdasarkan simulasi VISSIM masa
proyeksi (2026) dan proyeksi (2031)
berdasarkan simulasi VISSIM
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Perbandingan Peluang Antrian Hasil MKJI 1997
dan Panjang Antrian Software VISSIM
Untuk hasil peluang antrian untuk bagian
jalinan dengan MKJI 1997 yaitu didapat hasil dengan
satuan persen. Untuk hasil panjang antrian simulasi
software VISSIM didapat dengan satuan meter
dimana didapat hasilnya pada tabel 29.
Tabel 29. Peluang antrian MKJI 1997 dan panjang
antrian simulasi VISSIM
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Perbandingan Tundaan Hasil MKJI 1997 dan
Tundaan Software VISSIM
Tundaan antara hasil analisa dengan
menggunakan metode simulasi software VISSIM dan
MKJI 1997. Perbandingannya dapat dilihat pada tabel
30.
Tabel 30. Perbandingan hasil tundaan MKJI 1997 dan
Software VISSIM
(Sumber : Hasil Analisis, 2021)
Dapat dilihat bahwa hasil simulasi
menggunakan Software VISSIM mendapatkan hasil
yang lebih besar dibanding dengan perhitungan
menggunakan MKJI 1997, kecuali pada alternatif II
tahun 2026. Dimana hasil pada MKJI 1997 yaitu 6,72
detik dan hasil denga menggunakan VISSIM 6,01
itupun hanya selisih sedikit dari hasil perhitungan
MKJI 1997. Hasil perbandingan nilai antara MKJI
1997 dan Software VISSIM dapat dilihat pada
diagram batang pada gambar 5.
No Bagian Jalinan
Arus
Bagian Jalinan Q
smp/jam
Derajat
Kejenuhan
DS
Tundaan
Lalu Lintas DT
det/smp
Tundaan Lalu
Lintas Total
DTOT=QxDT
Peluang
Antrian
QP%
1 AB 2036 0,507 2,376 4838,301 6 - 13
2 BC 2263 0,640 3,001 6790,863 10 - 23
3 CA 2221 0,647 3,034 6738,289 10 - 23
4 DS dari Jalinan DSR 0,647 Total 18367,453
5 Tundaan Lalu Lintas rata-rata DTR det/smp 4,158
6 Tundaan Bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 8,158
7 Peluang Antrian Bundaran QPR% 10 - 23
Kode Dari jalan Menuju Jalan
Panjang
Antrian
(m)
Panjang
Antrian
Maksimum
(m)
Tundaan
(detik)
Level of
Service
BUT Bts Kota Skw - Sei
Duri
Bts Kota Skw - Sei
Duri 33,74 82,16 0,00 LOS_A
BRT Bts Kota Skw - Sei
Duri Ahmad Yani 33,74 82,16 18,55 LOS_C
BST Bts Kota Skw - Sei
Duri Tani SMP VII 33,74 82,16 19,10 LOS_C
ALT Ahmad Yani Bts Kota Skw -
Sei Duri 14,71 70,24 9,93 LOS_A
AUT Ahmad Yani Ahmad Yani 14,71 70,24 7,84 LOS_A
ART Ahmad Yani Tani SMP VII 14,71 70,24 7,07 LOS_A
CST Tani SMP VII Bts Kota Skw -
Sei Duri 6,67 48,47 14,97 LOS_B
CLT Tani SMP VII Ahmad Yani 6,67 48,47 13,08 LOS_B
CUT Tani SMP VII Tani SMP VII 6,67 48,47 20,67 LOS_C
Bundaran 18,37 82,16 14,42 LOS_B
No Klasifikasi Hasil Tingkat
Pelayanan
1 DSR masa proyeksi (2026) 0,424 B
DSR masa proyeksi (2031) 0,647 C
2 DTR (detik) masa proyeksi (2026) 6,723 B
DTR (detik) masa proyeksi (2031) 8,158 B
No Klasifikasi Hasil Tingkat
Pelayanan
1 Tundaan masa proyeksi (2026) 6,01 A
2 Tundaan masa proyeksi (2031) 14,42 B
Kondisi Bagian Jalinan MKJI 1997
Peluang Antrian QP%
VISSIM
Panjang Antrian (m)
Eksisting
(2021)
AB 3 - 7 6,51
BC 4 - 9 30,49
CA 4 - 9 3,96
Masa Proyeksi
(2026)
AB 4 - 9 16,44
BC 6 - 13 45,10
CA 6 - 13 5,83
Masa Proyeksi
(2031)
AB 9 - 21 38,33
BC 16 - 36 51,35
CA 15 - 35 14,61
Alternatif 1
proyeksi
(2026)
AB 3 - 6 4,97
BC 4 - 8 14,86
CA 4 - 8 2,61
Alternatif 1
proyeksi
(2031)
AB 5 - 10 13,98
BC 8 - 17 30,38
CA 7 - 17 9,13
Alternatif 2
proyeksi
(2026)
AB 3 - 7 5,91
BC 4 - 9 9,03
CA 5 - 10 1,89
Alternatif 2
proyeksi
(2031)
AB 6 - 13 14,71
BC 10 - 23 33,74
CA 10 - 23 6,67
Kondisi
Tundaan
(MKJI
1997)
Tundaan
(VISSIM)
Level of
Servis
(MKJI
1997)
Level of
Servis
(VISSIM)
Eksisting (2020) 6,62 12,01 B B
Proyeksi (2026) 7,23 16,38 B C
Proyeksi (2031) 8,94 25,81 B D
Alternatif I (2026) 6,40 7,68 B A
Alternatif I (2031) 7,66 12,45 B B
Alternatif II (2026) 6,72 6,01 B A
Alternatif II (2031) 8,16 14,42 B B
10
Gambar 5. Diagram batang hasil tundaan MKJI
1997 dan simulasi VISSIM
IV. KESIMPULAN
1. Untuk hasil evaluasi pada kinerja bundaran
dengan metode MKJI 1997 sebagai berikut:
a. Kondisi eksisting didapat hasil derajat
kejenuhan terbesar 0,403. Pada proyeksi 5
tahun (2026) didapat hasil derajat kejenuhan
terbesar 0,497. Pada proyeksi 10 tahun (2031)
didapat hasil derajat kejenuhan terbesar 0,759.
b. Alternatif pertama pada proyeksi 5 tahun
(2026), didapat hasil derajat kejenuhan
terbesar 0,373. Pada proyeksi 10 tahun (2031)
didapat hasil derajat kejenuhan terbesar 0,569.
c. Alternatif kedua pada proyeksi 5 tahun (2026),
kinerja yang didapat hasil derajat kejenuhan
terbesar 0,424. Pada proyeksi 10 tahun (2031),
kinerja yang didapat hasil derajat kejenuhan
terbesar 0,647
2. Hasil evaluasi kinerja bundaran dengan
menggunakan simulasi software VISSIM sebagai
berikut :
a. Kondisi eksisting didapat nilai tundaan
bundaran 12,010 detik. Pada proyeksi 5 tahun
(2026) didapat nilai tundaan bundaran 16,380
detik. Pada proyeksi 10 tahun (2031) didapat
nilai tundaan bundaran 25,810 detik.
b. Alternatif pertama pada proyeksi 5 tahun
(2026) didapat nilai tundaan bundaran 7,680
detik. Pada proyeksi 10 tahun (2031) didapat
nilai tundaan bundaran 12,450 detik.
c. Alternatif kedua pada proyeksi 5 tahun
(2026), didapat nilai tundaan bundaran 6,010
detik. proyeksi 10 tahun (2031), didapat nilai
pada tundaan bundaran 14,420 detik.
3. Berdasarkan alternatif yang sudah dianalisis,
peneliti merekomendasikan menggunakan
alternatif pertama, yaitu perbaikan parameter
bundaran, karena memiliki kinerja bundaran yang
baik dibanding alternatif kedua.
4. Keunggulan software VISSIM yaitu dapat
menghasilkan simulasi secara 3 dimensi, dapat
menganalisis kinerja per-lengan bundaran dan
tingkat pelayanannya, kekurangannya tidak dapat
menghitung derajat kejenuhan simpang, dan harus
menggunakan data kecepatan kendaraan untuk
melakukan simulasi.
Dari hasil analisis dan pembahan yang telah
diuraikan serta kesimpulan yang telah disampaikan
maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian dengan software VISSIM sebaiknya
menggunakan software berlisensi resmi dan
berbayar, karena VISSIM student version fiturnya
terbatas.
2. Untuk peneliti selanjutnya diperlukan adanya
kalibrasi pada software VISSIM untuk
penyesuaian parameter perilaku pengemudi pada
pemodelan dengan kondisi nyata dilapangan, agar
hasil simulasi sesuai dengan kenyataan.
REFERENSI
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
2004 Perencanaan Bundaran untuk
Persimpangan Sebidang. Jakarta :
Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta :
Departemen Pekerjaan Umum.
Pemayun, M. I. C. 2015. Analisis Kinerja Ruas Jalan
Diponegoro Akibat Bangkitan PerJalanan
SDN 5 Pendungan. Tugas Akhir Program
Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Udayana, Bali.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 75 Tahun 2015. Penyelenggaraan
Analisis Dampak Lalu Lintas. Jakarta :
Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
PTV VISION. 2011. Vissim 5.30-05 User Manual.
PTV AG, Karlsruhe, Germany.
Trilaksono, A. 2019. Evaluasi Dan Perencanaan
Bundaran Jalan Sultah Syahrir – Jalan
Selayar – Jalan Prof M Yamin – Jalan Dr
Sutomo Dengan Menggunakan Simulasi
Vissim. Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil.
Pontianak : Universitas Tanjungpura.
Eksisting
(2020)
Proyeksi
(2026)
Proyeksi
(2031)
Alternatif
I (2026)
Alternatif
I (2031)
Alternatif
II (2026)
Alternatif
II (2031)
Tundaan rata-rata (MKJI) 6,62 7,23 8,94 6,40 7,66 6,72 8,16
Tundaan (VISSIM) 12,01 16,38 25,81 7,68 12,45 6,01 14,42
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
DIAGRAM BATANG TUNDAAN ANTARA MKJI 1997 DAN
SOFTWARE VISSIM
Top Related