TUGAS MAKALAH
ZAT ADITIF MAKANAN
(PEWARNA)
KELOMPOK 5
PUTRI INTAN PERMATASARI 14120110144
ASTUTI 14120110146
TRI PUSPASARI 14120110153
IVON INDRI PUTRI 14120110154
ANDI NURLIANIH 14120110155
SELVIANA SAKKA 14120110156
SITI ACHRIANI 14120110157
MIFTAHUL JANNAH 14120110158
MUSFIRA TAHIR 14120110166
RAHMAWATI ANWAR 14120110178
ANDI HARLIANY JAMAL 14120110185
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Makassar 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga kami panjatkan yang paling pertama dan
utama adalah untuk Allah swt, karena di anugrahi nikmat yang luar biasa, berupa
rahmat kesehatan dan ilmu yang sangat berharga serta berkah-berkah lainnya yang
diberikan oleh-Nya tanpa kami harus meminta sehingga penulisan makalah yang
berjudul “Zat Aditif Makanan” dapat terselesaikan. Dan tak lupa kami kirimkan
shalawat dan taslim atas junjungan nabi besar Muhammad saw. Selama
penyusunan, ada berbagai kesulitan yang kami hadapi dalam merampungkan
makalah ini, tetapi dengan ketekunan, kerja sama dan kekompakan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak begitu pula dengan
makalah kami ini yang penuh dengan kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sekalian.
Makassar, Januari 2012
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………...2
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Zat Pewarna …………………………………………………….…..3
2.2 Jenis-jenis Zat Pewarna……………………………………………………...4
2.3 Dampak Zat Pewarna Bagi tubuh……………………….…………………...8
2.4 Solusi terhadap masalah zat pewarna makanan…………………………….10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………14
3.2 Saran………………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki
oleh setiap produksi yang beredar di pasaran. Untuk menjamin keamanan
pangan olahan, maka dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, produsen
industri Makanan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari produsen, dengan
pengaturan dan pembinaan dari pemerintah.
Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka
semakin banyak jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual dan dikonsumsi
dalam bentuk yang lebih awet dan lebih praktis dibanding dengan bentuk
segarnya. Semua jenis makanan siap santap dan minuman awet tersebut dapat
menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi. Kemudahan tersebut dapat
terwujud diantaranya berkat perkembangan teknologi produksi dan
penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM).
Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan
yaitu penggunaan bahan tambahan pada Bahan Makanan, untuk berbagai
keperluan. penggunaan Bahan tambahan makanan dilakukan pada industri
pengolahan pangan maupun dalam pembuatan, berbagai pengaruh jajanan
yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga
seperti Pewarna Makanan.
Diantara beberapa bahan tambahan makanan, yang sangat sering
digunakan adalah pemanis dan perwarna sintetik/Pewarna Makanan Kue.
Pewarna Makanan digunakan produsen untuk memberikan penampilan yang
menarik pada hasil produksi mereka melalui penggunaan bahan–bahan
tambahan kimiawi untuk makanan (BTM) atau Food Additives. Untuk
menghasilkan produk-produk Makanan yang bermutu harus menggunakan
beberapa jenis bahan tambahan makanan yang aman dikonsumsi dan telah
diizinkan Depkes. Tujuan penggunaan bahan tambahan makanan untuk
mendapatkan mutu produk yang optimal. Dalam hal ini penggunaan bahan
tambahan makanan, tentunya tidak terlepas dari aspek-aspek pemilihan atau
penetapan, pembelian, aplikasi, cara mendapatkannya, ketersediaan Bahan
Tambahan Makanan, dan peraturan pemerintah mengenai bahan tambahan
makanan. Oleh karena itu, makalah ini kami buat Karena adanya rasa
keingintahuan untuk mengetahui macam-macam zat pewarna yang beredar di
masyarakat dan akibatnya terhadap kesehatan
1.2 Rumusan Masalah
Apa itu zat pewarna?
Apa saja jenis-jenis zat pewarna?
Apa dampak zat pewarna bagi kesehatan?
Apakah solusi yang tepat untuk menanggulangi masalah ini?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis dari zat pewarna itu sendiri
Untuk mengetahui akibat yang timbul atau bahaya yang terjadi apabila
menggunakan zat pewarna pakaian
Untuk memberikan solusi agar kedepan kita tidak lagi mengonsumsi
makanan atau minuman yang berbahaya bagi kesehatan kita
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini diharapkan agar kita bisa selektif dalam memilih
makanan atau minuman yang baik bagi kesehatan tubuh kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Zat Pewarna
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu
benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang
diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut
di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk
meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna.
Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap
panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna,
pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas
terhadap substrat.
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur
Tengah, pewarna telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan
pewarna dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang
diperoleh dari bahan-bahan ini tidak memerlukan proses pengolahan yang
rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan pewarna adalah tumbuhan,
khususnya akar-akaran, beri-berian,kulit kayu, daun, dan kayu. Sebagian dari
pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Berikut ini beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada
makanan (Syah et al. 2005) :
1. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.
2. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk
pangan.
3. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami
warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk
menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak
dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang
berbahaya.
4. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau
temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama
penyimpanan.
5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh
sinar matahari selama produk disimpan.
2.2 Jenis-jenis Zat Pewarna
Penampilan makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk
menggugah selera. Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar
makanan lebih menarik. Zat pewarna sendiri secara luas digunakan di seluruh
dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna
makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk
warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna
merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan,
yakni ketersediaannya terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak
cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan
alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih
mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga
sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan pangan
memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang
sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan.
Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna
untuk menarik perhatian konsumen.
Zat pewarna pada makanan secara umum digolongkan menjadi dua
kategori yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna alami
merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman atau buah-buahan. Secara
kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat
pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada
kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan
aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna
yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna
sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna
sintetis (Lee 2005).
Tabel perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami
Pembeda Zat pewarna Sintetis Zat pewarna alami
Warna yang
dihasilkan
Lebih cerah
Lebih homogen
Lebih pudar
Tidak homogen
Variasi warna Banyak Sedikit
Harga Lebih murah Lebih mahal
Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas
Kestabilan Stabil Kurang stabil
Zat pewarna sintesis merupakan zat pewarna buatan manusia. Zat pewarna
sintetis seharusnya telah melalui suatu pengujian secara intensif untuk
menjamin keamanannya. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah
warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memilliki variasi warna yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Di samping itu
penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan
harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan
dengan zat pewarna alami. Para konsumen pun hendaknya selalu
mendapatkan informasi tentang komponen-komponen yang terkandung dalam
zat pewarna sintetis tersebut (Lee 2005).
Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan
dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi
seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang
bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk
mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena
adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya
penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan
masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat
pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat
pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk
bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non pangan.
Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa
pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara
lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat
pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-
pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH
tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak
menimbulkan efek samping bagi tubuh (Anonim, 2008)
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia
buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang
mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa
contoh pewarna buatan yaitu :
o Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
o Warna merah : allura, eritrosin, amaranth.
o Warna biru : biru berlian
Tabel : Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam
air.
No Pewarna Sintetis WarnaMudah larut di
air
1 Rhodamin B Merah Tidak
2 Methanil Yellow Kuning Tidak
3 Malachite Green Hijau Tidak
4 Sunset Yelow Kuning Ya
5 Tatrazine Kuning Ya
6 Brilliant Blue Biru Ya
7 Carmoisine Merah Ya
8 Erythrosine Merah Ya
9 Fast Red E Merah Ya
10 Amaranth Merah Ya
11 Indigo Carmine Biru Ya
12 Ponceau 4R Merah Ya
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat
menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang
digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan
tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan,
sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada
saat diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna
alami, maka warna tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses
penggorengan (Anonim, 2008).
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh
arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna
organic sebelum mencapai produk akhir,harus melalui suatu senyawa antara
dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal
akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat
pewarna yang tidak boleh ada.
Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur
penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi
pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna
tersebut.
2.3 Dampak Zat Pewarna Bagi tubuh
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamine
B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna
berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan (Syah et al. 2005).
Namun demikian, penyalahgunaan rhodamine B sebagai zat pewarna pada
makanan masih sering terjadi di lapangan dan diberitakan di beberapa media
massa. Sebagai contoh, rhodamine B ditemukan pada makanan dan minuman
seperti kerupuk, sambal botol dan sirup di Makassar pada saat BPOM
Makassar melakukan pemeriksaan sejumlah sampel makanan dan minuman
ringan (Anonimus 2006).
Rhodamine B termasuk zat yang apabila diamati dari segi fisiknya cukup
mudah untuk dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau
atau ungu kemerahan. Di samping itu rhodamine juga tidak berbau serta
mudah larut dalam larutan berwarna merah terang berfluorescen. Zat pewarna
ini mempunyai banyak sinonim, antara lain D and C Red no 19, Food Red 15,
ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine dan Brilliant Pink B. Rhodamine
biasa digunakan dalam industri tekstil. Pada awalnya zat ini digunakan
sebagai pewarna bahan kain atau pakaian. Campuran zat pewarna tersebut
akan menghasilkan warna-warna yang menarik. Bukan hanya di industri
tekstil, rhodamine B juga sangat diperlukan oleh pabrik kertas. Fungsinya
sama yaitu sebagai bahan pewarna kertas sehingga dihasilkan warna-warna
kertas yang menarik. Sayangnya zat yang seharusnya digunakan sebagai
pewarna tekstil dan kertas tersebut digunakan pula sebagai pewarna makanan.
Ciri - ciri pangan mengandung Rhodamin B :
Berwarna merah menyala, bila produk pangan dalam bentuk larutan/
minuman warna merah berpendar atau berflueresensi.
Dalam pengelolaan tahan terhadap pemanasan (direbus/
digorengwarna tidak pudar).
Banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk, es puter)
Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena
rhodamine B termasuk karsinogen yang kuat, juga sangat berbahaya jika
terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit,
iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati.
Bahaya akut rhodamine B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan
iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah
muda. Apabila terpapar rodamin B dalam waktu yang lama, maka dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi hati dan kanker hati.
Penyalahgunaan Rhodamin B untuk pewarna pangan telah ditemukan
untuk berapa jenis pangan. Pangan tersebut antara lain adalah kerupuk,terasi,
dan pangan jajanan yang berwarna merah. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa zat pewarna tersebut memang berbahaya bila digunakan
pada makanan. Hasil suatu penelitian menyebutkan bahwa pada uji terhadap
mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal
menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi.
Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang
melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan
sitolisis dari sitoplasma (Anonimus 2006)
Dalam analisis yang menggunakan metode destruksi yang kemudian
diikuti dengan analisis metode spektrofometri, diketahui bahwa sifat racun
rhodamine B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organik saja tetapi juga
oleh kontaminasi senyawa anorganik terutama timbal dan arsen
(Subandi1999).
Keberadaan kedua unsure tersebut menyebabkan rhodamine B berbahaya
jika digunakan sebagai pewarna pada makanan, obat, maupun kosmetik
sekalipun. Hal ini di dukung oleh Winarno (2004) yang menyatakan bahwa
timbale memang banyak digunakan sebagai pigmen atau zat pewarna dalam
industri kosmetik dan kontaminasi dalam makanan dapat terjadi salah satu
diantaranya oleh zat pewarna untuk tekstil.
2.4 Solusi terhadap masalah zat pewarna makanan
Sebagai langkah keamanan memang lebih baik mengkonsumsi makanan
yang tidak diwarnai. Ataupun kalau diwarnai, sebaiknya yang menggunakan
pewarna alami, karena dijamin tidak membahayakan.
Bagaimana cara membedakan pewarna alami dan pewarna Non Food
Colour ????
Ciri-ciri visual yang dapat digunakan sebagai patokan dalam memilih
makanan di pasaran, adalah sebagai berikut :
Pewarna Alami :
1. Warna agak suram
2. Mudah larut dalam air
3. Membutuhkan bahan pewarna lebih banyak (kurang mampu mewarnai
dengan baik)
4. Membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk
Pewarna Non Food Colour :
1. Warna cerah sekali
2. Tidak mudah larut dalam air
3. Membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi
rendah sudah mampu mewarnai dengan baik.
4. Cepat meresap ke dalam produk
Makanan yang diwarnai dengan pewarna ” Non Food Colour” akan cerah
sekali, karena pewarna cepat meresap kedalam produk. Biasanya tempat atau
bejananya juga akan berwarna, sukar sekali dihilangkan meskipun telah
dicuci. Begitupun bila kita pegang, maka bekas pewarna akan tetap
menempel.
Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk mencegah bahaya pewarna
makanan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar diantaranya :
Tanamkan pemahaman kepada anak-anak kita untuk tidak jajan
sembarangan. Makanan yang dimasak di rumah tentu jauh lebih aman
ketimbang jajanan yang kita tidak tahu proses pembuatannya seperti
apa. Akan lebih baik jika anak-anak membawa bekal
makanan/minuman sendiri dari rumah.
Mengkampanyekan agar bersikap hati-hati terhadap makanan/jajanan
di luar rumah. Makanan/minuman dengan warna yang mencolok
sebaiknya dihindari, karena ada kemungkinan menggunakan pewarna
yang bukan untuk makanan. Lakukan kampanye ini kepada anggota
keluarga, saudara, dan orang-orang di sekitar Anda.
Sekedar tambahan, ‘junk food’ yang digilai banyak orang di
Indonesia, di negara asalnya justru sudah mulai ditinggalkan karena
terbukti menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Jadi, jangan
alihkan anak-anak dari jajanan ‘biasa’ di sekitar kita ke junk food
yang juga sama-sama berisiko membahayakan kesehatan.
Selain itu, ada pula Tips Hindari Pewarna Makanan Tidak Aman:
1. Carilah makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu
mencolok
Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya
anda pilih makanan atau minuman dengan warna yang tidak terlalu
mencolok. Hal ini karena makanan yang terlihat mencolok atau
‘ngejreng’ kebanyakan dari pewarna makanan sintesis yang biasa
digunakan untuk pewarna tekstil. Seperti halnya Rhodamin B yang
membuat warna makanan terlihat lebih‘ngejreng’.
2. Test terlebih dahulu jika memilih makanan atau minuman yang
berwarna
Caranya, uji cobalah dengan menempelkan makanan ke tangan atau
kain.Jika warnanya menempel dan sulit untuk dihilangkan, berarti ma
kanantersebut menggunakan pewarna yang tidak aman dan tidak layak
untuk dikonsumsi. “Lebih baik anda memilih warna makanan yang
soft atau halus,karena pewarna makanan alami warnanya tidak
‘ngejreng’ dan cenderung soft ,” jelas drg. Rini.
3. Kenalkan sejak dini pada anak
Tidak cukup dengan mengetahui pewarna yang aman atau tidak aman,
kenalkan juga sedini mungkin pada anak-anak, makanan yang aman
dantidak aman. Sehingga anak-anak mengetahui makanan yang boleh
ia makanatau tidak. “Hal itu untuk mengantisipasi anak, jika terpaksa
ia harus jajan diluar, ia akan memilih makanan yang aman,” ungkap
wanita berkacamata itu
4. Biasakan anak sarapan dirumah
Biasakan anak sarapan dirumah sebelum berangkat sekolah, dan beri
bekal untuk makan siang anak. Karena dengan anak sarapan pagi di
rumah, maka meminimalkan anak untuk jajan diluar yang memang
belum terjamin keamanan dan kebersihannya.
5. Baca jenis dan jumlah pewarna yang dipergunakan
Setiap kali membeli makanan dalam kemasan, teliti dan baca jenis dan
bahan pewarna yang dipergunakan dalam produk tersebut. Hal ini
untuk mengetahui jumlah kandungan bahan pewarna yang dipakai di
makanan tersebut.
6. Perhatikan label pada setiap kemasan produk
Pastikan di label makanan tercantum izin dari BPOM (Badan
Pengawas Obatdan Makanan) yang tertulis POM beserta nomor izin
pendaftaran. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah tangga,
maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis P-IRT (Pangan
Industri Rumah Tangga) dan nomor izin pendaftarannya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penambahan zat pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan
menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan
warna dan menutupi perubahan warna selama penyimpanan. Penambahan zat
pewarna rhodamine B pada makanan terbukti mengganggu kesehatan,
misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan
berpotensi memicu kanker. Oleh karena itu rhodamine B dinyatakan sebagai
pewarna berbahaya dan dilarang penggunannya. Pemerintah sendiri telah
mengatur penggunaan zat pewarna dalam makanan. Namun demikian masih
banyak produsen makanan, terutama pengusaha kecil, yang menggunakan
zat-zat pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya
pewarna untuk tekstil atau cat yang pada umumnya mempunyai warna yang
lebih cerah, lebih stabil dalam penyimpanan, harganya lebih murah dan
produsen pangan belum menyadari bahaya dari pewarna-pewarna tersebut.
3.2 Saran
Alternatif lain untuk menggantikan penggunaan zat pewarna sintetis adalah
dengan menggunakan pewarna alami seperti ekstrak daun suji, kunyit dan
ekstrak buah-buahan yang pada umumnya lebih aman. Di samping itu masih
ada pewarna alami yang diijinkan digunakan dalam makanan antara lain
caramel, beta-karoten, klorofil dan kurkumin.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarna
http://informasisehat.wordpress.com/tag/pewarna-makanan/
http://sijanggut.blogdetik.com/tag/bahan-pewarna-makanan/
http://catatankimia.com/catatan/bahan-pewarna-makanan.html
http://matoa.org/bahaya-pewarna-makanan/
Top Related