RETARDASI MENTALD
i
s
u
s
u
n
Oleh :
Daniel Parapat
09000047
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
RUMAH SAKIT JIWA PROVSU
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
tentang pengertian retardasi mental, cara mendiagnosa, serta tatalaksana
pasien dengan retardasi mental menurut hasil penelitian yang terbaru agar
didapatkan hasil yang optimal bagi para penderita.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruH pengajar
Departemen Ilmu Penyakit Jiwa atas segala bantuan yang telah diterima.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk kesempurnaan laporan kasus ini.
Medan, 1 Juli 2013
Penulis,
Daniel H P
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.......................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
2.1. Retardasi Mental.......................................................................3
2.1.1. Definisi.............................................................................3
2.1.2. Epidemiologi....................................................................3
2.1.3. Etiologi.............................................................................3
2.1.4. Diagnosis.........................................................................4
2.1.5. Gambaran Klinis..............................................................7
2.1.6. Diagnosa Banding...........................................................8
2.1.7. Terapi..............................................................................9
2.1.8. Prognosis.......................................................................10
BAB 3 KESIMPULAN & SARAN.............................................................12
3.1. Kesimpulan..............................................................................12
3.2. Saran.......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................13
LAMPIRAN
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Retardasi mental salah satu cacat perkembangan lebih umum. Hal
ini dapat idiopatik dan menantang untuk mengenali anak yang terlihat
normal mengalami keterlambatan perkembangan. Sebaliknya, retardasi
mental dapat mudah dikenali saat anak dengan fitur dismorfik yang terkait
dengan gangguan retardasi mental yang dikenal faktor genetik.1 Estimasi
prevalensi dikalkulasi menggunakan denominator, didapati anak berumur
hingga 19 tahun pada area surve 7707 orang. Hasil prevalensi yang
dilaporkan adalah per 1000 anak. Prevalensi retardasi mental ringan dan
berat adalah 7,2 per 1000 anak.2 Retardasi mental kira-kira 1½ kali lebih
sering pada laki-laki dibanding wanita. Pada lanjut usia, prevalensi lebih
sedikit, karena mereka dengan retardasi mental yang berat atau sangat
berat memiliki angka mortalitas yang tinggi yang disebabkan dari penyulit
gangguan fisik yang menyertai.3
DSM-IV memberikan empat tipe retardasi mental, yang
mencerminan tingkat intelektual: retardasi mental ringan, retardasi mental
sedang, retardasi mental berat dan retardasi sangat berat.3 Telah
diperkirakan bahwa 80-90% individu dalam populasi dengan retardasi
mental berfungsi dalam kisaran ringan, sementara hanya 5% populasi
dengan retardasi mental yang gangguannya berat sampai sangat berat.4
Berdasarkan penelitian Harper ditemukan prevalensi retardasi mental
berat adalah 3 dari 1.000 populasi dan 30 dari 1.000 populasi menderita
retardasi mental ringan.5
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang
terdiri dari fungsi intelektual yang di bawah rata-rata dan gangguan dalam
keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.
1
Fungsi intelektual keseluruhan ditentukan dengan menggunakan tes
kecerdasan yang dibakukan, dan istilah “secara bermakna di bawah rata-
rata” didefinisikan sebagai nilai kecerdasan (I.Q.; intelligence quotient)
kira-kira 70 atau lebih rendah atau dua simpangan baku di bawah rata-
rata untuk tes tertentu. Fungsi adaptif dapat diukur dengan menggunakan
skala yang dibakukan, seperti Vineland Adaptive Behavior Scale. Dalam
skala tersebut, komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi,
dan keterampilan motorik (sampai 4 tahun, 11 bulan) dinilai dan
membentuk suatu senyawa perilaku adaptif yang behubungan dengan
keterampilan yang diharapkan.3
1.2Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan di dalam Departemen Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas HKBP Nommensen, Rumah Sakit Jiwa Provsu
Medan.
Selain itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai panduan klinisi
dalam mengidentifikasi, mendiagnosa, serta merawat pasien yang
didiagnosa dengan retardasi mental.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Retardasi Mental
2.1.1 Definisi
The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat
(DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual
keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang
menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaptif
dan bermanifestasi selama periode perkembangan-yaitu, sebelum usia 18
tahun. DSM-IV memberikan empat tipe retardasi mental, yang
mencerminan tingkat gangguan intelektual : retardasi mental ringan
(tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70), retardasi mental sedang (tingkat IQ
35-40 sampai 50-55), retardasi mental berat (tingkat IQ 20-25 sampai 35-
40) dan retardasi mental sangat berat (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).3
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah
kira-kira 1 persen dari populasi.3 Lebih kurang 3 % dari populasi
mempunyai IQ kurang dari 70, dan retardasi mental adalah kurang dari
setengah dari semua kasus.5 Retardasi mental kira-kira 1½ kali lebih
sering pada laki-laki dibandingkan wanita.3 Telah diperkirakan bahwa 80-
90% individu dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi dalam
kisaran ringan, sementara hanya 5 % populasi dengan retardasi mental
yang gangguannya berat sampai sangat berat.4
2.1.3 Etiologi
3
Retardasi mental biasa disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan,
genetik atau banyak faktor. Selain itu, faktor sosial dan perilaku seperti
ekonomi rendah, malnutrisi, penggunaan alcohol dan obat-obatan
sewaktu hamil dipercayai dapat menjadi retardasi mental. Namun begitu,
30 hingga 50 kasus etiologi tidak dapat diidentifikasi walaupun setelah
evaluasi diagnostik.5
Setengah orang mempunyai malformasi congenital otak, manakala
yang lain mengalami kerusakan pada otak sewaktu perkembangan pre
atau post natal. Etiologi retardasi mental yang didapat termasuk asfiksia,
trauma kepala dan keganasan sitem saraf pusat. Etiologi yang paling
sering terjadi retardasi mental pada Negara industry adalah sindrom
alcohol fetal dengan insiden 1 dalam 100 kelahiran. Penyebab kedua
paling sering retardasi mental adalah sindrom dwon atau trisomy 21
dengan insiden 1 dari 800 hingga 1.000 kelahiran.5 Pada kira-kira
tigaperempat orang dengan retardasi mental parah, penyebabnya
diketahui, sedangkan penyebat terlihat pada hanya separuh orang
dengan retardasi mental ringan.3
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit,
pemeriksaan intelektual yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif
menyatakan bahwa perilaku anak sekarang adalah secara bermakna di
bawah tingkat yang diharapkan.3
Kriteria diagnostik untuk retardasi mental
A. Fungsi intelektual yang secara bermakna dibawah rata-rata I.Q. kira-
kira 70 atau kurang pada tes I.Q. yang dilakukan secara individual
(untuk bayi, pertimbangkan klinis adanya fungsi intelektual yang jelas
dibawah rata-rata).
B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif
sekarang (yaitu, efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-
4
standar yang dituntut menurut usianya dalam kelompok kulturalnya)
pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut: komunikasi,
merawat diri sendiri, di rumah, keterampilan sosial/interpersonal,
menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri,
keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, liburan, kesehatan dan
keamanan).
C. Onset sebelum usia 18 tahun.
Penulisan didasarkan pada derajat keparahan yang mencerminkan
tingkat gangguan intelektual:
Retardasi mental ringan : tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70
Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35-40 sampai 50-55
Retardasi mental berat : tingkat IQ 20-25 sampai 35-40
Retardasi mental sangat berat : tingkat IQ dibawah 20 atau 25
Retardasi mental, keparahan tidak ditentukan : jika terdapat kecurigaan
kuat adanya retardasi mental tetapi intelegensi pasien tidak dapat diuji
oleh tes intelegensi baku.3
Karakteristik Perkembangan Orang Retardasi Mental
Derajat
Retarda
si
Mental
Usia Prasekolah (0-5)
Maturasi &
Perkembangan
Usia Sekolah (6-
20) Latihan &
Pendidikan
Dewasa (21 &
lebih)
Keadekuatan
Sosial & Kejuruan
Sangat
berat
Retardasi jelas
kapasitas berfungsi
yang minimal dalam
bidang sensorimotorik;
memerlukan perawatan;
memerlukan bantuan
Ada beberapa
perkembangan
motorik; dapat
berespons minimal
atau terbatas
terhadap latihan
Beberapa
perkembangan
motorik dan bicara;
dapat mencapai
perawatan diri yang
sangat terbatas;
5
Derajat
Retarda
si
Mental
Usia Prasekolah (0-5)
Maturasi &
Perkembangan
Usia Sekolah (6-
20) Latihan &
Pendidikan
Dewasa (21 &
lebih)
Keadekuatan
Sosial & Kejuruan
dan pengawasan terus
menerus
menolong diri
sendiri
memerlukan
perawatan
Berat Perkembangan motorik
yang miskin;berbicara
sedikit biasanya tidak
mampu belajar dari
latihan menolong diri
sendiri; sedikit atau
tidak mempunyai
keterampilan
komunikasi
Dapat berbicara
atau belajar
komunikasi; dapat
dilatih dalam
kebiasaan sehat
dasar;memperoleh
manfaat dari latihan
kebiasaan
sistematik; tidak
memperoleh
manfaat dari latihan
kejuruan
Dapat berperan
sebagian dalam
pemeliharaan diri
sendiri dibawah
pengawasan
lengkap; dapat
mengembangkan
keterampilan
melindungi diri
sendiri sampai
tingkat minimal yang
berguna dalam
lingkungan yang
terkendali
Sedang Dapat berbicara atau
belajar untuk
berkomunikasi;
kesadaran sosial yang
buruk; perkembangan
motorik yang cukup;
mendapat manfaat dari
latihan menolong diri
Dapat memperoleh
manfaat dari latihan
dalam keterampilan
sosial dan
pekerjaan; tidak
mungkin
berkembang lebih
dari kelas dua
Dapat bekerja
sendiri dalam
pekerjaan yang
tidak terlatih dan
setengah terlatih
dibawah kondisi
terawasi;
memerlukan
6
Derajat
Retarda
si
Mental
Usia Prasekolah (0-5)
Maturasi &
Perkembangan
Usia Sekolah (6-
20) Latihan &
Pendidikan
Dewasa (21 &
lebih)
Keadekuatan
Sosial & Kejuruan
sendiri; dapat ditangani
dengan pengawasan
sedang
dalam subjek
akademik; dapat
belajar pergi
sendirian ditempat
yang telah dikenal
pengawasan dan
bimbingan jika
berada dalam stress
sosial atau ekonomi
ringan
Ringan Dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan
komunikasi retardasi
minimal dan bidang
sensorimotorik; sering
tidak dapat dibedakan
dari normal sampai
lebih tua
Dapat belajar
keterampilan
akademik sampai
kira-kira kelas enam
pada akhir usia
remaja; dapat
dibimbing untuk
menyesuaikan diri
dengan social
Biasanya dapat
mencapai
keterampilan sosial
dan kejuruan yang
adekuat untuk
membiayai diri
sendiri minimal
tetapi mungkin
memerlukan
bantuan dan
bimbingan jika
dibawah stress
sosial atau ekonomi
yang tidak biasa
2.1.5 Gambaran Klinis
Retardasi mental ringan mungkin tidak terdiagnosis sampai anak
yang terkena memasuki sekolah, karena keterampilan sosial dan
7
komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi,
saat anak menjadi lebih besar, defisit kognotif tertentu seperti
kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin
membedakan dirinya dengan anak lain dalam usianya. Walaupun orang
teretardasi ringan mampu dalam fungsi akademik pada tingkat pendidikan
dasar dan keterampilan kejuruannya adalah memadai untuk membantu
dirinya sendiri dalam beberapa kasus,asimilasi sosial mungkin sulit.
Defisit komunikasi, harga diri yang buruk, dan ketergantungan mungkin
berperan dalam relatif tidak adanya spontanitas sosialnya. Beberapa
orang teretardasi ringan mungkin masuk ke dalam hubungan dengan
teman sebaya yang mempergunakan kelemahannya. Pada sebagian
besar kasus, orang dengan retardasi mental ringan dapat mencapai suatu
tingkat keberhasilan sosial dan kejuruan dalam lingkungan yang
mendukung.3
Retardasi mental sedang kemungkinan didiagnosi pada usia yang
lebih muda dibandingkan retardasi mental ringan karena keterampilan
komunikasi berkembang lebih lambat pada orang teretardasi mental
sedang, dan isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada tahun-tahun usia
sekolah dasar. Walaupun pencapaian akademik biasanya terbatas pada
pertengahan tingkat dasar, anak yang teretardasi mental sedang
mendapatkan keuntungan dari perhatian individual yang dipusatkan untuk
mengembangkan keterampilan menolong diri sendiri. Anak-anak dengan
retardasi mental sedang menyadari kekurangannya dan sering kali
merasa diasingkan oleh teman sebayanya dan merasa frustasi karena
keterbatasannya. Mereka terus membutuhkan pengawasan yang cukup
tetapi dapat menjadi kompeten dalam pekerjaan yang dilakukan dalam
kondisi yang mendukung.3
Retardasi mental berat biasanya jelas pada tahun-tahun prasekolah,
karena bicara anak yang terkena adalah terbatas, dan perkembangan
8
motoriknya adalah buruk. Suatu perkembangan bahasa dapat terjadi pada
tahun-tahun usia sekolah; pada masa remaja, jika bahasa adalah buruk,
bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang. Kemampuan untuk
mengartikulasikan dengan lengkap kebutuhannya dapat mendorong cara
fisik berkomunikasi. Pendekatan perilaku dapat membantu mendorong
suatu tingkat perawatan diri sendiri, walaupun orang dengan retardasi
mental berat biasanya memerlukan pengawasan yang luas.3
Anak-anak dengan retardasi mental sangat berat memerlukan
pengawasan yang terus-menerus dan sangat terbatas dalam
keterampilan komunikasi dan motoriknya. Pada masa dewasa, dapat
terjadi suatu perkembangan bicara, dan keterampilan menolong diri
sendiri yang sederhana dapat tercapai. Walaupun pada masa dewasa,
perawatan adalah diperlukan.3
2.1.6 Diagnosa Banding
Defisit bicara dan palsi serebral seringkali menyebabkan anak
tampak teretardasi, walaupun adanya kecerdasan yang ambang atau
normal. Gangguan kejang dapat memberi kesan retardasi mental,
terutama adanya kejang yang tak terkendali. Sindrom otak kronis dapat
menyebabkan kecacatan tersendiri-kegagalan menulis (agrafia),
kegagalan berkomunikasi (afasia) dan beberapa kecacatan lain-yang
dapat terjadi pada orang dengan kecerdasan normal dan bahkan
superior.3
Retardasi mental dan gangguan perkembangan pervasif sering kali
terjadi bersama-sama; 70 sampai 75 persen mereka dengan gangguan
perkembangan pervasif memiliki I.Q. yang kurang dari 70. Suatu
gangguan perkembangan pervasif menyebabkan distorsi waktu,
kecepatan, dan urutan banyak fungsi psikologis dasar yang diperlukan
untuk perkembangan sosial. Karena tingkat fungsi umumnya, anak-anak
9
dengan gangguan perkembangan pervasif memiliki lebih banyak masalah
dalam hubungan sosial dan lebih banyak penyimpangan bahasa
dibandingkan mereka dengan retardasi mental. Pada retardasi mental,
ditemukan keterlambatan menyeluruh dalam perkembangan, dan anak-
anak retardasi mental berkelakuan seakan-akan mereka telah melewati
stadium perkembangan lebih awal yang normal, bukannya dengan
perilaku yang sama sekali menyimpang.3
2.1.7 Terapi
Pengobatan pada pasien retardasi mental berdasarkan penelitian
terkontrol kurang efektif. Penatalaksanaan perilaku merupakan program
utama untuk membantu orang retardasi mental mempelajari keterampilan
sosial dan personal yang dibutuhkan mereka untuk terus hidup di
masyarakat. penatalaksanaan yang digunakan untuk pasien retardasi
mental adalah pemberian obat-obatan dan psikoterapi.6
Farmakologi
Respon pasien retardasi mental stimulant, psikotropik dan
pengobatan anti depressive adalah sama dengan pasien yang tidak
mengalami retardasi mental. ADHD pada pasien retardasi mental adalah
dalam 9% hingga 18% pengobatan yang diberikan pada retardasi mental
adalah neuroleptic (antipsikotik). Penggunaan obat polimerasi harus
dihindari dan hindari daripada perubahan pengobatan pada sewaktu-
waktu. Alternatif terhadap obat neuroleptic pada pasien aggresif dan
pasien yang cenderung melukai diri sendiri harus konsiderasi. Salah satu
komplikasi pengobatan neuroleptic ini adalah sindrom malignant
neuroleptic, yang merupakan gangguan fatal. Pasien yang cenderung
melukai diri sendiri harus dirujuk ke spesialis jiwa untuk intervensi
perilaku. Tidak ada solusi mudah untuk mengatasi anak retardasi mental.6
Psikoterapi
10
Psikoterapi pendukung dan terapi bertujuan membantu pasien
mendapat tilikan emosional. Terapi bertujuan untuk membantu pasien
mengidentifikasi kelebihan sendiri, membantu pasien membantu goal
yang realistis dan juga membantu pasien mengerti kesalahan perilaku
mereka serta membantu pasien untuk mencari cara lain untuk ekspresi
kemarahan.6
Intervensi keluarga
Orang tua membutuhkan bimbingan dari spesialis kesehatan mental.
Orang tua harus mencari spesialis yang dapat memberikan pelayanan
pada pasien retardasi mental. Orang tua juga perlu mencari edukasi
spesial dimana anak retardasi dapat hidup normal.6
2.1.8 Prognosis
Orang tua sering menanyakan tentang prognosis jangka panjang pada
saat telah ditegakkan diagnosis. Sangat sulit untuk memprediksi hasil
anak pada usia yang sangat muda. Kebanyakan anak yang memiliki
retardasi mental idiopatik terutama pasien yang memiliki retardasi mental
ringan, belajar pada tingkat yang stabil, jika terjadi regresi, dokter harus
mencurigai onset baru dari gangguan komorbid yang terkait atau
mempertimbangkan kemungkinan tidak terdiagnosi gangguan
degeneratif. Meskipun intelegen sangat penting dalam menentukan
prognosis, faktor lain dapat mempengaruhi fungsi dan menumbuhkan
hasil yang berbeda secara drastis. Pengaruh ini meliputi faktor lingkugan
dan hidup bersama perilaku, kejiwaan, gangguan medis dan sensorik.7
Sebagian besar individu yang menderita retardasi mental ringan
dengan komorbid, individu tersebut diharapkan untuk belajar dengan
kecepatan satu setengah sehingga dua pertiga dari kecepatan normal
dan bisa membaca setingkat anak kelas 3 hingga kelas 6 pada akhir
remaja. Individu yang IQ adalah antara 40 dan 55 (sedang) belajar pada
11
sepertiga sampai setengah kecepatan dan dapat diharapkan untuk
mencapai kelas 1 sampai 3 tingkat kelas membaca. Mereka sering
tinggal di rumah-rumah kelompok. Mereka jarang menikah dan jarang
menjadi orang tua dari anak-anaknya, jika mereka melakukannya,
mereka mungkin perlu dukungan dan pengawasan. Mereka mungkin
dapat berfungsi dalam lingkungan kerja yang mendukung, tetapi lebih
sering bekerja di workshop terlindung yang menyediakan pengawasan
tetap.7
Bagi pasien retardasi mental berat dan sangat berat (IQ dibawah 40),
hasil bahkan kurang optimis. biasanya menghadiri keterampilan hidup
kelas selama tahun sekolah mereka dan akan terus memerlukan bantuan
dengan aktivitas hidup sehari-hari dari pengasuh sepanjang masa
dewasa. Individu ini sering mengalami masalah perilaku atau kejiwaan
komorbid dan membutuhkan pengawasan ketat. Pada prevalensi yang
lebih tinggi komorbiditas medis, dengan demikian tidak seperti individu
yang menderita retardasi mental ringan, harapan hidup dapat menurun
secara signifikan.7
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
12
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang
terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan gangguan dalam
keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.
Retardasi mental biasa disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan,
genetik atau banyak faktor. Selain itu, faktor sosial dan perilaku seperti
ekonomi rendah, malnutrisi, penggunaan alcohol dan obat-obatan
sewaktu hamil dipercayai dapat menjadi retardasi mental. Namun begitu,
30 hingga 50 kasus etiologi tidak dapat diidentifikasi walaupun setelah
evaluasi diagnostik. DSM-IV memberikan empat tipe retardasi mental,
yang mencerminkan tingkat intelektual : retardasi mental ringan, retardasi
mental sedang, retardasi mental berat dan retardasi mental sangat berat.
Telah diperkirakan bahwa 80-90% individu falam populasi dengan
retardasi mental berfungsi dalam kisaran ringan, sementara hanya 5%
populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat sampai sangat
berat. Diagnosis retardasi mental merujuk kepada kriteria diagnostik yang
terdapat di DSM-IV. Penatalaksanaan pada retardasi mental terdiri dari
farmakologi, psikoterapi dan intervensi keluarga. Prognosis pada retardasi
mental berdasarkan tingkat derajat keparahan retardasi mental, semakin
berat semakin buruk pula prognosisnya.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk para orang tua agar lebih
menjaga kesehatan pada saat hamil dan lebih aktif memberikan stimulus
kepada anak di usia dini agar mengurangi angka kejadian retardasi
mental.
REFERENSI
1. Walker W, Johnson P. 2006. Mental Retardation : Overview and
Diagnosi. American Academy of Pediatrics. 2006; 27; 204.
13
2. Raina S, Razdan S, Nanda R. 2012. Prevalence of Mental Retardation
among Children in RS Pura Town of Jammu and Kashmir, India 15:
23-6
3. Kaplan, H. I., Saddock, B. J., dan Grebb, J. A., 2010. Sinopsis Psikiatri
Jilid Dua. Tangerang: Binarupa Aksara.
4. Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman. R., dan Arvin. Ann., 1999.
Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol 1. Jakarta: EGC
5. Armadas, V. 2009. Mental retardation: definitions, etiology,
epidemiology and diagnosi. Journal of Sport and Health Research.
1(2): 112-112.
6. Lewis, Melvin., 1996. Child and Adolescent Psychiatry second edition.
7. Walker W, Johnson P. 2006. Mental Retardation: Management and
Prognosis. American Academy of Pediatrics. 2006;27;249
14