OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Forsalina Tamara (406118009)
Melisa Ratnawati Tjandra (406118011)
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Tarumanagara Jakarta
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bidang pendidikan : Ilmu Penyakit THT
Periode Kepaniteraan Klinik : 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013
Judul : Otitis Eksterna
Pembimbing : dr. Bambang, Sp.THT dan dr. Djoko, SpTHT
Telah diperiksa dan disahkan tanggal.............................................................
Mengetahui
Ketua SMF Ilmu Penyakit THT
RSUD Kota Semarang
Dr. H. Djoko P.A, Sp.THT
Pembimbing Pembimbing
dr. H. Djoko P.A, Sp.THT dr. Bambang, Sp.THT
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 1
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami
memperoleh kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit THT yang merupakan rangkaian Program Pendidikan Profesi Dokter. Referat
berjudul “Otitis Eksterna”, diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan persyaratan dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Penyakit THT Rumah
Sakit Umum Daerah Semarang.
Selama penyusunan referat ini banyak bantuan yang telah kami dapatkan. Untuk itulah
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Direktur Kepala Rumah Sakit Umum Kota Semarang
2. dr. H. Djoko P.A, Sp.THT selaku ketua SMF Ilmu Penyakit THT RSUD Kota
Semarang dan Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT
3. dr. Bambang, Sp.THT selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT
RSUD Kota Semarang
4. Semua pihak yang telah membantu penulis sampai terselesaikannya referat ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa referat ini masih jauh dari
sempurna, masih banyak kekurangannya sehingga penulis membuka hati untuk menerima
segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan referat
ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan menfaat berupa
tambahan ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk mahasiswa kedokteraan
dan masyarakat pada umumnya.
Semarang, 1 Januari 2013
Penulis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 2
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENDAHULUAN 4
BAB II. PEMBAHASAN 6
BAB III. PENUTUP 19
DAFTAR PUSTAKA 20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 3
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri terlokalisir atau difus dengan gejala telinga terasa sakit. Faktor penyebab timbulnya
otitis eksterna ini dapat berupa kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan
alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema
dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri
masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna
akut adalah pseudomonas (41%), streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan
bakteroides (11%).
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga
terlibat, tetapi pada otitis eksterna furunkulosis melibatkan liang telinga sepertiga luar. Otitis
eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh
pseudomonas, stafilokokus dan proteus atau jamur. Penyakit ini merupakan penyakit telinga
bagian luar yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering
dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan
kering.
Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan banyak peneliti mengemukakan
faktor pencetus dari penyakit ini seperti berenang dan menimbulkan kekambuhan. Selain itu
keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar juga merupakan
faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang
berbau akan menetap. Dalam upaya menanggulangi otitis eksterna, sejak dahulu telah
dipergunakan larutan Burrowi, yang dikemukakan pertama kali oleh dr.Karl August Von
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 4
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Burrow (1809-1874) seorang ahli bedah Jerman dari Koningsburg. Dia menggunakan larutan
Burrowi sebagai obat untuk telinga sejak akhir abad ke-19. Larutan Burrowi (Burrow’s
Solution), berisi larutan aluminium sulfat dan digunakan secara luas sebagai obat kompres
yang sekaligus bekerja sebagai antiseptik dan adstrigensia dan mempunyai pH 3,2.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 5
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
BAB II
PEMBAHASAN
I. ANATOMI TELINGA
Gambar 1. Anatomi Telinga
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 6
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf
S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3cm. Sepertiga
bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya
sedikit dijumpai kelenjar serumen
B. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membran timpani yang
merupakan membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Berbentuk bundar
dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaksida
(membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang
telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa
merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Tulang
pendengaran ini dalam telinga tengah sering berhubungan. Tuba eustachius
menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.
C. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 7
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang dari koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus
koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa sedangka
skala media berisi endolimfa. Dimana cairan perilimfa tinggi akan natrium dan rendah
kalium, sedangkan endolimfa tinggi akan kalium dan rendah natrium. Hal ini penting
untuk pendengaran.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s Membrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ
corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga baris
sel rambut luar (12000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah
sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular
sehingga dikenal sebagai membran tektoria.
Membran tektoria disekresi dan disokong limbus yang terletak di medial. Pada
skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan
pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis Corti yang membentuk organ Corti.
II. DEFINISI
Otitis eksterna juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear,
adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran
telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan
tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang
telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 8
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam
menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan mempengaruhi semua
kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan pendek yang berjalan
dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam telinga. Secara
normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang
memproduksi lilin.
III. ETIOLOGI
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi
atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air,
trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam
air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmer’s
ear).
Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen
yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin,
polimixin, dan antihistamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya
nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk
mengorek telinga.
IV. FAKTOR RESIKO
Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung jari
atau alat lainnya.
Kelembaban merupakan faktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.
Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan
sumber kontaminasi yang sering dari bakteri.
Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut yang
bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan bakteri
dan jamur untuk masuk.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 9
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis dimana kulit terkelupas atau pecah,
dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur.
Kanal telinga sempit.
Infeksi telinga tengah.
Diabetes.
V. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika
Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi dalam
kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut, kronis, dan eczematous merupakan otitis
yang umum di Amerika Serikat, namun otitis necrotizing jarang terjadi. Secara umum
di dunia frekuensi otitis eksterna tidak diketahui, namun insidennya meningkat di
Negara tropis seperti Indonesia.
Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap angka
kejadian otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis
eksterna dan usia. Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan
prevalensi selama 12 bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan
prevalensinya meningkat pada usia >65 tahun.
VI. PATOFISIOLOGI
Kanalis auditorius eksternal dilapisi dengan epitel skuamosa dan panjangnya
sekitar 2,5cm pada orang dewasa. Fungsi kanal auditori eksternal adalah untuk
mengirimkan suara ke telinga tengah sekaligus melindungi struktur yang lebih
proksimal dari benda asing dan setiap perubahan kondisi lingkungan. Sepertiga luar
kanal adalah tulang rawan dan terorientasi di superior dan posterior, bagian dari kanal
berisi serumen yang diproduksi oleh kelenjar apokrin. Dua pertiga dari bagian dalam
kanal adalah osseus, ditutupi dengan kulit tipis yang melekat erat, dan berorientasi
inferior dan anterior; bagian ini adalah kanal yang tidak memiliki kelenjar apokrin
atau folikel rambut.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 10
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Jumlah serumen yang dihasilkan bervariasi antara individu. Serumen
umumnya bersifat asam (pH 4,5), sehingga menghambat pertumbuhan bakteri atau
jamur. Sifat lilin dari serumen melindungi epitel yang mendasari dari maserasi atau
kerusakan kulit.
Otitis eksterna mungkin berkembang pada atlet akuatik atau perenang sebagai
akibat dari paparan air yang berlebihan yang mengakibatkan pengurangan secara
keseluruhan dari serumen. Penurunan serumen ini kemudian dapat menyebabkan
pengeringan dari kanalis auditorius eksternal dan pruritus. Pruritus kemudian dapat
menyebabkan probing dari kanalis auditorius eksternal, mengakibatkan kerusakan
kulit dan memudahkan kejadian untuk infeksi. Obstruksi saluran pendengaran
eksternal dari serumen yang berlebihan, debris, exostosis peselancar, atau kanal yang
sempit dan berliku-liku juga dapat menyebabkan infeksi dengan cara retensi
kelembaban.
Organisme yang paling umum dijumpai pada OE adalah P.aeruginosa (50%),
S.aureus (23%), anaerob dan organisme gram negatif (12,5%), dan jamur seperti
Aspergillus dan Candida spesies (12,5%). Otomikosis adalah infeksi di saluran
pendengaran eksternal yang disebabkan oleh spesies Aspergillus sebanyak 80-90%
dari kasus. Kondisi ini ditandai oleh adanya hifa yang panjang, putih, berbentuk
benang yang tumbuh dari permukaan kulit. Dalam sebuah penelitian, 91% dari kasus
otitis eksternal disebabkan oleh bakteri.
VII. KLASIFIKASI
Secara umum otitis eksterna akut ada 2, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan
otitis eksterna difus.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 11
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Otitis eksterna sirkumskripta
Oleh karena kulit di sepanjang sepertiga luar liang telinga mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di
tempat itu bisa terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga
timbul spontan waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat
juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal bisa diberikan salep atau tetes
antibiotika. Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainage
untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik sistemik,
hanya diberikan obat simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.
Otitis eksterna difus
Sering mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang
telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya
golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah
Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari
kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga,
memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara kulit yang meradang dengan obatnya. Kadang-kadang
diperlukan obat antibiotika sistemik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 12
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Otitis eksterna maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur
lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan Diabetes Melitus. Pada
penderita diabetes pH serumennya lebih tinggi dibandingkan dengan pH serumen non
diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes mudah mengalami otitis
eksterna maligna. Akibat adanya immunocompromize dan mikroangiopati, otitis
eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.
Pada otitis eksterna maligna, peradangan meluas secara progresif ke lapisan
subkutis, tulang rawan dan ke tulang disekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis,
dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga diikuti oleh
nyeri, sekret yang banyak, serta pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut akan
semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuh. Saraf
facial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis eksterna.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif yang
disebabkan kuman Pseudomonas aeroginosa.
Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan kultur dan resistensi.
Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan florokuinolon
(ciprofloksasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan
antibiotik parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida yang
diberikan selama 6 – 8 minggu. Antibiotik yang sering digunakan adalah
ciprofloksasin, ticarcilin-celavulanat, piperacilin (dikombinasi dengan
aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefetime (maxitime), tobramicin (kombinasi
dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan penisilin). Di
samping obat – obatan, sering kali diperlukan tindakan membersihkan luka
(debrideman) secara radikal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 13
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah pityrosporum, aspergilus. Kadang – kadang
ditemukan juga candida albican atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan
terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis
eksterna bakterialis.
Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering
pula tanpa keluhan. Pengobatan dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam
asetat 2 % dalam alkohol, larutan iodium povidone 5 % atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembukan. Kadang diperlukan obat anti jamur (salep) yang
diberikan secara topikal yang mengandung nistatin, klotrimazol.
VIII. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang meliputi :
A. ANAMNESIS
Pasien mungkin melaporkan gejala berikut :
Otalgia
Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit
sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan
gejala mengelirukan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 14
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini
diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula,
kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga
akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengakibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh di telinga
Merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa
dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal
Merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akuta.
Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi
dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk)
Penurunan pendengaran
Mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema kulit liang
telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada
otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris,
dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.
Tinnitus
Demam (jarang)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 15
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Gejala bilateral (jarang)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut :
Nyeri tekan tragus
Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal
Discharge purulen
Eczema dari daun telinga
Adenopati periaurikular dan servikal
Demam (jarang)
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya,
termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang
mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf
kranial VII (wajah), IX (glosopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII
(hipoglosus) dapat terpengaruh.
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan
debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema
dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan
irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas dibawah
visualisai langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 16
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi
peradangan), agen antibiotik, dan/atau agen antijamur.
o Infeksi ringan : otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan
penggunaan agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif,
campuran perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam
asetat dapat digunakan.
o Infeksi sedang : pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke
agen acidifying dan kortikosteroid.
o Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi,
diabetes, adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di
luar saluran telinga.
o Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang ¼ inci) dapat dimasukkan ke
dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa
(2-4 kali sehari tergantung pada frekuensi dosis yang dianjurkan dokter).
Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam setelah insersi.
o Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya
perforasi, persiapan non-ototoxic topikal (misalnya : fluorokuinolon,
dengan atau tanpa steroid).
Dalam kasus otitis kronis, tidak menular, resisten terhadap terapi, krim tacrolimus
0,1% (melalui kasa yang diganti setiap saat hingga hari ketiga) mengakibatkan
tingginya tingkat resolusi setelah 9-12 hari terapi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 17
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
X. PROGNOSIS
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi, otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak tejaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang
menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus
dengan baik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 18
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
BAB III
PENUTUP
Otitis eksterna juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear, adalah
radang telinga luar. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar.
Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing
dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya
otitis eksterna (swimmer’s ear).
Otitis eksterna terdiri dari otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna difusa, otitis
eksterna maligna dan otomikosis. Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen
rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 19
OTITIS EKSTERNA Melisa & Forsalina
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardy, Efiaty. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2001.
3. Effendi, dr. Harjanto. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC, 1994.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THTFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Kota SemarangPeriode 17 Desember 2012 – 19 Januari 2013 Page 20