Download - Presentasi Kasus Saraf SNH

Transcript
Page 1: Presentasi Kasus Saraf SNH

Moderator: dr. Tugas Ratmono Sp.SDisusun oleh : Holy Fitria Ariani (07120100080)

Presentasi KasusStroke Non Hemoragik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf RSPAD Gatot SoebrotoUniversitas Pelita Harapan

Period 21 April – 25 Mei 2014

Page 2: Presentasi Kasus Saraf SNH

Identitas Pasien• No.Rekam Medik : 420710• Nama : Tn. DS• Umur : 62 tahun• Jenis Kelamin : Laki-laki• Agama : Kristen• Status pernikahan : Menikah• Suku bangsa : Batak• Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil PEMDA DKI• Tanggal masuk : 03-06-2014• Dirawat yang ke : 2 (kedua) kali• Tanggal diperiksa : 03-06-2014 (Perawatan hari ke-

1)

Page 3: Presentasi Kasus Saraf SNH

Anamnesa• Autoanamnesa dan alloanamnesis pada tanggal 3 mei 2014

• Keluhan Utama : Kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu.

• Kelamahan Tambahan :Biacara pasien pelo.

Page 4: Presentasi Kasus Saraf SNH

Riwayat Penyakit Sekarang

3 mei 2014 pasien datang ke rumah sakit RSPAD Gatot Soebroto

dengan kelemahan anggota gerak sebelah kiri dan biacara pelo

sejak 2 hari yang lalu. Sebelum di bawa ke

RSPAD, pasien dibawa ke salah satu RS swasta di

Jakarta

Pada mulanya pasien yang sedang tidur kaget karena saat

bangun tubuh pasien lemah secara mendadak pada sebelah kiri dan bicara pasien tiba-tiba

pelo. Pasien mengatakan sebelum terjadinya kelemahan

pasien mengkonsumsi soto daging sebelum. Pasien

menyangkal adanya mual, muntah, demam, dan sakit

kepala..

2 hari

SMRS

Page 5: Presentasi Kasus Saraf SNH

Riwayat PenyakitTerdahulu

Pasien mengatakan dirinya memiliki riwayat stroke sebelumnya sekitar 2,5 tahun yang lalu. Saat serangan stroke pertamanya, kelemahan yang dirasakan pasien juga berada di sisi sebelah kiri tubuh pasien tetapi tidak disertai dengan bicara pelo. Saat serangan stroke pertama, pasien dirawat di Rumah Sakit selama 2 minggu.

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Hipertensi pasien merupakan hipertesi grade II dan tidak terkontrol. Hanya bila saat pasien sakit kepala dan saat pasien mengetahui tensinya tinggi, pasien baru meminum obat captopril. Selain itu pasien juga memiliki riwayat penyakit DM sejak beberapa tahun yang lalu. untuk DMnya pasien rutin meminum obat metformin.

Page 6: Presentasi Kasus Saraf SNH

Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak SMP. Pasien bisa merokok kira-kira 4 bungkus sehari. Pasien sudah berhenti merokok sejak 2,5 tahun yang lalu saat pasien mengalami stroke pertama. Kebiasaan makan pasien baik dan istri pasien selalu mengkontrolnya karena pasien cenderung ingin mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol.

Riwayat Kebiasaan Pasien

• Pasien mengatakan keluarganya tidak ada mengalami keluhan seperti dirinya.

• Tidak ada penyakit keturunan seperti kanker ataupun jantung di keluarga pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Page 7: Presentasi Kasus Saraf SNH

Pemeriksaan FisikStatus Internus :

• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang• Gizi : Baik• BB: 65 kg,TB: 168 cm, BMI : 23.03 (18.50-24.99) Normal• Tanda – Tanda Vital

o Tekanan Darah Kanan : 175 / 110 mmHgo Tekanan Darah Kiri : 170 / 100 mmHgo Nadi Kanan : 75x / menito Nadi Kiri : 71 x / menito Pernafasan : 20 x / menito Suhu : 36,3oC (per aksila)

• Limfonodi : Tidak teraba pembesaran KGB• Jantung : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).• Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).• Hepar : Tidak teraba.• Lien : Tidak teraba.• Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), perfusi < 2 detik.

Page 8: Presentasi Kasus Saraf SNH

Status Psikiatri :• Tingkah laku : Baik, wajar.• Perasaan hati : Euthym.• Orientasi : Baik.• Jalan fikiran: Koheren.• Daya ingat : Baik.

Page 9: Presentasi Kasus Saraf SNH

Status Neurologis• Tingkah Kesadaran : Kompos mentis E4M6V5 GCS15.

• Sikap tubuh : Berbaring terlentang.

• Cara berjalan : Sulit dilakukan.

• Gerakan abnormal : tidak ada.

•  

• Kepala

• Bentuk : Normocepal.

• Simetris : Simetris.

• Pulsasi : Teraba pulsasi arteri temporalis (+/+).

• Nyeri tekan : Tidak ditemukan.

•  

• Leher

• Sikap : Normal.

• Gerakan : Bebas ke segala arah..

• Vertebra : Dalam batas normal.

• Nyeri tekan : Tidak ditemukan.

Page 10: Presentasi Kasus Saraf SNH

• Tanda Rangsang Meningeal kanan kiri• Kaku Kuduk : (-)• Laseque : > 700 > 700

• Kernig : > 1350 > 1350

• Brudzinsky I : (-) (-)• Brudzinsky II : (-) (-)

• Nervi Cranialis kanan kiri• N. I (Olfaktorius) Daya penghidu : Normosmia Normosmia• N. II (Optikus) Ketajaman penglihatan : > 6/60 > 6/60 Pengenalan warna : Baik Baik Lapang pandangan : Sama dengan pemeriksa

Fundus : Tidak dilakukan

Page 11: Presentasi Kasus Saraf SNH

N. III (Okulomotorius) / N. IV (Trokhlearis) / N. VI (Abdusens)

Kanan Kiri

• Ptosis: (-) (-)

• Strabismus : (-) (-)

• Nistagmus : (-) (-)

• Eksoftalmus : (-) (-)

• Enoftalmus : (-) (-)

• Gerakan Bola Matao Lateral : (+) (+)

o Medial : (+) (+)

o Atas Lateral : (+) (+)

o Atas Medial : (+) (+)

o Bawah Lateral : (+) (+)

o Bawah Medial : (+) (+)

o Atas : (+) (+)

o Bawah : (+) (+)

o Gaze : Baik ke segala sisi

• Pupilo Ukuran Pupil : 3 mm 3 mm

o Bentuk Pupil : Bulat Bulat

o Isokor / Anisokor : Isokor

o Posisi : Di tengah

o Refleks Cahaya Langsung : (+) (+)

o Refleks Cahaya Tidak Langsung : (+) (+)

o Refleks Akomodasi / Konvergensi: (+) (+)

Page 12: Presentasi Kasus Saraf SNH

N. V (Trigeminus) kanan kiri

• Menggigit : (+) (+)

• Membuka mulut : (+) (+)

• Sensibilitaso Atas : (+) (+)

o Tengah : (+) (+)

o Bawah : (+) (+)

• Refleks masseter : (+) normal (+) normal

• Refleks zigomatikus: (-) (-)

• Refleks kornea : (+) (+)

• Refleks bersin : Tidak dilakukan

N.V II (Fasialis)

Pasif:

• Kerutan kulit dahi : (+) simetris (+)

• Kedipan mata : (+) simetris (+)

• Lipatan nasolabial : Lipatan sebelah kiri tertinggal

• Sudut mulut : Sudut sebelah kiri tertinggal

Aktif:

• Mengerutkan dahi : (+) simetris (+)

• Mengerutkan alis : (+) simetris (+)

• Menutup mata : (+) simetris (+)

• Meringis : Sudut sebelah kiri tertinggal

• Menggembungkan pipi : simetris

• Gerakan bersiul : simetris

• Daya pengecapan lidah 2/3 depan :Tidak dilakukan

• Hiperlakrimasi : (-) (-)

• Lidah kering : (-)

Page 13: Presentasi Kasus Saraf SNH

N. VIII (Akustikus)

• Mendengar suara gesekan jari tangan: (+)/(+)

• Mendengar detik arloji : (+)/(+)

• Tes Schwabach : Tidak dilakukan

• Tes Rinne : Tidak dilakukan

• Tes Weber : Tidak dilakukan

N. IX (Glossofaringeus) kanan kiri

• Arkus faring : Simetris.

• Posisi uvula : Di tengah (sentral), tidak deviasi.

• Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan.

• Refleks muntah : Tidak dilakukan.

Page 14: Presentasi Kasus Saraf SNH

N. X (Vagus)

• Denyut nadi : Teraba reguler, ekual.

• Arkus faring : Simetris.

• Bersuara : Jelas, tidak sengau.

• Menelan : Baik, tidak tersedak.

N. XI (Aksesorius)

• Memalingkan kepala : Baik / Baik

• Sikap bahu : Simetris, sama tinggi.

• Mengangkat bahu : (+) / (+)

N. XII (Hipoglossus)

• Menjulurkan lidah : Deviasi ke sebelah kiri

• Kekuatan lidah : Melemah (Kurang)

• Atrofi lidah : Tidak ditemukan

• Artikulasi : Terganggu (pelo)

• Tremor lidah : Tidak tampak

Page 15: Presentasi Kasus Saraf SNH
Page 16: Presentasi Kasus Saraf SNH

Refleks Fisiologis kanan kiri

• Refleks Tendon

• Refleks Biceps : (++) (+++)

• Refleks Triceps : (++) (+++)

• Refleks Patella : (++) (+++)

• Refleks Achilles : (++) (+++)

• Refleks Periosteum : Tidak dilakukan

Refleks Permukaan

• Dinding perut : (+) (+)

• Kremaster : Tidak dapat dilakukan

• Sfingter Ani : Tidak dilakukan

Refleks Patologis

• Hoffman Trommer : (-) (-)

• Babinski : (-) (+)

• Chaddock : (-) (+)

• Oppenheim : (-) (-)

• Gordon : (-) (+)

• Schaeffer : (-) (-)

• Rosollimo : (-) (-)

• Mendel Bechterew : (-) (-)

• Klonus paha : (-) (-)

• Klonus kaki : (-) (-)

Page 17: Presentasi Kasus Saraf SNH

Sensibilitas Kanan Kiri

Eksteroseptif

• Nyeri : Baik Baik

• Suhu : Baik Baik

• Taktil : Baik Baik

Proprioseptif

• Vibrasi : Tidak dilakukan

• Posisi : Baik Baik

• Tekan dalam : Baik Baik

Koordinasi dan Keseimbangan kanan kiri

• Tes Romberg : tidak dapat dilakukan

• Tes Tandem : tidak dapat dilakukan

• Tes Fukuda : tidak dapat dilakukan

• Disdiadokokinesis : tidak dapat dilakukan

• Rebound phenomenon : tidak dapat dilakukan

• Dismetri : tidak dapat dilakukan

• Tes telunjuk hidung : Baik tidak dapat dilakukan• Tes telunjuktelunjuk : tidak dapat dilakukan• Tes tumit lutut : tidak dapat dilakukan

Page 18: Presentasi Kasus Saraf SNH

Fungsi Otonom

• Miksi

• Inkontinensia : tidak dapat dinilai

• Retensi : tidak dapat dinilai

• Anuria : tidak dapat dinilai

*Pasien ini dipasang kateter

• Defekasi

• Inkontinensia : tidak ada

• Retensi : tidak ada

 

Fungsi Luhur

• Fungsi bahasa : baik

• Fungsi orientasi : baik

• Fungsi memori: baik

• Fungsi emosi : baik

• Fungsi kognitif : baik

Page 19: Presentasi Kasus Saraf SNH

Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Mei 2014

Page 20: Presentasi Kasus Saraf SNH

• Hasil pemeriksaan CT Scan kepala non kontras tanggal 3 Mei 2014

Kesan: Infark di kortikal dan subkortikal lobus parietal kanan region vertex, di periventrikel lateralis kiri, kapsula externa kiri dan infark lakunar dan mesensefalon.

Page 21: Presentasi Kasus Saraf SNH

Hasil pemeriksaan Rontgen thoraks tanggal 3 Mei 2014

Kesan: Kardiomegali dan aorta elongasi. Tak tampak kelainan pada paru.

Page 22: Presentasi Kasus Saraf SNH

Resume• Pasien laki-laki datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan

kelemaan anggota gerak sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Pada mulanya

pasien sedang tidur lalu pada saat pasien bangun tidur secara mendadak

pasien merasakan dirinya mengalami kelemahan pada anggota gerak

sebelah kirinya dan bicaranya pelo.

• Pasien memiliki riwayat serangan stroke 2,5 tahun yang lalu. pasien

mengalami kelemahan pada sebelah kiri tetapi tidak mengalami bicara

pelo. Pasien sembuh dari strokenya dan dapat beraktivitas kembali. Pasien

memilki riwayat hipertensi tidak terkontrol.

• Pasien juga memiliki riwayat DM tetapi rutin meminum obat metformin.

Pasien memiliki riwayat merokok sejak SMP tetapi telah berenti sejak

serangan stroke pertama kurang lebih 2,5 tahun yang lalu. Pasien juga

memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol.

Page 23: Presentasi Kasus Saraf SNH

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, tekanan darah 170/90 mmHg. Suhu afebris. GCS 15, Status internus lainnya ditemukan dalam batas normal. Status psikiatris dalam batas normal. Kelainan Neurologis yang ditemukan:

Nervus kranialis:

• N. VII Pasif : Lipatan nasolabial tertinggal sebelah kiri dan sudut mulut tertinggal sebelah kiri.

• N VII Aktif : Saat pasien meringis, bagian sebelah kiri sudut bibir pasien tertinggal

• N. XII : Lidah deviasi ke kiri saat dijulurkan, kekuatan otot lidah melemah, dan artikulasi terganggu.

Motoriko Gerakan: Bebas pada anggota gerak kanan dan sulit di gerakan pada anggota

gerak kiri.o Trofi : Atrophy tampak pada telapak tangan dan jari tangan kiri.o Kekuatan

Refleks fisiologis • Biceps : (++) / (+++)

• Triceps : (++) / (+++)

• Patella : (++) / (+++)

• Achiless : (++) / (+++)

Page 24: Presentasi Kasus Saraf SNH

Hasil pemeriksaan penunjang:• Laboratorium: hiperglikemia (GDS: 145 mg/dL),

Hipokalemia (3,4 mmol/L).CT Scan kepala :• Infark di kortikal dan subkortikal lobus parietal

kanan region vertex, di periventrikel lateralis kiri, kapsula externa kiri dan infark lakunar dan mesensefalon.

• *infark lama di insula sisi kiri dan kapsula externa kiri

Rontgen thoraks AP: Kardiomegali dan aorta elongasi. Tak tampak kelainan pada paru.

Page 25: Presentasi Kasus Saraf SNH

DiagnosisDIAGNOSIS• Diagnosa Klinis: Hemiparese sinistra spastik,

Parese N. VII sinistra tipe sentral, Parese N. XII sinistra tipe sentral.

• Diagnosa Topik: Hemisfer serebral dextra• Diagnosa Etiologi: Stroke Non Hemoragik

• Diagnosa Banding: Stroke Hemoragik

Page 26: Presentasi Kasus Saraf SNH

PenatalaksanaanPengelolaan umum :• Breathing Diberikan Oksigen 2-4 L/menit.• Blood pantau tekanan darah setiap jam 12 siang, jam

5 sore, jam 10 malam, dan jam 5 pagi.• Brain pemberian citicoline sebagai neuroprotektor.• Bladder pasien dipasang folley kateter untuk

memudahkan urinasi.• Bowel Infus Ringer Laktat 1000 ml / 24 jam. kebutuhan

cairan dan kalori terus dipantau, dan pasien masih dapat makan dan minum per oral.

• Bone cegah terjadinya dekubitus, posisi pasien miring kanan dan kiri bergantian. Pasien koperatif, dapat melakukannya sendiri walau kadang-kadang butuh bantuan karena adanya kelemahan pada sisi kiri pasien.

Page 27: Presentasi Kasus Saraf SNH

Medikamentosa

Terapi dari departemen neurologi:

• Injeksi Citicoline 500 mg/ 12 jam

• Clopidogrel 75 mg/ 24 jam PO

Terapi Hipertensi :

• Captopril 12,5 mg / 8 jam PO

Terapi Lainnya :

• Ranitidin 1 amp

Non Medikamentosa:

• Pengendalian faktor resiko, pada pasien ini adalah hipertensi dan kadar gula darah. Dengan makan makanan rendah garam, rendah kolesterol dan diet diabetes sesuai jumlah kebutuhan kalori.

• Fisioterapi ntuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien stroke, sehingga mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya.

Pemeriksaan Anjuran:

• MRI kepala non kontras untuk melihat dengan lebih jelas dan lebih teliti lagi adanya lesi atau sesuatu yang abnormal pada jaringan dan vaskularisasi otak.

• Profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida)

Page 28: Presentasi Kasus Saraf SNH

PrognosisVIII. PROGNOSIS• Ad vitam : Bonam• Ad fungsionam : Dubia ad bonam• Ad sanam : Dubia ad bonam• Ad cosmeticum : Bonam

Page 29: Presentasi Kasus Saraf SNH

Analisa Kasus• Pasien mengeluhkan kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri yang

terjadi secara mendadak saat pasien bangun tidur. Lalu pasien juga

mengalami gangguan berbicara yaitu bicara pelo.

• Pada kasus ini diagnosa klinis hemiparese sinistra spastik, parese N.VII tipe

sentral, dan parese N. VIII tipe sentral ditegakkan berdasarkan anamnesa

dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien :

Tampak kelemahan pada sisi kiri tubuh pasien disertai kaku.

Kekuatan motorik dari pasien yang kurang.

Pemeriksaan reflex fisiologis menunjukan hiperefleks pada anggota gerak sebelah kiri.

Reflex patologis, positif pada babinski, chaddock, dan gordon.

Telapak tangan dan jari tangan pasien sebelah kiri, terlihat otot yang mengalami atrofi

Lesi UMN

Page 30: Presentasi Kasus Saraf SNH

• Untuk pemeriksaan fisik nervus kranialis, didapatkan parese N. VII sinistra tipe sentral, terlihat dari nasolabial dan sudut bibir kiri yang tertinggal. Saat pasien diperintah untuk meringis, terlihat bahwa sudut bibir kirinya tertinggal.

• Lalu didapatkan juga parese N. XII sinistra tipe sentral yang terlihat pada saat pasien berbicara terdapat gangguan artikulasi. Lalu saat pasien menjulurkan lidahnya, lidah pasien deviasi ke sebelah kiri. Kekuatan dari lidah pasien juga sedikit melemah.

Page 31: Presentasi Kasus Saraf SNH

Diagnosa etiologik Stroke Non Hemoragik (SNH) ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan penunjang:

Pada anamnesa didapatkan onset terjadi mendadak pada saat pasien sehabis beristirahat, pada pasien ini

kelemahan terjadi secara tiba-tiba saat pasien bangun tidur.

Gangguan vaskular pada pasien ini hipertensi grade II yang tak terkontrol dan Diabetes Militus tipe 2 merupakan

faktor resiko yang besar pencetus stroke.

Kebiasaan pasien merokok dan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol juga memperburuk dan memperbesar

kemungkinan terjadinya stroke.

Sebelumnya pasien memiliki riwayat stroke 2,5 tahun yang lalu. Hal ini bisa terlihat bahwa stroke kali ini yang terjadi

adalah stroke berulang.

Page 32: Presentasi Kasus Saraf SNH

• Hasil dari CT- Scan kepala memperlihatkan adanya infark pada cerebral hemisfer kanan sampai ke mesenfalon. Hasil CT-scan sangat cocok dengan defisit neurologis yang dialami pasien. CT-scan kepala memperlihatkan bahwa stroke yang diderita pasien merupakan jenis stroke infark (non hemoragik).

• Diagnosa etiologik SNH dapat ditegakkan melalui pemakaian scoring stroke. Pada pasien ini saya menggunakan algoritma stroke gajah mada. Pada algoritma stroke gajah mada ada 3 poin yang dinilai yaitu, penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan reflex Babinski. Pada pasien ini tidak terdapat penurunan kesadaran dan nyeri kepala, tetapi reflex patologis Babinski positive. Sesuai dengan algoritma stroke gajah mada, apabila reflex patologis Babinski positif dan kedua lainnya negatif, maka pasien ini di diagnosis sebagai stroke iskemik akut atau stroke infark.

Page 33: Presentasi Kasus Saraf SNH

Untuk diagnosis banding untuk kasus ini adalah stroke hemoragik. SH dapat disingkirkan dari anamnesis dan gejala klinis dari pasien :

• Pada stroke hemoragik, serangan biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas, seperti bekerja atau berolah raga. Tetapi pada pasien ini, serangan terajdi saat pasien bangun tidur.

• Pada pasien ini tidak terjadi penurunan kesadaran yang biasanya terjadi pada stroke hemoragik. Pada pasien ini juga tidak ditemui adanya peningkatan TIK yang biasanya terjadi pada stroke hemoragik.

• Pada algoritma stroke gajah mada kasus pasien ini sudah jelas mengarah ke arah stroke non hemoragik, karena dari ketiga komponen penilaian skor, hanya reflex patologis Babinski saja yang postif.

• Pemeriksaan penunjang yaitu CT-Scan kepala pasien yang mengindikasikan bahwa memang ada infark yang letak di hemisfer cerebri kanan.

Page 34: Presentasi Kasus Saraf SNH

Patofisiologis pada kasus ini adalah infark iskemik cerebri yang erat hubungannya dengan plak aterosklerosis dan arteriosclerosis. Plak ini dapat menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis dengan cara menyempitkan lumen pembuluh darah, oklusi mendadak pembuluh darah, dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli, dan dapat juga menyebabkan anurisma. Hal ini semua menyebabkan suplai darah ke otak berkurang, akibatnya oksigen yang dibutuhkan oleh otak juga berkurang sehingga otak kekurangan oksigen (hipoksia).

Page 35: Presentasi Kasus Saraf SNH
Page 36: Presentasi Kasus Saraf SNH
Page 37: Presentasi Kasus Saraf SNH

Bila penurunan aliran darah otak mencapai 10-20 ml/100 gr/menit, terjadi kegagalan aktivitas listrik neuronal dan sebagian struktur intra sel berada dalam proses disintegrasi dan terajdi edema intraseluler. Pada keadaan ini timbul deficit neurologis. Kematian sel terjadi aliran darah otak kurang dari 10 ml/100 gr/menit diakibatkan oleh kegagalan energi sehingga K+ keluar dan Ca++ masuk kedalam sel. Berkurangnya aliran darah otak pleh thrombosis, emboli atau hemodinamik akan menyebabkan keadaan iskemia di suatu bagian otak.

Page 38: Presentasi Kasus Saraf SNH

Penatalaksanaan dalam penanganan kasus ini adalah dengan memberikan anti platelet seperti clopidogrel atau aspirin. Pemberian obat ini dimaksudkan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. Untuk menjaga kestabilan tekanan darah, pasien diberi medika mentosa kaptopril (antihipertensi golongan ACE Inhibitor) untuk menurunkan dan menstabilkan tekanan darah.

Pemberian citicoline pada pasien ini diberikan sebagai neuroprotektif, menjaga dan memperbaiki membran neuron, meningkatkan ketersediaan neurotransmiter, meningkatkanmetabolisme glukosa di otak dan meningkatkan aliran darah otak, mengurangi stress oksidatif dan respon inflamasi yang berlebihan, menurunkan konsentrasi glutamat yang meningkat, dan memperbanyak konsentrasi ATP yang menurun pada saat terjadi iskemi.

Page 39: Presentasi Kasus Saraf SNH

• Penatalaksanaan non-medikamentosa seperti fisioterapi sangat dianjurkan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien stroke, sehinga mereka mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

• Program rehabilitasi ini bisa dibilang merupakan program yang tidaklah mudah, karena setelah stroke terkadang menyisakan kelumpuhan terutama pada sisi yang terkena, timbul nyeri, subluksasi pada bahu, pola jalan yang salah dan masih banyak kondisi yang perlu dievaluasi oleh fisioterapis.

Page 40: Presentasi Kasus Saraf SNH

Prognosis pada pasien ini : Untuk ad vitamnya pasien ini bonam asal mau

mengurangi atau menghilangkan faktor resiko yang ada. Pasien ini pernah mengalami stroke sebelumnya dengan

kelemahan di sisi yang sama, hal ini membuat otot telapak tangan dan sebagian jari tangan kiri pasien atrofi, meskipun lengan pasien baik dan dapat di gerakkan ke segala arah, ad fungsionam dubia ad bonam.

Ad sanam untuk pasien ini dubia ad bonam, karena stroke bisa mengalami kekambuhan ditambah pasien sudah memiiki riwayat kekambuhan dan pasien memiliki banyak faktor resiko.

Untuk ad cosmeticum pada pasien ini bagus, tidak terjadi kecatatan pada tubuh pasien.

Page 41: Presentasi Kasus Saraf SNH

Tijauan PustakaStroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. Definisi menurut WHO: stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak. Dengan kata lain stroke merupakan manifestasi keadaan pembuluh darah cerebral yang tidak sehat sehingga bisa disebut juga “cerebral arterial disease” atau “cerebrovascular disease”.

Page 42: Presentasi Kasus Saraf SNH

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.

Berdasarkan kausal :

a. Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.

b.   Stroke Emboli/Non Trombotik

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

Page 43: Presentasi Kasus Saraf SNH

PatofisiologiInfark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.3.  Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.4.  Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Page 44: Presentasi Kasus Saraf SNH

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari stroke adalah :

1.  Kehilangan motorik

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu

sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia 

2. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)

atau afasia (kehilangan berbicara).

3.  Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan

penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan

kehilangan sensori.

4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).

5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,

inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari

kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut

(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

Page 45: Presentasi Kasus Saraf SNH

Pemeriksaan Penunjang

1.      Angiografi serebral

Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

2.      Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).

3.      CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

4.      MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

5.      EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.

6.      Pemeriksaan laboratorium

a.       Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

b.      Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)

c.       Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.

d.      gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur turun kembali.

e.       Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

Page 46: Presentasi Kasus Saraf SNH

Penatalaksanaan

• Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai

berikut:

• Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau

perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

• Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan

hipertensi.

• Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

• Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi

tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

• Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

• Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,

Pengobatan Konservatif

a.         Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh

manusia belum dapat dibuktikan.

b.        Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

c.         Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi

thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

d.        Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di

tempat lain di sistem kardiovaskuler.

 

 

 

Page 47: Presentasi Kasus Saraf SNH

Daftar Pustaka

• Baehr, M. dan Frotscher, M. Serebrum. Dalam: Diagnosis Topik Neurologis DUUS: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 292-309.

• Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

• L. Hauser, Stephen. “Disease of Nervous System : Harrison’s Neurology in clinical medicine. 3rd Edition. 2013 : Mc Graw Hill.

• World Health Organization, 2006. STEP Stroke Surveillance. Available from: http://www.who.int/entity/chp/steps/Section1_Introduction.pdf  

• Anonym. Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus Neurologi. 2007. Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

• S. Snell, Richard. Clinical Neuroanatomy, 7th edition. 2010 : Lippincott Willams and Wilkins.