PRESENTASI KASUS SARAF

30
PRESENTASI KASUS Low Back Pain e.c SpodYlolisthesis Lumbalis Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Saraf Rumah Sakit Daerah Wonosobo Diajukan Kepada Dr.Kurdi, Sp.S Disusun Oleh Sitta Grewo Liandar 20100310017 1

description

saraf

Transcript of PRESENTASI KASUS SARAF

Page 1: PRESENTASI KASUS SARAF

PRESENTASI KASUS

Low Back Pain e.c SpodYlolisthesis Lumbalis

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi

Dokter Bagian Ilmu Saraf Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada

Dr.Kurdi, Sp.S

Disusun Oleh

Sitta Grewo Liandar

20100310017

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN

PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BAGIAN

ILMU SARAF

2015

1

Page 2: PRESENTASI KASUS SARAF

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Low Back Pain e.c Spondilolisthesis Lumbalis

Telah Dipresentasikan Oleh :

SITTA GREWO LIANDAR

20100310017

Tanggal : Desember 2015

Tempat : RSUD SetjonegoroWonosobo

Telah Disetujui Oleh :

Dokter Pembimbing

dr.Kurdi, Sp.S

2

Page 3: PRESENTASI KASUS SARAF

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam

presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan

profesi di bagian Ilmu Saraf:

Low Back Pain e.c Spondilolisthesis Lumbalis

Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih keapada:

1. Dr. Kurdi, Sp.S selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis saraf RSUD

Wonosobo.

2. Teman-teman koass serta tenaga kesehatan RSUD Wonosobo yang telah membantu

penulis dalam menyusun tugas ini.

Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki

banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan

presentasi kasus di masa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Wonosobo, Desember 2015

Penulis

3

Page 4: PRESENTASI KASUS SARAF

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................................2

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................3

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................4

BAB I....................................................................................................................................................5

BAB II.................................................................................................................................................15

BAB III................................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................24

4

Page 5: PRESENTASI KASUS SARAF

BAB ILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. S

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Garung

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

II. ANAMNESIS

Auto anamnesis pada tanggal 19 November 2015

1. Keluhan Utama

Nyeri pinggang.

2. Keluhan Tambahan

Tidak ada.

3. RPS (Riwayat penyakit Sekarang)

Seorang laki-laki berumur 52 tahun datang ke IGD RSUD Setjonegoro di

bawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri pinggang dan terasa sangat pegal. Hal

ini dirasakan setelah pasien terjatuh dari galengan setinggi 1 meter 10 hari yang

lalu. Saat jatuh posisi pasien terduduk. Untuk meredakan nyerinya pasien

mengkonsumsi obat dari mantri dan setelah minum obat dirasakan membaik. Tetapi

keluhan kembali datang apabila pasien tidak meminum obat.. Untuk meredakan

nyerinya pasien hanya berbaring di kasur. Rasa nyeri bertambah jika pasien

beraktivitas ( mencangkul, mengangkat pupuk). Rasa pegal di pinggang bertambah

parah sejam 3 hari yang lalu hingga pasien kesulitan untuk berjalan karena nyeri

yang dirasakannya.

4. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)

Sebelumnya pasien pernah mondok di RSI dengan keluhan lemas seluruh

badan selama 19 hari.

5. Riwayat Sosial dan Riwayat Pribadi

Pasien bekerja sebagai petani. Sering melakukan pekerjaan berat seperti

mencangkul dan mengangkat karung berisi pupuk. Hubungan dengan rekan kerja

baik. Hubungan dengan keluarga baik, tidak ada masalah dalam rumah tangga.

5

Page 6: PRESENTASI KASUS SARAF

6. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)

Pasien mengaku bahwa tidak ada keluarganya yang memiliki riwayat sakit

yang serupa. Terdapat riwayat hipertensi.

7. Anamnesis Sistemik

a. Kepala : tidak nyeri

b. Mata : pandangan tidak kabur

c. Telinga : pendengaran baik, tidak keluar cairan.

d. Hidung : tidak keluar cairan, tidak gatal.

e. Bibir dan mulut : tidak kering.

f. Leher dan tenggorokan : tenggorokan tidak terasa kering dan sakit

g. Thorax : tidak sesak napas.

h. Pencernaan : BAB normal.

i. Inguinal : terdapat benjolan kanan dan kiri

j. Genital : tidak ada peradangan.

k. Kaki dan tangan : gerak bebas, tidak lemas, nyeri pinggang.

l. Kulit : kulit tidak kering.

m. Kejiwaan : tidak gelisah, tenang.

n. Berat Badan : cukup.

III. RESUME ANAMNESIS

Seorang laki-laki berumur 52 tahun datang ke RSUD dengan keluhan nyeri

pinggang menjalar hingga ke tungkai sejak 10 hari yang lalu. Nyeri dirasakan

memberat setelah beraktivitas. Pasien mengkonsumsi obat dari mantri sempat

membaik tetapi kemudian nyeri bertambah parah sejak 3 hari yang lalu.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

a. Baik, tenang. Kesadaran : compos mentis

b. GCS : EVM(4/5/6) 15

2. Vital Sign

TD : 160/ 80 mmHg

HR : 72 x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,9 ℃

6

Page 7: PRESENTASI KASUS SARAF

3. Status Generalis

a. Kulit: tidak pucat, sedikit kering, tidak hipo maupun hiper pigmentasi.

b. Kepala:

Bentuk mesocepal, simetris, tidak ada deformitas.

Ekspresi muka tenang, tidak tampak kesakitan.

Rambut sedikit putih, tidak mudah rontok.

Facial : simetris, tidak ada paresis, tidak ada deformitas.

Mata : visus mata menurun, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

tidak ada edema palpebra, mata tidak merah, pupil isokor, Ø 3mm, reflek

cahaya positif.

Telinga : tidak ada deformitas, serumen minimal, tidak ada gangguan

pendengaran, tidak ada otalgia, tidak ada tinitus.

Hidung : nafas cuping hidung negatif, tidak ada deviasi septum, rhinore

negatif, tidak ada edema chonca.

Mulut : bibir tidak sianosis, tidak kering, tidak ada stomatitis, lidah tidak

kotor, tidak ada atrofi papil lidah, tidak menggunakan gigi pasangan, uvula

dan tonsila tidak membesar dan tidak hiperemis

c. Leher

Tidak ada deviasi trachea

Tidak ada pembesaran kelejar tiroid dan tidak ada pembesaran limponodi

leher.

JVP R+2 cm H2O

d. Thorax

Inspeksi

Simetris, bentuk normal, tidak ada bekas jahitan, tidak ada deformitas, tidak

ada ketinggalan gerak. Sifat pernafasan thoraco abdominal, irama nafas

normal, ictus cordis tak tampak.

Palpasi

Fokal fremius seimbang antara paru-paru kanan dan kiri. tidak ada

pembesaran limfonodi axilaries, nyeri tekan negatif, ictus cordis dan massa

tidak teraba.

Perkusi

Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI midclavicula kanan.

7

Page 8: PRESENTASI KASUS SARAF

Batas redup jantung atas kanan SIC II LPS kanan, batas atas kiri SIC II LPS

kiri, batas kanan bawah SIC V LPS kanan, dan batas kiri bawah SIC V

LMC kiri.

Auskultasi

Suara dasar paru vesikuler, tak ada suara tambahan (wheezing dan ronkhi

negatif)

Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada bising jantung.

e. Abdomen

Inspeksi : Datar, tidak ada bekas jahitan operasi, tidak ada distensi, darm

contour dan darm staifung negatif.

Auskultasi : Peristaltik positif normal.

Palpasi : tidak ada defans muskular seluruh lapang perut, nyeri tekan

negatif. Tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi: seluruh lapang perut timpani, pekak beralih negatif..

f. Ekstremitas

Tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak aktif dan pasif, gerakan bebas dan

aktif. Nyeri pinggang menjalar hingga ke tungkai. Akral hangat dan tidak

oedem. Reflek patella +, reflek achiles normal. Laseque (-), Patrick (-),

ContraPatrick (-).

g. Neurologi :

Sistem motorik

Gerakan : Bebas Bebas

Bebas Bebas

Kekuatan : 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 4 4 5 5

Tonus : Normotonus Normotonus

Trofi : Eutrofi Eutrofi

8

Page 9: PRESENTASI KASUS SARAF

Sistem reflek

Reflek fisiologis

Reflek tendon

Biseps : (+) normal / (+) normal

Triseps : (+) normal / (+) normal

Patella : (+) normal / (+) normal

Achilles : (+) normal / (+) normal

Reflek patologis

Reflek babinski : (-) / (-)

Klonus kaki : (-) / (-)

4. Status Neurologis

N

O

Nama Nervus Komponen yg diperiksa Kanan Kiri

1. Olfaktorius -Secara subyektif : membau

sesuatu secara bergantian,

hidung ditutup

dbn Dbn

2. Optikus -Tajam penglihatan

-Lapang penglihatan

dbn

dbn

dbn

dbn

3. Occulomotorius -Bentuk dan ukuran pupil

-Refleks terhadap sinar

-Gerak mata : atas, bawah,

medial

dbn

dbn

dbn

Dbn

dbn

dbn

4. Trokhlearis -Gerak mata ke lateral

bawah

Dbn dbn

5. Trigeminus -Membuka mulut

-Reflek kornea

-Reflek bersin

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

9

Page 10: PRESENTASI KASUS SARAF

-Mengunyah Dbn

Dbn

Dbn

dbn

6. Abducens -Gerak mata superior

oblique

Dbn dbn

7. Facialis -Kerutan kulit dahi

-Kedipan mata

-Lipatan nasolabial

-Sudut mulut

-Mengerutkan dahi

-Mengerutkan alis

-Menutup mata

-Meringis

-Menggembungkan pipi

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

8. Akustikus -Detik arloji

-Tes Rinne, Weber (Tidak

dilakukan)

Dbn Dbn

9. Glossofaringeus -Perasaan lidah bagian

belakang (tidak dilakukan)

-Refleks muntah

Tidak

dilakuan

Tidak

dilakukan

10. Vagus -Bicara

-Menelan

-Nadi

Dbn

Dbn

Kuat

angkat

11. Accesorius -Memalingkan kepala

-Sikap bahu

Dbn

Dbn

10

Page 11: PRESENTASI KASUS SARAF

12 Hipoglosus -Menjulurkan lidah

-Artikulasio

Dbn

Dbn

V. ASSESMENT

Dx : Low Back Pain et causa Spondylolisthesis Lumbalis

DD : Spondilosis Lumbalis

Strain Lumbal

Rematik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di RSUD Setjonegoro adalah:

1. Rx Lumbo-Sacral

Kesan: Spondylolisthesis VL V terhadap VL IV

Discitis VL IV-V

Osteoporotic

11

Page 12: PRESENTASI KASUS SARAF

2. Hasil Lab Darah Rutin

12

Page 13: PRESENTASI KASUS SARAF

3. Usulan Px. Penunjang

Usulan pemeriksaan penunjang :

1. MRI

2. CT-Scan

3. Elektromiografi (EMG)

VII. DIAGNOSIS

Low Back Pain et causa Spondylolisthesis VL V terhadap VL IV

VIII. PENATALAKSANAAN

a. Meloxicam 15 3x1

b. Ranitidin 3x1

c. Paracetamol 500 3x1

d. Osteocom 1x1

e. Lansoprazol 1x1

f. Kapsul : Amitriptilin 10, Tramadol 0,5, Nephatic 100 3x1

Terapi non Framakologi : Fisioterapi

13

Page 14: PRESENTASI KASUS SARAF

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. Low Back Pain

Definis

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta

(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah

lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung

bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh

yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).

Klasifikasi

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi

dua jenis, yaitu:

A. Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan

rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri

ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik

seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian

tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada

kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih

sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada

istirahat dan pemakaian analgesik.

B. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri

ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang

berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena

osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

14

Page 15: PRESENTASI KASUS SARAF

II. Spondylolisthesis

Definisi

Kata spondylolisthesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata spondylo

yang berarti “tulang belakang (vertebra)”, dan listhesis yang berarti “bergeser”. Maka

spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran (biasanya ke anterior) dari

vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya.

Etiopatofisiologi

Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral (kecil

bagian belakang dan bagian belakang panggul) yang kecil, sendi facet tidak kompeten, yang

dapat bersifat kongenital (bawaan), disebut sebagai spondilolisthesis displastik, atau mungkin

terjadi selama masa remaja karena patah tulang atau cedera pada salah satu tulang-tulang

belakang dari kegiatan olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak bola

yang menyebabkan seseorang memiliki spondilolisthesis isthmic.

Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesis dikategorikan oleh sistem klasifikasi

Wiltse:

1. Displatik.

- Sendi facet memungkinkan pergeseran kedepan.

- Lengkungan neural biasanya masih utuh.

2. Isthmic.

- Lesi dari pars.

- Terdapat 3 subtipe: fraktur stress, pemanjangan dari pars, dan fraktur pars akut.

3. Degeratif.

Spondilolisthesis bisa disebabkan oleh penuaan, umum, dan keausan tulang, jaringan,

otot-otot, dan ligamen tulang belakang disebut sebagai spondilolisthesis degeneratif.2

4. Trauma.

Setelah kecelakaan besar atau trauma untuk kembali menghasilkan kondisi

yang disebut spondilolisthesis trauma.2

5. Patologis.

Jenis terakhir Spondilolisthesis, yang juga yang paling langka, disebut

spondilolisthesis patologis. Jenis Spondilolisthesis terjadi karena kerusakan pada

elemen posterior dari metastasis (kanker sel-sel yang menyebar ke bagian lain dari

tubuh dan menyebabkan tumor) atau penyakit tulang metabolik. Jenis ini telah

15

Page 16: PRESENTASI KASUS SARAF

dilaporkan dalam kasus-kasus penyakit Paget tulang (dinamai Sir James Paget,

seorang ahli bedah Inggris yang menggambarkan gangguan kronis yang biasanya

menghasilkan tulang membesar dan cacat), tuberkulosis (penyakit menular

mematikan yang biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat menyebar ke bagian lain

dari tubuh), tumor sel raksasa, dan metastasis tumor.2

Diagnosis yang tepat dan identifikasi jenis atau kategori Spondilolisthesis adalah

penting untuk memahami serta keparahan dari pergeseran yang terbagi menjadi 5 kelas

sebelum pengobatan yang tepat untuk kondisi tersebut dapat disarankan.2

Epidemiologi

Insidensi spondilolisthesis tipe ismik berkisar 5% berdasarkan studi otopsi.

Spondilolisthesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara umum populasi

pastinya akan mengalami penuaan. Paling sering melibatkan level L4-L5. Sampai 5,8% pria

dan 9,1% wanita memiliki listhesis tipe ini.

Gejala klinis

Presentasi klinis dapat bermacam-macam, tergantung pada jenis pergeseran dan usia

pasien. Selama tahun-tahun awal kehidupan, presentasi klinis dapat berupa nyeri punggung

bawah ringan yang sesekali dirasakan pada panggul dan paha posterior, terutama saat

beraktivitas. Gejala jarang berkorelasi dengan tingkat pergeseran, meskipun mereka

disebabkan ketidakstabilan segmental. Tanda neurologis seringkali berkorelasi dengan

tingkat selip dan melibatkan motorik, sensorik, dan perubahan refleks yang sesuai untuk

pelampiasan akar saraf (biasanya S1).3

Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah:

1. Nyeri punggung bawah.

Hal ini sering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi tulang

belakang lumbal.4

2. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau kelemahan

pada kaki karena kompresi saraf. Kompresi parah dari saraf dapat menyebabkan

hilangnya kontrol dari usus atau fungsi kandung kemih.

3. Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari punggung bawah.

16

Page 17: PRESENTASI KASUS SARAF

Pasien dengan spondilolistesis degeneratif biasanya lebih tua dan datang dengan nyeri

punggung, radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

Pergeseran yang paling umum adalah di L4-5 dan kurang umum di L3-4. Gejala-gejala

radikuler sering hasil dari stenosis recessus lateral dari facet dan ligamen hipertrofi dan/ atau

disk herniasi. Akar saraf L5 dipengaruhi paling sering dan menyebabkan kelemahan

ekstensor halusis longus. Stenosis pusat dan klaudikasio neurogenik bersamaan mungkin atau

mungkin tidak ada.

Penyebab gejala klaudikasio selama ambulasi adalah multifaktorial. Rasa sakit ini

berkurang ketika pasien memfleksikan tulang belakang dengan duduk atau bersandar. Fleksi

memperbesar ukuran kanal oleh peregangan ligamentum flavum menonjol, pengurangan

lamina utama dan aspek, dan pembesaran foramen tersebut. Hal ini mengurangi tekanan pada

akar saraf keluar dan, dengan demikian, mengurangi rasa sakit.

Diagnosis

Pada kebanyakan kasus, jarang ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik pasien

spondilolistesis. Pasien biasanya mengeluh nyeri di bagian punggung yang disertai dengan

nyeri intermitten pada tungkai. Spondilolistesis sering menyebabkan spasme otot, atau

kekakuan pada betis.

Spondilolistesis mudah didiagnosis dengan menggunakan foto polos tulang belakang. X-

ray lateral akan menunjukkan kelainan apabila terdapat vertebra yang bergeser ke depan

dibandingkan dengan vertebra di dekatnya. Spondilolistesis dibagi berdasarkan derajatnya

berdasarkan persentase pergeseran vertebra dibandingkan dengan vertebra di dekatnya, yaitu:

1. Derajat I: pergeseran kurang dari 25%

2. Derajat II diantara 26-50%

3. Derajat III diantara 51-75%

4. Derajat IV diantara 76-100%

5. Derajat V, atau spondiloptosis terjadi ketika vertebra telah terlepas dari tempatnya

17

Page 18: PRESENTASI KASUS SARAF

Gambar 1. Pengukuran Derajat Spondilolisthesis

Gambar 2. Spondilolisthesis Grade I

Gambar 3. Spondilolisthesis Traumatik Grade IV.

Jika pasien mengeluh nyeri, kebas-kebas, kelemahan pada tungkai, pemeriksaan

penunjang tambahan mungkin diperlukan. Gejala-gejala ini dapat disebabkan stenosis atau

18

Page 19: PRESENTASI KASUS SARAF

penyempitan ruang tempat lewatnya saraf pada tungkai. CT scan atau MRI dapat membantu

mengidentifikasi kompresi saraf yang berhubungan dengan spondilolistesis. Pada keadaan

tertentu, PET scan dapat membantu menentukan adanya proses akftif pada tulang yang

mengalami kelainan. Pemeriksaan ini juga berperan dalam menentuskan terapi pilihan untuk

spondilolistesis.

Pemeriksaan Penunjang

Berikut adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang menunjang diagnosis

spondilolisthesis:

a. X-ray

Pemeriksaan awal untuk spondilolistesis yaitu foto AP, lateral, dan spot

view radiograffi dari lumbal dan lumbosacral junction. Foto oblik dapat

memberikan informasi tambahan, namun tidak rutin dilakukan. Foto lumbal dapat

memberikan gambaran dan derajat spondilolistesis tetapi tidak selalu

membuktikan adanya isolated spondilolistesis.

b. SPECT

SPECT dapat membantu dalam pengobatan. Jika SPECT positif maka lesi

tersebut aktif secra metabolik.

c. Computed tomography (CT) scan

CT scan dengan potongan 1 mm, koronal ataupun sagital, dapat

memeberikan gambaran yang lebih baik dari spondilolistesis. CT scan juga dapat

membantu menegakkan penyebab spondilolistesis yang lebih serius.

d. Magnetic resonance imaging (MRI)

MRI dapat memperlihatkan adanya edema pada lesi yang akut. MRI juga

dapat menentukan adanya kompresi saraf spinal akibat stenosis dadri kanalis

sentralis.

e. EMG

EMG dapat mengidentifikasi radikulopati lainnya atau poliradikulopati

(stenosis), yang dapat timbul pada spondilolistesis.

19

Page 20: PRESENTASI KASUS SARAF

Penatalaksanaan

Nonoperatif

Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservative. Pengobatan non operative

diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit neurologis yang stabil.

Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan, stretching exercise, pemakaian brace,

pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting dalam manajemen pengobatan spondilolistesis

adalah motivasi pasien.6

Operatif

Pasien dengan defisit neurologis atau nyeri yang mengganggu aktifitas, yang gagal

dengan non operative manajemen diindikasikan untuk operasi. Bila radiologis tidak stabil

atau terjadi progresivitas slip dengan serial x-ray disarankan untuk operasi stabilisasi. Jika

progresivitas slip menjadi lebih 50% atau jika slip 50% pada waktu diagnosis, ini indikasi

untuk fusi. Pada high grade spondilolistesis walaupun tanpa gejala, fusi tetap harus

dilakukan. Dekompresi tanpa fusi adalah logis pada pasien dengan simptom oleh karena

neural kompresi. Bila manajemen operative dilakukan pada dewasa muda maka fusi harus

dilakukan karena akan terjadi peningkatan slip yang bermakna bila dilakukan operasi tanpa

fusi. Jadi indikasi fusi antara lain: usia muda, progresivitas slip lebih besar 25%, pekerja yang

sangat aktif, pergeseran 3mm pada fleksi/ekstensi lateral x-ray. Fusi tidak dilakukan bila

multi level disease, motivasi rendah, aktivitas rendah, osteoporosis, habitual tobacco abuse.

Pada habitual tobacco abuse angka kesuksesan fusi menurun. Brown dkk mencatat

pseudoarthrosis (surgical non union) rate 40% pada perokok dan 8% pada tidak perokok. Fusi

insitu dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan:6

1. anterior approach

2. posterior approach (yang paling sering dilakukan)

3. posterior lateral approach

Komplikasi

Progresifitas dari pergeseran dengan peningkatan tekanan ataupun penarikan

(traction) pada saraf spinal, bisa menyebabkan komplikasi. Pada pasien yang membutuhkan

penanganan dengan pembedahan untuk menstabilkan spondilolistesis, dapat terjadi

komplikasi seperti nerve root injury (<1%), kebocoran cairan serebrospinal (2%-10%),

kegagalan melakukan fusi (5%-25%), infeksi dan perdarahan dari prosedur pembedahan (1%-

5%). Pada pasien yang perokok, kemungkinan untuk terjadinya kegagalan pada saat

20

Page 21: PRESENTASI KASUS SARAF

melakukan fusi ialah (>50%). Pasien yang berusia lebih muda memiliki resiko yang lebih

tinggi untuk menderita spondilolistesis isthmic atau congenital yang lebih progresif.

Radiografi serial dengan posisi lateral harus dilakukan setiap 6 bulan untuk mengetahui

perkembangan pasien ini.

Prognosis

Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang minimal kemungkinan akan

kembali normal apabila fraktur tersebut membaik. Pasien dengan perubahan vertebra yang

progresif dan degenerative kemungkinan akan mengalami gejala yang sifatnya intermiten.

Resiko untuk terjadinya spondilolistesis degenerative meningkat seiring dengan

bertambahnya usia, dan pergeseran vertebra yang progresif terjadi pada 30% pasien. Bila

pergeseran vertebra semakin progresif, foramen neural akan semakin dekat dan menyebabkan

penekanan pada saraf (nerve compression) atau sciatica hal ini akan membutuhkan

pembedahan dekompresi.

21

Page 22: PRESENTASI KASUS SARAF

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi, pasien pria berusia 52 tahun

didiagnosis dengan spondilolistesis. Pada kasus ini, pasien yang mengeluhkan nyeri

punggung bawah. Pada pasien ini telah dilakukan foto lumbosakral AP/L dengan hasil foto

tampak listesis LIV terhadap LV ke anterior.

Terapi pada kasus ini adalah pengobatan umum (suportif) untuk mencegah

peningkatan grade spondilolistesis ke arah yang lebih berat, stabilisasi nyeri, cairan dan

hidrasi, serta nutrisi. Untuk penanganan secara operatif masih harus dipertimbangkan lebih

lanjut dikarenakan oleh faktor usia dan komplikasi.

22

Page 23: PRESENTASI KASUS SARAF

DAFTAR PUSTAKA

1. Albar, Z. 2000. Sistematika pendekatan pada nyeri pinggang. Cermin Dunia

Kedokteran ; 129 ; 14-19.

2. Hills, EC. 2010. Mechanical Low Back Pain. Diakses dari

www.emedicine.medscape.com

3. Irani, Z. Spondylolisthesis Imaging. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/396016-overview#showall [Diakses tanggal 22

November 2015]

4. Medical Disability Guidelines, 2009. Spondylolisthesis. Didapat dari :

http://www.mdguidelines.com/spondylolisthesis/definition

5. Meliala, L., Pinson, R., 2004, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung

Bawah dalam Towards Mekanism-Based pain Treatment tht Recent Trends and

Current Evidens, Pokdi Nyeri Perdossi.

6. Sjamsuhidajat R, Jong Wd.2005. Spondilolistesis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah

Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 835

7. Wheeler, AH. 2010. Low Back Pain and Sciatica. Diakses dari

www.emedicine.medscape.com

23