TUGAS MAKALAH
PENYAKIT KEMBUNG (BLOAT) DAN ZAT ANTI TYROID (ZAT GOITROGEN) PADA RUMINANSIA
Disusun Oleh :
Anang Riswanta H0511008
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bloat/kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian
karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak
disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal
tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam
lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak
dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi
yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan
dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan
dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi
mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih
cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular
kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit
inipun masih aman untuk dikonsumsi.
Berbagai jenis tanaman pangan memiliki potensi untuk mensintesis
substansi kimia tertentu sebagai mekanisme untuk mempertahankan diri dari
gangguan infeksi oleh jamur, bakteri dan insekta. Banyak di antara substansi
kimia ini ternyata dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia
maupun ternak yang mengkonsumsinya. Gangguan tersebut dapat berupa
gangguan pertumbuhan, seperti : penurunan Pertambahan Bobot Badan
Harian (PBBH), oleh karena dihambatnya enzim pencernaan tertentu.
Gangguan yang lain berupa gangguan kesehatan, seperti gangguan
pernapasan bahkan kematian. Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut dikenal
dengan istilah antinutrisi.
Macam antinutrisi pada berbagai bahan pakan berlainan. Senyawa
antinutrisi yang sering ditemukan, antara lain : Protein inhibitor (penghambat
protease), goitrogen, nekaloid, oksalat, fitat, tannin, HCN dan gossipol.
Antinutrisi tersebut seringkali mengikat protein, zat-zat mineral, sehingga
pemanfaatan gizi dalam bahan pakan oleh ternak menjadi berkurang. Sebagai
akibatnya akan menimbulkan gangguan pertumbuhan pada ternak atau
gangguan kesehatan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah briket kotoran ternak?
2. Apakah zat anti tyroid dan pengaruhnya pada ternak ruminansia?
C. Tujuan
1. Mengerti pengertian briket kotoran ternak.
2. Mengetahui zat anti tyroid pada ternak ruminansia.
II. PEMBAHASAN
1. Penyakit Kembung (Bloat) Ruminansia
Penyakit kembung (Timpani) merupakan salah satu
penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama
sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita
selalu waspada, karena pada kasus yang berat dapat
berakibat fatal dan kematian pada ternak. Timpani pada
ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara
garis besar, timbulnya kembung disebabkan oleh akumulasi
gas yang berlebihan di dalam rumen hewan ruminansia.
Seperti kita ketahui, pencernaan bahan makanan di dalam
perut hewan ruminansia dilakukan oleh mikroorganisme di
dalam perut ternak. Mikroorganisme yang secara alamiah ada
di dalam perut yang bertugas melakukan pencernaan awal
terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses
pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan
menghasilkan berbagai enzim dan asam amino yang dapat
diserap oleh dinding usus ternak. Tanpa adanya
mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan
makanan di dalam perut ternak tidak akan dapat terjadi.
Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan oleh
mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang
sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) dan metana
(CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan
melalui anus dengan cara berkentut atau dengan bersendawa
akan terakumulasi didalam rumen. Seringkali kembung
ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun,
apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani maka
akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa
(froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi ternak untuk
mengeluarkannya.
Perut kembung atau timpani adalah suatu keadaan
mengembangnya rumen akibat terisi oleh gas yang
berlebihan. Hal ini terjadi ketika esophagus mengalami
sumbatan sehingga menghambat pengeluaran gas. Produksi
gas yang cepat (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi
akan memicu terjadinya kembung. Kondisi ini dikaitkan
dengan tingginya konsentrasi protein terlarut yang terdapatdi
dalam rumen. Gas yang terbentuk akan menetap di rumen
dalam bentuk gelembung-gelembung kecil yang tidak
merangsang terjadinya reflek bersendawa sehingga rumen
mengembung.
Timpani merupakan indigesti akut yang disertai dengan
penimbunan gas di dalam rumen dan retikulum ruminansia
yang penuh berisi gas (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir
fermentasi yang berlebihan yang berasal dari proses
pencernaan di dalam lambung. Hal ini terjadi ketika
esophagus mengalami sumbatan sehinfga menghambat
pengeluaran gas. Timpani disebabkan oleh penyebab primer
dan penyebab sekunder. Penyebab primer adalah akibat dari
fermentasi makanan yang berlebihan kemudian hewan tidak
mampu mengeluarkan gas, sehingga gelembung-gelembung
gas akan terakumulasi yang merupakan penyebab kembung.
Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang
bersifat fisikal yang terjadi pada daerah esophagus yang
disebabkan oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari
perluasan jalan keluar esophagus. Makanan yang
difermentasi misalnya hijuan segar yang banyak
mengandung air dan berprotein tinggi. Hijuan leguminosa
mudah berfermentasi dan mengeluarkan gas. Oleh karena
itu, pemberian hijauan leguminosa segar yang berlebihan
dapat menyebabkan timpani. Pemberiaan makanan
konsentrat yang terlalu banyak pula dapat menyebabkan
timpani, terutama konsentrat yang mulai busuk. Rumput
basah atau berembun dapat juga menjadi penyebab perut
kembung. Timpani biasanya terjadi pada sapi, kerbau dan
A. Patogenesis
Pada ruminansia (sapi) timpani biasa disebabkan karena konsumsi
leguminosa yang banyak atau gangguan dalam esophagus dan alat tubuh
lain. Faktor yang mendorong terjadinya timpani antara lain viskositas dan
tegangan permukaan cairan rumen, aliran dan susunan air liur dan aktivitas
mikroba. Air liur mengandung protein mucin yang mencegah terjadinya
timbulnya busa pada air liur. Penguraian protein tersebut yang mungkin
terjadi karena aktivitas bakteri menimbulkan terbentuknya busa dalam
rumen. Banyaknya air liur juga berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya timpani. Sapi dengan air liur yang sedikit lebih beresiko.
Aktivitas mikroba akibat peningkatan jumlah sukrosa dalam rumen juga
memiliki pengaruh dalam pembentukan gas. Metabolisme sukrosa oleh
bakteri menghasilkan gas yang akan terperangkap dalam biofilm yang
terbentuk oleh bakteri tersebut, sehingga menjadi gelembung yang
memenuhi rumen. Dalam kondisi normal, kelebihan gas pada rumen akan
dikeluarkan melalui mekanisme eruktasi. Gangguan pada reflek eruktasi
menyebabkan tidak bisa keluarnya gas dari rumen, sehingga terjadi
timpani.
Gangguan reflek eruktasi berkaitan dengan gangguan pada
esophagus dan alat tubuh lain. Saat terjadi penumpukan gas, rumen
bereaksi dengan kontraksi yang lebih sering dan lebih kuat dari keadaan
normal. Karena kecepatan pembentukan gas melebihi kemampuan rumen
untuk mengeluarkan ditambah dengan gangguan eruktasi menyebabkan
penumpukan gas yang banyak. Kekuatan kontraksi rumen juga akan
menurun dan mungkin hilang tonusnya. Volume rumen akan terus
membesar karena gas yang terbentuk semakin banyak. Rumen akan
mendesak ke arah rongga dada dan menimbulkan gangguan pernafasan.
Dari titik tersebut kematian bisa terjadi jika tidak ditangani.
B. Gejala Klinis
1. Ternak nampak resah
2. Ada rasa sakit
3. Sisi perut sebelah kiri nampak menonjol (membesar) disbanding
normalnya,
4. Bila perut ditepuk-tepuk mirip suara drum
5. Tekanan intra rumen mengakibatkan :
Pembesaran abdomen atau rumen, membesarnya rumen akan
meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada
sehingga menyebabkan kesulitan bernafas yang ditandai dengan
pernafasan dada yang cepat dan dangkal. Sebaliknya, paru-paru dan
sistem peredaran darah jantung tidak bekerja. Apabila kondisi ini
berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan kematian
dalam beberapa menit.
6. Hewan tampak gelisah
7. Berbaring pada posisi bagian kanan bawah.
8. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
9. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang
menandakan adanya kekurangan oksigen dan mendekati kematian.
10. Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong
11. Ternak cenderung menendang dengan kaki belakang.
C. Penyebab
Penyebab perut kembung antara lain:
1. Pemberian leguminosa (kacang-kacangan) secara berlebihan. Daun
legum yang mengandung kadar air dan protein yang tinggi
menghasilkan asam-asam yang tidak mudah menguap seperti sitrat,
malat dan suksinat. Asam-asam ini akan segera menurunkan pH rumen
dalam waktu 30-60 menit pasca pemberian daun legum.
2. Pemberian rumput terlalu muda secara berlebihan atau karena
tidak dilayukan.
3. Adanya sumbatan pada kerongkongan, selain itu bloat dapat juga
terjadi pada ternak yang pergerakannya terbatas.
4. Merumput pada lahan yang baru dipupuk, makan buah terlalu banyak,
memakan racun dan ubi atau tanaman sejenis yang dapat menahan
keluarnya gas dari perut.
D. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Penyakit kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan
kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi,
jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti
halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi
terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena
kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar
ke samping. Secara umum apabila di bedah akan terjadipembesaran pada
perut bagian kiri atas dan cukup keras, bila ditepuk akan terasaada udara
dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong. Dalam seksi ditemukan
kolon dan sekum yang mengalami distensi dengan dindingnya yang
berwarna pucat kebiruan. Apabila penimbunan gas disebabkan oleh
obstruksi, penyebab obstruksi akan ditemukan.
E. Diagnosa
Untuk mendiagnosa Timpani bisa dilakukan beberapa cara :
1. Berdasarkan gejala klinis
Pada dasarnya tidak sulit untuk melakukan diagnosa timpani
karena pada penderita timpani gejala yang tampak sangat jelas dan
mudah dikenali, terutama adanya pembesaran lambung di daerah fossa
paralumbalis.
2. Pemeriksaan abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)
Pada pemeriksaan abdomen yang pertama dilakukan adalah
Inspeksi dengan mengamati perubahan-perubahan pada bagian
abdomennya. Hal yang mudah dikenali adalah adanya pembesaran
abdomen sebelah kiri. Meski sesuai susunan anatominya abdomen
sebelah kiri memang lebih besar daripada abdomen sebelah kanan,
namun pada penderita timpani abdomen sebelah kirinya akan lebih
besar dari normal dan terasa keras.
Selanjutnya dilakukan auskultasi, dengan cara menekankan
stetoskop pada bagian fossa paralumbalis. Pada ruminansia penderita
Timpani saat dilakukan auskultasi tidak terdengar adanya kontraksi
dari rumen ataupun suara gemericik (gurgling) seperti halnya pada
ruminansia normal. Palpasi dilakukan dengan cara menekankan
kepalan tangan ke daerah fossa paralumbalis. Saat ditekan inilah akan
terasa bahwa abdomen penderita timpani terasa sangat keras dan
tegang yang disebabkan penimbunan gas pada bagian rumennya
sehingga menekan rongga abdomen untuk lebih membesar. Kemudian
masih dengan cara yang sama yakni dengan menekankan kepalan
tangan ke fossa paralumbalis, hitung frekuensi pergerakan/motilitas
rumen dan tonus rumen. Pada ruminansia yang menderita timpani
motilitas rumen dan tonus rumennya akanmengalami penurunan.
3. Catatan pemberian pakan dan penggembalaan.
4. Memasukkan Stomach Tube ke dalam rumen.
Cara yang terakhir ini berfungsi untuk membedakan apakah hewan
menderita bloat atau timpani. Jika saat Stomach Tube sudah
dimasukkan ke dalam rumen dan yang keluar adalah isi rumen dengan
konsistensi berbusa maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut
menderita Timpani.
F. Penanganan
1. Trokarisasi
Pertolongan untuk mengurangi distensi perlu segera diberikan.
Trokarisasi dengan trokar dilakukan pada bagian perut yang
mengalami tingkat destensi paling besar sebelah kanan atau kiri.
Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi secukupnya.
Kadang pembebasan gas dengan trokar mengundang resiko terjadinya
peritonitis.
Gas dikeluarkan dengan cara menusukkan cannula pada perut
ternak bagian sebelah kiri langsung pada rumen. Supaya tepat, tandai
perut sapi dengan menggunakan gambar segitiga yang
menghubungkan titik tulang pinggul, titik rusuk akhir dan
titik transverssus processus, tusukan cannula tepat dititik tengah
segitiga ke dalam rumen melewati peritoneum. Pengeluaran gas
dilakukan sedikit demi sedikit dengan cara menarik trocar perlahan-
lahan agar isi rumen tidak tersedot keluar dan menyumbat pipa trocar.
Setelah gas dapat dibebaskan segera dimasukkan obat- obat
antizymotik antara lain formalin atau chloroform sebanyak 30 ml,
minyak terpentin 15-30 ml,sediaan yodium atau obat merah
secukupnya. Obat-obat Antyzomotic ini yang akan menurunkan
proses fermentasi mikroba, sehingga jumlah gas (frothy bloat) secara
berangsur-angsur turun. Apabila gas telah di bebaskan, pemeriksaan
rectal selanjutnya dapat membantu menentukan ada tidaknya
obstruksi.
Pemberian laksansia rigan misalnya minyak mineral 2-4 L dapat
menimbulkan peristaltic lagi serta melicinkan jalanya pengeluaran
tinja. Untuk mengurangi rasa sakit pemberian aspirin atau dipyrone
(Novin) 50%, 10- 20 mldapat dipertimbangkan. Obat-obat suportif
lain, misalnya penguat jantung dancairan elektrolit dapat diberikan
bila dipandang perlu.
2. Stomach Tube
Stomach tube merupakan metode yang banyak digunakan
untuk mengeluarkan gas dan tekanan dari rumen karena lebih aman
dan trauma yang ditinggalkan pada hewan relatif kecil. Stomach Tube
(ukuran standart = diameter dalam 1.5-2.0 cm) dimasukkan melalui
mulut dengan bantuan spekulum logam untuk mencegah hewan
mengunyah tubenya. Kerja dari Stomach Tube ini relatif cepat yaitu
sekitar 1 menit.
3. Secara Medis
a. Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone).
Dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air.
Kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air,
kemudian diminumkan.
b. Dimethicone bekerja dengan cara menurunkan tegangan
permukaan, sehingga gelembung-gelembung gas dalam rumen
terurai menjadi gelembung-gelembung kecil kemudian bergabung
sehingga dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan.
c. Wonder Athympanicum
Dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram.
Kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya,
kemudian diminumkan.
d. Bakazha Oil
Dosis Untuk Sapi : 150 ml – 300 ml
Dosis Untuk Kambing : 15 ml -30ml
G. Pencegahan
1. Pemberian pakan sesuai aturan, misalnya komposisi rumput
danleguminosa yang benar
2. Hijauan yang akan diberikan hendaknya dilayukan terlebih dahulu
3. Jika ada ternak yang kembung, upayakan untuk tetap berdiri atau
bergerak
4. Jika mungkin mulut tetap terbuka atau tetap usahakan
5. Mengunyah supaya air liur keluar, misalnya dengan ikatkan tali atau
kayu dalam mulut supaya ternak mengunyahnyadan air liur keluar
6. Selama musim hujan sebaiknya ternak diberi pakan kasar sebelum
dilepas di padang penggembalaan yang basah
7. Ternak jangan digembalakan terlalu pagi ketika rumput masih basah
dan hindari memberi ternak dengan rumput atau daun-daun muda dan
tanaman leguminosa (kacang-kacangan)
8. Jangan membiarkan ternak terlalu lapar
9. Jangan memberikan makanan yang sudah rusak/busuk/berjamur
10. Hindari pemberian rumput/ hijauan yang terlalu banyak, lebih
baik memberikan sedikit demi sedikit tetapi sering kali.
H. Pengobatan
Meskipun anda sudah melakukan langkah-langkah pencegahan,
bloat masih dapat terjadi. Memanggil dokter atau personil kesehatan
hewan merupakan tindakan yang dianjurkan. Namun hal ini tidak selalu
dapat dilakukan karena berbagai keterbatasan. Tindakan yang dapat
dilakukan oleh peternak baik secara tradisional maupun medis modern
untuk mengobati bloat diantaranya adalah:
1. Ganti menu hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan
membantu pada bloat ringan. Membawa ternak berjalan jalan juga dapat
membantu.
2. Bila masih berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak
nabati atau lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih. Kami biasanya
menggunakan minyak nabati atau minyak sayur atau minyak goreng pada
dosis 150 – 300 ml segera setelah bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1
liter juga dapat dijadikan alternatif untuk membuyarkan buih. Obat
modern anti foam untuk mengobati timpani juga tersedia dalam berbagai
merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3. Dengan menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang
2 – 3 meter yang dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut
melalui esophageal sampai mencapai rumen untuk membantu
mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini sering disebut selang
esophagus/stomach tube. Cara ini terkadang berhasil namun cukup
berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam ternak. Sebaiknya
mintakan saran pada dokter hewan atau latihlah dahulu sebelum bloat
terjadi.
4. Apabila cara diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak
bisa berdiri sementara dokter hewan belum datang, anda harus
melepaskan tekanan gas dengan paksa dengan cara melubangi dinding
perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar (semacam penusuk, mirip
paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri atas, di belakang
tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang tersebut.
Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum
suntik, jarum besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk
membuat lubang sedalam kira-kira 2.5cm. Setelah ditusukkan, pisau
jangan dicabut, tapi diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun
demikian tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai cara terakhir, karena
bila salah dapat merobek rumen. Apabila ini terjadi dokter harus
melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk menghindari infeksi.
Beberapa pendapat teman-teman peternak tentang cara pengobatan
kembung secara tradisional adalah:
1. Beberapa peternak di tempat kami mengklaim dengan memberikan air
soda (sprite) 1 – 2 botol dapat membantu. Bila ditelusuri, soda dapat
memudahkan sendawa. Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut, jangan
sampai kandungan gas (karbondioksida) pada soda malah terjebak dan
memperparah bloat.
2. Pemberian daun nangka muda dapat mengobati sakit perut. Peternak juga
suka memberikan daun nangka ini pada ternak yang mengalami bloat.
Penulis tidak mengetahui secara pasti kandungan daun nangka, namun
pada kasus bloat ringan dapat membantu. Mungkin karena serat kasarnya
saja.
3. Memberikan air kelapa muda. Pendapat kami, air kelapa mengandung
mikroorganisme probiotik, sehingga kemungkinan dapat membantu.
4. Memasukkan pelepah atau daun pepaya pada anus ternak yang mengalami
bloat. Analisa kami, pepaya mengandung pektin yang sering digunakan
sebagai obat diare.
5. Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat kami
temukan antara lain:
Daun kentut atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah.
Parut halus daun kentut dan haluskan bawang merah. Campur kedua
bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam botol dan minumkan.
Dosis untuk satu ekor sapi dewasa.
Getah pepaya 2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan.
Campurkan secara merata dan tambah air dalam botol air mineral
kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi pedet.
2. Zat Anti Tyroid (Zat Goitrogen)
Thyroid sendiri merupakan kalenjar yang terletak di leher right
below. Fungsinya Thyroid mengontrol kecepatan pembakaran energi,
membangun energi tubuh, dan mengatur tingkat sensitivitas tubuh terhadap
hormone-hormon. Selain itu, thyroid juga menghasilkan hormon Tiroksin
(T4), Triiodotironin (T3) yang berperan dalam metabolisme dan pertumbuhan
tubuh keseluruhan, dan thyroid juga memproduksi hormon kalsitonin
(calcitonin) yang berperan dalam homeostasis kalsium.
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan aktivitas Kelenjar
Thyroid
a. Hyperthyroidisme (hyperactive thyroid): Penyakit Graves
b. Hypothyroidisme (underactive thyroid): Kongenital, Juvenilis,
Myxedema, dan Goiter (gondok)
Goiter atau gondok adalah kelainan pada ternak pada kelenjar
tiroidnya akibat kekurangan yodium. Ternak dewasa sangat jarang mengalami
kelainan ini tetapi fetus dan ternak yang masih muda mudah sekali terkena.
Kasus goiter yang menyebabkan kematian pada anak kambing dan domba di
daerah Bogor, Ciawi dan Cilebut. Kasus menjadi tinggi pada daerah-daerah
yang kekurangan yodium.
Yodium (I) dibutuhkan untuk sintesa hormone tiroid
(Triidothyronine/T3) dan tiroksin (T4) yang berperan dalam mengatur
metabolisme tubuh dan sangat penting bagi hewan yang bunting, hewan muda
dan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Secara normal hormon ini
diproduksi oleh kelenjar tiroid dalam jumlah yang cukup sehingga dapat
mempertahankan produktivitas dan reproduktivitas ternak. Produksinya akan
menurun jika proses biosintesanya terhambat karena kekurangan/ defisiensi
yodium. Faktor lain penyebab kondisi ini adalah adanya zat gastrogenik
(tiosianat) pada pakan yang dikonsumsinya. Kombinasi keduanya akan
memicu terjadinya goiter pada ternak. BAHRI et al. (1984) mendeteksi kadar
tiosianat yang tinggi di dalam tubuh kambing yang sering mengonsumsi daun
ubi kayu. Zat ini mampu menghambat up take yodium oleh kelenjar tiroid.
Beberapa tanaman yang mengandung zat anti tiroid yaitu kubis, sudan grass
dan white clover.
Contoh Makanan yang mengandung Goitrogen (dapat menyebabkan
gondok):
a. Brokoli, kembang kol, kubis, lobak cina
b. Kedelai
c. Mustard
d. Sawi hijau dan sawi putih, bayam
e. Rutabagas
f. Crucifer
g. Brassicae
h. Struma Cibaria
Berdasarkan dengan sifat-sifat alami produk-produk yang mempunyai
pengaruh goitrogenik, dapat dibedakan 3 jenis hipertrofi, yaitu:
a. Gondok kobis atau “struma cibaria”
Struma cibaria disebabkan oleh bagian vegetatif berbagai tanaman
famili cruciferae yang digunakan untuk nutrisi manusia dan atau untuk
makanan hewan domestik. Metabolisme iodine: penurunan kemampuan
kalenjar tiroid untuk mengambil elemen iodine.
Hasil penelitian:
1) Walaupun supply iodine telah mencukupi, setelah 25-30 hari diet yang
didasarkan pada kobis atau brassicae yang lain, berat tiroid per 100 g
berat badan dibuktikan menjadi 3-8 kali lebih tinggi daripada hewan
kontrol.
2) Aksi anti tiroid bervariasi sehubungan dengan sidat tanah dari daerah
penanaman dan frekuensi & curah hujan atau musim. Kobis yang
dipanen pada musim gugur dan musim dingin dan yang tumbuh
dengan air berlimpah lebih aktif daripada yang dipanen pada musim
semi.
3) Kenaikan kandungan iodine dalam makanan mencegah timbulnya
gondok.
b. Gondok Biji Brassicae
Hasil penelitian:
1) kalenjar tiroid tikus muda yang diberi diet kaya biji kobis, biji
nitabaga, atau biji turnip, menjadi 3-4 kali lebih besar daripada
kelompok kontrol.
2) Dapat disembuhkan dengan pemberian tiroksin.
c. Gondok dari kedelai dan kacang-kacangan lainnya
Hasil penelitian:
1) pemberian kedelai utuh dan diet yang mengandung sejumlah besar
tepung kedelai bebas minyak menyebabkan goiter pada beberapa jenis
binatang (kelinci, babi guinea, ayam, tikus, dll)
2) efek yang menghasilkan gondok dapat dikontrol dengan penambahan
iodida atau oleh kenaikan 3-5 kali jumlah iodine diet.
Mekanisme: Serum protein yang mengikat iodine (PBI, Protein
Bindring Iodine) berkurang, tetapi pengambilan radio-iodine oleh kalenjar
tiroid sangat tinggi. Senyawa-senyawa anti thyroid alami.
Sifat-sifat Alami Senyawa dan Mekanisme Kerja
a. Thiosianat ( N=C-S-R) dan Isosianat (R-N=C=S)
Dalam tubuh hewan, tiosianat secara alami dapat berasal dari
kombinasi sulfur dengan senyawa sianat (sianida, nitril, glukosida
sianogenetik) yang telah masuk tubuh atau dari masukan lewat mulut dalam
keadaan belum terbentuk atau keduanya. Karena kekayaan akan glikosida
sianogenetik dan sulfur bivalent maka makanan goitrogenik dapat
menyumbang, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui
metabolisme, untuk menaikkan tiosianat dalam darah.
In vitro, penambahan tiosianat dalam medium yang berisi irisan-irisan
dari jaringan tiroid hidup diinkubasikan pada konsentraasi yang serupa dengan
yang ditemukan dalam serum domba yang diberi pakan semanggi putih, akan
menghambat konversi radio iodine anorganik ke dalam kombinasi dengan
senyawa organik.
b. Cheiroline
Dari daun dan biji Rapistrum nigosum (turnip liar) dan Brassica
campescris (crucifere di Tasmania dan Queensland) glikosida telah diisolasi
dan disebut gliko-cheiroline yang telah diperoleh dari hasil hidrolisis 3-metil-
sulfonil-propil-isothiosianat atau cheiroline (CH3-SO2-(CH2)3-NCS).
Senyawa ini dapat dipersiapkan dalam keadaan murni, dan dalam pengujian
bentuk pendek, itu menunjukkan aktifitas antitiroid yang serupa dengan yang
dikeluarkan tiosianat. Setelah pemberian 5-110 mg pada tikus, penggabungan
radioisotop dikurangi sampai 9-15%, yang terbukti menjadi lebih aktif
daripada n-propil-isotiosianat. Cheiroline mengandung produk-produk yang
telah dipelajari yang bervariasi antara 1-2 g per kg tanaman kering atau kira-
kira 0.4 g ker kg tanaman segar.
c. Progoitrin dan Goitrin (Thio-oxazolidone)
Dalam jaringan tubuh, goitrin tidak terdapat dalam keadaan bebas,
tetapi dalam bentuk tioglukosida, glukopiraferin disebut progoitrin yang telah
dipersiapkan dalam bentuk kristal.
Tanaman: turnip kuning atau rutabaga (brassica oleracea rapefera),
famili cruciferae, biji rape (brassica conpetris dan brassica napus). Biji rape
terutama kaya akan tiooxazolidone dan isotiosianat.
Kebanyakan brassica mengandung goitrin, dan tidak hanya dalam biji
tetapi juga dalam bagian yang dikonsumsi manusia. Tiooxazolidone pada
dasarnya berbeda dengan tiosianat, senyawa-senyawa ini beraksi sampai
dengan tiourea dan tiourasil dan tidak mengganggu cukup banyak terhadap
pengambilan iodine oleh tiroid seperti dalam biosintesis tiroksin.
d. Polifenol
Karena polifenol sanggup membentuk senyawa dengan iodine oleh
penggantian, mereka bersaing dengan tirosin dan oleh pengambilan beberapa
iodine, mereka melemahkan biosintesis tiroksin. In vitro, penambahan zat
warna alami polifenolik (seperti antosianin, flavone, katecol, dsb.), pada kultur
medium, dari potongan-potongan tiroid, menurunkan jumlah radio-iodine
dalam fraksi organik sebanyak 50-60% . pengaruh ini tidak lagi tampak jika
substansi polifenolik lebih dahulu di-iodat-kan. In vivo, penambahan ferrol
murni, yaitu: resonsinol dan phlorogensinol, sangat mengurangi
penggabungan radio-iodine ke dalam kalenjar tiroid tikus dan seperti
penghambatan ini adalah hasil dari persaingan yang dapat dikontrol dengan
kenaikan supply iodine.
e. Haemoglutinin (phytotoxins)
Dari biji-bijian Leguminoceae (kacang-kacangan), telah diisolasi
senyawa toksis yang mengandung nitrogen, yang mampu menggumpalkan
eritrosit yang didapatkan dari berbagai jenis hewan. Karena senyawa ini
mempunyai afinitas terhadap membran, mereka menyerang sel-sel dari
membran mukosa usus sehingga sangat mengurangi kapasitas absorpsi.
Pada beberapa spesies hewan (misalnya tikus), entero-hepatik sirkulasi
dari hormon tiroid adalah sangat aktif, dalam waktu 1 jam hampir semua
tiroksin yang tersirkulasi dikeluarkan ke dalam usus, mengusulkan gagasan
bahwa gondok yang disebabkan oleh kedelai dilengkapi dengan gangguan
absorpsi kembali (resorption). Studi dengan L. titoksin 131I pada athyroid
cretin yang diberi pakan formula biji kedelai menunjukkan bahwa diet ini
menurunkan absorpsi usus dari hormon eksogenous. Hasilnya
dipertimbangkan untuk mendukung teori bahwa gondok yang sebelumnya
telah dilaporkan terjadi pada bayi dengan diet biji kedelai disebabkan oleh
kehilangan hormon tiroid endogenous ke dalam feces. Pengeluaran hormon ini
(ke dalam feces) mempengaruhi stimulasi kalenjar dan kenaikan kebutuhan
iodine, untuk mengganti kehilangan.
Pengobatan Gondok
Operasi
Obat-Obat Anti Thyroid
Suplementasi Yodium
Pencegahan yang dapat kita lakukan adalah:
Mengurangi konsumsi makanan-makanan yang mengandung goitrogen
Memperbanyak konsumsi kuning telur, daun peterseli, buah aprikot, prunes,
ikan, ayam, keju dan susu
Untuk mencegah terjadinya goiter (gondok) khususnya pada daerah-daerah
yang kekurangan yodium, dapat dilakukan dengan cara mencampurkan garam
beryodium pada pakan ternak. Selain sebagai penambah nafsu makan,
pemberian garam beryodium dapat mengatasi gangguan hormone tiroid yang
sangat penting untuk metabolisme tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Blowey RW. 2004. Digestive Disorders of Calves. Andrews AH, Editor: Bovine Medicine Diseases and Husbandry of Cattle Second edition. State Avenue: Blackwell Publishing Company
Edy Kurnia Widiantoko Rizkiy. 2011. ZAT ANTINUTRISI. http://lordbroken.wordpress.com
Iqbal, 2012. Kembung (Bloat/Timpani) Pada Ternak. http://iqbal-cahndeso.blogspot.com/2012/02/kembungbloattimpani-pada-ternak.html diakses pada 3 Desember 2012
Prayitno Edi,S.Pt. 2010. FAKTOR PEMBATAS BAHAN PAKAN (ANTI NUTRISI) http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/03/faktor-pembatas- bahan-pakan-anti.html
Rianto dan Endang Purbowati, 2010. Panduan lengkap Sapi Potong,http://cintasapi.wordpress.com/2010/09/02/zat-antinutrisi/
Rumbiak, Shandy. 2011. Bloat/Timpani (Penyakit Kembung (Perut)). http://shandy-rumbiak.blogspot.com/2011/10/bloat-tympani-penyakit-kembung-perut.html
Susilo harjo Rahmawati, 2007. Kenali Zat Anti Gizi (1): Senyawa Anti Tyroid Alami.http://geasy.wordpress.com/2007/06/15/kenali-zat-anti-gizi-1-senyawa-anti-tyroid-alami/
Widodo Wahyu . Tanaman Beracun Dalam kehidupan Ternak. (tahun, penerbit dan tempat diterbitkan belum diketahui)
Yunani I dan Berenergy, 2010. Kembung (Bloat) Pada Ternak Sapi. http://peternakanwahyuutama.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 3 Desember 2012
Top Related