PENGEMBANGAN LKS PEMISAHAN CAMPURAN BERBASIS
PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP KELAS VII
Tesis
Oleh
NURUL INSANI
MAGISTER KEGURUAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Nurul Insani
ABSTRACT
PROJECT BASED LEARNING BASED SEPARATION
LKS TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILLS
STUDENTS OF CLASS VII MIDDLE SCHOOL
By
NURUL INSANI
This study aims to develop worksheet based mixed project based learning to
improve critical thinking skills of Grade VII Middle School students. The research
design used is the 4D design (Define, Design, Develop, Disseminate). The
preparation of LKS is done after conducting a literature study and field study in
accordance with the research objectives. The validity of LKS is based on the
results of expert validation on aspects of content conformity to IC and BC, project
based learning models and indicators of critical thinking skills and expert
validation on construct aspects of the LKS format, project based learning
approaches and critical thinking skills. In addition, teachers and students are asked
to provide a response to the results of the worksheet. Teacher responses include
the appropriateness of content and attractiveness in the development worksheet.
Student responses include aspects of attractiveness to the worksheet and the
response to learning by using the worksheet from the results of development. The
results of the analysis show that the validation of experts in the very high
ii
Nurul Insani
category, the response of the teacher and the response of students to the worksheet
categorized as very high and the existence of a significant difference in the
average n-gain. The results showed that project based learning worksheet can
improve students' critical thinking skills.
Keywords: LKS, mixed separation material, project based learning,
critical thinking skills
iii
Nurul Insani
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKS PEMISAHAN CAMPURAN BERBASIS
PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP KELAS VII
Oleh
NURUL INSANI
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS pemisahan campuran
berbasis project based learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa SMP Kelas VII. Desain penelitian yang digunakan adalah desain 4D
(Define, Desain, Develop, Disseminate). Penyusunan LKS dilakukan setelah
melakukan studi kepustakaan dan studi lapangan sesuai dengan tujuan penelitian.
Kevalidan LKS didasarkan pada hasil validasi ahli pada aspek kesesuaian isi
terhadap KI dan KD, model project based learning dan indikator keterampilan
berpikir kritis dan validasi ahli pada aspek konstruk terhadap format LKS,
pendekatan project based learning dan keterampilan berpikir kritis. Selain itu,
guru dan siswa diminta memberikan respon terhadap LKS hasil pengembangan.
Respon guru meliputi aspek kesesuaian isi dan kemenarikan terhadap LKS hasil
pengembangan. Respon siswa meliputi aspek kemenarikan terhadap LKS dan
respon terhadap pembelajaran dengan menggunakan LKS hasil pengembangan.
Hasil analisis menunjukkan validasi ahli dengan kategori sangat tinggi, respon
iv
Nurul Insani
guru dan respon siswa terhadap LKS yang berkategori sangat tinggi dan adanya
perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan LKS
berbasis project based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa.
Kata Kunci : LKS, materi pemisahan campuran, project based learning,
keterampilan berpikir kritis
v
PENGEMBANGAN LKS PEMISAHAN CAMPURAN BERBASIS
PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP KELAS VII
Oleh
NURUL INSANI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Keguruan IPA
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MAGISTER KEGURUAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
x
MOTTO
Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang bisa menggatikan
kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan
bertemu dengan kesiapan.
(Thomas A. Edison)
Saya bisa karena saya belajar dan mencoba. Bila gagal, saya harus mencoba
sekali lagi .
(Nurul Insani)
Janganlah kamu berfokus pada satu pintu saja, karena sesungguhnya masih
banyak pintu yang belum kau buka
(Drajat Kuncoro, S.Pd)
xi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah S.W.T., Shalawat
beserta salam semoga tercurah pada suri tauladan kita Rasulullah Muhammad
S.A.W., dengan penuh rasa syukur ku persembahkan tulisan ini kepada :
۩ Ibu dan Bapakku tercinta yang telah sepenuh hati dan tanpa letih
mendoanku yang tiada pernah putus untukku. Terimakasih atas
kesabarannya menunggu aku lulus
۩ Yani dan Najma yang selalu memberi dukungan, dan keceriaan.
۩ Saudaraku di Kantor dan Kampus yang selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan tesis ini
۩ Almamater tercintaku Universitas Lampung
xii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Februari 1990, anak kedua
dari tiga bersaudara buah hati Bapak Suparmin dan Ibu Yuli Purwati
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1995 di TK. Darma Wanita Sub. Unit
PTP X. diselesaikan tahun 1996. Kemudian dilanjutkan di SDN 2 Way Halim
Permai diselesaikan tahun 2002, SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung diselesaikan
pada tahun 2005, dan SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang diselesaikan
tahun 2008. Pada tahun 2013 penulis menyelesaikan pendidikan Strata-1
Pendidikan Kimia Universitas Lampung, dan saat ini sedang menyelesaikan
Program Magister di Keguruan IPA Universitas Lampung.
Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa magister keguruan IPA
Universitas Lampung. Sejak tahun 2014 hingga saat ini penulis bekerja di Balai
Pengembangan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Lampung.
xiii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ” Pengembangan LKS Pemisahan
Campuran Berbasis Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII” sebagai salah satu syarat dalam meraih
gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Keguruan IPA, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana;
3. Bapak Caswita, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidkan MIPA;
4. Bapak Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Keguruan
IPA atas bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis pada masa
perkuliahan;
5. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si.,selaku Pemimbing I atas bantuan dan kesabaran
dan semangatnya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada
penulis selama menyelesaikan tesis;
xiv
6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing II atas bantuan dan
kesabarannya dalam memberikan bimbingan, dan saran dalam proses
penyelesaian kuliah dan penyusunan tesis ini;
7. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran, masukan, dan arahan yang diberikan hingga terselesainya
tesis ini;
8. Bapak dan Ibu dosen serta staf program studi magister keguruan IPA atas
waktu serta saran yang diberikan;
9. Saudaraku Magister Keguruan IPA ’14 genap, atas kebersamaan dan
kekeluargaan selama di bangku kuliah Magister Keguruan IPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini;
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga
tesis ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 27 Juni 2019
Penulis,
Nurul Insani
xv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
E. Ruang Lingkup Penelitain ...................................................................... 9
II. TINAJUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa ................................................................................ 10
B. Pemisahan Campuran .............................................................................. 15
C. Model Pembelajaran Project Based Learning ........................................ 20
D. Keterampilan Berpikir Kritis .................................................................. 24
E. Peneliti yang Relevan .............................................................................. 26
F. Kerangka Berpikir ................................................................................... 27
G. Hipotesis .................................................................................................. 32
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian .................................................................................. 33
B. Subyek dan Lokasi Penelitian ................................................................ 33
C. Sumber Data ........................................................................................... 34
D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 34
E. Intrumen Penelitian ................................................................................ 50
F. Teknis dan Analisis Pengumpulan Data ................................................ 53
G. Teknis Analisis Data .............................................................................. 55
xvi
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 66
B. Pembahasan ............................................................................................ 104
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 125
B. Saran ........................................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 130
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Analisis Kebutuhan Guru terhadap LKS
Berbasis Project Based Learning ............................................................. 134
2. Angket Analisis Kebutuhan Siswa terhadap LKS
Berbasis Project Based Learning ............................................................. 137
3. Hasil Analisis Kebutuhan Guru terhadap
LKS Berbasis Project Based Learning .................................................... 139
4. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa terhadap
LKS Berbasis Project Based Learning .................................................... 140
5. Analisis KI dan KD ................................................................................. 142
6. Silabus ..................................................................................................... 146
7. RPP .......................................................................................................... 154
8. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Konstruk ................................................... 166
9. Instrumen Validasi Kontruk .................................................................... 169
10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi........................................................ 172
11. Instrumen Respon Guru terhadap LKS.................................................... 174
12. Instrumen Respon Siswa terhadap LKS .................................................. 177
13. Instrumen Respon Guru terhadap Pembelajaran ..................................... 179
14. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran .................................................... 184
16. Soal Pretes dan Posttes ............................................................................ 186
17. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest............................................................ 190
18. Hasil Validasi Konstruk ........................................................................... 198
19. Hasil Validasi Isi...................................................................................... 201
20. Hasil Respon Guru .................................................................................. 203
21. Hasil Respon Siswa ................................................................................. 209
22. Hasil Tingkat Keterlaksanaan .................................................................. 211
23. Hasil Respon Guru terhadap Pembelajaran ............................................. 212
24. Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran ............................................ 214
25. Hasil Uji Validasi dan Reliabilitasi Soal ................................................. 216
26. n-Gain Kelas Eksperiman ........................................................................ 216
27. n-Gain Kelas Kontrol ............................................................................... 217
28. Hasil Uji Normalitas Data ....................................................................... 218
29. Hasil Uji Homogenitas Data .................................................................... 219
30. Hasil Uji-t ................................................................................................ 220
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ..................................................... 25
2. Peneliti yang Relevan ................................................................................ 26
3. Tafsiran Skor (Persentase) Lembar Validasi.............................................. 46
4. Desain The Matching Only Pretest Postest Control .................................. 49
5. Kriteria Ketercapaian Validitas ................................................................. 57
6. Kriteria Tingkat Keterlaksanaan ............................................................... 59
7. Kriteria Koefisien Reliabilitas ................................................................... 61
8. Kriteria n-Gain .......................................................................................... 62
9. Saran Validator dan Hasil Revisi pada Angket Isi/Materi ......................... 84
10. Hasil Validasi Isi/Materi ........................................................................... 86
11. Saran Validator dan Hasil Revisi pada Angket Konstruk ......................... 87
12. Hasil Validasi Konstruk ............................................................................ 88
13. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ......................................... 91
14. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item Soal
Tes Keterampilan Berpikir Kritis ............................................................. 95
15. Keterlaksanaan Pembelajaran ................................................................... 96
16. Respon Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran ........................................ 98
17. Hasil Uji Normalitas Data ......................................................................... 101
18. Hasil Uji Homogenitas ............................................................................. 102
19. Hasil uji-t n-Gain Keterampilan Berpikir Kritis ...................................... 103
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Berfikir ........................................................................... 31
2. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan LKS ..................................... 35
3. Presentase Guru terhadap Penggunaan Bahan Ajar ................................... 69
4. LKS yang Beredar di Pasaran ................................................................... 70
5. Presentase Siswa terhadap Penggunaan Bahan Ajar ................................. 72
6. Cover LKS Pemisahan Campuran Berbasis Project Based Learning ...... 75
7. Tampilan Cover pada LKS 1 dan 2 ............................................................ 76
8. Tampilan Permasalahan pada LKS 1 ........................................................ 77
9. Tampilan Rumusan Masalah pada LKS .................................................... 78
10. Contoh Tampilan Produk Minyak Astri dan Proses Destilasi .................. 79
11. Contoh Tampilan Perencanaan Proyek ...................................................... 80
12. Contoh Tampilan Kolom Kegiatan dan Permasalahan dalam
Pelaksanaan Proyek. ................................................................................. 81
13. Presentase Respon Guru terhadap LKS Project Based Learning .............. 92
14. Presentase Respon Siswa terhadap LKS Project Based Learning ............ 95
15. Rerata Nilai Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen ................. 99
16. Rerata n-Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen ........................................... 100
17. Rerata n-Gain Keterampilan Berpikir Kritis .............................................. 101
18. Contoh Rumusan Masalah yang Ditulis oleh Siswa pada LKS 1 ............. 116
19. Contoh Ide Gagasan yang Ditulis oleh Siswa pada LKS 1 ........................ 119
20. Contoh Rencana Proyek pada Proyek Destilasi Minyak Astiri ................ 120
21. Contoh Rincian Kegiatan dan Kendala yang Dihadapi pada Proyek
Penjernihan Air ........................................................................................ 122
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena di alam semesta
(Depdiknas, 2006). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja te-
tapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA sifatnya selalu berkembang dari
waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan ini diperoleh karena adanya penemuan-penemuan yang dihasilkan dari
penerapan metode ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2009)
Pembelajaran sains saat ini masih menjadi masalah di Indonesia, hal tersebut
tercermin dari beberapa hasil studi internasional terhadap tingkat pencapaian
kemampuan sains siswa seperti TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) dan PISA (Programme for International Student Assessment).
2
Berdasarkan data TIMSS yang diperoleh pada tahun 2015 pada bidang Sains,
Indonesia memperoleh skor 397 dan berada di urutan ke 45 dari 48 negara dan
hasil studi PISA tahun 2015 Indonesia masih berada pada 10 besar peringkat
terbawah yaitu peringkat 62 dari 72 negara dengan rata-rata skor 395 (Kemendik-
bud, 2016). Hasil tersebut diperoleh berdasarkan kondisi siswa di Indonesia yang
masih menggunakan standar pendidikan dengn kemampuan berpenalaran sebagai
dasar dalam pembelajaran. Sedangkan soal yang terdapat pada TIMMS dan PISA
sudah mengacu pada sistem Higher Order of Thinking Skill
Higher Order of Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi merupa-
kan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan
mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti
kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Kemampuan berpikir kritis berhubungan
dengan perolehan hasil belajar yang erat kaitannya dengan kemampuan mengolah
informasi pada materi yang dipelajari. Melalui berpikir kritis siswa menganalisis
apa yang mereka pikirkan, mensintesis informasi, dan menyimpulkan (Rehena
dan Tumbel, 2010). Oleh karna itu pemerintah telah berupaya untuk menerapkan
pola pembelajaran Higher Order of Thinking Skill dalam sistem pendidikan yaitu
dengan menerapkan pengembangan kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013).
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dapat menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan dan pengetahuan terintegrasi (Kemendikbud, 2014). Penguatan
keterampilan dan pengetahuan yang dimaksud menuntut siswa memiliki
kemampuan bertindak secara efektif, kreatif dan mengaplikasikan materi yang
3
dipelajari di sekolah di kehidupan sehari-hari dengan mengembangkan
kemampuan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta.
Kemampuan tersebut dapat di bentuk dengan melakukan metode praktikum dalam
pembalajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk dapat menemukan konsep-
konsep dan prisip-prinsip yang sesuai.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang guru SMP
dari beberapa sekolah negeri dan swasta di Provinsi Lampung menunjukkan
bahwa di dalam kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan metode prakti-
kum, biasanya guru menggunakan buku dan media pembelajaran sebagai panduan
dalam melakukan kegiatan praktikum disekolah. Media pembelajaran yang di-
gunakan adalah lembar kerja siswa. Keterangan tersebut diperoleh berdasarkan
hasil analisis, dimana 81,82% guru menggunakan LKS dalam pembelajaran sains
di sekolah, sedangkan 18,18% guru tidak menggunakan LKS sehingga proses
pembelajaran hanya mengandalkan buku paket yang disediakan oleh sekolah.
Buku paket yang disediakan sekolah jumlahnya terbatas dan belum mengarahkan
siswa untuk belajar aktif dalam melakukan praktikum dan belum mengembangkan
keterampilan berpikirnya, sehingga siswa masih membutuhkan media pembelaja-
ran lain seperti LKS sebagai penunjang proses pembelajaran. Selain itu, diperoleh
data bahwa 72,73% LKS yang digunakan oleh guru diperoleh dengan membeli di
pasaran, hanya 9,09% guru yang membuat LKS sendiri, dan 18,18% LKS diper-
oleh dari sekolah. Peneliti juga melakukan studi kepustakaan dengan menganalisis
4 LKS yang beredar dipasaran. LKS yang beredar dipasaran merupakan LKS hasil
produksi penerbit yang isi pada kegiatan praktikum hanya berupa instruksi
4
percobaan secara langsung, siswa tidak dituntun untuk memikirkan alasan
pengerjaan tahap demi tahap yang dilakukan, sehingga siswa tidak memahami
makna setiap langkah cara kerja dan siswa tidak dituntun untuk mengacu pada
konsep kurikulum. Seharusnya bahan ajar atau media pembelajaran yang
digunakan dalam kurikulum 2013 harus mengacu kepada konsep kurikulum (KI,
KD dan Silabus), dapat mengembangkan aktivitas siswa bukan hanya sekedar
bahan bacaan dan harus memuat model pembelajaran, sehingga dapat
mengembangkan keterampilan berfikir siswa (Faoziah, 2012)
Peneliti juga melakukan observasi dan wawancara terhadap guru di SMP Negeri 1
Pugung dengan melakukan analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran IPA SMP Kelas VII. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan dengan guru IPA di SMP tersebut, diperoleh data bahwa SMP Negeri 1
Pugung pada pembelajaran IPA sudah menggunakan LKS yang berbasis K13,
namun LKS yang digunakan belum mengembangkan sikap, keterampilan,
pemahaman serta aktivitas siswa, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa
masih dalam katagori rendah khususnya pada materi pembelajaran IPA yang
harus dipahami secara konseptual maupun secara praktikal, salah satunya yaitu
materi pemisahan campuran.
Pemisahan campuran merupakan materi yang terdapat pada KD 3.3 Memahami
konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia,
perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan 4.3 Menyajikan
hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika dan
perubahan kimia, atau pemisahan campuran. Kompetensi dasar materi pemisahan
5
campuran berisi tentang konsep pemisahan yang menuntun siswa untuk dihadap-
kan pada permasalahan yang nyata sampai pada akhirnya dapat menghasilkan
suatu karya berdasarkan hasil penyelidikan, yang tentunya memerlukan keteram-
pilan berpikir tingkat tinggi, khususnya keterampilan berpikir kritis dalam
menghasilkan karya tersebut.
Salah satu model pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu project based learning.
Model Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang secara
langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian
untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu
(Abidin, 2014). Project Based Learning merupakan model yang relevan untuk
digunakan dalam pembelajaran pemisahan campuran karena menggunakan
permasalahan terutama dalam kehidupan sehari-hari sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan masalah dan mengintegrasi pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman dalam berkreativitas secara nyata (Bahri, 2009).
Tujuan model Project Based Learning adalah menuntun siswa untuk dapat
menunjukkan penguasaan suatu materi dengan menciptakan dan menyajikan
sebuah proyek berbasis penelitian yang didorong oleh kepentingan mereka sendiri
dalam topik dan memungkinkan siswa untuk bekerja dalam parameter yang sama
sebagai seorang peneliti sesungguhnya. Proyek dapat membangun pengetahuan
konten, konsep, keterampilan dan kompleksitas, serta memungkinkan siswa untuk
berpikir secara mendalam dan menganalisis topik yang memiliki makna bagi
mereka (Kelin, 2009).
6
Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang meneliti tentang LKS dan
model Project Based Learning, yaitu : Lestari (2017) meneliti tentang “Keefekti-
fan Lembar Kerja Siswa materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keteram-
pilan Proses Sains Siswa” yang memperoleh hasil bahwa LKS materi pemisahan
campuran untuk melatihkan keterampilan proses sains dinyatakan layak berdasar-
kan keefektifannya dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh persentase
sebesar 66% dengan interpretasi efektif, peningkatan hasil belajar siswa sebesar
42% termasuk pada kriteria gain tinggi dan 58% siswa pada kriteria n-Gain
sedang. Selain itu hasil penelitian tentang keefektifan model Project Based
Learning dalam proses pembelajaran yaitu: Luthvitasari dkk (2013) meneliti tentang
“Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Keterampilan Berikir dan
Kemahiran Generik Sains” yang memperoleh hasil bahwa pembelajaran berbasis
proyek dapat meningkatkan aspek keterampilan berfikir kritis, berfikir kreatif dan
kemahiran generik siswa SMK.
Penelitian Umikasih (2017) meneliti tentang “Pengembangan Lembar Kerja Siswa
Berbasis Problem Based Learning Materi Pencemaran Lingkungan Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa” diperoleh hasil bahwa
pengembangan LKS dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Sastrika dkk (2013) meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek
terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis diperoleh hasil bahwa
siswa dengan model pembelajaran berbasis proyek mendapatkan ruang lebih luas untuk
belajar secara mandiri.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian yang dilakukan berjudul
“ Pengembangan LKS Pemisahan Campuran berbasis Model Project Based
Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas
VII”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana karateristik LKS pemisahan campuran berbasis Project Based
Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas
VII ?
2. Bagaimanakah respon guru terhadap LKS pemisahan campuran berbasis
Project Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
SMP kelas VII?
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap LKS pemisahan campuran berbasis
Project Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
SMP kelas VII?
4. Bagaimanakah efektivitas LKS pemisahan campuran berbasis Project Based
Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas
VII ?
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan karateristik LKS pemisahan campuran berbasis Project
Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP
kelas VII
2. Mendeskripsikan respon guru terhadap LKS pemisahan campuran berbasis
Project Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
SMP kelas VII
3. Mendeskripsikan respon siswa terhadap LKS pemisahan campuran berbasis
Project Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
SMP kelas VII
4. Mendeskripsikan efektivitas LKS pemisahan campuran berbasis Project
Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP
kelas VII
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa
Bagi siswa untuk mempermudah dalam mencapai kompetensi dasar pada
pembelajran IPA, khususnya pada materi pemisahan campuran dan melatih
keterampilan berpikir kritis melalui LKS yang dikembangkan
2. Guru
Bagi guru memberikan salah satu referensi bahan ajar yang dapat digunakan
dalam membelajarkan materi IPA khususnya pada materi pemisahan campuran
9
3. Peneliti
Bagi peneliti dapat mengetahui cara mengembangkan LKS materi pemisahan
campuran menggunakan model Project Based Learning
4. Sekolah
Bagi sekolah sebagai sumber informasi dan dapat menambah refensi perangkat
pembelajaran di sekolah
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. LKS yang dikembangkan berbasis project based learning berdasarkan sintak
dalamPermendikbud No 58 Tahun 2014 yitu penentuan pertanyaan mendasar,
menyususn perencanaan proyek, menyusun jadwal, memonitoring dan
kemajuan proyek, penilaian hasil dan evaluasi.
2. Respon siswa yang diukur adalah kemudahan, kemenarikan dan
keterpahaman serta respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan LKS
yang telah dikembangkan, diukur menggunakan instrumen berupa angket.
3. Respon guru yang diukur adalah materi, kemenarikan dan kebahasaan LKS
yang telah dikembangkan, diukur menggunakan intrumen berupa angket.
4. Efektivitas LKS hasil pengembangan ditinjau dari perbedaan rata-rata n-Gain
yang signifikan.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa
LKS merupakan sejumlah lembar yang berisi aktivitas yang bisa dilakukan oleh
siswa untuk melaksanakan aktivitas realistik berkaitan dengan objek/ permasala-
han yang sedang dipelajari (Abdurrahman, 2015). Menurut Trianto (2011)
Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa dapat berupa
panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen
atau demonstrasi. Menurut (Faoziah, 2012) LKS merupakan media pembelajaran
yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dan berfungsi
untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
LKS sebagai media pembelajaran bertujuan untuk mempermudah siswa
melakukan proses-proses belajar, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa
tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi melakukan suatu kegiatan
seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel,
melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya
dan menuliskan atau menggambar hasil pengatamantan, melakukan pengukuran
dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan
11
menarik kesimpulan. Selain itu, penggunaan LKS juga membantu siswa dalam
memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku buku teks yang terkadang sulit
diperoleh dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Depdiknas,
2006).
LKS menurut Prastowo (2011), setidaknya memiliki empat fungsi dalam kegiatan
pembelajaran sebagai berikut: (1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan
peran pendidik namun lebih mengaktifkan peserta didik, (2) Sebagai bahan ajar
yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, (3)
Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk berlatih, (4) Memu-
dahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik. Sedangkan Siddiq (2008)
menyatakan bahwa kelebihan dari LKS antara lain: (1) menciptakan pembelaja-
ran mandiri bagi siswa, (2) dapat melengkapi penggunaan bahan ajar yang lain,
(3) lebih ekonomis dibandingkan dengan penggunaan media elektronik
LKS secara garis besar terbagi menjadi dua jenis yaitu LKS terstruktur dan LKS
yang tidak terstruktur. LKS tak terstruktur berisi sedikit informasi atau petunjuk
yang mengarah pada materi, sedangkan LKS terstruktur dilengkapi dengan petun-
juk dan pengarahan (Zulfa, 2009). Sedangkan Prastowo (2011) membagi LKS
yang ada kedalam 5 jenis berdasarkan perbedaan maksud dan tujuan pengemasan
materi pada masing-masing LKS. Kelima jenis LKS tersebut ialah: (1) LKS yang
membantu peserta didik menemukan suatu konsep, (2) LKS yang membantu
peserta didik untuk menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah
ditemukan, (3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar, (4) LKS yang
12
berfungsi sebagai penguat, dan (5) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk
praktikum dan penuntun kegiatan observasi.
Kelebihan LKS yang diungkapkan Trianto (2011), LKS untuk mengaktifkan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, membantu peserta didik menemukan
dan mengembangkan konsep, melatih peserta didik menemukan konsep, menjadi
alternatif cara penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktifan peserta
didik, serta dapat memotivasi peserta didik. Manfaat LKS bisa dirasakan oleh
pendidik dan peserta didik. Bagi pendidik LKS memudahkannya dalam melaksa-
nakan pembelajaran, menjadi pedoman dalam mengarahkan aktivitas pembelaja-
ran, menambah pengetahuan dan pengalaman pendidik dalam menulis, serta men-
jadi tantangan bagi pendidik untuk menyiapkan bahan ajar yang inovatif, mema-
hami tugas-tugas tertulis, dan membangun komunikasi efektif antara pendidik dan
peserta didik.
Sebagai bahan ajar LKS mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan,
berbuat, berfikir, dan membangun pengetahuan yang dilakukan secara eksperime-
ntal, melatih keterampilan yaitu mengarahkan peserta didik untuk berlatih dan
menekankan membangun kemampuan psikomotorik. LKS yang digunakan oleh
guru dalam memfasilitasi peserta didik harus berorientasikan pada proses ilmiah
untuk menemukan ataupun membuktikan konsep sains (Trianto, 2011). Penyusu-
nan LKS yang dapat dikembangkan oleh guru secara mandiri di sekolah disesuai-
kan dengan tujuan penyusunan LKS, bahan yang akan difokuskan untuk dikaji,
metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan juga pertim-
13
bangan dari sudut kepentingan peserta didik, serta prinsip penggunaan LKS
(Prastowo, 2011).
Penilaian kualitas LKS menurut Nieveen (2007), adalah suatu material dikatakan
berkualitas jika memenuhi aspek-aspek : relevansi (mengacu pada validitas isi),
konsistensi (yang mengacu pada validitas konstruk), kepraktisan (practically),
keefektivan (effectiveness). Aspek kevalidan dikaitkan dengan dua hal, yaitu kese-
suaian kurikulum dan model yang dikembangkan sudah didasarkan pada pertim-
bangan teoritis yang kuat dan terdapatnya kekonsistenan antara komponen yang
satu dengan yang lain. Suatu produk dinyatakan valid apabila memenuhi validasi
isi dan validasi konstruk. Untuk mengukur kevalidan LKS yang dikembangkan
maka dilakukan validasi oleh ahli atau validator.
Aspek kepraktisan dipenuhi jika ahli dan praktisi (guru dan siswa) menyatakan
bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan dan didukung fakta yang
menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Berdasarkan
pernyataan Nieeven tentang kepraktisan tersebut, maka dalam penelitian ini
kepraktisan diukur berdasarkan respon dan penilaian dari guru dan siswa yang
berkategori tinggi atau sangat tinggi terhadap aspek kesesuaian isi, keterbacaan,
kemenarikan, serta terhadap pembelajaran dengan LKS hasil pengembangan.
Untuk mengetahui keefektivan LKS, maka di akhir uji coba keterlaksanaan
diberikan postest di akhir pembelajaran. Jadi, dalam hal ini LKS yang
dikembangkan dapat dikatakan baik jika memenuhi kriteria kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan.
14
Langkah - langkah penyusunan LKS menurut Depdiknas dalam Syakrina (2012),
yaitu:
1) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
akan memerlukan bahan ajar LKS.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang
harus ditulis dan urutan LKS untuk menentukan prioritas penulisan.
3) Menentukan Judul-Judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar Kompetensi Dasar-Kompetensi Dasar,
materi pokok yang terdapat dalam kurikulum.
4) Penulisan LKS, meliputi:
a) Perumusan KD berdasarkan standar isi
b) Menentukan alat penilaian
c) Penyusunan materi
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS
dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang ling-
kup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai
sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
Selain memperhatikan langkah penyusunan, untuk menghasilkan lembar kegiatan
siswa yang dapat menunjang proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar
siswa dalam memahami suatu materi, diperlukan beberapa syarat. Menurut
Darmodjo & Kaligis (1992), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) harus memenuhi
syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. Syarat didaktik dari Lembar
Kegiatan Siswa artinya harus mengikuti azas-azas pembelajaran efektif, yaitu
sebagai berikut : Lembar kegiatan siswa yang baik memperhatikan adanya
perbedaan individual, sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa yang
memiliki kemampuan berbeda, lembar kegiatan siswa menekankan pada proses
15
untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagi
siswa untuk mencari informasi dan bukan alat pemberi tahu informasi dan
Pengalaman belajar dalam LKS memperhatikan tujuan pengembangan pribadi
siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya) dan bukan ditentukan oleh materi
pelajaran.
B. Pemisahan Campuran
Pemisahan campuran merupakan proses memisahan antara dua jenis zat atau lebih
agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat tunggal (satu, bukan menjadi satu)
dengan melakukan tindakan secara fisika maupun kimia. Materi pemisahan
campuran terdiri dari :
1) Sifat fisika dan sifat kimia
Sifat fisika adalah ciri suatu materi yang dapat diamati tanpa mengubah zat –
zat yang menyusun materi tersebut. Sifat fisika dapat dilihat berdasarkan
warna, bentuk, ukuran, kepadatan, titik lebur, dan titik didih. Misalnya paku,
sebuah paku besi dapat digambarkan sebagai silinder berujung lancip yang
terbuat dari bahan padat berwarna kelabu pudar. Sifat kimia adalah sifat zat
yang berkaitan dengan perubahan kimia yang dialami oleh suatu zat. Contoh
lain dari sifat kimia misalnya, suatu zat mudah atau sukar berkarat. Besi
mudah sekali berkarat apabila terkena udara lembab, dan air hujan
2) Metode pemisahan campuran
Campuran adalah gabungan dari dua zat atau lebih yang hasil penggabungan-
nya masih mempunyai sifat yang sama dengan zat aslinya.
16
Misalnya, campuran antara air dan gula menghasilkan cairan yang berasa
manis dan juga larutan yang manis tersebut disebut campuran yang homogen
(menyatu). Sedangkan campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak
seragam. Misalnya, campuran antara air dan pasir. Campuran banyak
ditemukan di alam, misalnya air, tanah, udara, minyak bumi dan batuan.
Sebagian zat penyusun campuran sangat berguna bagi kita, sedangkan
sebagiannya lagi merugikan. Sebagai contoh, zat – zat pengotor perlu
dipisahkan pada pengolahan air minum supaya layak dikonsumsi.
Pemisahan juga dilakukan berdasarkan manfaat dari setiap zat penyusun.
Contohnya, pada proses pengolahan minyak bumi. Bensin, solar, minyak
tanah aspal, nafta, dan kerosin mempunyai manfaat yang berbeda – beda
sehingga perlu dipisahkan. Zat – zat penyusun campuran dapat dipisahkan
berdasarkan perbedaan sifat setiap zat. Contohnya perbedaan titik didih,
kelarutan, atau ukuran partikel. Campuran dapat dipisahkan dengan
menggunakan berbagai macam metode, Diantaranya yaitu: pengayakan,
penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan
menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah dan kromatografi.
a) Pengayakan
Pengayakan merupakan salah satu metode pemisahan campuran. Pengaya-
kan dilakukan untuk memisahkan campuran padatan yang memiliki ukuran
partikel berbeda-beda.
17
b) Dekantasi
Metode dekantasi digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusu-
nnya berupa cairan dan padatan (Lutfi, 2004). Dalam hal ini, ukuran pada-
tan cukup besar sehingga mengendap dibagian bawah cairan. Dekantasi
dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya
padatan terpisah dari cairan. Untuk memudahkan proses dekantir dapat
digunakan pengaduk saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak
mengalir ke luar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik.
c) Penyaringan (Filtrasi)
Seperti halnya dekantasi, proses penyaringan juga digunakan untuk memi-
sahkan campuran yang zat penyusunnya cairan dan padatan. Bedanya,
ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak mengendap di dasar cairan,
tetapi tersebar pada cairan. Jika campuran jenis ini diproses secara dekan-
tir, maka padatan dan cairan tidak terpisah dengan baik. Untuk itu dilaku-
kan penyaringan.
d) Evaporasi (Penguapan)
Evaporasi dapat digunakan untuk memisahkan larutan yang zat penyusun-
nya padatan dan cairan, dimana padatan tersebut larut dalam cairan (Lutfi,
2004). Metode ini dilakukan dengan memanaskan larutan. Pemanasan
mengakibatkan pelarut akan menguap, sedangkan padatan yang terlarut
akan tertinggal di dalam wadah. Metode evaporasi dapat digunakan untuk
proses pengolahan garam dari air laut. Caranya, air laut dimasukkan ke
dalam tambak. Panas matahari akan menguapkan air laut, sedangkan
18
padatan garam akan tertinggal di tambak. Padatan garam ini lalu
dikumpulkan dan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan garam yang
siap dikonsumsi.
e) Sublimasi
Sublimasi merupakan proses pemurnian suatu zat dengan cara memanas-
kan campuran sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi yang terbe-
ntuk karena pemanasan zat tersebut, dimana zat tersebut mampu berubah
langsung dari fasa gas ke fasa padat). Bahan-bahan yang menggunakan
metoda ini adalah bahan yang mudah menyublim seperti kamfer dan iod.
Proses yang dilakukan yaitu bahan dipanaskan untuk mempercepat
penyubliman
f) Destilasi
Tujuan destilasi atau penyulingan adalah pemisahan cairan yang mudah
menguap dari senyawa yang tidak menguap atau biasanya merupakan pe-
misahan dua atau lebih cairan yang berbeda titik didihnya (Sujadi, 1988).
Metode destilasi digunakan untuk memisahkan zat-zat penyusun dalam
campuran yang berupa larutan. Pemisahan ini didasarkan atas perbedaan
titik didih antara zat-zat penyusun larutan di mana perbedaan tersebut cu-
kup besar. Campuran dipanaskan sampai suhu sedikit di atas titik didih
zat penyusun yang akan dipisahkan. Pada saat pemanasan berlangsung,
zat penyusun dengan titik didih lebih rendah akan menguap dan mendidih
lebih dahulu. Sementara zat penyusun dengan titik didih lebih tinggi tidak
sampai menguap. Uap yang dihasilkan akan terus naik, kemudian mele-
19
wati pendingin air. Uap yang melewati pendingin akan mengalami kon-
densasi atau berubah menjadi tetes-tetes cairan. Cairan ini selanjutnya
dikumpulkan dalam sebuah wadah. Pendingin air berfungsi untuk mendi-
nginkan uap air sehingga menjadi cairan. Jika tidak memakai pendingin,
maka uap akan hilang ke udara. Pada saat proses destilasi berlangsung, ke
dalam campuran biasanya ditambahkan batu didih. Tujuannya agar pema-
nasan dapat berlangsung secara merata.
g) Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan cam-
puran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah ke-
larutan bahan dalam pelarut tertentu. Ekstraksi merupakan proses penga-
mbilan komponen berdasarkan kelarutannya dalam dua fasa cair yang
berbeda. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut)
di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Kedua pelarut
tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan
terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah
dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.
h) Kromatografi
Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distri-
busi diferensial komponen sampel di antara dua fasa. Menurut pengertian
ini kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam (stationary
phase) dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang
20
terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan
fasa gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut, atau gas pemba-
wa yang inert. Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi
diferensial komponen – komponen dalam sampel. Keuntungan pemisahan
dengan kromatografi adalah: dapat digunakan untuk sampel atau
konstituen yang sangat kecil, proses pemisahan dapat dilakukan dalam
waktu yang relative singkat, dan sederhana karena umumnya tidak
memerlukan alat yang mahal dan rumit.
C. Model Pembelajaran Project Based Learning
Model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplo-
rasi, penilaian, interpretasi, sistesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam berkreativitas secara nyata (Hosnan, 2014).
Model Project Based Learning menurut (Abidin, 2014) merupakan model pem-
belajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran me-
lalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek
pembelajaran tertentu dan model Project Based Learning memiliki tujuh karate-
ristk antara lain: 1. Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran; 2.
Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata; 3. Dilaksanakan dengan ber-
basis penelitian; 4. Melibatkan berbagai sumber belajar; 5. Bersatu dengan penge-
21
tahuan dan keterampilan; 6. Dilakukan dari waktu ke waktu; 7. Diakhiri dengan
sebuah produk tertentu.
Project Based Learning dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks
yang diperlukan pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Da-
lam Project Based Learning, siswa mengembangkan sendiri investigasi mereka
bersama rekan kelompok maupun secara individual, sehingga siswa secara otoma-
tis akan mengembangkan pula kemampuan riset mereka. Siswa secara aktif ter-
libat dalam proses pendefinisian masalah, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan aktivitas investigatif lainnya. Mereka didorong untuk memuncul-
kan ide-ide secara solusi realistis. Sementara itu, menurut Stripling, dkk. dalam
Majid (2014), karakteristik Project Based Learning yang efektif adalah 1) menga-
rahkan siswa untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting; 2) merupakan
proses inkuiri; 3) terkait dengan kebutuhan dan minat siswa; 4) berpusat pada
siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri; 5)
menggunakan keterampilan berfikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk
melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk;
Model Project Based Learning menurut Permendikbud No 58 Tahun 2014,
langkah-langkah pembelajaran ber basis proyek adalah sebagai berikut:
Fase 1: Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question),
yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam
melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil
topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
22
sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan hendaknya tidak mudah
untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek
dan bersifat terbuka, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan terkait dengan kehidupan sehrai-hari.
Fase 2: Menyusun Perencanaan Proyek (Design Project), yaitu Perencanaan
yang dilakukan secara kalaboratif antara siswa dan guru. Perencanaan
berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan
berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang
dapat diakses untuk penyelesaian proyek.
Fase 3: Menyususn Jadwal (Create Schedule). Aktivitas pada tahap ini antara
lain : membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, menentukan
waktu akhir penyelesaian proyek, membawa siswa agar merencanakan
cara yang baru, membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang
tidak berhubungan dengan proyek, meminta siswa untuk membuat
penjelasan tentang cara pemilihan waktu.
Fase 4: Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek ( Monitoring The Students
And Progress Of Project). Pemantauan dilakukan dengan cara
memfasilitasi siswa pada setiap proses. Guru berperan menjadi mentor
bagi aktivitas siswa dengan menggunakan rubik yang dapat merekam
keseluruhan kegiatan yang penting.
23
Fase 5: Penilaian Hasil (Assess The Outcome). Penilaian dilakukan untuk
mengukur keterampilan standar kompetensi, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa.
Fase 6:Evaluasi Pengalaman (Evaluation The Experience).yaitu pembelajaran
guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek
yang sudah dijalankan. Pada tahap ini siswa diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek.
Model Project Based Learning menurut MacDonell dalam Abidin (2014), meru-
pakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tingkat perkembang-
an berpikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga memung-
kinkan mereka untuk beraktivitas sesuai dengan keterampilan, kenyamanan, dan
minat belajarnya. Berkenaan dengan keunggulan model ini, Kemedikbud (2012b)
memerinci keunggulan model ini sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3. Membuat siswa aktif dan berhasil memecahkan permasalahan yang kompleks
4. Meningkatkan kolaborasi
5. Mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi
6. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber
7. Memberikan pengalaman kepada siswa
24
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks
dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata
9. Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan
D. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk membuat keputusan
berperilaku (Darma, 2008). Menurut Tawil & Liliasari (2013) berpikir merupa-
kan suatu proses kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan.
Berpikir kritis adalah salah satu elemen penting dari pemikiran ilmiah. Berpikir
kritis merupakan proses mental yang aktif dan terorganisir yang mewujudkan
pemikiran kita sendiri dengan tetap mempertimbangkan orang lain, mempraktek-
kan apa yang telah dipelajari, bertujuan untuk memahami peristiwa, dan keadaan
lingkungan. Ada lima karakteristik dasar berpikir kritis yaitu berpikir kritis
membutuhkan untuk aktif, menjadi independen, berpikiran terbuka untuk ide baru,
mengharuskan untuk mempertimbangkan bukti-bukti dan alasan advokasi berpikir
dan memerlukan organisasi (Azar, 2010).
Berpikir kritis menurut Tawil dan Liliasari (2013) bertujuan untuk menganalisis
argument dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi
untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi
dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi. Akhirnya dapat memberikan model
presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan. Keterampilan berpikir
kritis dapat diklasifikasikan ke dalam 5 dimensi, yaitu: Klasifikasi dasar,
25
Klasifikasi mendalam, Inferensi, Penilaian serta Strategi dan Taktik. Menurut
Ennis yang dikutip oleh Usman (2008) terdapat 12 indikator berpikir kritis yang
terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir. Kemudian 12 indikator
tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No Keterampilan
berpikir kritis
Sub Keterampilan
berpikir kritis
Penjelasan
1 2 3 4
1 Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria
untuk mempertimbangkan kemungkinan
jawaban
Menganalisis argument a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang dinyatakan
(eksplisit)
c. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak
dinyatakan (eksplisit)
d. Mencari persamaan dan perbedaan
e. Mengidentifikasi dan menangani suatu
ketidaktepatan
f. Melihat struktur dari suatu argument
g. Membuat ringkasan
Bertanya dan
menjawab
Pertanyaan
a. Mengapa
b. Bagimana menerapkannya dalam kasus tersebut
c. Perbedaan apa yang menyebabkan
d. Akankah anda menyatakan lebih dari itu
2 Membangun
keterampilan dasar
Mempertimbangkan
kredibilitas suatu
sumber
a. Kesepakatan anatar sumber
b. Reputasi
c. Menggunakan prosedur yang ada
d. Mengetahui resiko
e. Kemampuan memberi alasan
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan
b. Mencatat hal-hal yang diinginkan
c. Penguatan dan kemungkinan penguatan
d. Kondisi akses yang baik
e. Penggunaan teknologi yang kompeten
3 Menyimpulkan Membuat deduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
a. Kemompok yang logis
b. Kondisi yang logis
c. Interprestasi pernyataan
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
induksi
a. Membuat generalisasi
b. Membuat kesimpulan dan hipotesis
Membuat dan
mempertimbnagkan
nilai keputusan
a. Penerapan prinsip-prinsip
b. Memikirkan alternative
c. Menyeimbangkan, memutuskan
26
Tabel 1 (Lanjutan)
4 Membuat
penjelasan
lebih lanjut
Mendefinisikan
istilah,
mempertimbangkan
definisi
a. Ada 2 dimensi
b. A. Bentuk : klasifikasi, rentang, ekspresi yang
sama, operasional, contoh dan non contoh
c. Startegi definisi (tindakan, mengidentifikasi
persamaan)
d. Konten (isi)
Mengidentifikasi
asumsi a. Penalaran secara implisit
b. Asumsi yang diperlukan, rekonstruksi
argumen
5 Strategi dan
taktik
Memutuskan suatu
tindakan a. Mendefinisikan masalah
b. Menyeleksi kriteria untuk membuat seleksi
c. Merumuskan alternative yang memungkinkan
d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan
secara tentative
e. Mereview
f. Memonitoring implementasi
E. Peneliti yang Relevan
Tabel 2. Penelitian yang relevan No Penulis
(Tahun)
Judul Metode Hasil penelitian
1 2 3 4 5
1 Ida Ayu Kade
Sastrika, I
Wayan Sadia,
dan I Wayan
Muderawan
(2013)
Pengaruh Model
Pembelajaran
Berbasis Proyek
Terhadap
Pemahaman Konsep
Kimia dan
Keterampilan
Berfikir Kritis
Kuasi
eksperimen
One Group
Pre-test and
Post-test
Design
Hasil analisis uji gain
menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis
proyek dapat
meningkatkan
pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir
kritis siswa
2
Navies
Luthvitasari,
Ngurah Made
D. P, Suharto
Linuwih
(2012)
Implementasi
Pembelajaran Fisika
Berbasis Proyek
terhadap
Keterampilan
Berpikir Kritis,
Berpikir Kreatif dan
Kemahiran Generik Sains
Kuasi
eksperimen
One Group
Pre-test and
Post-test
Design
Hasil analisis uji gain
menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis
proyek dapat
meningkatkan aspek
keterampilan berpikir
kritis, berpikir kreatif
dan kemahiran generik
siswa SMK
3
Medine
Baran,
Abdulkadir
Maskan
(2010)
The Effect of Project-
Based Learning on
Pre- Service Physics
Teachers’
Electrostatic
Achievements
Kuasi
eksperimen,
pretes postes
control
group design
Terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil
belajar siswa pada kelas
eksperimen yang
diterapkan pembelajaran
berbasis proyek
dibandingkan pada kelas
kontrol.
27
4
Sema ALTUN
YALÇIN, Ümit
TURGUT,
Erdoğan
BÜYÜKKASA
(2009)
The Effect of Project
Based Learning on
Science Undergraduates’
Learning of Electricity,
Attitude towards Physics
and Scientific Process
Skills
Kuasi
eksperimen
One Group
Pre-test and
Post-test
Design
Hasil analisis uji gain
menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis
proyek dapat
meningkatkan aspek
keterampilan proses
sains siswa
5
N. W. Y.
Amanda, I W.
Subagia, I N.
Tika
(2014)
Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis
Proyek Terhadap Hasil
Belajar IPA Ditinjau
Dari Self Efficacy
Siswa
Kuasi
eksperimen,
pretes postes
control
group design
Hasil analisis menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis
proyek dapat meningkatkan
hasil belajar pada
pembelajaran kimia
6
Tri Winarti,
Sri
Nurhayati
(2015)
Pembelajaran
Praktikum Berorientasi
Proyek untuk
Meningkatkan
Keterampilan Proses
Sains dan Pemahaman
Konsep
Metode
kuasi
eksperimen,
posttest only
control
group
design.
Terdapat perbedaan yang
signifikan antara
pemahaman konsep dan
keterampilan proses sains
siswa pada kelas
eksperimen pertama
dibandingkan pada kelas
eksperimen kedua
7
Ibrahim Bilgin,
Yunus
Karakuyu,
Yusuf Ay
(2014)
The Effects of Project
Based Learning on
Undergraduate
Students’ Achievement
and Self-Efficacy
Beliefs Towards
Science Teaching
Kuasi
eksperimen,
pretes postes
control
group design
Pembelajaran berbasis proyek
dapat meningkatkan hasil
belajar dan kepercayaan diri
siswa
8
Nurisalfah,
Resti (2017)
Lembar Kerja Siswa Materi
Pemisahan Campuran
berbasis Project Based
Learning Untuk Meningka-
kan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa.
Metode
kuasi
eksperimen,
posttest only
control
group
design.
Hasil penelitian
menunjukan Lembar Kerja
Siswa Materi Pemisahan
Campuran berbasis Project
Based Learning efektif
meningkakan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa.
F. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pembelajaran sains saat ini masih menjadi masalah di
beberapa negara, hal tersebut tercermin dari beberapa hasil studi internasional
terhadap tingkat pencapaian kemampuan sains siswa seperti TIMSS dan PISA.
28
Rendahnya prestasi sains ini disebabkan karena soal-soal yang terdapat pada
TIMMS dan PISA masih jauh dari pandangan pendidikan di Indonesia.
Pemerintah telah melakukan uapaya untuk memperbaiki kondisi pendidikan
tersebut, dengan menerapkan pengembangan kurikulum 2013 yang dapat
menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan
sikap, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam hal ini keterampilan berpikir
kritis. Tipe hasil belajar yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis
siswa adalah tipe belajar penerapan, analisi, evaluasi dan kreasi. Peningkatan
kemampuan berfikir kritis tersebut dapat dikembangkan dengan menggunakan
sumber belajar berupa LKS dalam proses pembelajaran. LKS digunakan untuk
mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, membantu siswa menemukan
dan mengembangkan konsep, dan menjadi alternatif cara penyajian materi
pelajaran yang menekankan keaktifan siswa, serta dapat memotivasi siswa,
sehingga keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui tahapan yang
terdapat pada LKS.
Kurikulum IPA SMP memiliki beberapa materi ajar yang dapat digunakan untuk
melatih keterampilan berpikir kritis, salah satu diantaranya adalah materi pemisa-
han campuran. Materi pemisahan campuran ini sangat terkait dengan kehidupan
sehari-hari, seperti cara memperoleh garam, proses penjernihan air, perolehan
minyak astiri dan lain sebagainya, dengan demikian diharapkan siswa dapat
melatih kemampuan berpikir kritisnya dalam mencari solusi dari permasalahan
yang dijumpai. Peningkatan keterampilan berpikir kritis juga dapat dilakukan
guru dengan menggunakan strategi pembelajaran konstruktivistik yang berpotensi
29
memberdayakan keterampilan berpikir kritis, seperti pembelajaran berbasis
proyek (Project Based Learning).
Model Project Based Learning memiliki sintak diantaranya, tahap pertama adalah
penentuan proyek, atau pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu
aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa
dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam kehidupan sehari-hari, sehingga
keterampilan berfikir kritis yang dicapai adalah memberikan penjelasan sederhana.
Tahap kedua adalah perencanaan langkah-langkah penyelesaian proyek, perencana-
an dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa, agar siswa diharapkan akan
merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek dan keterampilan berfikir kritis yang dicapai adalah penjelasan sederhanana
dan membangun keterampilan dasar.
Tahap ketiga yaitu penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, guru dan siswa secara
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek dan keteram-
pilan berpikir kritis yang dicapai adalah membangun keterampilan dasar, seperti
mengemati dan memberikan penjelasan lebih lanjut. Tahap keempat adalah
penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru. Guru bertanggung -
jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan
proyek dan keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan adalah membuat
penjelasan lebnih lanjut. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa
30
pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas
siswa, sehingga keterampilan berpikir kritis yang dicapai adalah mengatur stategi
dan taktik dan menyimpulkan.
Tahap kelima yaitu Penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil proyek.
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Keterampilan berpikir kritis
yang dicapai adalah memberikan penjelasan sederhana, memberikan penjelasan
lebih lanjut dan menyimpulkan. Tahap keenam yakni evaluasi proses dan hasil
proyek dimana keterampilan berpikir kritis yang dicapai adalah menyimpulkan,
mengatur strategi dan taktik. Melalui proses kegiatan LKS yang sesuai pada
sintak Project Based Learning tersebut diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa.
31
Berikut bagan kerangka pikir pada penelitian ini :
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
LKS yang digunakan belum
bebasis penelitian yang relevan
dalam kehidupan siswa
Siswa belum terlibat aktif dalam
proses pembelajaran
Pembelajaran belum menuntun
siswa untuk meningkatkan
keterampilna berpikir kritis
Masalah di lapangan
Siswa dan guru membutuhkan LKS
yang dapat meningkatkan
keretampilan berpikir kritis
Siswa dan guru membutuhkan LKS
yang dapat menutun proses
pembelajaran berbasi Project
Dibutuhkan LKS berbasis project based learning yang dapat meningkatkan ketermapilan berpikir kritis
Keterampilan Berfikir Kritis
Memberikan penjelasan sederhana
Tahapan LKS Berbasis Project Based Learning
yang dikembangkan
Membangun keterampilan dasar
Menyimpulkan
Membuat penjelasan
lebih lanjut
Mengatur strategi dan taktik
Keterampilan Berpikir Kritis yang
ditingkatkan
LKS Berbasis Project Based Learning
untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis
Sintak Project Based Learning
Tahap 1 :
Penentuan pertayaan mendasar
Tahap 2 :
Mendesain perancanaan penyelesaian proyek
Tahap 3 :
Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Tahap 4 :
Memonitoring kemajuan proyek
Tahap 5 :
Pengujian hasil proyek
Tahap 6 :
Mengevaluasi
32
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikiran yang disajikan maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah LKS Pemisahan Campuran Berbasis Project Based Learning Efektif
dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.SMP Kelas VII
33
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunaan metode penelitian dan pengembangan yang biasa di-
kenal dengan istilah Research and Development (R&D). Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah
Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Project Based Learning yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain penelitian pengembangan model 4D (Define, Desain,
Develop, Disseminate) menurut Thiagarajan dkk (1974).
B. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa materi pemisahan
campuran menggunakan model project based learning untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa. Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah di
5 SMP di provinsi Lampung, yaitu SMPN 20 Bandar Lampung, SMPN 1 Kota
Agung, SMPN 1 Pugung , SMPN 12 Kotabumi, SMPN 1 Abung Selatan, dan
SMPN 2 Baradatu. Kemudian lokasi pada tahap uji coba produk dan implementasi
produk yaitu di SMPN 1 Pugung
34
C. Sumber Data
Pada tahap studi pendahuluan, yaitu untuk mengetahui LKS yang dipergunakan di
sekolah, sumber data yang digunakan adalah 11 guru mata pelajaran IPA dan 30
dari SMPN 20 Bandar Lampung, SMPN 1 Kota Agung, SMPN 1 Pugung , SMPN
12 Kotabumi, SMPN 1 Abung Selatan, dan SMPN 2 Baradatu. Pada tahap uji
coba produk, yaitu untuk mengetahui respon guru dan respon siswa terhadap
produk LKS, yang menjadi sumber data adalah 5 guru IPA dan 25 siswa.
Kemudian pada tahap implementasi produk, yaitu untuk mengetahui efektivitas
produk, yang menjadi sumber data atau populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas VII SMP N 1 Pugung.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sehingga diperoleh satu kelas
sebagai kelas eksperimen (kelas VII D) dan satu kelas sebagai kelas kontrol
(kelas VII D).
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian digunakan untuk memudahkan proses penelitian, maka
disusunlah alur penelitian yang memuat tahap penelitian pengembangan model 4D
dengan modifikasi dapat dilihat pada Gambar 2
35
Gambar 2. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan LKS (Sumber: Modifikasi
dari Thiagarajan, et al., 1974)
Revisi
Ya Tidak
Revisi LKS berdasarkan hasil respon guru dan siswa
terhadap LKS
Draf III LKS
Implenlasi produk untuk mengetahui efektivitas
produk
Produk LKS pemisahan campuran menggunakan
model project based learning untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa
Define
Design
Design
Analisis Awal
Analisis Siswa
Analisis Konsep Analisis Tugas
Analisis Tujuan Pembelajarran
Penyusunan Instrumen Instrumen validasi ahli, respon guru dan siswa serta
intrumen tes
Penyusunan Media (LKS)
Penyusunan Format
Desain Awal LKS (Draf I)
Validasi
Ahli
Draf II LKS Valid
Uji coba produk secara terbatas (respon guru
dan siswa terhadap LKS) Develop
Design
Disseminate
Design
36
Berdasarkan Gambar 2, model pengembangan yang dilakukan terdiri dari empat
tahap yaitu:
1. Tahap Pendefinisan (Define)
Tahap pendefinisian merupakan tahap untuk menguraikan beberapa kebutuhan
dalam proses pembelajaran hingga diperoleh deskripsi fakta, harapan, dan alterna-
tif penyelesaian masalah dasar yang akan memudahkan dalam pemilihan bahan
ajar yang dikembangkan. Dalam tahap ini, terdapat 5 kegiatan yang meliputi:
1.1 Analisis awal
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan informasi-informasi tentang kegiatan
pembelajaran di lapangan. Tujuan dari pengumpulan informasi ini adalah
untuk memunculkan dan menetapkan permasalahan yang ada di lapangan.
Informasi tersebut akan digunakan sebagai dasar penyusunan LKS. Untuk
mengumpulkan informasi yang mendukung tersebut, dilakukan observasi
awal di sekolah kemudian disusun rancangan pembelajaran yang
dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang ada di sekolah.
1.2 Analisis peserta didik
Tahap analisis peserta didik merupakan tahap mempelajari karakteristik
peserta didik yang akan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan model/
pendekatan/ metode/ media pembelajaran yang sesuai. Karakteristik tersebut
meliputi kemampuan akademik, analisis keterampilan berpikir dan
wawancara dengan guru, sehingga akan ditemukan pola aktivitas dalam
pembelajaran yang mereka ikuti.
37
1.3. Analisis tugas
Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk (1974) bertujuan untuk
mengidentifi-kasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh
peneliti dan menganalisisnya ke dalam himpunan keterampilan tambahan
yang mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh
tentang tugas dalam materi pembelajaran.
1.4 Analisis konsep
Analisis konsep merupakan satu langkah penting untuk memenuhi prinsip da-
lam membangun konsep atas materi yang digunakan sebagai sarana
pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi. Analisis konsep
diperlukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan disampai-
kan,mengidentifikasi peng-etahuan deklaratif atau prosedural pada materi
yang akan dikembangkan deng-an menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan
merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan tidak relevan.
Dalam mendukung analisis konsep ini, analisis yang dilakukan adalah (1)
analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bertujuan menentukan
jumlah dan jenis bahan ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan
dan mengidentifikasi sumber yang mendukung penyusunan bahan ajar.
1.5 Analisis tujuan pembelajaran
Analisis tujuan pembelajaran ini dilakukan untuk menentukan tujuan pembela-
jaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Tujuan pembelajaran
yang sudah ditentukan menjadi dasar untuk merancang perangkat pembelajaran
38
dan penyususnan tes yang kemudian diintegrasikan ke dalam materi LKS yang
akan dikembangkan.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat
langkah yang dilakukan pada tahap ini, antara lain : penyusunan instrumen ,
pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelaja-
ran, pemilihan format, yakni mengkaji format bahan ajar yang ada dan
menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, dan membuat rancangan
awal sesuai format yang dipilih. Adapun langkah–langkahnya sebagai berikut:
2.1 Pemilihan media
Pemilihan media disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang te-
lah dirumuskan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi
media pembelajaran yang relevan. Proses pemilihan media disesuaikan
dengan hasil analisis tugas, analisis konsep, dan analisis karakteristik peserta
didik. Hal ini bertujuan membantu peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang telah ditentukan.
2.2 Penyusunan instrumen
Instrumen yang disusun meliputi instrumen LKS, instrumen validasi,
instrumen pretes dan postest, kuisioner, pedoman wawancara, intrumen
keterlaksanaan. Instrumen validasi LKS dan instrumen penilaian hasil uji
coba produk. Instrumen validasi LKS ini digunakan untuk menilai kelayakan
dan keefektifan produk LKS yang akan dikembangkan melalui angket
39
penilaian oleh dosen ahli dan guru IPA. Sedangkan instrumen penilaian hasil
uji coba produk digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa
selama menggu-nakan LKS dalam pembelajaran. Selain itu, juga digunakan
instrumen lembar keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan berbasis
project based learning dan angket respon peserta didik terhadap LKS yang
telah dikembangkan.
2.3 Pemilihan format
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini
dimaksud-kan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan
strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang
dipilih adalah yang format memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan
membantu dalam pembelajaran IPA. Pemilihan format atau bentuk
penyajian pembelajaran disesuaikan dengan karateristk LKS berbasis project
based learning.
2.4 Rancangan awal
Pada tahap ini, rancangan awal digunakan untuk menyusun LKS berbasis
project based learning sebagai Draft I beserta perangkat pembelajaran yang
harus disiapkan sebelum uji coba produk dilaksanakan. Tujuan dari kegiatan
ini adalah agar LKS yang dikembangkan sesuai dengan langkah-langkah dan
komponen-komponen yang terdapat dalam project based learning.
Rancangan awal perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan pada
tahap ini disebut Draft I.
40
2.5 Desain LKS Project Based Learning pada Materi Pemisahan Campuran
LKS dirancang dengan tahap atau langkah kerja dengan tahap pembelajaran
project based learning pada materi pemisahan campuran dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan berfikir kritis oleh karena itu LKS project based
learning ini dirancang. Desain LKS ini terdiri dari Konstruksi dan Isi LKS
2.5.1 Konstruksi LKS Project Based Learning Berbasis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa
LKS project based learning yang terdiri dari 3 bagian yaitu bagian awal, isi
dan penutup. Bagian awal LKS terdiri atas cover depan, cover dalam, kata
pengantar, petunjuk penggunaan serta daftar isi. Bagian isi terdiri dari
kompetensi dasar, indikator, langkah – langkah PjBL. Bagian penutup terdiri
dari daftar pustaka dan cover penutup.
1) Bagian Awal
Bagian awal teriri dari 4 bagian, yaitu: Cover depan, Cover dalam
Kata Pengantar dan Daftar Isi
2) Bagian Isi
Bagian isi LKS terdiri dari kompetensi dasar, indikator serta langkah-langkah
project based learning dalam LKS
A. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang akan dicapai dalam Kurikulum 2013, kelas VII
semester ganjil yaitu: 4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau karya
41
tentang sifat larutan, perubahan fisika dan perubahan kimia, atau
pemisahan campuran
B. Indikator
Indikator yang akan dicapai pada materi pemisahan campuran adalah :
a) Mengamati fenomena pencemaran air dari berbagai wilayah di
Indonesia
b) Mengamati gambar penjernihan air dengan metode filtrasi
(penyaringan)
c) Mengidentifisikan permasalahan berdasarkan fenomena pencemaran air
yang disajikan
d) Mengajukan pertanyaan dalam bentuk rumusan masalah
e) Mencari informasi dari berbagai sumber tentang penjernihan air
dengan metode filtrasi (penyaringan)
f) Mengidentifikasi bahan material yang digunakan pada proses
penjernihan air dengan metode filtrasi (penyaringan)
g) Menganalisis susunan material pada proses penjernihan air dengan
metode filtrasi (penyaringan)
h) Menganalisis ketebalan material pada proses penjernihan air dengan
metode filtrasi (penyaringan)
i) Mengamati fenomena minyak astiri di Indonesia
j) Mengamati gambar pembuatan minyak astiri dengan metode destilasi
(penyulingan) uap
k) Mengidentifisikan permasalahan yang terdapat pada fenomena yang
disajikan
l) Mengajukan pertanyaan dalam bentuk rumusan masalah
m) Mencari informasi dari berbagai sumber tentang proses pembuatan
minyak astiri dengan metode destilasi (penyulingan) uap
n) Mengidentifikasi bahan yang dapat digunakan pada proses minyak astiri
dengan metode destilasi (penyulingan) uap
42
o) Menganalisis kondisi bahan proses pada proses minyak astiri dengan
metode destilasi (penyulingan) dengan uap
p) Menganalisis ukuran bahan proses pada proses minyak astiri dengan
metode destilasi (penyulingan) dengan uapMengemukakan ide/
gagasan tentang rencana proyek yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah dan mengkonsultasikan ide/ gagasan tersebut
dengan guru
q) Menyusun rancangan proyek sesuai dengan format rencana proyek
(yang terdiri atas : tujuan proyek, metode atau prosedur proyek, jadwal
pelaksanaan proyek, dan penjelasan tugas setiap anggota kelompok
dalam pelaksanaan proyek)
r) Melaksanakan proyek sesuai dengan rancangan proyek
s) Menguraikan secara rinci kegiatan proyek yang dilakukan secara
berkala
t) Mengkonsultasikan perkembangan kegiatan proyek yang dilakukan
secara berkala
u) Mengevaluasi kegitan proyek yang telah dilakukukan
v) Melaporkan hasil dan evaluasi proyek dalam bentuk format laporan
proyek
w) Mengkomunikasikan hasil proyek
C. Langkah – langkah PjBL
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek meliputi: penentuan
pertanyaan mendasar, menyusun perencanaan proyek, menyususn jadwal,
memonitoring siswa dan kemajuan proyek, menguji hasil dan evaluasi
D. Penutup
Bagian penutup terdiri dari 2 bagian, yaitu: Daftar Pustaka dan Cover
Penutup
43
2.6 Isi LKS Project Based Learning Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa
LKS Project Based Learning berisi rangkaian penyelesaian proyek yang
dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa. Perencanaan proyek
diberikan melalui penyajian fenomena dan permasalahan yang terjadi di
sekitar lingkungan melalui tayangan gambar atau video, siswa berinteraksi
dengan LKS melalui tahapan perencanaan proyek, dan penyelesaian proyek.
Tahap pertama adalah penentuan pertanyaan mendasar yaitu pertanyaan yang
dapat memberikan penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas
yang sesuai dengan kehidupan siswa atau permasalahan yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari.
LKSyang digunakan diharapkan dapat menjawab pertanyaan dengan
menuntukan topik dalam suatu proyek atau melakukan aktivitas berdasarkan
sebuah analisis yang mendalam sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
Tahap kedua adalah penyusunan perencanaan proyek yaitu siswa mengum-
pulkan informasi dari berbagai sumber sebagai rujukan untuk mengintegrasi-
kan berbagai materi yang mungkin dalam kegiatan proyek, penentuan alat dan
bahan yang akan digunakan serta perencanaan peraturan dalam pelaksanaan
proyek yang telah ditentukan. Tahap ketiga yaitu penyusunan jadwal dalam
penyelesaian proyek. Siswa membuat jadwal pelaksanaan proyek disertai
dengan alasan tentang pemilihan waktu dalam penyelesaian proyek tersebut,
tentunya siswa telah mempertimbangkan cara penyelesaian proyek yang baru
apabila rencana penyelesaian proyek awal gagal, sehingga siswa dapat
44
melakukan penilaian sendiri terhadap waktu yang dibutuhkan dalam akhir
penyelesaian proyek.
Tahap keempat adalah memantau siswa dan kemajauan proyek. Pemantau
dilakukan selama siswa menyelesaikan proyek dengan cara menjadi mentor
atau memfasilitasi pada setiap aktivitas siswa dalam proses penyelesaian
proyek. Tahap kelima adalah penyusunan laporan dan prentasi atau penilaian
hasil yaitu penilaian dilakukan dalam mengukur ketercapaian standar
kompetensi dan kemajuan tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa
berdasarkan penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil proyek yang
telah siswa lakukan. Tahap keenam adalah evaluasi proses dan hasil proyek
yaitu siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
selama menyelesaikan proyek. Selanjutnya guru dan siswa mengembangkan
diskusi hasil evaluasi tersebut untuk memperbaiki kinerja atau memberikan
alternatif penyelesaian masalah selama proses pembelajaran, sehingga siswa
dapat memilih kemungkinan solusi dan menentukan kemungkinan-
kemungkinan yang akan dilaksanakan pada proyek-proyek selanjutnya.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan merupakan tahap implementasi dari perencanaan produk
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Menurut Thiagarajan dkk
(1974), “expert appraisal is a technique for obtaining suggestions for the
improvement of the material”. Validasi ahli merupakan teknik untuk
memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk yang dilakukan oleh
45
ahli dalam bidangnya. Penilaian para ahli/praktisi terhadap LKS mencakup
aspek kesesuaian isi dan konstruksi LKS. Selanjutnya LKS diperbaiki/direvisi
berdasarkan saran/masukan dari ahli sehingga dihasilkan produk LKS yang
baik. Draft LKS setelah direvisi berdasarkan masukan dari ahli disebut sebagai
Draft II LKS. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan produk akhir
LKS berbasis project based learning yang layak dikembangkan. Adapun
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
3.1 Uji Validasi
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap produk yang dihasilkan berupa
validasi para ahli sebelum digunakan pada tahap implemantasi. Validasi
produk ini difokuskan pada :
a) Validasi Ahli Kelayakan Isi LKS
Validasi ahli kelayakan isi LKS berbasis project based learning bertujuan
untuk mendapatkan data berupa penilaian, pendapat, kritik, dan saran
terhadap ketepatan, dan kesesuaian materi yang terdapat dalam integrasi
LKS dengan model project based learning. Validasi sangat berguna
memastikan materi yang terdapat dalam LKS benar secara ilmiah. Aspek-
aspek penilaian meliputi: Indikator pembelajaran, Cakupan materi, Akurasi
materi, Tes, dan Model Project Based Learning
b) Validasi Ahli Penyajian
Validasi ahli penyajian LKS berbasis project based learning bertujuan
untuk mendapatkan data berupa penilaian, pendapat, kritik, dan saran
46
terhadap kesesuaian dan penyajian produk. Aspek-aspek penilaian
kelayakan penyajian meliputi: (1) Teknik penyajian, (2) Penyajian
pembelajaran, (3) Pendukung penyajian materi.
Hasil validasi oleh ahli ditabulasi kemudian diolah datanya untuk menghitung
jumlah skor jawaban” Ya” dan jawaban “tidak”. Kemudian dihitung
persentase jawaban angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑S
%Xin = X 100% (Sudjana, 2005)
Smaks
Keterangan:
%Xin = Persentase jawaban “ya”
∑S = Jumlah skor jawaban
Smaks = Skor maksimum
Tahapan selanjutnya adalah menafsirkan data persentase yang diperoleh dari
hasil validasi secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran berdasarkan
Arikunto (2006).
Tabel 3. Tafsiran skor (persentase) lembar validasi
Persentase Kriteria
80,1 % - 100 % Sangat tinggi
60,1% - 80% Tinggi
40,1% - 60% Sedang
20,1% - 40% Rendah
0,0 % - 20% Sangat rendah
47
3.2 Uji Coba Produk/ Uji Coba Terbatas Terbatas
Uji coba ini bertujuan untuk menjaring respon guru dan siswa terhadap
produk yang dikembangkan. Respon guru menilai aspek kesesuaian isi
materi dan grafika (kemenarikan dan bahasa yang digunakan), sedangkan
respon siswa pada aspek keterbacaan (kemudahan, kemenarikan, dan
keterpahaman). Respon ini diukur melalui pengisian angket yang diisi oleh
guru dan siswa menggunakan instrumen observasi, kemudian dianalisis
secara deskriptif, artinya peneliti pada langkah ini menggunakan pendekatan
kualitatif.
Pemilihan lokasi dan subyek penelitian pada uji coba terbatas pada siswa
dilakukan dengan purposive, dengan pertimbangan siswa telah menerima
materi sebelumnya di kelas VII. Pelaksanaan uji coba produk dilakukan pada
10 siswa kelas VIII di SMPN 1 Pugung. Pemilihan siswa dilakukan
berdasarkan kriteria nilai siswa tertinggi, sedang, dan rendah pada materi
pemisahan campuran. Sedangkan untuk menjaring respon guru terhadap LKS
yang dikembangkan dilakukan pada 5 orang guru IPA di SMPN 1 Pugung.
Selanjutnya revisi dilakukan berdasarkan hasil respon guru meliputi aspek
kesesuaian isi dan kemenarikan. Revisi juga dilakukan berdasarkan hasil
respon siswa meliputi aspek kemenarikan LKS hasil pengembangan. Draft
LKS setelah direvisi berdasarkan hasil penilaian guru dan respon siswa
disebut sebagai Draft III LKS.
48
4. Tahap Penyebaran (Develop )
Tahap Disseminate merupakan suatu tahap akhir pengembangan produk.
Thiagarajan S,dkk (1974), membagi tahap disseminate dalam tiga tahapan, yaitu:
validation testing, packaging, diffusion, dan adoption. Pada tahap validation
testing, produk yang telah direvisi pada tahap develop (Draft III) kemudian
diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Saat implementasi
dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk diimplemen-
tasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan yang belum
dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang
sama setelah produk disebarluaskan.
Lokasi penelitian pada pelaksanaan implementasi produk juga dilakukan di SMPN
1 Pugung dan sampel penelitian dipilih secara purposive sampling untuk dua kelas
di SMPN 1 Pugung yaitu kelas VII A dan kelas VII D dengan jumlah masing-
masing kelas 25 siswa di SMPN 1 Pugung. Kelompok kelas eksperimen adalah
siswa kelas VII D yang menggunakan produk LKS berbasis model project based
learning dan kelompok kelas kontrol adalah siswa kelas VII A yang tidak
menggunakan produk LKS berbasis model project based learning. Pengujian ini
dilakukan menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen untuk mengetahui
perbedaan kemampuan kelas yang diberi perlakuan dan kelas yang tidak diberi
perlakuan.
49
Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Design, dengan
memberikan treatment kepada salah satu kelompok. Fraenkel et. al.( 2012)
mengungkapkan bahwa penelitian yang menguji keefektifan sebuah metode
baru dalam pengajaran setidaknya satu kelompok diberikan perlakuan metode
baru dibandingkan dengan kelompok pembanding yang belajar seperti biasa
oleh gurunya.
Tabel 4. Desain The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Design
Kelas Pretes Perlakuan Postes
M O X O
M O C O
. (Fraenkel et. al., 2012)
Keterangan :
M : Kelas eksperimen
M : Kelas kontrol
O : Pengukuran awal dan pengukuran akhir
X : Perlakuan pembelajaran melalui pengembangan LKS berbasis project
based learning
C : Perlakuan pembelajaran tanpa menggunakan pengembangan LKS berbasis
project based learning
Pada kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan produk LKS berbasis
model project based learning proses pembelajaran dimulai dengan tahapan
yang tersusun seperti dalam RPP, yaitu tahap pertama pendahuluan dengan
apersepsi mengenai materi pemisahan campuran, lalu dilakukan pretes
menggunakan soal-soal yang dikembangkan sesuai dengan indikator berpikir
kritis. Tahap selanjutnya adalah proses pembelajaran dengan LKS berbasis
model project based learning. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, lalu
diberikan LKS berbasis project based learning pada masing-masing kelompok.
50
Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan proyek yang ada dalam LKS dan sesui
dengan tahap-tahap project based learning.
Pada tahap akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan materi yang
didiskusikan saat itu. Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3 kali pertemuan,
kemudian dilakukan postes kepada siswa dengan soal-soal yang sama yang
diberikan pada saat pretes. Setelah siswa melakukan pembelajaran
menggunakan LKS berbasis project based learning, siswa diberi angket untuk
mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan LKS
berbasis model project based learning yang dikembangkan. Untuk kelas
kontrol yaitu kelas yang tidak menggunakan LKS berbasis project based
learning proses pembelajarannya pun sama seperti kelas eksperimen yaitu
menggunakan LKS biasa yang mereka gunakan. Di awal pembelajaran kelas
kontrol ini juga diberikan soal-soal pretes dan di akhir pembelajaran dilakukan
postes.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain Instrumen studi pendahu-
luan, Instrumen valididasi ahli (validitas isi dan konstruk), Instrumen kesesuaian
isi, konstruksi dan keterbacaan bagi guru, Instrumenr keterbacaan dan kemenari-
kan bagi siswa, Instrumen respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan LKS,
lembar observasi aktivitas siswa, soal tes pengetahuan faktual, konseptual dan
prosedural siswa. Adapun penjelasan instrumen-instrumen tersebut adalah:
51
1. Instrumen studi pendahuluan
a. Instrumen analisis kebutuhan untuk guru
Instrumen ini berupa angket yang digunakan untuk mengetahui LKS seperti
apa yang sudah digunakan guru dan mengetahui LKS seperti apa yang
dibutuhkan oleh guru.
b. Instrumen analisis kebutuhan untuk siswa
Instrumen ini berupa angket yang digunakan untuk mengetahui LKS seperti
apa yang sudah digunakan oleh siswa dan mengetahui LKS seperti apa yang
dibutuhkan oleh siswa.
2. Instrumen validasi ahli
a. Instrumen validasi aspek kesesuaian isi
Instrumen ini berupa angket yang disusun untuk mengetahui kesesuaian isi
LKS dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), kesesua-ian
indikator, dan materi. Hasil pengisian angket validasi kesesuaian isi ini
akan berfungsi sebagai referensi dalam pengembangan, perbaikan,
penyempurnaan dan revisi LKS yang dikembangkan.
b. Instrumen validasi aspek konstruksi
Instrumen ini berupa angket dan disusun untuk mengetahui apakah kon-
struksi LKS yang dikembangkan telah memuat penilaian yang berdasarkan
KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial) dan kekonsistenan dalam penyusu-
nannya (tata letak gambar, tabel, dan diagram).
52
Hasil pengisian angket validasi konstruksi LKS ini berfungsi sebagai
referensi dalam pengembangan, perbaikan, penyempurnaan dan revisi LKS
yang dikembangkan.
3. Instrumen pada uji coba produk secara terbatas
a. Instrumen respon guru
Instrumen ini berbentuk angket yang di dalamnnya terdapat pernyataan-
pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai aspek kesesuaian isi dan
kemenarikan LKS.
b. Instrumen respon siswa
Instrumen ini berbentuk angket yang di dalamnnya terdapat pernyataan-
pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai kemenarikan desain LKS.
4. Intrumen pada tahap implementasi produk
a. Instrumen keterlaksanaan LKS
Instrumen ini berupa lembar observasi yang terdapat pertanyaan-pertanyaan
untuk mengetahui tanggapan pengamat terhadap keterlaksanaan LKS yang
dikembangkan.
b. Instrumen respon guru dan siswa terhadap pembelajaran dengan LKS
Instrumen ini berbentuk angket yang di dalamnnya terdapat pernyataan-
pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai pembelajaran dengan LKS
53
c. Instrumen tes
Instrument ini berupa soal tes untuk mengukur pengetahuan faktual, konseptual
dan prosedural siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan LKS berbasis
project based learning.
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data
Dalam tahap pengumpulan data, peneliti memerlukan alat bantu dalam bentuk ins-
trument pengembangan. Pada tahap pendahuluan teknik pengumpulan data yang
dilakukan menggunakan angket dan lembar observasi untuk mengungkap proses
pembelajaran yang berlangsung saat ini meliputi : analisis standar kompetensi dan
kompetensi dasar, inovasi pembelajaran, perkembangan kognitif anak, analisis
sumber belajar, model/metode pembelajaran yang digunakan, respon siswa dalam
pembelajaran, dan kemampuan berpikir kritis siwa dalam proses pembelajaran.
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada res-ponden
untuk dijawab (Sugiyono: 1999).
Pada tahap pengembangan, teknik pengumpulan data pada ujicoba terbatas adalah
menggunakan angket untuk menjaring respon siswa dan respon guru terhadap
produk yang dikembangkan. Pada uji validasi ahli, teknik pengumpulan data yang
54
digunakan juga berupa angket untuk melihat karakteristik yang meliputi
konstruk/ desain, kesesuaian isi, dan keterbacaan dari produk yang dikembangkan.
Tahap pengujian luas menggunakan teknik pengumpulan tes. Metode tes khusus
digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk yang dihasilkan sebagai
dampak penerapan LKS yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa melalui perbandingan hasil pengukuran sebelum dan sesudah
penggunaan LKS.
2. Alat/instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan deng-
an teknik pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing tahap penelitian,
dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data melalui kegiatan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakuakan obsevasi selama pelaksa-
naan pembelajaran.
b. Angket
Angket digunakan untuk menganalisis kebutuhan siswa dan guru, serta respon
atau tanggapan guru dan siswa terhadap LKS yang dikembangkan. Angket
analisis kebutuhan berisi pertanyaan untuk mengungkap kebutuhan siswa dan
55
guru. Angket tanggapan guu dan siswa digunakan pada tahap uji coba produk
untuk mengetahui tanggapan LKS yang dikembangkan.
c. Lembar validasi
Lembar validasi berisi skor penilaian yang harus diisi oleh ahli, meliputi vali-
ditas isi dan konstruk. Lembar ini digunakan untuk mendapatkan data menge-
nai pendapat para ahli (validator) terhadap LKS yang dikembangkan.
d. Tes
Tes yang digunakan meliputi pretes dan postes. Pretes adalah tes yang dilaku-
kan sebelum siswa menggunakan LKS, sedangkan postes dilakukan setelah
siswa menggunakan LKS. Data yang diperoleh dari tes ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas LKS yang dikembangkan dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teknik analisis data pada analisis kebutuhan
Pada tahap studi pendahuluan, dilakukan analisis terhadap angket analisis
kebutuhan guru dan siswa yang dideskripsikan dalam bentuk persentase,
kemudian dianalisis atau diinterpretasikan secara kualitatif. Adapun kegiatan
dalam teknik analisis data angket dilakukan dengan cara:
a) Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan
pertanyaan pada kuisioner.
56
b) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk
memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban
berdasarkan pertanyaan pada Angket dan banyaknya sampel penelitian.
c) Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi tentang
kecenderungan jawaban yang banyak dipilih dalam setiap Angket pertanyaan.
d) Menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat besarnya persentase
setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis
sebagai suatu temuan dalam penelitian.
2. Teknik analisis validitas isi dan konstruksi LKS
Aspek kevalidan merupakan suatu kriteria kualitas perangkat pembelajaran dilihat
dari materi yang terdapat di dalam perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran termasuk dalam kategori valid jika materi yang terdapat dalam
perangkat pembelajaran sesuai dengan pengetahuan dan semua komponen dalam
perangkat pembelajaran terhubung secara konsisten (Nieveen,1999). Tingkat
kevalidan pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditentukan dari
pendapat para ahli. Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dilakukan untuk
menilai tingkat kelayakan produk yang dihasilkan sebagai bahan ajar. Instrumen
penilaian uji ahli menggunakan skala Guttman yang memiliki pilihan jawaban
sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Setuju” dan “Tidak Setuju” dengan skor “1” dan
“0”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak
Setuju” atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap LKS yang sudah
dibuat.
57
Jika hasil validasi oleh 2 orang ahli menghasilkan validitas yang kurang dari batas
minimum (yaitu 0,60) berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Content
Validity Ratio (CVR), maka setelah direvisi dilakukan uji ahli kembali sampai
memperoleh harga validitas isi dengan batas minimum 0,60 dan 3 validator ahli
menyatakan valid.
𝐶𝑉𝑅 = 𝑛𝑒−
𝑁
2𝑁
2
Keterangan :
CVR = rasio validitas isi
ne = jumlah ahli yang menunjukkan “setuju atau layak”
N = jumlah total ahli (Cohen & Swerdlik, 2010)
Validitas terhadap LKS yang dikembangkan dan perangkatnya juga dihitung
berdasarkan skor yang diberikan oleh validator untuk setiap aspek penilaian,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh validator untuk setiap aspek
yang dinilai
2) Menghitung persentase ketercapaian skor dari skor ideal/skor maksimal untuk
setiap aspek yang dinilai
3) Menghitung rata-rata persentase ketercapaian skor dari tiga orang validator,
kemudian menafsirkan data menggunakan penafsiran seperti pada Tabel 5.
Tabel 5 Kriteria ketercapaian validitas
Persentase Kriteria
21,00 % - 36,00% Tidak valid
37,00 % - 52,00% Kurang valid
53,00 % - 68,00% Cukup valid
69,00 % - 84,00% Valid
85,00 % - 100,00% Sangat valid
(Ratumanan, 2003)
58
3. Analisis Kepraktisan
Aspek kepraktisan merupakan kriteria kualitas perangkat pembelajaran ditinjau
dari tingkat kemudahan guru dan siswa dalam menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan (Nieveen, 1999: 127). Oleh karena itu, dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran sebaiknya dapat disesuaikan dengan
harapan dan kebutuhan di lapangan. Analisis kepraktisan LKS yakni dengan
menggunkan keterlaksanaan LKS dan respon guru dan siswa terhadap LKS yang
diberikan
a. Teknik analisis data lembar observasi keterlaksanaan LKS
Keterlaksanaan LKS berbasis project based learning diukur melalui penilaian
terhadap keterlaksanaan LKS. Untuk analisis keterlaksanaan LKS berbasis
project based learning, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
i. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:
% Ji = (ΣJi / N) x 100%
Keterangan :
%Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek
pengamatan pada pertemuan ke-i
ΣJi = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat
pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
ii. Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang pengamat
59
iii. Menafsirkan data dengan kriteria ketercapaian pelaksanaan pembelajaran
sebagaimana Tabel 6. (Ratumanan, 2003).
Tabel 6 Kriteria Tingkat Keterlaksanaan
Persentase Kriteria
00,0 % - 20,0% Sangat rendah
20,1 % - 40,00% Rendah
40,1 % - 60,0% Sedang
60,1 % - 80,0% Tinggi
80,1 % - 100,00% Sangat tinggi
(Ratumanan, 2003).
b. Analisis data angket respon guru dan siswa
Untuk analisis data respon guru dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan LKS berbasis project based learning , dilakukan langkah-langkah
berikut:
i. Menghitung jumlah guru dan siswa yang memberikan respon positif dan
negatif terhadap pelaksanaan pembelajaran.
ii. Menghitung persentase jumlah guru dann siswa yang memberikan respon
positif dan negatif.
iii. Menafsirkan data dengan menggunakan kriteria sebagaimana Tabel 6 di
atas.
4. Analisis data tes
Sebelum soal tes dapat digunakan, terlebih dahulu divalidasi dengan
menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui seberapa jauh hubungan
antara jawaban pada setiap butir tes yang diskor secara dikotomi dengan skor total
60
tes. Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi
product-moment dengan rumus:
rxy = 𝑥𝑦
𝑁 𝑆𝑥 (𝑆𝑦)
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X (skor butir) dan Y (skor total)
∑xy = jumlah perkalian X dan Y
N = jumlah responden
Sx = varian skor butir (variabel X)
Sy = varian skor total (variabel Y) (Anastasi, 1982)
Perhitungan validitas butir soal tersebut dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 17.0. Soal tes dikatakan valid harga koefisien korelasi untuk setiap
item tes > 0,30 (Sugiyono, 2017). Selanjutnya instrumen tes diuji reliabilitasnya
untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen tersebut. Pengujian reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan alfa Cronbach dengan rumus:
rtt = 𝑛𝑛−1
𝑆𝑡2− 𝑆𝑡2
𝑆𝑡2
Keterangan:
Rtt = koefisien reliabilitas tes alfa Cronbach
n = jumlah item soal tes
St = varian skor total
∑St2 = jumlah varian skor setiap item (Anastasi, 1982)
Rumus alfa Cronbach digunakan dengan alasan bahwa perhitungan tersebut
mudah dilakukan dan merupakan prosedur yang lazim digunakan untuk
memperkirakan reliabilitas berdasarkan korelasi antar item. Perhitungan validitas
butir soal tersebut dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dan
61
penafsirannya menggunakan kriteria Arikunto (2002: 245) yang dinyatakan dalam
Tabel 7
Tabel 7. Kriteria koefisien reliabilitas
Koefisien reliabilitas Keterangan
0,80 < rn ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rn ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rn ≤ 0,60 Sedang
0,20 < rn ≤ 0,40 Rendah
0,00 < rn ≤ 0,20 Sangat rendah
5. Analisis Kefektifan
Aspek keefektifan dipenuhi apabila hasil dari penggunaan produk menghasilkan
pencapaian yang diharapkan (Nieveen, 2007). Keefektifan menurut Wicaksono
(2008) yaitu hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan
pemahaman setelah pembelajaran (n-Gain yang signifikan).
1) Perhitungan nilai siswa
Peningkatan kemampuan siswa meliputi peningkatan kemampuan faktual,
konseptual dan prosedural dan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa
dalam tes pengetahuan siswa (pretes dan postes). Teknik penskoran nilai pretes
dan postes yaitu :
Nilai siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100 %
Peningkatan skor antara pretes dan postes menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan berpikir kritis.
62
2) Menghitung n-Gain
Untuk mengetahui efektivitas LKS project based learning dapat meningkat-
kan keterampilan berfikir kritis pada materi pemisahan campuran, maka
dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Peningkatan skor tersebut dihitung
berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau n-Gain <g> dengan
menggunakan rumus Hake (1999) yaitu:
n-Gain = nilai postes – nilai petes/ nilai maks – nilai pretes
<g> =
Keterangan:
<g> = rata-rata n-Gain
% <postes> = rata-rata persentase postes
%<pretes> = rata-rata persentase postes
Hasil gain ternormalisisasi (n-Gain) ini diinterpretasikan untuk menyatakan
peningkatan kemampuan siswa dengan kriteria seperti disajikan pada tabel 8
dibawah ini :
Batasan Katagori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Hake (Cheng, 2004)
Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui efektifitas perlakuan dengan
menggunakan rumus uji t (Arikunto, 2002).
(%<postes> – %<pretes>)
(100 – %<pretes>)
63
3) Uji Normalitas Data
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal
dari populasi berdistrtibusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji
selanjutnya, apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik.
Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS versi 17. Rumusan hipotesis
untuk uji normalitas:
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi data normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria uji normalitas:
Jika zhitung < z tabel atau nilai sig > 0,05 maka H0 diterima (data
berdistribusi normal)
Jika z hitung ≥ z tabel atau nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak (data tidak
berdistribusi normal)
4) Uji kesamaan dua varians (homogenitas)
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
uji kesamaan dua varians (homogenitas). Uji homogenitas dilakukan untuk
memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama
atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan uji yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis. Adapun pengujian homogenitas data dalam
penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.
Hipotesis uji homogenitas:
H0 = kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1 = kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
64
Kriteria uji homogenitas :
Terima H0 hanya jika F hitung < F tabel , atau nilai sig > 0,05
Tolak H0 hanya jika F hitung ≥ F tabel , atau nilai sig < 0,05
5) Pengujian hipotesis
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan uji kesamaan dua rata-rata dan uji
perbedaan dua rata-rata menggunakan uji-t dengan program SPSS versi17.
a) Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai rata-rata yang
tidak berbeda pada tahap awal. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut
tidak berbeda, berarti kedua kelompok itu mempunyai kondisi yang
sama. Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan uji-t.
Hipotesis yang diujikan adalah:
H0 = Tidak ada perbedaan hasil pretes keterampilan berpikir kritis siswa
di kelas eksperimen dan hasil pretes di kelas kontrol
H1 = ada perbedaan hasil pretes keterampilan berpikir kritis siswa di
kelas eksperimen dan hasil pretes di kelas kontrol
Kriteria uji :
Jika t hitung ≥ t tabel, atau nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak, H1 diterima.
Jika t hitung < t tabel, atau nilai sig > 0,05 maka Ho diterima, H1 ditolak
(Pratisto, 2004)
65
b) Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa
efektif perlakuan sampel dengan melihat n-Gain keterampilan berpikir
kritis siswa yang berbeda secara signifikan anatara pembelajaran di kelas
eksperimen dan kontrol.
Rumusan hipotesis statistik:
H0 = Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen lebih rendah daripada rata-rata n-Gain keterampilan
berpikir kritis siswa kelas kontrol
H1 = Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan
berpikir kritis siswa kelas control
Kriteria Uji :
Jika t hitung ≥ t tabel, atau nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima.
Jika t hitung < t tabel, atau nilai sig > 0,05 maka Ho diterima, H1 ditolak
125
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik LKS pemisahan campuran berbasis project based learning
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang dikembangkan
adalah sebagai berikut: 1) LKS disusun sesuai dengan tahapan pembelajaran
project based learning meliputi tahap menentukan pertanyaan mendasar,
mendesain dan merencanakan proyek, melaksanakan proyek, monitoring
kemajuan proyek dan menguji hasil serta mengevaluasi proyek. 2) LKS
disusun dengan melatihkan keterampilan berpikir kritis meliputi aspek
memberikan penjelasan sederhana, membangun keterrampilan dasar,
menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan
taktik. 3) Struktur LKS meliputi bagian pendahuluan, isi dan penutup.
2. LKS berbasis project based learning untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari hasil validasi ahli
terhadap aspek kesesuaian isi yaitu 100% (sangat tinggi) dan aspek
kontruksi LKS yaitu 91,75% (sangat tinggi).
126
3. LKS hasil pengembangan mendapatkan respon yang baik dari guru. Hal ini
dapat terlihat dari hasil respon guru terhadap aspek kesesuaian isi yaitu
100% (sangat tinggi), aspek kemenarikan yaitu 85% (sangat tinggi), dan
aspek kebahasaan yaitu 92%(sangat tinggi).
4. LKS hasil pengembangan mendapatkan respon yang baik dari siswa. Hal ini
dapat terlihat dari hasil respon siswa terhadap aspek kemenarikan yaitu 88%
(sangat tinggi) dan hasil respon siswa terhadap aspek kemudahan 92,5%
(sangat tinggi) dan hasil respon siswa terhadap aspek keterpahaman yaitu
82,5% (sangat tinggi).
5. LKS yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa. Hak ini dapat terlihat dari adanya perbedaan yang signifikan
antara rata-rata nilai postes keterampilan berpikir kritis siswa dikelas
eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata nilai postes pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai postes pada kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis project based learning
hendaknya diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena terbukti efektif
dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
127
2. Agar penerapan LKS berbasis project based learning berjalan maksimal,
hendanya guru mempertimbangkan pembagian waktu dalam setiap tahap
project based learning, karena LKS berbasis project based learning dalam
pembelajaran membutuhkan waktu yang sangat banyak khususnya ketika
siswa hendak berkonsultasi.
3. Perlu dikembangakan LKS berbasis project based learning yang tidak hanya
untuk meningkatkanb keterampilan berpikir kritis, namun dapat
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi lainnya.
127
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Abdurrahman, 2015. Guru Sains sebagai Inovator Merancang Pembelajaran
Sains Inovatif Berbasis Riset. Media Akademi. Yogyakarta.
Amanda, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap
Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Self Efficacy Siswa. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Studi IPA volume
4 tahun 2014
Asan, A., & Haliloglu, Z. 2005. Implementing project based learning in
computerclassroom. The Turkish Online Journal of Educational
Technology, 4(3), 68-81.
Arikunto, S. 2002. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara,
Azar, Ali. 2010. The Effect of Critical Thinking Dispositions on Students
Achievement in Selection and Placement Exam for University in Turkey.
Journal Of Turkish Science Education Volume 7, Issue 1, March 2010.
Bahri, S. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Baker, E. Trygg, B. Otto, P. Tudor, M, dan Ferguson L.2011. Project Based
LearningModel Relevant Learning for teh 21st Century. Amerika Utara:
Pacific Education Institute. [Online]. Tersedia: www.nccte.com. [3 Januari
2016]
Bagheri, M., Wan Ali, W., Chong, M. B., & Dauh, S. M. 2013. Effects of Project-
based Learning Strategy on Self-directed Learning Skills of Educational
Technology Students. Journal Contemporary Educational Technology,
Volume 4 Nomor 1, 15-29
Barak, M, Dori, Y.J. 2005. Enhancing Undergraduate Students’ Chemistry
Understanding Through Project-Based Learning in an it
Environment.Science Education,89 (1), 117- 139.
128
Baran, M., & Maskan, A. 2010. The Effect of Project-Based Learning On Pre-
Service Physics Teachers Electrostatic Achievements. Cypriot Journal of
Educational Sciences, Volume 5 Nomor 4, 243-257.
Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Assesmen Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Cohen, Ronald Jay and Mark E.Swerdlik. 2010. Psychology Tenting and
Assessment.Mc Graw Hill Higher Education: United State
Costa, Arthur L. 1985. Goal for a Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa ,
A.L. (ed) Developing Minds. Alexandria. Virginia: A Resource Book for
Teaching Thinking. ASDC.
Creswell, John W. 2008. Educational Research. Planing, Conducting, and
Evaluating Qualitative & Quantitative Approaches. London. Sage
Publications.
Dahar, Ratna Wilis. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Darma, Surya. 2008. Kreativitas. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Darmodjo, Hendro & Kaligis, Jenny R.E. 1993. Pendidikan IPA II. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan..
De Bono, Edward. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu,
SMP/MTs. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful, B dan Aswan, Z. 2006. Eds Revisi : Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Doppelt, Y. 2005. Assessment of project-based learning in a MECHATRONICS
context. Journal of Technology Education, 16(2), 7.
Ebrahimi, S. 2012. Comparing the Effect of 5 E and Problem Solving Teaching
Methods on the Students' Educational Progress in the Experimental Sciences
Course. Journal of Basic andApplied Scientific Research, Vol.2 (2)
Faoziah, Khaerani.2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum
Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia. Di akses dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0801329_chapter2.pdf
pada (15 April 2016 09.00 p.m)
129
Firman, H. 2007. Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA
Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas.
Fraenkel, Jack. R., and Norman E. Wallen. 2012. How to Design and Evaluate
Research in Education 8th Edition. Boston: McGraw-Hill Higher
Education.
Giilbahar, Y., & Tinmaz, H. 2006. Implementing Project-Based Learning and E-
Portofolio Assesment In an Undergraduate Course. Journalof Research on
Technology in Education, 38 (3)
Hake dan Richard, R. 2002.Relationship of Individual Student Normalized
Learning Gains in Mechanics with Gender, High - School Physics, and
Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization .Tersedia pada
http://w ww.physics.indiana.edu/~hake.Diakses pada tanggal 15 Maret
2016 .
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hosnan,M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ibrahim. 2007. Pengembangan Kemempuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa
SMP dalam Matematika melalui Pendekatan Advokasi dengan
Pengajaranasalah Open-Ended.. Bandung.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung : Alfabeta.
Johnson, E.B. 2011. Contextual Teaching & Learning : Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan. Bandung:
Penerbit Kaifa.
Kelin, J.I., et al. 2009. Project Based Learning: Inspiring Middle School Student
to Engage in Deep and Active Laerning. New York:NYC Departement of
Education.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, ―Konsep dan Implementasi
Kurikulum‖, Jakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.2013.. ―Kurikulum 2013 Kompetensi
Dasar Sekolah Menengah Atas‖ . Jakata
Khazaal, H.F. 2015. Problem Solving Method Based on E-Learning System for
Engineering Education. Jurnal of College Teaching & Learning, XII (1), 1-
12.
130
Kurniawan, A. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Dan Sikap Terkait Sains Siswa SMP (Studi
Esperimen di SMP Negeri 4 Singaraja), artikel dalam Jurnal Pendidikan
IPA. Pascasarjana UNDHIKSA, Vol 2(1).
Lestari, M.D. 2017. Keefektifan Lembar Kegiatan Siswa Materi Pemisahan
Campuran Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelas
VII SMP, artikel dalam jurnal Unesa.
Liliasari. 2009. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju
Profesionalitas Guru. Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia
Lutfi. 2004. Sains Kimia untuk SMP, Jilid 2. Jakarta: Erlangga..
Luthvitasari, Navies. 2013. Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek Pada
Keterampilan Berpikir Dan Kemahiran Generik Sains. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA
Vol.3,2013.
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes.
Mitchell, S., Foulger, T. S., Wetzel, K., & Rathkey, C. 2008. The negotiated
project approach: Project-based learning without leaving the standards
behind. Early Childhood Education Journal, 36(4), 339-346.
Muderawan, I.W., Sastrika, I.A.K.,&Sadia, I.W. 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Dan
Keterampilan Berpikir Kritis. Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 3, 1-13
Muhtar, T. 2014. Analisis Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Aspek Nilai Karakter
Bangsa. UPI Bandung: Mimbar Sekolah Dasar Volume 1 Nomor 2
Oktober 2014 (hal 168—175).
Nieveen, N.2007. Formative Evaluation in Educational Design Research.Dalam
Plomp T & Nieveen, N (Eds.).An Intruction to Educational. Natherland:
SLO. Pajares.Novak. 1979. Meaningfull Reception Learning as a Basis for
The Phychology of Teaching for Thinking Creativity. Cleraing. Ohio.
Nurisalfah, Resti .2017. Lembar Kerja Siswa Materi Pemisahan Campuran
berbasis Project Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa. Lampung :Unila.
Nyamupangedengu, Eunice & Lelliot, Anthony. 2012. An Exploration on
Learners Use of Worksheets During a Science Museum Visit. African
Journal of Research in Mathematics, Science and Technology Education.
Vol.16 Issue 12 pp 1-15.
131
Umikasih, Siti. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Problem
Based Learning Materi Pencemaran Lingkungan Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Lampung : Unila.
Usman Riyadi, 2008. Model Pembelajaran Inkuiri dengan Kegiatan
Laboraturium untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa,
Tesis, Semarang : Universitas Negeri Semarang
Oktiningrum, Wuli. 2014. TIMSS (Trends International Mathematics and Science
Study. [Online]. (http://wulieokti.blogspot.com/2014/04/timss-trends-
international- mathematics.html diakses 23 Mei 2016, 17.54 WIB).
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2013.
Snapshot of performance in mathematics, reading and science. (Online).
(http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-snapshot-
Volume-I-ENG.pdf) diakses 11 Jnauari 2016.
Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta : Gramedia.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta :Diva Press.
Rehena, J.F. dan Tumbel, F.M. 2010. ―Strategi Pembelajaran yang
Memberdayakan Kemampuan Berpikir Siswa‖. Kompetensi. Vol 1 No 1
Juli 2010. hal 12 – 19.
Ruggiero, Vincent Ryan. 1988. Teaching Thinking Across The Curriculum.
Harper & Row, Publisher, Inc. USA.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Sastika Ida Ayu Kade, Sadia I Wayan, dan Muderawan.. 2013. Pengaruh Model
Pembelajran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Dan
Keterampilan Berfikir Kritis. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. (3).
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sola dan Ojo . 2007. Effects of Project, Inquiry, and Lecture-Demonstration Teaching
Methods on Senior Secondary Student’ Achievement in Separation of Mixtures
Practical Test. Journal of Educational Research and Review vol 2 (6), pp. 124-
132.
132
Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Sugiyono.2017.Metode Penelitian Pendidikan;Pendekatan kuantitatif,kualitatif
dan R&D.Bandung:Alfabeta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito
Suyanto S, Paidi & Wilujeng I. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS). Makalah
disampaikan pada Pembekalan Guru Daerah Terluar dan Tertinggal.
Akademi Angkatan Udara. Yogyakarta 26 November–6 Desember 2011
Tanwil, Muh & Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA. Makassar : Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.
Thiagarajan, S., et al.1974. InstructionalDevelopment for Training Teachers of
Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training
Institute/Special Education, University of Minnesota
Thomas.J.W. 2000. A Review Of Research on Project Based Learning. California:
The Autodesk Foundation. Tersedia pada: http://www.Autodesk.com.
Diakses pada 4 Oktober 2011.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep
Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).Jakarta : Kencana Prenada Media
Trowbridge, Leslie W. & Bybee, Rodger W. 1990. Becoming a Secondary School
Science Teacher. Merrill Publishing & Co. Colombus.
Widodo, T & Kadarwati, S. 2013. High Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter
Siswa. Cakrawala Pendidikan 32(1), 161-171.
Winarti, T., & Nurhayati, S. 2015. Pembelajaran Praktikum Berorientasi Proyek
untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8 Nomor 2.
Yalcin, S. A., Turgut, Ü., & Büyükkasap, E. 2009. The Effect of Project Based
Learning on Science Undergraduates’ Learning of Electricity, Attitude
Towards Physics and Scientific Process Skills. International Online
Journal of Educational Sciences, Volume 1 Nomor 1, 81-105.
Yamin, M. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press dan
Center for Learning Innovation (CLI).
Zulfa. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Matematika. (Online)
Top Related