BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSAA. ANATOMI LENSA
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.1
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna, dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Disebelah anterior lensa terdapat humour aquos dan disebelah posterior terdapat vitreus. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lens adi dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di bagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nucleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi yang lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.1
B. FISIOLOGI LENSASecara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung,
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, Terletak di tempatnya. 1
6
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.2
Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”, yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.
II. KATARAK SENILISA. DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif, ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umunya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan congenital, atau penyulit penyakit mata local menahun, atau akibat faktor-faktor lainnya, seperti fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetic dan gangguan perkembangan, infeksi virus di masa pertumbuhan janin, serta usia.3
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di dunia saat ini.3
B. EPIDEMIOLOGI DAN INSIDENS
7
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta.
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan, 90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5% dari golongan usia 70 tahun dan 10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.
C. ETIOLOGIPenyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan
lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya :1) Faktor keturunan
2) Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
3) Gangguan pertumbuhan
4) Operasi mata sebelumnya
5) Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
D. KLASIFIKASIBerdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Katarak NuklearPada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus
lensa dan menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.
2) Katarak KortikalPada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion
dari korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-
8
shape opacities/ cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.
3) Katarak Subkapsular PosteriorPada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan
opasitas pada bagian lensa belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas, atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.
Berdasarkan stadiumnya katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur.
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa NormalBertambah (air
masuk)Normal
Berkurang (air+masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma
1) Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.
2) Katarak Imatur9
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3) Stadium IntumesenKekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia lentikular
4) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
5) Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.
E. PATOFISIOLOGI
10
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapat dipahami diduga melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses fisiologis. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan gangguan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
1) Teori hidrasi, terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
2) Teori sklerosis, lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:1) Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)b. Mulai presbiopiac. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur d. Terlihat bahan granular
2) Epitel-makin tipisa. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3) Serat lensaa. Serat irregular b. Pada korteks jelas kerusakan serat selc. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein
nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal
d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto oksidasi.
F. GAMBARAN KLINIS
11
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:1) Pandangan kabur2) Penglihatan silau3) Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
4) Variasi Diurnal PenglihatanPada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan
menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
5) Penglihatan GandaGambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa
yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.
6) HaloPenderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma.
7) Perubahan persepsi warnaPerubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan
persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.
8) Bintik hitamPenderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-
gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.
G. DIAGNOSISDiagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
12
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.
H. PENATALAKSANAANIndikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,
medis, dan kosmetik.1) Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap
individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap
aktivitas sehari-harinya.
2) Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada
lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti
glaukoma sekunder (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan
kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
3) Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi katarak adalah :
1) Biometri : Pengukuran panjang mata dengan memakai pemeriksaan ultrasound
dan keratometri untuk mengukur kurvatur kornea sehingga kita dapat
menghitung kekuatan implant yang akan dimasukkan ke mata pada saat operasi.
2) Konfirmasikan bahwa tidak terdapat masalah kesehatan yang lain, terutama
hipertensi, penyakit traktus respirasi, dan diabetes.
3) Beberapa obat dapat meningkatkan insiden perdarahan. Warfarin tidak perlu
dihentikan hanya dikurangi dosisnya. Aspirin harus dihentikan 1 minggu
sebelum operasi.
4) Beritahukan pada pasien perkiraan hasil operasi dan komplikasi dari proses
operasi yang mungkin terjadi.
Proseduroperasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi, SICS.
1) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
13
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya
dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Beberapa kerugian dan
komplikasi post operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus
superior yang lebih besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang
lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian
astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi.
Edema kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan
komplikasi dini.
2) Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa
dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra
ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
14
3) Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil
(sekitar 2 – 3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat
dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
15
4) Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, penutupan
luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat
dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini
juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan
dengan operasi trabekulektomi.
16
Penanganan dapat dilakukan terapi non farmakologis dan medikamentosa
dengan tujuan untuk menjaga elemen mata yang masih baik. Tindakan pada terapi
non farmakologis misalnya dengan menjaga asupan nutrisi yang diperlukan bagi
elemen-elemen mata yang berfungsi langsung terhadap tajam penglihatan (seperti
pembuluh darah dan persyarafan) ataupun asupan nutrisi yang diperlukan bagi
ketahanan tubuh pasien. Contoh: mengkonsumsi makanan seperti makanan berdaun
hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan wortel yang banyak mengandung
antioksidan, vitamin A, B, C dan E.
Seperti halnya terapi nonfarmakologis, terapi medika mentosa tidak dapat
menghilangkan katarak pada kedua mata, namun diharapkan pasien dapat lebih lama
menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Adapun karena
kekeruhan lensa pada katarak disebabkan oleh rusaknya protein dan lemak lensa
akibat multifaktorial, maka prinsip medikamentosa dalam penanganan katarak adalah
menggunakan obat yang mampu mencegah rusaknya protein dan lemak pada lensa,
misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi. Tujuan terapi
medikamentosa antara lain:
1) Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya
protein dan lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul
protein dari denaturasi) sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam
penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Contoh: obat iodine yang
memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine, natrium iodine, dll
2) Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan
mata. Contoh:
a. suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi retina),
contoh: vitamin A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU,
b. suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi syaraf),
contoh vitamin B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine
hydrochloride) 11 mg, vitamin B complex, dll
c. Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah),
contoh ascorbic acid 600 mg
d. Vitamin E.
3) Untuk menjaga kondisi imunitas tubuh, contoh: suplemen vitamin.
17
I. KOMPLIKASIKomplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif,
postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens, IOL).8
1) Komplikasi preoperatif
a. Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.
b. Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid
dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.
c. Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d. Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2
hari.
2) Komplikasi intraoperatif
a. Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b. Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau
selama insisi ke bilik mata depan.
c. Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat
terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d. Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e. Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi
akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
3) Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps
iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.
4) Komplikasi postoperatif lanjut
Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative
endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan
katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa
waktu post operasi.
18
5) Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-
hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik
(toxic lens syndrome).
J. PENCEGAHANKatarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat. Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti diabetes.
K. PROGNOSISPrognosis pasien khususnya prognosis visus/ tajam penglihatan dapat
diprediksi dengan melihat kondisi preoperasi dari pasien. Adapun yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan prognosis yaitu kondisi penyulit seperti uveitis, glaucoma atau lainnya; dan kondisi elemen mata yang lain khususnya syaraf dan retina (dilihat dari hasil pemeriksaan proyeksi sinar dan warna/PSW). Selain itu karena katarak bukan suatu penyakit yang mengancam jiwa maka prognosis untuk kesembuhan dan kosmetika baik. Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan dengan mengeluarkan lensa. Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak, atau lensa tanam okuler.
19
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :1. Mengapa pasien ini didiagnosa dengan katarak senilis immature ods ?2. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?3. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa dengan katarak senilis immature ods ?Anamnesis :
Keluhan penglihatan kedua matanya buram sejak 1 tahun SMRS yang dirasakan semakin memberat sejak lebih kurang 1 bulan SMRS. Pasien mengatakan penglihatannya seperti tertutup kabut. Keluhan dirasakan baik pada malam hari dan siang hari. Sekarang pasien merasa semakin tidak jelas melihat. Keluhan melihat menjadi silau saat siang hari diakui oleh pasien.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan hasil :OD OS
Visus 3/60 1/60Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arahPalpebra sup/inf Tidak ada kelainan Tidak ada kelainanKonjungtiva bulbi Tenang TenangKornea Jernih Jernih COA Sedang SedangPupil Bulat isokor Bulat isokorIris Coklat, kripta + Coklat, kripta +Lensa Keruh sebagian Keruh sebagianTonometri 5 / 5.5 = 17.3 mmHg 5 / 5.5 = 17.3 mmHgShadow Test + +Fundus Reflex fundus (+) Reflex fundus (+)
Sehingga dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini menunjang diagnosis yang mengarah pada katarak senilis immature ods.
2. Bagaimakah penatalaksanaan pada pasien ini?Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan tindakan operatif, namun tindakan tersebut
harus disertai dengan persetujuan pasien. Tindakan yang dipilih yaitu dengan operasi SICE + IOL yang dapat lebih meminimalisir waktu, tingkat kesulitan, serta resikonya. Selain itu pasien juga diberikan terapi medikamentosa dan diberikan edukasi mengenai penyakit dan resiko komplikasi dari penyakit maupun tindakan yang akan dilakukan.
20
3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini? Quo ad vitam: ad bonam, karena pada pasien tidak ditemukan adanya peyakit
sistemik yang menyertai dan pasien masih dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Quo ad functionam: dubia ad bonam, karena setelah dilakukan operasi dan pemberian lensa, ketajaman penglihatan pasien dapat menjadi lebih baik, namun fungsi organ penglihatan tidak seperti orang normal karena mata pasien sudah tidak mempunyai fungsi akomodasinya sehingga pasien sangat bergantung pada penggunaan kacamata.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah. Dalam: Ilmu Penyakit Mata.
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2007. Hal 200-212.
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)
3. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. :Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi
dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
4. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. Updated on: 22 January 2013. Accessed
on: 23 Mei 2015
5. Cataract Surgery. Available at: http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/extracapsular-surgery-
for-cataracts. Updated on: 24 August 2011. Accessed on: May 23rd 2015
22
Top Related