7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 1/31
MOLA HIDATIDOSA
PENDAHULUAN
Kejadian kehamilan pada wanita berumur 50 tahun atau lebih sangat jarang.
Apabila hal tersebut terjadi, maka kehamilan biasanya berakhir dengan suatu kehamilan
abnormal. Stanton memperkirakan kejadian abortus sekitar 80% pada wanita lebih dari 47
tahun dan meningkat 20 kali pada insidensi mola hidatidosa pada wanita lebih dari 45
tahun.1
Penyakit trofoblastik gestasional adalah sekelompok penyakit yang berasal dari
korion janin. Ini termasuk mola komplit atau parsial, tumor plasenta trofoblastik
gestasional, koriokarsinoma, dan mola invasif. Kehamilan mola secara histologis ditandai
dengan kelainan vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat
bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun
kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium. Mola hidatidosa merupakan
bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional dan dapat mengalami transformasi
menjadi bentuk ganasnya yaitu koriokarsinoma.2
Insidensi PTG di UK adalah 1,54 per 1000 kelahiran hidup. Proporsi besar
kehamilan mola sebelum resolusi spontan tetapi 7-8% pasien mengalami penyakit yang
persisten dan memerlukan kemoterapi.3 Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas
gestasional terbanyak. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 per
120 kehamilan) daripada wanita di negara-negara Barat ( 1 per 2000 kehamilan). Karena
estimasi insidensi mola hidatidosa adalah 1 per 1200 kehamilan di USA, sejumlah studi
telah mendokumentasikan peningkatan risiko pada wanita usia reproduktif yang ekstrim.
Walaupun wanita muda usia 15 tahun memiliki risiko yang meningkat, namun risiko
terbesar pada wanita usia 50 tahun dan usia lebih tua. Sebagai tambahan, karena wanita-
wanita tersebut diharapkan menjadi menopause, diagnosis kehamilan mola sering
terlambat atau tertunda. Biopsi endometrium untuk mengevaluasi perdarahan
perimenopause sering menjadi prosedur pertama yang dilakukan. Karena biopsi biasanya
menunjukkan penyakit trofoblastik jika ada, kadang-kadang hanya ditemukan bekuan
darah, debris nekrotik, desidua, atau hasil patologi lainnya. Manajemen mola hidatidosa
termasuk evakuasi bedah sejalan dengan pengawasan tertutup serum level β-hCG untuk
evaluasi.4
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 1
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 2/31
DEFINISI
Mola hidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang tidak
sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema dan vili vesikuler sehingga
menunjukkan berbagai ukuran trofoblas proliferative tidak normal. Mola hidatidosa terdiri
atas: mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial; perbedaan antara keduanya
adalah berdasarkan morfologi, gambaran klinikopatologi, dan sitogenetik.5,6
Mola hidatidosa digolongkan kepada GTN (Gestational Trofoblastic neoplasma).
Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Trofoblas Gestasional7
INSIDEN
Mola hidatidosa mempengaruhi 1-3 pada setiap 1000 kehamilan. Sekitar 10% mola
hidatidosa bertransformasi menjadi salah satu bentuk penyakit trofoblas gestasional.
Insidensi kehamilan pada wanita perimenopause sangat rendah.7 Hiroaki soma et al
menyatakan bahwa insidensi mola hidatidosa pada wanita usia diatas 45 tahun sangat
tinggi walaupun jumlah kehamilan pada usia tersebut rendah. Peningkatannya dapat
mencapai 45 kali pada pasien usia tua. Delapan dari 27 kasus usia diatas 45 tahun
berkembang kemudian menjadi keganasan. Tingkat perkembangan keganasan menjadi
koriokarsinoma atau mola invasive adalah 66% pada wanita usia 45 tahun dibandingkan
dengan 15% pada usia dibawah 44 tahun. Oleh karena itu, wanita berusia 45 tahun atau
lebih cenderung memiliki peningkatan risiko koriokarsinoma atau mola invasive. 4,4 kali
lebih tinggi.8
Yen dan MacMahon menyatakan bahwa risiko mola hidatidosa pada wanita
berumur 45 tahun atau lebih kira-kira 25 kali lebih tinggi daripada wanita yang berumur
40 tahun. Shiina dan Ichinoe melaporkan bahwa insidensi mola hidatidosa pada wanita
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 2
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 3/31
lebih dari 45 tahun adalah 25 kali lebih tinggi daripada wanita berumur dibawah 34 tahun.
Mereka juga menyatakan bahwa kejadian mola invasive dan koriokarsinoma setelah mola
hidatidosa meningkat secara signifikan setelah usia 35 tahun. Jequier dan Winterton
mengulas literature dunia dan ditemukan 106 kasus penyakit trofoblas pada wanita usia 50
tahun dan ditambah dengan 3 kasus dari mereka sendiri.1
Di Asia, insiden mola hidatidosa komplit tertinggi adalah di Indonesia yaitu 1 dari
77 kehamilan dan 1 dari 57 persalinan. Di Indonesia (RS Hasan Sadikin Bandung)
berturut-turut antara tahun 1971-77; 1978-83; 1988-91 adalah 16,4; 21,18 dan 10,64 per
1000 kehamilan. Insidens kehamilan mola di Asia Tenggara, Mexico dan Filipina lebih
tinggi 8 kali dibandingkan dengan wanita kulit putih di Amerika Serikat. Insidens mola
hidatidosa dengan janin hidup dinyatakan terjadi pada 1/20.000 – 1/100.000 kehamilan.
Vejerslev menyatakan bahwa ada 113 laporan kehamilan dengan mola dan janin antara
tahun 1903-1989. Dari 87 ibu yang ingin melanjutkan kehamilannya 36 dari bayinya
selamat dengan sehat.5,6
FAKTOR RESIKO
Usia ibu
Risiko keganasan pada kehamilan mola meningkat seiring dengan usia ibu yang
lanjut. Usia ibu yang ekstrim di yakini meningkatkan resiko terjadinya mola hidatidosa.
Ibu di usia remaja dan ibu di usia 36-40 tahun memiliki resiko 2 kali lebih besar. Pasien
dengan usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7 kali lebih tinggi dan hal ini sering
dijumpai pada wanita di usia 45 tahun. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah karena
sel telur pada wanita usia tua sering terjadi fertilisasi yang abnormal.9
Berikut adalah tabel yang menggambarkan meningkatnya risiko terjadinya mola
hidatidosa pada usia yang lebih tua.10
Tabel 2. Hubungan antara Usia dengan Risiko Terjadinya Mola Hidatidosa10
Usia Risiko
< 20 tahun 1.5320-24 1.17
25-29 130-34 1.0435-39 1.33
40-44 2.6645-49 24.89>50 80.76
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 3
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 4/31
Riwayat persalinan
Pasien dengan riwayat kehamilan yang gagal meningkatkan resiko terjadinya penyakit
trofoblas ini, sebagai contoh pada pasien dengan riwayat abortus spontan pada kehamilan
sebelumnya memiliki resiko 2 kali lipat untuk terkena mola hidatidosa. Sudah pastidemikian juga pada pasien dengan riwayat mola hidatidosa sebelumnya, dengan resiko
kemungkinan berulang 10 kali lipat. Lebih jauh lagi, jika seorag pasien memiliki riwayat
keluarga dengan mola, juga memiliki resiko tinggi mengalami mola hidatidosa.9
Ras
Insiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan biasanya
tertinggi pada negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia.9
Faktor lainPada beberapa kasus, telah diteliti kontrasepsi oral kombinasi ternyata memiliki hubungan
terjadinya mola hidtidosa. Palmer 1999 dan Parazzinni 2002 menambahkan bahwa lama
pengunaan jenis kontrasepsi ini juga ikut berperan. Wanita yang sedang mengunakan
kontrasepsi oral kombinasi namun terjadi kehamilan, dia memiliki resiko 4 kali untuk
terkena mola hidatidosa.9
PATOFISIOLOGI
Mola hidatidosa merupakan kehamilan abnormal dimana villi korealis mengalami
mengalami proliferasi dan edema. Mola hidatidosa terbagi atas mola komplit dan mola
parsial. Penelitian sitogenik menunjukan adanya abnormalitas dalam perkembangan kedua
jenis mola hidatidosa ini. Setelah kehamilan mola, dilaporkan risiko kehamilan mola
berulang sekitar 0,-2%, meskipun satu studi di Korea dilaporkan lebih dari 3,1% (dua dari
65 wanita yang menjadi hamil). Hal ini 10-20 kali lebih tinggi daripada risiko pada
populasi pada umumnya, dimana 0,1-0,2% tergantung pada regi berbeda. Setelah dua atau
lebih kehamilan, risiko meningkat menjadi 5-28%. 9,11
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 4
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 5/31
Tabel 3. Gambaran Mola Hidatidosa Komplit dan Mola Hidatidosa Parsial6
Mola Komplit
Secara klasik, mola komplit dibedakan dari mola parsial melalui kariotipenya, gambaran
histologi dan gambaran klinis. Mola komplit pada umumnya memiliki karyotipe diploid
yang lengkap dan 85% adalah 46XX, namun seluruh kromosomnya berasal dari paternal.
Disini ovum yang ”kosong” kromosom DNA-nya dibuahi oleh sperma yang haploid dan
menduplikasi kromosomnya sendiri melalui proses miosis. Walaupun pada umumnya
46XX, namun jika terjadi pembuahan oleh 2 sperma dapat menghasilkan 46XY. Secara
mikroskopik mola komplit menunjukan pembesaran, edema dari villi dan proliferasi
abnormal dari trofoblas yang menyebar diseluruh plasenta. Secara makroskopik gambaran
ini menunjukan perubahan villi korionik dalam kelompok vesikel dengan ukuran yang
berbeda. Sehingga disebut hydatifrom mole atau seikat anggur. Pada mola komplit ini
tidak dihasilkan janin atau air ketuban, yang ada hanyalah jaringan mola yang memenuhi
seluruh rongga endometrium.9,12
Mola parsial
Mola parsial adalah triploid dimana berasal dari 2 set kromosom paternal dan 1 set
kromosom maternal. Secara makroskopik tipe mola disertai dengan hasil konsepsi nromal
yaitu embrio yang biasanya mati pada usia kehamilan 8-9 minggu. Histologi menunjukan
pembengkakan villi yang sedikit dibandingkan dengan mola komplit, perubahan biasanya
bersifat lokal.
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 5
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 6/31
Pasien dengan mola parsial memiliki gejala dan tanda yang sama dengan abortus
inkomplit atau missed abortion. Gejala yang sering timbul adalah perdarahan pervaginam
yang hilang timbul.9,12
Gambar 1 : Asal genetik dari mola hidatidosa9
Tabel 4. Gambaran Klinikopatologis Pada Penyakit Trofoblas Gestasional13
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 6
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 7/31
DIAGNOSIS
• Gejala & Tanda
Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan
kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannyasering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar
uterus lebih besar dari umur kehamilan.
Gejala utamanya adalah pedarahan pervaginam (73 %). Pembesaran uterus &
preeklampsia hanya muncul pada 4-11 % dan 1-4 % kasus. Dan kista teka lutein,
hyperemesis dan hypertiroid jarang muncul. Diperkirakan sekitar 8-20 % pasien dengan
mola hidatidosa komplit berkembang menjadi keganasan trophoblastik setelah evakuasi
uterus. Biasanya keluhan perdarahan pervaginam inilah yang menyebabkan mereka datang
ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai
ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan dapat intermiten, sedikit-sedikit
atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini
umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia. Mola hidatidosa sering
disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun bilateral. Umumnya kista ini
menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus-kasus dimana kista
lutein baru ditemukaan pada follow up. Dengan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein
kurang lebih 10,2% tetapi bila menggunakan USG angkanya meningkat sampai 50 %.
Kasus mola dengan kista lutein memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk mendapat
degenerasi keganasan di kemudian hari daripada kasus-kasus tanpa kista. 5,9,12
• Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan hCG
Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Pemeriksaan
hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk diagnosis maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. Human chorionic gonadotropin adalah
hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta yang memiliki aktivitas biologis mirip
LH. Sebagian besar hCG diproduksi di plasenta, tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal
janin. Pemeriksaan hCG serum secara kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan
kadar hCG menunjukkan kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester pertama
kehamilan, yakni pada hari ke 60-70 kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada mola
hidatidosa dan tumor trofoblas gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih tinggi daripada
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 7
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 8/31
kadar puncak hCG pada kehamilan normal. Pada penderita penyakit trofoblas gestasional
pemeriksaan hCG serum harus dilakukan secara kuantitatif baik dengan pemeriksaan
radio immunoassay maupun enzyme immunoassay. Hasil pemeriksaan hCG melalui
pemeriksaan urin dan darah lebih tinggi daripada kehamilan normal. Uji kehamilan
kuantitatif > 100.000 mIU/mL atau kadar titer HCG yang lebih tinggi dua kali normal.9,12,14
2. Ultrasonografi
USG telah terbukti sebagai alat diagnostik yang akurat dan sensitif untuk
menegakkan diagnosa mola. Dimana mola komplit menunjukkan gambaran pola vesikuler
oleh karena pembengkakan dari chorionic villi. Vili chorionic pada trimester I mola
komplet cenderung lebih kecil dan lebih sedikit kavitasi. Akan tetapi, mayoritas dari mola
komplet pada trimester I tetap menunjukkan gambaran USG yang khas (pola Honey
comb) yaitu pola kompleks, echogenik massa intrauterine mengandung banyak ruang kista
kecil. Pada 20-50 % kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler di daerah adneksa.
Massa tersebut berasal dari kista teka-lutein. Apabila jaringan mola memenuhi sebagian
kavum uteri dan sebagian berisi janin yang ukurannya relatif kecil dari umur
kehamilannya disebut mola parsialis. Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada
juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan aterm.9,12
Gambar 2. Ultrasonografi pelvic pada mola hidatidosa komplit . dengan karakteristik pola
vesicular pada multiple echo. Lubang-lubang dalam massa plasenta dan tidak dijumpai
fetus.13
3. Histologis
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 8
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 9/31
Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema
dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih
tampak villi yang normal. 13
Gambar 3. Mola hidatidosa komplit dengan villi hidropik, villi tidak memiliki
pembuluh darah, proliferasi sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas yang hiperplastik. 13
Gambar 4. Mola hidatidosa parsial dengan vili korionik berbagai bentuk maupun
ukuran, serta terdapat edem fokal, melibatkan pula stroma trofoblastik, villus aktif
serta hiperplasia trofoblastik fokal.13
Tabel 5. Histologi Penyakit Trofoblas Gestasional Pada Wanita yang Membutuhkan
Histerektomi1
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 9
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 10/31
PENANGANAN
Pengelolaan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4 tahapan berikut ini : yaitu perbaikan
keadaan umum, pengeluaran jaringan mola, terapi profilaksis dengan sitostatika,
pemeriksaan tindak lanjut ( follow up) :5,9,11
1. Perbaiki Keadaan Umum
Dalam proses perbaikan keadaan umum dapat termasuk pemberian pemberian transfusi
darah untuk mengatasi syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit
seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
2. Pengeluaran jaringan mola
Penanganan utama untuk mola hidatidosa adalah evakuasi jaringan mola. Kebanyakan
tidak perlu evakuasi ulang setelah evakuasi yang pertama. Tindakan ini akan mengurangi
atau mencegah proliferasi ulang dari trofoblas dan menurunkan kada HCG sampai ke
normal. Meski demikian, tetap harus dilakukan evaluasi kadar HCG secara berkala.
Terdapat beberapa cara yaitu vakum kuretase atau histerektomi :6,7,9
• Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase. Untuk memperbaiki
kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan
menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus
dan agar jaringan miometrium yang ditumbuhi jaringan mola ikut terbawa; kerokan perlu
dilakukan secara hati-hati karena adanya bahaya perforasi. Sebelum tindakan kuret
sebaiknya disediakan darah untuk menjaga apabila terjadi perdarahan yang banyak . Pada
wanita usia diatas 35 tahun, risiko post molar penyakit trofoblas gestasional setelah vakum
kuretase cenderung meningkat, dan dilaporkan tinggi sekitar 56% pada wanita diatas 50
tahun. 1,9,11
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 10
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 11/31
• Histerektomi
Pada beberapa wanita, yang telah cukup memiliki anak, evakuasi melalui
histerektomi memberikan manfaat pengobatan simultan dan sterilisasi dan cenderung
menurun terhadap risiko post molar penyakit trofoblas gestasional. Dimana dijumpairisiko post molar penyakit trofoblas gestasional sekitar 8-20% pada pasien usia tua setelah
histerektomi, dan pengamatan lanjutan dengan serum βhCG.3,15,16
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup anak.
Alasan untuk histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor
predisposisi terjadinya keganasan. Batasan dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak
hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan permeriksaan
histopatologi sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola
invasif/koriokarsinoma. Tujuan histerektomi ialah untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya keganasan dan bila kemudian terjadi koriokarsinoma maka derajat skor
prognostik akan lebih rendah sehingga sitostatika yang diperlukan akan lebih sederhana
dan kurang toksis serta biayanya menjadi lebih ringan. Pada kebanyakan kasus,
histerektomi dikombinasikan dengan kemoterapi profilaktik. Meskipun kemungkinan
metastasis setelah dilakukan histerektomi menurun dari 20 % menjadi 3,5 % namun
histerektomi tidak dapat mencegah metastasis, sehingga pasien tetap memerlukan tindak
lanjut dengan penilaian kadar β hCG. Sebelum mola dikeluarkan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan rontgen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya metastasis di tempat
tersebut. Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar
mejadi kista teka-lutein. Kista-kista ini tumbuh karena pengaruh hormonal, nantinya akan
mengecil sendiri. Penelitian oleh Stone dan Bagshawe menemukan bahwa 15% pasien
yang dilakukan histerektomi primer memerlukan kemoterapi dibandingkan 4,3% pada
wanita dengan mola yang dievakuasi dengan vakum kuretase.15,17,18,19
Dari penelitian oleh AM Bahar dkk dijumpai bahwa histerektomi primer tidak
memperburuk prognosis penyakit trofoblas gestasional, namun hal ini tidak berarti
pengamatan lanjutan dengan serum βhCG tidak diperlukan.15
Tabel 6. Indikasi Histerektomi pada Wanita dengan Penyakit Trofoblastik Gestasional3
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 11
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 12/31
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Terapi profilaksis ini masih kontroversial, kelompok yang setuju menyatakan
perlunya pemberian terapi profilaksis pada kasus mola dengan risiko tinggi dan hal ini
merupakan kebijakan yang masih diperlukan di negara-negara yang sedang berkembang
karena sebagian besar masyarakatnya golongan sosio ekonomi rendah dan ketaatan
penderita untuk mengikuti follow up secara ketat sulit diharapkan. Goldstein berpendapat
bahwa pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan
metastasis serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali. 5,14
Di RSHS pemberian kemoterapi profilaksis pada mola risiko tinggi dengan
pemberian kemoterapi tunggal berupa :5,14
- Methotrexate (MTX) 20 mg/hari IM dan asam folat 5mg/hari IM yang diberikan 12
jam setelah pemberian MTX, keduanya diberikan 5 hari berturut-turut
- Actinomycin D 0,5 mg/hari IV diberikan selama 5 hari berturut-turut.
Kelompok yang tidak setuju terhadap terapi profilaksis sitostatika ini menyatakan
bahwa pemberian sitostatika profilaksis dianggap memiliki efek samping obat dan dapat
terjadi resistensi bila kelak diperlukan pemberian sitostatika untuk terapi TTG. Namun
berdasarkan pengalaman di RSHS ternyata efek samping MTX pada 18 penderita yang
memperoleh MTX profilaksis hanyalah berupa stomatitis (10 %) dan rambut rontok (2 %),
sedangkan sisanya tidak menunjukkan efek samping.5,14
4. Pengamatan Lanjutan
Pengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya
dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan timbulnya tumor ganas(sekitar
20 %). Anjuran untuk semua penderita pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 12
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 13/31
timbulnya keganasan, masih belum diterima oleh semua pihak. Berkowitz dkk.
Melaporkan bahwa waktu rerata yang diperlukan untuk resolusi serum βhCG adalah 7
minggu pada pengguna kontrasepsi oral dibandingkan 7,2 minggu pada wanita yang
menggunakan metode kontrasepsi barrier.5,18,19
Menurut FIGO tahun 2000 penanganan paska evakuasi mola hidatidosa, meliputi:6
1. Pemeriksaan β hCG setiap minggu pada bulan pertama sampai tidak terdeteksi.
Dikatakan tidak terdeteksi bila dua pemeriksaan selanjutnya, interval 1 minggu tetap
tidak terdeteksi. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan setiap dua minggu pada bulan
kedua, setiap bulan selama 6 bulan dan setiap 6 bulan selama setahun.
2. Alat yang digunakan mempunyai sensitifitas ≤ 2 MIU/mL dan harus dapat mengukur
semua molekul hCG.
3. Pasien diberikan kontrasepsi yang dapat diandalkan, dianjurkan pil kontrasepsi. Pasien
boleh hamil setelah 6 bulan bila kadar hCG cepat menurun. Tetapi bila kadar hCG
menurun lambat, maka kehamilan harus ditunda lebih lama lagi.
Pada penderita mola risiko rendah follow up (pengamatan lanjutan) dilakukan 2 minggu
pasca evakuasi dan pada mola risiko tinggi dimulai 2 minggu setelah mendapat
kemoterapi profilaksis. Pada pengamatan lanjutan yang perlu dilakukan : 5
• Mulai minggu ke 2 sampai minggu ke 12 pascaevakuasi penderita dianjurkan untuk
melakukan follow up setiap 2 minggu. Pemeriksaan yang dilakukan ialah :
1. Pemeriksaan β hCG dengan cara RIA/IRMA atau EIA
2. Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan :
- Besar dan involusi uterus
- Ada tidaknya perdarahan (per vaginam dan atau hemaptoe)
- Ada tidaknya tanda-tanda metastasis (vagina, paru-paru, dll)
Pada kasus yang tidak menjadi ganas kadar hCG cepat turun menjadi negatif dan tetap
negatif nantinya. Pada awal pascamola dapat dilakukan tes kehamilan biasa, akan tetapi
setelah tes hamil biasa menjadi negatif, maka perlu dilakukan pemeriksaan radio-
immunoassay β hCG dalam serum. Pemeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormon
dalam kuantitas rendah. Follow up dilakukan dengan pola yang sama sampai minggu ke-
12 pascaevakuasi jaringan mola dan bila pada minggu ke-12 kadar β hCG ≤ 5mIU/ml
dilanjutkan dengan tahapan dibawah ini.
Periode paling kritis adalah 4-6 minggu pasca evakuasi. Meskipun kadar hCG biasanya
normal kembali dalam dalam 1-2 minggu pasca evakuasi, kadar hCG harus normal antara
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 13
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 14/31
8 minggu pasca evakuasi. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kadar hCG normal
pertama kali setelah evakuasi adalah 9 minggu.5
Namun apabila terdapat pertumbuhan jaringan trofoblas baru yang diketahui
dengan tanda klinis dan terdapat peningkatan β hCG yang ditetapkan dengan kriteria
Mozisuki dkk yakni : 5
- Kadar β hCG ≥ 1000 mIu/ml pada minggu ke-4
- Kadar β hCG ≥ 100 mIu/ml pada minggu ke-6
- Kadar β hCG ≥ 30 mIu/ml pada minggu ke-8
Maka penderita dikelola sebagai tumor trofoblas gestasional. Pemeriksaan CT scan juga
dianjurkan bila dicurigai terdapat tanda metastasis ke otak. Setelah periode pemantauan
selesai, kehamilan diperbolehkan. Setelah mencapai kadar hCG yang tak terdeteksi, risiko
relaps mola hidatidosa sangat rendah dan mencapai nol. Indikasi memulai terapi selama
periode pemantau adalah : 5
a. Peningkatan titer hCG selama 2 minggu berturut-turut atau kadar yang konstan
selama 3 minggu berturut-turut
b. Peningkatan titer hCG pada minggu 15 setelah evakuasi
c. Penigkatan titer hCG setelah mencapai level normal
d. Perdarahan pasca evakuasi
Adanya peningkatan titer hCG menandakan adanya proliferasi trofoblast yang
kemungkinan besar maligna terkecuali wanita tersebut mengalami kehamilanPenderita
dianggap sembuh bila sampai dengan follow up 12 bulan tidak ada tanda pertumbuhan
baru jaringan trofoblas atau bila penderita ternyata sudah hamil normal lagi kurang dari
12 bulan setelah evakuasi mola. Adanya kehamilan normal dibuktikan dengan
pemeriksaan, termasuk USG. Pengertian sembuh tidak berarti bahwa tidak mungkin
terjadi TTG di masa mendatang karena sifat sel trofoblas dorman. 5
Di bawah ini adalah gambaran penurunan HCG setelah evakuasi :
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 14
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 15/31
Gambar 5. Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan kurva regresi
normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola.6
Beberapa hal yang diperhatian setelah evakuasi mola :
Indikasi untuk kemoterapi:5,17
kenaikan kadar HCG setelah 6 bulan evakuasi
kadar HCG menetap dalam 3 kali pemeriksaan
kadar HCG > 20.000 IU/L atau lebih 4minggu setelah evakuasi
kenaikan HCG pada 2 kali pemeriksaan
adanya metastase di paru, vulva dan vagina, meski kadar HCG turun
perdarahan pervaginal masiv atau perdarahan intra peritoneal
secara histologi terbukti koriokarsinoma
metastase di otak, hati, saluran cerna dan paru dengan ukuran > 2cm.
Ho Yuen dan Burch menemukan tidak ada peningkatan kebutuhan kemoterapi pada pasien
yang menggunakan pil kontrasepsi oral dosis rendah, tetapi mereka menemukan bahwa
kebutuhan kemoterapi yang tinggi pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi oraldosis tinggi.18
FIGO juga membuat sistem skoring untuk membagi mola hidatidosa dalam resiko rendah
atau resiko tinggi :
Tabel 7. Sistem Skoring untuk Prognostik Faktor WHO diadaptasi dari FIGO11
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 15
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 16/31
Keterangan :
Nilai < 6 = Resiko rendah
Nilai > 7 = resiko tinggi
Regimen kemoterapi yang diberikan dikelompokkan atas dua regimen kemoterapi yaitu
kemoterapi pada kelompok penyakit trofoblas resiko rendah dan kelompok resiko tinggi.
Regimen kemoterapi pada penyakit trofoblas gestasional resiko rendah :9,12
Obat Dosis terapi SiklusMethotrexate 1 mg/kgBB (maksimal 70
mg)/im atau iv; hari ke
14 hari
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 16
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 17/31
1,3,5,7Dan
Asam folat 0,1 mg/kgBB/im atau iv;
hari 2,4,6,8
Methotrexate 0,4 mg/kgBB/im atau ivsetiap 5 hari
14 hari
Methotrexate 30-50 mg/m2/im 7 hari
Dactinomycin 10µg/kgBB (maksimal 0,5
mg) iv; setiap 5 hari
14 hari
Dactinomycin 1,25 mg/m2; iv dosis tunggal 14 hari
Regimen kemoterapi pada penyakit trofoblas gestasional resiko berat atau pada pasien
yang tidak respon dengan kemoterapi metotrexate : 9,12(EMA/CO)
Regimen terapi DosisMinggu I
Hari 1 Etoposide 100mg/m2/iv/selama 30 menitMethotrexate 100 mg/m2/iv/bolus
Methotrexate c 200 mg/m2/iv selama 12 jam per
drips
Actinomycin-D 0,5 mg iv bolusHari 2 Etoposide 100 mg/m2/iv/selama 30 menit
Asam folat 15 mg iv/im/6 jam sampai 4 kali
pemberian24 jam setelah pemberian
methorexate dimulaiActinomycin-D 0,5 mg iv bolus
minggu IIHari 8 Siklophospamid 600 mg/m2/iv/selama 30 menit
Vinkrinstin 1 mg/m2 (sampai 2 mg) ; iv bolus
PROGNOSIS
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsia,
payah jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak ada
lagi, tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yakni berkisar antara 2,2 dan 5,7 %.
Sebagian besar dari pasien mola akan sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan,
tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian menderita keganasan yakni koriokarsinoma.
Persentase keganasan yang dilaporkan berkisar antara 5,56 %. Kecenderungan terjadinya
tumor trofoblas meningkat sebesar 40 % jika terdapat satu dari gejala dibawah ini : 5,14
- Kadar hCG preevakuasi 100.000 mIU/ml
- Besar uterus >20 minggu
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 17
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 18/31
- Kista teka lutein dengan diameter > 6 cm
Sedangkan yang tidak memiliki salah satu tanda diatas yang hanya memiliki risiko
sebesar 4 %. Ekspresi Human telomerase reverse transcriptase (hTERT) pada uterus yang
mengalami mola komplit dinyatakan sebagai marker penyakit yang persisten Terjadinya
proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, tetapi yang
paling banyak dalam 6 bulan. Kemampuan reproduksi pascamola , tidak banyak berbeda
dari kehamilan lainnya. 5,14
Prognosa memburuk dijumpai pada:14,20
1. Masa laten antara mola dan timbulnya keganasan panjang
2. βhCG yang tinggi
3. Pengobatan tidak sempurna
4. Adanya anak sebar pada otak dan hepar
5. Daya tahan tubuh penderita
6. Diagnosa terlambat dibuat dengan akibat terapi terlambat diberikan.
Setelah ditemukannya kemoterapi kasus-kasus PTG resiko rendah & dapat bertahan untuk
hidup lebih lama, sedangkan kasus resiko tinggi hanya 30-50% dapat bertahan lebih
lama.14,20
DAFTAR PUSTAKA
1) Tsukamoto N, Iwasaka T, kashimura Y, et al. Gestational Trophoblastic Disease in
Women Aged 50 or More. Gynecologic Oncology. 1985;20:53-61.
2) Ash Monga. Gynaecology By Ten Teachers. Hodder Arnold;18th Edition:2006;
United Kingdom; 99-101.
3) Pisal N, North C, Tidy J, Hancock B. Role of Hysterectomy in Management of
gestational Trophoblastic Disease. Gynecologic Oncology. 2002;87:190-2.
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 18
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 19/31
4) Davidson SA, Gottesfeld J, La Rosa FG. Case Report Molar Pregnancy in A 60-
year-old Woman. International Journal of Gynecology & Obstetrics. 1997;56:53-5.
5) Rauf S, Riu DS, Sunarno I. Penyakit Trofoblas Gestasional. Dalam: Ilmu
Kandungan, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Edisi 3 (1),
2011:208-17.
6) Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, et al. Gestational
Trophoblastic Disease. In: Seils A, Edmonson KG, Davis K, editors. Williams
Obstetrics. 22nd ed. New York: McGraw-Hill;2005:273-84.
7) Sebire NJ, Seckl MJ. Gestational Trophoblastic Disease: Current Management of
Hydatidiform Mole. BMJ. 2008;337:453-8.
8) Soma H, Takayama M, Saito T, et al. Management of Hydatidiform Mole in
Women over 45 Years Old. Asia-Oceania Journal of Obstetrics and Gynecology.
1983;9(4):393-98.
9) Scorge OJ, et al,. Gestational Trophoblastic Disease. In : Williams Gynecology.
Mc Grawhill Medical. 2008:755-57.
10) Stenchever, Morton A, et al. Comprehensive Gynecology. 4th Edition. Mosby,Inc,
2002.
11) Tse KY, Ngan HYS. Gestational Trophoblastic Disease. Best Practice & Research
Clinical Obstetrics and Gynaecology. 2012;26:357–70.
12) Edmons K,Trophoblast disease, in : Dewhurt's text book of Obstetrics &
Gynaecology. Blackwell Publishing.7th Edition:2007:117-9
13) Lurain JR. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology, pathology, clinical
presentation and diagnosis of gestational trophoblastic disease, and management of
hydatidiform mole.. Am J Obstet Gynecol.2010:531-39.
14) Bratakoesoema, Dinan S. Penyakit Trofoblas Gestasional. M. Farid Aziz,
Andrijono and Abdul Bari Saifuddin. Onkologi Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2006.
15) Bahar AM, El-Ashnehi MS, Senthilselvan A. Hydatidiform Mole In The Elderly:
Hysterectomy or Evacuation?. Int.J.Gynecol.Obstet. 1989;29:233-38.
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 19
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 20/31
16) Soma H, Takayama M, Saito T, et al. Management of Hydatidiform Mole in
Women over 45 Years Old. Asia-Oceania Journal of Obstetrics and Gynecology.
1983;9(4):393-98.
17) Soper JT. Role of Surgery And Radiation Therapy In The Management of
Gestational Trophoblastic Disease. Best Practice & Research Clinical Obstetrics
and Gynecology. 2003;17(6):943-57.
18) Goedhals J, Botha MC, Theron M, Beukes CA. Complete Hydatidiform Mole in A
57-year-old woman A Case Report. SAJOG. 2010;16(1):1-2.
19) Sivanesaratnam V. Management of Gestational Trophoblastic Disease in
Developing Countries. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology. 2003;17(6):925–42.
20) Soekimin. Penyakit trofoblas ganas. Fakultas Kedokteran USU. 2005.
STATUS ORANG SAKIT
Anamnese Pribadi
Nama : Ny.SP
No. MR : 86-95-61
Umur : 26 tahun
Agama : Protestan
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 20
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 21/31
Alamat : Jl. Pelita II Gg.GKPI Medan
Suku : Batak
Tgl masuk : 25 Januari 2013
Pukul : 12.50 WIB
Ny. D, 26 tahun, G2P1A0, Batak, Kristen Protestan, Ibu Rumah Tangga, Menikah 1 kali,
datang ke RSUPM tanggal 25 Januari 2013 dengan:
Keluhan utama : keluar darah dari kemaluan
Telaah : Hal ini dialami os sejak ± 1 bulan ini. Darah berwarna merah segar,
volume 2-3 x ganti doek/hari disertai riwayat mulas sesekali
Riwayat perut membesar (+) sejak ± 1 bulan ini. Riwayat mual (+),
muntah (+). Riwayat keluar jaringan seperti mata ikan (-). Riwayat
trauma (-). Riwayat keputihan (-). Riwayat penurunan nafsu makan
(-) , riwayat penurunan berat badan (-), BAB(+ )normal, BAK (+)
normal.
RPT : -
RPO : tidak jelas
Status GPA : G2P1A0
HPHT : 30/12/2012
TTP : 6/10/2013
ANC : Bidan 4x
Riwayat persalinan :
1. ♀, Aterm, klinik, bidan, PSP, 4000 gr,1 thn 9 bln, sehat.
2. Hamil ini
A. Pemeriksaan Umum
Status Presens
Sensorium : Compos mentis Anemis : (-)
Tekanan Darah : 130/90 mmHg Ikterus : (-)
Nadi : 90 x/menit Cyanosis : (-)
Pernafasan : 22 x/menit Dyspneu : (-)
Suhu : 36,80
C Oedem : (-)
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 21
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 22/31
Status Lokalisata
Kepala : Mata : konjungtiva inferior pucat kanan/kiri: (-)/(-), sklera ikterik(-)
Leher : Pembesaran Kelenjar tiroid (-), Pembesaran KBG (-)
Thorax : pulmo : vesikuler (+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : Suara jantung I-II reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Status Ostetrikus :
Abdomen : Membesar simetris
TFU : 2 jari diatas pusat
Ballotement : gerak (-), DJJ (-)
Status Ginekologi
Inspekulo : Portio erosi (+),F/A (-), lividae (+), darah (+)
VT : Cervix sacral, tertutup
Uterus > BB, lembek, mobile, permukaan tidak rata, nyeri (-)
P/A kanan / kiri: dalam batas normal
CD: tidak menonjol, nyeri goyang serviks (-)
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 25 Januari 2013:
Hb : 10 gr/dl
Ht : 38 %
L : 12.100/mm3
Tr : 309.000 /mm3
Urin rutin: dalam batas normal
Plano test :(+)
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 22
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 23/31
Hasil USG TAS tanggal 25 Januari 2013:
• Tampak gambaran honey comb appearence tidak terukur caliper di dalam cavum uteri
• cairan bebas (-)
•
fetal echo (-)Kesimpulan : Mola hidatidosa komplit
Diagnosa Sementara : Mola Hidatidosa Komplit
Terapi:
- IVFD RL 20 gtt/i
Rencana :
Darah lengkap
Periksa βHCG, T3/T4,TSH
Cek HST
Foto thorak dan EKG
Evakuasi mola setelah perbaiki KU
Follow Up Tanggal 26 Januari 201 3 :
KU : Perdarahan dari kemaluan (-)
Status Presens:
Sensorium : CM Anemis : (-)
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 23
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 24/31
TD : 130/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80 x/i dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i sianosis : (-)
T : 36,9 oC edema : (-)
Status lokalisata:
Status Lokalisata
Kepala : Mata : konjungtiva inferior pucat kanan/kiri: (-)/(-), sklera ikterik(-)
Leher : Pembesaran Kelenjar tiroid (-), Pembesaran KBG (-)
Thorax : pulmo : vesikuler (+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : Suara jantung I-II reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Status Ostetrikus :
Abdomen : Membesar simetris
TFU : 2 jari diatas pusat
Ballotement : gerak (-), DJJ (-)
Dx: Mola Hidatidosa Komplit
Terapi:
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Transamin 1 amp/8 jam
- SF 2 x 1 tab
- B.comp 3 x 1 tab
-
Hasil Laboratorium tanggal 26 Januari 2013:
Darah rutin :
Hb: 10 gr/dl
Ht : 36,4 %
L : 10.000 / mm3
Tr : 155.000 /mm3
HST
PT : 13,6 detik ( 13,9 detik )
TT : 12,6 detik ( 12,6 detik )
aPTT : 30,1 detik (30,2 detik )
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 24
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 25/31
βhCG : 871.154 mIU/ml
T3 : 2,11 µg /ml (0,79-1,49 ng/ml)
T4: 13,5 µg/ml (4,5-12 ng/ml)
TSH : 0,18 UIU/ml (0,47-4,64 UIU/ml)
KGD adrandom : 70 mg/dl
Hasil Foto Thoraks tanggal 26 Januari 2013:
Kesan: Cord an pulmo dalam batas normal
Hasil EKG tanggal 26 Januari 2013:
Sinus ritmis, normoEKG
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 25
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 26/31
Laporan kuretase a/i Mola hidatidosa
- Pasien dibaringkan di meja operasi dengan infus terpasang
- Dengan posisi litotomi, dilakukan pengosongan kandung kemih dan dilakukan
tindakan asepsis pada daerah vulva dan vagina
- Di bawah GA-TIVA, dipasang spekulum sims bawah dan atas lalu dipasang
tenakulum pada portio posisi jam 11 dan spekulum sims atas dilepas- Dilakukan businasi dengan busi Hegar no 8-13
- Dilakukan sondase uterus → panjang uterus 15 cm
- Dilakukan evakuasi jaringan mola dengan aspirasi vacum pada cavum uteri, lalu
dilanjutkan dengan sendok kuret tumpul pada cavum uteri secara sistematis searah
jarum jam
- Keluar jaringan menyerupai mata ikan ± 700 gr, darah dan stoll cell ± 1000 cc
- Evaluasi perdarahan → terkontrol- Dilakukan pembersihan vagina dengan kassa betadine, tenakulum dan spekulum sims
bawah dilepas
- KU ibu post kuretase : stabil
Instruksi : - Awasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan
- Cek Hb 2 jam post kuretase
- Jaringan mole di periksakan ke patologi anatomi
Terapi :
- Bed rest
- IVFD RL + oksitosin 10-10-10 IU → 20 gtt/i
- Inj transamin 1 amp/8 jam (24 jam)
- Inj ketorolac 1 amp/8 jam
- Inj viccilin 1 gr/8 jam
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 26
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 27/31
Hasil Laboratorium tanggal 26 -0 1 -201 3 ( 2 jam Post kuret ):
- Hb : 9,6 gr/dl
- Ht : 27,9 %
- Leukosit : 9700/ mm3
- Trombosit : 132.000 / mm3
Follow Up Tanggal 27 Januari 201 3 :
KU : Perdarahan dari kemaluan (-)
Status Presens:
Sensorium : Compos mentis Anemis : (-)
TD : 110/70 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80 x/i dyspnoe : (-)
RR : 22 x/i sianosis : (-)
T : 36,9oC edema : (-)
Status lokalisata:
Status Obstetrikus :
TFU : 3 jari bawah pusat
Kontraksi : (+) kuat
Perdarahan : (-)
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 27
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 28/31
Dx: Post kuret a/i molahidatidosa komplit + H1
Th/ : - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Transamin 1amp/ 8jam
- SF 2 x 1 tab
- B.comp 3 x 1 tab
Follow Up Tanggal 28 Januari 201 3 :
KU : Perdarahan dari kemaluan (-)
Status Presens:
Sensorium : Compos mentis Anemis : (-)
TD : 130/70 mmHg Ikterik : (-)
HR : 88 x/i dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i sianosis : (-)
T : 37,0oC edema : (-)
Status lokalisata:
Status Obstetrikus :
TFU : 1 jari diatas simpisis
Kontraksi : (+) kuat
Perdarahan : (-)
Dx: Post kuret a/ i Mola hidatidosa komplit + H 2
Th/ :
- Amoxicillin 3 x 500 mg
- As.mefenamat 3 x 1 tab
- SF 2 x 1 tab
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 28
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 29/31
- B.comp 3 x 1 tab
R/
- Periksa jaringan mole di Patologi Anatomi
- PBJ kontrol ke poli ginekologi tanggal 1 februari 2013
ANALISA KASUS
Telah dilaporkan suatu kasus Ny.SP, 26 tahun, G2P1A0, datang ke IGD RSUPM dengan
Keluhan utama Perdarahan dari kemaluan. Hal ini dialami os sejak ± 1 bulan ini, darah
berwarna merah segar, volume 2-3 kali ganti doek/hari, Mual (+), Muntah (+), riwayat
terlambat haid dialami oleh os sejak 30 desember 2012. Dari anamnesis ini dapat
dipastikan os hamil dan mengalami masalah dalam kehamilannya. Perdarahan yangdialami os tanpa adanya riwayat keluar jaringan seperti mata ikan. Jika perdarahan disertai
keluar jaringan seperti mata ikan merupakan diagnosis pasti suatu mola hidatidosa.
Apalagi dijumpai adanya riwayat mual dan muntah yang hebat yang sering terjadi pada
kasus-kasus mola hidatidosa.
Dari pemeriksaan fisik status present dijumpai TD 130/90 mmHg dengan nadi 90 x/i
dengan abdomen membesar simetris dan TFU 2 jari atas pusat tidak sesuai dengan usia
kehamilan , tanpa adanya gerakan dan denyut jantung janin, sehingga kehamilan ini harus
kita curigai suatu mola hidatidosa. Pada kehamilan mola uterus membesar lebih cepat dari
biasanya. Ukuran uterus melebihi usia gestasi. Pembesaran uterus secara cepat ini
dihubungkan dengan peningkatan kadar HCG akibat dari pertumbuhan trofoblas. Hal ini
juga menjelaskan mengenai mual dan muntah yang hebat pada mola hidatidosa.
Dari pemeriksaan ginekologis didapatkan adanya tanda-tanda kehamilan dengan lividae
(+), uterus membesar yang melebihi usia kehamilan seharusnya. Dari pemeriksaan USG
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 29
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 30/31
dijumpai gambaran uterus yang membesar dengan gambaran honey comb appearance/
snow storm dalam cavum uteri yang merupakan suatu gambaran yang khas pada mola
hidatidosa. Janin tidak dijumpai pada USG, sehingga ini merupakan suatu mola hidatidosa
yang komplit. Pada USG ke dua ovarium dbn, ini menunjukkan tidak dijumpainya kista
teka lutein.
Permasalahan:
Apakah penanganan pada pasien ini sudah tepat?
Apakah faktor risiko yang paling penting pada pasien ini yang dapat mempengaruhi
prognosis penyakitnya?
KKS OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUPM 2013 30
7/16/2019 Mola Putra
http://slidepdf.com/reader/full/mola-putra 31/31