1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Telah sejak lama, kita mendengar bahwa persediaan bahan bakar
minyak di Bumi ini mulai menipis. Ada banyak perkiraan oleh pakar
bahwa tahun sekian pasokan bahan bakar minyak akan benar-benar habis.
Sementara untuk memperbarui minyak yang terkandung di Bumi, juga
bukan hal mudah dan instan. Sehingga, mau tidak mau, manusia dipaksa
untuk terus menemukan energi alternatif sebagai pengganti dari bahan
bakar minyak. Salah satu energi alternatif yang dapat dikembangkan
adalah energi biomassa.
Disadari atau tidak, sejak zaman dulu manusia telah menggunakan
biomassa sebagai sumber energi. Contohnya adalah penggunaan kayu
bakar untuk menyalakan api unggun. Kayu bakar merupakan bahan
biologis yang terdapat di alam dan dapat dimanfaatkan langsung sebagai
sumber energi tanpa perlu diolah terlebih dahulu. Namun sejak
ditemukannya bahan bakar fosil, penggunaan biomassa mulai terlupakan.
Minyak bumi, gas bumi, dan batubara lebih dipilih sebagai sumber energi
dalam kehidupan di masyarakat.
(www.kamase.org)
Sejumlah isu akan terjadinya krisis energi yang mengancam
kelangsungan hidup manusia memerlukan klarifikasi dalam rangka
memahami potensi biomass sebagai sumber energi yang
berkesinambungan: mengenai sumber daya dan ketersediaannya, aspek
logistik, biaya-biaya rantai bahan bakar, dan dampaknya terhadap
lingkungan.
Para ilmuwan memperkirakan dalam hitungan tahun persediaan
minyak dunia akan terkuras habis. Karena itu penggunaan sumber energi
alternatif kini digiatkan, termasuk di antaranya penggunaan biomassa. Di
2
sisi lain juga timbul pertanyaan berapa kuantitas residu yang dapat
digunakan dari suatu sumber biomassa, dimana dan bagaimana harus
dikembangkan, apa dan bagaimana kebutuhan infrastruktur harus
dipenuhi, kesemuanya memerlukan pertimbangan yang seksama. Makalah
singkat ini akan memaparkan potensi pengembangan biomassa sebagai
bahan substitusi minyak bumi (energi fosil) dan kontribusinya kepada
pengurangan emisi CO2 di Indonesia. Khususnya sebagai sumber energi
bagi pembangkit tenaga biomasa (PLTBM)
Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi yang besar untuk
biomassa hal ini dikarenakan Indonesia banyak ditumbuhi oleh tumbuh-
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai biomassa baik saat masih
hidup maupun sudah mati, berdasarkan studi yang dilakukan sebuah
lembaga riset di Jerman (Zentrum for rationalle Energianwendung und
Umwelt, ZREU) pada tahun 2008 mengestimasi potensi biomassa
Indonesia sebesar 146,7 juta ton per tahun. Sumber utama dari energi
biomassa berasal dari residu padi (potensi energi sebesar 150 GJ/tahun),
kayu rambung/kayu karet (120 GJ/tahun), residu gula (78GJ/tahun), residu
kelapa sawit (67 GJ/tahun dan residu kayu lapis dan irisan kayu/veneer,
residu penebangan, residu kayu ulin, residu kelapa dan sampah pertanian
lain (kurang dari 20 GJ/ tahun).
Gambar 1.2 Potensi Biomassa di Indonesia (DEPHUT 2000)
3
I.2 Permasalahan
Permaslahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari biomassa?
2. Bagaimana potensi biomassa di indonesia?
3. Bagaimana pemanfaatan biomassa itu sendiri?
4. Bagaimana teknik konversi biomassa sebagai energi alternatif?
5. Apa kelebihan dari energi biomassa?
I.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari energi biomassa sebagai energi alternatif
2. Memahami teknik konversi energi biomassa sebagai energi alternatif
3. Mengetahui potensi energi biomassa di Indonesia untuk selanjutnya bisa
diterapkan lebih maksimal di masa yang akan datang.
I.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai energi
biomassa sebagai energi alternatif.
2. Mengerti tentang energi panas bumi dan manfaatnya.
3. Memanfaatkan energy nonkonvensional secara maksimal.
4. Mengurangi polusi akibat penggunaan energy fosil dengan menggunakan
energi yang dapat diperbaharui.
4
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Energi Alternatif Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara
lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah
hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer
serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan
sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan
bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang
nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga
dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan
(suistainable). Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang
sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu,
minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi tulang
punggung penghasil devisa negara.
II.2 Biomassa sebagai sumber energi
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber
energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan
maupun tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman
pangan dan perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang
dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati.
Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan
langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena
5
kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan
terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya,
karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada
memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi
lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
6
Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk sumber
energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit,
jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung,
sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering
ditujukan sebagai bahan pembuatan bioethanol.
II.3 Pemanfaatan energi biomassa
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka
diperlukan teknologi untuk mengkonversinya. Terdapat beberapa
teknologi untuk konversi biomassa, dijelaskan pada Gambar 2. Teknologi
konversi biomassa tentu saja membutuhkan perbedaan pada alat yang
digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan perbedaan
bahan bakar yang dihasilkan.
7
Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi
termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan
teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa telah
dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih
dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan. Konversi
termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal
untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar.
Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang
menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.
A. Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi
sumber energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara
dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang
terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa
di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji,
serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket
tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB
terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa briket mulai dari yang
manual, semi mekanis, dan yang memakai mesin.
B. Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai
proses konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier)
menjadi bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar
motor untuk menggerakan generator pembangkit listrik. Gasifikasi
merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan
diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi
masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit
8
pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi
atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.
C. Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro)
pada suhu yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa
tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder.
9
Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan),
sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan
gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah
penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses
tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.
D. Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke
cairan dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau
perubahan dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan
pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain untuk
memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara
dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan
memudahkan dalam pemanfaatan.
A. Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses
biokimia. Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah
hidrolisis, fermentasi dan an-aerobic digestion. An-aerobic digestion
adalah penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain
melalui proses biokimia. Adapun tahapan proses anaerobik digestion
adalah diperlihatkan pada Gambar:
10
Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa
tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan
karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi
etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian
(hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada
umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk
pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus
didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99.5%.
Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang
dapat diubah menjadi bahan bakar cair - biofuel – untuk keperluan
transportasi (mobil, truk, bus, pesawat terbang dan kereta api). Di antara
jenis biofuel yang banyak dikenal adalah biogas, biodiesel dan bioethanol.
1. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki
sifat menyerupai minyak diesel atau solar. Bahan bakar ini ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
11
dibandingkan dengan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap
(smoke number) yang rendah; memiliki cetane number yang lebih tinggi
sehingga pembakaran lebih sempurna (clear burning); memiliki sifat
pelumasan terhadap piston mesin; dan dapat terurai (biodegradabe)
sehingga tidak menghasilkan racun (non toxic). Menurut hasil penelitian
BBPT, biodiesel bisa langsung digunakan 100% sebagai bahan bakar pada
mesin diesel tanpa memodifikasi mesin dieselnya atau dalam bentuk
campuran dengan solar pada berbagai konsentrasi mulai dari 5%.
Keuanggulan biodiesel diantaranya :
• Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik
tidaknya kualitas Solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang
bakar mesin. Semakin tinggi bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran
semakin baik efisiensi termodinamisnya.
• Titik kilat (flash point) tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat
menyebabkan uap Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari
bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan
dari pada solar.
• Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen,
serta dapat diuraikan secara alami
• Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan
memperpanjang umur pemakaian mesin
• Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai
komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun
• Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan
walaupun penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel kedalam solar
12
Vegetable Oil Production
(ton)
Productivity
(kg/ha/year)
Areas
(ha)
Palm Oil/Kelapa Sawit 19,324,293 3,487 8,248,328
Jatropha curcas/Jarak Pagar 147,403 494.45 5,673
Source : Ministry of Agriculture RI (2009)
Tabel 2.3 Biomass Resources for Biodiesel
Biodiesel membutuhkan bahan baku minyak nabati yang dapat
dihasilkan dari tanaman yang mengandung asam lemak seperti kelapa
sawit (Crude Palm Oil/CPO), jarak pagar (Crude Jatropha Oil/CJO),
kelapa (Crude Coconut Oil/CCO), sirsak, srikaya, kapuk, dll. Indonesia
sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku biodiesel. Kelapa sawit merupakan salah satu sumber bahan
baku minyak nabati yang prospektif dikembangkan sebagai bahan baku
biodiesel di Indonesia, mengingat produksi CPO Indonesia cukup besar
dan meningkat tiap tahunnya. Tanaman jarak pagar juga prospektif sebagai
bahan baku biodiesel mengingat tanaman ini dapat tumbuh di lahan kritis
dan karakteristik minyaknya yang sesuai untuk biodiesel.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, total kebutuhan biodiesel saat ini mencapai 4,12 juta kiloliter
per tahun. Sementara kemampuan produksi biodiesel pada tahun 2006 baru
110 ribu kiloliter per tahun. Pada tahun 2007 kemampuan produksi
diperkirakan mencapai 200 ribu kiloliter per tahun. Produsen-produsen
lain merencanakan juga akan beroperasi pada 2008 sehingga kapasitas
produksi akan mencapai sekitar 400 ribu kiloliter per tahun. Cetak biru
(blueprint) Pengelolaan Energi Nasional mentargetkan produksi biodiesel
sebesar 0,72 juta kiloliter pada tahun 2010 untuk menggantikan 2%
13
konsumsi solar yang membutuhkan 200 ribu hektar kebun sawit dan 25
unit pengolahan berkapasitas 30 ribu ton per tahun dengan nilai investasi
sebesar Rp. 1,32 triliun; hingga menjadi sebesar 4,7 juta kiloliter pada
tahun 2025 untuk mengganti 5% konsumsi solar yang membutuhkan 1,34
juta hektar kebun sawit dan 45 unit pengolahan berkapasitas 100 ribu ton
per tahun dengan investasi mencapai Rp. 9 triliun.
2. Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi
gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme.
Gambar 2.3 Rumus Bangun Bioetanol
Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang
memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium,
terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan
bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu :
memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor
BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan
kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar
individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam
teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan
global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan
berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk pengembangan
bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :
14
• Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira
kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete.
• Bahan berselulosa (lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas,
dll.
• Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu,
singkong/ gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia
Pemanfaatan Bioetanol :
• Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar
bensin; digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending
dengan premium (EXX)
• Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa
(tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi).
Pengujian pada kendaraan roda empat di laboratorium BPPT
menunjukkan bahwa tingkat emisi karbon dan hidrokarbon Gasohol E-10
yang merupakan campuran bensin dan etanol 10% lebih rendah
dibandingkan dengan premium dan pertamax. Pengujian karakteristik
unjuk kerja yaitu daya dan torsi menunjukkan bahwa etanol 10% identik
atau cenderung lebih baik daripada pertamax. Etanol mengandung 35%
oksigen sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran.
3. Biogas
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan
bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas
bio didominasi gas metan (60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan
beberapa gas lain dalam jumlah lebih kecil. Gas metan termasuk gas
rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida (CO2)
memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena
15
pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan
positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global.
Sources Waste Potential
Padi Sekam dan gabah 280 kg/ton padi
Jagung Batang dan daun 3,46 ton/ha
Tebu Pucuk tebu
Ampas tebu (baggase)
Tetes tebu
0,14 ton/ton tebu
100 ton/ha
0,05 ton/ton tebu
Kopi Kulit buah 1,8 ton/ha
Kakao Kulit buah 5,8 ton/ha
Kelapa Sawit Pelepah kelapa sawit
Tandan kosong
Limbah cair
22 ton/ha
200-250 kg/ton buah
0,6-0,7 ton/ton sawit
mentah
Karet Kayu karet 40 m³/ha
Sapi Kotoran 10-15 Kg/hari/ekor
Kerbau Kotoran 10-15 Kg/hari/ekor
Babi Kotoran 4,5-5,3 Kg/ekor/hari
Ayam Kotoran 0,06 kg/hari/ekor
Sources : BPPT (2011), Ministry of Agriculture RI (2010)
Tabel 2.5 Biogas Resources from Biomassa
B. Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah proses kimiawi yang mempertukarkan
grup alkoksi pada senyawa ester dengan alkohol
16
C. Densifikasi
Praktek yang mudah untuk meningkatkan manfaat biomassa adalah
membentuk menjadi briket atau pellet. Briket atau pellet akan
memudahkan dalam penanganan biomassa. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan densitas dan memudahkan penyimpanan dan pengangkutan.
Secara umum densifikasi (pembentukan briket atau pellet) mempunyai
beberapa keuntungan (bhattacharya dkk, 1996) yaitu : menaikan nilai
kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut, mempunyai ukuran
dan kualitas yang seragam.
D. Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan
orgranik menjadi arang . pada proses karbonisasi akan melepaskan zat
yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid, methana, formik
dan acetil acid serta zat yang tidak terbakar seperti seperti CO2, H2O dan
tar cair. Gas-gas yang dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor
yang tinggi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada
proses karbonisasi.
E. Anaerobic digestion
Proses anaerobic digestion yaitu proses dengan melibatkan
mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen dalam suatu digester. Proses ini
menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2)
serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses
ini bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion
kering dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik ini adalah
kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik kering memiliki
kandungan biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah memiliki
kandungan biomassa kurang dari 15 % (Sing dan Misra, 2005).
17
II.4 Dampak Pemanfaatan Energi Biomassa
Semua jenis energi di alam baik itu yang tak terbarukan maupun
terbarukan pastinya tak lepas dari dampak yang ditimbulkan. Begitu juga
dengan energi biomassa tentu mempunyai dampak baik itu dampak positif
maupun negatif.
• Dampak Positif
Ada banyak sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan. Biomassa
pun bisa dijadikan salah satu alternatif yang menjanjikan. Pemanfaatan energi
biomassa sebagai sumber energi khususnya sebagai bahan baku produksi
energi listrik mempunyai kelebihan atau dampak positif, antara lain:
1. Merupakan sumber energi paling murah karena jumlahnya melimpah
tersedia di alam bisa dikatakan gratis
2. Dapat diperoleh dengan mudah misalnya sampah atau limbah
disekitar kita
3. Biaya operasional sangat rendah, hal ini karena bahan baku tersedia
melimpah dan gratis
4. Tidak mengenal problem limbah karena dari limbah justru akan
diperoleh energi biomasa
5. Proses produksinya lebih ramah lingkungan karena proses
pembakarannya lebih sempurna, tidak meninggalkan residu atau sisa
pembakaran semisal co2.
5. Tidak menyebabkan efek rumah kaca atau global warming
6. Tidak terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar (Jarass,1980).
7. Mengurangi polusi udara; pembakaran biomassa dari limbah pertanian
dilakukan di dalam ruang bakar menggunakan boiler untuk
mengurangi efek polusi asap karena pembakaran dalam industri
menggunakan peralatan kendali polusi untuk mengendalikan asap,
sehingga lebih efisien dan bersih daripada pembakaran langsung.
18
8. Mengurangi hujan asam dan kabut asap; Melalui pembakaran
biomassa efek hujan asam ini akan direduksi, karena pembakaran
biomassa akan menghasilkan partikel emisi asam sulfur (SO2) dan
nitrogen oksida (NOx) yang lebih sedikit dibandingkan dengan
pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran biomasa lebih efisien dan
sempurna bila diproses melalui karbonisasi karena akan menghasilkan
bahan bakar yang terbebas dari volatile matter atau gas mudah
terbakar.(www.kamase.org)
• Dampak Negatif
1. Ekonomi
Dari segi ekonomi terutama biomassa yang diperoleh dari bahan
baku pangan semisal gandum, tebu dan jagung akan memberikan dampak
samping salah satunya naiknya harga bahan baku pangan. Penyebabnya
macam-macam. Di Jerman misalnya, produksi listrik biomassa mendapat
subsidi pemerintah kata ahli biologi Dr. Andre Baumann: “Ini memicu
persaingan antar petani yang menanam gandum untuk pangan dan petani
biomassa. Selama ini, produsen gandum untuk biomassa mendapat
keuntungan lebih besar daripada petani biasa. Baru belakangan ini, dengan
naiknya harga untuk susu dan gandum, petani biasa dapat bersaing dengan
petani biomassa. Produsen biogas tak lagi dapat membeli bahan dasar
gandum dengan harga murah seperti dalam lima tahun terakhir.“
Di Jerman, 100 kilogram gandum menghasilkan energi biomassa
seharga 25 Euro. Tapi bila gandum tersebut dijual sebagai bahan baku
pangan, harganya hanya 18 Euro. Kini di sejumlah negara muncul
kekuatiran bahwa para petani bahan pangan beralih ke produksi tanaman
untuk biomassa. Padahal, produksi bahan pangan saat ini saja belum
mencukupi untuk menutup kebutuhan pangan dunia. (www.dw-world.de)
2. Lingkungan
19
Dampak lain penanaman produk pertanian untuk biomassa adalah
kerusakan pada alam. Andre Baumann yang menjabat ketua Organisasi
Lingkungan Hidup Jerman NABU menegaskan produksi tanaman untuk
biomassa harus memenuhi standar amdal: “Biomassa sudah digunakan
selama ratusan tahun. Tapi dulu produk biomassa tidak diangkut dengan
truk atau pesawat sampai tempat tujuan. Sekam gandum atau sisa tanaman
lainnya digunakan di pertanian yang sama sehingga membentuk lingkaran
yang tertutup. Tapi sekarang, manusia memakai truk dan kapal laut untuk
mengangkut kelapa sawit dari kawasan tropis ke Eropa, ini menyebabkan
siklus penggunaan biomassa tidak lagi tertutup.“ Contohnya di Benua
Hitam Afrika. Pakar lingkungan dari Institut Pertanian untuk Kawasan
Tropis dan Subtropis Universitas Hohenheim Joachim Sauberborn
menjelaskan „Di Afrika sumber daya alam yang dapat diperbarui luas
digunakan. Banyak warga masih memakai kayu untuk memasak. Namun,
dampak negatifnya adalah kerusakan kawasan hutan karena penebangan
yang tidak terkontrol. Hilangnya vegetasi hutan menyebabkan pengikisan
lapisan tanah yang subur. Akibatnya, lahan pertanian pun makin
berkurang.“
Untuk mendapatkan lahan pertanian baru, penduduk Afrika membuka
hutan. Akibatnya siklus kerusakan alam terus berlanjut. Penebangan
pohon-pohon untuk lahan pertanian menyebabkan karbondioksida
dilepaskan ke udara. Padahal karbondioksida atau CO2 adalah salah satu
gas rumah kaca penyebab pemanasan global. (www.dw-world.de)
II.5 Kendala Penghambat Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia
Di indonesia ada beberapa kendala yang menghambat pengembangan
energi biomassa khususnya untuk produksi energi listrik, seperti:
1. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia
masih sangat rendah. Sebagai perbandingan, harga solar/minyak disel di
Indonesia Rp.380,-/liter sementara di Jerman mencapai Rp.2200,-/liter, atau
sekitar enam kali lebih tinggi.
20
2. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya
belum dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari
luar negeri.
3. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial
pada penyediaan modal awal.
4. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih
terbatasnya studi dan penelitian yang dilkakukan.
5. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
6. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya
sangat bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.
(beyoureself.blogspot.com)
II.6 Strategi Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia
Berdasar atas kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya
mengembangkan dan meningkatkan peran energi biomassa khususnya pada
produksi energi listrik, maka beberapa strategi yang mungkin diterapkan, antara
lain:
1. Meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan; pelaksanaan
identifikasi setiap jenis potensi sumber daya energi biomassa secara lengkap di
setiap wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem
konversi energinya yang sesuai dengan kondisi di Indonesia; pembuatan
"prototype" yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan standar rekayasanya;
perbaikan kontinuitas penyediaan energi listrik; pengumpulan pendapat dan
tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan energi biomassa tersebut.
2. Menekan biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan produksi massal sistem
pembangkitannya, dan mengupayakan agar sebagian komponennya dapat
diproduksi di dalam negeri, sehingga tidak semua komponen harus diimport dari
21
luar negeri. Penurunan biaya investasi ini akan berdampak langsung terhadap
biaya produksi.
3. Memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan analisis
dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangan
dengan pembangunan beberapa proyek percontohan
4. Meningkatkan promosi yang berkaitan dengan pemanfaatan energi dan upaya
pelestarian lingkungan.
5. Memberi prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat tinggi,
baik teknis maupun sosio-ekonomisnya.
6. Memberikan subsidi silang guna meringankan beban finansial pada tahap
pembangunan. Subsidi yang diberikan, dikembalikan oleh konsumen berupa
rekening yang harus dibayarkan pada setiap periode waktu tertentu. Dana yang
terkumpul dari rekening tersebut digunakan untuk mensubsidi pembangunan
sistem pembangkit energi listrik di wilayah lain.
22
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Energi berbasis biomassa berpotensi besar dalam mendukung
pasokan energi yang berkelanjutan di masa mendatang. Meskipun
demikian, pengembangannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga
berefek positif terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan di
pihak lain juga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Semua
teknologi konversi biomassa menjadi energi bisa diterapkan di Indonesia,
dengan pengembangan disesuaikan dengan besaran supply biomassa,
teknologi yang telah dikuasai, ketersediaan anggaran dan jenis produk
yang dibutuhkan pasar di masing-masing daerah. Alternatif teknologi
konversi dalam mengantisipasi kelangkaan BBM misalnya, akan lebih
tepat bila teknologi gasifikasi dan proses anaerobik yang diterapkan; selain
lebih efisien, produknya pun berupa bahan bakar gas yang dapat
digunakan sebagai sumber panas, listrik dan bahan bakar kendaraan. Peran
serta masyarakat dan kebijakan pemerintah yang komprehensif dan
terintegrasi dengan sektor terkait juga perlu dirancang guna merangsang
iklim investasi yang kondusif dan kompetitif. Pengembangan energi
berbasis biomassa sebagai energi yang dapat diperbaharui pada akhirnya
akan mampu mensubstitusi bahan bakar fosil dengan kuantitas besar, yang
pada gilirannya akan mereduksi jumlah CO2 yang diemisikan ke atmosfir.
Dalam konteks global, untuk mereduksi gas rumah kaca dalam jangka
panjang, pasokan biomassa yang stabil dan berkelanjutan merupakan
tuntutan mutlak bagi pengembangan energi biomassa. Dengan demikian
struktur insentif dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan perlu
diciptakan secara kompetitif.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://petualangankudiduniamaya.blogspot.com/2011/04/energi-biomassa-1.html
( diakses 17 maret 2013 )
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/01/21/potensi-biomassa-adalah-
sumber- energi-di-hari-esok/ ( diakses 17 maret 2013 )
http://ksikundip.wordpress.com/news-2/news/potensi-biomassa-adalah-sumber-
energi-di-hari-esok/ ( diakses 17 maret 2013 )
http://www.agussuwasono.com/artikel/iptek/523-mengenal-energi-biomassa.html
(diakses 17 maret 2013 )