MESOTELIOMA MALIGNA
Moh. Sofyan Kasim, Nur Ahmad Tabri**Subdivisi Pulmonologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
I. PENDAHULUAN
Mesotelioma adalah neoplasma yang berasal dari dari sel mesotel di permukaan
lapisan pleura, cavum peritoneum, tunika vaginalis atau perikard.1,2,3 Oleh karena 80%
ditemukan di pleura, maka mesotelioma maligna sering diidentikan dengan mesotelioma
pleura maligna.3
Sekitar 60-80% dari pasien-pasien dengan Mesotelioma maligna dilaporkan ada
riwayat terpapar dengan asbestos.2,4,5 Mesotelioma berkembang pada individu dengan latar
belakang adanya paparan asbes, dan mayoritas pada pasien-pasien berkembang setelah
periode lanjut sampai 40 tahun setelah terjadinya paparan. Selain asbes, akhir-akhir ini
mesotelioma dikaitkan pula dengan Virus Simian 40 (SV 40) radiasi dan faktor genetik.6,7
Menurut Surveilance, Epidemiology and Result (SEER) data dari institut kanker
nasional, insiden dari malignan mesotelioma pada tahun 2008 kira-kira 1 per 100 ribu orang
di Amerika Serikat atau diprediksi 2000-3000 kasus baru setiap tahun.4 Dengan perbandingan
laki-laki dan perempuan 3:12. Penelitian di Amerika Serikat tahun 1997 menunjukan sekitar
6-10 % kasus kanker berhubungan dengan pajanan di tempat kerja, sedangkan penelitian di
Australia tahun 1998 menunjukan 1 % kematian akibat pajanan ditempat kerja8.
Analisis data di AS dari tahun 1973-2000 menunjukan kasus mesotelioma semakin
meningkat dan diperkirakan ada sekitar 7.000 kasus mesotelioma pada laki-laki/ tahun antara
tahun 2003-2054.8 Di Indonesia, pemakaian asbes sebagai bahan bangunan (misalnya
genteng) masih sering ditemukan, hal ini berarti terdapat resiko terkena pajanan asbes bagi
pekerja di industri yang memproduksi bahan bangunan yang mengandung asbes tersebut
sehingga risiko untuk terkena gangguan fungsi paru dan kanker paru atau mesotelioma sangat
tinggi.9 Meskipun masih banyak industri/pabrik yang memproduksi bahan bangunan yang
mengandung asbes, namun di Indonesia data tentang kanker paru atau mesotelioma yang
berkaitan dengan asbes atau asbestosis belum ditemukan.9
1
II. ETIOPATOGENESIS
A. Asbestosis.
Kira-kira 70 % kasus-kasus mesotelioma behubungan dengan paparan asbestos4.
Asbestos adalah suatu kelompok mineral serat silikat magnesium terhidrasi, terdiri dari
dua kelompok besar yaitu Krisotil dan Amphibole.10,11 Krisotil termasuk kelompok
Serpentine merupakan serat asbes berwarna putih bersifat lentur, berbentuk lengkung
panjang,dianggap kurang karsinogenik. Amphibole termasuk Actinolite, Amosite,
anthopyllite, Crocidolite, Tremolite merupakan serat berbentuk lurus dan panjang yang
lebih sering menyebabkan kanker dan fibrosis diparu, terutama Crocidolite dianggap
sebagai yang paling onkogenik.11,12
Krisotil adalah tipe yang paling utama dari asbestos dan jumlahnya sekitar 90 %
produksi dunia, akan tetapi krisotil bisa menyebabkan mesotelioma malignan masih
konteroversi, beberapa ahli mengatakan bahwa krisotil berperan penting dalam
patogenesis mesotelioma sebab menginduksi kerusakan DNA dan abnormalitas
kromosom pada sel-sel mesotelioma manusia dan tikus secara in vitro dan menyebabkan
mesotelioma maligna pada hewan coba12. Pada penelitian terbaru tedapat peranan TNF
alpha dan NF-kB dalam memberi sinyal sebagai respons dari sel-sel mesotel manusia
terhadap asbestos.12 Pada penelitian in vivo menunjukan bahwa setelah terpapar asbes
terjadi reaksi inflamasi dengan sebuah komponen besar dari phagosit mononuklear12.
Setelah berdiferensiasi menjadi makrofag sel-sel memfagosit serat asbes sebagai respons
dilepaskan TNFἀ pada saat bersamaan serat asbes menginduksi sel-sel mesotel manusia
untuk mengekspresikan TNF ἀ reseptor dan juga menstimulasi sekresi TNF ἀ baik
melalui efek parakrin dan autokrin.12
Sel-sel mesotel manusia terekspos asbestos dan terakumulasi menyebabkan
kerusakan DNA, manifestasi kerusakan DNA yaitu perubahan basa DNA, apoptosis,
aberasi kromosom. Sifat kimia dan permukaan asbes memegang peranan penting dalam
respons seluler, serat kandungan besi dari permukaan asbes dapat membentuk radikal
bebas yaitu Reactive Oxygen Spesies (ROS) dan Reactive Nitrogen Spesies (RNS).11,12
Aktifasi dari jalur NF-kB distimulasi oleh TNFἀ memungkinkan sel-sel mesotel yang
disebakan asbestos menyebabkan kerusakan DNA untuk membelah diri dari pada mati,
dan jika kerusakan cukup spesifik terakumulasi yang pada akhirnya berkembang menjadi
mesotelioma maligna.11
2
B. Simian virus 40 (SV 40)
SV40 adalah virus polyoma yang berasal dari monyet yang telah di identifikasi
pada beberapa tumor manusia dan memiliki kemampuan onkogenik pada manusia.1,13
Beberapa studi telah menunjukan adanya asam nukleat dalam suatu perbandingan
besar pada kasus mesotelioma dan beberapa diantaranya tanpa paparan asbestos yang
jelas.1 Perannya diperkirakan melalui inaktivasi gen supresor tumor yang dikenal sebagai
antigen T SV40 (Tag).1 Tag bersifat mutagenik dan menyebabkan perubahan
kromosom.7 Onkogenitas dari SV40 sudah banyak diamati pada hamster dan 60 %
hamster yang diinjeksikan intrakardial berkembang menjadi mesotelioma dalam 6 bulan
dan jika diinjeksikan intrapleura maka 100% menjadi mesotelioma dalam 3-6 bulan.12
Secara invitro, asbestos meningkatkan transformasi sel mesotel yang dimediasi oleh
VS40, hal ini menunjukkan bahwa asbestos dan SV40 mungkin bersifat ko-karsinogenik
pada mesotelioma.14
3
C. Erionite
Diantara perbedaan tipe dari serat mineral, erionite adalah yang paling poten
menyebabkan malignant mesotelioma. Erionite sudah dideteksi pada paru-paru dari
penduduk desa pada beberapa kota di Cappadocia, turki, dimana 50% atau lebih dari
kematian disebabkan oleh malignant mesotelioma.7
D. Radiasi
Terdapat beberapa laporan kasus mesotelioma maligna pada pasien-pasien yang
menerima radiasi pada thorax dan abdomen.7 Pasien-pasien kanker yang diterapi dengan
radioterapi menunjukan peningkatan resiko untuk malignant mesotelioma dan rata-rata
interval antara radioterapi dan kejadian mesotelioma setelah mendapat radiasi 21 tahun
yang lalu. Meskipun kemungkinan adanya keterlibatan asbestos atau faktor lain tidak
dapat disingkirkan pada kasus-kasus tersebut, namun adanya terapi radiasi intensif yang
dilakukan pada beberapa kasus yang dilaporkan tersebut, menjadikan radiasi sebagai
satu-satunya faktor penyebab yang paling mungkin. Penelitian pada tikus mendukung
hipotesa ini, dimana 27 % dari tikus yang di ekspos dengan radiasi menderita
mesotelioma, dan 38 % menderita sarkoma. Laporan dari penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa paparan radiasi yang intensif, dapat menyebabkan mesotelioma.7
E. Gen abnormal
Penelitian yang dilakukan oleh Carbone dkk. pada penduduk desa Karain dan
Taskoy di Turki menunjukkan adanya suatu faktor genetik yang menjadi predisposisi
yang mempengaruhi individu sehingga menderita mesotelioma. Pada daerah tersebut 50
% kematian dikaitkan dengan mesotelioma. Besarnya angka kematian akibat
mesotelioma menjadikan wilayah tersebut dikenal sebagai house of death. Hipotesis ini
diperkuat oleh observasi bahwa hanya ditemukan seorang penderita mesotelioma di
Karlik, kota yang berjarak 1,5 mil di sebelah selatan Kappodocia, dan merupakan
penduduk yang berpindah dari Karain karena pernikahan. Carbone bersama Imam Rushd
menyusun silsilah dari beberapa keluarga, kemudian memperoleh hasil analisa bahwa
mesotelioma adalah penyakit genetik yang bersifat autosom dominan. Terdapat
kemungkinan bahwa gen yang mengalami mutasi pada penduduk karain, juga merupakan
gen yang menjadi target bagi karsinogen asbestos dan VS40. Penelitian karyotip dan
analisa komparasi hibrida gen menunjukkan adanya kerusakan gen yang multiple pada
sebagian besar penderita mesotelioma, beberapa diantaranya adalah delesi pada lengan
4
pendek (p) kromosom 1,3 dan 9 dan lengan panjang (q) kromosom 6, 13 dan 15. selain
itu, lokus Tumor Supressor Genes (TSG) ditemukan banyak mengalami perubahan pada
mesotelioma.
III. MANIFESTASI KLINIS
Diatas 60 % pasien pasien-pasien dengan malignant pleural mesotelioma mempunyai
keluhan sesak napas, nyeri dada dan efusi pleura, batuk, penurunan berat badan,
kelemahan.6 Gejala-gejala pada stadium lanjut termasuk pneumonia, kaheksia dan anoreksia
disertai kesulitan menelan. Teraba massa pada pemeriksaan palpasi, Bunyi pernapasan yang
menurun, redup pada perkusi karena adanya efusi pleura yang mendasari. Pada ekstremitas
dapat ditemukan adanya jari tabuh.2 Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan eosinofilia,
trombositosis, anemia dari penyakit kronik, kemungkinan defisiensi asam folat dan defisiensi
vitamin B125, pada kasus-kasus yang jarang tumor bertumbuh dan menyebar dan
menyebabkan hemothorax atau sindrom vena cava superior.
IV. DIAGNOSIS
Untuk mendukung diagnosis diperlukan pemeriksaaan sebagai berikut:
A. Foto thoraks.
Foto thoraks yang pertama dilakukan jika seseorang mempunyai gejala-gejala
seperti batuk yang menetap atau ada sesak napas, untuk mengetahui adanya penebalan
pleura, adanya cairan antara kedua paru dan dinding dada atau perubahan dalam paru-
paru itu sendiri sebagai akibat dari paparan asbes15. Hal lain yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan foto thoraks adalah destruksi, reaksi periosteal tulang iga (gambar 1), atau
adanya metastase ke limfonodus.16
Metastease ke paru dapat berupa nodul atau penebalan septum interlobularis. Jika
metastase ke hepar, kadang-kadang pada foto thoraks tampak kalsifikasi pada kuadran
kanan atas abdomen.16
5
Gambar 1. Mesotelioma type epitelial pada foto thorak, dengan efusi pleura kanan, reaksi periosteal destruksi iga.
B. Computerized Tomography (CT)-Scan.
Gambaran CT scan mesotelioma maligna besifat patognomonis sebagian besar
pasien mengalami efusi pleura dan penebalan pleura (gambar 2), sering digunakan untuk
membantu melihat dan menetapkan posisi yang tepat dari kanker itu sendiri serta dapat
menentukan stadium dari kanker itu sendiri.15 Tumor yang berkembang menginvasi
struktur lokal seperti lemak ekstrapleural, otot interkostal, iga.16 Lima puluh persen
pemeriksaan CT Scan dapat mendeteksi adanya invasi langsung pada mediastinum,
seperti struktur pembuluh darah besar, esofagus, dan trakea.16
Gambar 2. Penebalan pleura difuse pada pemeriksaan CT Scan
C. PET (Positron Emission Tomography)
Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET) yang menggunakan isotop
Fluoro-deoxyglucose (FDG) telah digunakan mengevaluasi kelainan intratorakal,
6
termasuk mesotelioma. Selain kelainan anatomis, PET dapat juga memberikan informasi
biolkimia lesi. Sebuah penelitian menunjukan bahwa ambilan FDG oleh mesotelioma
lebih tinggi dibandingkan penyakit pleura jinak. Pemeriksaan PET pada mesotelioma
memiliki sensitifitas 91% dan spesifitas 100%.16
D. MRI (Magnetik Resonansi Imaging)
Beberapa peneliti menganjurkan pemeriksaan MRI untuk mengamati secara lebih
teliti perluasan tumor. MRI memberikan hasil pencitraan yang secara teori dapat dengan
jelas membedakan antara tumor dan jaringan normal. Pada satu penelitian pada 65 pasien
mesotelioma dilaporkan bahwa pemeriksaan MRI dan CT mempunyai akurasi diagnostik
yang hampir sama, berkisar antara 50-65 %.16
V. STAGING
Beberapa sistim stadium untuk mesotelioma sudah digunakan bertahun-tahun lebih
khusus pada primer pleural mesotelioma, adapun sistim staging yang digunakan adalah sistim
Butchart yang utama dibeberapa negara didunia. Sistim ini didasarkan atas deskripsi
sederhana dari luasnya penyakit tanpa memandang tipe histologi yang ada (tabel 1).10
Gambar 3. Tumor-node-metastasis staging for mesothelioma. (Adsapted from Edge S, Byrd DR, Compton
CC, Fritz AG, eds. AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer Publication;
2010. 16).
7
T1a-b, NO, MOIpsilateral pariental pleura, w/o involving visceral pleura (IA) or with involvement of visceral pleura (IB)
S t a g e 1
T2, NO, MOInvolving each ipsilateral pleural surface (parietal, mediastinal, diaphragmatic, visceral) w/ ≥ 1 of following: involving diaphragm muscle or extension into lung parenchyma
S t a g e 2
T1-2, N1-2, MO or T3, NO-3, MOAbove (T1-2) w/ ≥ 1 of following (T3): involve thoracic fascia, mediastinal fat, solitry focus into chest wall, pericardium. Iopsilateral pulmonary/ hilar nodes (N1) ipsilateral mediastinal or sub-cardinal nodes (N2)
S t a g e 3
T4, any N, MO or any T, N3, MO or any T, any N, M1Tumor extension into CW w/ or w/o rib destructions, transdiaphragmatic extension into peritoneum, contralateral pleura extension, mediastinal organs, spine, into myocardium (T4). Contralateral mediatinal, or any supraclavicular nodes (N3) or distant metastates (M1)
S t a g e 4
VI. GAMBARAN PATOLOGI
Gambaran makroskopis mesotelioma maligna adalah konsistensi keras, warna keabu-
abuan, melekat pada permukaan pleura parietal dan visceral dengan nodul dan plak yang
terpisah (Gambar 4).
Gambar 4. Gambaran histopatologi mesotelioma malignaError! Bookmark not defined.
Paru dapat tertutupi oleh massa tumor dengan ketebalan yang dapat mencapai 5 cm
atau lebih, selain itu dapat berpenetrasi minimal pada parenkim paru. Hasil otopsi
menunjukkan keterlibatan limfonodus mediastinum pada 70 % pasien. Metastase hematogen
terjadi lebih sering dari yang diduga, khususnya metastase ke hati, paru, tulang dan kelenjar
adrenal.1
Klasifikasi histologi di tunjukan dalam tabel . terdiri dari tiga tipe utama yaitu
epteloid, sarkomatoid dan bifasik.
1. Tipe epiteloid.
Menunjukan pola pertumbuhan sel tumor yang menyerupai mesotelium reaktif tetapi
mencakup pembentukan, tubulus, asinus, papila. Dan tipe ini merupakan 50% dari semua
tipe.
2. Tipe Sarkomatoid
Terdiri dari sel-sel spindel ganas yang menyerupai sarkoma tetapi harus dibuktikan dengan
pemeriksaan imunohistokimia, tipe ini sekitar 16% dari mesotelioma dan mempunyai
prognosis yang buruk dibanding tipe epitelial
3. Tipe Desmoplastik
8
Didefinisikan sebagai mesotelioma sarkomatoid lunak lebih dari 50 % hiposeluler.
4. Tipe bifasik mesotelioma
Yang berisi kedua komponen epitelial dan sarkomatoid
VII. IMMUNOHISTOKIMIA MESOTELIOMA
Mesotelioma mungkin menyerupai karsinoma paru yang lebih khusus
adenokarsinoma, dalam banyak kasus mesotelioma tidak dapat dibedakan dari karsinoma
berdasarkan morfologi, masalah diagnostik yang paling utama dalam hal ini adalah
membedakan mesotelioma dari tumor epitelial terutama adenokarsinoma, beberapa penelitian
pada sejumlah besar kasus dengan panel antibodi sebagai penanda untuk membedakan
mesotelioma dari karsinoma telah dilaporkan.
Dalam sebuah studi oleh Ordonez 19 kandidat biomarker immunohistokimia
dievaluasi dari 110 tumor-tumor paru termasuk 60 mesotelioma dan 50 adenokarsinoma.
Dengan demikian daftar dari antibodi-antibodi yang sekarang tersedia dengan sensitifitas dan
spesifitas untuk membandingkan mesotelioma dengan tumor-tumor lain disekitar jaringan
(Tabel 1)
9
Tabel 1 Frekuensi dari Hasil Diagnostik Positif Imunohistokimia Berdasarkan Histologi
Ki-6
7*
EGFR
CK5/
6
CK-7
CK20
TTF-
1
p63
CD56
(N-C
AM)
CD57
(Leu
7)
Neu
ron
–Spe
cific
Eno
lase
Chro
mog
rani
n A
CD-1
17 (c
-KIT
)
CEA
Ber-
Ep4
MO
C-31
CD-1
5
TAG
72
Calre
tinin
Podo
paln
in (D
2-40
)
WT1
Sq Ca ++ +++ +++ + - + +++ - ++ ++ - - +++ +++ +++ +++ +++ + + -BAC + +++ - +++ - ++ ++ + ++ ++ - - +++ +++ +++ ++ +++ + - -AdCa ++ ++ - +++ - ++ ++ + ++ ++ - - +++ +++ +++ ++ +++ + - -LCLC ++ +++ - +++ - +++ ++ + ++ ++ - - +++ +++ +++ ++ +++ + - --LCNEC ++ + - +++ - +++ ++ +++ +++ +++ + ++ +++ +++ +++ ++ +++ + - -Carcinoid + - - +++ - +++ + +++ +++ +++ +++ - +++ +++ +++ ++ +++ + - -SCLC +++ - - +++ - +++ ++ +++ ++ +++ ++ +++ +++ +++ +++ ++ +++ + - -Meso ++ - + +++ - - + - - - - - - - - - - +++ +++ +++Met ++ ++ ++ ++ ++ - ++ + ++ + + - +++ +++ +++ +++ +++ + + -
* Level =s of expression as a function of the number of positive tumor cells for a specific marker-, <1 %.+, 1%-25%++, 25%-70%+++, >70
10
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan adalah mengendalikan penyakit lokal, mengobati gejala dan
mencegah perkembangan dan metastase.17 Secara umum penatalaksanaan mesotelioma
meliputi terapi pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi (dalam kombinasi).17
A. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan ditujukan untuk mengurangi gejala penyakit dan
memperpanjang harapan hidup, pembedahan juga ditujukan untuk pasien-pasien
pada stadium 1,2 dan 3.4 Terdapat tiga prosedur yang digunakan yaitu Pleorodesis,
Pleurektomi dan Ekstra pleural pneumektomi.4,17,18
B. Radioterapi
Terapi radiasi terutama diberikan setelah operasi dan bisa juga digunakan untuk
mengobati tumor hemitoraks yang terlibat untuk menurunkan resiko kekambuhan
lokal yang dilaporkan sampai 80%.
Dalam satu studi yang mengevaluasi pemberian dosis tinggi terapi radiasi untuk
mesotelioma menurunkan resiko kekambuhan sampai 13%, radiasi juga dapat
memngurangi nyeri dada. Kelelahan, mual dan iritasi kulit adalah efek samping yang
umum dari terapi radiasi.
C. Kemoterapi
Tidak ada standar regimen kemoterapi untuk pasien-pasien Mesotelioma Maligna
yang tidak dapat dioperasi.19 Kemoterapi dapat memperlambat perkembangan
penyakit tetapi tidak untuk sembuh sempurna.15
Beberapa obat kemoterapi
1. Pemetrexed dan Cisplatin/Carboplatin
Pada tahun 2004,pemetrexed merupakan agen yang pertama yang disetujui
oleh FDA untuk digunakan dan dikombinasi dengan cisplatin untuk terapi
malignan mesotelioma4. Premetrexed adalah antifolat multi target baru yang
menghambat enzim reduktase dihidrofolat, timidilat sintase, ribonukleotida
glicinamid transferase, enzim-enzim ini terlibat dalam sintesis purin dan
pirimidin.4,19 Pemetrexed merupakan senyawa antifolat yang dibawa ke dalam
sel dengan mengurangi folat karier dan menjadi poliglutamat intra seluler.4
Angka harapan hidup dengan pemetrexed dan kombinasi cisplatin adalah 12,1
bulan jauh lebih lama dibandingkan dengan pemberian cisplatin sendiri hanya
9,3 bulan.20 Suplementasi dengan cyanokobalamin 1000 mikro gram intra
11
muskular setiap 9 minggu dan 400 mikro gram asam folat setiap hari selama
diterapi dengan pemetrexed dapat menurunkan efek samping yang
berhubungan dengan toksik seprti mual, muntah, febril netropenic, mucositis,
dan diare.4
2. Cisplatin dan Carboplatin.
Merupakan analog platinum yang sudah di pelajari dalam uji klinik sebagai
agen tunggal untuk terapi mesotelioma dan dikombinasi dengan obat-obat
kemoterapi yang lain.4 Efek samping yang sering terjadi seperti mual, muntah,
neuropati perifer, gangguan ginjal.4
3. Gemcitabine.
Adalah anti folat yang memilki aktifitas terhadap keganasan padat dan
hematologi. Pada pemberian monoterapi memiliki tingkat respons 0-7% dan
kelangsungan hidup 4,7-8 bulan. Kombinasi antara gemcitabine dan cisplatin
atau karboplatin mengahsilkan respons rata-rata 12-48%.10
4. Vinorelbine.
Adalah penghambat mikrotubul baik tunggal atau kombinasi dengan agen
lainya. Stabbing dan kawan-kawan memberikan vinorelbine mingguan kepada
63 pasien dengan refrakter mesotelioma atau kasus kambuh dan mendapatkan
tingkat respons 16 % dan kelangsungan hidup 9,6 bulan. Kombinasi
vinorelbine dan cisplatin tingkat respons 30 % dan kelangsungan hidup rata-
rata 16,8 bulan.10
D. Pendekatan terapi baru
Berbagai pendekatan terapi baru pada mesotelioma maligna, secara signifikan dapat
meningkatkan harapan hidup. Pendekatan terapi yang dimaksud antara lain
menggunakan terapi imun dan terapi gen.
1. Terapi imun
Berdasarkan laporan bahwa infiltrasi limfosit ke dalam tumor dalam jumlah
besar dapat meningkatkan angka harapan hidup, maka beberapa kelompok meneliti
terapi imun sebagai alternatif.
Penggunaan pemicu imunitas antitumor dapat meningkatkan survival. Beberapa
terapi imun sistemik yang telah diteliti adalah interleukin-2 (IL-2), dan interferon-
gamma ( IFN-), namun keduanya memiliki efek samping yang kurang baik.
Sedangkan, jika Imunostimulan, seperti GM-CSF (granulocyte-macrophage colony
12
stimulating Factor), IL-2, dan IFN-, diberikan secara intrapleura, ternyata
memberikan respon yang signifikan. Hasil yang paling mengesankan diperoleh
dengan penggunaan IFN- intrapleural pada pasien dengan stadium dini (Butchart :
stage I dan II). Penelitian pada 89 pasien yang telah diterapi selama 46 bulan,
memberikan respon pada 20 % pasien. Pada pemeriksaan histologi, 9 % mengalami
respon sempurna dan 10 % respon parsial, dan lebih dari 50 % reduksi ukuran
tumor.21
2. Terapi gen
Peneliti di Universitas Pennsylvania saat ini melakukan penelitian klinis tahap
I terapi gen pada mesotelioma maligna. Ini merupakan terapi gen pertama di
Amerika Serikat. Pendekatan mereka dengan memasukkan secara intrapleural
replication-deficient, recombinant adenovirus ( rAd) yang secara genetis telah
dirancang, berisi gen timidin kinase virus herpes simpleks (herpes simplex virus
thymidine kinase (HSVtk)).
Pendekatan ini diharapkan menghasilkan efek.
Pemberian AdHSVtk kedalam kavum pleura pasien mesotelioma akan
mentransduksi sel tumor untuk mengekspresikan timidin kinase virus, sehingga
lebih peka terhadap antiviral ganciclovir (GCV).
Timidin kinase (tk) virus mirip dengan kinase pada mamalia, , dapat
mengkatalisis produksi GCV-triphosphate (GCV-PPP), suatu toksin sel yang
kuat yang menghambat fungsi DNA polymerase.
Terapi gen telah dilakukan dengan sukses untuk eradikasi tumor mesotelioma
pada binatang. Penelitian pada 21 pasien telah sukses diterapi dengan pendekatan
ini, terutama pada stadium dini.Error! Bookmark not defined. Pendekatan yang sama
dilakukan di Universitas Louisiana, dengan menggunakan gene-modified
(mengandung HSV-TK) ovarian cancer cells yang diikuti dengan pemberian
ganciclovir.21,22.
IX. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding mesotelioma adalah penebalan pleura dan adenokarsinoma yang
melibatkan pleura.6 Pada tahap dini, mesotelioma dapat memberikan gambaran menyerupai
asbestosis, yaitu adanya plak pada pleura akibat penumpukan deposit serat kolagen.
Penebalan pleura difus yang merupakan respon nonspesifik dari berbagai hal seperti
13
inflamasi, trauma, neoplasma, emboli paru, dan radiasi, dimana respon akibat inflamasi dapat
menyebabkan penebalan dan kalsifikasi hingga 2 cm.16
Secara histologi, Adenokarsinoma sukar dibedakan dengan mesotelioma epitel, oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan immunohistokimia untuk membedakan keduanya (tabel 3).
Tabel 3. Differensial diagnosis mesotelioma epitel dengan adenokarsinoma
Dikutip dari : British Thoracic Society Statement. Statement on malignant mesothelioma in
the United Kingdom. Thorax 2001 ; 56 : 260.
X. Prognosis
Prognosis mesotelioma maligna sangat buruk dan dipengaruhi beberapa faktor
termasuk ukuran tumor, stadium tumor, penyebaran tumor, tipe sel, dan apakah tumor
tersebut berespons terhadap pengobatan, kebanyakan pasien-pasien meninggal karena
komplikasi gagal napas dan komplikasi-komplikasi penyebaran lokal. Rata-rata angka
harapan hidup 9-12 bulan dan beberapa dapat mencapai 5 tahun kurang dari 1%.2,9
XI. Ringkasan
Mesotelioma adalah neoplasma yang berasal dari sel mesotel di permukaan pleura, cavum peritonium, tunika vaginalis, atau perikard.
Penyebab terbanyak mesotelioma maligna adalah paparan terhadap asbestos. Sekitar 80 % kasus, dihubungkan dengan paparan asbestos. Krokidolit merupakan tipe yang paling karsinogenik. Selain asbes, akhir-akhir ini mesotelioma dikaitkan pula dengan virus simian 40 (SV40), radiasi dan faktor genetik. Asbestos dan VS40 mungkin menjadi suatu ko-karsinogen pada mesotelioma.
14
Secara histopatologi mesotelioma terbagi atas 3 tipe, yakni : tipe epitelial, tipe fibrosarkoma (sarkomatoid) dan tipe campuran, dimana tipe epitel memiliki prognosa yang lebih baik.
Keluhan-keluhan yang dapat terjadi dapat berupa nyeri dada, sesak, batuk, penurunan berat badan, demam, malaise, dan hemoptisis. Gejala fisis yang umum ditemukan adalah pekak paru unilateral, massa teraba pada dinding dada, dan skoliosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, seperti foto toraks, CT-scan, torakosentesis, bronkoskopi, MRI, PET, petanda tumor, dan biopsi.
Penatalaksanaan mesotelioma maligna meliputi terapi bedah, terapi radiasi, kemoterapi.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sterman DH, Litzky LA, Kaiser LR, Albelda SM. Epidemiology and Pathology of Malignant Mesothelioma. 2000
2. McPhee JS, Papadakis MA. Mesothelioma. Current Medical Diagnosis and Treatment. Mc Graw Hill. 2011: 1537-1538
3. Karlinsky JB, King TE. Tumors of the Pleura. Baum’s Textbook Of Pulmonary Diseases. Seventh edition 2004.p: 900-901
4. Chen SE, Pace MB. 2012. Malignant Pleural Mesothelioma. Am J Health-Syst Pharm. Vol 69:377-380
5. Pass HI, Carbone DP, Minna JD, et al. Principles and Practice of Lung Cancer. The official Reference Text of The IASLC. Fourth Edition. 2010: 294-310
6. British Thorasic Society Standards of Care Committee. Statement on malignant mesothelioma in the United Kingdom. Thorax. 2001 ; 56 : 250-265
7. Carbone M, Kratzke RA, Testa JR. The Pathogenesis of Mesothelioma. Seminar in Oncology. 2002 ; 29(1): 3-7
8. Jusuf A, Susanto AD, Ikhsan M, Rasmin M. Kanker Paru Mesotelioma dan Pajanan Di Lingkungan Kerja. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI- RS Persahabatan Jakarta.
9. Samara D. Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma Pada Pekerja yang Terpajan Asbes. J Kedokter Trisakti. 2002; 21(3) : 91-93
10.Mott FE. Mesothelioma : A Review. The Ochsner Journal. 2012 ; 12 : 70-7911. Ikhsan M, Nurhidayati I, Susanto AD. Kanker paru akibat asbes. Bungai Rampai Penyakit Paru
Kerja dan Lingkungan. Seri 1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009 ; 160-17412.Yang H, Testa JR, Carbone M. 2008. Mesothelioma Epidemiology, Carcinogenesis and
Pathogenesis. Curr Treat Options Oncol ; 9 : 2-513.Rascoe PA, Cao XX, Smythe W.R. Molecular Pathogenesis of Malignant Pleural Mesothelioma.
www.intochopen.com : 1-1614.Qi F, Carbone M, Yang H, Gaudino G. Simian Virus 40 Transformation, Malignant Mesothelioma
and Brain Tumors. Expert Rev Respir Med. 2011 ; 5(5) : 683-69715.Weder W. Mesothelioma. Annals of oncology 21 (vii) ; 2010 : 326-33316.Marom EM, Erasmus JJ, Pass HI, Patz EF. The Role of Imaging in Malignant Pleural
Mesothelioma. Seminar in Oncology. Vol 29, No.1. 2002 ; 26-35 17.Ballas MS, Chachoua A, Donington J, Pass HI. Malignant Pleural Mesothelioma – A Current
Review. Malignant Mesothelioma. 2008 ; 60-6218.Zellos LS, Sugarbaker DJ. Multimodality Treatment of Diffuse Malignant Pleural Mesothelioma.
Seminars in Oncology. Vol 29, No.1. 2002 ; 41-5019.Kelly RJ, Sharon E, Hassan R. Chemotherapy and Targeted Therapies for Unresectable Malignant
Mesothelioma. Lung Cancer 73(3). 2011 : 2-420.Thiel VE, P J, Meerbeeck V. European Guidelines for the Management of Malignant Pleural
Mesothelioma. Department of Respiratory Medicine, Ghent University Hospital 120(12). 2010; 505
21.Sterman DH, Litzky LA, Kaiser LR, Albelda SM. Treatment of Mesothelioma. 22.Nowak AK, Lake RA, Kindler HL et al. New Approach for Mesothelioma : Biologics, Vaccines,
16