Melanoma Maligna Final
-
Upload
yudriawan-annas -
Category
Documents
-
view
281 -
download
4
Transcript of Melanoma Maligna Final
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
1/29
REFERAT
MELANOMA MALIGNA
Oleh:
Yudriawan Annas
H1A007057
Pembimbing:
dr. I Gede Ardita, Sp.B. FINACS
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN
KLINIK MADYA BAGIAN/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM /RSUP NTB
2013
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
2/29
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMelanoma maligna adalah neoplasma maligna yang berasal dari sel melanosit, yang
berada, baik di kulit (cutaneus malignant melanoma) maupun di mukosa (mucosal malignant
melanoma). Melanosit terdapat pada lapisan ektodermal, yang berlokasi antara stratum basale
epidermis dan stratum papilare dari dermis.(1)
Melanoma maligna dapat muncul secara de novo ataupun berasal dari nevus/nevi yang
telah ada sebelumnya. Di Amerika Serikat, ditemukan kurang lebih 600.000 penderita barudengan invasive malignant melanomasetiap tahunnya, dan insiden melanoma maligna adalah 1
dari 49 laki-laki, dan 1 diantara 73 pada wanita menderita melanoma maligna.(1)
Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan bahkan pada usia muda. CDC USA
melaporkan pada tahun 2002 sebanyak 475 kasus baru pada penderita usia
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
3/29
3
BAB II
MELANOMA MALIGNA
Definisi
Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit dengan
gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit atau mukosa. Melanoma sebagian besar
ditemukan di kulit, namun kemungkinan juga dapat terjadi pada tempat lain, dimana melanosit
ditemukan.(1,2)
Epidemiologi
Insidensi melanoma telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1999, di
Amerika Serikat 44.200 orang didapati mengalami melanoma invasif, dan 7.300 diantaranya
meninggal akibat penyakit tersebut. Melanoma menempati urutan keenam dalam kejadian kanker
pada pria dan ketujuh pada wanita.(3)
Melanoma dianggap sebagai kanker epidemik karena insidensinya meningkat sampai 697
% antara tahun 1950-2000, lebih cepat dari proses keganasan lain. Sekitar 10-20 % kelainan ini
terjadi pada daerah kepala dan leher.(3)
Di Amerika Serikat, ditemukan kurang lebih 600.000 penderita baru dengan invasive
malignant melanomasetiap tahunnya, dan insiden melanoma maligna adalah 1 dari 49 laki-laki,
dan 1 diantara 73 pada wanita menderita melanoma maligna.(1)
Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan bahkan pada usia muda. CDC USA
melaporkan pada tahun 2002 sebanyak 475 kasus baru pada penderita usia
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
4/29
4
a) Sinar MatahariPaparan sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet (UV) merupakan faktor resiko utama
terjadinya melanoma. Resiko terjadinya melanoma akan meningkat seiring dengan terjadinya
sunburn. Diduga insidensi melanoma lebih sering dijumpai pada penduduk atau populasi di
daerah sekitar ekuator.(1)
Paparan sinar matahari mungkin merupakan faktor risiko lingkungan yang paling relevan
untuk melanoma. Ambang paparan sinar UVA dan UVB yang diperlukan untuk meningkatkan
resiko melanoma masih belum diketahui. Kerentanan genetik untuk radiasi UV sangat bervariasi
antar individu dan ini tidak sepenuhnya berkorelasi dengan jenis kulit, karena itu, faktor genetik
lain yang berperan perlu diperhatikan.(1,3)
b) Jenis dan Tipe KulitJenis kulit dan respon terhadap paparan sinar matahari mempunyai peran penting dalam
terjadinya melanoma. Terdapat lima jenis tipe kulit menurut Fitzpatrick seperti terlihat pada tabel
1 dibawah ini.(5)
Tabel 1.Tipe jenis kulit menurut Fitzpatrick
Resiko terbesar melanoma terjadi pada tipe kulit 1 dan 2, yaitu pada jenis kulit putih, sedangkan,
pada tipe kulit gelap yaitu tipe 5 dan 6 jarang ditemui melanoma maligna.
(5)
c) NeviNevi adalah tumor jinak melanosit yang mulai muncul di masa kecil, terus berkembang di masa
dewasa awal, dan menurun secara bertahap pada usia 40-50 tahun dan seterusnya. Nevi
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
5/29
5
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pada anak perempuan, nevi lebih banyak ditemukan di anggota
badan sedangkan pada anak laki-laki sering ditemukan pada batang badan. Alasan mengapa
gender mempengaruhi distribusi pada melanoma belum diketahui. Nevi merupakan faktor risiko
terkuat untuk melanoma, jauh lebih besar daripada resiko relatif yang berhubungan dengan
paparan sinar matahari.(1,3)
d) Anak-anak, Keluarga, dan KehamilanMelanoma jarang terjadi pada anak yang belum pubertas. Riwayat keluarga terhadap melanoma
akan meningkatkan resiko terjadinya melanoma terhadap seseorang. Melanoma yang terjadi pada
wanita hamil mempunyai ukuran ketebalan yang lebih besar daripada melanoma yang terjadi
pada wanita yang tidak hamil.(1,5)
e) Faktor BiologisTrauma mekanis yang berkepanjangan merupakan resiko terjadinya keganasan ini, misalnya
iritasi akibat pemakaian gigi tiruan yang tidak pas. Selain itu juga dilaporkan adanya hubungan
antara oral melanoma maligna dengan merokok konsumsi alkohol dan iritasi karena oral
appliances lain. Keadaan lainnya yang mempengaruhi adalah berkurangnya ketahanan
imunologik, misalnya pada penderita pengangkatan ginjal dan juga M. Hodgkin akan
meningkatkan kejadian melanoma maligna. Perubahan keadaan hormonal juga meningkatkan
kejadian dan tingkat kekambuhan melanoma maligna.(1,4)
f) Faktor GenotipFaktor resiko melanoma oleh karena genetik memberikan kontribusi 10% dari semua kasus
melanoma. Mutasi gen yang ditemukan di keluarga dengan kecenderungan terjadi melanoma
memiliki kontribusi tinggi tetapi prevalensinya rendah di populasi umum dan pada kelompok
risiko tinggi ditemukan mutasi cyclin-dependent kinase inhibitor 2A (CDNK2A).(6,7,8)
Tes mutasi pada gen CDKN2A mengungkapkan alasan mengapa melanoma dapat menurun pada
keluarga, lebih banyak gen yang dikaitkan dengan melanoma mempunyai kontribusi yang rendah
dan biasa di populasi umum, dimana sebagian besar tidak akan menyebabkan melanoma. Mutasi
pada beberapa lokus genetik, CDNK2A (p16INK dan p14ARF) dan Cyclin-dependent kinase 4
CDK4, telah diidentifikasi dalam keluarga dengan riwayat melanoma.(6,7,8)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
6/29
6
Keragaman faktor molekuler penyebab melanoma dan penelitian yang ada menemukan bahwa
pigmentasi, jenis kulit, dan kebiasan (paparan sinar matahari) memegang peranan penting
sebagai penyebab terjadinya melanoma pada populasi keluarga tertentu.(6,7,8)
Patofisiologi
Informasi untuk memahami patofisiologi melanoma adalah konsep pertumbuhan radial
dan vertikal.Secara sederhana, pertumbuhan radial menunjukkan kecenderungan awal dari suatu
melanoma untuk tumbuh horizontal di dalam epidermis (in situ) dan lapisan dermal yang
dangkal, seringkali ini terjadi untuk waktu yang lama. Selama tahap pertumbuhan ini, sel-sel
melanoma tidak memiliki kemampuan untuk bermetastasis, dan tidak ada bukti angiogenesis.
Dengan berjalannya waktu, pola pertumbuhan menjadi vertikal, tumbuh ke bawah ke lapisan
dermal yang lebih dalam sebagai massa yang meluas dan kurang pematangan selular.Peristiwa
ini kerap dijelaskan secara klinis oleh perkembangan nodul yang relatif datar dalam fase
pertumbuhan radial dan dikaitkan dengan munculnya clonedari sel-sel dengan potensi metastasis
seperti terlihat pada gambar 1 dibawah ini.(4,6)
Gambar 1. Tahap perkembangan melanoma. A.kulit normal dan sebaran melanosit. b. Junctional nevus.c. Compound nevus. d. Intradermal nevus. e. Intradermal nevus dengan neurotisasi (pematangan). B.
hyperplasia lentiginous melanocytic. C. Lentiginous compound nevus dengan arsitektur dan sitologi
abnormal (dysplastic nevus). D. Tahap awal atau fase pertumbuhan radial melanoma (sel gelap besar di
epidermis) yang timbul pada nevus. E. Melanoma dalam fase pertumbuhan vertikal dengan potensi
metastasis. (Dikutip dari Buku Atlas Berwarna Saripati Kulit)(5)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
7/29
7
Kemungkinan perkiraan metastasis dengan mengukur kedalaman invasi pertumbuhan
secara vertikal dari fase nodul di bagian bawah dari lapisan atas sel granular epidermis di atasnya
dapat digunakan criteria klasifikasi ketebalan Breslow seperti terlihat pada gambar 2.(4,6)
Indikator lainnya adalah potensi metastasis limfatik, tingkat mitosis, dan ulserasi.Tidak
hanya melibatkan metastasis kelenjar getah bening regional, tetapi juga hati, paru-paru, otak,
dan hampir semua bagian lain yang dapat dijangkau oleh peredaran darah. Biopsi kelenjar getah
bening sentinel pada saat operasi memberikan informasi tambahan tentang agresifitasbiologis. Dalam beberapa kasus, metastasis mungkin muncul untuk pertama kalinya bertahun-
tahun kemudian setelah dilakukan bedah eksisi tumor primer, hal ini menunjukkan fase
dormansi yang panjang.(4)
Analisis genetika molekuler keluarga memberikan wawasan penting dalam patogenesis
melanoma. Mutasi pada gen CDKN2A (terletak di 9p21) ditemukan sebanyak 40% dari individu
langka familial melanoma. Gen ini mengkodekan p16INK4A, di siklus bergantung inhibitor
kinase yang mengatur transisi G1-S.(6)
Morfologi sel melanoma biasanya jauh lebih besar dari sel-sel nevus. Mereka berisi banyak
inti dengan kontur tak beraturan, memiliki kromatin yang berkelompok. Di pinggiran membran
nukleus dan nukleolus eosinofilik sering digambarkan sebagai "cherry red". Sel-sel ganas
tumbuh dengan bentuk seperti sarang yang buruk atau sel-sel individual di semua tingkat
Gambar 2. Stadium melanoma maligna. Meskipun klasifikasi kedalaman menurutBreslow secara umum telah digunakan untuk mengantisipasi outcome berdasarkan
kedalaman invasi melanoma, akhir-akhir ini, kriteria penentuan stadium dari melanoma
yang dikembangkan oleh American Joint Committee on Cancer (AJCC) merupakan
standar yang digunakan saat ini. (Dikutip dari Buku Schwartz Principles Surgery 9th
edition)(3)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
8/29
8
epidermis dan dermal expansile, nodul seperti balon, ini merupakan fase pertumbuhan radial
dan vertikal.(6)
Melanoma maligna dapat berkembang dari lesi yang jinak dan juga bisa dari pigmentasi
nevus. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sel-sel melanoma dibentuk dari sel-sel epidernal.
Sel melanosit yang normal berada di lapisan basal kulit dan mukosa, proses keganasan
mengubahnya sehingga dapat muncul pada pre-existingnevus, lesi-lesi melanosit.(4,6)
Lesi-lesi primer mulanya hadir dengan variasi-variasi dari segi warna, bentuk dan
ketinggian derajat pigmentasi dari lesi tersebut. Tipe lesi seperti ini akan mengarah kepada
maligna, biasanya terjadi indurasi dan dari lesi tersebut sering bermetastase. Melanoma dapat
tersebar baik melalui aliran darah dan melewati aliran limfa, melibatkan paru-paru dan juga
hepar. Melanoma dapat muncul dibawah mukosa, sebagai suatu massa polipoid yang melibatkan
regio-regio yang jauh.(4,6)
Adanya rasa sakit biasanya merupakan perwujudan dari peningkatan stadium melanoma.
Pada stadium awal jarang disertai rasa sakit, sehingga biasanya pasien baru datang ke dokter
disaat stadium lanjut, dimana sudah terdapat metastase pada nodus limfa regional, terjadi
perdarahan dan peningkatan derajat mobiliti pada tempat yang tekena.(6)
Gambaran Klinis
Terdapat 4 jenis melanoma maligna, yaitu:(3,4,5,6)
1. Superficial spreading melanoma (SSM)Superficial Spreading Melanoma merupakan jenis melanoma terbanyak yang ditemukan di
Indonesia (70%). Subtipe ini paling sering terlihat pada individu usia 30-50 tahun. Pada
umumnya SSM timbul pada kulit normal (de novo), berupa plak archiformis berukuran 0,5 -
3 cm dengan tepi meninggi dan irreguler. Pada permukaannya terdapat campuran dari
bermacam-macam warna, seperti coklat, abu-abu, biru, hitam dan sering kemerahan Lesi ini
meluas secara radial (Gambar 3). Pada umumnya mempunyai ukuran 2 cm dalam waktu 1
tahun, untuk melanjutkan tumbuh secara vertikal dan berkembang menjadi nodula biru
kehitaman. Dapat mengalami regresi spontan dengan meninggalkan bercak hipopigmentasi.
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
9/29
9
Predileksinya pada wanita sering dijumpai di tungkai bawah, sedangkan pada pria di badan
dan leher. Secara histologis, ditandai buckshot (pagetoid)melanosit pada epidermis.(5)
2. Nodular melanoma (NM)Nodular Melanoma merupakan jenis melanoma kedua terbanyak (15-30%), sifat lesi ini
lebih agresif. Terjadi paling sering di kaki dan badan. Nodular melanoma adalah lesi berupa
nodul berbentuk setengah bola (dome shaped) atau polipoid dan eksofitik, berwarna coklat
kemerahan atau biru sampai kehitaman (Gambar 4).(4,5)
Pertumbuhannya secara vertikal, pertumbuhan pesat terjadi beberapa minggu sampai
bulan, subtipe ini bertanggung jawab untuk kebanyakan melanoma yang dalam. Dapat
mengalami ulserasi dan mudah terjadi perdarahan hanya dengan trauma ringan. Metastase
dapat secara limfogen dan hematogen. Secara histologis, lesi ini tidak memiliki fase
pertumbuhan radial.(4,5)
A B
Gambar 3. A. Superficial spreading melanoma pada kulit; B. Superficial spreading melanoma di
palatum, lesi coklat kehitaman dengan batas tak beraturan, tampak lesi satelit. (Dikutip dari Buku
Atlas Saripati Kulit). (5)
A B
Gambar 4. Nodular melanoma. A. Nodular melanoma pada kulit. B. Nodular melanoma
pada gingiva disertai ulserasi. (Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
10/29
10
3. Lentigo Maligna Melanoma (LML)Merupakan kelainan yang jarang ditemukan (4-10%). Pertumbuhan lesi ini secara
vertikal, terjadi sangat lambat bisa sampai 5-20 tahun. Biasanya sering ditemukan di kepala,
leher, dan lengan pada individu yang lebih tua dengan rata-rata umur 65 tahun(6)
Lesi precursor in situ biasanya besar, berdiameter lebih dari 1-3 cm dengan tepi tidak
teratur, telah terjadi minimal 10-15 tahun, dan menunjukkan pigmentasi makula dari coklat
tua sampai kehitaman, namun pada beberapa area dapat tampak hipopigmentasi (Gambar
5).Invasi pada dermal berkembang menjadi lentigo maligna melanoma yang ditandai nodul
biru-kehitaman dalam lesi in situ.(9)
Secara histologis ditandai dengan proliferasi melanosit yang predominan dan meluas
sepanjang struktur adneksa kulit. Lesi ini terjadi terutama pada wanita usia lanjut.
Perbandingan antara pria dan wanita 1: 2-3.(9)
Gambar 5. Lentigo melanoma maligna. (Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)(5)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
11/29
11
4. Acral Lentiginous Melanoma (ALM)Sering dijumpai di telapak tangan, ibu jari kaki, daerah subungul, dan membran mukosa.
Biasanya berawal dari pigmentasi hitam, makula batas tidak teratur, yang kemudian
berkembang menjadi papula yang invasive (Gambar 6). Sering terjadi didekade ke-5 sampai
ke-7 dari hidup seseorang. Pertumbuhan lesi makula meluas kearah lateral dan ke arah
vertikal berupa penebalan lesi.(5,9)
Gambaran Klinis Melanoma Maligna
Melanoma secara klinis biasanya sering didiagnosa dalam kondisi nodul, dan biasanya
datar pada awal lesi. Terjadi pada dekade ke-6 atau ke-7 dari usia seseorang. Dua dari tiga
pasien terjadi pada laki-laki.(6)
Lesi awal biasanya berupa makula berwarna kecoklatan hingga kehitaman dengan tepi
tidak teratur. Dapat terjadi ulserasi pada lesi, tetapi pada banyak lesi ditemukan warna hitam,
berlobul, masa yang eksofitik dan tanpa ulserasi pada saat didiagnosa. Pasien dapat
mengeluhkan rasa gatal, dan rasa sakit jika terjadi ulser. Sebagian besar lesi terasa lunak waktu
dipalpasi. Pada pemeriksaan radiografis terdapat gambaran kerusakan yang irregular atau moth-
eaten.(6,9)
Gambar 6. Acral Lentiginous Melanoma (Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
12/29
12
Diagnosa
Pemeriksaan Klinis
Pada pemeriksaan klinis terlihat pigmen berwarna kehitam-hitaman pada mukosa pasien.
Lesi biasanya nampak sebagai suatu daerah pigmentasi yang dalam, sering disertai ulser dan
perdarahan dan cenderung untuk meningkat secara progresif dalam hal ukurannya.(9)
Gejala yang patut dicurigai sebagai tanda dari keganasan lesi berpigmen adalah
perubahan warna apakah lebih terang atau lebih gelap, gatal, perubahan bentuk menjadi tidak
teratur atau nevus bertambah luas dan tebal, pertumbuhan horizontal dan vertikal, permukaan
tidak rata, dan pembentukan ulser serta adanya peradahan.(6)
Perkembangan pigmentasi suatu melanoma muncul dalam beberapa bulan sampai
beberapa tahun sebelum penampakan gejala klinisnya. Maka dalam hal ini jika dijumpai
penampakan pigmentasi melanin pada kulit dan terjadi perubahan ukuran, kedalaman dan warna
harus segera dilakukan pemeriksaan klinis yang serius.(6)
Alat bantu diagnostik yang digunakan dalam pemeriksaan klinis kelainan ini meliputi:(3,4,6)
1. MacKie's revised seven-point checklist/ Glasgow seven point checklist.Lebih dari 95% dari semua melanoma akan menunjukkan setidaknya satu tanda
utama.Tanda minor yang hadir sekitar 30-40% (Tabel 2 dan 3).
Kriteria Mayor
Perubahan ukuran
Perubahan warna
Perubahan bentuk
Kriteria minor
Diameter 6 mm
Nyeri
Perdarahan
Inflamasi
.
Kriteria Mayor
Perubahan ukuran
Perubahan warna
Perubahan bentuk
Kriteria minor
Diameter 7 mm
Perubahan sensoris
Perdarahan
Inflamasi
Tabel 2. MacKies revised seven point checklist
(Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)(5)
Tabel 3. Glasgowseven point checklist
(Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)(5)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
13/29
13
2. The ABCDE checklist from the American Cancer Society'sSistem ABCDE (A untuk asimetri, B ketidakteraturan tepi lesi, C untuk variasi warna,
D untuk diameter yang lebih besar dari 6 mm, dan E untuk elevasi, pembesaran) mudah
diingat dan digunakan untuk mendiagnosa melanoma, meskipun tidak mencerminkan
perubahan yang terjadi pada lesi berpigmen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar(3,4,5)
- A: Asimetry
Gambar 7. Bentuk tumor yang tidak simetris (Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)(5)
- B: Border irregularity
Gambar 8. Garis batas yang tidak teratur (Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)(5)
- C: Colour variation
Gambar 9. Dalam satu lesi warnanya dapat bervariasi (Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)(5)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
14/29
14
- D: Diameter
Gambar 10. Diameter tumor lebih besar dari 6 mm (Dikutip dari Buku Atlas Saripati Kulit)(5)
- E: Evolution, terdapat perubahan lesi yang dapat diperhatikan sendiri olehpenderita dan keluarganya.
(5)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinis digunakan untuk mengetahui apakah pada lesi terdapat kecurigaan
terhadap suatu keganasan atau tidak, namun pemeriksaan secara klinis tidak dapat memastikan
tingkat keganasannya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan
laboratorium , pemeriksaan tersebut meliputi:(4)
a)
Biopsi
Pemeriksaan laboratorium dimulai dengan dilakukannya biopsi pada lesi. Biopsi eksisi
dilakukan jika tidak memacu perkembangan terhadap metastase lesi. Tindakan biopsi eksisi
dilakukan dengan mengambil marginal jaringan normal secukupnya yang dapat dilakukan jika
lesi berukuran kecil, namun pada lesi yang cukup besar dengan keterbatasan anatomi, maka
biopsi insisi sangat memadai.(4)
b) Pemeriksaan MikroskopisPemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah biopsi dengan preparat didapat. Pada
pemeriksaan mikroskopis didapat gambaran histopatologis berupa sel-sel yang ganas, dan
tersusun rapat yang mempunyai variasi dalam bentuk dan ukuran.(4)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
15/29
15
Sel-sel ganas sering tampak bersarang atau berkluster dalam mode organoid, namun sel
tunggal mendominasi di persimpangan di bagian epitelium. Ada sedikit bukti pematangan atau
dispersi di dasar tumor. Sel-sel melanoma memiliki nuklei yang besar, seringkali dengan
nukleolus eosinofilik menonjol, dan menunjukkan pseudoinklusion karena ketidakteraturan
membran nukleusnya. Sitoplasma tampak seragam eosinofilik. Kadang beberapa sel menjadi
spindled(sarcomatoid) atau tampak nekrotik.(4)
Diperlukan penggunaan teknik imunohistokimia untuk melihat filamen intermediate atau
antigen spesifik di jalur sel tertentu. Amelanotik melanoma dapat menyerupai banyak neoplasma
mesenkimal, dan sangat diperlukan pemeriksaan dengan imunohistokimia (IHC) untuk
diagnosis. Ahli patologi akan mencari bukti reaksi limfositik dalam jaringan ikat dan
peningkatan jumlah melanosit di lapisan sel basal sebagai indikasi untuk meminta pewarnaan
IHC.(4)
Pilihan utama dilakukan biopsi eksisi total dengan mengikutsertakan sedikit jaringan
sehat dan lemak subkutan. Hal ini perlu dilakukan untuk penilaian seluruh lesi dan akurasi
microstaging. Setelah dilakukan biopsi, dikuti dengan penutupan luka dengan flap lokal ataupun
skin graft. Biopsi insisi atau punch biopsy dilakukan bila lesi besar, atau lokasi pada daerah
estetik dan fungsional. Pemeriksaan imunohistokimia pada melanoma dapat dilakukan dengan
menggunakan S-100 protein imunofenotip, HMB-45, Mel5, Mart-1/Melan-A, tyrosinase,
melanoma cell adhesion molecule (Mel-CAM), and microphthalmia transcription factor (Mitf)
(Carlson JA et al, 2003).(10)
Penilaian klinis kelenjar limfe regional sangat penting untuk manajemen penatalaksanaan
terapi. Semua pasien harus memiliki tes fungsi hati, termasuk serum LDH, dan foto thorax,
tetapi CT scan juga dianjurkan pada pasien dengan risiko tinggi.Penelitian terbaru telah berfokus
pada tomografi emisi positron (PET) untuk evaluasi pasien yang berisiko tinggi.PET memiliki
sensitivitas lebih baik daripada CT dalam mendeteksi metastasis penyakit, tapi pencitraan positif
palsu sering terjadi dengan PET yang berkaitan dengan proses inflamasi akut, termasuk yangberhubungan dengan proses penyembuhan luka bedah.
(4,6,10)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
16/29
16
Sistem Klasifikasi
Pada melanoma maligna digunakan sistem klasifikasi klinik dan klasifikasi histologik (
tingkat invasi Clark & kedalaman Breslow). Kegunaan atau kepentingan sistem klasifikasi
tersebut, yaitu:(3)
1. Untuk menentukan tindakan pengobatan2. Untuk menentukan prognosis3. Untuk membandingkan hasil pengobatan
1. Klasifikasi KlinikKlasifikasi standar Melanoma maligna, terdiri atas 3 stadium:
(1)
Stadium I:
- Melanoma maligna lokal tanpa metastase jauh atau kelenjar limfe regional- Melanoma primer yang belum diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi- Melanoma rekuren lokal yang berada dalam jarak 4 cm dari lesi primer- Melanoma primer multipelStadium II:
- Sudah terjadi metastase yang terbatas pada kelenjar limfe regional- Melanoma primer yang mengadakan metastase secara simultan- Melanoma primer yang terkontrol dan kemudian terjadi metastase- Melanoma rekuren lokal dengan metastasis- Metastasis in-transit yang berada di luar jarak 4 cm dari lesi primer- Melanoma primer yang tidak diketahui dengan metastaseStadium III:
- Melanoma iseminata,dimana sudah terjadi metastase jauh- Bila sudah terjadi metastase ke organ dalam atau subkutan
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
17/29
17
Pada kira-kira 25-30% penderita melanoma Maligna sudah menunjukkan adanya
metastase ke kelenjar limfe regional, walaupun secara klinik belum teraba pembesaran
kelenjar limfe. Hal ini menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan tindakan
pengobatannya tidak cukup hanya didasarkan pada klasifikasi stadium klinik saja, tetapi
perlu disertai dan ditentukan berdasarkan histologik.(1,3,4)
2. Klasifikasi HistologikKlasifikasi ini didasarkan pada sifat biologis Melanoma Maligna. Dikenal dua
klasifikasi histologik standar yang digunakan, yaitu:(1,3,4)
1. Klasifikasi tingkat invasi menurut Clark2. Klasifikasi kedalaman menurut Breslow
a. Klasifikasi Tingkat Invasi menurut ClarkClark (1969) membagi Melanoma maligna menurut invasinya didalam lapisan kulit
atas lima tingkatan, yaitu:(3)
Tingkat I : Sel melanoma terletak diatas membran basalis epidermis (melanoma in situ:
intraepidermal). Sangat jarang dan tidak membahayakan.
Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris dermis (dermis bagian
superfisial)
Tingkat III : Invasi sel melanoma smpai dengan perbatasan antara lapisan papilaris dan
lapisan retikularis dermis. Sel melanoma mengisi papila dermis.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan subkutan
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
18/29
18
b. Klasifikasi kedalaman (ketebalan) tumor menurut BreslowBreslow (1970) membagi melanoma maligna dalam tiga golongan
(3)
Golongan I : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor kurang dari 0,76 mm
Golongan II : Dengan kedalaman (ketebalan ) tumor antara 0,761,5 mm
Golongan III : Dengan kedalaman (ketebalan)tumor lebih dari 1,5 mm
Tatalaksana
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien melanoma adalah tindakan bedah segera
setelah dilalakukan pemeriksaan klinik dan juga pemeriksaan laboratorium berupa biopsi. (3,4,9)
Ketika diagnosis MM telah ditegakkan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
fisik lengkap untuk mencari tanda-tanda sindrom nevus displastik, metastasis in-transit,
keterlibatan limfonodi regional, melanoma primer di tempat lain, dan tanda-tanda metastase jauh.
Melanoma primer multiple biasanya terjadi 4-5% dari seluruh pasien yang mengalami
melanoma, dan kebanyakan terdiagnosa setelah satu tahun setelah diagnose awal melanoma
maligna. Pemeriksaan pre-operasi seperti pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan darah
lengkap, fungsi hepar (termasuk laktat dehidrogenase) biasanya dilakukan.(9)
Beberapa pilihan tatalaksana melanoma maligna:(3,4,9)
1. Eksisi BedahTindakan eksisi bedah diindikasikan pada melanoma stadium I dan II. Terapi
utama yang paling efektif untuk melanoma primer adalah reseksi bedah. Menurut
penelitian Sampson-Handley, luas eksisi yang dianggap rasional adalah 5 cm dari batas
melanoma. Namun dari beberapa penelitian yang dilakukan WHO membuktikan bahwa
eksisi 1 cm dari batas melanoma sama efektifnya dengan eksisi 3 cm dari batas
melanoma dengan kedalaman/ketebalan 1mm.(9)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
19/29
19
Rekomendasi yang bisa digunakan dalam eksisi bedah adalah: (1) 0,5-1 cm untuk
melanoma in-situ; (2) 1 cm untuk melanoma dengan ketebalan < 1mm; dan (3) 2-3 cm
untuk melanoma dengan ketebalan > 1 mm. Batas eksisi juga diputuskan dengan
mempertimbangkan letak dari melanoma (misalnya pada wajah) dan factor prognosis
lain. Meskipun kedalaman eksisi dilakukan hingga fasia, namun rekurensinya tidak
berbeda dengan yang tanpa dilakukan pengangkatan fasia.(9)
2. Elective Lymph Node Dessectio (ELND)Melanoma pada membran mukosa termasuk pada rongga mulut hampir
seluruhnya fatal, karena keterlambatan dalam mendeteksi dan menegakkan diagnosa.
Biasanya ELND dilakukan pada melanoma stadium III, dimana telah terdapat metastase
ke kelenjar lymph. Hal ini dibuktikan dengan terabanya pembesaran kelenjar lymph.
ELND masih merupakan terapi yang kontroversial. Cara yang lebih dianjurkan adalah
dengan intraoperatif lymphatic mapping.(3,4)
Dari penelitian yang didapat maka diseksi dianjurkan dilakukan berdasarkan
kedalaman dari melanoma maligna tersebut. Berdasarkan penelitian diseksi dilakukan 5
cm dari jaringan normal disekitar melanoma maligna, hal ini disesuaikan juga dengan
letak melanoma, ukuran lesi dan perluasan metastase.(3,4,9)
3. Interferon a 2bDapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada melanoma yang berukuran lebih dari 4 mm
(stadium V), tetapi harus dipertimbangkan tingkat toksisitasnya yang masih tinggi.
Tujuan terapi ini diharapkan dapat menghambat metastasis yang lebih jauh lagi.(9)
4. KemoterapiKemoterapi pada penatalaksanaan Melanoma maligna dikatakan tidak terlalu bermanfaat.
Secara umum, penyakit ini tetap ada baik pada kemoterapi menggunakan agen tunggal
maupun dengan kemoterapi multiagen. Respon yang baik dilaporkan pada tumor yang
terletak diluar daerah visceral. Metastase hepar jarang berespon terhadap semua jenis
pengobatan. Jenis kemoterapi yang paling efektif dacarbazine (DTIC= Dimethyl Triazone
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
20/29
20
Imidazole Carboxamide Decarbazine). Dosis yang dapat diberikan 2.4 4.5
mg/KgBB/hari selama 5-10 hari.(3,4,9)
5. Kemoterapi perfusiCara ini bertujuan untuk menciptakan suasana hipertemis dan oksigenasi pada
pembuluh-pembuluh darah pada sel tumor dan membatasi distribusi kemoterapi dengan
menggunakan torniquet. Kanul dimasukkan ke arteri dan vena utama, kemudian
dilakukan perfusi pada tungkai dengan agen kemoterapi dengan konsentrasi tinggi
menggunakan pompa oksigenator dan thermal blanketuntuk meningkatkan temperature
dari tungkai. Agen kemoterapi yang dapat digunakan adalah Melphalan. Selain
melphalan, agen kemoterapi yang juga dapat digunakan adalah cis-platinum, dan DTIC.
Cara ini merupakan metode yang memberikan efikasi yang baik pada melanoma pada
ekstremitas.(3,9)
6. Terapi RadiasiDigunakan hanya sebagai terapi simptomatis pada melanoma dengan metastase ke
tulang dan susunan saraf pusat (SSP). Meskipun demikian hasilnya tidak begitu
memuaskan.(3,4,9)
Perawatan radioterapi dan kemoterapi hanya bisa menghambat perkembangan sel-
sel tumor tanpa perawatan tuntas pada melanoma maligna. Dengan melihat kenyataan
tersebut, tindakan yang lebih efektif adalah dengan bedah reseksi radikal.(3,4,9)
Prognosa
Melanoma maligna mengalami penyebaran yang cepat pada tubuh pasien. Metastase ini
berkembang mengikuti peredaran darah dan limfa didalam tubuh pasien.(3,4,9)
Dengan melihat kenyataan yang didapat maka prognosa dari melanoma maligna ini
kebanyakan kurang menguntungkan. Melanoma maligna pada rongga mulut umumnya lebih
buruk dari melanoma maligna pada kulit. Hal ini disebabkan karena kedalaman melanoma
maligna yang sudah lebar kemudian kenyataan dengan keterbatasan letak anatomi dari rongga
mulut sehingga pengambilan melanoma maligna susah untuk dilakukan.(4,9)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
21/29
21
Prognosa tidak menguntungkan juga disebabkan karena keterlambatan perawatan yang
dilakukan sehingga diagnosa tidak cepat ditegakkan. Apabila diagnosa cepat dilakukan saat lesi
masih kurang 0,76 mm (level I dan II) dan perawatan agresif segera dilakukan maka
prognosanya adalah baik.(3,4,9)
Prognosa juga tergantung pada tingkat penyebaran tumor. Jika tidak ada penyebaran,
ketahanan hidup rata-rata selama 10 tahun berkisar 40-90%. Prognosa buruk apabila metastase
telah jauh ke organ lain seperti di hati, paru, otak dan usus. Prognosa baik apabila lesi masih
kecil dan belum terjadi metastase. Perhatikan tanda-tanda peringatan dari melanoma dengan
mengikuti aturan ABCD.(1,3,4,9)
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
22/29
22
BAB III
PENUTUP
Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit dengan
gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit atau mukosa.(1,2)
Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan bahkan pada usia muda. CDC USA
melaporkan pada tahun 2002 sebanyak 475 kasus baru pada penderita usia
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
23/29
23
BAB IV
CONTOH KASUS
I.
Identitas PasienNama : Ny.H
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Alamat : Batu Lanteh, Sumbawa
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
Masuk Rumah Sakit : 6 Maret 2013
Tanggal Pemeriksaan : 11 Maret 2013
II. AnamnesaKeluhan utama : Benjolan pada paha kiri dan kaki kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan dari RSUD Sumbawa dengan suspect Karsinoma sel basal. Pasien datang dalam
keadaan sadar mengeluh terdapat benjolan berwarna hitam pada paha dan kaki kirinya sejak 1
tahun yang lalu. Benjolan dirasakan nyeri, keluar darah, dan gatal. Satu tahun yang lalu benjolan
berupa tahi lalat yang kecil berukuran sebesar biji kacang yang semakin lama semakin membesar
hingga ukuran saat ini. Kedua benjolan tersebut muncul bersamaan, namun ukuran benjolan pada
paha kirinya lebih cepat membesar dan lebih sering berdarah. Pasien mengaku tidak tahan
dengan gatalnya sehingga sering menggaruknya.
Pasien juga mengaku terjadi perubahan warna dari benjolan tersebut dari yang awalnya hanya
hitam saja namun lama kelamaaan muncul warna abu dan biru juga seiring bertambahnya ukuran
benjolan tersebut. Pasien juga mengaku jarang menggunakan alas kaki ketika bekerja di sawah.
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
24/29
24
Selain keluhan diatas, pasien juga mengeluh cepat lelah sejak 6 bulan terakhir sehingga pasien
berhenti bekerja di sawah. Pasien juga mengaku badannya semakin pucat sejak keluhan cepat
lelahnya muncul.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami keluhan benjolan yang serupa pada telapak kaki kirinya pada tahun
2011 dan telah dilakukan pembedahan dengan mengangkat benjolan tersebut di RSUD
Sumbawa. Riwayat hipertensi, DM, sakit jantung, sakit ginjal, sakit paru-paru, dan batuk lama
disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang menderita gejala sakit seperti yang dialami saat ini.
Riwayat alergi :
Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi makanan maupun alergi obat
III. Pemeriksan fisika. StatusKeadaan umum : Baik
Kesadaran / GCS : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda Vital :
-Tekanan darah : 130/ 80 mmHg-Nadi : 72x/ menit, kuat angkat, teratur-Pernapasan : 18 x/ menit-Suhu axilla : 36,6 0C
b. Pemeriksan fisik umum1. Kepalaleher
Kepala : Normochepali
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
25/29
25
Mata : Konjungtiva palpebra anemis +/+, sclera ikterik -/-, reflek pupil +/+, pupil bulat
isokor diameter 3mm/3mm
Wajah : kulit wajah pucat (-), sianosis (-)
Telinga : deformitas (-)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : sianosis bibir (-), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan dinding dada simetris, pelebaran sela iga (-), tipe pernafasan
thorakoabdominal, Iktus cordis tidak tampak, nevus (-), massa (-).
Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, fremitus raba sama, nyeri tekan (-), krepitasi (-),
iktus cordis teraba ICS V midclavikula line sinistra. Pembesaran kelenjar getah bening daerah
thorax (-).
Perkusi : pulmo : Sonor pada kedua lapangan paru.
Cor : batas kanan jantung pada ICS II parasternal line dextra, batas kiri pada ICS V
midklavikula line sinistra
Auskultasi: pulmo : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), ascites (-), umbilikus tampak normal, sikatrik (-),
Auskultasi : bising usus (+) normal
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
26/29
26
Perkusi : timpani (+) pada seluruh lapang abdomen,
Palpasi : supel (+), nyeri perut (-), hepar, lien dan ginjal tidak teraba,
Hepatosplenomegali (-),
Ekstremitas
a. Ekstremitas Superior: Hangat +/+; edema -/-b. Ekstremitas Inferior: Hangat +/+; edema -/-
Inspeksi: tampak massa pada regio femoralis anterior dan medial pedis sinistra berwarna
hitam, berbatas tidak tegas, berdungkul-dungkul, perdarahan aktif.
Palpasi: teraba massa dengan konsistensi padat kenyal, perdarahan (+), ukuran sekitar 15x11
cm pada regio femoralis anterior sinistra dan ukuran sekitar 7x5 cm pada regio medial pedis.,
berbatas tidak tegas, perdarahan (+).
Status Lokalis Ekstremitas Inferior Sinistra
Pada regio pedis sisnistra terdapat massa berukuran 7x5 cm berwarna hitam, berbatas tidak
tegas, berbentuk asimetris dengan permukaan rata, tepi meninggi, konsistensi keras, dikelilingi
dengan daerah berwarna kehitaman disertai ulkus yang mengeluarkan darah.
Pada regio femoralis sisnistra terdapat massa berukuran 15x11 cm berwarna hitam, berbatas
tidak tegas, berbentuk asimetris dengan permukaan tidak rata, tepi meninggi dengan bagian
tengah menjorok ke dalam, konsistensi lunak, dikelilingi dengan daerah berwarna kehitaman
disertai ulkus yang mengeluarkan darah.
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
27/29
27
IV. ResumePasien Wanita, 49 tahun, bekerja sebagai petani datang dengan keluhan benjolan di paha
dan kaki kiri didapatkan :
1. 1 tahun yang lalu, muncul benjolan kecil di paha kiri dan kaki kiri pasien, berwarnahitam, ukurannya semakin membesar, gatal, nyeri, dan mengeluarkan darah.
2. Pada tahun 2011, pasien memiliki riwayat keluhan yang sama dan sudah dilakukanoperasi.
3. Pasien juga cepat lelah sejak 6 bulan terakhir. Pasien juga mengaku badannya semakinpucat sejak keluhan cepat lelahnya muncul.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Penderita dalam keadaan umum baik, tekanan darah 130/ 80 mmHg, nadi:72x/
menit, kuat angkat, teratur, pernapasan: 22 x/ menit, Suhu axilla : 36.60C.
Dari status generalis didaptakan konjungtiva palpebra anemis. Dari status lokalis
didapatkan Pada regio pedis sisnistra terdapat massa berukuran 7x5 cm berwarna hitam,
berbatas tidak tegas, berbentuk asimetris dengan permukaan rata, tepi meninggi,
konsistensi keras, dikelilingi dengan daerah berwarna kehitaman disertai ulkus yang
mengeluarkan darah.
Pada regio femoralis anterior sisnistra terdapat massa berukuran 15x11 cm
berwarna hitam, berbatas tidak tegas, berbentuk asimetris dengan permukaan tidak rata,
tepi meninggi dengan bagian tengah menjorok ke dalam, konsistensi lunak, dikelilingi
dengan daerah berwarna kehitaman disertai ulkus yang mengeluarkan darah.
V. Pemeriksaan Histopatologi (No. RSM-P 146/11 tanggal 11 Maret 2013)Makroskopis: diterima potongan-potongan jaringan, berat 5gr, ukuran 1.0 x 1.0 x 0.5 cm
2x 0.8 x 0.7 cm, putih abu-abu kecoklatan, padat kenyal.
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
28/29
28
Mikroskopis: menunjukkan jaringan dilapisis epitel skuamosa dengan hyperkeratosis,
dibawahnya tampak proliferasi sel-sel anaplastik inti bulat oval spindle, pleomorfik, nucleoli
prominen, sitoplasma mengandung pigmen kecoklatan.
Kesimpulan: Melanoma Maligna
-
7/22/2019 Melanoma Maligna Final
29/29
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, I.B Tjakra Wibawa. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. 2010. Jakarta:PERABOI. Hal. 134-45
2. Syamsuhidajat, R.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC, 20103. Brunicardi et al. Schwartz principle Surgery 9thedition. 2010. Mc-Graw Hill; USA4. Cochran, Alistair J et al.Melanoma and skin cancer in Haskell Cancer Treatment fourth
edition. 1995. Saunders; Philadelphia p810-22
5. Siregar, R.S.AtlasBerwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 19996. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2009. Hal. 229-241
7. Kummar, Abbas, Fausto, Mitchell.Robbins Basic Pathology 8th Edition. Saunders, Elsevier,2007.
8. Humprey, Laurent J. Malignant Melanoma in Sabiston textbook of surgery eleventhedition.1978. Philadelpia: Saunders p. 611-14
9. Sherman, Charles D et al. Malignant Melanoma in Clinical Oncology for medical studentsand Physicians sixth edition.1983. American Cancer Society: USA p190-96
10.Pasaribu, Emir Taris,dkk.Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta : CV Sagung Seto,2010