KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Interaksi Antara Laki-laki Dan Perempuan ini
dengan baik tanpa hambatan. Hal ini tidak terlepas juga karena dukungan dari
Bapak Abdul Hakim selaku dosen dan pembimbing kami.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembimbing dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini atas semua
bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah untuk mata pelajaran Tarbiyah ulul albab
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing
yang telah membimbing kami untuk membuat makalah ini.
Malang , November 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2. Perumusan Masalah.................................................................. 8
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 9
2.1. Akibat dari Pergaulan Bebas.................................................... 9
2.2. Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas........................................ 11
BAB III PENUTUP....................................................................................... 13
3.1. Simpulan................................................................................... 13
3.2. Saran......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Telaah ini bertujuan menerangkan pengaturan interaksi lelaki dan wanita
dalam kehidupan umum menurut syariah Islam, sebagaimana diterangkan oleh
Imam Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya, An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fî al-Islâm
(2003), khususnya halaman 25-30 pada bab “Tanzhîm ash-Shilât bayna al-Mar’ah
wa ar-Rajul (Pengaturan Interaksi Wanita dan Lelaki).
Pengaturan tersebut sebenarnya bukan persoalan yang mudah. Sebab, menurut
An-Nabhani, pengaturan yang ada hendaknya mengambilkira dua faktor: Pertama,
bahawa potensi hasrat seksual pada lelaki dan wanita dapat bangkit jika keduanya
berinteraksi; misalnya ketika bertemu di jalan, pejabat, sekolah, pasar, dan lain-
lain. Kedua, bahwa lelaki dan wanita harus saling tolong-menolong (ta’âwun)
demi kemaslahatan masyarakat, misalnya di bidang perdagangan, pendidikan,
pertanian, dan sebagainya. (h. 25-26).
Bagaimana mempertemukan dua faktor tersebut? Memang tidak mudah.
Dengan maksud agar hasrat seksual tidak bangkit, boleh jadi muncul pandangan
bahwa lelaki dan wanita harus dipisahkan secara total, tanpa peluang berinteraksi
sedikit pun. Namun, jika demikian, tolong-menolong di antara keduanya terpaksa
dikorbankan alias tidak terwujud. Sebaliknya, dengan maksud agar lelaki dan
wanita dapat tolong menolong secara optimal, boleh jadi interaksi di antara
keduanya dilonggarkan tanpa mengenal batasan. Namun, dengan begitu akibatnya
adalah bangkitnya hasrat seksual secara liar, seperti pelecehan seksual terhadap
wanita, sehingga malah menghilangkan kehormatan (al-fadhîlah) dan moral
(akhlâq).
Hanya syariah Islam, tegas An-Nabhani, yang dapat mengkompromikan dua
realiti yang seakan saling bertentangan itu dengan pengaturan yang canggih dan
berhasil. Di satu sisi syariah mencegah potensi bangkitnya hasrat seksual ketika
lelaki dan wanita berinteraksi. Jadi, lelaki dan wanita tidaklah dipisahkan secara
total, melainkan dibolehkan berinteraksi dalam koridor yang dibenarkan syariah.
4
Di sisi lain, syariah menjaga dengan hati-hati agar tolong-menolong antara lelaki
dan wanita tetap berjalan demi kemaslahatan masyarakat.
Pengaturan Syariah
An-Nabhani kemudian menerangkan beberapa hukum syariah untuk mengatur
interaksi lelaki dan wanita. Hukum-hukum ini dipilih berdasarkan prinsip bahawa
meski lelaki dan wanita dibolehkan beriteraksi untuk tolong-menolong, interaksi
itu wajib diatur sedemikian rupa agar tidak membangkitkan hasrat seksual, yakni
tetap menjaga kehormatan (al-fadhîlah) dan moral (akhlâq). (h. 27). Di antara
hukum-hukum itu adalah:
a) Perintah menundukkan pandangan (ghadhdh al-bashar).
Lelaki dan wanita diperintahkan Allah Swt. untuk ghadhdh al-bashar (QS an-Nur
[24]: 30-31). Yang dimaksud ghadhdh al-bashar menurut An-Nabhani adalah
menundukkan pandangan dari apa saja yang haram dilihat dan membatasi pada
apa saja yang dihalalkan untuk dilihat (h. 41). Pandangan mata adalah jalan
masuknya syahwat dan bangkitnya hasrat seksual, sesuai sabda Nabi saw. dalam
satu hadis Qudsi:
ف�ي �ه� �و�ت ح�ال �ج�د� ي � �م�انا �ي إ �ه� �ت �د�ل ب� أ �ي اف�ت م�خ� م�ن� �ه�ا ك �ر� ت م�ن� �ي�س �ل �ب إ � ه�ام س� م�ن� ه�م# س� ة� 'ظ�ر� �لن ا
�ه� �ب ق�ل
yang disalahfahami kebanyakan orang, tetapi baju terusan yang longgar yang
terulur sampai ke bawah, yang dipakai di atas baju lapisan dalam (h. 44, 61).
Tudung (khimar) adalah apa saja yang digunakan untuk menutupi kepala (h.
Pandangan mata [pada yang haram] adalah satu anak panah di antara berbagai
anak panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku, Aku
akan menggantikan pandangan itu dengan keimanan yang akan dia rasakan
manisnya dalam hatinya.” (HR Al-Hakim, Al-Mustadrak, 4/349; Al-Baihaqi,
Majma’ az-Zawâ’id, 8/63). (Abdul Ghani, 2004).
5
b) Perintah kepada wanita mengenakan jilbab(jubah) dan tudung.
Menurut An-Nabhani, busana wanita ada dua: jilbab (QS al-Ahzab [33]: 59) dan
tudung (khimar) (QS an-Nur [24]: 31). Jilbab bukan tudung, sebagaimana 44).
Penjelasan An-Nabhani mengenai erti jilbab ini sejalan dengan beberapa kamus,
antara lain dalam kitab Mu’jam Lughah al-Fuqahâ’:
�ه�ا �اب �ي ث ف�و�ق� �ة� أ �م�ر� ال ه� �س� �ب �ل ت ع# و�اس� �و�ب# ث
[Jilbab adalah] baju longgar yang dipakai wanita di atas baju (rumah)-nya (Qal’ah
Jie & Qunaibi, Mu’jam Lughah al-Fuqahâ, hlm. 124; Ibrahim Anis dkk, Al-
Mu’jam al-Wâsith, 1/128).
c) Larangan atas wanita bermusafir selama sehari-semalam, kecuali disertai
dengan mahram-nya.
Tidak halal bagi seorang wanita yang mengimani Allah dan Hari Akhir untuk
melakukan perjalanan selama sehari-semalam, kecuali disertai dengan mahram-
nya (HR Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban).
d)Larangan ber-khalwat antara lelaki dan wanita, kecuali wanita itu disertai
dengan mahram-nya.
Khalwat ertinya adalah bertemunya dua lawan jenis secara menyendiri (al-ijtimâ’
bayna itsnayni ‘ala infirâd) tanpa adanya orang lain selain keduanya di suatu
tempat (h. 97); misalnya di rumah atau di tempat sepi yang jauh dari jalan dan
keramaian manusia. Khalwat diharamkan berdasarkan hadis Nabi saw.:
2 م م�ح�ر� ذ�ي� م�ع� ' �ال إ �ة2 أ �م�ر� �ا ب ج�ل# ر� �و�ن' ل �خ� ي � ال
Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali
wanita itu disertai dengan mahram-nya (HR al-Bukhari dan Muslim).
e) Larangan atas wanita untuk keluar rumah, kecuali dengan seizin
suaminya.
Wanita (isteri) haram keluar rumah tanpa izin suaminya, karena suaminya
mempunyai hak-hak atas iserinya itu. An-Nabhani menukilkan riwayat Ibnu
Baththah dari kitab Ahkâm an-Nisâ’. Disebutkan bahwa ada seorang wanita yang
suaminya bepergian. Ketika ayah wanita itu sakit, wanita itu meminta izin kepada
6
Nabi saw. untuk menjenguknya. Nabi saw. tidak mengizinkan. Ketika ayah wanita
itu meninggal, wanita itu meminta lagi izin kepada Nabi saw. untuk menghadiri
penguburan jenazahnya. Nabi saw. tetap tidak mengizinkan. Lalu Allah Swt.
mewahyukan kepada Nabi saw.:
و�ج�ه�ا ز� �ط�اع�ة� ب �ه�ا ل ت� غ�ف�ر� ق�د� Bي �ن إ
Sesungguhnya Aku telah mengampuni wanita itu karena ketaatannya kepada
suaminya (An-Nabhani, An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fî al-Islâm, h. 29).
f) Perintah pemisahan (infishâl) antara lelaki dan wanita.
Perintah ini berlaku untuk kehidupan umum seperti di masjid dan sekolah, juga
dalam kehidupan khusus seperti rumah. Islam telah memerintahkan wanita tidak
berdesak-desakan dengan lelaki di jalan atau di pasar (h. 29). (Al-Jauziyah, 1996).
Interaksi antara lelaki dan wanita hendaknya merupakan interaksi umum, bukan
interaksi khusus.
Interaksi khusus yang tidak dibolehkan ini misalnya saling mengunjungi antara
lelaki dan wanita yang bukan mahram-nya (seperti dating dan couple), atau lelaki
dan wanita pergi bertemasya bersama. (h. 30).
Masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi
dewasa yang dimulai umur 8 – 14 tahun. Awal pubertas dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya adalah bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Secara klinis mulai
tumbuh ciri-ciri kelamin sekunder, misalnya : tumbuh rambut pubis, ketiak,
timbul jerawat pada wajah, peningkatan berat badan dan tinggi badan, pada wanita
mengalami pembesaran buah dada dan pada pria terjadi perubahan pada suara dan
tumbuh jakun.
Pada tahun 2010, jumlah penduduk remaja Indonesia 43,6 juta. Sebagian
besar remaja (69,3%) – umur kawin pertama dalam usia belia (<18 tahun).
Seks bebas itu sendiri ada kaitannya dengan perilaku yang berdampak
buruk terhadap kesehatan reproduksi. Mereka tidak memikirkan akibat dari
perbuatan mereka misalnya, mereka bisa terserang virus HIV ataupun bayi yang
mereka lahirkan tidak mempunyai status.
Oleh karena itu pemerintah harus mampu mengambil tindakan dan
menyaring pengaruh yang berhak dan berdampak negatif bagi para remaja. Begitu
7
pula peran remaja harus mampu mengendalikan diri dan menghindari hubungan
seks pra nikah.
Upaya-upaya pencegahan pergaulan bebas adalah dengan menanamkan
nilai-nilai agama, moral dan etika, diantaranya : (1) Pendidikan agama, moral dan
etika dalam keluarga. (2) kerjasama guru dan orangtua, tokoh masyarakat,
pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan intelektual, tetapi
juga mengembangkan kemauan emosi anak agar dapat mengembangkan rasa
percaya diri.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa akibat dari seks bebas ?
2. Apa upaya pencegahan seks bebas ?
Dalam pembahasan masalah ini difokuskan pada akibat dari seks
bebas yang mana dewasa ini sangat banyak terjadi di kalangan remaja.
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Akibat dari Pergaulan Bebas
Melakukan hubungan seks secara bebas merupakan akibat pertama
dari pergaulan bebas yang merupakan lingkaran setan yang tidak ada
putusnya dengan berbagai akibat di berbagai bidang antara lain di bidang
sosial, agama dan kesehatan sebagai berikut :
- Dalam seks bebas terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan
yakni berkurangnya iman si penzina, hilangnya sikap menjaga diri dari
dosa, buruk kepribadian dan hilangnya rasa cemburu.
- Seks bebas menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu
merupakan suatu hal yang amat ditekankan dan dianggap perhiasan
yang sangat indah khususnya bagi wanita.
- Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
- Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
- Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian
sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
- Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik
di hadapan Tuhan maupun sesama manusia.
- Tuhan akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga
pandangan matanya liar dan tidak terjaga.
- Pelaku seks bebas akan dipandang oleh manusia dengan pandangan
muak dan tidak percaya.
- Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dicium oleh orang-orang
yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau
badannya.
- Apa yang didapatkan para pelaku seks bebas dalam kehidupan ini
adalah sebaliknya dari apa yang diinginkannya. Ini adalah karena, orang
yang mencari kenikmatan hidup dengan cara bermaksiat maka Tuhan
akan memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan
9
Tuhan tidak menjadikan maksiat sebagai jalan untuk mendapatkan
kebaikan dan kebahagiaan.
- Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim, durhaka
kepada orang tua, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan
keturunan. Bahkan boleh membawa kepada pertumpahan darah dan
perdukunan serta dosa-dosa besar yang lain. Seks bebas biasanya
berkait dengan dosa dan maksiat yang lain sebelum atau bila berlakunya
dan selepas itu biasanya akan melahirkan kemaksiatan yang lain pula.
- Seks bebas menghilangkan harga diri pelakunya dan merusakkan masa
depannya di samping meninggalkan aib yang berkepanjangan bukan
saja kepada pelakunya bahkan kepada seluruh keluarganya.
- Aib yang dicorengkan kepada pelaku seks bebas lebih membekas dan
mendalam daripada dosa kafir misalnya, karena orang kafir yang
memeluk Islam selesailah persoalannya, namun dosa zina akan benar-
benar membekas dalam jiwa karena walaupun akhirnya pelaku zina itu
bertaubat dan membersihkan diri dia akan masih merasa berbeda dengan
orang yang tidak pernah melakukannya.
- Jika wanita yang berzina hamil dan untuk menutupi aibnya ia
mengugurkan kandungannya itu maka dia telah berzina dan juga telah
membunuh jiwa yang tidak berdosa . Jika dia ialah seorang wanita yang
telah bersuami dan melakukan perselingkuhan sehingga hamil dan
membiarkan anak itu lahir maka dia telah memasukkan orang asing
dalam keluarganya dan keluarga suaminya sehingga anak itu mendapat
hak warisan mereka tanpa disadari siapa dia sebenarnya. Amat
mengerikan, naudzubillah min dzalik.
- Perzinaan akan melahirkan generasi individu-individu yang tidak ada
asal keturunan (nasab). Di mata masyarakat mereka tidak memiliki
status sosial yang jelas.
10
- Pezina laki-laki berarti telah menodai kesucian dan kehormatan wanita.
- Zina dapat menanamkan permusuhan dan menyalakan api dendam
antara keluarga wanita dengan lelaki yang telah berzina dengannya.
- Perzinaan sangat mempengaruhi jiwa keluarganya di mana mereka akan
merasa jatuh martabat di mata masyarakat, sehingga kadang-kadang
menyebabkan mereka tidak berani untuk mengangkat muka di hadapan
orang lain.
- Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya
seperti AIDS, siphilis, dan gonorhea atau kencing bernanah.
2.2. Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas
a. Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika antara lain : pendidikan
agama, moral dan etika dalam keluarga, kerjasama guru, orangtua dan
tokoh masyarakat.
b. Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan
intelektual, tetapi juga mengembangkan kemauan emosional agar dapat
mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan ketrampilan
mengambil keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa harga
diri, mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, yang mampu
mengatakan “tidak” tanpa beban dan tanpa mengikuti orang lain.
c. Pendidikan dan penyuluhan seksual
Pada waktu ini cara-cara pendidikan seksual didasari oleh dua
pandangan dan pendekatan yang sangat berbeda, yaitu : (a) pendekatan
psikoanalitik, yang hanya mengakui bahwa perkembangan psiko-
seksual ditentukan oleh pembawaan yang untuk sebagian besar sifatnya
autonom. (b) pendekatan sosiologik, yang mengakui adanya pengaruh
dari lingkungan. Yang mempunyai banyak pengikutnya adalah
pandangan pendekatan yang kedua.
Pendidikan seksual sebaiknya sudah dimulai sedini mungkin, dalam
masa kanak-kanak dengan peranan utama dipegang oleh para orangtua
dan para guru.
11
Bagi para remaja penyuluhan seksual sudah dapat dimulai di sekolah
lanjutan, baik oleh dokter maupun oleh guru, yang kedua-duanya sudah
memiliki pengetahuan tentang seksologi modern. Penyuluhan yang
salah dapat berakibat negatif. Para orangtua tentunya dapat pula
memegang peranan dalam hal ini.
d. Penyuluhan pada remaja
Dalam penyuluhan pada remaja perlu dibahas secara singkat anatomi
dan fisiologi alat kelamin, serta fisiologi hubungan seksual. Juga variasi
dan penyimpangannya yang masih dianggap dalam batas-batas normal
perlu dikemukakan. Semua itu dilakukan dengan latar belakang norma-
norma yang berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Akibat seks bebas antara lain :
a. Melakukan hubungan seksual secara bebas yang mengakibatkan
kehamilan remaja/kehamilan sebelum nikah yang mempunyai resiko :
- Pengguguran kandungan/aborsi
- Rasa malu atau putus asa
- Terpaksa menikah
b. Beresiko tertular penyakit menular seksual.
c. Penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang dapat merusak moral
generasi muda.
Upaya mencegah pergaulan bebas :
a. Menanamkan nilai agama, moral dan etika.
b. Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya intelektual, tetapi
juga mengembangkan kemauan emosional agar dapat mengembangkan
rasa percaya diri.
c. Pendidikan dan penyuluhan seksual.
d. Penyuluhan kepada para remaja.
13
3.2. Saran
a. Bagi pemerintah
Diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para pemuda
agar tidak salah dalam memilih pergaulan.
b. Bagi orangtua
Diharapkan memberi kasih sayang tidak hanya limpahan materi saja
tetapi perlu juga memperhatikan tingkah laku anak-anaknya agar tidak
salah jalan.
c. Bagi para remaja
Isilah hidup dengan kegiatan yang positif dan jangan mencoba hal-hal
yang memberikan kenikmatan sesaat.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastro Winata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Obstetri
Patologi. Jakarta : EGC.
2. Winjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. http://jemaah-islam.blogspot.com/2008/11/mengatur-interaksi-antara-lelaki-
dan-perempuan.
15
Top Related