NIFAS Adaptasi Orang Tua
-
Upload
reindi-wiranata -
Category
Documents
-
view
113 -
download
4
Transcript of NIFAS Adaptasi Orang Tua
ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS TERHADAP Ny.”S” DENGAN KASUS ADAPTASI MENJADI ORANG
TUA DI BPS SRI LESTARI MARGODADI
METRO SELATAN
Disusun Oleh:
AYU SYLVIA 06 242 048
POLITEKNIK KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO TAHUN 2007
LANDASAN TEORI ADAPTASI MENJADI ORANG TUA
A. PENDIDIKAN MENJADI ORANG TUA
Kehamilan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Setiap anggota
memerlukan proses adalah adaptasi yang bergantung pada budaya dan
lingkungan. Wanita segala umur selama masa kehamilannya beradaptasi berperan
sebagai ibu. Pada kehamilan awal tidak ada yang berbeda. Ketika futusnya mulai
bergerak pada trimester ke-2, wanita tersebut mulai menaruh perhatian pada
kehamilannya dan menjalin percakapan dengan ibunya atau teman-taman yang
lain yang pernah hamil.
Kehamilan suatu krisis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stress,
tetapi imbalannya adalah wanita tersebut siap menghadapi fase baru untuk
tanggung jawab dan perawatan (Olsen, 1999). Konsep darinya berubah, siap
menjadi orang tua, dan menyiapkan peran barunya. Secara bertahap ia berubah
dari memperhatikan dirinya sendiri dan punya kebebasan menjadi komitmen
untuk Bertanggung jawab kepada makhluk lainnya.
Perkembangan ini membutuhkan tugas perkembangan yang pasti dan
tuntas yang meliputi penerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu,
membangun kembali hubungan dengan ibunya, dengan suaminya, dengan bayi
yang dikandungnya, serta menyiapkan kelahiran anaknya (Wayland dan Tate,
1993, Zachariah, 1994). Dukungan suami secara emosional adalah faktor yang
penting untuk keberhasilan tugas perkembangan ibu.
1. Identifikasi peran ibu
Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi
seorang ibu dari anaknya. Persepsi lingkungan sosialnya tentang aturan-aturan
peran wanita dapat mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau
perempuan karir, menikah atau tetap membujang, atau menjadi bebas dari
pada tergantung orang. Bermain peran dengan boneka, mengasuh bayi dan
mengasuh saudara dapat meningkatkan pengertian seperti apa peran ibu.
Perempuan yang menyukai bayi atau anak-anak mempunyai motivasi untuk
menerima kehamilan dan menjadi ibu.
2. Hubungan interpersonal Ibu
Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap untuk berperan
sebagai ibu. Pada saat anggota keluarga menyadari peran baru mereka bisa
terjadi konflik dan ketegangan. Diperlukan komunikasi yang efektif antara ibu
dengan suami dan keluarganya. Komponen-komponen yang penting seputar
ibu hamil adalah: ibunya sendiri, reaksinya terhadap kehamilan anaknya,
menghargai kemandirian anaknya, keberadaannya di masa lampau dan
sekarang, dan keinginan untuk mengenangnya (Mercer, 1995)
3. Hubungan ibu dengan janin
Hubungan ibu dengan anak dimulai selama hamil, ketika ibu
mengkhayal dan memimpikan dirinya sebagai ibu (Rubin,1975). Ibu ingin
mendekat, menghangatkan, atau bercerita kepada bayinya, dan mencoba
membayangkan adanya tangisan bayi, memeriksakan adanya gangguan
terhadap kurangnya kebebasan dan kegiatan mengasuh anak. Hubungan ibu
dan anak berkembang dalam 3 fase selama hamil:
Fase I (Lumley, 1982). Ia menerima kenyataan biologis tentang kehamilan
dengan pernyataan “saya hamil” dan menyatakan ide tentang anak didalam
tubuhnya dan gambaran dirinya sebagai berikut:
a. Pikiran terpusat pada dirinya
b. Menyadari kenyataan dirinya hamil
c. Fetus adalah bagian dari dirinya
d. Fetus seolah-olah tidak nyata
Fase II pada saat ini ibu merasakan sebagai berikut :
a. Menerima tubuhnya fetus yang merupakan makhluk yang berbeda dengan
dirinya (pada bulan ke-5)
b. Timbulnya pernyataan :”Saya akan mempunyai seorang bayi”
c. Tumbuhnya kesadaran bahwa bayinya adalah makhluk lain yang terpisah
dari tubuhnya.
d. Terlibat dalam hubungan Ibu-Anak, asuhan dan tanggung jawab
e. Mengembangkan pelekatan (attachment). Perempuan yang menyukai
kehamilan dan merencanakannya akan senang dengan kehamilannya,
mereka dekat dengan bayinya yang dirasakan lebih awal dari pada
perempuan lain (Koniak Griffin, 1988)
f. Menerima kenyataan, mendengar denyut jantung janin dan merasakan
gerakan anak menempatkan perempuan tersebut pada kondisi yang tenang,
sehingga dapat lebih berintrospeksi diri dan berfantasi tentang anaknya. Ia
akan senang dengan anak kecil.
Fase III ini adalah proses attachment dan ibu merasakan sebagai berikut:
a. Merasa realistik
b. Mempersiapkan kelahiran
c. Mempersiapkan menjadi orang tua
d. Spekulasi mengenai jenis kelamin anak
e. Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinganya ke perut ibu dan
berbicara dengan fetus.
B. Reaksi Wanita Terhadap Bayinya dan kegiatan menyusui
Reaksi wanita terhadap kelahiran bayinya dan terhadap pengurangan hak-
hak ego itu sangat bervariasi. Yang terutama sekali ialah: reaksi mekanisme
pembelaan diri yang otomatis menentang bertambahnya macam-macam tugas
baru guna merawat dan mengasuh bayinya.
Tugas-tugas baru tadi dinyatakan sebagai suatu “Bahaya bisa menghambat
dan memiskinkan ego sendiri”. Lalu timbul reaksi : merasa sangat dirugikan,
karena semua tingkah laku ibu muda tersebut menjadi sangat terbatas dan
terhambat oleh kehadiran bayinya. Perasaan semacam itu terutama sekali banyak
kita jumpai pada ibu-ibu yang sangat muda yang belum siap secara mental untuk
menjadi ibu, dan ibu-ibu yang memiliki sifat maskulinitas sangat kuat.
Banyak ibu muda yang merasa takut kalau-kalau kelangsingan tubuh dan
kemolekan badannya menjadi lenyap, terutama payudaranya akan menjadi rusak,
kempis dan longgar, karena harus menyusui bayinya. Ditambah timbulnya
macam-macam konflik antara aspirasi-aspirasi intelektual untuk aktif bergiat di
luar, melawan tugas-tugas keibuan di rumah.
Bentuk reaksi negatif lain yang bisa membahayakan kepribadian wanita
berupa : beraneka mekanisme pelarian diri dan mekanisme pembelian diri yang
semula berhasil dipertahankan, kini menjadi goyah, disebabkan oleh kelahiran
bayinya, dan munculnya tugas-tugas keibuannya, dan mereaksi terhadap “bahaya-
bahaya” (yaitu tugas keibuan) dengan rasa ketakutan serta kecemasan, lalu
berusaha menghindarkan diri dari semua tugas merawat dan mengasuh bayinya.
Juga terdapat wanita-wanita yang merasa tidak mampu mencintai
anaknya, padahal umur cinta kasih mutlak perlu bagi kesejahteraan dan
kelestarian bayinya. Semua perasaan negatif atau perasaan dirugikan itu pada
umumnya adalah kelanjutan dari perasaan-perasaan yang dikembangkan sejak
periode kehamilan.
Apalagi ada hal-hal tersebut di atas, bentuk khas dari sifat keibuan itu
sangat bergantung pada keseimbangan antara macam-macam konflik yang saling
bertentangan tadi. Ketakutan yang berlebih-lebihan pada berkurangnya hak-hak
ego sendiri berakibat munculnya:
a. Usaha untuk melarikan diri dari bayinya
b. Tidak mau bertanggung jawab terhadap perawatan dan nasib anaknya.
c. Berbareng dengan peristiwa tadi, terjadi pula kegagalan pada fungsi-fungsi
jasmaniah dari reproduksi, terutama fungsi kelenjar-kelenjar susu menjadi
terhalang dan macet, sehingga air susu tidak mau keluar.
d. Sebagai akibat jauhnya, wanita tadi tidak mau menghayati fungsi keibuan
sejati.
Sebaliknya, jika terdapat ketakutan yang ekstrem terhadap nasib bayinya atau
muncul rasa takut kehilangan bayinya, maka hal ini akan mengakibatkan :
a. Devosi atau pengorbanan diri yang berlebih-lebihan
b. Juga minat sosial lainnya tidak di perhatikan
c. Bahkan mungkin bisa muncul disposisi kecemasan-kecemasan yang neurotis
terhadap anaknya
Ada kalanya kita jumpai proses penguatan cinta-dini yang narsistis pada
seorang wanita, sebagai suatu reaksi - kompensasi dari kecenderungan -
kecenderungan mesokhistis ekstrem sesudah kelahiran bayinya. Penguatan unsur
narsisme sekunder semacam ini khususnya terjadi pada wanita yang kehidupan
emosionalnya kaku-beku dingin, sehingga ia tidak mampu menghayati
kebahagiaan mengandung bayinya, dan tidak bisa mencintai anaknya. Peristiwa
tadi merupakan bentuk :
a. Kekacauan emosional disertai perasaan-perasaan kosong hampa
b. Dan pemiskinan sifat kewanitaannya yaitu merupakan bentuk gangguan
afektif yang schizoid sifatnya.
Wanita-wanita tadi mengharapkan, bahkan sering menuntut, agar
bayi/anaknya mencintai dirinya, tetapi dia sendiri tidak sanggup mencintai
anaknya. Atau agar bayinya bisa membebaskan ibunya dari derita batin penuh
kekosongan dan kehambaran hati. Namun dengan sendirinya ibu tadi merasa
kecewa, karena harapannya tidak pernah terpenuhi, sebab sumber penyebabnya
ialah: ibu itu sendiri tidak mampu mengembangkan perasaan afeksi yang hangat
terhadap anak/bayinya.
Ada pula wanita-wanita yang ingin hamil dan melahirkan anaknya karena
didorong oleh rasa kesepian atau oleh perasaan kepedihan ditinggalkan kekasih
atau suami.
Untuk mengurangi kecenderungan-kecenderungan negatif tadi, perlu
kiranya wanita yang bersangkutan dialihkan kepada interest-interest atau macam-
macam kegiatan rekreatif sebagai terapi penyembuhannya.
Tipe wanita yang dihinggapi perasaan-perasaan bersalah dan dosa-dosa
misalnya: yang cenderung memberikan reaksi-reaksi depresif dan reaksi neurotis-
obsesif. Pada umumnya membiarkan anaknya sejak awal kehadirannya
mentiranisir dirinya dengan macam-macam tuntutan dan kemanjaan. Di kemudian
hari, jika perbuatan dan kenakalan anaknya sudah keterlaluan disebabkan oleh
salah asuh dan salah didik dari sang ibu maka secara mati-matian ibu tadi
membebaskan diri dari tiranisasi anaknya. Biasanya ia menjadi putus asa atau
justru menjadi sangat maskulin dan agressif sekali, lalu bersikap kasar dan kejam
terhadap anaknya.
Pada beberapa wanita lainnya, secara paradoksal kelahiran anaknya justru
menambah kreatifitasnya diluar lingkungan keluarga. Adapun motivasi-motivasi
penunjang yang memperbesar dorongan kreatifitas mereka adalah : kekecewaan
menjadi seorang ibu, ingin melarikan diri dari tugas-tugas keibuan.
Ibu-ibu yang bersifat sangat maskulin ini mirip dengan gadis-gadis cilik
yang mencoba memuaskan dorongan aktifnya dengan bermain-main dengan
bonekanya. Lalu dengan ciri-ciri maskulinitas tadi ia mencoba-coba memelihara
serta mengurus bayinya, dan di kemudian hari mendidik anaknya, maka dengan
semakin menonjol kuat kecenderungan-kecenderungan maskulinnya atau tendens
kelaki-lakiannya, akan semakin kuat pula usahanya untuk melarikan diri dari
tugas-tugasnya sebagai seorang ibu.
Sebaliknya juga, semakin pasif dia dan semakin banyak ia dihinggapi
dorongan-dorongan masokhistis, akan semakin bergantunglah ia pada pribadi
anaknya. Ada kecemasan berbentuk dependensi pada diri anaknya dan semakin
kuatlah usahanya untuk melarikan diri dari macam-macam aktivitas yang
maskulin.
Hal ini menjelaskan, bahwa khususnya pada wanita yang sangat pasif, bisa
terjadi pernguatan dan penonjolan kecenderungan-kecenderungan maskulin
sesudah kelahiran bayinya.
Macam-macam gejala yang telah kita bahas pada periode kehamilan itu
bisa berlangsung terus pada masa menyusui dan periode post partum. Misalnya
saja, kesenangan menjadi hamil terus menerus, berupa obsesi jadi hamil tanpa
disertai emosi-emosi afeksi terhadap anak sendiri itu banyak kita jumpai pada
wanita-wanita infantil (kekanak-kanakan, dewasa secara jasmaniah, namun
memiliki ciri kekanak-kanakan secara jiwani) . pola tersebut akan dilanjutkan
dalam bentuk relasi infantil dengan anaknya. Ibu-ibu macam ini biasanya tidak
mampu mengembangkan sikap yang dewasa, tidak bisa menyesuaikan diri dengan
tuntutan realitas yang ada, dan tidak bisa meninggalkan pola relasi-relasi dengan
anaknya yang sifatnya sangat kekanak-kanakan lalu ia memainkan peranan
keibuannya bagaikan gadis pra puber yang asik menimang-nimang bonekanya.
Sebernarnya, bahwa wanita semacam ini belum siap siaga untuk menjadi
seorang ibu. Ketika ia melahirkan bayinya secara spontan ia diliputi rasa senang
dan suka memamerkan pada teman-temannya. Ketika ia melahirkan anaknya.
Semua ini berlangsung selama beberapa minggu saja. Akan tetapi ketika tiba saat
yang lebih serius, dimana sang bayi menuntut pengorbanan dari ibunya berupa
tuntutan pemeliharaan dan asuhan, maka mulailah timbul kesulitan dan konflik-
konflik batin pada dirinya.
C. ADAPTASI ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
ANAK
Ketika seorang ibu melahirkan anak, suatu hal yang ingin diketahui ialah:
seperti apakah atau seperti siapakah anak saya? Ini suatu keingin tahuan yang
biasa, wajar. Namun sebenarnya ada satu hal yang lebih penting lagi ialah, akan
seperti apakah kelak anak saya ini? Suatu pertanyaan dengan rentangan panjang,
memakan waktu lama untuk bisa menjawabnya dan sulit untuk bisa diramalkan
antara apa yang ada dan apa yang akan terjadi, antara yang terlihat dan apa yang
akan diperlihatkan.
Anak yang baru lahir berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak
bisa apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak bisa memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya sendiri. Jadi ia tergantung sepenuhnya pada lingkungannya,
lingkungan hidupnya, terutama orang tua dan lebih khusus lagi ialah ibunya.
Mengenai lingkungan hidup yang menjadi tokoh pusat ialah orang tua. Merekalah
yang berperan besar, langsung atau kadang-kadang tidak langsung, berhubungan
terus-menerus dengan anak, memberikan perangsang (stimulasi) melalui berbagai
corak komunikasi antara orang tua (terutama ibu) dengan anak.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas, orang tua jelas berperan besar
dalam perkembangan dan memperkembangkan kepribadian anak. Orang tua
menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seprang setelah dewasa, jadi
gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa,.
banyak banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi
sebelumnya.
Dalam usaha atau tindakan aktif orang tua untuk mengembangakan kepribadian
anak, perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan sebagai berikut :
1. Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisik anak
Perlakuan dan pengasuhan yang baik disertai dengan lingkungan yang
memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari keadaan yang mempermudah
timbulnya sakit dan penyakit perlu sekali di perhatikan. Pengetahuan praktis
mengenai kadar gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan anak
perlu diketahui orang tua. Juga diperlukan pengetahuan- pengetahuan praktis
mengenai kebutuhan- kebutuhan anak, kebutuhan dasar dan mineral, untuk
memungkinkan anak berkembang sebaik-baiknya.
2. Dalam kaitannya dengan perkembangan sosial anak
Pergaulan adalah juga merupakan suatu kebutuhan untuk memperkembangkan
aspek sosial anak. Seorang anak membutuhkan anak lain atau kelompok yang
kira-kira sebaya. Melalui hubungan dengan lingkungan sosialnya, anak
sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung terpengaruh
pribadinya. Peniruan menjadi salah satu faktor yang sering terjadi dalam
proses pembentukan pribadi anak. Maka penting diperhatikan siapa atau
dengan kelompok mana anak boleh, dianjurkan atau sebaliknya menghindari
atau sesedikit mungkin bergaul.
3. Dalam kaitannya dengan perkembangan mental anak
Komunikasi verbal antara orang tua dengan anak, khususnya pada tahun-
tahun pertama kehidupan anak, besar pengaruhnya untuk perkembangan
mentalnya. Anak memahami arti sesuatu mulai dari yang kongkrit sampai
yang abstrak, Kecuali dari usaha anak sendiri, yang bereksplorsi didalam
lingkungannya, mendengar, mengamati dan mengolah menjadi pengetahuan-
pengetahuan, juga berasal dari perangsangan- perangsangan yang diberikan
oleh orang-orang yang ada di sekeliling hidup anak. Mengajak anak berbicara
sambil membimbing lebih lanjut mempunyai dampak positif bagi
perkembangan aspek mentalnya.
4. Dalam kaitannya dengan perkembangan rohani anak
Pengetahuan anak mengenai perbuatan baik atau tidak batik, boleh atau tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari usaha anak sendiri yang secara aktif
memperhatikan, meniru dan mengolah dalam alam pikirannya dan lebih lanjut
menjadi sikap dan perilakunya. Namun dalam banyak hal peranan dari orang
tua juga cukup besar dalam mempengaruhi perkembangan aspek moral dan
rohani anak.
Orang tua sedikit demi sedikit membimbing dan mengarahkan sikap dan
perilaku anak sesuai dengan patokan atau ukuran orang tua, sesuai dengan
kitab suci dan ajaran- ajaran agama.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
TERHADAP NY. S DENGAN KASUS ADAPTASI MENJADI ORANG TUA
DI BPS SRI LESTARI MARGODADI METRO SELATAN
TAHUN 2007
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 25 Januari 2007
1. Identitas
Nama Istri : Supriatun
Umur : 24 th
Agama : Islam
Suku : Padang
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Jendral Suprapto
No. 27 Margodadi
Metro Selatan
Nama Suami : Bayu Pamungkas
Umur : 28 th
Agama : Islam
Suku : Padang
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wirasuasata
Alamat : Jln. Jendral Suprapto
No. 27 Margodadi
Metro
2. Keluhan Utama
Ibu dengan G1P0A0 post partum tanggal 20 Januari 2007. dari vagina keluar
darah (lochea rubra). Ibu merasa cemas dan gelisah dengan anaknya yang
menangis terus-menerus. Ibu merasa takut dan khawatir kalau ia tidak bisa
mengasuh bayinya. Ibu merasa letih dan sulit tidur, perut masih terasa mulas.
3. Riwayat Persalinan
Anak lahir spontan : tanggal 20 Januari 2007, jam 02.45 WIB
Jenis kelamin : perempuan
BB : 3000 gr PB : 50 cm
Apgar score : 9/10
Jumlah perdarahan : Kala I : Blood Slym
Kala II : 100 cc
Kala III : 150 cc
Kala IV : 100 cc
Jumlah : 350 cc
Lama persalinan Kala I : 12 jam
Kala II : 2 jam
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 16 jam 15 menit
4. Riwayat Kesehatan Dasar
Mobilitas : Ibu dapat miring ke kanan dan ke kiri, duduk dan
berjalan perlahan-lahan
5. Pola Kebutuhan Dasar
a. Eliminasi
BAB Sebelum melahirkan : 1-2 x/hari
Sesudah melahirkan : 1 x/hari
BAK Sebelum melahirkan : 5-6 x/hari
Sesudah melahirkan : 2 x/hari
b. Nutrisi
Sebelum melahirkan : Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang, 1
piring nasi, 1 mangkuk sayur, lauk-pauk, buah
dan susu
Sesudah melahirkan : Ibu makan dengan porsi kecil ½ piring nasi,1 ,
mangkuk sayur, lauk-pauk, buah dan susu
c. Istirahat
Sebelum melahirkan : ibu tidur 7-8 jam sehari
Sesudah melahirkan : ibu tidur 6 jam sehari tetapi malam agak sulit
tidur karena bayi sering menangis
d. Aktivitas
Sebelum melahirkan : ibu bisa melakukan aktivitas/kegiatan rumah
tangga sendiri tanpa bantuan orang lain .
Sesudah melahirkan : ibu hanya bisa berjalan pelan-pelan dan
dibantu .
e. Personal hygiene
Sebelum melahirkan : ibu mandi 2x sehari, menggosok 3x sehari, ibu
mencuci tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB, ibu mengganti pakaian
setiap kali habis mandi
Sesudah melahirkan : ibu mandi 2x sehari, menggosok 3x sehari, ibu
mencuci tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB, ibu mengganti pakaian
setiap kali habis mandi, ibu mengganti doek 3x sehari .
6. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Respon ibu dan keluarga : Ibu sangat mengharapkan serta
menerima kehamilan dan persalinan
ini.
b. Peran anggota keluarga : Keluarga sering membantu cara
merawat bayi dan ibu setelah
bersalin tetapi bayi sering menangis
tiap malam
c. Pembuat keputusan : Suami adalah orang yang paling
dalam mengambil keputusan
d. Kebiasaan-kebiasaan kesehatan : Keluarga masih menganut upacara
dan tata cara adat lama, dimana ibu
harus tidur bersandar dan minum
jamu-jamuan
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular atau menurun
8. Keadaan Psikososial
Ibu merasa senang dengan kelahiran anaknya, keluarga juga ikut bahagia,
tetapi ia merasa khawatir jika anaknya sering menangis. Ibu juga takut kalau
ia tidak bisa merawat anaknya, karena belum memiliki pengalaman tentang
merawat bayi dan selama ini ibu dibantu oleh keluarga dan suami.
9. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
BB sebelum hamil : 56 kg
BB hamil aterm : 68 kg
BB setelah melahirkan : 67 kg
Tinggi badan : 157 cm
b. Tanda-tanda vital
TD :120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 360C
RR : 22x/menit
2) Pemeriksaan fisik
Rambut : berminyak, lembab, sedikit ketombe
Mata : konjungtifa pucat, sclera sedikit icterik, fungsi
penglihatan normal
Muka : tidak ada oedema, tidak ada kelainan
Hidung : simetris, tidak ada polip, fungsi penciuman
normal
Mulut : bersih tidak ada carises gigi, tidak ada gigi
berlubang
Telinga : simetris, bersih, fungsi pendengaran baik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan tidak
ada pembesaran vena jugularis
Payudara : simetris kanan-kiri, putting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae,
tidak ada nyeri, abses dan pembengkakan,
pengeluaran kolostrum masih sedikit dan belum
terlalu lancar.
Abdomen : ada bekas striae
Palpasi : TFU 3 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik, tidak ada nyari
Keadaan vesika urinaria : kosong
Ekstremitas atas : simetris kanan-kiri, jari-jari lengkap dan
berfungsi normal, kuku jari tangan putih (tidak
biru) tetapi terlihat kurang bersih
Ekstremitas bawah : simetris kanan-kiri, jari-jari lengkap, kuku
kurang bersih, tidak ada oedema, tidak ada
varises, tidak ada tanda-tanda tromboplebitis,
reflek patella (+) dan berfungsi normal.
Genitalia : lochea rubra, vulva dan vagina tidak ada varises,
tidak ada oedema, bersih dan kering.
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa :
Ibu post partum dengan adaptasi menjadi orang tua
Dasar : a. Ibu post partum, partus tanggal 20 Januari 2007 02.45 WIB
b. Lochea rubra
c. Ibu merasa letih dan suit tidur
d. Menurut suaminya ibu mudah tersinggung
e. Ibu juga takut tidak bisa merawat anaknya.
Masalah : gangguan psikologis
Dasar : a. cemas terhadap anaknya
b. Ibu khawatir tidak bisa merawat anaknya
c. Ibu tidur kurang dari 5 jam
d. Ibu sering terbangun pada malam hari, untuk mengganti popok
dan menyusui.
Kebutuhan : a. Dukungan lingkungan dalam keluarga
b. Perhatikan dan cinta kasih dari suami dan anggota keluarga yang
lain
c. Pemenuhan cairan dan nutrisi
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensi terjadinya depresi post partum yang berlanjut
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Untuk sementara ibu belum memerlukan tindakan segera dan kolaborasi
V. RENCANA MANAJEMEN
1. Jelaskan keadaan ibu saat ini dan jelaskan tentang proses adaptasi yang
terjadi pada bayi baru lahir.
a. Beritahu ibu tentang kondisinya saat ini
b. Jelaskan pada ibu tentang cara perawatan BBL
c. Beritahu ibu tentang cara melakukan personal hygiene pada bayi
2. Jelaskan pada keluarga bahwa dukungan, perhatian dan cinta kasih sangat di
perlukan saat ini.
a. Beri tahu keluarga bahwa ibu sangat membutuhkan dukungan, perhatian
dan cinta kasih
b. Anjurkan pada keluarga agar selalu memberikan perhatian kepada ibu
c. Menjauhkan ibu dari hal-hal yang membuat ia mudah tersinggung serta
takut dan khawatir akan masa depan anaknya
3. Libatkan suami dan keluarga dalam setiap kegiatan ibu
a. Anjurkan kepada suami dan keluarga untuk membantu ibu dalam
merawat anaknya
b. Anjurkan pada suami dan keluarga untuk tetap mendukung setiap
kegiatan yang dilakukan ibu
4. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya ibu nifas dengan
gangguan psikologis yang berat
a. Anjurkan pada suami dan keluarga untuk menjauhi ibu dari hal-hal yang
membuat ibu stress
b. Beritahu suami dan keluarga tentang cara yang tepat yang dapat
membuat ibu merasa rileks
5. Berikan konseling tentang perawatan bayi sehari-hari
a. Beritahu suami, ibu dan keluarga tentang perawatan bayi sehari-hari
b. Beritahu suami, ibu dan keluarga tentang menjaga kebersihan diri pada
bayi
6. Berikan konseling tentang ASI eksklusif
a. Beritahu suami, ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif
b. Beritahu suami, ibu dan keluarga tentang manfaat ASI Eksklusif
c. Beritahu suami, ibu dan keluarga tentang cara menyusui yang efektif dan
benar
VI. IMPLEMENTASI LANGSUNG
1. a. Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini. Bahwa ibu masih dalam
masa nifas
b. Menjelaskan pada ibu tentang cara merawat serta membersihkan tali
pusat yang belum puput
c. Memberitahu ibu tentang cara membersihkan daerah kemaluan
2. a. Memberitahu keluarga tentang perhatian dan cinta kasih yang di
butuhkan ibu seperti misalnya selalu berada di dekat ibu bila ibu
membutuhkan sesuatu.
b. Menganjurkan keluarga untuk selalu memberikan perhatian berupa
kenyamanan yang dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu dalam
mengasuh anaknya.
c. Memberitahu keluarga agar menjauhkan dari hal-hal yang membuat ibu
tersinggung serta khawatir dan takut akan masa depan anaknya seperti
tidak membiarkan ibu merawat bayinya seorang diri yang menyebabkan
timbulnya rasa takut serta tidak percaya diri pada diri ibu.
3. a. Memberi tahu suami dan keluarga agar membantu ibu dalam merawat
anaknya tanpa mengambil peranannya sebagai ibu seperti membantu ibu
mengawasi bayinya, membantu ibu menenangkan bayi bila menangis
atau mengganti pakaian bayi bila bayi BAK atau BAB.
b. Memberitahu suami dan keluarga agar tetap mendukung setiap kegiatan
ibu dan berusaha untuk tetap memberi motivasi terhadap kegiatan yang
di lakukan.
4. a. Memberi tahu keluarga tentang cara yang tepat untuk membuat ibu tidak
stress seperti selalu memberi dukungan dan motivasi kepada ibu jika ibu
mengalami kesulitan dalam merawat bayi.
b. Memberitahu keluarga tentang cara yang dapat membuat ibu merasa
rileks seperti mengajak ibu berjalan-jalan bersama bayinya, dalam satu
kesempatan.
5. a. Memberitahu suami, ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat,
pencegahan iritasi kulit, dan menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
b. Memberitahu suami, ibu dan keluarga tentang menjaga kebersihan diri
pada bayi seperti memandikan bayi 2x sehari, mengganti balutan kasa
pada tali pusat, serta mengganti pakaian bayi setiap kali kotor.
6. a. Memberitahu suami, ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif yaitu suatu
cara pemberian makan pada bayi dalam 6 bulan pertama setelah
kelahiran tanpa didampingi makanan tambahan lainnya.
b. Memberitahu suami, ibu dan keluarga tentang manfaat ASI eksklusif
yaitu dapat memberikan kekebalan serta dapat meningkatkan kecerdasan
pada bayi, karena kandungan-kandungan yang ada di dalamnya
merupakan unsur-unsur penting yang dibutuhkan oleh bayi.
c. Memberitahu suami, ibu dan keluarga tentang cara menyusui yang
efektif dan benar yaitu dengan cara menyusui bayi pada posisi yang baik
dan benar, memberikan ASI secara bergantian antara payudara yang
kanan dan kiri, menyendawakan bayi setelah diberi ASI.
VII. EVALUASI
1. Ibu mengatakan akan mencoba memerankan peran barunya dengan baik,
dengan tidak menangis bila anaknya menangis
2. Keluarga terlihat mencoba memberikan perhatian lebih pada ibu dan bayinya
3. Nenek mulai mengerti dengan keadaan anaknya, dengan cara membantu
menangani cucunya yang menangis
4. Ibu menjelaskan kembali tentang tanda bahaya yang akan terjadi
5. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang perawatan bayi sehari-hari
6. Ibu mengatakan akan mencoba menyusui bayinya secara eksklusif selama 6
bulan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 26 Januari 2007, 6 hari post partum
S : a. Ibu mengatakan senang dengan keadaan saat ini
b. Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar / lancar
c. Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah tidak sering menangis
O : a. Keadaan umum ibu baik
TD : 120/80 mmHg
RR : 21 x/ menit
Pols : 80x/menit
Temp : 36,50C
b. Ibu sudah mulai mau menyusui bayinya
c. Ibu nampak tenang
d. Ibu nampak bahagia menjalani perannya sebagai ibu
e. ASI sudah keluar
f. TFU pertengahan pusat sympisis
g. Lochea serosa, perdarahan normal 2x ganati softex, luka heating tidak ada
h. BAB : 1x sehari BAK : 3-4 x/hari
A : 1. Diagnosa :
Ibu post partum hari ke-6
2. Masalah :
Untuk sementara tidak ada
3. Kebutuhan :
a. Penyuluhan tentang nutrisi ibu nifas
b. Penyuluhan tentang perawatan bayi sehari-hari
c. Penyuluhan tentang senam nifas
P : 1. Observasi keadaan umum ibu :
a. Keadaan umum baik
b.Tanda- tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 21 x/ menit
Pols : 80x/menit
Temp : 36,50C
c. ASI sudah keluar
2. Observasi kontraksi uterus
a. TFU pertengahan pusat symphisis
b. Kontraksi uterus baik
c. Kandung kemih kosong
d. Perdarahan biasa atau normal
3. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
a. Memberikan ASI dini (dalam satu jam pertama bayi lahir) dan
persentuhan ibu dan bayi
b. Menjelaskan manfaat ASI, yang dapat memberikan kekebalan pasif
yang segera kepada bayi melalui kolostrum
c. Meyakinkan ibu untuk menyusukan anaknya dengan melakukan rawat
gabung ibu dan bayi
d. Tidak menganjurkan ibu memberi dot atau kemperng pada bayi
4. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan
penting untuk ibu nifas
a. Mengkonsumsi zat besi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
b. Mengkonsumsi sayuran hijau dengan diet berimbang
c. Menambah asupan makanan sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
memberikan ASI yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
5. Anjurkan pada ibu agar melakukan senam nifas / otot-otot pert dan
panggul :
a. Mengajarkan ibu senam nifas
b. Memberitahu ibu manfaat senam nifas yang dapat mengurangi rasa
sakit pada punggung
6. Libatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan ibu
a. Memberi tahu suami agar selalu mendampingi ibu
b. Memberi tahu suami agar mau membantu ibu dalam melakukan setiap
kegiatan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 03 Februari 2007 2 Minggu Post Partum
S : a. Ibu merasa badannya pegal-pegal
b. Ibu merasa bahagia dengan kelahiran bayinya
c. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan darah lagi dari kemaluannya,
hanya berwarna kuning kecoklatan
O : a. Keadaan umum ibu baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
RR : 20 x/ menit
Pols : 80x/menit
Temp : 36,50C
c. Ibu sudah mulai terbiasa dengan aktivitas barunya
d. Ibu terlihat lebih tenang dan lebih bahagia dengan peran barunya
e. Lochea seorosa
f. BAB : 1x/sehari
g. BAK : 3-4x/hari
A : 1. Diagnosa
Ibu post partum minggu ke-2
2. Masalah :
Kekurangan exercise / latihan
3. Kebutuhan :
a. Penyuluhan tentang senam nifas
b. Penyuluhan tentang gizi ibu menyusui
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini
a. Ibu terlihat letih dengan keluhan pegal-pegal
b. Ibu mengatakan badannya sering merasa pegal-pegal terutama di malam
hari
2. Lakukan senam nifas dan jelaskan fungsi dari senam nifas
a. Mengajarkan ibu senam nifas
b. Memberitahu ibu manfaat senam nifas
c. Menganjurkan ibu agar terus latihan senam nifas dengan bimbingan
3. Berikan penyuluhan tentang gizi ibu menyusui
a. Memberitahu ibu tentang gizi yang baik untuk menyusui
b. Menganjurkan ibu agar mengkonsumsi vitamin A (200000 unit) dan pil
zat besi setidaknya 40 hari paska bersalin
4. Berikan konseling KB dimana ibu dianjurkan ber-KB setelah 6 minggu
post partum dan beri penjelasan tentang KB apa yang baik untuk ibu
a. Menjelaskan kepada ibu bahwa metode ini dapat mencegah kehamilan
b. Menjelaskan tentang kelebihan / keuntungan serta kekurangannya
c. Menjelaskan efek samping dari penggunaan metode ini serta cara
menggunakan metode ini
d. Memberitahu ibu kapan metode ini dapat mulai digunakan untuk wanita
pascasaliln yang menyusui.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 04 Maret 2007 6 Minggu Setelah Persalinan
S : a. Ibu mengatakan sudah sehat dan stabil
b. Ibu selalu mendapat dukungan dari suami dan keluarga
c. Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mulai tidur nyenyak dan tidak
rewel
O : a. Keadaan umum baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/ menit
Pols : 80x/menit
Temp : 36,50C
c. TFU tidak teraba dan tidak terasa nyeri
d. Pengeluaran pervaginam lochea alba sedikit
e. BAB : 1x/sehari
f. BAK : 3-4x/hari
g. ASI keluar lancar, tidak ada tanda-tanda bendungan ASI maupun infeksi
A : 1. Diagnosa
Ibu post partum minggu ke-6
2. Masalah :
Untuk sementara tidak ada
3. Kebutuhan :
a. Pemenuhan alat kontrasepsi
b. Konseling hubungan perkawinan dan keluarga sesudah post partum
P : 1. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini
a. Ibu mengatakan sudah sehat dan stabil
b. Ibu mengatakan mendapat dukungan dari suami dan keluarga
c. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai tidur nyenyak dan tidak rewel
2. Anjurkan ibu untuk selalu mengkosumsi makanan yang bergizi
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
d. Minum pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI-nya
3. Pemberian alat kontra sepsi berupa KB suntik 3 bulan sekali
a. Menjelaskan pada ibu bahwa metode KB merupakan metode yang paing
efektif meskipun mengandung resiko, dan menggunakan kontra sepsi
tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid
b. Memberitahu ibu kapan metode itu dapat mulai dilakukan
4. Anjurkan ibu agar kontrol ulang KB 3 bulan untuk mengetahui apakah
terjadi efek samping atau tidak.
a. Menganjurkan ibu atau pasangan untuk kontrol ulang dalam 2 minggu
setelah pemasangan untuk mengetahui apakah KB bekerja dengan baik
atau tidak
b. Memberi kesempatan ibu atau pasangan untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah
metode tersebut bekerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini.1992. Psikologi Wanita Jilid II Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek. Mandar Maju : Bandung
Salmah, Rusmiati, dkk. Asuhan kebidanan antenatal. Jakarta : EGC
Gunarsa Singgih dkk, 2001, Psikologi Praktis ; Anak, Remaja dan Keluarga, Jakarta; PT. BPK Gunung Mulya
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, JNPKKR-POGI Berkerjasama Dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo