Laporan Kasus
RIWAYAT ILEUS OBSTRUKTIF E.C. TUMOR RECTI
DENGAN SUSPEK FISTULA RECTOVESICA
Oleh
Ledisty Apriani NIM. I1A007014
Maulida Hayati NIM. I1A007030
Pembimbing
dr. Heru Prasetya, Sp.B Sp.U
BAGIAN/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM - BLUD RSU ULIN
BANJARMASIN
Oktober, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ileus Obstruksi
Ileus adalah gangguan atau hilangnya pasase isi usus yang menandakan
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
Ileus obstruktif adalah ileus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Di
Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata,
sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya
membutuhkan tindakan operatif. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus
untuk sementara waktu.
Ileus obstruktif berdasarkan letak sumbatannya, terbagi atas:
1. Obstruksi usus halus yaitu obstruksi tinggi dimana obstruksinya mengenai usus
halus.
2. Obstruksi usus besar yaitu obstruksi rendah dimana obstruksinya mengenai
usus besar.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar.
Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang
berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian,
sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan
menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.
Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomik
seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi
kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan sekali operasi
saja. Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon karena
diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya. Pada
kasus keganasan kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah operasi
kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini yang
menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks daripada
obstruksi usus halus.
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-
mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan
gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit.
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi
cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi
dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia.
Pada obstruksi simpel, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan
vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan
udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian
usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi
membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi udema dan kongesti.
Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan
progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan
meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan
kematian.
Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan
dengan hernia inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi
biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri,
menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan
nekrosis, memacu usus menjadi gangren dan perforasi.
Obstruksi usus halus terbagi atas obstruksi sederhana dan obstruksi yang
disertai proses strangulasi. Obstruksi sederhana hanya melibatkan lumen usus
halus sedangkan obstruksi yang disertai proses strangulasi melibatkan gangguan
peredaran darah dan dapat menyebabkan nekrosis dinding usus halus.
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh perlekatan usus, hernia,
neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke dalam
usus halus melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory
bowel disease), striktur, fibrokistik, dan hematoma.
Ileus obstruksi didiagnosis melalui anamnesis yang bersifat subyektif
dengan gejala utama nyeri kolik. Dimana pada obstruksi usus halus, kolik
dirasakan di sekitar umbilicus dan pada obstruksi kolon kolik dirasakan disekitar
suprapubik. Mual dan muntah pada stenosis pilorus encer dan asam, pada
obstruksi usus halus berwarna kehijauan, dan pada obstruksi kolon onset muntah
lama. Perut kembung (distensi), konstipasi dimana defekasi dan flatus tidak ada,
serta kram perut adalah gejala lainnya yang ada pada ileus obstruksi.
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat
buang air besar berupa lendir dan darah. Riwayat operasi sebelumnya dapat
menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat
dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada
ileus letak rendah.
Pemeriksaan fisik (obyektif) dan radiologis strangulasi ditandai oleh
adanya peritonitis lokal, seperti takikardia, pireksia (demam), local tenderness dan
guarding, rebound tenderness, nyeri lokal, dan hilangnya suara usus lokal. Pada
obstruksi, perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung.
Benjolan pada regio inguinal, femoral, dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada invaginasi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis.
Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya. Kadang
teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia. Perkusi hipertimpani dan
pada auskultasi hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase lanjut bising
usus dan peristaltik melemah sampai hilang. Melalui pemeriksaan rectal toucher
didapatkan isi rektum menyemprot pada hirschprung disease, ada darah pada
strangulasi, neoplasma, feses mengeras pada skibala, feses (-) pada obstruksi usus
letak tinggi, ampula rekti kolaps jika dicurigai obstruksi, nyeri tekan pada
peritonitis lokal atau general. Foto polos abdomen pada 3 posisi menggambarkan
pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga dan air-
fluid level. Penggunaan kontras dikontraindikasikan pada adanya perforasi
peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi
disarankan pada kecurigaan volvulus.
Obstruksi usus halus proksimal memiliki gejala banyak muntah namun
jarang muntah fekal meskipun obstruksinya telah berlangsung lama. Nyeri
abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak pada perut
bagian atas.
Obstruksi usus halus bagian tengah dan distal memiliki gejala kejang di
daerah periumbilikal. Nyeri abdomen sulit dijelaskan lokasinya. Kejang tersebut
hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Keluhan muntah akan timbul
kemudian, waktunya bervariasi tergantung pada lokasi sumbatan. Semakin distal
lokasi sumbatan, muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu
terjadi, terutama pada obstruksi komplit.
Awalnya tanda vital normal namun dapat berlanjut menjadi dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal dan demam.
Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi usus halus
proksimal dan semakin jelas pada obstruksi usus halus distal. Peristaltik usus yang
mengalami dilatasi dapat terlihat pada pasien kurus. Bising usus yang meningkat
dan metallic sound dapat terdengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi
usus halus distal.
Awalnya nilai laboratorium normal kemudian dapat berubah menjadi
hemokonsentrasi, leukositosis dan gangguan elektrolit. Pemeriksaan radiologis
pada posisi tegak, terlentang, dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak
tangga pada usus halus yang mengalami dilatasi dengan gambaran air fluid level.
Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileus obstruksi letak rendah, jangan lupa melakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan pemeriksaan kolon untuk mengetahui penyebabnya.
Pemeriksaan kolon bisa dilakukan dengan colok dubur dan pemeriksaan barium in
loop. Periksa pula kemungkinan terjadinya hernia.
Gejala obstruksi usus halus yang disertai proses strangulasi mirip obstruksi
usus halus sederhana. Perbedaannya adalah gejala obstruksi ini lebih jelas dan
gejala nyeri lebih hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi dan hernia. Bila ditemukan gejala strangulasi maka diperlukan tindakan
operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan
diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan
membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang
normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai
elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi
pada 38%-50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27%-44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis
bila ada tanda - tanda syok, dehidrasi, dan ketosis.
Tumor Recti
Karsinoma kolon dan rektum merupakan keganasan ketiga di dunia dan
penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat. Resiko terjadinya kanker
kolon sedikit lebih banyak pada wanita dibanding pria dan kanker rektum lebih
banyak pada pria. Risiko timbulnya kanker kolon dan rektum selama hidup adalah
5%, dan 6%-8% dari kasus terjadi sebelum umur 40 tahun. Insiden meningkat
setelah umur 50 tahun. Di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi belum
ada angka yang pasti insiden penyakit kanker kolon dan rektum ini.
BAB III
LAPORAN KASUS
III.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : B
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat : Desa Kayu Rabah RT. 07/02 Kecamatan Pandawan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No. RMK : 1.00.91.05
MRS Tanggal : 07 September 2012
III.2 ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 07 September 2012.
Keluhan Utama: nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Perut terasa kembung sejak 2 minggu SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri
perut yang terus menerus, paling sakit dirasakan di daerah perut sebelah kiri.
Muntah (-), BAB (-), flatus (+).
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien memiliki riwayat operasi tumor perut.
III.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak sakit berat
Kesadaran: Composmentis
Tanda Vital: TD : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 ºC
Kulit: Sawo matang
Kepala dan Leher
Kepala: Anemis (-), Sklera ikterik (-)
Leher: JVP tidak meningkat, pulsasi a. carotis (+)
Toraks: bentuk dada normal
Paru: I = Gerak nafas simetris, tidak terdapat retraksi
P = Fremitus raba simetris
P = sonor/sonor
A = suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung: I = ictus cordis tidak tampak
P = Thrill tidak teraba
P = Batas kiri: ICS IV LMK Sinistra
Batas kanan: ICS IV LPS Dextra
Batas atas: ICS II LPS Dextra
A = S1 & S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen : I = cembung
A = BU (+) ↑
P = timpani
P = H/L/M ≠ teraba, nyeri tekan (+)
Ekstremitas: Akral hangat, edem (-), parese (-)
2. Status Lokalis
Inspeksi: tampak distensi abdomen (+)
Auskultasi: Bising usus: sedikit meningkat, metalic sound (-)
Palpasi : defans muskular (-), nyeri tekan (+)
Perkusi : timpani (+)
Rectal toucher: massa (-), spincter ani tidak menjepit kuat, ampula recti tidak
kolaps, nyeri tekan (-), pada handscoen tampak feses.
III. 4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah (07/09/2012)
Hemoglobin : 10,3 g/dl
Leukosit : 11.600 /ul
Eritrosit : 4,05 juta/ul
Trombosit : 411.000 /ul
Hematokrit : 33,3 vol%
Hasil PT : 9,8 detik
Hasil APTT : 23,7 detik
GDS : 149 mg/dl
SGOT : 18 U/l
SGPT : 14 U/l
Protein Total : 6,8 g/dl
Albumin : 4,1 g/dl
Ureum : 39 mg/dl
Creatinin : 0,9 mg/dl
Natrium : 142,4 mmol/l
Kalium : 3,5 mmol/l
Chlorida : 107,1 mmol/l
III.5 DIAGNOSISSuspek ileus obstruktif
III.6 PENATALAKSANAAN
IVFD RL : D5 20 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp
Follow UP
08 Sept 2012 (HP-1)
S) Keadaan Umum: lemah
O) N: 70 x/mnt RR: 16 x/mnt
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin
- Inj. Starxon 2x1 g (H-1)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-1)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Pro rectoscopy
- Lab. Lengkap, CEA, protein total, albumin, elektrolit
09 Sept 2012 (HP-2)
S) Keadaan Umum: lemah
O) N: 76 x/mnt RR: 18 x/mnt
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin
- Inj. Starxon 2x1 g (H-2)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-2)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Pro rectoscopy
- Lab. Lengkap, CEA, protein total, albumin, elektrolit
- Pro colon in loop
10 Sept 2012 (HP-3)
S) Keadaan Umum: lemah, BAB (+), kentut (+), pasien meminta selang dilepas
O) N: 88 x/mnt RR: 28 x/mnt Abd.: datar, lembut, NT (-), BU (+) N
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin
- Inj. Starxon 2x1 g (H-3)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-3)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Pro rectoscopy
- Lab. Lengkap, CEA, protein total, albumin, elektrolit
- Pro colon in loop
Advis dr. Agung A.W., Sp.B K-BD: aff NGT, minum sedikit-sedikit
11 Sept 2012 (HP-4)
S) Keadaan Umum: baik, BAB (+), kentut (+)
O) N: 88 x/mnt RR: 24 x/mnt Abd.: datar, lembut, NT (-), BU (+) N
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin
- Inj. Starxon 2x1 g (H-4)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-4)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Pro rectoscopy
- Pro colon in loop
- minum sedikit-sedikit
Rektoskopi tidak bisa dilakukan karena banyak feses (Rt = tidak semua masuk)
Lavement pagi dan sore, flat enema, colon in loop
12 Sept 2012 (HP-5)
S) Keadaan Umum: baik, BAB (+)
O) N: 88 x/mnt RR: 24 x/mnt
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin
- Inj. Starxon 2x1 g (H-5)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-5)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- minum sedikit-sedikit
- Pro colon in loop, lavement pagi dan sore, flat enema
Keluaga dan pasien meminta lepas selang kemih
13 Sept 2012 (HP-6)
S) Keadaan Umum: baik
O) N: 88 x/mnt RR: 24 x/mnt
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-6)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-6)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- minum sedikit-sedikit
- Pro colon in loop
14 Sept 2012 (HP-7)
S) Keadaan Umum: baik
O) N: 86 x/mnt RR: 22 x/mnt
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-7)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-7)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lain-lain lapor dokter
- Lavement pagi dan sore
- Menunggu hasil colon in loop
15 Sept 2012 (HP-8)
S) Keadaan Umum: baik
O) N: 86 x/mnt RR: 20 x/mnt
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-8)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-8)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lain-lain lapor dokter
- Lavement pagi dan sore
- Hasil colon in loop terlampir
Jawaban konsul IPD: Kepada Yth. dr. H.A. Soefyani, Sp.PD K-GEH, mohon konsul pasien dengan obstruktif
ileus dan Ca. recti pro kolonoskopi
16 Sept 2012 (HP-9)
S) Keadaan Umum: baik
O) N: 88 x/mnt RR: 20 x/mnt
Balans cairan: Input: infus 1000 cc, makan & minum 200 cc
Output: urine 700 cc, feses 200 cc
Balans: +300 cc/24 jam
A) Susp. ileus obstruktif
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-9)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-9)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lain-lain lapor dokter
- Lavement pagi dan sore
- Hasil colon in loop colitis ulserativa dan curiga fistel rectovesika
17 Sept 2012 (HP-10)
S) Nyeri perut (+)
BAB/BAK (+/+)
NGT (-)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,1ºC
Abd.: datar, lembut, NT (+) epigastrium, BU (+) N
Balans cairan: Input: infus 1000 cc, makan 100 cc, minum 200 cc
Output: urine 700 cc, feses 100 cc
Balans: +500 cc/24 jam
A) Susp. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-10)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-10)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lavement pagi dan sore
18 Sept 2012 (HP-11)
S) Nyeri perut (+)
BAB/BAK (+/+)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,1ºC
A) Susp. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-11)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-11)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lavement pagi dan sore
- Hasil colon in loop colitis ulserativa dan curiga fistel rectovesika
- Kolonoskopi terjadwal 19/9/2012
- Uretrosistografi rencana Kamis
19 Sept 2012 (HP-12)
S) Nyeri perut (+)
ma/mi (+/+)
BAB/BAK (+/+)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,4ºC
A) Susp. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-12)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-12)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lavement pagi dan sore
- Hasil colon in loop colitis ulserativa dan curiga fistel rectovesika
- Kolonoskopi hari ini
- Uretrosistografi Kamis
Jawaban kolonoskopi: Saat ini tidak bisa dilakukan kolonoskopi, feses penuh, persiapan tidak baik/tidak
memenuhi syarat. Direncanakan ulang Senin, 24 September 2012 siang.
20 Sept 2012 (HP-13)
S) Nyeri perut (+)
ma/mi (+/+)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,4ºC
A) Susp. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-13)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-13)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lavement pagi dan sore
- Kolonoskopi Senin
- Uretrosistografi Kamis pagi
21 Sept 2012 (HP-14)
S) Nyeri perut (+)
ma/mi (+/+)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,4ºC
A) Susp. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-14)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-14)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lavement pagi dan sore
- Pro kolonoskopi Senin
22 Sept 2012 (HP-15)
S) Nyeri perut (<)
Nyeri kepala (+)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,4ºC
A) Riwayat. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-15)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-15)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lavement pagi dan sore
- Pro kolonoskopi Senin
- Pro sistografi
- Flat enema
23 Sept 2012 (HP-16)
S) Nyeri perut (<)
Nyeri kepala (<)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,4ºC
A) Riwayat. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-16)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-16)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Lavement pagi dan sore
- Pro kolonoskopi Senin
- Pro sistografi
24 Sept 2012 (HP-17)
S) Nyeri perut (<) kadang-kadang
Nyeri kepala (-)
O) TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,4ºC
A) Riwayat. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-17)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-17)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair-lunak TKTP
- Pro kolonoskopi hari ini
- Sistografi tunggu hasil
Raber urologi
Hasil kolonoskopi: Scope masuk ± 5 cm, pada anus tampak massa tertutup feses? Atau fesesnya sendiri? Sulit
diinterpretasikan. Scope tidak bisa diteruskan karena tertutup feses.
Jawaban urologi: Norit test. Sembilan tablet Norit minumkan sekaligus nanti malam. Ada hasil, konsul ulang.
25 Sept 2012 (HP-18)
Digestif:
S) Keluhan (-)
Nyeri perut kadang-kadang
BAB/BAK (+/+)
O) TD: 110/70 mmHg N: 80 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,4ºC
A) Riwayat. ileus obstruktif e.c. tumor recti dengan susp. fistula rectovesika
P) - IVFD RL : Tutofusin : Fimafusin : Clinimix : Ivelip
- Inj. Starxon 2x1 g (H-18)
- Inj. Tichodazole 3x500mg (H-18)
- Inj. Gastridin 2x1amp
- Drip cernivit 1 amp/hari
- Entramix 6 x 100 cc
- Diet cair TKTP
Urologi:
S) Keluhan (-)
BAB/BAK (+/+)
O) TD: 110/70 mmHg N: 80 x/mnt RR: 20 x/mnt T: 36,6ºC
A) Susp. fistula rectovesika
P) - Mengikuti terapi digestif
- DC tetap dipertahankan
- Norit test (-)