7/22/2019 Lapkas Basalioma
1/10
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma Sel Basal adalah salah satu tumor ganas kulit yang berkembang lambat,
invasive dan mengadakan destruksi lokal.1
Beberapa sinonim dikenal antara lain: basal cell epithelioma (BCE), basalioma, ulkus
rodens, ulkus Jacob, tumor Komprecher, basal cell carcinoma (B.C.C.). tumor ini disangka
berasal dari sel epidermal pluripotensial, atau dari epidermis/adneksanya. Adapun faktor
predisposisinya ialah faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan ialah: radiasi, bahan
kimia (misalnya arsen), pekerjaan tertentu yang banyak terkena sinar matahari (misalnya:
nelayan, petani): adanya trauma (luka bakar), ulkus sikatriks. Faktor genetik ialah misalnya
xeroderma pigmentosum, albinism.2
1.1. EPIDEMIOLOGIKarsinoma sel basal lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada kulit berwarna
dan paparan sinar matahari yang lama dan kuat berperan dalam perkembangannya. Lebih sering
dijumpai pada pria dan wanita dan biasanya timbul setelah usia lebih dari 40 tahun. Karsinoma
sel basal dapat juga dijumpai pada anak-anak dan remaja walaupun jarang.5
Predileksi kanker ini adalah di daerah muka yang terpajan sinar matahari (sinar UV).
Daerah muka yang paling sering terkena ialah daerah antara dahi dan sudut bibir, dari daerah ini
2/3 atas yang paling sering terkena. Dari penyelidikan yang dilakukan di Indonesia ternyata
terdapat predileksi sebagai berikut: pipi dan dahi 50%; hidung dan lipatan hidung 28%; Mata dan
sekitarnya 17%; bibir 5%.6
1.2. GEJALA KLINISPenyakit ini mulai dengan papula kecil, warna kuning abu-abu mengkilat, meninggi di
atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah. Papula makin lama membesar menjadi
makula dan pada bagian tengah dapat timbul ulkus atau tidak ada ulkus. Secara klinis dibagi
menjadi: bentuk nodular, kistik, superfisial, dan bentuk morfea.1
7/22/2019 Lapkas Basalioma
2/10
Tumor ini ditemukan di daerah berambut, bersifat invasive, jarang mempunyai anak
sebar (metastasis). Dapat merusak jaringan di sekitarnya, malah dapat sampai ke tulang, serta
cenderung untuk residif lebih-lebih bila pengobatannya tidak adekuat.2
1.3. PENYEBAB DAN EPIDEMIOLOGIa.Penyebab : Belum Pastib. Umur : Semua umur, tetapi terbanyak umur 40 tahun
c.Jenis Kelamin : Lebih banyak pada pria1.4. PEMERIKSAAN KULIT
a.Lokalisasi :Terutama di wajah, khususnya hidung dahi, telinga, pipi. Semua bagian kulit tubuh
dapat terkena
b. Efloresensi/sifat-sifatnya :
Nodula dengan depresi pada bagian tengah; lunak, semitranslusen dengan atau
tanpa ulserasi, krusta dan perdarahan. Tepi lesi yang besar mempunyai lekukan yang
khas. Teleangieaktasia. Jika krusta pada ulkus diangkat, terjadi perdarahan. Lesi makin
lama makin besar tanpa gejala kecuali perdarahan.1
1. Bentuk nodular: Mula mula menyerupai kulit normal atau seperti kutil. Lesiberupa macula tidak berambut, warna coklat hitam keruh, pinggirnya berbentuk popular
meninggi, anular, bagian tengah cekung yang dapat berkembang menjadi ulkus ditutupi
krusta. Perbedaan berbata tegas dank eras. Jika krusta diangkat mudah terjadi
perdarahan.
2. Bentuk kistik: Jarang ditemukan. Berupa nodus/nodulus dengan permukaan licin,keras dan mudah digerkkan dari dasarnya, serta teleangiektasia.
3. Bentuk superfisial: Gambarannya berupa makula eritematosa berukuran plakatditutupi skuama halus dengan pinggir keras seperti kawat dan agak meninggi. Makula
7/22/2019 Lapkas Basalioma
3/10
ini dapat berwarna kehitaman yang homogeny sehingga secara klinis menyerupai
melanosis.
4. Bentuk morfea: Lesi datar, berbatas tegas, tumbuh lambat berwarna kekuningandan pada perabaan pinggirnya keras.
1.5. GAMBARAN HISTOPATOLOGITampak sel-sel tumor berkelompok padat dengan inti biru tua atau ungu dapat
mencapai subkutis. Kelompok sel-sel tumor ini tampak seperti pulau-pulau. Pada ulkus
roden tampak epidermis tidak intak lagi, terjadi ulkus, tetapi sebukan sel tumor tetap sama.1
1.6. DIAGNOSIS BANDINGa. Karsinoma sel gepeng: Biasanya dengan membedakan lokasi yaitu tumor ini
terletak pada mukokutan dan ekstremitas bawah.
b. Hiperplasia sebasea: Biasanya lesi cekung di bagian tengah, tidak berdarah danberkrusta.
c. Penyakit Bowen: Lesi berupa makula eritematosa erosive dan pada pemeriksaanhistopatologi tampak permulaan metastasis melewati epidermis.
1
1.7. PENATALAKSANAANa. Dengan bedah eksisi, bedah listrik atau bedah kimia. Dapat pula bedah beku
dengan nitrogen cair.1
Eksisi dengan diameter kurang dari 2 cm, belum
bermetastasis, dengan irisan 4 mm di luar batas tumor. Bila pasien dengan
kontraindikasi eksisi atau menolak eksisi, dapat dilakukan radiasi tumor, bedah
beku dengan N2 cair, atau imiquimod topikal. Tumor yang lebih besar di eksisi
dengan irisan 1 cm di luar batas tumor.3
b. Radiasi atau bedah laser.11.8. PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik dengan five year survival rate mencapai 99%.7
7/22/2019 Lapkas Basalioma
4/10
BAB II
STATUS PENDERITA PENYAKIT KULIT
2.1 IDENTIFIKASINama : Ny. Liah Hendrik M
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Cerai Hidup
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Punggur Dip blok Akasia II no. 2
2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis, 14 Juni 2013 Pukul: 10.59 WIB)Keluhan Utama :
Tahi lalat semakin membesar dan meluas di bagian dahi
Keluhan Tambahan :
Tidak ada
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Kisaran 2 tahun yang lalu, pasien mengalami timbul bintil kecil di dahi, ukurannya
kira-kira seperti kepala jarum pentul. Setelah beberapa bulan kemudian pasien menggaruk
bagian dahinya dan merasakan adanya cairan yang keluar, lalu pasien memutuskan untuk
berobat ke Puskesmas dan diberi salep oleh petugas puskesmas yang berada di punggur.
Kisaran 1 bulan yang lalu pasien mengoleskan minyak gamat ke bagian luka kecil yang
berada di daerah yang tampak berkrusta. Pasien mulai merasakan gatal setelah lesinya sudah
mulai mengering. Namun pasien khawatir dengan keadaan yang dideritanya karena melihat
7/22/2019 Lapkas Basalioma
5/10
adanya pembesaran dan makin meluasnya permukaan lesi yang berada di dahinya. Sehingga
pasien memutuskan untuk berobat ke poli kulit dan kelamin di RSUD Embung Fatimah
Kota Batam.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat timbul bintil merah di kedua regio genus posterior
2.3 PEMERIKSAANStatus Generalisata
Keadaan Umum Keadaan Spesifik
Kesadaran : Baik Kepala : -
Pernafasan : 20 x/menit Leher : -
Suhu Badan : 37,oC Thoraks : -
Tekanan Darah : 140/100 mmHg Abdomen : -
Gizi : Cukup Genitalia : -
Rasa Sakit : Tidak tampak sakit Ekstremitas : -
Status Dermatologis
Lokalisasi : Regio Frontalis
Ruam Primer : Nodular Soliter yang berukuran 1-2 cm
Ruam Sekunder : Bagian tengah cekung, terlihat krusta, hiperpigmentasi yang
berbatas tegas dengan konsistensi keras
7/22/2019 Lapkas Basalioma
6/10
Regio Frontalis
2.4 TES-TES YANG DILAKUKANTidak Ada
2.5 PEMERIKSAAN LABORATURIUMRutin : Tidak Ada
Khusus : Tidak Ada
2.6 RINGKASANWanita 62 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Embung Fatimah dengan
keluhan tahi lalat semakin membesar dan meluas di bagian dahi yang mulai muncul sejak 2
tahun yang lalu. Pasien telah mendapatkan obat salep sebelumnya dari puskesmas yang
berada di punggur. Namun setelah mengering pasien merasakan adanya gatal di sekitar
lesinya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga akan tetapi pasien sebulumnya
memiliki riwayat bintil merah di regio genus posterior.
7/22/2019 Lapkas Basalioma
7/10
2.7 DIAGNOSIS BANDING1. Karsinoma Sel Basal2. Melanoma Maligna3. Keratosis Senilis
2.8 DIAGNOSIS SEMENTARAKarsinoma Sel Basal
2.9 PENATALAKSANAANUmum : Menghindari paparan langung dari sinar matahari.
Khusus :
1. Fuson merupakan obat salep yang berisi natrium fusidat 2% 5 mg, oleskan 2-3 xsehari
2. Klindamicin merupakan antibiotik kapsul 150 mg yang diminum 2 x sehari selama5-10 hari.
4
2.10 PEMERIKSAAN ANJURANTidak Ada
2.11 PROGNOSISCukup baik, jika tindakan tepat
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
7/22/2019 Lapkas Basalioma
8/10
BAB III
DISKUSI
Diagnosis karsinoma sel basal ditegakkan berdasarkan dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Pada kasus ini seorang wanita 62 tahun datang dengan keluhan Tahi lalat semakin
membesar dan meluas di bagian dahinya. Awalnya pasien mengalami timbul bintil kecil di dahi,
ukurannya kira-kira seperti kepala jarum pentul. Pasien menggaruk bagian dahi dan merasakan
adanya cairan yang keluar. Pasien pernah berobat di puskesmas dan diberikan obat salep namun
pasien tidak tahu obat tersebut.
Dari anamnesis didapatkan beberapa keterangan yaitu:
1. Pasien mengalami timbul bintil kecil di dahi, ukuranya miliar dan setelah digarukpasien merasakan ada cairan yang keluar.
2. Pasien merasakan adanya pembesar dan meluasnya lesi yang berada di dahinya.Dari hasil pemeriksaan dermatologis menunjukkan adanya nodular soliter yang
berukuran 1-2 cm, hiperpigmentasi yang berbatas tegas dengan konsistensi keras dan bagian
tengah cekung disertai adanya krusta.
Berdasarkan kepustakaan Ilmu penyakit kulit dan kelamin, penyakit mulai dengan papula
kecil, meninggi di atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah. Papula makin lama
membesar menjadi makula dan pada bagian tengah timbul ulkus atau tidak ada ulkus.1
Adapun
macam-macam bentuk klinis ini yang terbagi menjadi 4 bentuk diantaranya:
1. Bentuk NodulusBentuk yang paling sering ditemukan. Gambaran klinisnya berupa gambaran
keganasan dini seperti: tidak berambut, berwarna coklat/hitam, tidak berkilat. Bila
sudah berdiameter 0,5 cm sering ditemukan pada pinggir berbentuk popular,
meninggi, anular, di bagian tengah cekung yang dapat berkembang ulkus. Pada
7/22/2019 Lapkas Basalioma
9/10
perabaan terasa keras dan berbatas tegas. Dengan trauma ringan atau krustanya
diangkat mudah terjadi perdarahan.
2. Bentuk KistikJarang ditemukan, permukaan licin, menonjol di permukaan kulit berupa nodus atau
nodulus. Pada perabaan keras, dan mudah digerakkan dari dasarnya.
3. Bentuk SuperfisialDitemukan di badan serta umumnya multiple. Ukurannya dapat berupa plakat dengan
eritema, skuamasi halus dengan pinggir yang agak keras seperti kawat dan agak
meninggi.
4. Bentuk MorfeaKelainan yang datar, berbatas tegas tumbuhnya lambat berwarna kekuningan, pada
perabaan pinggirnya keras.2
Teori tersebut sesuai dengan yang didapatkan pada kasus ini, yang dimana awalnya
timbul bintil kecil dengan ukuran miliar dan setelah digaruk keluar cairan. Cairan yang keluar
dimungkinkan berupa cairan darah akibat adanya trauma dari hasil garukan. Selain itu pasien
juga merasakan adanya pembesaran dan meluasnya lesi di tempat tersebut yang disertai adanya
krusta dibagian tengah. Hal ini dapat dikategorikan bahwa bentuk klinisnya berupa bentuk
nodularis yang diamana telah disebutkan dari teori sebelumnya yaitu dibagian tengah cekung
yang dapat berkembang menjadi ulkus. Krusta pada lesi pasien dapat timbul karena adanya
perdarahan atau nanah yang sebelumnya terjadi, sehingga terjadi proses pengeringan atau
onggokan dari cairan darah, kotoran, nanah dan obat yang sudah mongering di atas permukaan
kulit.
Diagnosis banding dari pasien ini dapat berupa melanoma maligna dan keratosis senilis.
Melanoma maligna dapat disingkirkan karena efloresensi pada penyakit kulit ini berupa nodular
lentikuler berwarna merah hitam atau kecoklatan, batas tak teratur, tak tegas dan tampak lesi
satelit. Sedangkan keratolisis senilis dapat disingkirkan karena efloresensi yang dimiliki ada
skuama yang melekat.
7/22/2019 Lapkas Basalioma
10/10
Berdasarkan kepustakaan ilmu penyakit kulit dan kelamin bahwa penatalaksanaan pada
kasus ini dapat dilakukan dengan bedah eksisi, bedah listrik atau bedah laser yang bertujuan
untuk mengangkat lesi yang terdapat pada permukaan kulit.1
Ada beberapa obat yang telah diberikan kepada pasien setelah berkunjung ke dokter
spesialis kulit dan kelamin di RSUD Embung Fatimah diantaranya obat antibiotik salep fuson 2
% dan sistemik klindamicin 150 mg. Pemberian kedua obat ini berguna untuk mencegah infeksi
bakteri Streptococcus maupun bakteri Staphyllococcus.
Prognosis karsinoma sel basal adalah bonam untuk ad vitam karena tidak mengancam
nyawa pasien, bonam untuk ad fungsionam karena fungsi kulit tidak terganggu dan dubia ad
bonam untuk sanationam karena sifat kanker yang dapat timbul lagi kalau tindakan yang
dilakukan tidak tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA:
1) Djuanda S, dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, ed 6. Jakarta: FKUI, 2010.2) Siregar, RS, atlas saripati penyakit kulit, edisi 2. Jakarta: EGC, 2005.3) Emmy S, dkk. Penyakit kulit yang umum di indonesia. Jakarta: PT MMI, 2005.4) Hardjosaputra dkk. Data obat di indonesia edisi 11. PT. MJ, 2008.5) Cipto H. Pratomo U.S et al: Deteksi dan Penatalaksanaan Kanker Kulit Dini, Jakarta:
FKUI, 2001.
6) Arinold HL, et al: Andrews Disesases ofthe skin, 9th edition, WB Soundeos Co 2000.7) Harahap M: Ilmu penyakit kulit cetakan 1, Hipokrates, Jakarta 2000.