ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIKPADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL OSTEOPOROSISRUANG GRAHA LANSIA MARFATI 1
Asuhan Keperawatan ini disusun guna memenuhi tugas Sistem Komunitas II.
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Semester V ( Lima )
Ketua : Khairul Kharis
Sekertaris :
Bendahara : Rapiudin Rasid Saban
Anggota : Lia Fitriani
: Hayatun Nufus
: Panji Aditia Cahaya Alam
: Nurputri Wulandari
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2012/2013
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Kata Pengantar
Puji Sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makkalah ini dengan judul “
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal
Osteoporosis “ tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas praktik
Sistem Komunitas II yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 9 Desember 2013 sampai 13
Desember 2013.
Dalam menyusun makalah ini kami menemui beberapa kendala tapi berkat
bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
Terimakasih ini kelompok sampaikan kepada
1. Orang Tua yang telah memberikan dukungan baik moral dan materil.
2. Ibu Catarina dan seluruh pengurus Panti Werdha Marfati.
3. Ibu Mega Lestari Selaku Koordinator Mata Kuliah Sistem Komunitas II.
4. Ibu Imas selaku dosen pembimbing.
5. Ibu Dian Perwita Selaku Dosen Mata Ajar Sistem Komunitas II.
6. Seluruh dosen FIKes UMT.
7. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah membantu baik ide, moril dan materil.
Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena kami masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun bagi kelompok khususnya dan bagi perkembangan umumnya. Akhirnya semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tangerang, 20 Desember 2013
Penyusun Kelompok
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Daftar Isi
Cover …………………………………………………………………………………….. iKata Pengantar …………………………………………………………………................. ii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….. 31.2 Tujuan Penulisan …………………………………………………………….. 41.3 Sistematika Penulisan ………………………………………………………... 41.4 Pembatasan Masalah ………………………………………………………… 41.5 Manfaat ……………………………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN KASUS2.1 Pengkajian …………………………………………………………………… 52.3 Analisa Data …………………………………………………………………. 202.4 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………… 212.5 Rencana Keperawatan ………………………………………………………. 222.6 Catatan Keperawatan ………………………………………………………... 252.7 Evaluasi ……………………………………………………………………… 28
BAB III TINJAUAN TEORI3.1 Definisi Osteoporosis ………………………………………………………... 303.2 Etiologi ………………………………………………………………………. 313.3 Patofisiologi …………………………………………………………………. 333.4 Manifestasi Klinis …………………………………………………………… 343.5 Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………………….. 353.6 Penatalaksanaan …………………………………………………………….. 363.7 Komplikasi …………………………………………………………………. 363.8 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………... 36
BAB IV PEMBAHASAN4.1 Kasus ………………………………………………………………………… 374.2 Pengkajian …………………………………………………………………… 374.3 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………… 394.4 Intervensi ……………………………………………………………………. 394.5 Implementasi ………………………………………………………………... 414.6 Evaluasi ……………………………………………………………………... 424.7 Discarage Pleaning …………………………………………………………. 42
BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………. 455.2 Saran ………………………………………………………………………… 46
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 47
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan
pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan
ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak
orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi (silent
diseases). Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria. Hal ini
disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak
usia 35 tahun sedangkan pada pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut
statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan terkena penyakit osteoporosis. Insiden osteoporosis
meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat
18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun
2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun Osteoporosis merupakan salah satu
dari tiga penyakit kronik utama yang disebabkan karena faktor usia termasuk juga pada
wanita postmenopause. Menopause berhubungan dengan reduksi hormone estrogen pada
wanita yang dapat mengakibatkan menurunnya kepadatan tulang sehingga terjadi
osteoporosis.
Menurut data World Health Organisation (WHO), menunjukan bahwa 1 dari 3 wanita
atau sebanyak 67% wanita akan mengalami osteoporosis. Kemungkinan bagi laki-laki
juga relatif besar bagi yang telah berusia tua, perokok, peminum minuman keras dan bagi
yang jarang melakukan olah raga (Yosri, 2001). WHO juga mencatat pada tahun 2003,
lebih dari 75 juta orang di eropa, Amerika Serikat, dan Jepang menderita pengeroposan
tulang (Evi, 2006). Menurut Departemen Kesehatan RI, wanita memiliki resiko
osteoporosis lebih tinggi yaitu 21,7%, dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berisiko
terkena osteoporosis sebanyak 14,8%. Hal ini dikarenakan wanita mengalami proses
kehamilan dan menyusui serta terjadinya penurunan hormon estrogen pada saat pre
menopause, menopause, dan pasca menopause (Depkes, 2002).
Panti Werdha Marfati adalah salah satu yayasan Graha Lansia Marfati, yang
beralamat di Jl. Dr Sitanala 85 Tangerang, Banten. Yang didirikan oleh Romo WI Tek
Chun dan dikelola oleh suster Fransiska JMJ. Di panti ini dibagi menjadi 2 ruang yaitu
Graha Lansia Marfati 1 dimana Lansia masih mampu melakukan aktivitas sendiri, Dan
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Graha marfati lansia 2, dimana terdapat lansia yang tidak dapat mengurus dirinya sendiri,
dan membutuhkan bantuan untuk beraktivitas, kami melihat Lansia diPanti Werdha ini
banyak Lansia yang mengalami penurunan fungsi tulang 60 % dari 70 orang lansia yang
berada dipanti yang membutuhkan Perhatian dan perawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Setelah dijelaskan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal, mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Keperawatan pada
lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal
Tujuan Khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dan penyebab osteoporosis
Mahasiswa dapat menjelaskan Patofisiologi osteoporosis
Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala osteoporosis
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan osteoporosis
1.3 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan secara studi kasus lapangan, studi pustaka dan
didokumentasikan dalam makalah, perbandingan teori dan kasus.
1.4 Pembatasan Masalah
Penulis membatasi pembahasan hanya membahas teori atau kasus terkait dalam makalah
ini, yaitu tentang Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.
1.5 Manfaat
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran
Peneulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk diimplentasikan
di lapangan
b. Bagi pembaca
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan lansia
dengan gangguan mukuloskeletal
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
BAB IITINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA NY R. DENGAN HIPERTENSI dan OSTEOARTRITIS di RUANG GRAHA LANSIA MARFATI 1.
Hari/Tanggal : Senin - Jum’at / 09 - 13 Desember 2013
Nama Mahasiswa : Khairul Kharis
NIM : 1114201018
Tanggal Pengkajian : 09 Desember 2013
Paraf :
A. PENGKAJIAN1. Karakteristik Demografi
a. Identitas1) Klien :
Nama Klien : Ny R.TTL : Malang, 22 Oktober 1932Jenis Kelamin : PerempuanUmur : 81 ThStatus Perkawinan: Tidak MenikahAgama : KatolikSuku Bangsa : Jawa TimurPendidikan Terakhir : Tidak SekolahPekerjaan : Pekerja SerabutanAlamat : Batu MalangTanggal Masuk Panti Werdha : 13 Desember 2004Diagnosa Medis : Hipertensi dan Osteoartritis
2) Penanggung Jawab :Nama : Ny T.Jenis Kelamin : PerempuanUmur : 40 thPendidikan Terakhir : -Pekerjaan : -Alamat : Banjar Wijaya
3) Care Giver :Nama : CatarinaJenis Kelamin : PerempuanUmur : 40 thPendidikan Terakhir : SPKPekerjaan : PerawatAlamat : Jl. Pinus VII D8 – No 34
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
b. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi Pekerjaan saat ini : Tidak Ada Pekerjaan Selanjutnya : Pekerja Serabutan Sumber Pendapatan : Pemberian Pengunjung. Kecukupan : - Pendapatan : -
c. Aktivitas Rekreasi Hobi : Tidak Ada Berpergian / Wisata : Tidak Ada Keanggotaan Organisasi : Tidak Ada Lain – lain : Duduk – duduk didepan Kamar
d. Riwayat Keluargaa) Saudara Kandung
( Saat ini Ny R, Tidak Memiliki Keluarga, hanya hidup sebatang kara )
b) Riwayat Kesehatan Keluarga( Ny R mengatakan tidak mengetahui riwayat kesehatan keluarga, Ny R hanya bercerita bahwa ayahnya meninggal karena diguna-guna oleh orang jahat. )
c) Genogram
Ny R, 81th.
Laki-laki Meninggal
Perempuan Meninggal
Klien
Ada Hubungan dekat
d) Riwayat kematian keluarga ( 1 tahun terakhir )Keluarga sudah lama meninggal sejak tahun 70’an Ny R. Hanya menceritakan ayahnya saja.
a. Nama : Bpk G.b. Umur : 70 thc. Penyebab Kematian : diguna-guna
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
2. Pola Kebiasaan Sehari-haria. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x 1 Hari Nafsu makan : Baik Jenis makanan : Nasi, Ayam, Sayur bayam, Kebiasaan sebelum makan : Berdoa Makanan yang tidak disukai : Tidak ada Alergi terhadap makanan : Tidak ada Pantangan makan : Makanan tinggi garam Keluhan yang berhubungan dengan makan : Klien mengatakan bosan
dengan makannannya hanya itu-itu saja, tapi tetap bersyukur.b. Eliminasi
1) BAK Frekuensi dan waktu : Pagi – Sore, 3-4 kali,
Malam 3 kali. Kebiasaan BAK pada malam hari: malam BAK 3 kali. Keluhan yang b/d BAK : Tidak ada keluhan.
2) BAB Frekuensi dan waktu : Setiap Pagi Konsistensi : Semi Padat Keluhan yang b/d BAB : Tidak Ada Pengalaman memakai laksatif/pencahar : Tidak Ada
c. Personal Hygiene1) Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : 2 x pagi dan sore. Pemakaian sabun ( Ya / Tidak ) : Ya
2) Oral Hygiene Frekuensi dan waktu gosok gigi : Tidak Ada Menggunakan pasta gigi : Tidak Ada
( Oma R sudah tidak mempunyai Gigi, hanya berkumur-kumur saja )
3) Cuci rambut Frekuensi : 2 x 1 minggu Penggunaan shampoo ( Ya / Tidak) : Ya
4) Kuku dan Tangan Frekuensi gunting kuku : Jika Panjang saja. 2 x 1
bulan Kebiasaan cuci tangan dengan sabun : Ya
d. Istirahat dan tidur Lama tidur malam : 6 Jam, pukul 10-04 Tidur siang : Kadang-kadang , 3 Jam Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Sering bangun karena
ingin kencing, dan terganggu dengan kamar sebelah yang selalu berisik.
e. Kebiasaan mengisi waktu luang Olah raga : Tidak
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Nonton TV : Tidak Berkebun/memasak : Tidak Lain-lain : Hanya duduk didepan kamar dan
dihalaman depanf. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai)
Merokok ( Ya / Tidak) : Tidak Minuman keras ( Ya / Tidak) : Tidak Ketergantungan terhadap obat ( Ya / Tidak) :Tidak
3. Status kesehatana. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama : Ny R mengatakan kakinya sakit.2) Gejala yang dirasakan : Sakit pada kaki.3) Factor pencetus : Riwayat Jatuh, Deformitas pada lutut
kaki kanan4) Timbulnya keluhan : ( - ) mendadak ( V ) bertahap5) Waktu mulai timbulnya keluhan : Sakit jika tidak digerakan, sakit mucul
hanya sewaktu-waktu, Oma R mengatakan skla nyeri 5, nyeri sedang, Oma R terlihat Mengerutkan dahi merintih.
6) Upaya mengatasi Pergi ke RS/Klinik pengobatan/Dokter Praktik : Pergi ke bidan/Perawat : Mengkonsumsi obat-obatan sendiri : Mengkonsumsi obat-obatan tradisional : Lain-lain : untuk mengurangi sakitnya, Oma R mengurut kakinya
sendiri dengan minyak tawon, dan menggerak-gerakan kakinya, karena sakit jika tidak digerakan,
b. Riwayat kesehatan masa lalu1) Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi2) Riwayat alergi : Tidak Ada3) Riwayat kecelakaan : Jatuh dari speda, menyebabkan
deformitas pada lutut kaki kanan4) Riwayat dirawat di RS : Tidak Ada5) Riwayat pemakai obat : Amodiplin
c. Pengkajian/pemeriksaan fisik (jelaskan system-system dibawah ini yang terdapat pada klien)1) Keadaan umum (KU, Kesadaran, GCS, TTV, BB, TB)
Kesadaran : Compos Mentis, GCS = 15. ( E : 4, V : 5, M : 6 )
No Hari / Tanggal Tekanan darah Nadi Respirasi1 Senin, 09-12-2013 150/90 mmHg 70 x/ menit 20 x / menit2 Selasa, 10-12-2012 140/90 mmHg 75 x / menit 20 x / menit
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
3 Rabu, 11-12-2013 140/80 mmHg 69 x / menit 20 x / menit4 Kamis, 12-12-2013 130/70 mmHg 73 x / menit 20 x / menit5 Jum’at, 13-12-2013 130/80 mmHg 70 x / menit 19 x / menit
2) IntegumentS :
Tidak ada keluhan pada kulitO :
Inspeksi Palpasi Kulit coklat, Tidak ada luka, Tekstur Lembab, Keriput pada wajah dan tangan.
Turgor kulit baik
3) KepalaS :
Oma R mengatakan sakit kepala kadang-kadang, Oma R mengatakan senang rambut pendek Oma R mengatakan rambutnya tidak gatal
O :
Inspeksi Palpasi Bentuk kepala bulat Warna rambut putih Distribusi rambut merata Kulit kepala lembab
Tidak ada kelainan pada kepala
4) Mata
S : Oma R mengatakan jelas jika melihat jauh Oma R mengatakan jika membaca menggunakan kacamata
O : Bentuk mata simetris Pupil Miosis 1 Daya akomodasi baik Konjungtifa anemis Mata kering kemerahan Sclera non ikterik. Pergerakan bola mata baik ( N 3, Okulomotorius, + ) Kantung mata tampak membesar
5) Telinga
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
S : Oma R mengatakan tidak ada gangguan pada pendengaran Oma R mengatakan masih dapat mendengar dengan jelas
O : Bentuk telinga simetris Ada serumen Tes Rine : ( + ), Hantaran tulang lebih pendek dari
hantaran udara. Tes Weber : ( + ), Lateralisasi telinga kanan dan kiri normal. Tes Swabah : ( + ), Persepsi Klien dan Pemeriksa sama.
6) Hidung dan sinusS :
Oma R mengatakan tidak ada keluhan pada hidungO :
Tidak ada secret, Terdapat bulu hidung, Conca nasal tidak terlihat, Tidak terdapat lesi, Fungsi penghidu baik, Epistaksis tidak ada, Pernapasan cuping hidung tidak ada
7) Mulut dan tenggorokanS :
Oma R Mengatakan tidak ada keluhan pada mulut dan tenggorokan.
O : Bibir simetris Kelengkapan gigi tidak ada Tidak ada lesi Mukosa bibir lembab, Tidak ada sianosis,
8) LeherS :
Oma R mengatakan tidak ada keluhan sakit menelanO :
Kulit elastic ROM tidak terbatas, Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
9) PayudaraS : Tidak ada keluhanO : Tidak Terkaji
10) Pernapasan
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
S : Oma R mengatakan tidak ada sesak Oma R mengatakan sesak jika habis berjalan jauh.
O : Suara paru vesikuler, Pola nafas reguller, Bentuk dada simetris, Sputum tidak ada, Nyeri dada tidak ada, Batuk tidak ada, Pengembangan dada simetris, Penggunaan otot pernapasan tidak ada, Frekuensi 20x/menit
11) KardiovaskulerS :
Oma R mengatakan jantung sering berdebar – debar.O :
Suara jantung normal S1 dan S2 TD 150/90 mmHg. N : 70 x / menit.
12) GastrointestinalS :
Oma R mengatakan tidak ada keluhan pada gastrointestinal. Oma R mengatakan tidak suka dengan makanan yang disajikan Oma R lebih memilih makan roti miliknya.
O : Bising usus 10 x permenit.
13) PerkemihanS :
Oma R mengatakan kencing 4 x sehari dan malam 3 kali Oma R mengatakan kencing bisa ditahan Oma R mengatakan kencing kadang banyak kadang sedikit,
tergantung minumnya.14) Musculoskletal
S : Oma R mengatakan Nyeri pada lutut kaki kanan, bekas terjatuh.
O : Deformitas pada lutut kaki kanan.
Tonus otot 5555 55555555 5555
Postur : Bungkuk ROM : Tidak terbatas.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
15) System syaraf pusatS : Tidak ada keluhan pada sistem persyarafanO :
N1 Olfaktorius : ( + ), klien mampu mencium bau makan.
N2 Optikus : ( + ), Klien mampu membaca huruf 13 jarak 1 meter
N3 Okulomotorius : ( + ), reaksi pupil miosis 1 N4 Trokhelar : ( + ), klien mampu menggerakan bola
mata keatas dan kebawah. N5 Trigeminalis : Tidak Terkaji N6 Abdusen : ( + ), klien mampu menggerakan bola
mata kesamping kanan dan kiri. N7 Fasialis : ( + ), klien dapat tersenyum dan
mengembungkan pipi, N8 Auditorius : ( + ), Pendengaran pasien normal N9 Glosofaringeal: ( + ), klien mampu menunjukan gerakan
menelan N10 Vagus : ( + ), klien mampu membuka mulut
secara lebar. N11 Asesorius : ( + ), klien mampu menggerakan bahu N12 Hipoglosus : ( + ), klien mampu menggerakan lidah
kesemua arah. Tidak ada paralise / parise Tidak ada tanda2 peningkatan TIK
16) ReproduksiS : Tidak terkajiO : Tidak terkaji
4. Hasil Pengkajian Khusus
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
a. Masalah Kesehatan Kronis
No Keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan
dengan fungsi – fungsi
Selalu(3)
Sering(2)
Jarang(1)
T. Pernah(0)
A Fungsi penglihatan1. Penglihatan kabur
√
2. Mata berair √3. Nyeri pada mata √
B Fungsi pendengaran4. Pendengaran berkurang
√
5. Telinga berdenging √C Fungsi paru (pernafasan)
6. Batuk lama disertai keringat malam√
7. Sesak nafas √8. Berdahak/sputum √
D Fungsi jantung9. Jantung berdebar-debar
√
10. Cepat lelah pada kaki/tangan √11. Nyeri dada √
E Fungsi pencernaan12. Mual/muntah
√
F 13. Nyeri ulu hati √14. Makan dan minum banyak(berlebihan) √15. Perubahan kebiasaan BAB (diare/konstipasi) √
G Fungsi pergerakan16. Nyeri kaki saat berjalan
√
17. Nyeri pinggang atau tulang belakang √18. Nyeri persendian/bengkak √
H Fungsi persyarafan19. Lumpuh/kelemahan
√
20. Kehilangan rasa √21. Gemetar/tremor √22. Nyeri/pegal pada daerah tengkuk √
I Fungsi saluran perkemihan23. BAK banyak
√
24. Sering BAK pada malam hari √25. Tidak mampu mengontrol pengeluaran air
kemih (ngompol)√
Jumlah 4 7Total 11
Interprestasi Hasil :Skor : 11 = Masalah kesehatan kronis ringan.≤ 25 = masalah kesehatan kronis ringan √ 26-50 = masalah kesehatan kronis sedang≥ 51 = masalah kesehatan kronis berat
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
b. Deskripsi hari khusus : Ny R mengatakan tidak ada hari special.
c. Pengkajian psikososial dan spiritual :1) Psikososial
Ny R mudah bersosialisai dengan yang lain, namun Ny R malas dan tidak mau bergabung dengan yang lain, sikap Ny R baik, jika melihat orang yang tidak disukai, Ny R melupkan emosinya, Ny R mudah tersinggung, Ny R selalu ingin mengetahui urusan orang, selalu curiga terhadap orang lain, seolah-olah orang lain selelu menilai negative tentang dirinya.
2) Identifikasi masalah emosionalPertanyaan tahap 1
Apakah klien mengalami kesulitan tidur? ( Ya ) Apakah klien sering merasa gelisah ? ( Ya ) Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? ( Ya ) Apakah klien sering was-was atau khawatir ? ( Ya )
Pertanyaan tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? ( Tidak )
Ada atau banyak pikiran ? ( Ya ) Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain ? ( Ya ) Menggunakan obat tidur/penenang atau anjuran dokter ? ( Ya ) Cenderung mengurung diri ? ( Ya )
Interprestasi : MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+) / NEGATIF (-)
3) SpiritualNy R beragama katolik, selalu berdoa, semua harapan dan keinginan ditunjukan kepada tuhan, tidak percaya dengan orang lain.
d. Fungsi kognitif1. Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status
questioner (SPMSQ) Instruksi :Anjurkan pertanyaan 1- 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan.
No PERTANYAAN BENAR SALAH1 Tanggal berapa hari ini ? √
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
2 Hari apa sekarang ? √3 Apa nama tempat ini ? √4 Alamat anda ? √5 Berapa usia anda ? √6 Kapan anda lahir ? √7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? √8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? √9 Siapa nama orang tua anda ? √10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun√
Jumlah 9 1
Interpretasi hasil :1) Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh √ 2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan3) Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang4) Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
2. Identifikasi Aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam )
No ASPEK KOGNITIF
NILAI MAKS
NILAI KLIEN
KRITERIA(jelaskan jawaban klien)
1 ORIENTASI (5) 5 3 Menyebutkan dengan benar ; Tahun :2014 (x) Musim : Hujan (√) Tanggal : Tidak tahu (x) Hari : Rabu (√) Bulan : Desember (√)
2 ORIENTASI (5) 5 5 Dimana kita sekarang? Negara : Indonesia (√) Provinsi : Banten (√) Kota : Tangerang (√) Panti werda : Marfati (√) Wisma : graha 2 (√)
3 REGISTRASI (3) 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan masing-masing obyek, kemudian tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi (untuk disebutkan)
Obyek kertas Obyek Buku Obyek Pulpen
4 PERHATIAN DAN KALKULASI (5)
5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
93 (√)
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
86 (√) 79 (√) 72 (√) 65 (√)
5 MENGINGAT (3)
3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada nomer 2 (registrasi) tadi, bila benar 1 point untuk masing-masing obyek
6 BAHASA (9) 2
1
3
1
2
2
2
3
1
2
Tunjukan pada klien 2 buah benda dan tanyakan namanya pada klien
Minta kepada klien untuk mengulang kata berikut“tak ada, jika, dan, atau, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah : “ambil kertas di tangan anda, lipat dua dan taruh di lantai”
Ambil kertas Lipat dua Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
Tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar
Tulis satu kalimat Menyalin gambar
Total Nilai 29
Interpretasi hasil :>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik √ 18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan≤ : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
e. Status fungsional1) INDEKS KATZ
Termasuk kategori manakah klien ?A. Mandiri dalam makan, kontinensia(BAB/BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi (√ )B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatasC. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi yang lainD. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salahsatu fungsi diatasE. Mandiri kecuali mandi , berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi
yang lain
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas2) MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS
Termasuk yang manakah klien ?
No KRITERIA DENGAN BANTUAN
MANDIRI KETERANGAN
1 Makan 5 10 √ Frekuensi : 3 x 1 hariJumlah : Jenis : Nasi, Sayur, Ayam
2 Minum 5 10 √ Frekuensi : Jumlah :Jenis :
3 Berpindah dari kursi roda ketempat tidur/sebaliknya
5-10 15 √
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, menggosok gigi)
0 5 √ Frekuensi :
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyirim)
5 10 √
6 Mandi 5 15 √7 Jalan dipermukaan datar 0 5 Frekuensi :8 Naik turun tangga 5 109 Menggunakan pakaian 5 10 √10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 √ Frekuensi :
Konsistensi :11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 √ Frekuensi :
Warna ;Jumlah 80
Interpetasi Hasil :110 : Mandiri65 – 100 : Ketergantungan sebagian √ < 60 : Ketergantungan Total
f. Status Psikologis ( Skala Depresi pada lansia )Pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana anda rasakan dalam seminggu terakhir
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
No Pertanyaan Jawaban ScoreYa Tidak
1 Pada dasarnya puaskah anda dengan hidup anda saat ini ?
YA TIDAK* √
1
2 Apakah anda membatalkan banyak dari rencana kegiatan/minat anda?
YA* TIDAK √ 0
3 Apakah anda merasa hidup ini hampa ? YA* √ TIDAK 14 Seringkah anda merasakan kebosanan ? YA* √ TIDAK 15 Apakah anda memiliki suatu harapan dimasa depan ? YA√ TIDAK* 06 Apakah anda terganggu dengan memikirkan kesulitan
anda tanpa jalan keluar ?YA*√ TIDAK 1
7 Apakah anda seringkali merasa bersemangat ? YA√ TIDAK* 08 apakah anda mengkhawatirkan suatu hal buruk bakal
menimpa anda ?YA* TIDAK √ 0
9 Apakah anda seringkali merasa gembira ? YA √ TIDAK* 010 Apakah anda seringkali merasa tak terbantukan ? YA* TIDAK√ 011 Apakah anda seringkali merasa gelisah dan resah ? YA* √ TIDAK 112 Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah dari
pada keluar rumah dan melakukan sesuatu hal baru ?YA*√ TIDAK 1
13 Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa depan anda ?
YA* TIDAK√ 0
14 Apakah anda kesulitan dengan daya ingat anda ? YA* TIDAK√ 015 Apakah anda berfikir / bersyukur masih hidup saat
ini ?YA√ TIDAK* 0
16 Apakah anda seringkali merasa sedih dan putus asa ? YA* √ TIDAK 117 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ? YA* √ TIDAK 118 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda ? YA* TIDAK √ 019 Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan yang
menyenangkan ?YA √ TIDAK* 0
20 Apakah anda kesulitan untuk mengawali suatu kegiatan tertentu ?
YA* TIDAK √ 0
21 Apakah anda merasa diri anda penuh energy ? YA√ TIDAK* 022 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi tanpa
harapan ?YA* TIDAK√ 0
23 Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih baik dari anda ?
YA* TIDAK√ 0
24 Apakah anda seringkali marah hanya karena alasan sepele ?
YA* √ TIDAK 1
25 Apakah anda merasa bagaikan menangis ? YA* √ TIDAK 126 Apakah anda sulit berkonsentrasi ? YA* TIDAK √ 027 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan
menyenangkan ?YA TIDAK*
√1
28 Apakah anda lebih suka menghindari acara/sosialisasi ?
YA* √ TIDAK 1
29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil suatu keputusan ?
YA√ TIDAK* 0
30 Apakah anda berfikiran jernih sebagaimana biasanya ? YA√ TIDAK* 0Jumlah Total 6
Interpretasi hasil :
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
0-4 : depresi tidak terjadi 5-14 : suspect depresi √ 15-22 : depresi ringan > 22 : depresi berat
g. Sumber/system pendukung yang digunakan : Tidak Ada5. Lingkungan tempat tinggal
a. Kebersihan dan kerapihan ruangan : Rapih, ruangan ditata oleh Oma sangat rapih.
b. Penerangan : Penerangan kamar dari lampu kamar.
c. Sirkulasi udara : sirkulasi udara baik karena ruangan terbuka dan bagian kamar depan setengahnya jendela.
d. Keadaan kamar mandi dan WC : selalu bersih dan tidak licin karena selalu dirawat oleh OB.
e. Pembuangan air kotor : Pembuangan air kotor dibuang kekamar mandi atau watafel
f. Sumber air minum : dari Galong. Pembuangan sampah : pembuangan sampah dibuanng oleh Ob
dibagian belakang panti.h. Sumber pencemaran : tidak ada karena panti terletak jauh dari
jalan rayai. Penataan halaman : penataan halaman tertata indah karena
dirawat secara baik.j. Privasi : - k. Resiko injury : Resiko jatuh karena setiap pagi lantai
sering dipel dan licin.
FORMAT ANALISA DATA
Nama Klien : Ny RUsia : 81 TahunRuang : Graha Lansia Marfati 1.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Tanggal : 09 – 13 Desember 2013No Tanggal / Jam Data Fokus Masalah Penyebab1 09 Des 2013 DS :
Klien mengatakan nyeri pada lutut kanan
Klien mengatakan skala nyeri 5, ( Nyeri Sedang )
Pasien mengatakan nyeri bertambah jika berjalan.
Klien mengatakan nyeri hilang jika diurut
Klien mengatakan pernah jatuh dari sepeda.
DO : Klien menggunakan alat
bantu tongkat untuk berjalan.
Klien terlihat mengerutkan dahi saat dipegang lutut kaki bagian kanannya.
Edema pada kaki bagian kanan. ( Piting Edema < 2 detik )
Deformitas Tulang lutut bagian kanan
Tanda-Tanda Vital : TD : 150 / 90
mmHg N : 70 x / menit RR 20 x / menit
Nyeri Deformitas pada lutut
Proses Degeneratif penurunan fungsi tulang
Osteoporosis
Terjadi gesekan tulang pada lutut
Nyeri ketika berjalan
Nyeri
2 DS : Klien mengatakan kurang
puas dengan tidurnya Klien mengatakan tidur
malam sering terbangun karena ingin BAK
Klien mengatakan BAK malam 3 samapi 4 kali
Klien mengatakan kamar sebelah selalu berisik sehingga tidurnya terganggu
DO : Pembesaran pada
kantung mata. Mata kering Sclera tampak kemerahan
Gangguan Pola Tidur
Keinginan BAK saat tidur
Suara Bisik dari kamar sebelah
Sering terbangun pada malam hari
Waktu tidur sedikit
Gangguan Pola Tidur
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
TTV : TD 150/90
mmHg N : 70 x / menit RR : 20 x / menit.
3 DS : Klien mengatakan pernah
jatuh dari sepedah Klien mengatakan
menggunakan tongkat hanya berjalan jauh
DO : Klien berjalan
menggunakan alat bantu tongkat
Lantai sering di pel Deformitas tulang lututMenggunakan kaca mata untuk melihat
Resiko Jatuh Deformitas Tulang
Berjalan menggunakan tongkat
Degeneratif
Penurunan fungsi melihat
Lantai sering dipel
Resiko Injury
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS Nyeri b / d Deformitas Tulang Gangguan Pola Tidur b / d Sering bangun saat malam Resiko Jatuh b / d degeneratif
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
B. Rencana Keperawatan Nama Klien : Ny RUsia : 81 ThRuang : Graha Lansia Marfati 1Tanggal : 10 Desember 2013
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Nama / TTD
1 Nyeri b / d Deformitas Tulang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang. Dengan Kriteria Hasil :
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut ( sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau selalu )
Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut ( sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan, atau tidak ada ) : ekspresi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Kaji tipe dan sumber nyeri
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi : napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
1. Sebagai data dasar untuk mengevaluasi keefektifan tindakan untuk mengurangi nyeri.
2. Memastikan lletak nyeri.3. Untuk mengurangi tingkat
nyeri
4. Unutk menentukan intervensi5. Mengurangi ketegangan otot-
otot, menciptakan perasaan rilexs.
6. Sebagai evaluasi kondisi klien.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri, merintih dan menangis.
2 Gangguan pola tidur b/d sering bangun saat malam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat tidur malam optimal. Dengan Kriteria Hasil :
Melaporkan tidur malam yang optimal
Tidak menunjukan prilaku gelisah
Wajah tidak pucat dan konjungtiva tidak anemis karena kurang tidur malam
Mempertahankan atau membentuk pola tidur yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari
1. Pantau keadaan umum pasien dan periksa TTV
2. Kaji Pola tidur
3. Kaji faktor yang menyebabkan gangguan pola tidur ( nyeri, takut,stress, immobilitas, gangguan eliminasi, lingkungan
4. Catat tindakan kemampuan untuk mengurangi kegelisahan
5. Ciptakan suasana nyaman, kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur
6. Anjurkan klien untuk membatasi minum saat malam hari dan berkemih sebelum tidur
1. Untuk mengetahui kesadaran dan kondisi tubuh dalam keadaan normal atau tidak.
2. Untuk mengetahui kemudahan tidur
3. Untuk mengidentifikasi penyebab actual dari gangguan tidur
4. Untuk memantai seberapa jauh dapat bersikap tenang dan rileks
5. Untuk membantu relaksasi saat tidur
6. Berkemih malam hari dapat mengganggu tidur.
7. Memudahkan dalam mendapatkan tidur yang optimal.
8. Untuk menenangkan pikiran dari kegelisahan dan mengurangi ketegangan otot.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
7. Gunankan alat bantu tidur mis air hangat untuk komres relaksai otot music yang lembut dan lain-lain.
8. Anjurkan relaksasi distraksi3 Resiko Rinjury Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan resiko injury tidak terjadi. Dengan Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
4. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
5. Memberikan penerangan yang cukup
1. Lingkungan aman mendukung untuk keselamatan pasien.
2. Untuk menentukan intervensi yang tepat berdasarkan kebutuhan klien.
3. Untuk mencegar terjadinya injury
4. Memudahkan klien untuk dapat melakukan ativitas mandiri.
5. Penerangan yang cukup membantu klien dalam beraktivitas.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
C. Catatan PerkembanganNama Klien : Ny RUsia : 81 ThRuang : Graha Lansia Marfati 1
No Tanggal Diagnosa Kep Jam Implementasi Respon Klien Nama/ TTD
1 10’12’2013 Nyeri b/d Deformitas tulang
10.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi : napas dalam, relaksasi, distraksi.
4. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
1. Didapatkan nyeri pad Ny R, pada lutut kanan, adanya deformitas tulang pada lutut, nyeri terasa jika tidak digerakan dan beraktivitas lama, nyeri terasa sewaktu-waktu.
2. Terlihat Ny R mengkerutkan dahi
3. Ny R melakukan teknik nafas dalam dan mengurut lokasi yang sakit. Mengatakan nyeri berkurang
4. Tensi Ny Y pagi hari 150/90 mmHg, pada siang hari setelah meminum obat Amodiplin TD 130/80 mmHg
2 Gangguan Pola Tidur 10.30 1. Memantau keadaan umum pasien dan memeriksa TTV
1. Keadaan umum pasien baik, klien mengatakan semalam tidurnya kuarng nyenyak. TTD : 140/90 mmHg N : 75 x / menit,
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
2. Mengkaji Pola tidur
3. Mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan pola tidur.
4. Menciptakan suasana nyaman, kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur
5. Menganjurkan klien untuk membatasi minum saat malam hari dan berkemih sebelum tidur
RR : 20 x / menit.2. Oma R mengatakan biasa
tidur jam 10 bangun jam 4, dan sering bangun ditengah malam karena ingin BAK.
3. Oma R mengatakan tidurnya terganggu karena kamar sebelah berisik, dan sering terbangun karena ingin BAK.
4. Oma R senang tidur dengan lampu dimatikan.
5. Oma R mengatakan minumnya dikurangi, dan berkemih saat mau tidur
3 Resiko Injury 11.00 1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien.
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
1. Ny R mengatakan ketika pagi hari duduk dihalaman depan karena lantai basah.
2. Ny R berjalan menggunakan tongkat, dan menggunakan kaca mata untuk melihat.
3. Ny R menata rapih kamarnya sehingga
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
memindahkan perabotan) memudahkan Ny R untuk beraktifitas.
1 11’12’2013 Gangguan Pola Tidur 09.30 1. Memantau keadaan umum pasien dan memeriksa TTV.
2. Mengkaji Pola tidur
3. Menganjurkan klien untuk membatasi minum saat malam hari dan berkemih sebelum tidur
1. Keadaan Umum baik, oma R terlihat lebih segar dari kemarin. TTV : 140/80 mmHg, N : 69 x / menit. 20 x / menit.
2. Oma R mengatakan semalam masih terbangun karena kencing. 2 kali BAK.
3. Oma R mengtakan minumnya sedikit sebelum tidur, dan berkemih sebelum tidur.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
D. Evaluasi
No Hari/Tgl/Waktu Diagnosa Kep
Evaluasi Nama / TTD
Selasa/10’12’201314.00
Nyeri S : Ny R mengatakan Nyeri berkurang setelah diurut
O : Tidak ada tanda-tanda nyeri. Ny R tidak mengkerutkan dahi TTV Normal TD 130/80 mmHg, N ; 70 x /permenit.
A : Nyeri b/d deformitas teratasi
P : Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksai nyeri jika
nyeri datang lagi. Intervensi dihentikan.
2 Gangguan Pola tidur
S : Oma R mengatakan masih sering terbangun pada malam hari Oma R mengatakan BAK semalam 3 kali
O : Sclera tampak kemerahan. Kantung mata tidak membesar
A : Gangguan pola tidur belum teratasi
P : Anjurkan klien untuk tidak minum sebelum tidur Ingatkan klien untuk berkemih saat sebelum tidur
3 Resiko Injury
S : Ny R mengatakan tidak pernah jatuh selama dipanti
O : Tidak terjadi injury.
A :
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Resiko injury tidak terjadiP :
Intervensi dihentikan4. Rabu/11’12’2013
14.00Gangguan pola tidur
S : Oma R mengatakan tidurnya sedikit nyenyak.
O : Tidak menunjukan prilaku gelisah Wajah tidak pucat Konjungtiva tidak anemis
A : Gangguan pola tidur teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi. Anjurkan klien untuk mempertahankan pola tidur Ingatkan kembali untuk tidak minum pada malam hari dan
berkemih saat mau tidur.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
BAB IIITINJAUAN TEORI
3.1 DefinisiOsteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009). Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 ).Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
a. Osteoporosis Primer Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.
b. Osteoporosis SekunderOsteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang. Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
3.2 EtiologiFaktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:1. Determinan Massa Tulang
a. Faktor geneticPerbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pada bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
b. Faktor mekanisBeban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.
c. Faktor makanan dan hormonePada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
2. Determinan penurunan Massa Tulanga. Faktor genetic
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
b. Faktor mekanisFaktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. KalsiumFaktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta ekskresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. ProteinProtein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative.
e. EstrogenBerkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopiMerokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. AlkoholAlkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu: 1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
3.3 PatofisiologiOsteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang kita jumpai pada osteoporosis.Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis, pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula.Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama.Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan massa tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut: metacarpal, kolum femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang lain, misalnya : tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses tersebut secara lambat.Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah vertebra, paha bagian prosimal dan radius bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh karena berbagai sebab, akan tetapi yang paling sering dan paling banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh karena bertambahnya usia.
3.4 Manifestasi KlinisOsteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abnormal (kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut. Masa total tulang yang terkena mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu ”normal” yang berbeda.Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.Manifestasi osteoporosis :1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata2. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak3. Nyeri timbul mendadak4. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang. Bagian-bagian tubuh
yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan vertebra5. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur6. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas
atau karena suatu pergerakan yang salah7. Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi badan, Hal ini
terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra.8. Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan
atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi karena adalah patah tulang lengan di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles, Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami secara perlahan.
3.5 Pemeriksaan Diagnostik1. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
2. CT-ScanCT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratoriuma. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurund. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
3.6 PenatalaksanaanDiet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).Pada menopause, terapi pergantian hormone (HRT=hormone replacemenet therapy) dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah mengalami pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda;penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan kehilangan tulang dengan pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit pengingkatan insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolaou dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun. Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek samping ( mis gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya ringan dan kadang-kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang ; namun,kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang osteoklastik, sedang dalam penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.
3.7 KomplikasiOsteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan..
3.8 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot,
deformitas tulang.2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang
berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.
BAB IV
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
PEMBAHASAN
4.1 KasusNy R usia 81 th tinggal dipanti sudah lama semenjak panti didirikan, selama dipanti Ny R selalu mengatakan ingin kabur, Ny R sudah tidak memiliki anggota keluarga, sehari-hari Ny R hanya duduk didepan kamarnya, karena tidak kuat untuk beraktivitas banyak, kondisi fisik Ny R mengalami gangguan pada tulang, dahulu Ny R pernah mengalami kecelakaan jatuh dari Sepedah sehingga menyebabkan deformitas pada lutunya, Ny R mengeluh nyeri pada lututnya jika tidak digerakkan, dan nyeri bertambah jika aktivitasnya banyak. Ny R selalu ingin mengetahui urusan orang lain, dia menganggap bahwa orang lain mempunyai niat jahat terhadap dirinya, emosinya bertambah jika pendapatnya tidak didengarkan.
4.2 PengkajianDari hasil pengkajian didapatkanDS:
Klien mengatakan nyeri pada lutut kanan Klien mengatakan skala nyeri 5, ( Nyeri Sedang ) Pasien mengatakan nyeri bertambah jika berjalan. Klien mengatakan nyeri hilang jika diurut Klien mengatakan pernah jatuh dari sepeda. Klien mengatakan kurang puas dengan tidurnya Klien mengatakan tidur malam sering terbangun karena ingin BAK Klien mengatakan BAK malam 3 samapi 4 kali Klien mengatakan kamar sebelah selalu berisik sehingga tidurnya terganggu Klien mengatakan pernah jatuh dari sepedah Klien mengatakan menggunakan tongkat hanya berjalan jauh
DO: Klien menggunakan alat bantu tongkat untuk berjalan. Klien terlihat mengerutkan dahi saat dipegang lutut kaki bagian kanannya. Edema pada kaki bagian kanan. ( Piting Edema < 2 detik ) Deformitas Tulang lutut bagian kanan Tanda-Tanda Vital :
o TD : 150 / 90 mmHg
o N : 70 x / menit
o RR 20 x / menit
Pembesaran pada kantung mata. Mata kering Sclera tampak kemerahan Klien berjalan menggunakan alat bantu tongkat Lantai sering di pel Deformitas tulang lutut Menggunakan kaca mata untuk melihat
Analisa data
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
No Tanggal / Jam Data Fokus Masalah Penyebab1 09 Des 2013 DS :
Klien mengatakan nyeri pada lutut kanan
Klien mengatakan skala nyeri 5, ( Nyeri Sedang )
Pasien mengatakan nyeri bertambah jika berjalan.
Klien mengatakan nyeri hilang jika diurut
Klien mengatakan pernah jatuh dari sepeda.
DO : Klien menggunakan alat
bantu tongkat untuk berjalan.
Klien terlihat mengerutkan dahi saat dipegang lutut kaki bagian kanannya.
Edema pada kaki bagian kanan. ( Piting Edema < 2 detik )
Deformitas Tulang lutut bagian kanan
Tanda-Tanda Vital : TD : 150 / 90
mmHg N : 70 x / menit RR 20 x / menit
Nyeri Deformitas pada lutut
Proses Degeneratif penurunan fungsi tulang
Osteoporosis
Terjadi gesekan tulang pada lutut
Nyeri ketika berjalan
Nyeri
2 DS : Klien mengatakan kurang
puas dengan tidurnya Klien mengatakan tidur
malam sering terbangun karena ingin BAK
Klien mengatakan BAK malam 3 samapi 4 kali
Klien mengatakan kamar sebelah selalu berisik sehingga tidurnya terganggu
DO : Pembesaran pada
kantung mata. Mata kering Sclera tampak kemerahan
Gangguan Pola Tidur
Keinginan BAK saat tidur
Suara Bisik dari kamar sebelah
Sering terbangun pada malam hari
Waktu tidur sedikit
Gangguan Pola Tidur
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
TTV : TD 150/90
mmHg N : 70 x / menit RR : 20 x / menit.
3 DS : Klien mengatakan pernah
jatuh dari sepedah Klien mengatakan
menggunakan tongkat hanya berjalan jauh
DO : Klien berjalan
menggunakan alat bantu tongkat
Lantai sering di pel Deformitas tulang lututMenggunakan kaca mata untuk melihat
Resiko Jatuh Deformitas Tulang
Berjalan menggunakan tongkat
Degeneratif
Penurunan fungsi melihat
Lantai sering dipel
Resiko Injury
4.3 Diagnosa KeperawatanSetelah dibandingkan Diagnosa keperawatan pada kasus osteoporosis antara kasus dan teori tidak ada perbedaan diagnosa, teori dan kasus sesuai, hanya dalam kasus ini didapatkan diagnosa gangguan pola tidur tetai bukan disebabkan dari gangguan osteoporosis. Diagnose yang di temukan.
Nyeri b / d Deformitas Tulang Gangguan Pola Tidur b / d Sering bangun saat malam Resiko Jatuh b / d degeneratif.
4.4 Intervensi Keperawatan Nyeri b / d Deformitas Tulang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
Dengan Kriteria Hasil : Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut ( sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau selalu )
Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut ( sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan, atau tidak ada ) : ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri, merintih dan menangis.
Intervensi Rasional1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
1. Sebagai data dasar untuk mengevaluasi keefektifan tindakan untuk mengurangi nyeri.
2. Memastikan letak nyeri.3. Untuk mengurangi tingkat nyeri
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Kaji tipe dan sumber nyeri 5. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi : napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
4. Untuk menentukan intervensi5. Mengurangi ketegangan otot-otot,
menciptakan perasaan rilexs.
6. Sebagai evaluasi kondisi klien.
Gangguan pola tidur b/d sering bangun saat malam Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat tidur
malam optimal. Dengan Kriteria Hasil :
o Melaporkan tidur malam yang optimal
o Tidak menunjukan prilaku gelisah
o Wajah tidak pucat dan konjungtiva tidak anemis karena kurang tidur malam
o Mempertahankan atau membentuk pola tidur yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Intervensi Rasional1. Pantau keadaan umum pasien dan
periksa TTV2. Kaji Pola tidur3. Kaji faktor yang menyebabkan
gangguan pola tidur ( nyeri, takut,stress, immobilitas, gangguan eliminasi, lingkungan
4. Catat tindakan kemampuan untuk mengurangi kegelisahan
5. Ciptakan suasana nyaman, kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur
6. Anjurkan klien untuk membatasi minum saat malam hari dan berkemih sebelum tidur
7. Gunankan alat bantu tidur mis air hangat untuk komres relaksai otot music yang lembut dan lain-lain.
8. Anjurkan relaksasi distraksi
1. Untuk mengetahui kesadaran dan kondisi tubuh dalam keadaan normal atau tidak.
2. Untuk mengetahui kemudahan tidur3. Untuk mengidentifikasi penyebab
actual dari gangguan tidur4. Untuk memantai seberapa jauh dapat
bersikap tenang dan rileks5. Untuk membantu relaksasi saat tidur6. Berkemih malam hari dapat
mengganggu tidur.7. Memudahkan dalam mendapatkan
tidur yang optimal.8. Untuk menenangkan pikiran dari
kegelisahan dan mengurangi ketegangan otot.
Resiko Rinjury Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan resiko injury tidak
terjadi. Dengan Kriteria Hasil :
o Klien terbebas dari cedera
o Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
o Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku
personalIntervensi Rasional
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
4. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
5. Memberikan penerangan yang cukup
1. Lingkungan aman mendukung untuk keselamatan pasien.
2. Untuk menentukan intervensi yang tepat berdasarkan kebutuhan klien.
3. Untuk mencegar terjadinya injury4. Memudahkan klien untuk dapat
melakukan ativitas mandiri.5. Penerangan yang cukup membantu
klien dalam beraktivitas.
4.5 Implementasi KeperawatanPada implementasi keperawatan tidak dilakukan sesuai intervensi yang direncanakan dikarenakan tidak adanya partner pendukung dalam melakukan tindakan kolaborasi. Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa.
Diagnosa Keperawatan : Nyeri b/d Deformitas TulangImplementasi Respon Hasil
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi : napas dalam, relaksasi, distraksi.
4. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
1. Didapatkan nyeri pad Ny R, pada lutut kanan, adanya deformitas tulang pada lutut, nyeri terasa jika tidak digerakan dan beraktivitas lama, nyeri terasa sewaktu-waktu.
2. Terlihat Ny R mengkerutkan dahi3. Ny R melakukan teknik nafas dalam
dan mengurut lokasi yang sakit. Mengatakan nyeri berkurang
4. Tensi Ny Y pagi hari 150/90 mmHg, pada siang hari setelah meminum obat Amodiplin TD 130/80 mmHg
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Pola Tidur b/d Sering terbangun pada malamImplementasi Respon Hasil
1. Memantau keadaan umum pasien dan memeriksa TTV
2. Mengkaji Pola tidur3. Mengkaji faktor yang
menyebabkan gangguan pola tidur.4. Menciptakan suasana nyaman,
kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur
1. Keadaan umum pasien baik, klien mengatakan semalam tidurnya kuarng nyenyak. TTD : 140/90 mmHg N : 75 x / menit, RR : 20 x / menit.
2. Oma R mengatakan biasa tidur jam 10 bangun jam 4, dan sering bangun ditengah malam karena ingin BAK.
3. Oma R mengatakan tidurnya
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
5. Menganjurkan klien untuk membatasi minum saat malam hari dan berkemih sebelum tidur
terganggu karena kamar sebelah berisik, dan sering terbangun karena ingin BAK.
4. Oma R senang tidur dengan lampu dimatikan.
5. Oma R mengatakan minumnya dikurangi, dan BAK saat mau tidur
Diagnosa Keperawatan : Resiko Jatuh b/d DegeneratifImplementasi Respon Hasil
1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien.
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
1. Ny R mengatakan ketika pagi hari duduk dihalaman depan karena lantai basah.
2. Ny R berjalan menggunakan tongkat, dan menggunakan kaca mata untuk melihat.
3. Ny R menata rapih kamarnya sehingga memudahkan Ny R untuk beraktifitas.
4.6 Evaluasi Setelah dilakukan tindakan dari ketiga diagnosa, Diagnosa keperawatan :
Nyeri pada pasien teratasi sehingga tidak perlu dilanjutkan intervensi selanjutnya perawat hanya menganjurkan kepada pasien untuk melakukan teknik relaksasi yang telah diajarkan untuk dilakukan ketika nyerinya datang lagi
Gangguan pola tidur, pada hari pertama gangguan pola tidur pada pasien belum teratasi maka perlu dilanjutkan intervensi selanjutnya, yaitu : mengkaji Tanda fisik umum pasien, mengkaji kebutuhan tidur pasein dan menganjurkan pasien untuk tidak minum dimalam hari dan BAK sebelum tidur, pada hari kedua didapatkan peningkatan pasien mengatakan tidurnya sedikit nyeyak, gangguan pola tidur pada pasien teratasi sebagian lanjutkan intervensi mengkaji pola tidur kebutuhan tidur pasien.
Resiko Jatuh pada pasien tidak terjadi sehingga intervensi pada diagnosa ini tidak dilanjutkan.
4.7 Discharage Planning ( Pulang / Pindah Ruangan )Di dalam bentuk SOAPIE untuk pasien pulang atau pindah ruangan. Untuk S dan O dibuat dari hasil awal kajian, A sebagai diagnosa yang ditemukan, P sebagai perencanaan yang akan dilakukan, I sebagai tindakan keperawatan yang telah dilakukan, dan E sebagai Evaluasi keadaan terakhir klien.Format Discharge Planning :
S Klien mengatakan nyeri pada lutut kanan Klien mengatakan skala nyeri 5, ( Nyeri Sedang ) Pasien mengatakan nyeri bertambah jika berjalan. Klien mengatakan nyeri hilang jika diurut Klien mengatakan pernah jatuh dari sepeda. Klien mengatakan kurang puas dengan tidurnya Klien mengatakan tidur malam sering terbangun karena
ingin BAK Klien mengatakan BAK malam 3 samapi 4 kali
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Klien mengatakan kamar sebelah selalu berisik sehingga tidurnya terganggu
Klien mengatakan pernah jatuh dari sepedah Klien mengatakan menggunakan tongkat hanya berjalan
jauhO Klien menggunakan alat bantu tongkat untuk berjalan.
Klien terlihat mengerutkan dahi saat dipegang lutut kaki bagian kanannya.
Edema pada kaki bagian kanan. ( Piting Edema < 2 detik ) Deformitas Tulang lutut bagian kanan Tanda-Tanda Vital :
TD : 150 / 90 mmHg N : 70 x / menit RR 20 x / menit
Klien berjalan menggunakan alat bantu tongkat Lantai sering di pel Deformitas tulang lutut Menggunakan kaca mata untuk melihat
A Nyeri b / d Deformitas Tulang Gangguan Pola Tidur b / d Sering bangun saat malam Resiko Jatuh b / d degeneratif
P Pasien tidak pulang atau berpindah ruangan.I 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamana3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi : napas dalam,
relaksasi, distraksi.4. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali.5. Menyediakan lingkungan yang aman untuk pasien6. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien.7. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)8. Memantau keadaan umum pasien dan memeriksa TTV.9. Mengkaji Pola tidur10. Menganjurkan klien untuk membatasi minum saat malam
hari dan berkemih sebelum tidurE Ny R mengatakan Nyeri berkurang setelah diurut
Tidak ada tanda-tanda nyeri. Ny R tidak mengkerutkan dahi TTV Normal TD 130/80 mmHg, N ; 70 x /permenit. Oma R mengatakan masih sering terbangun pada malam
hari Oma R mengatakan BAK semalam 3 kali Sclera tampak kemerahan. Kantung mata tidak membesar Oma R mengatakan tidurnya sedikit nyenyak. Tidak menunjukan prilaku gelisah
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Wajah tidak pucatKlien Ny R ( P ) MRS pada tanggal 09 Desember 2013 Jam 10.00 WIB dengan diagnosa medis Osteoporosis Telah diberikan tindakan keperawatan diatas. Untuk itu perlu perawatan lanjutan di Panti Werdha.
Terapi Obat yang diberikan :Obat AnalgetikAnjuran :Pasien dipindahkan dari kamar sebelumnya karena teman sebelahnya selalu berisik jika malam sehingga mengganggu istirahat Ny R.
Tangerang , 13, Desember 2013
Petugas
( Mahasiswa Perawat )
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit
degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 ).
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:1. Determinan Massa Tulang2. Determinan penurunan Massa Tulang
Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor lingkungan meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.
Manifestasi osteoporosis :1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata2. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak3. Nyeri timbul mendadak
Pemeriksaan Diagnostik1. Radiologis2. CT-Scan
Penatalaksanaannya dengan Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium(kalsium karbonat).
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.
Diagnosa yang timbul :1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot, deformitas tulang.2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh.4. Kurangnya pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.
5.2 SaranBagi orang yang mengalami osteoporosis sebaiknya melakukan diet kaya
kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat), sering berolahraga dan pola hidup sehat.
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kelompok buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Keperawatan Gerontik Page
Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Jakarta : Penerbit PTBhuana Ilmu Populer.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.
Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Asuhan Keperawatan Gerontik Page